LP Ileus Paralitik
LP Ileus Paralitik
LP Ileus Paralitik
ILEUS PARALITIK
A. KONSEP TEORI
1. Pengertian
Ileus Paralitik
adalah
isyilah
gawat
abdomen
atau
gawat
perut
antasid,
coumarin,
amitriptyline,
chlorpromazine).
3. Gangguan elektrolit dan metabolik (misalnya hipokalemia, hipomagnese-mia,
4.
5.
6.
7.
8.
9.
eksitatorik,
beberapa
neuron
bersifat
inhibitorik,
ujung
seratnya
PATHWAY
Obat-obatan
(narkotik,
antihipertensi,
opioid, dll)
Persangsangan
kuat pada saraf
simpatis
Gangguan N.
Thoracalis
Memberikan efek
berlawanan dg
saraf parasimpatik
Menghambat
aktifitas traktus
gastrointestinal
Menghambat
kontraksi otot
organ
abdomen
Peristaltik usus
Perut terasa
penuh
Anorexia, mual,
muntah
Kekurangan
volume cairan
Bakteri
berkembang biak
Iskemia
4. Manifestasi klinik
Pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung (abdominal
distention), anoreksia, mual dan obstipasi. Muntah mungkin ada, mungkin pula tidak
ada. Keluhan perut kembung pada ileus paralitik ini perlu dibedakan dengan keluhan
perut kembung pada ileus obstruksi.
Pasien ileus paralitik mempunyai keluhan perut kembung, tidak disertai nyeri
kolik abdomen yang paroksismal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya distensi
abdomen, perkusi timpani dengan bising usus yang lemah dan jarang bahkan dapat
tidak terdengar sama sekali. Pada palpasi, pasien hanya menyatakan perasaan tidak
enak pada perutnya. Tidak ditemukan adanya reaksi peritoneal (nyeri tekan dan nyeri
lepas negatif). Apabila penyakit primernya peritonitis, manifestasi klinis yang
ditemukan adalah gambaran peritonitis.
Gejala klinisnya,yaitu :
1.
Distensi yang hebat tanpa rasa nyeri (kolik).
2.
3.
4.
5.
6.
5. Komplikasi
1. Nekrosis usus.
2. Perforasi usus dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi terlalu lama pada organ
intra abdomen.
3. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehingga terjadi
4.
5.
6.
7.
8.
6. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
a. Foto polos abdomen 3 posisi
Dengan posisi terlentang dan tegak (lateral dekubitus) memper-lihatkan
dilatasi lengkung usus halus disertai adanya batas antara air dan udara atau gas
(air-fluid level) yang membentuk pola bagaikan tangga, posisi setengah duduk
untuk melihat Gambaran udara cairan dalam usus atau di luar usus, misalnya
pada abses, Gambaran udara bebas di bawah diafragma, Gambaran cairan di
rongga pelvis atau abdomen bawah.
b. Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema
Mempunyai suatu peran terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus.
Pengujian Enema Barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak
rendah yang tidak dapat pada pemeriksaan foto polos abdomen. Pada anak-anak
dengan intussuscepsi, pemeriksaan enema barium tidak hanya sebagai diagnostik
tetapi juga mungkin sebagai terapi.
c. CTScan
Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen dicurigai
adanya strangulasi. CTScan akan mempertunjukkan secara lebih teliti adanya
kelainan-kelainan dinding usus, mesenterikus, dan peritoneum. CTScan harus
dilakukan dengan memasukkan zat kontras kedalam pembuluh darah. Pada
pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.
d. USG
Intervensi :
a Pantau tanda vital dan observasi tingkat kesadaran dan gejala syok
a. Pantau cairan parentral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin
b. Pantau selang nasointestinal dan alat penghisap rendah dan intermitten. Ukur
haluaran drainase setiap 8 jam, observasi isi terhadap warna dan konsistensi
c. Posisikan pasien pada miring kanan; kemudian miring kiri untuk memudahkan
pasasse ke dalam usus; jangan memplester selang ke hidung sampai selang pada
posisi yang benar
d. Pantau selang terhadap masuknya cairan setiap jam
e. Kateter uretral indwelling dapat dipasang; laporkan haluaran kurang dari 50 ml/jam
f. Ukur lingkar abdomen setiap 4 jam
g. Pantau elektrolit, Hb dan Ht
h. Siapkan untuk pembedahan sesuai indikasi
i. Bila pembedahan tidak dilakukan, kolaborasikan pemberian cairan per oral juga
dengan mengklem selang usus selama 1 jam dan memberikanjumlah air yang telah
diukur atau memberikan cairan setelah selang usus diangkat.
j. Buka selang, bila dipasang, pada waktu khusus seusai pesanan, untuk
memperkirakan jumlah absorpsi.
k. Observsi abdomen terhadap ketidaknyamanan, distensi, nyeri atau kekauan.
l. Auskultasi bising usus, 1 jam setelah makan; laporkan tak adanya bising usus.
m. Cairan sebanyak 2500 ml/hari kecuali dikontraindikasikan.
n. Ukur masukan dan haluaran sampai adekuat.
o. Observasi feses pertama terhadap warna, konsistensi dan jumlah; hindari konstipasi
DAFTAR PUSTAKA
Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed. Jakarta :
EGC; 2001
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.
Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And
Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998
Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih
Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994
Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I.
Jakarta : Salemba Medika; 2001