CJR Perencanaan - Dhiya Annisa Sufi - 7193143005
CJR Perencanaan - Dhiya Annisa Sufi - 7193143005
CJR Perencanaan - Dhiya Annisa Sufi - 7193143005
Perencanaan Pembelajaran
“Desain Strategi Pembelajaran”
Disusun oleh :
Dhiya Annisa Sufi
7193143005
Pendidikan bisnis b 2019
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGRI MEDAN
2020
Kata Pengantar
Puji dan Syukur kita panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyusun tugas Critical Journal Report ini
dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam tugas ini saya akan membahas
mengenai kajian Pentingnya Desain Strategi Pembelajaran dalam perencanaan pembelajaran.
Critical Journal Report ini telah dibuat dengan dari beberapa sumber dan beberapa
bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan tugas ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas Ciritical
Journal Report ini.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada Ciritical
Journal Report ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran serta
kritik yang dapat membangun saya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan
untuk penyempurnaan tugas selanjutnya.
Akhir kata semoga tugas yang saya buat ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua dan dapat memberikan nilai lebih pada proses pembelajaran mata kuliah Perencannan
Pembelajaran.
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI................................................................................................….... .ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................….......... 1
A. Rasionalisasi Pentingnya CJR............................................................................. .1
B. Tujuan Penulisan CJR.......................................................................................... 1
C. Manfaat CJR........................................................................................................ 2
D. Identitas Jurnal yang Direview............................................................................ 2
BAB IV PENUTUP........................................................................................... 12
A. Kesimpulan......................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
Critical Journal Review (CJR) merupakan suatu hal yang penting bagi mahasiswa
karena mempermudah dalam membahas inti hasil penelitian yang telah ada. Terdapat
beberapa hal penting sebelum kita mereview jurnal, seperti menemukan jurnal yang sesuai
dengan topik yang diangkat, membaca keseluruhan dari isi jurnal dan mencoba untuk
menuliskan kembali dengan bahasa sendiri pengertian dari jurnal tersebut. Jurnal memiliki
beberapa ciri-ciri, seperti dibatasi sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh organisasi
penerorganisasi yang memuat jurnal ilmiah; memiliki judul dan nama penulis serta alamat
email dan asal organisasi penulis; terdapat abstract yang berisi ringkasan dari isi jurnal,
introduction, metodologi yang dipakai sebelumnya dan metodologi yang diusulkan,
implementasi, kesimpulan dan daftar pustaka.
Langkah penting dalam mereview sebuah jurnal, yaitu mengemukakan bagian
pendahuluan, mengemukakan bagian diskusi, mengemukakan bagian kesimpulan. Hal-hal
yang perlu ditampilkan dalam critical journal review, yaitu mengungkapkan beberapa
landasan teori yang digunakan oleh peneliti sebagai acuan dalam penelitiannya dan tujuan apa
yang ingin dicapai; mengungkapkan metode yang digunakan, subjek penelitian, teknik
pengumpulan data, alat pengumpul data, dan analisis data yang digunakan; mengambil hasil
dari penelitian yang telah dilakukan dengan memberikan deskripsi secara singkat, jelas, dan
padat; serta menyimpulkan isi dari jurnal.
B. Tujuan
2. Menambah wawasan dan kita dapat berpikir kritis dalam mengemukakan pendapat
mengenai journal tersebut.
Manfaat yang yang dapat kita peroleh dari penulisan critical journal ini adalah:
1. Kita dapat mengetahui journal mana yang cocok diterapkan dalam pembelajaran.
D. Identitas jurnal
Jurnal 1 : DESAIN MODEL PEMBELAJARAN ONLINE
SEBAGAI UPAYA MEMFASILITASI BELAJAR DI TEMPAT KERJA
Penulis : Syaiputra Wahyuda Meisa Diningrat
STIT Al-Ibrohimy Bangkalan
Menurut Harasim (2012: 27), jika dilihat dari dimensi alat penyampai,
pembelajaran online diartikan sebagai penggunaan jaringan komunikasi online dalam
aktivitas belajar, seperti mengirim dan mengakses materi belajar, yang dimediasi oleh
portal web. Konsep tersebur menunjukkan bahwa dalam pembelajaran online terdapat
beberapa unsur utama, yakni jaringan internet dan portal web. Dengan kata lain, tanpa
tersedianya dua komponen tersebut mustahil dapat terwujud model pembelajaran online.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, menurut Dabbagh dan Bannan-Ritland
(2005:15), jika dilihat dari pedagogik, pembelajaran online didefinisikan sebagai
lingkungan belajar terbuka dengan memanfaatkan jaringan internet dan teknologi web
untuk memfasilitasi belajar, membangun pengetahuan melalui aktivitas dan interaksi
belajar yang bermakna. Tidak jauh berbeda dengan pendapat Harasim bahwa komponen
utama pembelajaran online adalah pemanfaatan jaringan internet dan teknologi web.
Namun, dalam definisi ini telah ditunjukkan bahwa tidak hanya berfokus pada fasilitas atau
alat yang digunakan dalam pembelajaran online, akan tetapi perencanaan berdasarkan
model pedagogik, dan aktivitas belajar dan berinteraksi yang bermakna juga perlu
diperhatikan.
Oleh karena itu, sebagai upaya memfasilitasi pembelajaran secara online, pendidik
dan desainer pembelajaran perlu memiliki kemampuan dalam merancang dan
mengembangkan kegiatan
dan interaksi belajar yang bermakna melalui desain model pembelajaran online yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Pola pertama, komponen model pembelajaran online yang terdiri dari model
pedagogik, strategi pembelajaran, dan teknologi belajar. Sementara itu, pola kedua
merupakan proses sistematik pengembangan model pembelajaran online yang terdiri dari
eksplorasi, rancangan, dan evaluasi.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan disajikan uraian kedua pola tersebut dengan sedikit
deskripsi sederhana.
A. Komponen dalam Model Pembelajaran Online.
Tiga komponen utama dalam pembelajaran online yang dapat mendorong
kegiatan belajar dan interaksi bermakna yaitu terdiri dari model pedagogik, strategi
pembelajaran, dan teknologi belajar (lihat pada Gambar 2).
Gambar 2. Tiga komponen utama Model Pembelajaran Online
(Dabbagh dan Bannan-Ritland (2005:16)
1. Model pedagogik.
Model pedagogik dapat di deskripsikan sebagai pandangan terhadap proses
pembelajaran, yaitu model atau konstruksi teoritis yang berasal dari teori-teori belajar yang
dapat di implementasikan ke dalam strategi pembelajaran yang spesifik (Dabbagh dan
Bannan-Ritland, 2005:49). Dalam memahami model pedagogik hal pertama yang harus
dipahami adalah cara bagimana individu belajar dan bagaimana sebuah pengetahuan
dibangun, disimpan, dan kemudian ditarik kembali. Untuk itu, berikut ini akan disajikan
uraian sederhana tentang teori belajar yang dapat memberikan pemahaman terhadap model
pedagogic (Harasim, 2012: 37).
a. Pedagogik teori behavioris.
Pedagogik behavioris ditujukan untuk mendorong dan memodifikasi perilaku yang
dapat diamati, sehingga belajar dapat diartikan sebagai perubahan pengetahuan dan
keterampilan yang dapat diamati. Contoh teknik behavioris yaitu, memberikan
hukuman dan penghargaan, dimana ketika peserta didik yang menunjukkan hasil
sesuai maka akan memperoleh penghargaan, sedangkan peserta didik yang
menunjukkan hasil kurang sesuai maka akan memperoleh hukuman.
b. Pedagogik teori kognitivis.
Pedagogik kognitivis lebih menekankan pada pembelajaran yang preskiptif. Hal ini
menakankan pada pandangan dasar bahwa prilaku individu dapat diprediksi, dimana
stimulus tertentu akan menghasilakan hasil belajar tertentu, artinya sesuai dengan yang
diharapkan. Oleh karena itu, tugas desainer pembelajaran adalah mengidentifikasi
stimulus belajar yang mampu menghasilkan hasil belajar tertentu. Sebab, mereka
menggunakan dasar pertimbangan teori pemrosesan informasi dan schema. Dengan
kata lain, model ini beranggapan bahwa tidak ada stimulus belajar yang paling baik,
akan tetapi setiap jenis stimulus belajar akan menghasilkan setiap jenis hasil belajar
tertentu.
c. Pedagogik teori konstruktivis.
Pedagogik konstruktivis memandang pada peserta didik secara aktif membangun
pengetahuannya sendiri. Oleh karena itu, model ini berfokus pada peserta didik dan
kelompok peserta didik, berbeda dengan model behavioris dan kognitivis yang
berfokus pada pendidik atau desainer pembelajaran, sehingga model ini menekankan
pada peran peserta didik sendiri dalam membangun pengetahuannya. Contoh teknik
behavioris adalah pembelajaran aktif, belajar dengan melakukan, scaffolding
learning, dan belajar berkolaborasi, serta pembelajaran mandiri.
2. Strategi pembelajaran.
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai teknik dan rencana yang di
digunakan oleh pendidik sebagai upaya untuk memfasilitasi dan melibatkan peserta
didik dalam kegiatan belajar (Dabbagh dan Bannan-Ritland, 2005:49). Tidak jauh
berbeda dengan pendapat tersebut, menurut Carey dan Carey (2009:166) secara umum
strategi pembelajaran meliputi pemilihan sistem penyampaian, mengurutkan dan
mengelompokkan isi pembelajaran. hingga memilih media untuk penyampaian isi
pembelajaran. Oleh karena itu, hasil dari strategi pembelajaran dapat berupa sebuah
rencana, metode, atau prosedur belajar yang dapat digunakan untuk memperoleh hasil
belajar spesifik.
Dalam memahami strategi pembelajaran yang terdapat pada komponen model
pembelajaran online, akan disajikan contoh strategi pembelajaran yang sesuai dengan
model pedagogik konstruktivis. Adapun contoh startegi pembelajaran yang dapat
menunjang model pedagogik konstructivis (Dabbagh dan Bannan-Ritland, 2005:206) yaitu,
mendorong aktivitas belajar yang riil, mendorong keterampilan pemecahan masalah,
mendorong keterampilan berkolaboasi dan bersosial, mendorong scaffolding, mendorong
keterampilan belajar mandiri.
3. Teknologi belajar online.
Teknologi belajar online dapat dikategorikan kedalam komunikasi asynchronous
dan synchronous, hypermedia dan multimedia, serta web (Dabbagh dan Bannan-Ritland,
2005:16). Dalam memahami teknologi belajar dengan mudah, artikel ini akan menyajikan
gambaran teknologi belajar menurut Bates dan Poole, yang dapat dimanfaatkan dalam
pembelajaran online (Smith, 2006: 9). Perhatikan Tabel 2.
Tabel 2, terdiri dari penyiaran atau alat pengiriman materi belajar dan komunikasi
atau alat komunikasi antara pendidik dan peserta didik. Dalam penyiaran maupun
komunikasi terdapat dua jenis metode, yaitu sinkron dan tidak sinkron. Sinkron secara
sederhana dapat diartikan sebagai pengoprasian kegiatan belajar secara bersama, di mana
peserta didik diharuskan berpartisipasi secara serentak dalam waktu yang telah
ditentukan. Sedangkan metode tidak sinkron adalah pengoprasian kegiatan belajar yang
tidak serentak, di mana peserta didik dapat memilih waktu, waktu yang sesuai dengan
peserta didik. Sebagai tambahan, teknologi belajar dalam pembelajaran online dapat
dikategorikan kedalam perannya sebagai mengelola program pembelajaran,
mengembangkan program pembelajaran, dan pengiriman program pembelajaran
B. Proses Sistematis dalam Mengembangkan Pembelajaran Online.
Dalam mengembangkan model pembelajaran online terdapat tiga tahapan
utama, yaitu tahap eksplorasi, rancangan, dan evaluasi (Dabbagh dan Bannan-Ritland,
2005:114). Perhatikan Gambar 3.
Tabel 5. Uji Statistik Wilcoxon Signed gunakan simbol, terminologi, dan kaidah
Rank mate- matika.
Kemampuan pemecahan masalah
meng-
postes – pretes
Z -4,213b
Asymp. Sig. (2- 0,000 haruskan siswa untuk
tailed) memahami dan
menggu- nakan
pengetahuan yang tepat
dalam mema
Temuan ini konsisten dengan hasil penelitian
Berdasarkan hasil analisis di atas, yang dilakukan Balan (2012) yang
terlihat bahwa nilai signifikansi kurang dari menemukan peningkatan pemecahan ma-
0,05. De- ngan demikian, hipotesis null salah matematis melalui implementasi AfL.
yang menyatakan tidak terdapat Pe- nelitiannya mendeteksi bahwa dengan
peningkatan kemampuan peme- cahan meng- gunakan AfL, siswa mampu
masalah tidak diterima. Dengan kata lain, menginterpretasi- kan masalah dan
menerima hipotesis alternatif yang berarti menggunakan metode mate- matika yang
bah- wa terdapat peningkatan kemampuan tepat untuk mengatasinya. Siswa juga
pemecah- an masalah siswa sekolah dasar menunjukkan perbaikan dalam memberi-
setelah dikenai perlakuan berupa kan alasan terhadap solusi matematika,
pembelajaran berbasis peni- laian. bagai- mana menyajikan solusi dengan cara
yang jelas dan mudah diakses, dan cara tepat
Pembahasan untuk meng-
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang
di- jelaskan di depan, dapat disimpulkan
bahwa implementasi dari pengembangan
ABL mampu meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah secara signifikan.
hami situasi dan konteks permasalahan
(Dixon
& Brown, 2012; Sutton, 2003) dan
mengkomu- nikasikan pemahaman
matematis mereka (Cas- well & Nisbet,
2005). Kemampuan ini dapat di-
kembangkan dengan mengeksplorasi
pengeta- huan siswa melalui pertanyaan
efektif dalam desain ABL. Özsoy dan
Ataman (2009) menya- takan bahwa
pertanyaan efektif berkontribusi terhadap
pemecahan masalah, memicu proses
berpikir dan merangsang imajinasi.
Pertanyaan efektif juga dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis
yang digunakan untuk menafsir- kan
permasalahan secara lebih komprehensif
sehingga siswa dapat mengkomunikasikan
dan menerapkan pengetahuan yang tepat
untuk me- mecahkan masalah matematis.
Hal ini sebagai- mana yang dilaporkan
oleh Redhana (2012, 2014), yang
menyatakan bahwa pertanyaan efektif
secara signifikan mampu meningkatkan
kemampuan berpikir kritis yang
selanjutnya di- gunakan siswa untuk
memecahkan masalah.
Pertanyaan dalam ABL
memungkinkan semua siswa merasa
bahwa mereka memiliki sesuatu untuk
dikatakan karena tidak menekan- kan pada
jawaban yang didasarkan pengetahuan
faktual. Hal ini masuk akal karena
pertanyaan lebih menekankan bagaimana
mengeksplorasi pengetahuan konseptual
siswa dalam mengko- munikasikan
gagasan. Pertanyaan dalam ABL juga
memungkinkan guru memiliki beberapa
akses ke dalam alam pikir siswa sehingga
dapat melakukan intervensi untuk
mengatasi miskon-
sepsi dan mempromosikan pembelajaran lebih lanjut (Black dkk, 2003, 2004; CCEA, 2009;
Redhana, 2014). Hal ini dapat dilakukan oleh guru dengan menindaklanjuti jawaban faktual
dari siswa dengan pertanyaan-pertanyaan ter- buka yang membimbing mereka mengungkap-
kan pengetahuan yang lebih mendalam, seperti “Mengapa Anda berpikir bahwa...?” dan “Apa-
kah ada yang punya ide lebih lanjut tentang hal itu?”
Kemampuan pemecahan masalah mate- matis juga mengharuskan siswa untuk mampu
merefleksikan diri ketika mereka terlibat dalam “tugas” (Caswell & Nisbet, 2005; Schoenfeld,
1992). Kemampuan refleksi diri tersebut ber- kaitan dengan proses umpan balik yang dapat
membantu siswa menyadari potensi kelemahan dalam pemahaman atau pekerjaan, dan bagai-
mana bekerja untuk meningkatkan pemahaman dan pekerjaan mereka (Carnes, Cardella, &
Diefes-Dux, 2010). Dengan kata lain, umpan balik dalam ABL lebih kepada refleksi diri siswa
ke mana akan melangkah? Sejauh mana posisinya terhadap tujuan yang akan dicapai?
Bagaimana saya akan melangkah selanjutnya? (Hattie & Timperley, 2007). Umpan balik da-
lam ABL juga bukan dalam bentuk skor dan tidak hanya sebatas informasi dari guru ke sis- wa
dan siswa ke guru, namun juga mencakup komentar konstruktif dari sejawat dan menilai diri
sendiri.
Proses umpan balik merupakan unsur dalam penilaian diri dan sejawat yang mana
keduanya saling bersinergi untuk membantu siswa untuk merefleksikan kemampuan, penge-
tahuan, dan pekerjaan mereka sehingga mem- bantu memecahkan masalah dengan teliti. Hal
ini sebagaimana yang diungkapkan oleh bebe- rapa peneliti bahwa refleksi diri siswa dalam
keterlibatannya terhadap tugas pemecahan ma- salah matematis dapat ditingkatkan dengan
menggunakan penilaian diri dan sejawat (misal- nya, Evans & Swan, 2014; Kearney & Perkins,
2010). Penilaian diri dan sejawat dalam desain ABL dilakukan dengan variasi strategi, di anta-
ranya menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengomentari respon atas jawaban dan
pertanyaan siswa lain di kelas. Hal ini dapat
dilakukan dengan kegiatan presentasi lisan oleh siswa. Presentasi lisan di kelas matematika
me- rupakan salah satu metode yang mencakup proses penilaian diri dan sejawat (Ma,
Millman, & Wells, 2008) untuk menyediakan kesempatan siswa berpikir tentang matematika,
memperkuat argumen mereka, dan bagaimana mengekspresi- kan matematika dan
pemahaman mereka ten- tang matematika dengan kata-kata mereka sen- diri, merefleksikan
pemahaman mereka sendiri dan ide-ide orang lain (National Council of Teachersof
Mathematics [NCTM], 2000; Liang- huo & Mei, 2007). Strategi lain untuk mencip- takan
penilaian diri dan sejawat adalah meng- gunakan mini-rubrik. Terdapat beberapa alasan untuk
menggunakan rubrik dalam desain ABL, yakni untuk memandu skoring yang lebih ob- jektif,
alat untuk memfasilitasi penilaian diri dan sejawat, menyediakan umpan balik tepat waktu dan
terperinci, mendorong berpikir kritis, dan membantu mempertajam fokus belajar sis- wa
(Andrade, 2000; Stevens & Levi, 2005).
Paradigma teaching to the test dalam pro- ses penilaian yang selama ini berkembang se-
harusnya dihindari karena tidak menguntung- kan untuk kualitas pendidikan. Penggunaan pe-
nilaian dalam pembelajaran tidak hanya sekedar menggunakan serangkaian tes, tetapi juga
dapat dilakukan dengan beberapa cara yang didasar- kan dari prinsip-prinsip penilaian. ABL
meru- pakan penilaian proses yang menggunakan bukti-bukti belajar untuk digunakan siswa
dan guru untuk menentukan di mana posisi siswa dalam proses belajarnya, di mana mereka
harus melangkah dan bagaimana cara terbaik untuk mencapai tujuan bersama. Dampak positif
dari implementasi ABL diharapkan memberikan sumbangsih tak langsung dalam upaya meng-
ubah perspektif budaya pengujian menjadi bu- daya penilaian sebagai pendamping alami da-
lam proses pendidikan. Di sisi lain, implikasi dari hasil penelitian dalam ruang lingkup ter-
batas ini diharapkan menjadi landasan berpijak untuk mengembangkan literasi penilaian dalam
pengembangan program pendidikan guru.
Kelebihan jurnal :
Jurnal ini lebih terlihat lengkap karna membeerikan contoh langsung ke lapangan
Dan memberikan penjelasan yang cukup objektif dan mudah di pahami di bnading jurnal kedua
Kelemahan jurnal :
Kurang memberikan spesifikasi terhadap penjelasan yang di berikan , terlalu sulit di pahami
SIMPULAN
Artikel ini telah menghasilkan kerangka desain pembelajaran terpadu dalam
pembelajaran online, kerangka tersebut merupakan salah satu model alternatif yang dapat
digunakan pendidik dan desainer pembelajaran dalam mendesain dan mengembangkan model
pembelajaran online yang efektif. Model ini tidak hanya memperhatikan faktor sosial budaya
yang biasanya tidak terfikirkan oleh para desain pembelajaran online, akan tetapi model ini juga
menyajikan uraian tugas pendidik dan desainer pembelajaran dalam pembelajaran online sacara
komprehensif.
Oleh karena itu, kerangka desain pembelajaran terpadu dalam pembelajaran online ini
tidak hanya dapat memberikan kemudahan bagi pendidik dan desainer pembelajaran dalam
merancang model pembelajaran online, akan tetapi memudahkan peserta didik dalam
membangun pengetahuannya dan berinteraksi. Sebab, model ini memiliki tahap eksplorasi,
perancangan, dan evaluasi yang dapat mewujudkan pembelajaran online yang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik.
Sehingga, dengan adanya kerangka desain pembelajaran terpadu dalam
pembelajaran online ini tidak ada lagi kegiatan belajar mandiri yang tidak terstruktur yang
dilakukan oleh peserta didik selama melaksanakan pratek kerja industri. Karena model ini
dapat diadopsi oleh pendidik, desainer pembelajaran, dan praktisi pendidikan yang ingin
merancang model pembelajaran online yang efektif.
PENUTUP
Berdasarkan temuan yang diperoleh pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ter-
dapat peningkatan performa matematika siswa sekolah dasar melalui pembelajaran berbasis
penilaian yang dikembangkan, khususnya ke- mampuan pemecahan masalah matematika. De-
ngan demikian, selain sebagai alat untuk meng- evaluasi capaian siswa setelah mengalami be-
lajar, penilaian juga merupakan pendamping alami untuk meningkatkan pembelajaran mate-
matika.