Laporan Praktikum Tes Visus Dan Pendengaran
Laporan Praktikum Tes Visus Dan Pendengaran
Laporan Praktikum Tes Visus Dan Pendengaran
DAN PENDENGARAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Oleh,
Ferdy Ilham
P2.06.20.1.09.014 / 1A
2019/2020
I. Judul praktikum
Pemeriksaan visus mata dan pendengaran
III. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan dan perhitungan visus
Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fungsi pendengaran
A. Visus (ketajaman penglihatan) adalah ukuran berapa jauh dan detail suatu benda dapat
tertangkap oleh mata.sehingga visus dapat disebut sebagai fisiologi mata yang paling
penting.ketajaman penglihatan didasarkan pada prinip tentang adanya daya pisah
minimumyaitu jarak yang paling kecil antra 2 garis yang masih mungkin dipisahkan dan
dapat ditangkap sebagai 2 garis. (Muniati dkk.2010)
1.visus contraksi/centralis
a.visus centralis jauh :ketajaman penglihatan untuk melihat benda yang jauh letaknya.disini
mata tidak mngatakan akomodasi ,benda sinar sudah dapat jatuh pada reina/fovea centralis
b.visus centralis dekat :ketajaman penglihatan untuk melihat benda benda yng dekat.misal :
membaca,menjahit
Disini , mata berakomodasi supaya bayangan benda yang dilihat jatuh pada retina.
2.visus perifer
Yang penting dari visus perimeter ini adalah luasnya penglihatan.fungsi’’visus perifer
adalah :
-pertahanan tubuh : misalnya kita melihat ular yang menggigit kita,kita melihatnya.
Secara klinik kelainan refraksi adalah akibat kerusakan ada akomodasi visual, entah itu
sebagai akibat perubahan biji mata, maupun kelainan pada lensa. Kelainan refraksi yang
sering dihadapi sehari-hari adalah miopia, hipermetropia, presbiopia, dan astigmatisma.
a) Miopi
Pada miopia panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan pembiasan
media refraksi terlalu kuat. Pasien dengan miopia akan menyatakan melihat jelas bila dekat,
sedangkan melihat jauh kabur atau disebut pasien adalah rabun jauh. Seseorang miopia
mempunyai kebiasaan mengeryitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau untuk
mendapatkan efek pinhole (lubang kecil) (Ilyas, 2004 dalam Gita, 2009). Miopia tampak
bersifat genetika, tetapi pengalaman penglihatan abnormal seperti kerja dekat berlebihan
dapat mempercepat perkembangannya. Cacat ini dapat dikoreksi dengan kacamata lensa
bikonkaf (lensa cekung), yang membuat sinar cahaya sejajar berdivergensi sedikit sebelum ia
mengenai mata (Ganong, 2002).
b) Hipermetropia
Hipermetropia atau rabun dekat merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata
dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang
retina. Pasien dengan hipermetropia apapun penyebabnya akan mengeluh matanya lelah dan
sakit karena terus menerus harus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan
yang terletak di belakang makula agar terletak di daerah makula lutea. Keadaan ini disebut
astenopia akomodatif. Akibat terus menerus berakomodasi, maka bola mata bersama-sama
melakukan konvergensi dan mata akan sering terlihat mempunyai kedudukan estropia atau
juling ke dalam (Ilyas, 2004 dalam Gita, 2009). Cacat ini dapat dikoreksi dengan
menggunakan kacamata lensa cembung, yang membantu kekuatan refraksi mata dalam
memperpendek jarak fokus (Ganong, 2002)
c) Astigmatisma
Kelainan refraksi karena kelengkungan kornea yang tidak teratur disebut astigmatisma. Pada
penderita astigmatisma, sistem optik yang astigmatismatik menimbulkan perbesaran atas satu
objek dalam berbagai arah yang berbeda. Satu titik cahaya yang coba difokuskan, akan
terlihat sebagai satu garis kabur yang panjang. Mata yang astigmatisma memiliki kornea yang
bulat telur, bukannya seperti kornea biasa yang bulat sferik. Kornea yang bulat telur memiliki
lengkung (meridian) yang tidak sama akan memfokus satu titik cahaya atau satu objek pada
dua tempat, jauh dan dekat. Lensa yang digunakan untuk mengatasi astigmatisma adalah
lensa silinder. Tetapi pada umumnya, di samping lensa silinder ini, orang yang astigmatisma
membutuhkan juga lensa sferik plus atau minus yang dipasang sesuai dengan porosnya
(Youngson, 1995 dalam Gita, 2009).
V = d/D
Keterangan :
V = visus
D = angka disamping deretan huruf pada optotype yang terkecil yang masih bisa dibaca
probandus (Anonim.2016)
1.Alat :
optotype Snellen
Garpu tala 512 Hz
pulpen
buku/kertas catatan
penggaris
2.bahan :
B. Pemeriksaan pendengaran
Cara Rinne :
1. Getarkanlah penala (frekuensi 256) dengan cara memukulkan salah satu ujung jarinya ke
telapak tangan. Jangan sekali-kali memukulkannya pada benda yang keras.
2. Tekanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga op.
3. Tanyakanlah kepada op apakah ia mendengar bunyi penala mendengung di telinga yang
diperiksa, bila demikian op harus segera memberi tanda bila dengungan bunyi itu
menghilang.
4. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari processus mastoideus op dan kemudian
ujung dari penala ditempatkan sedekat-dekatnya di depan liang telinga yang sedang
diperiksa itu.
1. Catatlah hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut :
Positif : Bila op masih mendengar dengungan sacara hantaran aerotimpanal
Negatif : Bila op tidak mendengar dengungan secara hantaran aerotimpanal.
VII. Data
Cara Rinne
Telinga (Penala Telinga (penala
Orang
digetarkan pada digetarkan lewat
Percobaan
processus mastoideus) udara)
Kanan Kiri Kanan Kiri
(OP) + + + +
Ny.Popon
Keterangan : + = berfungsi normal
VIII. pembahasan
A. Pada praktikum kali ini melakukan tes visus (ketajamn penglihatan) yang berarti
ukuran,berapa jauh,dan detail suatu benda dapat tertangkap oleh mata. (muniati,dkk.2010)
Dalam praktikum in disiapkan 9 probandus dengan usia dan jenis kelamin yang
berbeda,agar data yang dihasilkan bervarian.sehingga dapat membedakan anatra yang normal
dan tidak.faktor dari berkurangnya ketajaman penglihatan itu sendiri antara lain :
Waktu papar,umur/usia seseorang,karena kuat penerangan atau pencahayaan nya serta karena
kelainan refraksi.
Pemeriksaan visus ini dapat dilakukan dengan menggunakan optotype snellen yaitu
sebuah ukuran kuantitatif .suatu kemampuan untuk mengidentifikasi simbol simbol yang
berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan jarak jarak yang telah distandarisasi serta
ukuran yang bervariasi.ini adalah pengukuran funsi visual yang tersering digunakan dalam
klinik.
Optotype snellen ini terdiri atas deretan huruf dengan ukuran yang berbeda dan bertingkat
serta disusun dalam baris mendatar.huruf yang teratas adalah yang paling besar dan makin
kebawah semakin kecil.
Pemeriksaan visus ini mula mula probandus diperkenankan untuk duduk dengan jarak 6m
dari optotype snellen.kemudian probandus menutup salah satu matanya yang tidak
diperiksa.karna pemeriksaan ini dilakukan satu persatu mata secara bergantian.pemeriksa
menunjuk deretan huruf huruf pada optotype snellen dari atas sampai kebawah sampai
probandus tidak dapat melihat lagi huruf tersebut.
Probandus harus membaca pada jarak 6m,karena pada jarak ini mata akan melihat benda
dalam keadadn beristirahat dan tanpa akomodasi.dan ada jarak 6m nilah mata normal mampu
menangkap bayangan benda agar jatuh tepat pada retina mata.
Pada praktikum ini probandus visusnya dinyatakan normal. Pada jarak huruf (D) 20-15
probandus dinyatakan normal,tetapi pada jarak huruf (D) dari 25-200 dinyatak miopi.
Cara mengatasi miopi seseorang dapat menggunakan kaca mata lensa cekung (kaca mata
minus)yang akan membantu mendapatkan bayangan jatuh tepat pada retina.
IX. kesimpulan
X. Daftar pustaka