Tugas Dietetik Masyarakat

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

NAMA : IRMA DANI AISYAH

NIM : (0801172235)

KELAS : PEMINATAN GIZI – SEM VII

MATA KULIAH : PRAKTIKUM GIZI MASYARAKAT

TUGAS DIETETIK MASYARAKAT

“Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit”

Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan pelayanan yang diberikan dan disesuaikan
dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolism tubuh.
Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses
perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Seiring terjadi kondisi
pasien yang semakin buruk karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk perbaikan organ
tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih memburuk dengan adanya penyakit dan
kekurangan gizi. Selain itu masalah gizi lebih dan obesitas erat hubungannya dengan penyakit
degenerative, seperti diabetes mellitus, penyakita jantung coroner, hipertensi, dan penyakit
kanker, memerlukan terapi gizi untuk membantu penyembuhannya.

Pengorganisasian Pelayanan Gizi Rumah Sakit mengacu pada SK Menkes Nomor 983
Tahun 1998 tentang Organisasi Rumah Sakit dan Peraturan Menkes Nomor
1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di lingkungan
Departemen Kesehatan.

Kegiatan Pelayanan Gizi Rumah Sakit, meliputi:

1. Asuhan Gizi Rawat Jalan;


2. Asuhan Gizi Rawat Inap;
3. Penyelenggaraan Makanan;
4. Penelitian dan Pengembangan;

1
A. Pelayanan Gizi Rawat Jalan

Pelayanan gizi rawat jalan merupakan serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang
berkesinambungan dimulai dari asessmen/pengkajian, pemberian diagnosis, intervensi gizi dan
monitoring evaluasi kepada klien/pasien di rawat jalan. Asuhan gizi rawat jalan pada umumnya
disebut kegiatan konseling gizi dan dietetic atau edukasi dana tau penyuluhan gizi.

1) Tujuan
Memberikan pelayanan kepada klien/pasien rawat jalan atau kelompok dengan
membantu mencari solusi masalah gizinya melalui nasihat gizi mengenai jumlah

2
asupan makanan yang sesuai, jenis diet yang tepat, jadwal makan dan cara makan,
jenis diet dengan kondisi kesehatannya.
2) Sasaran
 Pasien dan keluarga
 Kelompok pasien dengan masalah gizi yang sama
 Individu pasien yang datang atau dirujuk
 Kelompok masyarakat rumah sakit yang dirancang secara periodic oleh rumah
sakit
3) Mekanisme Kegiatan
Pelayanan gizi rawat jalan meliputi kegiatan konseling individual seperti;
pelayanan koseling gizi dan dietetic di unit rawat jalan terpadu, pelayanan terpadu
geriatric, unit pelayanan terpadu HIV/AIDS, unit rawat jalan terpadu utama/VIP dan
unit khusus anak konseling gizi individual dapat pula difokuskan pada suatu tempat.
Pelayanan Penyuluhan berkelompok seperti; pemberian edukasi di kelompok pasien
diabetes, pasien hemodialysis, ibu hamil dan menyusui, pasien jantung coroner,
pasien AIDS, kanker, dan lain-lain.
Mekanisme pasien berkunjung untuk mendapatkan asuhan gizi di rawat jalan
berupa konseling gizi untuk pasien dan keluarga serta penyuluhan gizi untuk
kelompok adalah sebagai berikut:
a. Konseling Gizi
1. Pasien datang ke ruang konseling gizi dengan membawa surat rujukan
dokter dari poliklinik yang ada di rumah sakit atau dari luar rumah sakit.
2. Dietisien melakukan pencatatan data pasien dalam buku registrasi.
3. Dietisien melakukan asessmen gizi dimulai dengan pengukuran
antropometri pada pasien yang belum ada data TB dan BB.
4. Dietisien melanjutkan asessmen/pengkajian gizi berupa anamnesa riwayat
makan, riwayat personal, membaca hasil pemeriksaan lab dan fisik klinis
(bila ada). Kemudian menganalisa semua data asessmen gizi.
5. Dietisien menetapkan diagnosis gizi.
6. Dietisien memberikan intervensi gizi berupa edukasi dan konseling
dengan langkah menyiapkan dan mengisi leaflet flyer/brosur diet sesuai

3
penyakit dan kebutuhan gizi pasien serta menjelaskan tujuan diet, jadwal,
jenis, jumlah bahan makanan sehari menggunakan alat peraga food model,
menjelaskan tentang makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, cara
pemasakan dan lain-lain yang disesuaikan dengan pola makan dan
keinginan serta kemampuan pasien.
7. Dietisien menganjurkan pasien untuk kunjungan ulang, untuk mengetahui
keberhasilan intervensi (monev) dilakukan monitoring dan evaluasi gizi.
8. Pencatatan hasil konseling gizi dengan format ADIME (Asessmen,
Diagnosis, Intervensi, Monitoring dan Evaluasi) dimasukkan ke dalam
rekam medik pasien atau disampaikan ke dokter melalui pasien untuk
pasien di luar rumah sakit dan diarsipkan di ruang konseling.
b. Penyuluhan Gizi
1) Persiapan penyuluhan:
 Menentukan materi sesuai kebutuhan
 Membuat susunan/outline materi yang akan disajikan
 Merencanakan media yang akan digunakan
 Pengumuman jadwal dan tempat penyuluhan
 Persiapan ruangan dan alat bantu/media yang dibutuhkan
2) Pelaksanaan penyuluhan:
 Peserta mengisi daftar hadir (absensi)
 Dietisien menyampaikan materi penyuluhan
 Proses tanya jawab

4
B. Pelayanan Gizi Rawat Inap

Pelayanan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang dimulai dari proses pengkajian
gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi meliputi perencanaan, penyediaan makanan,
penyuluhan/edukasi, dan konseling gizi, serta monitoring dan evaluasi gizi.

1) Tujuan
Memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap agar memperoleh asupan
makanan yang sesuai kondisi kesehatannya dalam upaya mempercepat proses
penyembuhan, mempertahankan dan meningkatkan status gizi.
2) Sasaran
 Pasien
 Keluarga

5
3) Mekanisme Kegiatan
Mekanisme pelayanan gizi rawat inap adalah sebagai berikut:
a. Skrining Gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi
oleh perawat ruangan dan penetapan order diet awal (preskripsi diet awal) oleh
dokter. Skrining gizi bertujuan untuk mengidentifikasi pasien/klien yang berisiko,
tidak berisiko malnutrisi atau kondisi khusus. Kondiri khusus yang dimaksud
adalah pasien dengan kelainan metabolic; hemodialysis; anak; geriatric; kanker
dengan kemoterapi/radiasi; luka bakar; pasien dengan imunitas menurun; sakit
kritis dan sebagainya.
Idealnya skrining dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam setelah pasien
masuk RS. Metoda skrining sebaiknya singkat, cepat dan disesuaikan dengan
kondisi dan kesepakatan di masing-masing RS. Contoh metoda skrining antara
lain Malnutrition Screening Tools (MST), Nutrition Risk Screening (NRS) 2002.
Skrining untuk pasien anak 1-18 tahun dapat digunakan Paediatric Yorkhill
Malnutrition Score (PYMS), Screening Tool for Assessment of Malnutrition
(STAMP), Strong Kids.
Bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien berisiko malnutrisi, maka
dilakukan pengkajian/assessmen gizi dan dilanjutkan dengan langkah-langkah
proses asuhan gizi terstandar oleh Dietisien. Pasien dengan status gizi baik atau
tidak berisiko malnutrisi, dianjurkan dilakukan skrining ulang setelah 1 minggu.
Jika hasil skrining ulang berisiko malnutrisi maka dilakukan proses asuhan gizi
terstandar (PAGT).
Pasien sakit kritis atau kasus sulit yang berisiko gangguan gizi berat akan
lebih baik bila ditangani secara tim. Bila rumah sakit mempunyai Tim Asuhan
Gizi/Nutrition Suport Tim (NST)/Tim Terapi Gizi (TTG)/Tim Dukungan
Gizi/Panitia Asuhan Gizi, maka berdasarkan pertimbangan DPJP pasien tersebut
dirujuk kepada tim.
b. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
Proses Asuhan Gizi Terstandar dilakukan pada pasien yang berisiko
kurang gizi, sudah mengalami kurang gizi dana tau kondisi khusus dengan

6
penyakit tertentu, proses ini merupakan serangkaian kegiatan yang berulang
(siklus) sebagai berikut:

Langkah PAGT terdiri dari:

1) Assessment/Pengkajian Gizi
Assesment gizi/pengkajian gizi dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu 1)
Anamnesis riwayat gizi; 2) Data Biokimia, tes medis dan prosedur (termasuk data
laboratorium); 3) Pengukuran antropometri: 4) Pemeriksaan fisik klinis: 5) Riwayat
personal.
a) Anamnesis Riwayat Gizi
Anamnesis riwayat gizi adalah data meliputi asupan makanan termasuk
komposisi, pola makan, diet saat ini dan data lain yang terkait. Selain itu
diperlukan data kepedulian pasien terhadap gizi dan kesehatan, aktivitas fisik
dan olahraga dan ketersediaan makanan di lingkungan klien.

7
Garmbaran asupan makanan dapat digali melalui anamnesis kualitatif dan
kuantitatif. Anamnesis riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk
memperoleh gambaran kebiasaan makan/pola makan sehari berdasarkan
frekuensi penggunaan bahan makanan. Anamnesis secara kuantitatif
dilakukan untuk mendapatkan gambaran asupan zat gizi sehari melalui "recall
makanan 24 jam dengan alat bantu ‘food model’. Kemudian dilakukan analisis
zat gizi yang merujuk kepada daftar makanan penukar, atau daftar komposisi
zat gizi makanan. Contoh formulir anamnesis riwayat gizi kualitatif dan
kuantitatif pada lampiran 3 dan 4. Riwayat gizi kuantitatif diterjemahkan ke
dalam jumlah bahan makanan dan komposisi zat gizi. Contoh formulir hasil
anamnesis riwayat gizi lampiran 5.
b) Biokimia
Data biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan yang
berkaitan dengan status gizi, status metabolik dan gambaran fungsi organ
yang berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi. Pengambilan kesimpulan
dari data laboratorium terkait masalah gizi harus selaras dengan data assesmen
gizi lainnya seperti riwayat gizi yang lengkap, termasuk penggunaan
suplemen, pemeriksaan fisik dan sebagainya. Disamping itu proses penyakit,
tindakan, pengobatan, prosedur dan status hidrasi (cairan) dapat
mempengaruhi perubahan kimiawi darah dan urin, sehingga hal ini perlu
menjadi pertimbangan.
c) Antropometri
Antropometri merupakan pengukuran fisik pada individu. Antropometri dapat
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain pengukuran tinggi badan (TB);
berat badan (BB). Pada kondisi tinggi badan tidak dapat diukur dapat
digunakan Panjang badan, Tinggi Lutut (TL), rentang lengan atau separuh
rentang lengan. Pengukuran lain seperti Lingkar Lengan Atas (LiLA), Tebal
lipatan kulit (skinfold), Lingkar kepala, Lingkar dada, Lingkar pinggang dan
lingkar pinggul dapat dilakukan sesuai kebutuhan. Penilaian status gizi
dilakukan dengan membandingkan beberapa ukuran tersebut diatas misalnya
Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu ratio BB terhadap TB.

8
Parameter antropometri yang penting untuk melakukan evaluasi status gizi
pada bayi, anak dan remaja adalah Pertumbuhan. Pertumbuhan ini dapat
digambarkan melalui pengukuran antropometri seperti berat badan, panjang
atau tinggi badan, lingkar kepala dan beberapa pengukuran lainnya. Hasil
pengukuran ini kemudian dibandingkan dengan standar.
Pemeriksaan fisik yang paling sederhana untuk melihat status gizi pada pasien
rawat inap adalah BB. Pasien sebaiknya ditimbang dengan menggunakan
timbangan yang akurat/terkalibrasi dengan baik. Berat badan akurat sebaiknya
dibandingkan dengan BB ideal pasien atau B8 pasien sebelum sakit.
Pengukuran BB sebaiknya mempertimbangkan hal-hal diantaranya kondisi
kegemukan dan edema. Kegemukan dapat dideteksi dengan perhitungan IMT.
Namun, pada pengukuran ini terkadang terjadi kesalahan yang disebabkan
oleh adanya edema. BB pasien sebaiknya dicatat pada saat pasien masuk
dirawat dan dilakukan pengukuran BB secara periodik selama pasien dirawat
minimal setiap 7 hari.
d) Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang
berkaitan dengan gangguan gizi atau dapat menimbulkan masalah gizi.
Pemeriksaan fisik terkait gizi merupakan kombinasi dari, tanda tanda vital dan
antropometri yang dapat dikumpulkan dari catatan medik pasien serta
wawancara. Contoh beberapa data pemeriksaan fisik terkait gizi antara lain
edema, asites, kondisi gigi geligi, massa otot yang hilang, lemak tubuh yang
menumpuk, dll.
e) Riwayat Personal
Data riwayat personal meliputi 4 area yaitu riwayat obat-obatan atau suplemen
yang sering dikonsumsi; sosial budaya; riwayat penyakit; data umum pasien.
 Riwayat obat-obatan yang digunakan dan suplemen yang dikonsumsi.
 Social Budaya
Status sosial ekonomi, budaya, kepercayaan/agama, situasi rumah,
dukungan pelayanan kesehatan dan sosial serta hubungan sosial.
 Riwayat Penyakit

9
Keluhan utama yang terkait dengan masalah gizi, riwayat penyakit
dulu dan sekarang, riwayat pembedahan, penyakit kronik atau resiko
komplikasi, riwayat penyakit keluarga status kesehatan mental/emosi
serta kemampuan kognitif seperti pada pasien stroke.
 Data umum pasien antara lain umur, pekerjaan, dan tingkat
pendidikan.
2) Diagnosis Gizi
Pada langkah ini dicari pola dan hubungan antar data yang terkumpul dan
kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilah masalah gizi yang spesifik dan
menyatakan masalah gizi secara singkat dan jelas menggunakan terminologi yang ada.
Penulisan diagnosa gizi terstruktur dengan konsep PES atau Problem Etiologi dan Signs/
Symptoms.
Diagnosis gizi dikelompokkan menjadi tiga domain yaitu:
a.) Domain Asupan adalah masalah aktual yang berhubungan dengan asupan
energi, zat gizi,cairan, substansi bioaktif dari makanan baik yang melalui oral
maupun parenteral dan enteral.
Contoh:
Asupan protein yang kurang (P) berkaitan dengan perubahan indera perasa
dan nafsu makan (E) ditandai dengan asupan protein rata rata sehari kurang
dari 40 % kebutuhan (S)
b.) Domain Klinis adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis atau
fisik/fungsi organ.
Contoh:
Kesulitan meyusui (P) berkaitan dengan E) kurangnya dukungan keluarga
ditandai dengan penggunaan susu formula bayi tambahan (S)
c.) Domain Perilaku/lingkungan adalah masalah gizi yang erkaitan dengan
pengetahuan, perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik dan akses dan keamanan
makanan.
Contoh:
Kurangnya pengetahuan tentang makanan dan gizi (P) berkaitan dengan
mendapat informasi yang salah dari lingkungannya mengenai anjuran diet

10
yang dijalaninya (E) ditandai dengan memilih bahan makanan/ makanan
yang tidak dianjurkan dan aktivitas fisik yang tidak sesuai anjuran (S)
3) Intervensi Gizi

Terdapat dua komponen intervensi gizi yaitu perencanaan intervensi dan


implementasi.

a) Perencanaan Intervensi
Intervensi gizi dibuat merujuk pada diagnosis gizi yang ditegakkan. Tetapkan
tujuan dan prioritas intervensi berdasarkan masalah gizinya (Problem),
rancang strategi intervensi berdasarkan penyebab masalahnya (Etiologi) atau
bila penyebab tidak dapat dintervensi maka strategi intervensi ditujukan untuk
mengurangi Gejala/Tanda (Sign & Symptom).
Tentukan pula jadwal dan frekuensi asuhan. Output dari intervensi ini adalah
tujuan yang terukur, preskripsi diet dan strategi pelaksanaan (implementasi).
Perencanaan intervensi meliputi:
 Penetapan tujuan intervensi
Penetapan tujuan harus dapat diukur, dicapai dan ditentukan waktunya.
 Preskripsi diet
Preskripsi diet secara singkat menggambarkan rekomendasi mengenai
kebutuhan energi dan zat gizi individual, jenis diet, bentuk makanan,
komposisi zat gizi, frekuensi makan.
 Perhitungan Kebutuhan Gizi
Penentuan kebutuhan zat gizi yang diberikan kepada
pasien/klien atas dasar diagnosis gizi, kondisi pasien dan jenis
penyakitnya.
 Jenis Diet
Pada umumnya pasien masuk ke ruang rawat sudah dibuat
permintaan makanan berdasarkan pesanan/order diet awal dari
dokter jaga/ penanggung jawab pelayanan (DPJP). Dietisien
bersama tim atau secara mandiri akan menetapkan jenis diet
berdasarkan diagnosis gizi. Bila jenis diet yang ditentukan

11
sesuai dengan diet order maka diet tersebut diteruskan dengan
dilengkapi dengan rancangan diet. Bila diet tidak sesuai akan
dilakukan usulan perubahan jenis diet dengan
mendiskusikannya terlebih dahulu bersama (DPJP).
 Modifikasi Diet
Modifikasi diet merupakan pengubahan dari makanan biasa
(normal). Pengubahan dapat berupa perubahan dalam
konsistensi; meningkatkan/menurunan nilai energi:
menambah/mengurangi jenis bahan makanan atau zat gizi yang
dikonsumsi; membatasi jenis atau kandungan makanan
tertentu; menyesuaikan komposisi zat gizi (protein, lemak, KH,
cairan dan zat gizi lain); mengubah jumlah frekuensi makan
dan rute makanan. Makanan di RS umumnya berbentuk
makanan biasa, lunak, saring dan cair.
 Jadwal Pemberian Diet
Jadwal pemberian diet/makanan dituliskan sesuai dengan pola
makan sebagai contoh:
Makan Pagi: 500Kalori: Makan Siang: 600kalori: Makan
Malam: 600Kalor; Selingan pagi: 200Kalori: Selingan
Sore: 200Kalori
 Jalur Makanan
Jalur makanan yang diberikan dapat melalui oral dan enteral
atau parenteral.
b) Implementasi Intervensi
Implementasi adalah bagian kegiatan intervensi gizi dimana dietisien
melaksanakan dan mengkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien dan
tenaga kesehatan atau tenaga lain yang terkait. Suatu intervensi gizi harus
menggambarkan dengan jelas: “apa, dimana, kapan, dan bagaimana”
intervensi ini dilakukan. Kegiatan ini juga termasuk pengumpulan data
kembali, dimana data tersebut dapat menunjukkan respons pasien dan perlu
atau tidaknya modifikasi intervensi gizi.

12
Untuk kepentingan dokumentasi dan persepsi yang sama, intervensi
dikelompokkan menjadi 4 domain yaitu pemberian makanan atau zat gizi;
edukasi gizi, konseling gizi dan koordinasi pelayanan gizi. Setiap kelompok
mempunyai terminologinya masing masing.
4) Monitoring dan Evaluasi Gizi

Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui respon


pasien/klien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya. Tiga langkah kegiatan
monitoring dan evaluasi gizi, yaitu:

1. Monitor perkembangan yaitu kegiatan mengamati perkembangan kondisi pasien/klien


yang bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi sesuai yang diharapkan oleh klien
maupun tim. Kegiatan yang berkaitan dengan monitor perkembangan antara lain:
 Mengecek pemahaman dan ketaatan diet pasien/klien
 Mengecek asupan makan pasien/klien
 Menentukan apakah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana/preskripsi
Diet
 Menentukan apakah status gizi pasien/klien tetap atau berubah
 Mengidentifikasi hasil lain baik yang positif maupun negative
 Mengumpulkan informasi yang menunjukkan alasan tidak adanya perkembangan
dari kondisi pasien/klien
2. Mengukur hasil. Kegiatan ini adalah mengukur perkembangan/perubahan yang teriadi
sebagai respon terhadap intervensi gizi. Parameter yang harus diukur berdasarkan
tanda dan gejala dari diagnosis gizi.
3. Evaluasi hasil
Berdasarkan ketiga tahapan kegiatan di atas akan didapatkan 4 jenis hasil, yaitu:
 Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat pemahaman,
perilaku, akses, dan kemampuan yang mungkin mempunyai pengaruh pada
asupan makanan dan zat gizi.
 Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan dan atau
zat gizi dari berbagai sumber, misalnya makanan, minuman, suplemen, dan
melalui rute enteral maupun parenteral.

13
 Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi yaitu pengukuran
yang terkait dengan antropometri, biokimia dan parameter pemeriksaan
fisik/klinis.
 Dampak terhadap pasien/klien terhadap intervensi gizi yang diberikan pada
kualitas hidupnya.
4. Pencatatan Pelaporan
Pencatatan dan laporan kegiatan asuhan gizi merupakan bentuk pengawasan dan
pengendalian mutu pelayanan dan komunikasi. Terdapat berbagai cara dalam
dokumentasi antara lain Subjective Objective Assessment Planning (SOAP) dan
Assessment Diagnosis Intervensi Monitoring & Evaluasi (ADIME). Format ADIME
merupakan model yang sesuai dengan langkah PAGT.

14
15
4) Koordinasi Pelayanan

Komunikasi antar disiplin ilmu sangat diperiukan untuk memberikan asuhan yang
terbaik bagi pasien. Sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan, dietisien harus
berkolaborasi dengan dokter, perawat, farmasi dan tenaga kesehatan lainnya yang terkait
dalam memberikan pelayanan asuhan gizi. Oleh karenanya perlu mengetahui peranan
masing masing tenaga kesehatan tersebut dalam memberikan pelayanan.

a.) Dokter Penanggung Jawab Pelayanan


o Bertanggung jawab dalam aspek gizi yang terkait dengan keadaan klinis
pasien.
o Menentukan preksripsi diet awal (order diet awal).
o Bersama dietisien menetapkan preskripsi diet definitive.
o Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai peranan
terapi gizi.
o Merujuk klien/pasien yang membutuhkan asuhan gizi atau konseling
gizi.
o Melakukan pemantauan dan evaluasi terkait masalah gizi secara berkala
bersama dietisien, perawat dan tenaga kesehatan lain selama klien/pasien
dalam masa perawatan.
b.) Perawat
o Melakukan skrining gizi pasien pada asesmen awal perawatan.
o Merujuk pasien yang berisiko maupun sudah terjadi malnutrisi dan atau
kondisi khusus ke dietisien.
o Melakukan pengukuran antropometri yaitu penimbangan berat badan,
tinggi badan/ panjang badan secara berkala.
o Melakukan pemantauan, mencatat asupan makanan dan respon klinis
klien/pasien terhadap diet yang diberikan dan menyampaikan informasi
kepada dietisien bila terjadi perubahan kondisi pasien.
o Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga terkait pemberian
makanan melalui oral/ enteral dan parenteral.
c.) Dietisien

16
o Mengkaji hasil skrining gizi perawat dan order diet awal dari dokter.
o Melakukan asesmen/pengkajian gizi lanjut pada pasien yang berisiko
malnutrisi, malnutrisi atau kondisi khusus meliputi pengumpulan,
analisa dan interpretasi data riwayat gizi; riwayat personal; pengukuran
antropometri; hasil laboratorium terkait gizi dan hasil pemeriksaan fisik
terkait gizi.
o Mengidentifikasi masalan/ diagnosa gizi berdasarkan hasil asesmen dan
menetapkan prioritas diagnosis gizi.
o Merancang intervensi gizi dengan menetapkan tujuan dan preskripsi diet
yang lebih terperinci untuk penetapan diet definitive serta merencanakan
edukasi / konseling.
o Melakukan koordinasi dengan dokter terkait dengan diet definitive.
o Koordinasi dengan dokter, perawat, farmasi, dan tenaga lain dalam
pelaksanaan intervensi gizi.
o Melakukan monitoring respon pasien terhadap intervensi gizi.
o Melakukan evaluasi proses maupun dampak asuhan gizi.
o Memberikan penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada klien/pasien
dan keluarganya.
o Mencatat dan melaporkan hasil asuhan gizi kepada dokter.
o Melakukan assesmen gizi ulang (reassesment) apabila tujuan belum
tercapai.
o Mengikuti ronde pasien bersama tim kesehatan.
o Berpartisipasi aktif dalam pertemuan atau diskusi dengan dokter,
perawat, anggota tim asuhan gizi lain, klien/pasien dan keluarganya
dalam rangka evaluasi keberhasilan pelayanan gizi.
d.) Farmasi
o Mempersiapkan obat dan zat gizi terkait seperti vitamin, mineral,
elektrolit dan nutrisi parenteral.
o Menentukan kompabilitas zat gizi yang diberikan kepada pasien.

17
o Membantu mengawasi dan mengevaluasi penggunaan obat dan cairan
parenteral oleh klien/pasien bersama perawat.
o Berkolaborasi dengan dietisien dalam pemantauan interaksi obat dan
makanan.
o Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai interaksi
obat dan makanan.
e.) Tenaga Kesehatan lain misalnya adalah tenaga terapi okupasi dan terapi
wicara berkaitan dalam perencanaan dan pelaksanaan intervensi pada pasien
dengan gangguan menelan yang berat.

18

Anda mungkin juga menyukai