Makalah Kel 1
Makalah Kel 1
Makalah Kel 1
Kelompok 1
Alhamdulillah kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan judul “Distribusi
(Jumlah dan Volume Tinja) di IPLT Surau Gadang ”. Shalawat dan salam kami
ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kami kepada zaman
yang penuh dengan ilmu. Terima kasih kami ucapkan kepada dosen mata kuliah
Pencemaran Pengendalian Lingkungan Dan Limbah Industri yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat
di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.3 Tujuan...................................................................................................................1
2.10 Sosialisasi..........................................................................................................10
2.11 PEMDA.............................................................................................................11
3.3 Penjelasan Hasil Observasi Mengenai Jumlah Volume Tinja Yang Di Olah Di
IPLT..........................................................................................................................14
3.4 Penjelasan Hasil Observasi Mengenai Distribusi Tinja Yang Ada Di IPLT......14
3.5 Dimensi Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja.....................................................15
BAB 4 PEMBAHASAN.................................................................................................17
BAB 5 PENUTUP...........................................................................................................19
5.1 Kesimpulan.........................................................................................................19
5.2 Saran...................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................20
BAB 1
PENDAHULUAN
Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh
tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari
dalam tubuh ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine), dan CO2 sebagai hasil dari
proses pernapasan.
Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area
pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari segi
kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang
pokok untuk sedini mungkin diatasi. Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja
disertai dengan cepatnya pertambahan penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran
penyakit-penyakit yang ditularkan melalui tinja. Oleh karena itu, kotoran manusia
(faeces) adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks.Penyebaran penyakit
yang bersumber pada feces dapat melalui berbagai macam jalan atau cara.
Pembuangan kotoran manusia berupa tinja, di Kota Padang sudah terdapat
Instalansi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), yang mana salah satunya terdapat di
Kelurahan Surau Gadang, Kec. Nanggalo Padang. Dimana Instalansi Pengolahan
Lumpur Tinja (IPLT) mempunyai tujuan diantaranya yaitu: meningkatkan kualitas
lingkungan, menghindari pencemaran sumber daya air, meningkatkan kesehatan
masyarakat. Dengan adanya IPLT ini, dapat meningkatkan kesehatan masyarakat serta
masyarakat bisa jauh dari berbagai macam penyakit yang di timbulkan oleh tinja.
Berapa distribusi tinja yang masuk dan diolah oleh IPLT Kelurahan Surau Gadang
Kecamatan Nanggalo Padang.
1
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui distribusi tinja yang masuk dan diolah oleh IPLT Kelurahan
Surau Gadang Kecamatan Nanggalo Padang.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi olehtubuh yang
harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces) merupakansalah satu sumber
penyebaran penyakit yang multikompleks. Orang yangterkena diare, kolera dan infeksi
cacing biasanya mendapatkan infeksi inimelalui tinja (faeces). Seperti halnya sampah,
tinja juga mengundangkedatangan lalat dan hewan-hewan lainnya. Lalat yang hinggap
di atas tinja(faeces) yang mengandung kuman-kuman dapat menularkan kuman-
kumanitu lewat makanan yang dihinggapinya, dan manusia lalu memakan
makanantersebut sehingga berakibat sakit. Beberapa penyakit yang dapat
disebarkanakibat tinja manusia antara lain tipus, disentri, kolera, bermacam-
macamcacing (gelang, kremi, tambang, pita), schistosomiasis, dan sebagainya.
3
ini sering bersifat sangat kompleks.Berbagai faktor penyebab, yaitu
keterbatasan penyediaan lahan,kepentingan yang berbeda antara individu,
faktor sumber daya, faktor fisibilitas pengelolaan dan sebagainya sangat
menentukan keberhasilan penanganan tinja dari manusia sebagai kelompok ini.
Penanganan tinjadari manusia sebagai kelompok biasanya dilakukan secara
kolektif dengan menggunakan jamban umum.
4
diuraikan secara aerobic oleh bakteri saprofit yang mampumenembus tanah sampai
sedalam 60 cm.
Proses dekomposisi berlangsung pada semua bahan organic mati yang
berasal dari tumbuhan atau hewan, terutama pada komponen nitrat, sulfat,atau
karbonat yang dikandungnya. Pada kotoran manusia yang merupakancampuran
tinja dan air seni yang relative kaya akan senyawa nitrat, prosesdekomposisi terjadi
melalui siklus nitrogen. Pada siklus ini, pertama,senyawa dipecahkan menjadi
amonia dan bahan sederhana lainnya.Kemudian, diubah oleh bakteri nitrit
(nitrifying bacteria) menjadi nitrit dannitrat. Bau merangsang yang timbul selama
dekomposisi air seni disebabkanoleh amonia yang tetrlepas sebelum berubah
menjadi bentuk yang lebihstabil. Dekomposisi dapat berlangsung sangat cepat, dari
beberapa hari padadekomposisi mekanis yang sangat terkendali sampai dengan
beberapa bulan, bahkan hamper satu tahun pada kondisi rata ± rata lubang jamban.
Pada umunya, kondisi yang terjadi pada dekomposisi tinja tidak
menguntungkan bagi kehidupan organism pathogen. Bukan hanya karenatemperatur
dan kandungan airnya yang menghambat pertumbuhan organisme pathogen itu,
melainkan kompetisi antara flora bakteri dan protozoa, yang bersifat predator dan
merusak. Pathogen cenderung cepat mati apabila produk akhir dekomposisi yang
berbentuk seperti humus itu di hamparkan diluar danmengering. Bakteri pathogen
tidak dapat hidup lebih lama dari 2 bulan padaisi lubang jamban yang dibiarkan
begitu saja. Telur cacing tambang akantetap hidup lebih lama, tergantung pada
kelembaban dan temperature udara,smapai 5 bulan pada iklim dingin, dan lebih
pendek waktunya pada kondisitropis. Mereka bahkan menetas dalam kondisi ada
udara, dan akanmenghasilkan larva yang dapat hidup selama beberapa minggu pada
tanahyang lembab dan berpasir. Telur ascaris dapat hidup 2 atau 3 pekan dalam
bahan yang terdapat pada lubang jamban.
Hasil akhir proses dekomposisi mengandung nutrient tanah yang
bermanfaat dan dapat memberikan keuntungan bila digunakan sebagia pupuk
penyubur tanaman (fertilizer). Kadang ± kadang petani mengeluh karenasedikitnya
kandungan nitrogen pada tinja yang telah memngalamidekomposisi. Tinja segar
memang mengandung lebih banyak bahan nitrogen,namun bahan itu tidak dapat
digunakan oleh tanaman pada susunan nya yangasli. Tanaman hanya dapat
5
menggunaan nitrogen sebagia amonia, nitrit, atuanitrat yang mana dihasilkan
selama dekomposisi tahap lanjutan. Bila tinjasegar dihamparkan diatas tanah,
kebanyakan nitrogen akan berubah menjadi bahan padat yang menguap ke udara
sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
Instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) adalah instalasi pengolahan air limbah
yang didesain hanya menerima lumpur tinja melalui mobil (truk tinja). Lumpur tinja
diambil dari unit pengola limbah tinja seperti tangki septik dan cubluk tunggal ataupun
endapan lumpur dari underflow unit pengolahan air limbah lainya. IPLT dirancang
untuk mengolah lumpur tinja sehingga tidak membahayakan bagi kesehatan masyarakat
dan lingkungan sekitarnya.
6
Tangki imhoff adalah bangunan konstruksi dari beton bertulang kedap
air berfungsi untuk menurunkan kebutuhan oksigen biokimia dan suspended
solid, serta pembusukan dari lumpur yang terendapkan dari efluen lumpur tinja
bak pengumpul. Di dalam tangki imhoff terjadi proses pengendapan dan
pencernaan secara anaerobik, melalui zona sedimentasi, zona netral dan zona
lumpur.
3. Kolam Anaerobik
Kolam ini beroperasi tanpa adanya oksigen terlarut (DO) karena beban
organik masih sangat tinggi, sehingga bakteri membutuhkan banyak oksigen
untuk menguraikan limbah organik.
Kolam anaerobic berfungsi untuk menguraikan kandungan zat organic
(BOD dan COD) dan SS dengan cara anerobik, biasanya kandungan berkisar >
1500 mg/L. Bentuk teknis seperti empat persegi panjang dan bulat dengan
kedalaman 3-4 meter dengan harapan kondisi anerob benar-benar terjadi karena
dengan kedalaman kolam yang tinggi dan timbulnya scum (busa) di permukaan
kolam memungkinkan tumbuhan alga tidak dapat hidup di kolam ini agar tidak
ada oksigen terlarut (DO=0).
Kondisi kolam harus kedap air sehingga tidak merembes keluar dan ke
dalaman kolam. dilakukan pengurasan apabila akumulasi lumpur endapan
(sluge) sudah penuh sampai setengah ketinggian efektif. Setelah itu lumpur
tinja mengalir secara gravitasi ke dalam kolam fakultatif.
Bakteri
Bahan organic = gas metana + CO2 + H2O + gas H2S + bakteri baru
4. Kolam fakultatif
Kolam fakultatif berfungsi mengurai dan meminimalisir kandungan
organic yang berasal dari kolam bak anerobik dengan cara anaerobic dab
aerobic. proses anaerobic dan aerobic terjadi pada efluen. Apabila nilai
efluenBOD diatas 100mg/L maka kolam mengalami proses anaerobic.
Sedangkan jika nilai BOD efluen berkisar 40-80 mg/L maka terjadi proses
aerobic. Di dalam sistem kolam fakultatif, air limbah berada pada kondisi
aerobik dan anaerobik pada waktu yang bersamaan. Zona aerobik terdapat pada
lapisan atas atau permukaan sedangkan zona anaerobik berada pada lapisan
7
bawah atau dasar kolam. Waktu tinggal di dalam kolam fakultatif 6-10 hari.
Kolam fakultatif biasanya berbentuk empat persegi panjang dengan kedalaman
1-2 meter.
5. Kolam maturasi
Kolam malturasi berfungsi menguraikan zat organic dengan lebih
sempurna. sebagai Tahap terakhir dari kolam stabilisasi adalah kolam maturasi
atau disebut juga kolam pematangan dari sisa kandungan zat organic dari unit
kolam fakultatif. Prinsip pengelolaan ini adalah bahan organic dioksidasi oleh
bakteri aerobic dan fakultatif dengan menggunakan oksigen yang dihasilkan
oleh alga yang tumbuh disekitar permukaan air.
Bentuk kolam berupa kolam penampung 1-2 meter dimana panjang dan
lebar berbanding 2/3:1 dengan kedalaman antara 1-2 meter.kolam ini di desain
berdasarkan prinsip pemisahan kandungan fecel coliform dengan menghitung
jumlah bakteri coliform di kolam maturase.
6. Bak pengering lumpur
Bak pengering lumpur berfungsi untuk mengeringkan lumpur yang
dihasilkan dari kolam anaerobik, kolam fakultatif dan kolam maturase dengan
bantuan alami sinar matahari dan angin. Lamanya waktu yang diperlukan untuk
mengeringkan lumpur antara 1-2 minggu, tergantung pada ketebalan lumpur
yang tertampung. Lumpur yang sudah kering dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk.
Bentuk teknis pengeringan lumpur berbentuk persegi panjang dengan
kedalaman ½ - 1 meter. Supernatant hasil proses pengeringan lumpur akan
diresirkulasi ke bak ekualisasi sebagai bahan pengencer.
8
b. Tahap kedua dengan proses pengurangan SS dan BOD dan COD
Setelah zat padat dan cair terpisah,zat padat masish perlu pengeringan lanjutan,
sedangkan zat cair yang masih mengandung zaat padat tersuspensi perlu
pengolahan meredusi SS, BOD, dan coli tinja dengan memanfaatkan sistem
kolam stabilisasi atau sistem yang lain seperti biofilter, parit oksidasi dll.
c. Tahap ketiga pengurangan bakteri coli tinja
Pengurangan ini dilakukan dengan memanfaatkan sistem kolam stabilisasi agar
aman ketika dibuang ke lingkungan dan memenuhi persyaratan UU/PP/Permen
KLH.
1. Pengangkutan
Pengangkutan lumpur ada 4 tahap:
a.Perpipaan
b.Truk
c.Kapal
d.Kereta
e.Kombinasi dari cara tersebut
Untuk pengangkutan lumpur dengan aliran pipa kadar solid dalam lumpur tidak
boleh lebih dari 6% pengangkutan dalam pipa tidak ekonomis dan
menimbulkan masalah.
2. Penyimpanan
Sebelum dibuang atau dimanfaatkan, harus distabilisasikan dahulu secara
anaerob.
3. Pembuangan akhir
9
Pembuangan lumpur dan padatan biasanya berupa pembuangan di tanah untuk
penimbunan.
a. Pertanian
b. Tanah hutan
c. Tanah urug
d. Lokasi pembuangan tahan
10
f. Pengelilaan dengan bahan kimia
Masalah yang akan berkembang pada sistem IPLT akibat kurang baiknya
operasi dan pemeliharaan, kualitas sehingga akan berakibat pada penurunan efisiensi,
gangguan dan atau bahaya pada sistem pengolahan. Beberapa jenis gangguan mungkin
terjadi IPLT antara lain:
2.10 Sosialisasi
11
Maka untuk dapat mencapai keberhasilan pembangunan, sangat tergantung pada
kemauan dankesadaran masyarakat pada proyek itu sendiri.
Adapu materi yang perlu disampaikan dalam rangka sosialisasi dan promosi
diantaranya:
PERDA
Informasi Teknis IPAL,IPLT
Lingkup Pelayanan
Sarana
Perencanaa
Pendanaan
2.11 PEMDA
1. Penyuluhan
Mengadakan penyuluhan-penyuluhan terhadap masyarakat tentang pentingnya
pengolahan air limbah domestic dan lumpur tinja yang baik danbenar secara
berkala
Sosialisasi fungsi dan manfaat IPLT kepada masyarakat
2. Bekerja sama dengan dinas kesehatan untuk melakukan penyuluhan mengenai
sanitasi dan kesehatan
3. Melakukan sosialisasi PERDA mengenai kewajiban penyedotan WC.
12
BAB 3
HASIL OBSERVASI
Setiap harinya bisa terdapat 1-10 mobil tinja yang membuang tinja di IPLT
tersebut. Berdasarkan data yang di dapat dari pengelola IPLT, bahwa PLT tersebut
bekerja sama dengan beberapa perusahaan yang menyediakan jasa pengangkutan tinja
untuk membuatng tinja ke IPLT. Terdapat 16 mobil tinja yang terdaftar 14 mobil swasta
dan 12 mobil pemerintah
Rata-rata volume tinja dalam 1 kali pengangkutan ialah2,5 M 3. Setiap truk tinja
yang datang akan membuang tinja pada IMHOFF TANK Kapasitas Tinja perhari yang
dapat di tampung oleh IPLT adalah 81 M3
CV Hikari II BA 9410 BB
2 CV RPM BA 8058 AG
3 CV Abenk BA 9623 JH
BA 8203 AC
4 CV Intan BA 8114 AE
13
5 CV Tanjung Bersaudara BA 8169 BB
6 CV Bima Sakti BA 8406 RE
BA 9269 AQ
7 CV Lancar Jaya Abadi BA 8154 BY
8 CV Brisfa Karya BA 9100 SI
9 CV Azka Jaya BA 9972 BC
10 Nof WC BA 9041 VA
11 CV Sakti BA 8995 BJ
12 Orange BA 8790 AB
13 Orange BA 8651 AN
14 DLH B 9209 SMA
15 CV Abenk BA 8271 AG
16 CV Hikari III BA 9156 VA
3. AN AEROBIK 1
3. AN AEROBIK 2
1.TANKI HIMMOFF
3. AN AEROBIK 3
4. FAKULTATIF 1
2. DRINK BED
4. FAKULTATIF 2
4. FAKULTATIF 3
5. MATURASI 1
5. MATURASI 2
14 6. SUNGAI MATI
3.3 Penjelasan Hasil Observasi Mengenai Jumlah Volume Tinja Yang Di Olah Di
IPLT
3.4 Penjelasan Hasil Observasi Mengenai Distribusi Tinja Yang Ada Di IPLT
Pada IPLT tersebut terdapat 6 tahapan distribusi tinja yaitu sebagai berikut :
1. Tanki Himmoff
Tinja yang diangkut oleh truk dari berbagai wilayah di Sumatera Barat pertama
kali di masukan kedalam tanki Himmoff. Tanki ini nantinya akan memisahkan
lumpur tinja dengan air tinja. Lumpur tinja akan di teruskan ke kolam Drink
Bed, sedangkan air tinja akan diteruskan ke Kolam Anaerobik.
2. Drink Bed
Kolam drink bed ini menampung lumpur tinja yang dialirkan oleh tanki
himmoff, jadi pada drink bed ini hanyalah tinja kering yang nantinya akan
diolah menjadi pupuk.
3. Anaerobik
Kolam an aerobic ini terbagi 3 yaitu anaerobic 1, anaerobic 2, dan anaerobic 3.
Kolam ini menampung air tinja yang telah di pisahkan dari lumpur tinja di tanki
himmoff, jadi pada kola mini hanya ada air tinja saja.
4. Fakultatif
Kolam fakultatif ini juga terbagi 3 yaitu fakultatif 1, fakultatif 2, dan fakultatif 3.
Kolam fakultatif ini adalah lanjutan dari kolam anaerobic 3 untuk menampung
air tinja yang telah disaring sedemikian rupa.
15
5. Maturasi
Kolam maturasi merupakan lanjutan dari kolam fakultatif 3, dimana kolam ini
terbagi 2 yaitu maturasi 1 dan maturasi 2. Fungsi kolam maturasi ini yaitu
menampung air tinja yang telah disaring lagi dari kolam fakultatif 3, sehingga
air tinja yang ditampung pada kola mini murni air tinja. Pada kola mini juga
ditumbuhi alga yang tumbuh dengan sendirinya, fungsi dari alga ini yaitu untuk
menghilangkan bau dari air tinja tersebut.
6. Sungai Mati
Sungai mati terletak di bagian belakang IPLT yang merupakan alur terakhir
perjalanan air tinja. Air tinja yang berada pada kolam maturasi 2 yang telah diuji
oleh BAPEDA dalam kurun waktu sekali dalam 3 bulan, nantinya akan dibuang
ke sungai mati. Jadi air tinja yang telah lulus ujilah yang boleh dibuang ke
sungai mati, sehingga tidak mencemarkan lingkungan perairan sungai mati
tersebut.
16
l
2 KOLAM 81,6 280 1400 22 M 19 M 1M 1M 3,5 M 653 M3
ANAER M3/h 0 mh/l
OBIK I ari mg/
l
3 KOLAM 81,6 140 700 22 M 19 M 1M 1M 3,5 M 326 M3
ANAER M3/h 0 mg/l
OBIK II ari mh/
l
4 KOLAM 81,6 700 350 22 M 19 M 1M 1M 3,5 M 163 M3
ANAER M3/h mg/ mg/l
OBIK III ari l
5 KOLAM 81,6 350 94,5 42 M 21 M 30 M 9M 2M 1430 M3
FAKULT M3/h mg/ mg/l
ATIF I ari l
6 KOLAM 81,6 94,5 44 31 M 17 M 17 M 5M 1,5 M 379,5
FAKULT M3/h mg/ mg/l M3
ATIF II ari l
7 KOLAM 81,6 44,4 44,42 34 M 20,5 25 M 11,5 1,5 M 408 M3
MATUR M3/h 2 mg/l M M
ASI I ari mg/
l
8 KOLAM 81,6 44,4 44,42 34 M 20,5 25 M 11,5 1,5 M 408 M3
MATUR M3/h 2 mg/l M M
ASI II ari mg/
l
17
BAB 4
PEMBAHASAN
IPLT ini terletak di kecamatan Nanggalo Kota Padang, didirikan pada tahun
1996 dan mulai beroperasi sejak tahun 1997. IPLT ini merupakan tanggungjawab dari
Dinas Kebersihan dan Pertamanan bagian penanggulangan sampah dan tinja. IPLT
Nanggalo mempunyai luas 2 hektar.
Jumlah mobil pengangkut tinja setiap harinya yang masuk ke IPLT Nanggalo
adalah sebanyak ±20 mobil dengan muatan 2,5 m³. Setiap tinja yang datang akan di
masukkan ke dalam IMHOFF TANK dimana kapasitas untuk penampungan tinja pada
IMHOFF adalah sebanyak 81 m³. Sehingga IMHOFF TANK hanya berisi 50 m³ atau
sekitar 62% setiap harinya dari jumlah kapasitas penampungan tinja yang dapat
ditampung.
18
pemisahan lumpur tinja dengan air tinja, selanjutnya lumpur tinja akan diteruskan pada
kolam Drink Bed yang bisa diolah menjadi pupuk, sedangkan air tinja akan dialirkan ke
dalam kolam anaerobic. Pada kolam anaerobic ini terbagi atas anaerobic 1, anaerobic
2, anaerobic 3. Selanjutnya dari kolam anaerobic 3 akan dialirkan pada kolam
fakultatif, dimana kolam ini juga terbagi atas 3 kolam, kemudian setelah dari kolam
fakultatif 3 air tinja akan dialirkan pada kolam maturasi, yang terbagi juga atas 2 kolam.
Dan pada tahapan akhir yaitu kolam maturasi 2 akan diuji oleh BAPEDA setiap 3 bulan
untuk memastikan air tinja layak dibuang ke sungai mati yang berada di belakang IPLT
Nanggalo ini.
Untuk kedalam masing-masing kolam sudah sesuai dengan persyaratan yang
seharusnya, dimana kolam anaerobik 1, 2, 3 pada IPLT Nanggalo sedalam 3,5 m
dimana kedalaman yang dianjurkan adalah 3-4 m, selanjutnya untuk kolam fakultatif 1,
2 3 pada IPLT Nanggalo adalah 1,5-2 m dimana kedalaman seharusnya yaitu 1-2 m,
selanjutnya pada kolam maturasi 1 dan 2 pada IPLT Nanggalo adalah sedalam 1,5 m
dimana kedalam yang dianjurkan untuk kolam maturasi adalah sedalam 1-2 m. Serta
masing-masing kolam dilapisi oleh plastik membrane untuk mencegah kebocoran agar
air tinja tidak merembes keluar dan kedalam kolam, serta juga mencegah terjadinya
pencemaran tanah dan air disekitar IPLT Nanggalo.
Selain itu, pada kolam-kolam pengolahan tinja di IPLT Nanggalo ini ditumbuhi
oleh alga dengan sendirinya, sehingga keberadaan alga ini membantu menghilangkan
bau tinja.
19
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
21