Bab Ii Asuhan Gizi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian PAGT

Standar proses adalah proses mengidentifikasi, merencanakan, dan memenuhi


kebutuhan gizi. Dalam hal ini, proses asuhan gizi terstandar (PAGT) adalah standar
proses yang memberikan kerangka berpikir dalam memecahkan masalah gizi dan
berlaku untuk semua pasien yang teridentifikasi berisiko atau bermasalah gizi. PAGT
dirancang sebagai struktur dan kerangka kerja bagi profesi gizi yang konsisten ketika
memberikan pelayanan gizi, dirancang untuk digunakan bagi semua kelompok usia,
baik dalam kondisi sakit maupun sehat.

Proses asuhan gizi terstandar (nutrition care process) didefinisikan sebagai


metode pemecahan masalah gizi yang sistematis, profesi gizi menggunakan cara
berpikir kritis, dan membuat keputusan tentang masalah terkait gizi dan memberikan
pelayanan asuhan gizi yang aman, efektif, dan berkualitas

2.2. Konsep Dasar Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)

Gizi berperan penting dalam kesehatan. Gizi mempengaruhi proses


tumbuh kembang pada anak, memelihara kesehatan umum, mendukung aktivitas
kehidupan sehari-hari, dan melindungi tubuh terhadap penyakit. Bagi orang
sakit, gizi dapat mempengaruhi proses penyembuhan penyakit, timbulnya
komplikasi, lamanya hari rawat dan mortalitas. Oleh karena itu asupan makanan
dalam jumlah dan jenis zat gizi yang sesuai kebutuhan sangat penting bagi orang
sehat maupun orang yang sakit. Status gizi merupakan kondisi keseimbangan
asupan zat gizi terhadap kebutuhannya dan dikatakan status gizi baik bila berada
dalam keadaan sesuai.

Masalah gizi timbul bila terjadi ketidaksesuaian antara asupan dan kebutuhan


tubuh akan zat gizi (jumlah dan jenisnya) pada kondisi dan tahap pertumbuhan
tertentu. PAGT dilaksanakan di semua fasilitas pelayanan kesehatan, seperti di rumah
sakit, klinik pelayanan konseling gizi dan dietetik, Puskesmas, dan di
masyarakat. Dalam upaya penanganan problem gizi, perlu diidentifikasi faktor
penyebab yang mendasarinya agar dapat memberikan intervensi yang sesuai.
Tujuan pemberian asuhan gizi adalah mengembalikan pada status gizi baik
dengan mengintervensi berbagai faktor penyebab. Keberhasilan PAGT ditentukan
oleh efektivitas intervensi gizi melalui edukasi dan konseling gizi, pemberian diet
yang sesuai dan kolaborasi dengan profesi lain. Monitoring dan evaluasi dilakukan
untuk menunjukkan keberhasilan penanganan asuhan gizi dan perlu
pendokumentasian pada semua tahapan proses asuhan gizi. Dalam praktek asuhan
gizi, diperlukan keseragaman bahasa (terminologi) untuk berkomunikasi dan
mendokumentasikan PAGT. Terminologi dietetik dan gizi secara internasional
mengenai 4 langkah Proses Asuhan Gizi Terstandar.

2.3. Langkah -langkah PAGT


1. Langkah 1 : Assessment Gizi :
 Tujuan Assessment Gizi
Mengidentifikasi problem gizi dan faktor penyebabnya melalui
pengumpulan, verifikasi dan interpretasi data secara sistematis.
 Langkah Assesment Gizi :
1) Kumpulkan dan pilih data yang merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi status gizi dan kesehatan
2) Kelompokkan data berdasarkan kategori asesmen gizi :
a. Riwayat gizi dengan kode FH (Food History)
b. Antropometri dengan kode AD (Anthropometry Data)
c. Laboratorium dengan kode BD (Biochemical Data)
d. Pemeriksaan fisik gizi dengan kode PD (Physical Data)
e. Riwayat klien dengan kode CH (Client History)
3) Data diinterpretasi dengan membandingkan terhadap kriteria atau standar
yang sesuai untuk mengetahui terjadinya penyimpangan.
Data asesmen gizi dapat diperoleh melalui interview/ wawancara; catatan
medis; observasi serta informasi dari tenaga kesehatan lain yang merujuk.
 Kategori Data Assesment Gizi
1) Riwayat Gizi (FH)
Pengumpulan data riwayat gizi dilakukan dengan cara interview,
termasuk interview khusus seperti recall makanan 24 jam, food frequency
questioner (FFQ) atau dengan metoda asesmen gizi lainnya. Berbagai aspek
yang digali adalah :
a. Asupan makanan dan zat gizi, yaitu pola makanan utama dan snack,
menggali komposisi dan kecukupan asupan makan dan zat gizi,
sehingga tergambar mengenai :
- Jenis dan banyaknya asupan makanan dan minuman,
- Jenis dan banyaknya asupan makanan enteral dan parenteral,
- Total asupan energi,
- Asupan makronutrien,
- Asupan mikronutrien,
- Asupan bioaktif.
b. Cara pemberian makan dan zat gizi yaitu menggali mengenai diet saat
ini dan sebelumnya, adanya modifikasi diet, dan pemberian makanan
enteral dan parenteral, sehingga tergambar mengenai :
- Order diet saat ini,
- Diet yang lalu,
- Lingkungan makan,
- Pemberian makan enteral dan parenteral.
c. Penggunaan medika mentosa dan obat komplemenalternatif (interaksi
obat dan makanan) yaitu menggali mengenai penggunaan obat dengan
resep dokter ataupun obat bebas, termasuk penggunaan produk obat
komplemen-alternatif.
d. Pengetahuan/Keyakinan/Sikap yaitu menggali tingkat pemahaman
mengenai makanan dan kesehatan, informasi dan pedoman mengenai
gizi yang dibutuhkan, selain itu juga mengenai keyakinan dan sikap
yang kurang sesuai mengenai gizi dan kesiapan pasien untuk mau
berubah.
e. Perilaku yaitu menggali mengenai aktivitas dan tindakan pasien yang
berpengaruh terhadap pencapaian sasaran-sasaran yang berkaitan
dengan gizi, sehingga tergambar mengenai :
- Kepatuhan,
- Perilaku melawan,
- Perilaku makan berlebihan yang kemudian dikeluarkan lagi
(bingeing and purging behavior),
- Perilaku waktu makan,
- Jaringan sosial yang dapat mendukung perubahan perilaku.
f. Faktor yang mempengaruhi akses ke makanan yaitu mengenai faktor
yang mempengaruhi ketersediaan makanan dalam jumlah yang
memadai, aman dan berkualitas.
g. Aktivitas dan fungsi fisik yaitu menggali mengenai aktivitas fisik,
kemampuan kognitif dan fisik dalam melaksanakan tugas spesifik
seperti menyusui atau kemampuan makan sendiri sehingga tergambar
mengenai :
- Kemampuan menyusui
- Kemampuan kognitif dan fisik dalam melakukan aktivitas makan
bagi orang tua atau orang cacat
- Level aktivitas fisik yang dilakukan
- Faktor yang mempengaruhi akses ke kegiatan aktivitas fisik
2) Antropometri (AD)
Pengukuran tinggi badan, berat badan, perubahan berat badan,
indeks masa tubuh, pertumbuhan dan komposisi tubuh.
3) Laboratorium (BD)
Keseimbangan asam basa, profil elektrolit dan ginjal, profil asam
lemak esensial, profil gastrointestinal, profile glukosa/endokrin, profil
inflamasi, profil laju metabolik, profil mineral, profil anemia gizi, profil
protein, profil urine, dan profil vitamin.
4) Pemeriksaan Fisik Terkait Gizi (PD)
Evaluasi sistem tubuh, wasting otot dan lemak subkutan, kesehatan
mulut, kemampuan menghisap, menelan dan bernafas serta nafsu makan.
5) Riwayat Klien (CH)
Informasi saat ini dan masa lalu mengenai riwayat personal, medis,
keluarga dan sosial. Data riwayat klien tidak dapat dijadikan tanda dan
gejala (signs/symptoms) problem gizi dalam pernyataan PES, karena
merupakan kondisi yang tidak berubah dengan adanya intervensi gizi.
Riwayat klien mencakup :
a. Riwayat personal yaitu menggali informasi umum seperti usia, jenis
kelamin, etnis, pekerjaan, merokok, cacat fisik.
b. Riwayat medis/kesehatan pasien yaitu menggali penyakit atau kondisi
pada klien atau keluarga dan terapi medis atau terapi pembedahan yang
berdampak pada status gizi.
c. Riwayat sosial yaitu menggali mengenai faktor sosioekonomi klien,
situasi tempat tinggal, kejadian bencana yang dialami, agama, dukungan
kesehatan dan lain-lain
2. Langkah 2 : Diagnosis Gizi
Diagnosis gizi sangat spesifik dan berbeda dengan diagnosis medis. Diagnosis
gizi bersifat sementara sesuai dengan respon pasien. Diagnosis gizi adalah masalah
gizi spesifik yang menjadi tanggung jawab dietisien untuk menanganinya.
 Tujuan Diagnosis Gizi
Mengidentifikasi adanya problem gizi, faktor penyebab yang mendasarinya,
dan menjelaskan tanda dan gejala yang melandasi adanya problem gizi.
 Cara Penentuan Diagnosis Gizi
1) Lakukan integrasi dan analisa data asesmen dan tentukan indikator asuhan
gizi. Asupan makanan dan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan
mengakibatkan terjadinya perubahan dalam tubuh. Hal ini ditunjukkan
dengan perubahan laboratorium, antropometri dan kondisi klinis tubuh.
Karena itu, dalam menganalisis data asesmen gizi penting mengkombinasikan
seluruh informasi dari riwayat gizi, laboratorium, antropometri, status klinis
dan riwayat pasien secara bersama-sama.
2) Tentukan domain dan problem/masalah gizi berdasarkan indikator asuhan gizi
(tanda dan gejala). Problem gizi dinyatakan dengan terminologi diagnosis gizi
yang telah dibakukan. Perlu diingat bahwa yang diidentifikasi sebagai
diagnosis gizi adalah problem yang penanganannya berupa terapi/intervensi
gizi. Diagnosis gizi adalah masalah gizi spesifik yang menjadi tanggung
jawab dietisien untuk menanganinya. Penamaan masalah dapat merujuk pada
terminologi diagnosis gizi. Beberapa diagnosis yang sering dipergunakan dan
Terminologi Diagnosis Gizi.
3) Tentukan etiologi (penyebab problem).
4) Tulis pernyataan diagnosis gizi dengan format PES (Problem-Etiologi-Signs
and Symptoms).
 Domain Diagnosis Gizi
Diagnosis gizi dikelompokkan dalam 3 (tiga) domain yaitu :
1) Domain Asupan
Berbagai problem aktual yang berkaitan dengan asupan energi, zat
gizi, cairan, atau zat bioaktif, melalui diet oral atau dukungan gizi (gizi enteral
dan parenteral). Masalah yang terjadi dapat karena kekurangan (inadequate),
kelebihan (excessive) atau tidak sesuai (inappropriate). Termasuk ke dalam
kelompok domain asupan adalah :
a. Problem mengenai keseimbangan energy
b. Problem mengenai asupan diet oral atau dukungan gizi
c. Problem mengenai asupan cairan
d. Problem mengenai asupan zat bioaktif
e. Problem mengenai asupan zat gizi, yang mencakup problem mengenai :
Lemak dan Kolesterol, Protein, Vitamin, Mineral, Multinutrien.
2) Domain Klinis
Berbagai problem gizi yang terkait dengan kondisi medis atau fisik.
Termasuk ke dalam kelompok domain klinis adalah :
a. Problem fungsional, perubahan dalam fungsi fisik atau mekanik yang
mempengaruhi atau mencegah pencapaian gizi yang diinginkan.
b. Problem biokimia, perubahan kemampuan metabolisme zat gizi akibat
medikasi, pembedahan, atau yang ditunjukkan oleh perubahan nilai
laboratorium.
c. Problem berat badan, masalah berat badan kronis atau perubahan berat
badan bila dibandingkan dengan berat badan biasanya.
3) Domain Perilaku-Lingkungan
Berbagai problem gizi yang terkait dengan pengetahuan,
sikap/keyakinan, lingkungan fisik, akses ke makanan, air minum, atau
persediaan makanan, dan keamanan makanan. Problem yang termasuk ke
dalam kelompok domain perilaku-lingkungan adalah :
a. Problem pengetahuan dan keyakinan
b. Problem aktivitas fisik dan kemampuan mengasuh diri sendiri
c. Problem akses dan keamanan makanan
 Etiologi Diagnosis Gizi
Etiologi mengarahkan intervensi gizi yang akan dilakukan. Apabila intervensi
gizi tidak dapat mengatasi faktor etiologi, maka target intervensi gizi ditujukan
untuk mengurangi tanda dan gejala problem gizi.
Berbagai faktor etiologi yang dapat menyebabkan masalah gizi adalah :

Etiologi berkaitan dengan pendirian yang


Etiologi Keyakinan- diyakininya benar mengenai gizi, perasaan dan
1
Sikap emosi terhadap kebenaran tadi dan melakukan
aktivitasnya
Etiologi berkaitan dengan nilai, norma sosial,
2 Etiologi Kultur
kebiasaan, keyakinan agama dan sistem politik
Faktor sebagai dampak tingkat pemahaman
3 Etiologi Pengetahuan mengenai makanan dan kesehatan atau
informasi dan petunjuk mengenai giz
Etiologi berkaitan dengan kemampuan fisik
4 Etiologi Fungsi Fisik
melaksanakan aktivitas tertentu
Etiologi Fisiologi- Etiologi berkaitan dengan kondisi medis/
5
Metabolik kesehatan yang berdampak pada giz
6 Etiologi Psikologis Etiologi berkaitan dengan masalah psikologis
Etiologi berkaitan dengn riwayat personal atau
7 Etiologi Sosial-Personal
sosial pasien
Etiologi berkaitan dengan terapi medis, bedah
8 Etiologi Terapi
atau terapi lainnya
Faktor yang berkaitan dengan kesediaan dan
9 Etiologi Akses asupan makanan yang sehat, air, suplai
makanan
Etiologi berkaitan dengan perilaku yang
10 Etiologi Perilaku
mempengaruhi pencapaian tujuan asuhan gizi

3. Langkah 3 : Intervensi Gizi


Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk
merubah perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan individu.
 Tujuan Intervensi Gizi
Mengatasi masalah gizi yang teridentifikasi melalui perencanaan dan
penerapannya terkait perilaku, kondisi lingkungan atau status kesehatan individu,
kelompok atau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi klien.
 Komponen Intervensi Gizi
Intervensi gizi terdiri dari 2 (dua) komponen yang saling berkaitan yaitu
perencanaan dan Implementasi.
1) Perencanaan
Langkah langkah perencanaan sebagai berikut :
a. Tetapkan prioritas diagnosis gizi berdasarkan derajat kegawatan masalah,
keamanan dan kebutuhan pasien. Intervensi diarahkan untuk
menghilangkan penyebab (etiologi dari problem), bila etiologi tidak dapat
ditangani oleh ahli gizi maka intervensi direncanakan untuk mengurangi
tanda dan gejala masalah (signs/simptoms).
b. Pertimbangkan panduan Medical Nutrition Theraphy (MNT), penuntun
diet, konsensus dan regulasi yang berlaku.
c. Diskusikan rencana asuhan dengan pasien , keluarga atau pengasuh
pasien.
d. Tetapkan tujuan yang berfokus pada pasien.
e. Buat strategi intervensi, misalnya modifikasi makanan, edukasi
/konseling.
f. Merancang Preksripsi diet. Preskripsi diet adalah rekomendasi kebutuhan
zat gizi pasien secara individual, mulai dari menetapkan kebutuhan
energi, komposisi zat gizi yang mencakup zat gizi makro dan mikro, jenis
diet, bentuk makanan, frekuensi makan, dan rute pemberian makanan.
Preskripsi diet dirancang berdasarkan pengkajian gizi, komponen
diagnosis gizi, rujukan rekomendasi, kebijakan dan prosedur serta
kesukaan dan nilainilai yang dianut oleh pasien /klien.
g. Tetapkan waktu dan frekuensi intervensi.
h. Identifikasi sumber-sumber yang dibutuhkan
2) Implementasi
Langkah langkah implementasi meliputi :
a. Komunikasi rencana intervensi dengan pasien, tenaga kesehatan atau
tenaga lain.
b. Melaksanakan rencana intervensi.
 Kategori Intervensi Gizi
Intervensi gizi dikelompokan dalam 4 (empat) kategori sebagai berikut :
1) Pemberian makanan/ diet (Kode internasional – NDNutrition Delivery)
Penyediaan makanan atau zat gizi sesuai kebutuhan melalui
pendekatan individu meliputi pemberian Makanan dan snack (ND.1); enteral
dan parenteral ( ND.2); suplemen (ND.3); substansi bioaktif (ND.4); bantuan
saat makan (ND.5); suasana makan (ND.4) dan pengobatan terkait gizi
(ND.5)
2) Edukasi (Kode internasional – E- Education)
Merupakan proses formal dalam melatih ketrampilan atau membagi
pengetahuan yang membantu pasien/ klien mengelola atau memodifikasi diet
dan perubahan perilaku secara sukarela untuk menjaga atau meningkatkan
kesehatan. Edukasi gizi meliputi :
a. Edukasi gizi tentang konten/materi yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan (E.1)
b. Edukasi gizi penerapan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
(E.2)
Pedoman dasar pada edukasi gizi, mencakup :
a. Sampaikan secara jelas tujuan dari edukasi.
b. Tetapkan prioritas masalah gizi sehingga edukasi yang disampaikan tidak
komplek.
c. Rancang materi edukasi gizi menyesuaikan dengan kebutuhan individu
pasien, melalui pemahaman tingkat pengetahuannya, keterampilannya,
dan gaya/cara belajarnya.
3) Konseling (C)
Konseling gizi merupakan proses pemberian dukungan pada
pasien/klien yang ditandai dengan hubungan kerjasama antara konselor
dengan pasien/klien dalam menentukan prioritas, tujuan/target, merancang
rencana kegiatan yang dipahami, dan membimbing kemandirian dalam
merawat diri sesuai kondisi dan menjaga kesehatan. Tujuan dari konseling
gizi adalah untuk meningkatkan motivasi pelaksanaan dan penerimaan diet
yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi pasien.
4) Koordinasi asuhan gizi
Strategi ini merupakan kegiatan dietisien melakukan konsultasi,
rujukan atau kolaborasi, koordinasi pemberian asuhan gizi dengan tenaga
kesehatan/institusi/ dietisien lain yang dapat membantu dalam merawat atau
mengelola masalah yang berkaitan dengan gizi.
Pada langkah intervensi gizi ini dietisien harus berpikir kritis dalam hal :
a. Menetapkan prioritas dan target/goals
b. Menentukan preskripsi gizi atau perencanaan dasar
c. Menggalang hubungan interdisipliner
d. Intervensi perilaku awal dan hal terkait gizi lainnnya
e. Memadukan strategi intervensi gizi dengan kebutuhan pasien, diagnosis
gizi, dan nilai nilai pasien
f. Menentukan waktu dan frekuensi asuhan
4. Langkah 4 : Monitoring dan Evaluasi Gizi
 Tujuan Monitoring dan Evaluasi Gizi
Tujuan kegiatan ini untuk mengetahui tingkat kemajuan pasien dan apakah
tujuan atau hasil yang diharapkan telah tercapai. Hasil asuhan gizi seyogyanya
menunjukkan adanya perubahan perilaku dan atau status gizi yang lebih baik.
 Cara Monitoring dan Evaluasi
1) Monitor perkembangan :
a. Cek pemahaman dan kepatuhan pasien/klien terhadap intervensi gizi
b. Tentukan apakah intervensi yang dilaksanakan/ diimplementasikan sesuai
dengan preskripsi gizi yang telah ditetapkan
c. Berikan bukti/fakta bahwa intervensi gizi telah atau belum merubah
perilaku atau status gizi pasien/ klien
d. Identifikasi hasil asuhan gizi yang positif maupun negative
e. Kumpulkan informasi yang menyebabkan tujuan asuhan tidak tercapai
f. Kesimpulan harus di dukung dengan data/ fakta
2) Mengukur hasil
a. Pilih indikator asuhan gizi untuk mengukur hasil yang diinginkan
b. Gunakan indikator asuhan yang terstandar untuk meningkatkan validitas
dan reliabilitas pengukuran perubahan
3) Evaluasi hasil
a. Bandingkan data yang di monitoring dengan tujuan preskripsi gizi atau
standar rujukan untuk mengkaji perkembangan dan menentukan tindakan
selanjutnya
b. Evaluasi dampak dari keseluruhan intervensi terhadap hasil kesehatan
pasien secara menyeluruh
 Objek yang dimonitor
Dalam kegiatan monitoring dan evaluasi dipilih Indikator asuhan gizi.
Indikator yang di monitor sama dengan indikator pada asesmen gizi, kecuali
riwayat personal.
 Kesimpulan hasil monitoring dan evaluasi
Contoh hasil monitoring antara lain :
1) Aspek gizi : perubahan pengetahuan, perilaku, makanan dan asupan, zat gizi
2) Aspek status klinis dan kesehatan : perubahan nilai laboratorium, berat badan,
tekanan darah, faktor risiko, tanda dan gejala, status klinis, infeksi, komplikasi,
morbiditas dan mortalitas
3) Aspek pasien : perubahan kapasitas fungsional, kemandirian merawat diri
sendiri
4) Aspek pelayanan kesehatan : lama hari rawat
5. Dokumentasi Asuhan Gizi
Dokumentasi pada rekam medik merupakan proses yang berkesinambungan
yang dilakukan selama PAGT berlangsung. Pencatatan yang baik harus relevan,
akurat dan terjadwal.
a. Tujuan
Untuk komunikasi dan informasi yang berkelanjutan dalam tim kesehatan
serta menjamin keamanan dan kualitas pemberian asuhan gizi yang dilakukan.
b. Format dokumen
Format khusus untuk proses asuhan gizi adalah ADIME (Asesmen, Diagnosis,
Intervensi, Monitoring–Evaluasi), namun dapat juga dilakukan dengan metoda
SOAP (subjective, objective, assessment dan plan), sepanjang kesinambung
langkah langkah PAGT dapat tercatat dengan baik.
c. Tata cara
1. Tuliskan tanggal dan waktu
2. Tuliskan data data yang berkaitan pada setiap langkah PAGT
3. Membubuhkan tanda tangan dan nama jelas setiap kali menulis pada catatan
medik
Hal yang dicatat dalam rekam medis pada setiap langkah PAGT dapat dilihat
pada tabel berikut ini :

Langkah Data yang dicatat


Assessment 1. Data yang digali dan perbandingannya dengan
Gizi rujukan standar/kriteria asuhan gizi
2. Persepsi, nilai dan motivasi klien/pasien/kelompok
pada saat menyampaikan masalahnya
3. Perubahan pemahaman, perilaku makanan dan hasil
laboratorium dari pasien/klien/kelompok (pada saat
reasesmen)
4. Alasan penghentian asesmen gizi (pada saat re-
asesmen)
Diagnosis Gizi Pernyataan diagnosis gizi format PES
Intervensi Gizi 1. Tujuan dan target intervensi
2. Rekomendasi gizi yang spesifik bersifat Individual
3. Penyesuaian dan justifikasi rencana terapi gizi
4. Rencana rujukan, bila ada
5. Rencana follow up, frekuensi asuhan
Monitoring dan 1. Indikator spesifik yang diukur dan hasilnya
Evaluasi Gizi 2. Perkembangan terhadap target/ tujuan
3. Faktor pendorong maupun penghambat dalam
pencapaian tujuan
4. Hasil/dampak positif atau negative
5. Rencana tindak lanjut intervensi gizi, monitoring,
terapi dilanjutkan atau dihentikan

6. Indikator Asuhan Gizi dan Kriteria Asuhan Gizi


Indikator asuhan gizi adalah data asesmen gizi yang mempunyai batasan yang
jelas dan dapat diobservasi atau diukur. Indikator asuhan gizi merupakan tanda dan
gejala yang menggambarkan keberadaan dan tingkat keparahan problem gizi yang
spesifik, dan dapat juga digunakan untuk menunjukkan keberhasilan intervensi gizi.
Untuk melakukan interpretasi dari indikator asuhan gizi ini perlu dilakukan
perbandingan terhadap kriteria asuhan gizi yang sesuai. Kriteria asuhan gizi yang
akan dijadikan pembanding terhadap indikator asuhan gizi ada beberapa jenis yaitu :
a. Preskripsi Diet
Preskripsi diet merupakan rekomendasi asupan energi, makanan atau zat gizi
secara individual yang sesuai dengan pedoman yang dijadikan acuan. Misalnya
asupan energi hasil recall 24 jam dibandingkan dengan kebutuhan energi dari
preskripsi diet untuk individu berdasarkan pedoman acuannya, Pedoman
perhitungan kebutuhan energi, protein dan air.
b. Target
Sebagai contoh : target perubahan perilaku (kebiasaan gemar mengkonsumsi
makanan camilan menjadi tidak melakukan kebiasaan tersebut). Untuk perilaku
tidak ada preskripsi gizi.
c. Rujukan standar
Standar yang digunakan dapat berupa rujukan internasional maupun nasional.
Misalnya untuk pembanding data antropometrik (WHO) atau laboratorium
(standar kadar gula darah mengikuti Konsensus Diabates Mellitus).
2.4. Contoh Kasus PAGT
1. Contoh Pertama
Tn. I, usia 60 tahun, status menikah, dirawat di RS dengan diagnosis
medis IIeus Obstruksi  Parsial ec. Recti 1/3 distal. Pasien dan istrinya bekerja
sebagai petani dengan penghasilan tidak tetap tergantung hasil panen.  Pasien
mempunyai 2 orang anak yang sudah tidak tinggal dengan pasien. Sejak 3
bulan SMRS pasien mengeluh BAB bercampur darah, dan sempat dirawat
kelas III RS Jampang Kulon Sukabumi selama 4 hari dan dibiopsi. Dari hasil
biopsy pasien didiagnosis Ca recti dan harus menjalani operasi. Sejak 1
minggu SMRS pasien mengeluh msulit BAB tetapi masih bisa buang angin,
setiap BAB bercampur darah, dan keras seperti kotoran kambing. Keluhan
disertai nyeri perut hilang. BB pasien sekarang 48 Kg, dan TB 163 cm.
Hasil pemeriksaan biokimia : Hb :9,1 g/dl (N = 13,5 – 17,5 g/dl),
Hematokrit 27 % (N = 40-52 %), Eritrosit 3,32 jl/UL (4,5-6,5 jt/UL), Leukosit
8200 /mm3 (N = 3800 – 10600/mm3), trombosit 342.000/mm3 (N = 150.000-
450.000/mm3), albumin 2,5 g/dl (N = 3,5-5 g/dl), dan protein total 4,8 g/dl (N
= 6,3-8,2 g/dl). Data klinis pasien adalah TD 110/70 mmHg, nadi 88x/menit,
RR : 20x/menit, suhu afebris. Secara fisik pasien tampak kurus, lemah, pucat,
bising usus (+), dan hanya bisa berbaring di tempat tidur.
Sebelum sakit, pasien biasa makan nasi 2-3 x/hari, dengan lauk yang
sering dikonsumsi telur, ikan asin, tahu dan tempe. Pasien jarang
mengkonsumsi buah dan sayuran, hanya 1-2 kali/minggu, meskipun istrinya
sudah memasakkan sayur. Setelah sakit, pasien makan lebih sedikit dari
biasanya. Hasil recall 24 jam saat di RS didapatkan energi : 690 kal, Protein :
34 gram, lemak 20 gram, dan KH 67 gram. Standart makanan RS : Energi
1700 kalori, protein 68 gram, lemak 54 gram, dan karbohidrat 52 gram.

PENYELESAIAN KASUS
Gambaran Umum Pasien

Nama                          :  Tn. I

Usia                             :  60 Tahun

Jenis Kelamin             :  Perempuan

Status                          :  Menikah

Suku Bangsa              :  Jawa

Pekerjaan                    :  Petani

Ruang/Kelas               :  Dahlia/III

Hari Perawatan           :  5 (hari kelima)

Diagnosis Medis          :  Ileus Obstruksi Parsial ec. Recti 1/3 distal.


Proses Asuhan Gizi Terstandar 
1. Pengkajian Gizi
Riwayat Gizi/Makanan :

Riwayat Nutrisi Dahulu :

Sebelum sakit, pasien biasa makan nasi 2-3 kali/hari, dengan lauk yang sering

dikonsumsi telur, ikan asin, tahu dan tempe. Pasien jarang mengkonsumsi

buah dan sayuran, hanya 1-2 kali/minggu.

Riwayat Nutrisi Sekarang :

Pada saat sakit, pasien makan lebih sedikit dari biasanya, karena nafsu makan

kurang. Motivasi untuk menghabiskan makanan sangat kurang karena alasan

diet/makanan RS terasa hambar dan membosankan. Hasil recall konsumsi

makan 24 jam terakhir saat di RS didapatkan Energi 1090 kal, Protein : 34

gram, lemak : 20,3 gram, dan KH 166,5 gram.

Tabel 1. Tingkat Konsumsi Makan Pasien 24 Jam Terakhir


Lemak
Energi (Kal)Protein (g)(g) KH (g)
Asupan Makan 1090 34 20,3 166,5
Standar Makanan RS 1700 68 54 320
% Tingkat Konsumsi 64,1 50 37,6 52
Kategori Tingkat
Konsumsi Kurang Kurang Kurang Kurang
 
Penilaian : 

Nafsu makan kurang, dan motivasi untuk menghabiskan makanan sangat

kurang, karena alasan diet/makanan RS terasa hambar dan membosankan.

Asupan makan dibandingkan dengan standart makanan RS : Energi : 64,1%,

Protein : 50 %, Lemak 37,6% dan KH : 52%. Nafsu makan (-), sehingga

asupan makan : Kurang, berdasarkan SK Kemenkes

No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit,

(point 11, Sub Gizi dengan indikator sisa makanan yang tidak termakan oleh

pasien menggunakan nilai standar <20%, artinya bahwa pasien dinilai

memiliki asupan yang normal apabila mampu menghabiskan makanan sebesar

≥ 80% dari standar makanan RS, dan jika mengkonsumsi makanan < 80% dari

standar makanan RS, pasien dinilai memiliki asupan makan yang kurang).

Biokimia 
 

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Biokimia Pasien


Jenis PemeriksaanHasil PemeriksaanNilai Normal Keterangan
Hb 9,1 g/dl 13,5-17,5 g/dl ↓ Anemia
Haematokrit 27% 40-52% ↓
Eritrosit 3,32  jt/UL 4,5 – 6,5 jt/UL↓ Anemia
Albumin 2,5 g/dl 3,5-5 g/dl ↓ Hipoalbuminemia
Protein Total 4,8 g/dl 6,3 -8,2 g/dl ↓
 
Penilaian : 

Pasien mengalami anemia, hipoalbuminemia. 


 
Antropometri 

BB : 48 kg, TB 163 cm, BBI = (TB-100) – 10% = 56,7 Kg

Perhitungan IMT : BB/(TB)2 = 48/(1,63)2 = 18.07 kg/m2


 
Penilaian : 

Berdasarkan IMT, pasien memiliki status gizi BB Kurang (18,07

kg/m2), karena batasan BB Kurangyaitu <18,5 kg/m2, menggunakan WHO

WPR/IASO/IOTF dalam the Asia Pacific Perspective : Redefining Obesity

and its Treatment, dengan kategori  :

<18,5 kg/m2                : BB kurang

18,5-22,9 kg/m2             : normal,

≥ 23                             : BB lebih

23-24,9 kg/m2             : at risk (dengan resiko)

25-29,9 kg/m2                 : obese I,

≥30 kg/m2                   : obese II

Fisik Klinis

Fisikw : Pasien sadar, secara fisik pasien tampak kurus, lemah, pucat, BU (+).

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Klinik


Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Keterangan
1. Tekanan darah 120/80 mmHg80-
2. Nadi 110/70 mmHg84 x/menit 100x/menit HipotensiNormal
3. Suhu 370C 36-37,2 0C Normal
4. Respirasi 28 x/menit 19-36 x/menit Normal
Penilaian : 
Tekanan darah rendah, secara fisik terdapat tanda-tanda malnutrisi (pasien
tampak kurus, dan lemah). 
 

Riwayat Personal      :

Sosial Ekonomi :

Pasien dan istrinya bekerja sebagai petani dengan penghasilan tidak tetap

tergantung hasil panen. Pasien mempunyai 2 orang anak yang sudah tidak

tinggal dengan pasien.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Saat ini menjalani perawatan di RS dengan diagnosis medis Ileus

Obstruksi Parsial ec. Recti 1/3 distal.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Sejak 3 bulan SMRS pasien mengeluh BAB bercampur darah, dan sempat

dirawat di RS Jampang Kulon Sukabumi selama 4 hari dan dibiopsi. Dari hasil

biopsi pasien didiagnosis  Ca recti dan harus menjalani operasi. Sejak 1

minggu SMRS pasien mengeluh sulit BAB tetapi masih bisa buang angin,

setiap BAB bercampur darah dank eras seperti kotoran kambing. Keluhan

disertai nyeri perut hilang timbul.


Penilaian :

Pasien memiliki status ekonomi yang rendah, saat ini pasiendidiagnosis Ileus

Obstruksi Parsial ec. Ca Recti 1/3 distal, dan mengalami gangguan fungsi

gastrointestinal.
2. DIAGNOSIS GIZI

NI.2.1 → Makanan dan minuman oral tidak adekuat (P)berkaitan

dengan nafsu  makan kurang (E) ditandai dengan hasil recall Energi : 64,1%,

Protein 50 %, Lemak 37,6%, dan KH 52%, (rata-rata tingkat konsumsi

makan : 51%, termasuk kategori kurang) (S/S).

NI.5.1 →  Peningkatan kebutuhan protein (P) berkaitan dengan penyakit

pasien (E) ditandai dengan asupan protein kurang (50%), hipoalbuminemia,

anemia (S/S).

NC.1.4 → Gangguan fungsi GI (P) berkaitan denganpenyakit Ileus

Obstruktif (E) ditandai dengan rasa nyeri di perut (S/S).

NC.3.1 → BB kurang (P) berkaitan dengan riwayat penyakit pasien (Ca recti)

dan malnutrisi (E) ditandai dengan BBA (48 kg) <BBI (56,7 kg), IMT pasien

18,07 kg/m2 (S/S).
NB.1.3 → Tidak siap untuk berdiet (P) berkaitan dengan motivasi pasien yang

kurang (E) ditandai dengan pasien tidak mau menerima diet yang diberikan

oleh RS, asupan makan rata-rata hanya 51% (S/S).


3. INTERVENSI GIZI                                                                     
Tujuan :
1. Meningkatkan asupan makanan sesuai dengan kebutuhan

2. Memberikan dukungan nutrisi enteral tinggi protein sehingga


meningkatkan asupan asupan protein, kadar hipoalbunemia, dan
kadar Hb.

3. Memberikan makanan yang tidak memperberat fungsi


gastrointestinal, sehingga keluhan nyeri perut berkurang

4. Memperbaiki status gizi dan mempertahankan BB agar tidak jatuh


pada kondisi penurunan BB yang drastis.

5. Memberikan edukasi pemahaman pentingnya diet pasien untuk


penyembuhan.

Prinsip Diet : Energi Tinggi, Protein Tinggi (ETPT)

Macam Diet : Diet ETPT.


Bentuk Makanan :

Makanan lunak (bubur), karena pasien memiliki keluhan nyeri perut, sering

timbul.
Syarat : 
1. Energi dihitung berdasarkan rumusan Harris Benedict, dengan
memperhitungkan basal, aktifitas dan faktor stres, Energi diberikan
tinggi untuk memenuhi kebutuhan basal metabolisme, aktifitas
pada saat sakit, mengatasi infeksi pada ileus, dsb,..

Contoh Sumber Bahan Makanan : bubur, kentang, roti.


1. Protein tinggi, diberikan sebesar 2 g/kgBB/hari (21,7%) untuk
membantu meningkatkan kadar albumin, membantu dalam proses
penyembuhan luka.

Contoh Sumber Bahan Makanan: ayam, daging, ikan.


1. Lemak cukup diberikan 20% dari kebutuhan energi total sebagai
penghasil energi dan cadangan energi tubuh terbesar.

Contoh Sumber Bahan Makanan : minyak, mentega.


1. Karbohidrat diberikan sebesar 58,3 % sebagai penghasil energi
bagi pasien yang sedang menjalani perawatan.

Contoh Sumber Bahan Makanan : bubur, kentang, roti.


1. Vitamin A diberikan sebesar,….. mg untuk meningkatkan imunitas
tubuh.

Contoh Sumber Bahan Makanan : wortel, labu kuning, pepaya


1. Vitamin C diberikan sebesar….. untuk meningkatkan imunitas
tubuh.

Contoh Sumber Bahan Makanan : jeruk


1. Makanan diberikan dengan porsi kecil tapi sering, dengan
frekuensi makan : 3 x makan utama, 2X selingan, dan 3 kali
enteral.

Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat-zat Gizi

Perhitungan Kebutuhan Menurut Harris Benedict :

BEE     = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)

= 66 + (13,7 x 48 Kg) + (5 x 163) – (6,8 x 60)

= 66 + 657,6 + 815 – 408 kal

= 1130,6 kal

TEE     = 1130,6 kal x AF x IF

= 1130,6 kal x 1,2 x 1.3

= 1763,7 kal

Keterangan :   BEE (Basal Energy Expenditure)

TEE (Total Energy Expenditure)

AF (Activity Factor), 1,2 Bedrest

IF (Injury Factor), 1,3 Ileus Obstruksi


Protein (gram) = 2 g/Kg BB

= 2 g x 48 kg

= 96 gram

% Protein  = 96 gram x 4 kal/g x 100%

1763,7 kal

= 21,7%

Lemak = 20% x TEE

= 20% x 1763,7 kalori

= 352,74 kalori

Lemak (gram) = 352,74 kal : 9kal/gram = 39 gram

% Karbohidrat = 100 % – (% protein + % lemak)

= 100  % – (21,7% + 20%)

= 100% – 41,7%

= 58,3 %

Karbohidrat (kal)         = 58,3% x TEE

= 58,3 % x 1763,7 kalori

= 1028,24 kalori

Karbohidrat (g)            = 1028,24 kalori : 4 kal/gram

= 257,1 gram

Kebutuhan Vitamin dan Mineral : (AKG, 2004)

Vitamin A        : 600 RE                      Vitamin D        : 15 ug

Vitamin E        : 15 mg                        Vitamin K        : 65 ug

Tiamin             :  1 mg                         Riboflavin        :  1,3 mg

Niasin              : 16 mg                        Asam Folat      : 400 ug

Piridoksin        :  1,7 mg                      Vitamin B12    :  2,4 ug

Vitamin C        : 90 mg                        Kalsium           : 800 mg

Fosfor              : 600 mg                      Magnesium   : 300 mg

Besi                :   13 mg                     Yodium          : 150 ug


Seng              : 13,4 mg                    Selenium       : 30 ug

Mangan         :   2,3 mg                    Fluor               :   3 mg


4. RENCANA MONITORING DAN EVALUASI
Parameter Target Pelaksanaan
Asupan Makan Asupan makan mencapai 100% dari kebutuhan Setiap hari
Antropometri BB naik dan status gizi normal Akhir Perawatan
Hari kedua pengamatan
Biokimia Hb, albumin, Protein Total kasus
Pucat dan lemah berkurang, TD, nadi, respirasi,
Fisik Kljnis suhu normal Setiap hari
Keluhan Nyeri perut berkurang/hilang Setiap hari
Sikap dan Mengubah perilaku terhadap diet RS (mau
Perilaku menerima diet RS) Setiap hari
 

2. Contoh Kedua
1.Identitas Pasien
Nama          : Ny. X
Umur          : 27 tahun
Sex             : Perempuan
Diagnosa    : Hipertensi

2.  Screening
No Indikator
1 Perubahan berat badan -
2 Nafsu makan berkurang -
3 Kesulitan mengunyah atau menelan -
4 Mual muntah -
5 Diare / konstipasi -
6 Alergi / intoleran zat gizi -
7 Diet Khusus +
8 Enteral / parenteral -
9 Serum albumin darah -
Kesimpulan : Resiko / Tidak Resiko

3. Nutrition Assesment
Anthropometry -       BB = 60 kg
-       TB = 150 cm

·   IMT  =   =   = 26,7  (Normal : 18,5 – 25)


Status Gizi = Over Weight

·   BBI = (150-100) -10 %(150-100)


           = 50 – 5
        = 45  kg
Biokimia ·  Gula darah 115 mg % à (N : <200 mg/dl) à normal
·  Kholesterol 250 mg % à (N : < 200 mg/dl) àrisiko tinggi
Clinic  · Cepat pusing
· Konstipasi
· Cepat lelah
· Mudah emosi
· Tekanan darah 125/85 mmHg
Dietary History ·  Makan 3xsehari
·  Makanan pokok nasi 3 centong
·  Lauk hewani ayam dan telur
·  Lauk nabati : tahu dan tempe
·  Sayur kesukaan lodeh
·  Buah : pisang
·  Minum : air 7 gelas
·  Snack : kolak pisang
Ekonomi ·  Menengah ke atas

4. Nutrition Diagnosis
Domain Problem Etiologi Sign
NI-5.5 Ketidakseimbanganzat giz Kurangnya pengetahuan Cepat lelah
i yang berhubungan dengan Nyeri sendi
makanan dan nutrisi. Konstipasi
NI-55.1 Intake mineral tidak Makanan dan nutrisi Hipertensi TD 125/85
adekuat berhubungan dengan mmHg
kurangnya pengetahuan
tentang makanan sumber
mineral, makan tidak
teratur.
 NC-3.3 Berat Badan Lebih Pola makan salah Overweight

5.Nutrition Intervention
Terapi Diet             : Diet Rendah Garam III 
Bentuk Makanan    : Biasa
Route                      : Oral

1.    Tujuan Diet :
·           Memberikan makanan yang rendah garam 
·           Menurunkan tekanan darah menjadi normal
·           Memberikan makanan yang rendah energi
·           Menurunkan berat badan menjadi berat badan normal
·           Memperbaiki status gizi 
· Mengupayakan perubahan sikap dan perilaku sehat responden dan
keluarganya
terhadap makanan 

2.    Syarat Diet :
· Cukup energi, protein, mineral dan protein.
· Rendah kalori untuk menurunkan BB.
· Protein normal 20% darikebutuhan energysehari.
· Pilih bahan makanan sumber KH kompleksuntuk memberi rasa kenyang lebih
lama.KH 65% dari kebutuhan energi sehari.
· Lemak 15% dari kebutuhan energi sehari.
· Pemberian garam dapur dibatasi 1 sdt/hari (4 gr)
· Tinggi konsumsi serat dari sayuran dan buah-buahan.
· Minum air minimal 8 gls sehari.
· Mineral dan vitamin yang cukup
· Hindari konsumsi makanan dengan kandungan tinggi natrium
seperti makanan kaleng atau sarden.

6.Nutrition Internation
Perhitungan Energi
BMR               = 655 + ( 9,6 x BBI ) + ( 1,8 x TB ) – ( 4,7 x U )
                  = 655 + ( 9,6 x 45 kg ) + ( 1,8 x 150 cm ) – ( 4,7 x 27 )
                  = 655 + 432 + 270 – 126,9
                  = 1230,1  kkal
Energi total      = BMR x Faktor Aktivitas x Faktor Stres
                  = 1230,1 x 1,4 x 1,3
                  = 2238,8 kkal
·  Total Energi                        : 2238,8 kkal
·  Karbohidrat                        : 65% x 2238,8  kkal = 1455 : 4 = 363,7 gr
·  Protein                     : 20% x 2238,8  kkal = 447,8 : 4 = 111,7 gr
·  Lemak                      : 15% x 2238,8  kkal = 200 : 9 = 37,3 gr
7.Rencana Konseling Gizi
a.       Sasaran           : Ny. X sebagai pasien
b.      Tempat           : Di rumah pasien.
c.       Waktu                        : Minggu, 10 April 2012
d.      Media             : Leaflet, buku dan contoh menu serta daftar bahan makanan   
                         penukar.
e.       Metode           : Konsultasi, diskusi dan tanya jawab dengan pasien
f.       Materi             : - Menjelaskan pola hidupsehat (penjelasan 13 PUGS).
-   Menjelaskanmengenaihipertensi dan obesitasbeserta bahayanya.
-   Menjelaskan pola makan yang baik, makanan yang boleh dimakan dan makanan
yang harus dihindari.
-   Menganjurkan untuk membatasi konsumsi garam Na untuk mengatasi hipertensi.
-   Menjelaskan cara melakukan modifikasi resep, baik modifikasi bahan makanan
maupun modifikasi teknik memasak.

8.Parameter yang dimonitor :


·         Asupanenergi perhari
·         Perubahan tekanan darah
·         Asupan makanan dengan kadar Na sesuai aturan
·         Polamakan dan waktu makan
·         Olahraga yang teratur
·         Kondisi fisik dalam waktu  tertentu ( 1 minggu)
·         Perubahan hasil laboratorium ( kolesterol total,kadar gula darah)

9. Implementation
a.       Penyusunan menu sehari
b.      Konsultasi dengan pasien.

10. Rekomendasi
a.       Perlu ditekankan mengenai perilaku pasien dalam mengontrol pola makan
agar berat badan mencapai normal.
b.      Perlu ditekankan mengenai perilaku pasien dalammenjalankan diet agar
tujuan diet tercapai.
c.       Perlu adanya pengawasan tentang pola makan pasien.
d.      Perlu keteraturan untuk olahraga
e.       Perlu pengawasan tentang bahan makanan atau makanan yang akan di
konsumsi.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2014. PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT). Jakarta :


Kementerian Kesehatan RI.
Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 2019. Penuntun Diet Dan Terapi Gizi. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC. (34)

Anda mungkin juga menyukai