Askep Cva Bleeding

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

CVA BLEEDING

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas KMB IV


Dosen Pengampu : Ni Komang Winda Dwi Latri,
S.Tr.,Kep.,M.Tr.Kep

Disusun oleh :
Yurida Ananda Aprillia (102081805)

UNIVERSITAS TRIATMA MULYA


FAKULTAS KESEHATAN, SAINS DAN TEKNOLOGI
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
JEMBRANA
BALI
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Askep CVA BLEEDING”.
Makalah ilmiah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah
IV.
Terlepas dari itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Jembrana, 25 Desember 2020


Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.................................................................................3
BAB II. PEMBAHASAN
A. Laporan Pendahuluan
1. Definisi.............................................................................................4
2. klasifikasi.........................................................................................4

3. etiologi..............................................................................................5
4. patofisiologi......................................................................................6
5. manifestasi klinis..............................................................................9
6. Komplikasi.......................................................................................10
7. Penatalaksanaan...............................................................................11
8. Pemeriksaan penunjang....................................................................12
9. Pencegahan.......................................................................................13
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian........................................................................................14
2. Diagnosa...........................................................................................17
3. Intervensi..........................................................................................17
4. Implementasi....................................................................................19
5. Evaluasi............................................................................................19
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................20
B. Saran...................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke atau CVA (Cerebrovascular Accident) merupakan gangguan
neurologik mendadak akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah
melalui sistem suplai arteri otak (Auryn, Virzara, 2009). Stroke dibagi
menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik. Umumnya sekitar 50%
kasus stroke hemoragik akan berujung kematian, sedangkan stroke
iskemik hanya 20% yang berakibat kematian. Stroke hemoragik
disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah arteri ke otak sehingga
terhalangnya suplai darah menuju otak. Penyebab arteri pecah tersebut
misalnya tekanan darah yang mendadak tinggi dan atau oleh stress psikis
berat (Junaidi, 2011). Stroke hemoragik yang disebabkan oleh hipertensi
harus segera diatasi agar tidak terjadi edema serebri yang akan
menyebabkan gejala seperti : sakit kepala, kebingungan, pusing, mual,
muntah, ngantuk berlebihan, kelemahan, apatis, kejang, kehilangan
kesadaran bahkan sampai koma (Aminoff dan Josephson, 2014).
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat dalam Ghani (2015)
bahwa peningkatan jumlah pasien stroke di beberapa negara Eropa sebesar
1,1 juta pertahun pada tahun 2000 menjadi 1,5 juta pertahun pada tahun
2025. American Heart Association (AHA) menyebutkan bahwa setiap 45
menit ada satu orang di Amerika yang terkena serangan stroke. Stroke
menduduki peringkat ke-3 setelah penyakit jantung dan kanker (Sikawin,
2013). Suatu saat 5,8 juta orang di Amerika Serikat mengalami stroke,
yang mengakibatkan biaya kesehatan berkenaan dengan stroke mendekati
70 milyar dolar per tahun. Pada tahun 2010, Amerika telah menghabiskan
$ 73,7 juta untuk membiayai tanggungan medis dan rehabilitasi akibat
stroke. Sedangkan menurut National Health Services (NHS) Inggris
menghabiskan sekitar 4% total anggarannya untuk menyediakan
perawatan bagi penderita stroke. Lembaga-lembaga pelayanan sosial juga
menghabiskan biaya yang besar untuk menyediakan pelayanan yang

1
berkesinambungan bagi penderita stroke, baik yang di rawat di rumah
maupun di pelayanan kesehatan (Rudd 2010 dalam Yudha 2014).
Berdasarkan data 10 besar penyakit terbanyak di Indonesia tahun
2013, prevalensi kasus stroke tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Utara
(10,8%) dan terendah di Provinsi Papua (2,3%), sedangkan Provinsi Jawa
Tengah sebesar 7,7%. Prevalensi stroke antara laki-laki dengan perempuan
hampir sama (Kemenkes, 2013) Menurut Rikesdas tahun 2013, dalam
laporannya mendapatkan bahwa di Indonesia, setiap 1000 orang, 8 orang
diantaranya terkena stroke. Stroke merupakan penyebab utama kematian
pada semua umur, dengan proporsi 15,4%. Setiap 7 orang yang meninggal
di Indonesia, 1 diantaranya karena stroke.
Masyarakat menganggap bahwa stroke adalah penyakit yang
hanya menyerang orang tua atau lansia. Pada kenyataan stroke tidak hanya
menyerang orang tua tetapi usia produktif. Dilihat dari kelompok umur, di
Indonesia, penderita stroke tersebut terbanyak pada kelompok umur yang
produktif. Seseorang menderita stroke karena memiliki perilaku yang
dapat meningkatkan faktor risiko stroke. Gaya hidup yang tidak sehat
seperti mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan tinggi kolesterol, kurang
aktivitas fisik, dan kurang olahraga, meningkatkan risiko terkena penyakit
stroke (Dourman, 2013). Fenomena yang terjadi pada masyarakat awam
biasanya penderita stroke hanya dibiarkan tidur saja tanpa ada perubahan
gerakan apapun ketika penderita sudah mengalami kelumpuhan, penderita
akan mengalami atrofi otot dan ulcus dekubitus karena tidak adanya
pergerakan dalam waktu yang lama. Selain itu penderita terkadang dibawa
ke pengobatan alternatif obat herbal dan tidak kunjung sembuh malah
memperparah kondisi penderita (Wulan, 2011)
Salah satu upaya pencegahan yang dapat di lakukan untuk
menanggulangi terjadinya serangan berulang atau kekambuhan pada
penderita stroke adalah memodifikasi gaya hidup yang berisiko dengan
diet rendah lemak untuk mencegah trombus. Perawat dapat memberikan
penyuluhan tentang bahaya stroke dan membentuk strategi
penanggulangan stroke di masyarakat yang mencakup sistem pengobatan

2
dan pemulihan supaya masyarakat memiliki suatu pedoman yang benar
mengenai sistem penanggulangna stroke. Upaya rehabilitatif diantaranya
perawat dapat menganjurkan terapi fisik atau fisioterapi. Terapi wicara
juga di perlukan untuk pasien yang mengalami gangguan atau kesulitan
berbicara. Mengontrol berat badan dan kolesterol pada tubuh,
mengendalikan faktor penyakit seperti tekanan darah tinggi, diabetes dan
kolesterol, diet rendah lemak dan garam, berolahraga atau aktivitas fisik,
berhenti merokok, berenti minum beralkohol, berhenti memakai obat –
obatan terlarang (Wiwit, 2010).
Berdasarkan uraian di atas penulis membuat makalah ini untuk
memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah IV dan untuk dapat
mengetahui dan memahami tentang cva bleeding  serta agar dapat
memberikan pencegahan dan asuhan keperawatan yang tepat bagi klien
dengan gangguan cva bleeding.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari cva bleeding?
2. Apa saja klasifikasi dari cva bleeding?
3. Apakah etiologi dari cva bleeding?
4. Apakah patofisiologi cva bleeding?
5. Apakah manifestasi klinis cva bleeding ?
5. Apakah komplikasi dari cva bleeding?
6. Bagaimanakah penatalaksanaan pada pasien cva bleeding?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostic dari cva bleeding?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan cva bleeding?
C. Tujuan Penulisan
Setelah proses pembelajaran mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah IV
diharapkan mahasiswa semester 6 dapat mengerti dan memahami asuhan
keperawatan pada klien dengan cva bleeding dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Laporan Pendahuluan
1. Definisi
Cerebrovaskuler accident (CVA) bleeding yang disebut dengan
nama lain stroke hemoragik merupakan gangguan fungsi pada otak
yang disebabkan oleh perdarahan intra serebral atau perdarahan
subarachnoid (kapita selekta. Kedokteran, 1999).
Stroke hemoragik adalah perdarahan ke dalam ruang subarachnoid,
yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang
menutupi otak.(Joyce & Jane, 2014).
Stroke hemoragik adalah kondisi pecahnya salah satu arteri dalam
otak yang memicu perdarahan disekitar organ tersebut sehingga aliran
darah pada sebagian otak berkurang atau terputus, tanpa pasukan
oksigen yang dibawa sel darah maka sel otak akan cepat mati sehingga
fungsi otak dapat terganggu secara permanen (Junaidi, 2011).
Jadi dapat disimpulkan bahwa stroke hemoragik merupakan
gangguan neurologis pada bagian otak akibat pecahnya pembuluh
darah ke bagian otak yang dapat menyebabkan kematian.
2. Klasifikasi
Berdasarkan jenisnya stroke hemoragik dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Perdarahan intra serebral (PIS)
Perdarahan Intra Serebral diakibatkan oleh pecahnya pembuluh
darah intraserebral sehingga darah keluar dari pembuluh darah dan
kemudian masuk ke dalam jaringan otak. Penyebab PIS biasanya
karena hipertensi yang berlangsung lama lalu terjadi kerusakan
dinding pembuluh darah dan salah satunya adalah terjadinya
mikroaneurisma. Faktor pencetus lain adalah stress fisik, emosi,
peningkatan tekanan darah mendadak yang mengakibatkan
pecahnya pembuluh darah. Sekitar 60-70% PIS disebabkan oleh
hipertensi. Penyebab lainnya adalah deformitas pembuluh darah

4
bawaan, kelainan koagulasi. Bahkan, 70% kasus berakibat fatal,
terutama apabila perdarahannya luas (masif) (Junaidi, 2011).
b. Perdarahan ekstra serebral / perdarahan subarachnoid (PSA)
Pendarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma. Aneurisma yang
pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi dan
cabangcabangnya yang terdapat diluar parenkim otak. Pecahnya
arteri dan keluarnya ke ruang subarakhnoid menyebabkan TIK
meningkat mendadak, merenggangnya struktur peka nyeri,
sehingga timbul kepala nyeri hebat. Sering juga dijumpai kaku
kuduk dan tanda-tanda merangsang selaput otak lainnya.
Peningkatan TIK yang mendadak juga mengakibatkan pendarahan
subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran.
3. Etiologi
Terhalangnya suplai darah ke otak pada stroke perdarahan (stroke
hemoragik) disebabkan oleh arteri yang mensuplai darah ke otak
pecah. Penyebabnya misalnya tekanan darah yang mendadak tinggi
dan atau oleh stress psikis berat. Peningkatan tekanan darah yang
mendadak tinggi juga dapat disebabkan oleh trauma kepala atau
peningkatan tekanan lainnya, seperti mengedan, batuk keras,
mengangkat beban, dan sebagainya. Pembuluh darah pecah umumnya
karena arteri tersebut berdinding tipis berbentuk balon yang disebut
aneurisma atau arteri yang lecet bekas plak aterosklerotik (Junaidi,
2011).
Selain hal-hal yang disebutkan diatas, ada faktor-faktor lain yang
menyebabkan stroke (Arum, 2015) diantaranya :
a. Faktor risiko medis
Faktor risiko medis yang memperparah stroke adalah :
1) Arteriosclerosis (pengerasan pembuluh darah)
2) Adanya riwayat stroke dalam keluarga (faktor keturunan)
3) Migraine (sakit kepala sebelah)
b. Faktor risiko pelaku

5
Stroke sendiri bisa terjadi karena faktor resiko pelaku, pelaku
menerapkan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat. Hal ini
terlihat pada :
1) Kebiasaan merokok
2) Mengkonsumsi minuman bersoda dan beralkohol
3) Suka menyantap makanan siap saji
4) Kurang aktivitas / olahraga
5) Suasana hati yang tidak nyaman seperti sering marah tanpa alas
an yang jelas
c. Faktor resiko yang dapat diubah
Hipertensi (tekanan darah tinggi), penyakit jantung, diabetes,
hiperkolesterlemia, obesitas, merokok dan minum alkohol
d. Faktor resiko yang tidak dapat diubah
Usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, perbedaan ras, riwayat
transient ishemic attack (TIA) atau stroke
4. Patofisiologi
Otak merupakan bagian tubuh yang sangat sensisitif oksigen dan
glukosa karena jaringan otak tidak dapat menyimpan kelebihan
oksigen dan glukosa seperti halnya pada otot. Jika aliran darah ke otak
terhambat maka akan terjadi iskemia dan terjadi gangguan metabolism
otak yang kemudian terjadi gangguan perfusi serebral. Area otak
disekitar yang mengalami hipoperfusi disebut penumbra. Jika aliran
darah ke otak terganggu, lebih dari 30 detik pasien dapat mengalami
tidak sadar dan dapat terjadi kerusakan jaringan otak yang permanen
jika aliran darah ke otak terganggu lebih dari 4 menit. (Tarwoto, 2013)
Untuk mempertahankan aliran darah ke otak maka tubuh akan
melakukan dua mekanisme tubuh yaitu mekanisme anastomis dan
mekanisme autoregulasi. Mekanisme anastomis berhubungan dengan
suplai darah ke otak untuk pemenuhan kebutuhan oksigen dan glukosa.
Sedangkan mekanisme autoregulasi adalah bagaimana otak melakukan
mekanisme/usaha sendiri dalam menjaga keseimbangan.

6
Gambar Pathway 4.1 : CVA Bleeding

Hipertensi, penyakit jantung, DM, usia, rokok, alkohol, kolestrol,


obesitas

Thrombus, Emboli, Perdarahan serebral

Gangguan aliran darah ke otak Pecahnya pembuluh darah otak

Kerusakan neuromotorik
Perdarahan intra kranial

Trasmisi implus UMN ke LMN


terganggu Darah merembes ke dalam
parenkim otak

Kelemahan otot progresif


Penekanan pada jaringan otak

Mobilitas terganggu
7
Gangguan mobilitas fisik Peningkatan tekanan intra kranial

ADL dibantu
Gangguan perfusi jaringan otak

Defisit perawatan diri

Fungsi otak menurun

Pasien bedrest
Kerusakan
neurocerebrospinal
Penekanan lama pada daerah punggung
dan bokong
Kontrol otot facial /oral menjadi
lemah
Suplai nutrisi dan O2 kedaerah tertekan
berkurang

Ketidakmampuan berbicara
Resiko gangguan integritas kulit

Gangguan komunikasi verbal

8
5. Manifestasi Klinis stroke hemoragik
Menurut Tarwoto (2013), manifestasi klinis stroke tergantung dari
sisi atau bagian mana yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan
adanya sirkulasi kolateral. Pada stroke hemoragik, gejala klinis
meliputi:
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparise) atau
hemiplegia (paralisis) yang timbul secara mendadak.
Kelumpuhan terjadi akibat adanya kerusakan pada area motorik di
korteks bagian frontal, kerusakan ini bersifat kontralateral artinya
jika terjadi kerusakan pada hemisfer kanan maka kelumpuhan otot
pada sebelah kiri. Pasien juga akan kehilangan kontrol otot
vulenter dan sensorik sehingga pasien tidak dapat melakukan
ekstensi maupun fleksi.
b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan
Gangguan sensibilitas terjadi karena kerusakan system saraf
otonom dan gangguan saraf sensorik.
c. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau
koma), terjadi akibat perdarahan, kerusakan otak kemudian
menekan batang otak atau terjadinya gangguan metabolik otak
akibat hipoksia
d. Afasia (kesulitan dalam bicara)
Afasia adalah defisit kemampuan komunikasi bicara, termasuk
dalam membaca, menulis dan memahami bahasa. Afasia terjadi
jika terdapat kerusakan pada area pusat bicara primer yang berada
pada hemisfer kiri dan biasanya terjadi pada stroke dengan
gangguan pada arteri middle sebelah kiri. Afasia dibagi menjadi 3
yaitu afasia motorik, sensorik dan afasia global. Afasia motorik
atau ekspresif terjadi jika area pada area Broca, yang terletak pada
lobus frontal otak. Pada afasia jenis ini pasien dapat memahami
lawan bicara tetapi pasien tidak dapat mengungkapkan dan
kesulitan dalam mengungkapkan bicara. Afasia sensorik terjadi
karena kerusakan pada area Wernicke, yang terletak pada lobus

9
temporal. Pada afasia sensori pasien tidak dapat menerima
stimulasi pendengaran tetapi pasien mampu mengungkapkan
pembicaraan. Sehingga respon pembicaraan pasien tidak
nyambung atau koheren. Pada afasia global pasien dapat merespon
pembicaraan baik menerima maupun mengungkapkan
pembicaraan.
e. Disatria (bicara cedel atau pelo)
Merupakan kesulitan bicara terutama dalam artikulasi sehingga
ucapannya menjadi tidak jelas. Namun demikian, pasien dapat
memahami pembicaraan, menulis, mendengarkan maupun
membaca. Disartria terjadi karena kerusakan nervus cranial
sehingga terjadi kelemahan dari otot bibir, lidah dan laring. Pasien
juga terdapat kesulitan dalam mengunyah dan menelan.
f. Gangguan penglihatan, diplopia
Pasien dapat kehilangan penglihatan atau juga pandangan menjadi
ganda, gangguan lapang pandang pada salah satu sisi. Hal ini
terjadi karena kerusakan pada lobus temporal atau parietal yang
dapat menghambat serat saraf optik pada korteks oksipital.
Gangguan penglihatan juga dapat disebabkan karena kerusakan
pada saraf cranial III, IV dan VI.
g. Disfagia
Disfagia atau kesulitan menelan terjadi karena kerusakan nervus
cranial IX. Selama menelan bolus didorong oleh lidah dan glottis
menutup kemudian makanan masuk ke esophagus
h. Inkontinensia
Inkontinensia baik bowel maupun badder sering terjadi karena
terganggunya saraf yang mensarafi bladder dan bowel.
i. Vertigo, mual, muntah, nyeri kepala, terjadi karena peningkatan
tekanan intrakranial, edema serebri
6. Komplikasi
Komplikasi stroke menurut sundoyo (2006) meliputi :
a. Hipoksia serebral

10
b. Penurunan aliran darah serebral
c. Luasnya area cidera
d. Distritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan
penghentian thrombus lokal
7. Penatalaksanaan
Menurut Tarwoto (2013), penatalaksanaan stroke terbagi atas :
a. Penatalaksanaan umum
1) Fase akut
a) Terapi cairan, stroke beresiko terjadinya dehidrasi karena
penurunan kesadaran atau mengalami disfagia. Terapi
cairan ini penting untuk mempertahankan sirkulasi darah
dan tekanan darah. The American Heart Association sudah
menganjurkan normal saline 50 ml/jam selama jam-jam
pertama dari stroke iskemik akut. Segera setelah stroke
hemodinamik stabil, terapi cairan rumatan bisa diberikan
sebagai KAEN 3B/KAEN 3A. Kedua larutan ini lebih baik
pada dehidrasi hipertonik serta memenuhi kebutuhan
hemoestasis kalium dan natrium. Setelah fase akut stroke,
larutan rumatan bisa diberikan untuk memelihara
hemoestasis elektrolit, khususnya kalium dan natrium.
b) Terapi oksigen, pasien stroke iskemik dan hemoragik
mangalami gangguan aliran darah ke otak. Sehingga
kebutuhan oksigen sangat penting untuk mengurangi
hipoksia dan juga untuk mempertahankan metabolism otak.
Pertahankan jalan napas, pemberian oksigen, penggunaan
ventilator, merupakan tindakan yang dapat dilakukan sesuai
hasil pemeriksaan analisa gas darah atau oksimetri
c) Penatalaksanaan peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK)
Peningkatan intra cranial biasanya disebabkan karena
edema serebri, oleh karena itu pengurangan edema penting
dilakukan misalnya dengan pemberian manitol, control atau
pengendalian tekanan darah

11
d) Monitor fungsi pernapasan : Analisa Gas Darah
e) Monitor jantung dan tanda-tanda vital, pemeriksaan EKG
f) Evaluasi status cairan dan elektrolit
g) Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan,
dan cegah resiko injuri
h) Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi
labung dan pemberian makanan
i) Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan antikoagulan
j) Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran,
keadaan pupil, fungsi sensorik dan motorik, nervus cranial
dan reflex
2) Fase rehabilitasi
a) Pertahankan nutrisi yang adekuat
b) Program manajemen bladder dan bowel
c) Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak
sendi (ROM)
d) Pertahankan integritas kulit
e) Pertahankan kominukasi yang efektif
f) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
g) Persiapan pasien pulang
3) Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memperbaiki
peredaran darah otak.
4) Terapi obat-obatan
a) Antikoagulan : untuk menurunkan kecenderungan
perdarahan pada fase akut (heparin)
b) Diuretic : untuk menurunkan edema serebral (manitol 20%,
furosemide)
c) Antitrombotik : pemberian ini diharapkan mencegah
peristiwa trombolitik dan embolik (prostasiklin, aspirin)
8. Pemeriksaan penunjang

12
Seseorang pasien dapat didiagnosis mengalami stroke hemoragik
berdasarkan gejala, yang ditunjukan dengan pemeriksaan. Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan adalah :
a. CT scan
CT scan dapat menunjukkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infrak atau iskemia serta
posisinya secara pasti
b. MRI
Menentukan posisi serta besar / luas terjadinya perdarahan otak.
Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi
dan infrak akibat dari hemoragik.
c. Pemeriksaan cairan serebrospinal dengan mengambil cairan dari
area otak dan tulang belakang. Pemeriksaan ini hanya dilakukan
jika hasil CT scan atau MRI masih tidak memadai.
9. Pencegahan
Dalam upaya pencegahan stroke berulang maka hal-hal yang perlu
dilakukan yaitu (purwani, 2017) :
a. Hindari faktor risiko dengan melakukan aktivitas fisik, konsumsi
sayur dan buah, memeriksa kesehatan berkala
b. Pemeriksaan rutin bagi anda yang memiliki keluarga dengan
riwayat stroke
c. Tatalaksana faktor risiko stroke dengan baik : meneurunkan TD 10
mmhg resiko stroke turun 1/3
d. Pemberian obat-obatan : aspirin, statin, darah tinggi, warfarin
e. Perawatan paripurna pasien stroke
f. Berhenti merokok
g. Lakukan olahraga secara rutin
h. Kurangi konsumsi garam terlalu banyak
i. Hentikan terapi hormone
j. Kurangi stress dan istirahat yang cukup

13
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
b. Keluhan Utama
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran
c. Riwayat Penyakit Saat ini
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat
mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya
terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak
sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan
fungsi otak yang lain.
d. Riwayat Penyakit Masa Lalu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes
melitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, dan kegemukan.
e. Riwayat Kesehatan keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes
melitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
f. Riwayat Psikososial dan Spiritual
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan
keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi
stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga
g. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-
keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung

14
data yang diperoleh dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik
sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6)
1) B1 (Breathing)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi
sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan
peningkatan frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi napas
tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan
produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang
sering didapatkan pada klien stroke dengan penurunan tingkat
kesadaran koma. Pada klien dengan tingkat kesadaran compos
mentis, pengkajian inspeksi pernapasannya tidak ada kelainan.
Palpasi toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan
kiri.Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan ronkhi
2) B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan renjatan
(syok hipovolemik) yang sering terjadi pada klien
stroke.Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan dan dapat
terjadi hipertensi masif (tekanan darah >200 mmHg)
3) B3 (Brain)
Kesadaran biasanya menurun dan perdarahan otak, vasospasme
serebral, edema otak, terhambatnya sirkulasi serebral. Pada
sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburan
pandangan, perabaan/sentuhan menurun pada muka dan
ekstremitas yang sakit. Kesulitan berkomunikasi, pada kognitif
biasanya terjadi penurunan memori dan proses berfikir. Status
mental koma, kelemahan pada ekstremitas, paraliase otot
wajah, afasia, pupil dilatasi, penurunan pendengaran
4) B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine
sementara karena konfusi, ketidakmampuan
mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
mengendalikan kandung kemih karena kerusakan kontrol

15
motorik dan postural. Kadang kontrol sfingter urine eksternal
hilang atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan
kateterisasi intermiten dengan teknik steril. Inkontinensia urine
yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas
5) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, mual muntah pada fase akut. Mungkin mengalami
inkontinensia alvi atau terjadi konstipasi akibat penurunan
peristaltik usus. Adanya gangguan syaraf V yaitu pada
beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf
trigeminus, didapatkan penurunan kemampuan koordinasi
gerakan mengunyah, penyimpangan rahang bawah pada sisi
ipsilateral dan kelumpuhan seisi otot – otot pterigoideus dan
pada saraf IX dan X yaitu kemampuan menelan kurang baik,
kesukaran membuka mulut
6) B6 (Bone)
Stroke adalah penyakit UMN dan mengakibatkan kehilangan
kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Oleh karena neuron
motor atas menyilang, gangguan kontrol motor volunter pada
salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada
neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak.
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis
pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.
Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh, adalah tanda
yang lain. Pada kulit, jika klien kekurangan oksigen kulit akan
tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit
akan buruk. Selain itu, perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus
terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke
mengalami masalah mobilitas fisik. Adanya kesulitan untuk
beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau
paralise/ hemiplegi, serta mudah lelah menyebabkan masalah
pada pola aktivitas dan istirahat

16
2. DIAGNOSA
a. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d gangguan aliran darah
arteri akibat peningkatan tekanan itra kranial
b. Gangguan komunikasi verbal b.d kehilangan kontrol otot facial
atau oral
c. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuscular
d. Defisit perawatan diri b.d hemiparese/hemiplegi
e. Resiko tinggi gangguan integritas kulit b.d tirah baring lama
f. Resiko tinggi ketidakefektifan jalan nafas b.d menurunnya reflek
batuk dan perubahan tingkat kesadaran
g. Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan menelan
h. Resiko jatuh b.d kerusakan gerak motoric
i. Gangguan eliminasi uri (inkontinesia uri) yang b.d penurunan
sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk berkomunikasi
j. Defisiensi pengetahuan b.d informasi yang tidak adekuat
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan perfusi Setelah diberikan asuhan 1. Berikan penjelasan pada
keperawatan selama 3x24 keluarga tentang sebab-sebab
jaringan serebral b.d
jam diharapkan perfusi peningkatan TIK dan akibatnya
gangguan aliran jaringan otak dapat tercapai 2. Berikan klien bedrest total
secara optimal untuk mencegah perdarahan
darah arteri akibat
Kriteria Hasil : berulang
peningkatan tekanan 1.Klien tidak gelisah 3. Observasi dan catat TTV dan
itra kranial 2.Tidak ada keluhan nyeri kelainan intra kranial tiap 2 jam
kepala, mual, kejang 4. Berikan posisi kepala lebih
3.GCS, E : 4 M :6 V:5 tinggi 15-30 derajat dengan
4.TTV normal (N:60- letak jantung
100x/mnt, S:36-37, RR:16-
5. Anjurkan klien untuk
20x/mnt)
menghindari batuk dan
mengejan berlebihan
6. Ciptakan lingkungan yang
tenang dan batasi pengunjung
7. Kolaborasi dengan tim dokter
dalam pemberian obat
Gangguan Setelah diberikan tindakan 1. Kaji tipe/derajat disfungsi
selama 3x24 jam diharapkan seperti spontan tidak tampak
komunikasi verbal

17
b.d kehilangan kerusakan komunikasi verbal memahami kata/mengalami
klien dapat teratasi kesulitan berbicara atau
kontrol facial atau
Kriteria Hasil : membuat pengertian sendiri
oral 1. Memperlihatkan suatu 2. Meminta pasien untuk
peningkatan kemampuan mengikuti perintah sederhana
berkomunikasi 3. Minta pasien untuk
2. Mampu berbicara yang mengucapkan suara sederhana
koheren
4. Berikan metode alternative
3. Mampu menyusun kata-
seperti menulis di papan tulis
kata
5. Kolaborasi konsultasikan
dengan rujuk kepada ahli terapi
wicara
Gangguan mobilitas Setelah diberikan tindakan 1. Kaji kemampuan secara
keperawatan selama 3x24 fungsional/luasnya kerusakan
fisik b.d kerusakan
jam diharapkan mobilisasi awal
neuromuscular klien mengalami peningkatan 2. Ubah posisi minimal 2 jam
atau perbaikan 3. Latih rentang gerak/ROM
Kriteria Hasil : 4. Tempatkan bantal dibawah
1. Mempertahankan posisi aksila untuk melakukan abduksi
optimal
pada tangan
2. Mempertahankan kekuatan
5. Posisikan lutut dan panggul
dan fungsi bagian tubuh
yang mengalami dalam posisi ekstensi
hemiparese
Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi pola dan frekuensi
ketidakefektifan jalan keperawatan selama 3x24 nafas
nafas b.d jam diharapkan pola nafas 2. Auskultasi suara nafas
menurunnya reflek efektif 3. Ubah posisi 2 jam sekali
batuk dan perubahan Kriteria Hasil: 4. Berikan penjelasan kepada
tingkat kesadaran 1. Klien tidak sesak nafas klien dan keluarga sebab
2. Tidak terdapat suara nafas ketidakefektifan pola nafas
tambahan
5. Kolborasi dalam pemberian
3. RR dalam rentang normal
terapi oksigen
(16-20x/mnt)
Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan 1. tentukan kemampuan dan
keperawatan selama 3x24 tingkat kekurangan dalam
b.d
jam kebutuhan perawatan diri melakukan perawatan diri
hemiparase/hemiplegi klien terpenuhi 2. beri motivasi kepada klien
Kriteria Hasil: untuk tetap melakukan aktivitas
1. klien dapat melakukan sesuai kemampuan
aktivitas perawatan diri 3. berikan bantuan perawatan diri
sesuai kemampuan sesuai kebutuhan
2. klien dapat 4. berikan umpan balik positif
mengidentifikasi
untuk setiap usaha yang
komunitas untuk
dilakukan
memberikan bantuan
sesuai kebutuhan 5. kolaborasi dengan ahli

18
fisioterapi
Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan 1. anjurkan untuk melalukan
keperawatan selama 3x24 latihan ROM jika mungkin
gangguan integritas
jam diharapkan klien mampu 2. ubah posisi tiap 2 jam
kulit b.d tirah baring mempertahankan keutuhan 3. gunakan bantal air atau
kulit pengganjal yang lunak dibawah
lama
Kriteria Hasil : daerah yang menonjol
1. tidak ada tanda-tanda 4. observasi terhadap eritema dan
kemerahan atau luka
kepucatan dan palpasi area
sekitar terhadap kehangatan dan
pelunakan jaringan tiap
merubah posisi
5. jaga kebersihan kulit dan
seminimal mungkin hindari
trauma, panas terhadap kulit

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan
adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry
(2005). Tahapannya yaitu :
a. Mengkaji kembali klien/klien.
b. Menelaah dan memodifikasi rencana perawatan yang sudah ada.
c. Melakukan tindakan keperawatan.
5. Evaluasi
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien
terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian
tujuan.
Evaluasi keperawatan ini akan dicatat dan disesuaikan dengan setiap
diagnose keperawatan. Evaluasi untuk setiap diagnose keperawatan
meliputi data subjektif (S) dan objektif (O), analisa permasalahan (A)
yang dialami klien berdasarkan data S dan O, serta perencanaan ulang
(P) berdasarkan hasil analisa diatas.

BAB III

19
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cerebrovaskuler accident (CVA) bleeding yang disebut dengan
nama lain stroke hemoragik merupakan gangguan fungsi pada otak yang
disebabkan oleh perdarahan intra serebral atau perdarahan subarachnoid.
Faktor yang menyebabkan stroke yaitu faktor medis dan prilaku. Tanda
dan gejalanya berupa Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah
(hemiparise) atau hemiplegia (paralisis) yang timbul secara mendadak,
Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan, penurunan
kesadaran, afasia, disatria, gangguan penglihatan, disfagia, inkontinensia
dan vertigo.
Salah satu upaya pencegahan yang dapat di lakukan untuk
menanggulangi terjadinya serangan berulang atau kekambuhan pada
penderita stroke adalah memodifikasi gaya hidup yang berisiko dengan
diet rendah lemak untuk mencegah trombus. Perawat dapat memberikan
penyuluhan tentang bahaya stroke dan membentuk strategi
penanggulangan stroke di masyarakat yang mencakup sistem pengobatan
dan pemulihan supaya masyarakat memiliki suatu pedoman yang benar
mengenai sistem penanggulangna stroke. Upaya rehabilitatif diantaranya
perawat dapat menganjurkan terapi fisik atau fisioterapi. Terapi wicara
juga di perlukan untuk pasien yang mengalami gangguan atau kesulitan
berbicara. Mengontrol berat badan dan kolesterol pada tubuh,
mengendalikan faktor penyakit seperti tekanan darah tinggi, diabetes dan
kolesterol, diet rendah lemak dan garam, berolahraga atau aktivitas fisik,
berhenti merokok, berenti minum beralkohol, berhenti memakai obat –
obatan terlarang
B. Saran
1. Bagi Penulis
a. Meningkatkan pemberian asuhan keperawatan pada klien
dengan CVA BLEEDING
b. Dapat menciptakan/mengembangkan intervensi yang baru
(inovatif) dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada.

20
1. Bagi Masyarakat
a. Meningkatkan pemahaman tentang penyebab cva bleeding
b. Meningkatkan kebiasaan menjaga pola hidup yang sehat
2. Bagi Instansi/ Rumah Sakit
a. Mampu memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas
bagi pasien cva bleeding
b. Meningkatkan pemahaman dan berpikir kritis dalam
menghadapi kasus cva bleeding

21
DAFTAR PUSTAKA

Junaidi. 2011. Karya Tulis Ilmiah. ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN
DIAGNOSA MEDIS CVA BLEEDING DI RUANG KRISSAN RSUD BANGIL –
PASURUAN
Purwani. 2017, Guideline Stroke Hemoragik 2017, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia, Jakarta.
Kemenkes. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013. Jakarta :
Kemenkes RI Media Edukasi
Tarwoto. 2013, Stroke Hemoragik pada Laki-Laki Usia 65 Tahun, Medula Unila, 1 (3),
1–9.
Arum. 2015, Pengaruh Hipertensi Terhadap Kejadian Stroke Iskemik dan Stroke
Hemoragik di Ruang Neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittingi
Tahun 2011,. Universitas Sumatera Utara.
Joyce and Jane. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Indonesia : CV Pentaseda
Auryn, virzara. 2009. Mengenal dan Memahami Strok. Jogjakarta : Kata Hati
Huda Nurarif, Kusuma. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis
Medis dan NANDA NIC-NOC. Jakarta : MediAction Publishing
Wiwit. 2010. Stroke dan penanganannya, Yogyakarta : Katahari

22

Anda mungkin juga menyukai