Mini Riset Kualitatif

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN MINI RISET:

PERAN ORANG TUA DALAM MEMOTIVASI BELAJAR SISWA PADA


SISWA KELAS IX SMP SWASTA RK MAKMUR BUDI MURNI 4 MEDAN

NAMA ANGGOTA

Yosefine Pardosi 18900069


Agavenia Rini Amorrose 18900085
Anjelinawati Panjaitan 18900058
Meisiska br karo 18900077
Putri Jessica Aruan 18900099
Marta Viviana Tampubolon 18900092
Agita Pane 18900060
Nurmaya K Tambun 18900093
Debby C R Aruan 18900094
Sharon Sinuhaji 18900084
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa sehingga kita dapat beraktivitas untuk
menyusun dan menyelesaikan proposal ini. Penyusunan proposal ini bertujuan untuk
memenuhi tugas metodologi penelitian kualitatif yang diberikan oleh dosen pengampu.

Proposal ini menunjukan seberapa paham kelompok kami dapat memahami teori
metodologi penelitian yang diajarkan. Kami berharap penulisan proposal ini dapat
memberikan contoh yang tepat dalam materi penelitian kualitatif. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna,oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun kami harapkan demi perbaikan proposal ini di masa yang akan
datang.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa melancarkan segala usaha kita.

Medan, Desember 2020

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Rendahnya motivasi belajar siswa merupakan salah satu wujud dari hambatan
ketercapaian suatu tujuan pendidikan nasional. Motivasi belajar siswa yang rendah akan
berakibat pada proses pembelajaran dan prestasi hasil belajar siswa, selain itu dapat
juga mempengaruhi perilaku siswa. Misalnya siswa mendapat nilai dibawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM), siswa tidak naik kelas, kurang semangat dalam belajar,
kurang bisa menyesuaikan diri dengan pelajaran dan lingkungan sekolah bahkan juga
dapat berpengaruh pada kenakalan yang banyak dilakukan oleh siswa-siswa
Perbedaan cara pembelajaran yang terjadi semenjak menyebarnya virus covid 19
sudah dialami oleh setiap tingkatan pendidikan di banyak tempat. Termasuk juga
dialami oleh siswa siswa kelas IX SMP SWASTA RK MAKMUR BUDI MURNI 4
MEDAN. Perbedaan pembelajaran yang saat ini tidak dilakukan tatap muka
menyulitkan siswa untuk belajar seperti biasa. Sehingga di takutkan untuk menurunkan
minat dan motivasi belajar siswa. Penurunan motivasi belajar yang mungkin dialami
siswa diharapkan dapat diminimalisir dengan peran orang tua untuk dapat memotivasi
anaknya untuk tetap belajar di rumah sehingga tidak terjadi penurunan prestasi
akademik siswa.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian ini dan memberi judul “Peran Orang Tua Dalam Memotivasi
Belajar Siswa pada Siswa Kelas IX SMP Swasta RK Makmur Budi Murni 4
Medan”

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat dirumuskan masalah


penelitian sebagai berikut:

1.2.1. Bagaimana peran orang tua dalam memotivasi belajar siswa kelas IX Smp
Swasta RK Budi Murni 4 Medan

3
1.3. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk sebagai
berikut.

1.3.1. Untuk mengetahui peran orang tua terhadap siswa kelas IX Smp Swasta RK
Budi Murni 4 Medan

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peran Orang Tua


2.1.1. Pengertian Orang Tua

Menurut Zakiah (2012), Orang tua adalah pendidik pertama bagi anak-anak
mereka, karena dari merekalah anak-anak mulai menerima pendidikan. Dengan
demikian bentuk pertama pendidikan anak terdapat dalam kehidupan keluarga.
Pendapat lain keluarga merupakan pusat kasih sayang dan saling membantu
antara sesama, telah menjadi teramat penting sebagai pendidikan anak. Oleh karena
itu, orang tua paling bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya. Hubungan
keluarga dengan anak-anak biasanya melibatkan unsur-unsur orang tua mereka,
kakek-nenek, saudara, dan anggota keluarga besar. (Sudarwan, 2011)
Jamaluddin, (2013) mendefenisikan orang tua sebagai figur sentral dalam
kehidupan anak, karena orang tua adalah lingkungan sosial awal yang dikenal anak,
figur yang menentukan kualitas kehidupan seorang anak, dan figur yang paling dekat
dengannya, baik secara fisik maupun psikis.
Orang tua adalah guru pertama meraka dalam pendidikan moral. Bentuk dan isi
serta cara-cara pendidikan didalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan
berkembanganya watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap anak. Pendidikan yang
diterima dalam keluarga inilah yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk
mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah (Fuad, 2013). Seperti menanamkan
perbuatan disiplin kepada anak, maka anak akan menerapkannya ke lingkungan
sekolah maupun masyarakat.

2.1.2. Pengertian Peran Orang Tua


Menurut Hamalik (2007: 33) peran adalah pola tingkah laku tertentu yang
merupakan ciri-ciri khas semua petugas dari pekerjaan atau jabatan tertentu.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia peran adalah perangkah tingkah
seseorang yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dimasyarakat.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran yaitu suatu pola
tingkah laku yang merupakan ciri-ciri khas yang dimiliki seseorang sebagai pekerjaan
atau jabatan yang berkedudukan dimasyarakat.

5
Sebelum membahas mengenai orang tua, terlebih dahulu akan dijelaskan
mengenai keluarga karena orang tua merupakan bagian dari keluarga yang ada
didalamnya. Sehingga untuk mengetahui penjelasan tentang orang tua, perlu dipahami
lebih dulu tentag keluarga. Menurut Jhonson (2004 :2) keluarga adalah kelompok
sosial yang terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat
ikatan, kewajiban, tanggungjawab diantara individu tersebut. Didalam buku yang
sama juga dijelaskan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut kamus besar
bahasa Indonesia (2008) orang tua adalah ayah, ibu kandung.Orang tua adalah
komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah
ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat diartikan bahwa yang dimaksud
dengan orang tua adalah ayah dan ibu yang merupakan hasil dari sebuah perkawinan
yang sah yang membentuk sebuah keluarga.

2.1.3. Peran Orang Tua Dalam Pendidikan

Peran orang tua dalam pendidikan akan menentukan keberhasilan bagi


pendidikan anak-anaknya, di antara orang tua dalam pendidikan adalah sebagai
berikut :

a) Pendidik (edukator)

Pendidik dalam Islam yang pertama dan utama adalah orang tua yang
bertanggung jawab terhadap anak didik dengan mengupayakan perkembangan
seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, potensi kognitif dan potensi
psikomotor.

b) Pendorong (motivator)

Motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu


pekerjaan. Motivasi bisa berasal dari dalam diri (intrinsik) yaitu dorongan
yang datang dari hati sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya
sesuatu. Dan motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik) yaitu dorongan yang

6
datang dari luar diri (lingkungan), misalnya dari orang tua, guru, teman-teman
dan anggota masyarakat.

c) Fasilitator

Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, juga
membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan,
alat tulis menulis, buku dan lain-lain. Jadi orang tua berkewajiban memenuhi
fasilitas belajar agar proses belajar berjalan dengan lancar.

d) Pembimbing
Sebagai orang tua tidak hanya berkewajiban memberikan fasilitas dan biaya
sekolah saja. Tetapi anak juga membutuhkan bimbingan dari orang tuanya.

Sekolah merupakan kegiatan yang berat dalam proses belajar banyak dijumpai
kesulitan, kadang-kadang anak mengalami lemah semangat. Orang tua wajib
memberikan pengertian dan mendorongnya membantu sedapat mungkin
kesulitan yang dialami anak di sekolah. Oleh sebab itu orang tua harus
mempunyai waktu dalam mendampingi anak-anaknya. Pada saat itulah anak
diberi pengarahan dan nasehat agar lebih giat belajar.

2.2. Motivasi Belajar


2.2.1. Pengertian Motivasi

Motivasi dapat didefinisikan dengan segala sesuatu yang menjadi pendorong


tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseorang untuk memenuhi
kebutuhannya. Menurut M. Utsman Najati, Motivasi adalah kekuatan penggerak yang
membangkitkan aktifitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta
mengarahkan menuju tujuan tertentu.

Sumarni (2005), Motivasi secara harafiah yaitu sebagai dorongan yang timbul
pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan
dengan tujuan tertentu. Sedangkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001:756) secara
7
psikologi, berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang
tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau
mendapat kepuasan dengan perbuatannya.

Sardiman (2012:75) motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan


kondisi-kondisi tertentu sehingga, seseorangmau dan ingin melakukan sesuatu, dan
bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan
tidak suka itu. Pengertian tentang motivasi juga dikemukakan oleh menurut B. Uno
(2011:9) motivasi adalah suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan-
rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk
mengadakan perubahan tingkah laku atau aktivitas tertentu yang lebih baik dari
sebelumnya.

Dari pengertian yang dikemukakan para ahli tentang pengertian motivasi diatas,
bahwa motivasi adalah kekuatan atau dorongan yang menjadi penggerak bagi individu
atau kelompok untuk melakukan sesuatu tindakan yang mengarah pada tujuan
tertentu. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa motivasi merupakan faktor
yang penting bagi individu atau kelompok untuk dapat melakukan suatu tindakan
yang mengarah pada ketercapaian suatu tujuan yang ditentukan.

Motivasi menjadi faktor penting bagi siswa dalam usaha mencapai tujuan
belajar dan tujuan pendidikannya, dimana motivasi tersebut akan menjadi pendorong
bagi siswa untuk terus berusaha dan bersemangat meraih prestasi dan cita-cita yang
mereka tentukan, maka untuk dapat meraih tujuan tersebut diperlukan motivasi yang
tinggi baik dari dalam diri maupun dari luar diri seseorang.

2.2.2. Pengertian Belajar

Menurut Basleman, Anisah dan Syamsu Mappa (2011:12) belajar adalah


perubahan tingkahlaku yang dialami oleh individu dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.

Menurut B. Uno (2011:15) belajar adalah pemerolehan pengalaman baru oleh


seseorang dalam bentuk perubahan perilaku yang relative menetap, sebagai akibat
adanya proses dalam bentuk interaksi belajar terhadap suatu objek (pengetahuan),

8
atau melalui suatu penguatan (reinforcement) dalam bentuk pengalaman terhadap
suatu objek yang ada dalam lingkungan belajar.

Menurut Djamarah (2011: 13) belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif
dan psikomotorik.

Slameto (2010: 2) mendefenisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang


dilakukan seseorang untuk mencapai suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”.

Berdasarkan pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang telah


dikemukakan diatas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan oleh seseorang yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik untuk menuju perkembangan pribadi manusia
seutuhnya dan mencapai suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.

Menurut Djamarah (2011: 15) ciri-ciri belajar sebagai proses perubahan tingkah laku
adalah sebagai berikut:

1) Perubahan yang terjadi secara sadar


2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

2.2.3. Pengertian Motivasi Belajar

Sardiman (2012:75) Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik


dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan memberikan
9
arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu
dapat tercapai.

Menurut B. Uno (2011:23) motivasi belajar adalah dorongan internal dan


eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah
laku , pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.

Motivasi memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar,


mempengaruhi intensitas kegiatan belajar, tetapi motivasi dipengaruhi oleh tujuan
yang akan dicapai dengan belajar. Makin tinggi tujuan belajar maka akan semakin
besar pula motivasinya, dan semakin besar motivasi belajarnya akan semakin kuat
pula kegiatan belajarnya. Ketiga komponen kegiatan atau perilaku belajar tersebut,
saling berkaitan erat dan membentuk suatu kesatuan yang disebut sebagai proses
motivasi belajar.

Berdasarkan beberapa penegrtian tentang motivasi oleh para ahli, maka dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar yaitu keseluruhan daya penggerak baik dari
dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan memberikan
arah pada kegiatan belajar, dan menghasilkan suatu perubahan tingkahlaku sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

2.2.4. Peranan Motivasi Dalam Belajar Dan Pembelajaran

Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan


perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Menurut Sardiman
(2012: 27), ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan
pembelajaran antara lain dalam (a) menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat
belajar, (b) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, (c) menentukan ragam
kendali terhadap rangsangan belajar, (d) menentukan ketekunan belajar.

Secara rinci peranan motivasi dalam belajar dan pembelajaran dapat


dijelaskan sebagai berikut:

a. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar

10
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang
belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya
dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.

b. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar

Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan


kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari
itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak.

c. Motivasi menentukan ketekunan belajar

Motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya apabila


seseorang kurang atatu tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak tahan
lama belajar.

11
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sifat Penelitian


3.1.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan metode wawancara.
Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post
positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah.
Moleong (2007) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai: Suatu penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek
penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara
holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu
konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan metode alamiah. Sesuai definisi
diatas bahwa penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena tertentu yang
dialami subyek dengan cara mendeskripsikannya dalam bentuk kata-kata. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan peran orang tua dalam memotivasi
belajar anaknya. Melalui penelitian ini diharapkan dapat dipaparkan berbagai hal yang
menjadi kecenderungan peran orang tua dalam memotivasi belajar siswa.

3.1.2. Sifat Penelitian


Penelitian ini bersifat deskriptif. Karena dalam penelitian ini memberikan
gambaran bagaimana peran orang tua dalam memberikan motivasi dalam
pembelajaran siswa. Menurut Sugiyono, penelitian deskriptif adalah penelitian dengan
metode untuk menggambarkan suatu hasil penelitian. Namun, hasil gambaran tersebut
tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih umum.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut
Berg (2006;283) studi kasus adalah suatu pendekatan yang dapat digunakan untuk
menguji fenomena yang kompleks maupun sederhana, dengan unit analisis bervariasi
mulai dari individu hingga sejumlah bisnis dan perusahaan besar, dimana dalam
pengumpulan datanya perlu menggunakan berbagai variasi tindakan, sangat bermakna
dan memberikan kontribusi untuk mengaplikasikan teori.

12
3.2. Sampling
Narasumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah orangtua dan siswa
dari kelas IX SMP di SMP Swasta RK Budi Murni 4 Medan sebanyak 15 pasangan
orang tua-anak. Penentuan narasumber dilakukan dengan purposive sampling.
Sugiyono (2012) menjelaskan purposive sampling sebagai teknik pengambilan
sampel dengan pertimbangan tertentu. Dalam hal ini yang menjadi pertimbangan
peneliti dalam mengambil sampel adalah ketersediaan waktu dari orang tua dan siswa
yang dijadikan sampel.

3.3. Metode Pengumpulan Data


Menurut Arikunto (2006:129) menyatakan yang dimaksud sumber data adalah
subyek darimana data diperoleh. Lofland dan Lofland dalam Moleong (2007:157)
menyebutkan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata.
Dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data utama atau data primer adalah
siswa dan orang tua siswa. Data tersebut diperoleh secara langsung dengan
menggunakan wawancara pada subyek penelitian.

Selain sumber data utama atau data primer, penelitian ini juga mengumpulkan
data sekunder yang diperoleh dari hasil observasi dan presensi siswa.

3.4. Metode analisis data


Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
data kualitatif, yaitu analisa yang mendasarkan pada adanya hubungan semantik
antarmasalah penelitian. Analisis kualitatif dilaksanakan dengan tujuan agar peneliti
mendapatkan makna data untuk menjawab masalah penelitian. Oleh karena itu, dalam
analisis kualitatif data-data yang terkumpul perlu disistematisasikan, distrukturkan,
disemantikkan, dan disintesiskan agar memiliki makna yang utuh ( Musfiqon)

Analisis data dalam penelitian kualitatif Model Miles and Huberman ini
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan
data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah analisis jawaban

13
yang diwawancarai. Bila kurang memuaskan setelah jawaban di analisis, maka
penelitia akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu.

Model lapangan ini menganalisis secara terus menerus sampai tuntas, sehingga
datanya sudah jenuh. Sehingga peneliti benar-benar mendapat hasil yang sesuai
dengan fakta lapangan tanpa adanya rekayasa. Aktivitas dalam analisis data yaitu
menggunakan data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.
Langkah-langkah analisis yaitu:

1. Data Reduction (Reduksi Data)


Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya dan mencarinya nanti bila diperlukan. Disini data reduksi adalah
data yang sudah terkumpul, baik dari hasil penelitian lapangan atau
kepustakaan dibuat dalam sebuah rangkuman.

2. Data Display (Penyajian Data)


Penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun
sehingga mempermudah untuk memahami apa yang sedang terjadi, serta
merencanakan tindakan selanjutnya berdasarkan apa yang telah di pahami
tersebut. Selain melalui penyajian data, maka data dapat terorganisasikan
sehingga akan mudah dipahami.

3. Conclusion Drawing/Verification (Kesimpulan)

Tahapan ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan ini


akan diikuti dengan adanya bukti-bukti yang diperoleh ketika penelitian di
lapangan. Verifikasi data dimaksudkan untuk penentuan data terakhir dari
keseluruhan proses tahapan analisi sehingga keseluruhan permasalahan
mengenai peran orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar anak

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. PERSIAPAN PENELITIAN


Langkah awal dari penelitian ini adalah mengumpulkan dan mempelajari sejumlah
literatur yang berhubungan dengan objek penelitian baik dari buku, jurnal, maupun
penelitian sebelumnya. Selain ini peneliti juga mempersiapkan instrumen yang
dibutuhkan dalam proses penelitian seperti daftar pertanyaan yang digunakan dalam
wawancara, alat perekam, dan instrumen lainnya demi menunjang kelancaran
jalannya penelitian. Kemudian peneliti mencari subjek yang memenuhi kriteria
penelitian.

4.2. PELAKSANAAN PENELITIAN


Penelitian dilakukan dengan cara peneliti membangun komunikasi dengan orang tua
siswa yang nantinya akan menjadi narasumber dalam penelitian, kemudian peneliti
menyusun jadwal wawancara yang akan dilakukan. Penelitian dilakukan pada
November sampai Desember 2020. Wawancara dilakukan dengan dua cara. Baik
dengan cara mengunjungi rumah dari siswa tersebut dan melakukan wawancara
dengan orang tua siswa tersebut. Yang kedua, wawancara dilakukan dengan panggilan
telepon dengan orang tua.

4.3. HASIL PENELITIAN


Hasil pengumpulan data yang menggunakan metode wawancara, peneliti melakukan
pemilahan kategorisasi dari setiap responden. Hasil penelitian yang didapat dari
wawancara tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
 Orang tua merasa bingung untuk memulai bagaimana terlibat dalam proses
pembelajaran anak, karena sebelumnya sebagian besar pembelajaran anak
terjadi di sekolah.
 Beberapa orang tua juga merasa tidak terbiasa dengan sistem pembelajaran
jarak jauh sehingga sulit untuk terlibat dalam proses belajar anak.
 Mayoritas bentuk dukungan dari orang tua dalam proses pembelajaran anak
adalah dengan menyediakan alat pendukung pembelajaran jarak jauh dan
mengawasi proses belajar anak

15

Anda mungkin juga menyukai