LP Ileus Paralitik
LP Ileus Paralitik
LP Ileus Paralitik
oran
Pen
dah
ulua
n
Kep
era
wata
n
Kriti
s
Avianty
Dwi
Cahya
Ileus
Paralitik
A. Definisi Penyakit
Ileus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran
usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total. Obstruksi
usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan
perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai
usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang
memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat (Amin Huda
Nurarif, 2016).
Ada dua tipe obstruksi yaitu:
1. Mekanis (Illeus Obstruksi)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh
peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata
atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intusepsi,
tumor polipoid, dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu,
striktura, perlengkatan, hernia, dan abses.
2. Neurogenik/Fungsional (Illeus Paralitik)
Keadaan dimana usus gagal/tidak mampu melakukan kontraksi
peristaltik untuk menyalurkan isinya. Illeus paralitik ini bukan suatu
penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai penyakit primer,
tindakan operasi yang berhubungan dengan rongga perut, toksin dan
obat-obatan yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus.
Contoh penyakit tersebut, amiloidosis, distropi otot, gangguan
endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti
penyakit parkinson (Amin Huda Nurarif, 2016).
B. Etiologi
1. Perlengketan: Lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh
secara lambat atau pada jaringan parut setelah pembedahan abdomen
2. Intusepsi: Salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang
ada dibawahnya akibat penyempitan lumen usus. Segmen usus tertarik
kedalam segemen berikutnya oleh gerakan peristaltik yang
memperlakukan segmen itu seperti usus. paling Sering terjadi pada anak-
anak dimana kelenjar limfe mendorong dinding ileum kedalam dan terjepit
disepanjang bagian usus tersebut (ileocaecal) lewat coecum kedalam usus
besar (colon) dan bahkan sampai sejauh rectum dan anus.
3. Volvulus: Usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri
dengan demikian menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya
gelungan usus yang terjadi distensi. Keadaan ini dapat juga terjadi pada
usus halus yang terputar pada mesentriumnya.
4. Hernia: Protrusi usus melalui area yang lemah dalam dalam usus atau
diding dan otot abdomen
5. Tumor: Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau
tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus
6. Kelainan kongenital
C. Patofisiologi
Patofisiologi dari illeus paralitik merupakan manifestasi dari
terangsangnya sistem saraf simpatisdimana dapat menghambat aktivitas
dalam traktus gastrointestinal, menimbulkan banyak efek yang berlawanan
dengan yang ditimbulkan oleh sistem parasimpatis. Sistem simpatis
menghasilkan pengaruhnya melalui dua cara: (1) pada tahap yang kecil
melalui pengaruh langsung norepineprin pada otot polos (kecuali
muskularis mukosa, dimana ia merangsangnya) dan (2) pada tahap yang
besar melalui pengaruh inhibitorik dari norepineprin pada neuron-neuron
sistem saraf enterik. Jadi, perangsangan yang kuat pada sistem simpatis
dapat menghambat pergerakan makanan traktus gastrointestinal.
Hambatan pada sistem saraf parasimpatis di dalam sistem saraf
enterik akan menyebabkan terhambatnya pergerakan makanan pada traktus
gastrointestinal, namun tidak semua pleksus mienterikus yang dipersarafi
serat saraf parasimpatis bersifat eksitatorik, beberapa neuron bersifat
inhibitorik, ujung seratnya mensekresikan suatu transmitter inhibitor,
kemungkinan peptide intestinal vasoaktif dan beberapa peptide lainnya.
D. Manifestasi Klinis
1. Distensi abdomen
2. Muntah
3. Nyeri kostan distensi
4. Bising usus tenang atau tidak secara klasik dapat ditemukan tetapi temuan
yang tidak konsisten
5. Pemeriksaan laborat sering kali normal
6. Foto polos memperlihatkan loop usus halus yang berdilatasi dengan batas
udara-cairan
7. Sulit dibedakan dengan illeus obstruktif tetapi distensi seluruh panjang
kolon lebih sering terjadi pada illeus paralitik
E. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang
mengalamiobstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya
selalu diperlukan. Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua.
Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa
pengobatan, terutama juka disebabkan oleh perlengketan. Penderita
penyumbatan usus harus dirawat dirumah sakit (Jong, 2001).
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah
aspirasi dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi), pasien
dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit
untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan optimum tercapai
barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksi parsial atau
karsinomatosis abdomen ditangani dengan pemantauan dan
konservatif.
2. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ
vital berfungsi dengan baik. Tetapi yang paling sering dilakukan
adalah pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila
ada strangulasi, obstruksi lengkap, hernia inkarserata, tidak ada
perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan pemasangan NGT,
Infus, oksigen dan kateter).
3. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit. Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus
memberikan kalori yang cukup. Perlu diinget bahwa pasca bedah usus
pasien masih dalam keadaan paralitik.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Leukosit darah, kadar elektrolit, ureum, glukosa darah, amylase.
2. Foto polos abdomen atau foto abdomen dengan menggunakan kontras.
3. Pemeriksaan feses
4. Proktoskopi
5. Enema baitum dan kolonoskopi
6. Manometri dan elektromiografi
ASUHAN KEPERAWATAN
2. Pemeriksaan Fisik
Sistem Pencernaan:
a. Ukur tanda vital
b. Inspeksi warna kulit: cerah atau tidak, mukosa bibir kering,
konjungtiva anemis
c. Inspeksi gigi geligi utuh, kebersihan mulut
d. Inspeksi lesi di abdomen, striae, spider nevi
e. Inspeksi herniasi umbilikal
f. Inspeksi distensi abdomen, asites, simetrisitas abdomen
g. Auskultasi keempat kuadran untuk mengetahui frekuensi bising usus
h. Auskultasi bruit vaskuler (renal, illiaka, femoral)
i. Malakukan pemeriksaan asites
1)Pemeriksaan balotemen
2)Menggunakan perkusi (shifting dullnes)
j. Lakukan palpasi ringan di semua kuadran, kaji adanya nyeri tekan dan
nyeri lepas disemua kuadran
k. Lakukan palpasi dalam untuk meraba adanya massa atau tidak di
semua kuadran, serta adakah akumulasi fekal di saluran cerna
l. Lakukan juga palpasi dalam untuk mengetahui batas hepar dan adanya
pembesaran hepar
m. Lakukan perkusi di keempat kuadran
n. Inspeksi anus: adanya hemoroid, konsistensi dan warna fese
B. Pathway
Predisposisi Pascaoperatif
Ileus
Hipomotilitas
(kelumpuhan)intestinal
Hilangnya kemampuan
Ketidakmampuan Gangguan
intestinal dalam pasase
Absorpsi air Gastrointestinal
material feses
Defisit Nutrisi
C. Analisa Data
Tanda Minor
a. Subjektif
1) Merasa lemah
2) Mengeluh haus
b.Objektif
1) Pengisian vena
menurun
2) Perubahan status
mental
3) Suhu tubuh
meningkat
4) Konsentrasi urin
meningkat
5) Berat badan turun
tiba-tiba
3. Tanda Mayor Gangguan Gastrointestinal Defisit Nutrisi
a. Objektif
1) Berat badan Mual, muntah, kembung,
anoreksi
menurun minimal
10% dibawah Asupan nutrisi tidak
rentang ideal adekuat
Tim Pokja. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta. DPPPNI.
Tim Pokja. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta. DPPPNI.
Tim Pokja. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta. DPPPNI