Kelompok 11 - Sejarah Dinasti Abbasiyah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

SEJARAH DINASTI ABBASIYAH

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Islamic Studies
Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Imam Fuadi, M.Ag

Oleh:

1. M. Jaduk Aji Panjalu (126203202135)


2. Yuni Rahayu (126203202136)
3. Elisa Zuana Fadila (126203202137)

KELAS 1C

JURUSAN TADRIS BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) TULUNGAGUNG

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya beserta kesempatan dan nikmat berupa
kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Sejarah Dinati
Abbasiyah” ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam tidak lupa kami
haturkan kepada junjungan kita, Nabi Agung Muhammad SAW yang kami
nantikan syafaatnya di Yaumul Qiyamah.

Makalah “Sejarah Dinasti Abbasiyah” ini disusun untuk memenuhi salah


satu tugas mata kuliah Islamic Studies yang diampu oleh Bapak Prof. Dr. H.
Imam Fuadi, M.Ag. Adapun tujuan dalam menyusun makalah ini adalah untuk
meningkatkan kepahaman pembaca tentang sejarah perkembangan dinasti yang
ada dalam agama Islam. Kami berharap makalah ini juga dapat berfungsi sebagai
referensi pembelajaran untuk para pembaca yang ingin menambah ilmu
pengetahuan tentang sejarah Dinasti Abbasiyah.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Imam Fuadi,
M.Ag selaku dosen mata kuliah Islamic Studies yang telah memberikan tugas ini
dan memberi bimbingan sehingga kami dapat menambah wawasan dan
pengetahuan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Tidak lupa, kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak


yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah Sejarah Dinasti
Abbasiyah ini sehingga makalah ini dapat tersusun sesuai dengan harapan kami.

Kami menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam


makalah yang kami susun dan masih terdapat banyak kesalahan yang perlu kami
perbaiki. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk membangun makalah ini menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Tulungagung, 04 November 2020

Penyusun

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Makalah............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah..........................................................3
B. Proses Penyebaran Hingga Masa Kejayaan Dinasti Abbasiyah...................5
C. Kemunduran hingga Akhir Pemerintahan Dinasti Abbasiyah....................12
BAB III PENUTUP...............................................................................................14
A. Kesimpulan.................................................................................................14
B. Saran............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti yang berkuasa setelah dinasti


Umayyah di Damaskas runtuh. Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti Islam yang
membawa peradaban Islam kepada puncak kejayaannya. Setelah keruntuhan
Dinasti Umayyah, dinasti Abbasiyah membangun peradaban Islam atas asas ilmu
pengetahuan.

Masa kekhalifahan Abbasiyah ini lah yang dikenal sebagai masa


berkembang pesatnya ilmu pengetahuan. Pada masa ini banyak sekali
bermunculan intelektual-intelektual muslim baik dalam bidang ilmu pengetahuan
maupun ilmu agama. Dalam masa Kekhalifahan Abbasiyah, keadaaan sosial
ekonomi pun berkembang dengan baik. Seperti halnya dalam bidang pertanian
maupun perdagangan. Masyarakat pada masa itu mampu mengatur tatanan
kehidupannya dengan baik, hingga dikenal sebagai negeri masyhur dan makmur.

Dengan demikian, Dinasti Abbasiyah memiliki peranan penting dalam


perkembangan peradaban dunia, sebab para ilmuwan banyak bermunculan pada
era dinasti ini. Dinasti Abbasiyah sebagai pesaing dan penerus Dinasti Umayyah
tentunya ingin membangun peradaban Islam melebihi Dinasti Umayyah.

Hal inilah yang perlu untuk kita ketahui sebagai acuan semangat bagi
generasi umat Islam bahwa peradaban umat Islam pernah memperoleh masa
keemasan yang melampaui kesuksesan negara-negara di Eropa. Dengan kita
mengetahui bahwa dahulu peradaban umat Islam itu diakui oleh seluruh dunia,
maka akan memotivasi sekaligus menjadi ilmu pengetahuan kita mengenai sejarah
peradaban umat Islam sehingga kita akan mencoba untuk mengulangi masa
keemasan itu kembali nantinya oleh generasi umat Islam saat ini.

Meskipun Dinasti Abbasiyah merupakan puncak peradaban


perkembangan agama Islam, Dinasti Abbasiyah juga mengalami kemunduran dan
keruntuhan dalam pemerintahannya.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah?


2. Bagaimana proses penyebaran hingga masa kejayaan Dinasti
Abbasiyah?
3. Bagaimana kemunduran hingga akhir pemerintahan Dinasti
Abbasiyah?

C. Tujuan Makalah

1. Mengetahui sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah


2. Mengetahui proses penyebaran hingga masa kejayaan Dinasti
Abbasiyah
3. Mengetahui kemunduran hingga akhir pemerintahan Dinasti
Abbasiyah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Berdirinya Dinasti Abbasiyah berawal sejak melemahnya kekuasaan


Bani Umayyah yang berujung pada runtuhnya Dinasti Umayyah di Damaskus.
Nama Dinasti Abbasiyah diambil dari nama salah seorang paman Nabi
Muhammad yang bernama al-Abbas ibn Abd al-Muthalib ibn Hisyam. Dinasti
Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad Ibn Ali Ibn
Abdullah Ibn al-Abbas. Kekuasaan Bani Abbasiyah berlangsung selama lima abad
sejak tahun 750-1258 M, melanjutkan kekuasaan Bani Umayyah.
Bani Abbasiyah merasa lebih berhak dari Bani Umayyah atas
Kekhalifahan Islam, sebab mereka berasal dari cabang Bani Hasyim yang secara
garis keturunan lebih dekat dengan Nabi. Menurut mereka, Bani Umayyah
menguasai bangku kekhalifahan Islam secara paksa, dengan melalui tragedi
Perang Siffin. Oleh karena itu, untuk mendirikan Dinasti Abbasiyah, mereka
mengadakan gerakan yang luar biasa melakukan pemberontakan terhadap Dinasti
Umayyah.
Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah, Bani Abbas telah
melakukan usaha perebutan kekuasaan. Bani Abbas telah mulai melakukan upaya
perebutan kekuasaan sejak masa khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M)
berkuasa. Khalifah itu dikenal liberal dan memberikan toleransi kepada kegiatan
keluarga Syi’ah. Gerakan itu didahului oleh saudara-saudara dari Bani Abbas,
seperti Ali bin Abdullah bin Abbas dan Ibrahim al-Imam, yang semuanya
mengalami kegagalan meskipun belum sempat melakukan gerakan yang bersifat
politik. Sementara itu, Ibrahim meninggal dalam penjara karena tertangkap setelah
menjalani hukuman kurungan karena melakukan gerakan makar. Barulah usaha
perlawanan itu berhasil ditangan Abu Abbas, setelah melakukan pembantaian
terhadap seluruh Bani Umayyah, termasuk khalifah Marwan II yang sedang
berkuasa.
Pada tahun 750 M, Abu al-‘Abbas mendeklarasikan dirinya sebagai
khalifah pertama Dinasti Abbasiyah. Ketika Abbas menjabat sebagai khalifah

3
pertama, dia diberi gelar al-Saffah yang berarti penumpah atau peminum darah.
Sebutan tersebut diberikan karena dia mengeluarkan dekrit kepada gubernurnya
yang berisi perintah untuk membunuh tokoh-tokoh Umayyah. Bukan hanya itu
saja, al-Saffah juga melakukan perbuatan keji dengan menggali kuburan para
khalifah Bani Umayyah (kecuali Umar II), dan tulang-tulangnya dibakar.
Berdirilah sebuah dinasti menuju kekuasaan yang bersifat internasional, dengan
asimilasi corak pemikiran dan peradaban Persia, Romawi Timur, Mesir dan
sebagainya. Al-Saffah menjadi pendiri Dinasti Arab Islam ketiga (setelah
Khulafaurrasyidin dan Dinasti Umayyah) yang sangat besar dan berusia lama.1
Terjadi bermacam-macam kekacauan yang disebabkan pembentukan
masa kekhalifahan Bani Abbasiyah menjelang berakhirnya Bani Umayyah, antara
lain:
1. Penindasan yang terus menerus terhadap pengikut Ali dan Bani Hasyim
pada umumnya;
2. Merendahkan kaum Muslimin yang bukan Bangsa Arab sehingga mereka
tidak diberi kesempatan dalam pemerintahan;
3. Pelanggaran terhadap Ajaran Islam dan hak-hak asasi manusia dengan cara
terang-terangan.

Oleh karena itu, dapat dikatakan logis apabila Bani Hasyim mencari
jalan keluar dengan mendirikan gerakan rahasia untuk menumbangkan Bani
Umayyah. Gerakan ini menghimpun:

1. Keturunan Ali (Alawiyin) dengan pemimpin Abu Salamah;


2. Keturunan Abbas (Abbasiyah) dengan pemimpin Ibrahim al-Iman;
3. Keurunan bangsa Persia dengan pemimpin Abu Muslim al-Khurasany.

Mereka memusatkan kegiatannya di Khurasan. Dengan usaha ini,


pada tahun 132 H (750 M), tumbanglah Bani Umayyah dengan terbunuhnya
Marwan ibn Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayyah. Atas pembunuhan
Marwan, mulailah berdiri Daulah Abbasiyah dengan diangkatnya khalifah yang
pertama, yaitu Abdullah ibn Muhammad, dengan gelar Abu al-Abbas al-Saffah,
pada tahun 132-136 H./750-754 M. Pada awal kekhalifahan, Bani Abbasiyah
1
Hitti, 2002, hal. 358

4
menggunakan Kuffah sebagai pusat pemerintahan, dengan Abu al-Saffah (750-
754 M) sebagai Khalifah pertama.

Sebelum wafat, al-Saffah mengangkat saudaranya Abu Ja’far dengan


gelar al-Mansur (754-775) yang artinya “Sultan Tuhan di atas bumi-Nya”. Dan
selanjutnya, Ia adalah khalifah terbesar pada masa kekhalifahan Dinasti
Abbasiyah. Meskipun bukan seorang muslim yang saleh, ia adalah orang yang
memiliki peran besar dalam pembangunan Dinasti ini. Al-Mansur memiliki tiga
puluh lima orang khalifah yang berasal dari keturunannya. Kemudian terdapat
Madinah as-Salam, nama resmi kota al-Mansur atau Al-Mudawwarah (kota
lingkaran), gerbang emas; kubah biru ‘al-qubbah al-khadhra’ yang menjadi
peninggalannya. Al-Mansur berbadan tinggi, berkulit gelap dan berjanggut tipis,
gigih dan tegas. Berbagai kebijakannya dijadikan acuan bagi para penerusnya,
sebagaimana kebijakan Muawiyyah menjadi acuan bagi khalifah-khalifah
Umayyah. Masa kekuasaan ini berhasil mencapai kejayaan dan kemegahan yang
tidak ada tandingannya pada abad pertengahan, kecuali mungkin oleh
Konstantinopel. Menjadi pewaris kekuatan dan prestise kota Ctesiphon,
Babilonia, Nineceh, Ur, dan ibukota-ibukota bangsa Timur Kuno.

B. Proses Penyebaran Hingga Masa Kejayaan Dinasti Abbasiyah

Abu Su’ud dalam bukunya mengemukakakan bahwa pemerintahan


Bani Abbasiyah dibagi ke dalam lima periode, yakni :

1. Periode Pertama (750–847 M)


Pada periode awal pemerintahan Dinasti Abasiyah masih menekankan
pada kebijakan perluasan daerah. Kalau dasar-dasar pemerintahan Bani
Abasiyah ini telah diletakkan dan dibangun oleh Abu Abbas al-Saffah dan
Abu Ja’far al-Mansur, maka puncak keemasan dinasti ini berada pada tujuh
khalifah sesudahnya, sejak masa Khalifah al-Mahdi (775-785 M.) hingga
Khalifah al-Wasiq (842-847 M.). Zaman keemasan telah dimulai pada
pemerintahan pengganti Khalifah al-Ja’far, dan mencapai puncaknya dimasa
pemerintahan Harun Al-Rasyid. Pada masa-masa itu para Khalifah

5
mengembangkan berbagai jenis kesenian, terutama kesusasteraan pada
khususnya dan kebudayaan pada umumnya.

2. Periode Kedua (232 H/847 M–334H/945M)


Kebijakan Khalifah al-Mukasim (833-842 M), untuk memilih anasir
atau perkumpulan dari orang Turki dalam ketentaraan kekhalifahan
Abasiyah dilatar belakangi oleh adanya persaingan antara golongan Arab
dan Persia, pada masa al-Makmun dan sebelumnya. Khalifah al-Mutawakkil
(842-861 M) merupakan awal dari periode ini adalah khalifah yang lemah.
Pemberontakan masih bermunculan dalam periode ini, seperti
pemberontakan Zanj didataran rendah Irak selatan dan Karamitah yang
berpusat di Bahrain. Faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran
Bani Abbasiyah pada periode ini adalah; Pertama, luasnya wilayah
kekuasaan yang harus dikendalikan, sementara komunikasi lambat. Kedua,
profesionalisasi tentara menyebabkan ketergantungan kepada mereka
menjadi sangat tinggi. Ketiga, kesulitan keuangan karena beban pembiayaan
tentara sangat besar. Setelah kekuatan militer merosot, khalifah tidak
sanggup lagi memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.

3. Periode Ketiga (334 H/945 M–447 H/1055 M)


Posisi Bani Abasiyah yang berada di bawah kekuasaan Bani Buwaihi
merupakan ciri utama periode ketiga ini. Keadaan Khalifah lebih buruk
ketimbang di masa sebelumnya, lebih-lebih karena Bani Buwaihi menganut
aliran Syi’ah. Akibatnya kedudukan Khalifah tidak lebih sebagai pegawai
yang diperintah dan diberi gaji. Sementara itu Bani Buwaihi telah membagi
kekuasaanya kepada tiga bersaudara. Ali menguasai wilayah bagian selatan
Persia, Hasan menguasi wilayah bagian utara, dan Ahmad menguasai
wilayah al-Ahwaz, Wasit, dan Baghdad. Baghdad dalam periode ini tidak
sebagai pusat pemerintahan Islam, karena telah pindah ke Syiraz dimana
berkuasa Ali bin Buwaihi.

4. Periode Keempat (447 H/1055M–590 H/1199 M)

6
Periode keempat ini ditandai oleh kekuasaan Bani Saljuk dalam
Daulah Abbasiyah. Kehadirannya atas naungan khalifah untuk
melumpuhkan kekuatan Bani Buwaihi di Baghdad. Keadaan khalifah
memang sudah membaik, paling tidak karena kewibawannya dalam bidang
agama sudah kembali setelah beberapa lama dikuasai orang-orang Syi’ah.

5. Periode Kelima (590 H/1199 M–656 H/1258 M)


Telah terjadi perubahan besar-besaran dalam periode ini. Pada periode
ini, Khalifah Bani Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan suatu
dinasti tertentu. Mereka merdeka dan berkuasa, tetapi hanya di Baghdad dan
sekitarnya. Sempitnya wilayah kekuasaan khalifah menunjukkan kelemahan
politiknya, pada masa inilah tentara Mongol dan Tartar menghancurkan
Baghdad tanpa perlawanan pada tahun 656 H/1256 M.

Periode Bani Abbasiyah yang menjadi masa kejayaan atau


keemasannya, yaitu pada periode pertama, pada masa kekhalifahan Harun al-
Rasyid. Sebab Kekhalifahan Bani Abbasiyah biasa dikaitkan dengan Khalifah
Harun al-Rasyid. Harun al-Rasyid yang digambarkan sebagai Khalifah yang
paling terkenal dalam zaman keemasan kekhalifahan Bani Abbasiyah. Dalam
memerintah Khalifah digambarkan sangat bijaksana, yang selalu didampingi oleh
penasihatnya, yaitu Abu Nawas, seorang penyair yang jenaka, yang sebenarnya
adalah seorang ahli hikmah atau filsuf etika. Zaman keemasan itu digambarkan
dalam kisah 1001 malam sebagai negeri penuh keajaiban.

Lembaga pendidikan pada masa Bani Abbasiyah mengalami


perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat, hal ini sangat ditentukan oleh
perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku
sejak Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa pengetahuan, selain itu juga ada dua
hal yang tidak terlepas dari kemajuan ilmu pengetahuan yaitu:

1. Terjadinya asimilasi antara bahasa Arab dengan bahasa bangsa lain yang
telah lebih dulu mengalami kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan.
Pada masa Bani Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk

7
Islam. Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bangsa-
bagssa itu memberi saham tertentu bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dalam Islam. Pengaruh Persia sangat kuat dalam bidang ilmu pengetahuan.
Disamping itu, bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu,
filsafat, dan sastra. Pengaruh India terlihat dari bidang kedokteran, ilmu
matematika, dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani terlihat dari
terjemahan-terjemahan di berbagai bidang ilmu, terutama Filsafat.

2. Gerakan penerjemahan berlangsung selama tiga fase. Fase pertama, pada


masa khalifah Al-Mansyur hingga Hasrun Al-Rasyid. Pada fase ini yang
banyak diterjemah adalah buku-buku dibidang ilmu Astronomi dan
Mantiq. Fase kedua terjadi pada masa khalifah Al-Makmun hingga tahun
300 H. Buku-buku yang banyak diterjemah adalah bidang filsafat, dan
kedokteran. Dan pada fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H,
terutama setelah adanya pembuatan kertas. Selanjutnya bidang-bidang
ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.

Di zaman khalifah Harun al- Rasyid (786-809 H) adalah zaman yang


gemilang bagi Islam. Pada zaman ini, Kota Baghdad mencapai puncak
kemegahannya yang belum pernah dicapai sebelumnya. Harun sangat cinta pada
sastrawan, ulama, Filosof yang datang dari segala penjuru ke Baghdad. Salah satu
pendukung utama tumbuh pesatnya ilmu pengetahuan tersebut adalah
didirikannya pabrik kertas di Baghdad. Orang Islam pada awalnya membawa
kertas dari Tiongkok, usaha pembuatan kertas erat kaitannya dengan
perkembangan Universitas Islam. Pabrik kertas ini memicu pesatnya penyalinan
dan pembuatan naskah-naskah, dimasa itu seluruh buku ditulis tangan. Ilmu cetak
muncul pada tahun 1450 M ditemukan oleh gubernur di Jerman. Di kota-kota
besar Islam muncul toko-toko buku yang sekaligus juga berfungsi sebagai sarana
pendidikan dan pengajaran non-formal.

Popularitas Bani Abbasiyah ini juga ditandai dengan kekayaan yang


dimanfaatkan oleh khalifah Al-Rasyid untuk keperluan sosial seperti rumah sakit,
lembaga pendidikan dokter, dan farmasi didirikan, dan pada masanya telah ada

8
sekitar 800 orang dokter, selain itu pemandian-pemandian umum didirikan.
Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan
serta kesusastraan berada pada zaman keemasannya. Pada zaman inilah negara
Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi.

Adapun ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa Bani


Abbasiyah adalah sebagai berikut:

1. Ilmu Kedokteran
Pada mulanya Ilmu Kedokteran telah ada pada saat Bani Umayyah,
ini terbukti dengan adannya sekolah tinggi kedokteran Yundisapur dan
Harran. Dinasti Abbasiyah telah banyak melahirkan dokter terkenal
diantaranya sebagai berikut:
a. Hunain Ibnu Ishaq (804-874 M) terkenal segai dokter yang ahli dibidang
mata dan penerjema buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab.
b. Ar-Razi (809-1036 M) terkenal sebagai dokter yang ahli dibidang
penyakit cacar dan campak. Ia adalah kepala dokter rumah sakit di
Baghdad. Buku karangannya dbidang ilmu kedokteran adalah Al-Ahwi.
c. Ibnu Sina (980-1036 M), yang karyanya yang terkenal adalah Al-Qanun
Fi At-Tibb dan dijadikan sebagai buku pedoman bagi Universitas di
Eropa dan negara-negara Islam.
d. Ibnu Rusyd (520-595 M) terkenal sebagai dokter perintis dibidang
penelitian pembuluh darah dan penyakit cacar, dll.
2. Ilmu tafsir
Pada masa ini muncul dua alirang yaitu ilmu tafsir Al-
matsur dan Tafsir Bir ra'yi, aliran yang pertama lebih menekan pada ayat-
ayat Al-Qur'an dan Hadist dan pendapat tokoh-tokoh sahabat. Sedangkan
aliran tafsir yang kedua lebih menekan pada logika (rasionalitas) dan Nash.
Diantara ulama tafsir yang terkenal pada masa ini adalah Ibnu Jarir al-
Thabari (310 H) dengan karangannya jami' al-bayan fi tafsir Al-Qur'an, Al-
Baidhawi dengan karangannya Ma'alim al-tanzil, al-Zakhsyari dengan
karyanyaal-kassyaf, Ar-Razi (865-925M) dengan karangannya al-Tafsir al-
Kabir, dan lain-lainnya.

9
3. Ilmu Hadist
Pada masa pemerintahan khalifah Umar Bin Abdul Aziz (717-720
M) dari Bani Umayyah sudah mulai usaha untuk mengumpulkan dan
membukukan hadist. Akan tetapi perkembangan ilmu hadist yang paling
menonjol pada masa Bani Abbasiyah, sebab pada masa inilah muncul
ulama-ulama hadist yang belum ada tandingannya sampai sekarang.
Diantaranya yang terkenal ialah Imam Bukhari (256 H) ia telah mampu
mangumpulkan sebanyak 7257 hadist dan setelah diteliti terdapat 4000
hadist Shahih dari yang telah berhasil dikumpulkan oleh Imam Bukhari dan
telah disusun dalam kitabnya; Shahih Bukhari. Imam Muslim (251 H)
terkenal sebagai seorang ulama hadist dengan bukunya Shahih Muslim,
buku karangan imam Bukhari dan Muslim dikatakan lebih berpengaruh bagi
umat Islam dari pada buku-buku hadist lainnya, seperti Sunan Abu
Daud oleh Abu Daud (257 H), Sunan Al- Turmizi oleh Imam Al-Turmizi
(287 H), Sunan Al-Nasa'i oleh Al-Nasa'i (303 H), dan Sunan Ibnu-
Majah oleh Imam Ibnu Majah (275 H). Keenam buku hadist tersebut lebih
dikenal dengan sebutan Al- Kutub Al-Sittah.
4. Ilmu Kalam
Bukanlah hal yang berlebihan jika dikatakan pada masa Bani
Abbasaiyah merupakan dasar-dasar Ilmu Fiqh. Ilmu ini disusun oleh ulama-
ulama yang terkenal pada masa itu dan masih besar pengaruhnya sampai
sekarang. Di kalangan Ulama Ahlu al-Sunnah wal jamaah. Muncul Imam
Abu Hanifah (810-150 H) yang lebih cendrung memakai akal (rasionalitas)
dan Ijtihad, Imam Malik Bin Anas (93-179 H) yang lebih cenderung
memakai hadist dan menjauhi sampai batas tertentu pemakaian akal, Imam
Syafi'i (150-204 H) yang berusaha mengkompromikan aliran Ahl al-Ra'yi,
dengan Ahl al-Hadist dalam Fiqh, dan Imam Ahmad bin Hambal(164-241
H) yang merupakan tokoh aliran Fiqh yang keras, ketat dan kurang luwes
dari aliran-aliaran fiqh yang lainnya. Buku karang mereka masih dapat kita
temukan sampai sekarang yaitu al-muawatta, al-umm, al-risalah, dan
sebagainya.
5. Ilmu Tashawuf

10
Dalam bidang ilmu Tashawuf juga muncul ulama-ulama yang
terkenal pada masa pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah. Imam Al-Ghazali
sebagai seorang ulama sufi pada masa Daulah Bani Abbasiyah
meninggalkan karyanya yang masih beredar sampai sekarang yaitu
buku Ihya' Al-Din, yang terdiri dari lima jilid. Al-Hallaj (858-922 M)
menulis buku tentang Tashawuf yang berjudul Al-Thawasshin, Al-Thusi
menulis buku al-lam'u fi al-Tashawuf, Al-Qusyairi (W. 465 H) dengan
bukunya al-risalat al-Qusyairiyat fi il'm al-Tashawuf.
6. Ilmu Matematika
Terjemahan dari bahasa asing ke bahasa Arab menghasilkan karya
dibidang matematika. Di antara ahli matematika Islam yang terkenal adalah
Al-Khawarizmi, adalah seorang pengarang kitab Al-Jabar wal
Muqabalah (ilmu hitung) dan penemu angka Nol. Tokoh lainnya adalah
Abu Al-Wafa Muhammad Bin Muhammad Bin Ismail Bin Al-Abbas
terkenal sebagi ahli ilmu matematika.
7. Ilmu Farmasi
Diantara ahli farmasi pada masa Bani Abbasiyah adalah Ibnu
Baithar, karyanya yang terkenal adalah Al-Mughni (berisi tentang obat-
obatan), jami' al-mufradat al-adawiyah (berisi tentang obat-obatan dan
makanan bergizi).

Dan masih banyak lagi ilmu yang berkembang pada masa Bani
Abbasiyah berkuasa, hal ini terlihat bahwa saat Khalifah Al-Mustansir (1226-
1242 M) memerintah ia mendirikan Universitas Mustansiriah di Baghdad yang
dapat dibanggakan karena telah mampu melampaui perguruan tinggi di Eropa.
Mereka mempunyai fakultas-fakultas yang sempurna, mahaguru digaji
berdasarkan banyak mahasiswa yang terdapat dalam Fakultasnya, setiap
mahasiswa dan mahaguru mendapatkan satu dinar emas setiap bulannya, dan rata-
rata setiap fakultas tidak ada yang kurang dari tiga ribu mahasiswa di dalamnya.
Setiap mahasiswa boleh makan ke dapur umum mahasiswa dengan cuma-cuma,
sebuah perpustakaan besar terdapat dalam universitas itu. Setiap mahasiswa yang

11
berkeinginan menyalin buku-buku atau ingin menyusun buku baru, ada sebuah
kantor yang mengurus persediaan kertas, pena dan tinta untuk keperluan itu.
Disamping gedung universitas dibangun sebuah rumah sakit untuk
mahasiswa diperiksa kesehatannya, hal inilah yang menyebabakan berbagai
perguruan tinggi di Eropa mengambil contoh pada Universitas Mustansiriah itu.
Perkembangan peradaban pada masa daulah Bani Abbasiyah sangat
maju pesat, karena upaya-upaya dilakukan oleh para Khalifah di bidang fisik. Hal
ini dapat kita lihat dari bangunan–bangunan yang berupa:
1. Kuttab, yaitu tempat belajar dalam tingkatan pendidikan rendah dan
menengah.
2. Majlis Muhadharah, yaitu tempat pertemuan para ulama, sarjana,ahli pikir
dan pujangga untuk membahas masalah-masalah ilmiah.
3. Darul Hikmah, Adalah perpustakaan yang didirikan oleh Harun Ar-Rasyid.
Ini merupakan perpustakaan terbesar yang di dalamnya juga disediakan
tempat ruangan belajar.
4. Madrasah. Perdana menteri Nidhomul Mulk adalah orang yang mula-mula
mendirikan sekolah yang ada sampai sekarang ini, dengan nama Madrasah.
5. Masjid, biasanya dipakai untuk pendidikan tinggi dan tahassus.

Pada masa Daulah Bani Abbassiyah, peradaban di bidang fisik seperti


kehidupan ekonomi: pertanian, perindustrian, perdagangan berhasil
dikembangkan oleh Khalifah Mansyur.

C. Kemunduran hingga Akhir Pemerintahan Dinasti Abbasiyah

Akhir dari kekuasaan Bani Abbasiyah adalah saat Baghdad


dihancurkan oleh pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan (656 H/1258
M). Ia adalah saudara dari Kubilay Khan yang berkuasa di Cina sampai ke Asia
Tenggara, dan saudaranya Mongke Khan yang menugaskannya untuk
mengembalikan wilayah-wilayah sebelah barat dari Cina kepangkuannya.
Baghdad dihancurkan dan diratakan dengan tanah. Pada mulanya Hulagu Khan
mengirim suatu tawaran kepada Khalifah Bani Abbasiyah yang terakhir Al-
Mu'tashim billah untuk bekerja sama menghancurkan gerakan Assassin. Tawaran

12
tersebut tidak dipenuhi oleh khalifah. Oleh karena itu, timbullah kemarahan dari
pihak Hulagu Khan.
Pada bulan september 1257 M, Khulagu Khan melakukan penjarahan
terhadap daerah Khurasan, dan mengadakan penyerangan didaerah itu. Khulagu
Khan memberikan ultimatum kepada khalifah untuk menyerah, namun khalifah
tidak mau menyerah dan pada tanggal 17 Januari 1258 M tentara Mongol
melakukan penyerangan.
Waktu penghancuran kota Baghdad, khalifah dan keluarganya
dibunuh disuatu daerah dekat Baghdad sehingga berakhirlah Bani Abbasiyah.
Penaklukan itu hanya membutuhkan beberapa hari saja, tentara Mongol tidak
hanya menghancurkan kota Baghdad tetapi mereka juga menghancurkan
peradaban umat Islam yang berupa buku-buku yang terkumpul di Baitul Hikmah
hasil karya umat Islam yang tak ternilai harganya. Buku-buku itu dibakar dan
dibuang ke sungai Tigris sehingga warna air tersebut mengalami perubahan, dari
yang awalnya jernih menjadi hitam kelam karena lunturan air tinta dari buku-buku
tersebut.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bani Abbasiyah merupakan masa pemerintahan ummat Islam yang


merupakan masa keemasan dan kejayaan dari peradaban umat Islam yang pernah
ada. Pada masa Dinasti Abbasiyah kekayaan negara melimpah ruah dan
kesejahteraan rakyat sangat tinggi. Catatan sejarah pada masa Dinasti Abbasiyah
telah menunjukkan, betapa banyaknya Dinasti ini melahirkan para tokoh-tokoh
intelektual Islam yang terkenal hingga sekarang. Kemajuan yang ada pada Dinasti
Abbasiyah juga tidak terlepas dari stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi
kerajaan. Pusat kekuasaan Abbasiyah berada di Baghdad. Perdagangan juga
menjadi tumpuan kehidupan masyarakat Baghdad.
Dalam bidang matematika melahirkan ilmuan bernama Al-
Khawarizmi yang merupakan penemu angka Nol. Demikian juga dari biang ilmu
agama, adanya perkembangan ilmu tafsir, ilmu kalam, filsafat Islam, dan ilmu
tashauf, yang juga melahirkan tokoh-tokoh di bidang ilmu masing-masing. Pada
masa pemerintahan khalifah Harun Al-rasyid kesejahteraan ummat sangat
terjamin, karena pada masa inilah puncak dari kejayaan Bani Abbasiyah,
pembangunan dilakukan dimana-mana, baik pembangunan rumah sakit, irigasi,
dan pemandian-pemandian umum.
Namun diakhir pemerintahan Khalifah Bani Abbasiyah, Islam
mengalami keterpurukan yang sangat parah. Hal ini disebabkan dari serangan
tentara Mongol yang telah mengahncurkan pusat peradaban umat Islam di
Baghdad dan mengahancurkan pusat ilmu pengetahuan yaitu Baitul Hikmah, yang
berisi buku-buku karangan pakar ilmu umat Islam yang tak ternilai harganya.

B. Saran

Kami selaku penyusun makalah mengerti bahwasanya keseluruhan


materi yang terdapat dalam makalah ini belum sempurna adanya. Oleh sebab itu,
kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dan
memperbaiki agar kedepannya makalah ini dapat menjadi sumber informasi yang

14
lebih bermanfaat dan menjadi sumber wawasan yang dapat dipertanggung
jawabkan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anam, tm-rahasia.blogspot.com. 2012. Makalah Peradaban Islam Pada Masa


Dinasti Abbasiyah. Diposting pada 15 Desember 2012. Diakses pada 04
November 2020, pukul 12:56 WIB, dari https://tm-
rahasia.blogspot.com/2012/12/makalah-peradaban-islam-pada-
masa.html
Aminullah, A. Najli. 2017. Dinasti Bani Abasiyyah, Politik, Peradaban dan
Intelektual. Banten. Diakses pada 04 November 2020, pukul 10:36
WIB, dari
http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/geneologi/article/download/233/
233
Anonim. 2017. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah. Diakses pada tanggal 24
November 2020. Pukul 09:27 WIB, dari
http://bownerniaga.blogspot.com/2017/03/sejarah-berdirinya-dinasti-
abbasiyah.html
Edianto. 2017. “BANI ABBASIYAH: Pembentukan, Perkembangan dan
Kemajuan” dalam Jurnal Al Hikmah Vol. XIX No. 2/2017. Makassar:
UIN Alauddin. Diakses pada 04 November 2020, pukul 11:32 WIB,
dari http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/al_hikmah/article/view/4136/3821
Iqbal. 2015. “Peranan Dinasti Abbasiyah Terhadap Peradaban Dunia” dalam
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat, Volume 11, Nomor 2, Desember
2015 (267-279). Makassar: IAIN Palangka Raya. Diakses pada 04
November 2020, pukul 11:23 WIB, http://e-journal.iain-
palangkaraya.ac.id/index.php/jsam/article/download/453/539
Mahroes, Serli. 2015. “Kebangkitan Pendidikan Bani Abbasiyah Perspektif
Sejarah Pendidikan Islam” dalam JURNAL TARBIYA Volume: 1 No:
1 2015 (77-108). Bandung: UIN Sunan Gunung Djati. Diakses pada 04
November 2020, pukul 11:02 WIB,
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jurnal-
tarbiya/article/download/138/pdf_4
Nunzairina. 2020. “Dinasti Abbasiyah: Kemajuan Peradaban Islam, Pendidikan
dan Kebangkitan Kaum Intelektual” dalam JUSPI (Jurnal Sejarah
Peradaban Islam), Vol. 3, No. 2, 93-103. Medan: Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara. Diakses pada 04 November 2020, pukul 12:49,
dari http://repository.uinsu.ac.id/8855/1/Jurnal%20UINSU.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai