LP Colitis Ulcerotis
LP Colitis Ulcerotis
LP Colitis Ulcerotis
COLITIS ULCEROTIS
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3:
DEFITA SARI
ETHIKA HONESTY
2017/2018
A. PENGERTIAN
Kolitis adalah radang pada kolon. Radang ini disebabkan akumulasi cytokine yang
mengganggu ikatan antar sel epitel sehingga menstimulasi sekresi kolon, stimulasi sel goblet
untuk mensekresi mucus dan mengganggu motilitas kolon. Mekanisme ini menurunkan
kemampuan kolon untuk mengabsorbsi air dan menahan feses ( Tilley et al, 1997).
Kolitis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain infeksi akut atau kronik oleh
virus, bakteri, dan amoeba, termasuk keracunan makanan. Kolitis dapat juga disebabkan
gangguan aliran darah ke daerah kolon yang dikenal dengan kolitis iskemik. Adanya penyakit
autoimun dapat menyebabkan kolitis, yaitu kolitis ulseratif dan penyakit Cohrn. Kolitis
limfositik dan kolitis kolagenus disebabkan beberapa lapisan dinding kolon yang ditutupi oleh
sel-sel limfosit dan kolagen. Selain itu, kolitis dapat disebabkan zat kimia akibat radiasi dengan
barium enema yang merusak lapisan mukosa kolon, dikenal dengan kolitis kemikal.
Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya kolitis ditinjau dari teori Blum dibedakan
menjadi empat faktor, yaitu: faktor biologi, faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, dan
faktor prilaku.
1. Faktor Biologi: Jenis kelamin: Wanita beresiko lebih besar dibanding laki-laki. Usia: 15-25
tahun, dan lebih dari 50 tahun. Genetik/ familial: Riwayat keluarga dengan kolitis
2. Faktor Lingkungan: Lingkungan dengan sanitasi dan higienitas yang kurang baik. Nutrisi yang
buruk
3. Faktor Perilaku: Kegemukan (obesitas). Merokok. Stress / emosi. Pemakaian laksatif yang
berlebihan. Kebiasaan makan makanan tinggi serat, tinggi gula, alkohol, kafein, kacang,
popcorn, makanan pedas. Kurang kesadaran untuk berobat dini. Keterlambatan dalam mencari
pengobatan. Tidak melakukan pemeriksaan rutin kesehatan.
4. Faktor Pelayanan Kesehatan: Minimnya pengetahuan petugas kesehatan. Kurangnya sarana dan
prasarana yang memadai. Keterlambatan dalam diagnosis dan terapi. Kekeliruan dalam diagnosis
dan terapi. Tidak adanya program yang adekuat dalam proses skrining awal penyakit.
B. ETIOLOGI
Kolitis bisa menjalar ke belakang sehingga menyebabkan proktitis. Penyebab dari kolitis
ada beberapa macam antara lain ( Tilley et al, 1997) :
1. Infeksi : Trichuris vulpis, Ancylostoma sp, Entamoeba histolytica, Balantidium coli,
Giardia spp, Trichomonas spp, Salmonella spp, Clostridium spp, Campylobacter spp,
Yersinia enterolitica, Escherichia coli, Prototheca, Histoplasma capsulatum, dan
Phycomycosis.
2. Faktor familial/genetik
Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang kulit putih daripada orang kulit hitam dan orang
Cina, dan insidensinya meningkat (3 sampai 6 kali lipat) pada orang Yahudi dibandingkan
dengan orang non Yahudi. Hal ini menunjukkan bahwa dapat 3. ada predisposisi genetik
terhadap perkembangan penyakit ini
4. Trauma : benda asing, material yang bersifat abrasif.
5. Alergi : protein dari pakan atau bisa juga protein bakteri.
6. Polyps rektokolon
7. Intususepsi ileokolon
8. Inflamasi : Lymphoplasmacytic, eoshinophilic, granulopmatous, histiocytic
9. Neoplasia : Lymphosarcoma, Adenocarcinoma
10. Sindrom iritasi usus besar (Irritable Bowel Syndrome)
C. PATOFISIOLOGI
Suatu serangan bisa mendadak dan berat, menyebabkan diare hebat, demam tinggi, sakit
perut dan peritonitis (radang selaput perut). Selama serangan, penderita tampak sangat sakit.
Yang lebih sering terjadi adalah serangannya dimulai bertahap, dimana penderita memiliki
keinginan untuk buang air besar yang sangat, kram ringan pada perut bawah dan tinja yang
berdarah dan berlendir.
Jika penyakit ini terbatas pada rektum dan kolon sigmoid, tinja mungkin normal atau keras
dan kering. Tetapi selama atau diantara waktu buang air besar, dari rektum keluar lendir yang
mengandung banyak sel darah merah dan sel darah putih. Gejala umum berupa demam, bias
ringan atau malah tidak muncul. Jika penyakit menyebar ke usus besar, tinja lebih lunak dan
penderita buang air besar sebanyak 10-20 kali/hari.
Penderita sering mengalami kram perut yang berat, kejang pada rektum yang terasa nyeri,
disertai keinginan untuk buang air besar yang sangat. Pada malam haripun gejala ini tidak
berkurang. Tinja tampak encer dan mengandung nanah, darah dan lendir. Yang paling sering
ditemukan adalah tinja yang hampir seluruhnya berisi darah dan nanah.
Penderita bisa demam, nafsu makannya menurun dan berat badannya berkurang.Kolitis
ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon dan rectum.
Penyakit ini umumnya mengenai orang kaukasia, termasuk keturunan Yahudi. Puncak insidens
adalah pada usia 30-50 tahun. Kolitis ulseratif adalah penyakit serius, disertai dengan komplikasi
sistemik dan angka mortalitas yang tinggi. Akhirnya 10%-15% pasien mengalami karsinoma
kolon.
Kolitis ulseratif mempengaruhi mukosa superfisisal kolon dan dikarakteristikkan dengan
adanya ulserasi multiple, inflamasi menyebar, dan deskuamasi atau pengelupasan epitelium
kolonik. Perdarahan terjadi sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi satu secara
bergiliran, satu lesi diikuti lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai pada rectum dan akhirnya
dapat mengenai seluruh kolon. Akhirnya usus menyempit, memendek dan menebal akibat
hipertrofi muskuler dan deposit lemak.
D. MANIFESTASI KLINIS
Kebanyakan gejala Colitis ulserativa pada awalnya adalah berupa buang air besar yang
lebih sering. Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan diare berdarah.
Pasien juga dapat mengalami:
1. Anemia
2. Fatigue/ Kelelahan
3. Berat badan menurun
4. Hilangnya nafsu makan
5. Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi
6. Lesi kulit (eritoma nodosum)
7. Lesi mata (uveitis)
8. Nyeri sendi
9. Kegagalan pertumbuhan (khususnya pada anak-anak) 10. Buang air besar beberapa kali dalam
sehari (10-20 kali sehari)
11. Terdapat darah dan nanah dalam kotoran.
12. Perdarahan rektum (anus).
13. Rasa tidak enak di bagian perut.
14. Mendadak perut terasa mulas.
15. Kram perut.
16. Sakit pada persendian.
17. Rasa sakit yang hilang timbul pada rectum
18. Anoreksia
19. Dorongan untuk defekasi
20. Hipokalsemia
Sekitar setengah dari orang-orang didiagnosis dengan kolitis ulseratif memiliki gejalagejala
ringan. Lain sering menderita demam, diare, mual, dan kram perut yang parah. Kolitis ulseratif
juga dapat menyebabkan masalah seperti radang sendi, radang mata, penyakit hati, dan
osteoporosis. Tidak diketahui mengapa masalah ini terjadi di luar usus. Para ilmuwan berpikir
komplikasi ini mungkin akibat dari peradangan yang dipicu oleh sistem kekebalan tubuh.
Beberapa masalah ini hilang ketika kolitis diperlakukan.
Presentasi klinis dari kolitis ulserativa tergantung pada sejauh mana proses penyakit. Pasien
biasanya hadir dengan diare bercampur darah dan lendir, dari onset gradual. Penyakit ini
biasanya disertai dengan berbagai derajat nyeri perut, dari ketidaknyamanan ringan untuk sangat
menyakitkan kram.
Kolitis ulseratif berhubungan dengan proses peradangan umum yang mempengaruhi
banyak bagian tubuh. Kadang-kadang terkait ekstra-gejala usus adalah tanda-tanda awal
penyakit, seperti sakit, rematik lutut pada seorang remaja. Kehadiran penyakit ini tidak dapat
dikonfirmasi, namun, sampai awal manifestasi usus.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Gambaran Radiologi
a. Foto polos abdomen
1) Untuk melihat organ dalam abdomen
2) Mampu memperjelas abnormalitas (massa, tumor, obstruksi/striktura)
3) Umumnya dilakukan pertama kali ketika mendiagnosis masalah GI tract.
4) Tidak memerlukan persiapan khusus
5) Pasien memakai gaun, melepas perhiasan & ikat pingang yang mungkin
mempengaruhi hasil
b. Barium Enema
Barium enema atau lower GI series merupakan pemeriksaan X-ray pada colon. c.
Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) adalah suatu pemeriksaan diagnostik non invasif dengan
menggunakan gelombang frekuensi tinggi kedalam abdomen. Gelombang-gelombang ini
dipantulkan kembali dari permukaan struktur organ sehingga komputer dapat
menginterprertasikan densitas jaringan berdasarkan gelombang-gelombang tersebut. d.
CT-scan dan MRI
2. Pemeriksaan Endoskopi
Endoskopi temuan di kolitis ulseratif meliputi:
a. Hilangnya penampilan vaskular kolon
b. Eritema (atau kemerahan dari mukosa) dan kerapuhan dari mukosa
d. Pseudopolyps.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Contoh feses (pemeriksaan digunakan dalam diagnosa awal dan selama penyakit): terutama
mengandung mukosa, darah, pus dan organisme usus khususnya entomoeba histolytica.
2. Protosigmoidoskopi: memperlihatkan ulkus, edema, hiperermia, dan inflamasi (akibat
infeksi sekunder mukosa dan submukosa). Area yang menurun fungsinya dan perdarahan
karena nekrosis dan ulkus terjadi pada 35 % bagian ini.
3. Sitologi dan biopsy rectal membedakan antara pasien infeksi dan karsinoma. Perubahan
neoplastik dapat dideteksi, juga karakter infiltrat inflamasi yang disebut abses lapisan
bawah.
4. Enema bartum, dapat dilakukan setelah pemeriksaan visualisasi dilakukan, meskipun
jarang dilakukan selama akut, tahap kambuh, karena dapat membuat kondisi eksasorbasi.
5. Kolonoskopi: mengidentigikasi adosi, perubahan lumen dinding, menunjukkan obstruksi
usus.
6. Kadar besi serum: rendah karena kehilangan darah. Masa protromlain: memanjang pada
kasus berat karena gangguan faktor VII dan X disebabkan oleh kekurangan vitamin K.
7. ESR: meningkat karena beratnya penyakit Trombosis: dapat terjadi karena proses penyakit
inflamasi.
8. Elektrolit: penurunan kalium dan magnesium umum pada penyakit berat.
G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Data Biografi: Nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan
b. Data Dasar Pengkajian Klien 1) Aktivitas/istirahat
Gejala:
a) Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah
b) Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare
c) Merasa gelisah dan ansietas
d) Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses penyakit. 2)
Sirkulasi Tanda:
a) Takikardia Crospons terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi, dan nyeri.
b) Kemerahan area akimonsis (kekurangan vitamin K)
c) TD: hipotensi, termasuk postural
d) Kulit/membrane mukosa, turgor buruk, kering, lidah pecah (dehidrasi/
malnutrisi)
Tanda:
o Menolak, perhatian menyempit, depresi.
4) Eliminasi Gejala:
a) Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai batu atau berair
b) Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hingga timbul, sering tak dapat
dikontrol (sebanyak 20 – 30 kali defekasi/hari)
c) Perasaan dorongan/kram (temosmus), defekasi berdarah/pus/ mukosa dengan
atau tanpa keluar feses.
d) Perdarahan per rectal
e) Riwayat batu ginjal (dehidrasi) Tanda:
o Menurunnya bising usus, tak ada peristoltik
atau adanya peristoltik yang dapat dilihat.
o Hemosoid, fisura anal (25 %), fisura perianal o Oliguria
5) Makanan/ cairan
Gejala:
a) Anoreksia, mual/muntah
b) Penurunan berat badan
c) Tidak toleran terhadap diet/sensitif misalnya buah segar/sayur
d) Produk susu makanan berlemak.
6) Higine
Tanda:
a) Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
b) Stomatitis menunjukkan kekurangan vitamin
c) Bau badan
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala:
a) Nyeri/nyeri tekan pada kwadran kiri bawah (mungkin hilang dengan defekasi)
b) Titik nyeri berpindah, nyeri tekan (arthritis)
c) Nyeri mata, fotofobia (iritis)
Tanda:
o Nyeri tekan abdomen/distensi
8) Keamanan Gejala:
a) Riwayat lupus eritoma tous, anemia hemolitik, vaskulitis,.
b) Arthritis (memperburuk gejala dengan eksoserbasi penyakit usus)
c) Peningkatan suhu 39,6 – 40 ºC (eksoserbasi akut)
d) Penglihatan kabur
e) Alergi terhadap makanan/produk susu (mengeluarkan histamine ke dalam usus
dan mempunyai efek inflamasi)
Tanda:
o Lesi kulit mungkin ada misalnya: eritoma nodusum (meningkat), nyeri,
kemerahan dan membengkak pada tangan, muka, plodeima gangrionosa
(lesi tekan purulen/lepuh dengan batas
keunguan) o Ankilosa spondilitis o Uveitis,
kongjutivitis/iritis.
9) Seksualitas
Gejala: frekuensi menurun/menghindari aktivitas seksual
10) Interaksi sosial Gejala:
a) Masalah hubungan/peran sehubungan dengan kondisi
b) Ketidakmampuan aktif dalam social
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, atau malabsorpsi usus ditandai dengan
peningkatan bunyi usus/ peristaltik, defikasi sering dan berair, perubahan warna feses,
dan nyeri abdomen, kram.
b. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, diere lama, iritasi kulit/ jaringan,
eksoriasi fisura perirektal; fistula ditandai dengan nyeri abdomen kolik/ kram/ nyeri
menjalar, perilaku berhati- hati/ distraksi, gelisah, nyeri wajjah, dan perhatian pada diri
sendiri.
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan: diare
ditandai dengan mual, muntah, dan diare berat.
d. Perubahan nutrisi, Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorpsi nutrien, status hipermetabolik, secara medik masukan makanan dibatasi
ditandai dengan penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/ massa otot, tonus
otot buruk, bising usus, konjungtiva dan membrane mukosa pucat serta menolak untuk
makan.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan.
f. Ansietas berhubungan dengan factor psikologis/ rangsangan simpatis (proses inflamasi),
ancaman konsep diri (dirasakan atau aktual), ancaman terhadap perubahan status
kesehatan, status sosioekonomis, fungsi peran, pola interaksi ditandai dengan
eksaserbasi penyakit tahap akut, peningkatan tegangan, distensi, ketakutan, menunjukan
masalah tentang perubahan hidup, perhatian pada diri sendiri.
g. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan episode diare berulang.
h. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan malnutrisi dan diare.
i. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi, kurang mengingat, dan tidak
mengenal sumber ditandai dengan pertanyaan, meminta informasi, pernyataan salah
konsep, tidak akurat mengikuti instruksi, dan terjadi komplikasi/ eksaserbasi yang dapat
dicegah.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
5. Berikan
kesempatan untuk
menyatakan reaksi stress yang dapat
frustasi sehubungan memperburuk situasi
dengan proses
penyakit. Tanda bahwa toksik
megakolon atau perforasi
dan peritonitis akan terjadi/
telah terjadi memerlukan
6. Observasi intervensi medik segera.
demam,
takikardia, letargi,
leukositosis,
Membantu kesembuhan
penurunan protein pasien.
serum, ansietas, dan
kelesuan.
7. Memberikan
obat sesuai
indikasi
2 Kekurangan Setelah diberikan 1. Awasi Memberikan informasi
volume cairan asuhan masukan dan tentang keseimbangan
berhubungan keperawatan keluaran, cairan, fungsi ginjal dan
dengan selama ...x 24 karakter, dan control penyakit usus juga
peningkatan jam diharapkan jumlah feses; merupakan pedoman untuk
kehilangan diare pasien perkirakan penggantian cairan.
cairan: diare terkontol dengan kehilangan yang
ditandai out come: tak terlihat. Menunjukan kehilangan
dengan mual, 1. cairan berlebihan/ dehidrasi.
muntah, Mempertahanka 2. Observasi
dan n volume cairan kulit kering
diare berat. adekuat berlebihan dan
dibuktikan oleh membran
membran mukosa,
mukosa lembab, penurunan turgor Indikator cairan dan status
turgor kulit baik, kulit, pengisisan nutrisi.
kapier lambat.
3. Ukur berat
badan
dan pengisian tiap hari.
kapiler baik. Kolon diistirahatkan untuk
2. Tanda vital 4. Pertahankan penyembuhan dan untuk
stabil, pembatasan per penyembuhan dan untuk
keseimbangan oral, tirah baring; menurunkan kehilangan
masukan dan hindari kerja. cairan usus.
keluaran dengan
urine normal Diet tidak adekuat dan
dalam 5. Observasi penurunan absorpsi dapat
konsentrasi perdarahan dan menimbulkan defisiensi
jumlah. tes feses tiap hari vitamin K dan merusak
untuk adanya koagulasi, potensial resiko
darah samar. perdarahan.
konjungtiva 6. Batasi
dan makanan yang
membrane dapat
mukosa pucat menyebabkan Memberikan rasa kontrol
serta menolak kram abdomen, pada pasien dan kesempatan
untuk makan. flatus. untuk memilih makanan
yang diinginkan/ dinikmatii,
7. Catat dapat meningkatkan
masukan dan masukan.
perubahan
simtomtologi. Keragu-raguan untuk makan
mungkin diakibatkan oleh
takut makanan akan
menyebabkan eksaserbasi
8. Dorong gejala.
pasien untuk Istirahat usus menurunkan
menyatakan peristatik dan diare dimana
perasaan masalah menyebabkan malabsorpsi/
mulai makan kehilangan nutrien.
diet.
Memungkinkan saluran
9. Pertahankan usus untuk mematikan
puasa sesuai kembali proses pencernaan.
indikasi.
Membantu kesembuhan
pasien.
10. Mulai/
tambahkan diet
sesuai indikasi.
7. Bantu pasien
mengidentifikasi
/ memerlukan
perilaku koping Mengatasi masalah dapat
yang digunakan membantu dalam
pada masa lalu menurunkan stres/ansietas,
meningkatkan kontrol
8. Ajarkan penyakit
pasien belajar
mekanisme Untuk menurunkan ansietas
koping baru dan memudahkan istirahat,
khususnya pasien dengan
KU
9. Beri obat
sedatif Dibutuhkan bantuan
tambahan untuk
10. Rujuk pada meningkatkan kontrol dan
perawat spesialis mengatasi episode
psikiatrik, akut/eksaserbasi dengan
pelayanan sosial, belajar untuk menerima
penasihat agama penyakit kronis dan
konskuensinya
7. Bersihkan
area rektal Melindungi kulit dari asam
4. Ingatkan
pasien
pertanyaan, 4.melakukan untuk mengobservasi Steroid dapat mengontrol
perubahan pola
meminta efek samping inflamasi namun dapat
hidup
informasi, obatbila steroid menurunkan ketahanan
pernyataan dberikan dalam terhadap infeksi
salah konsep, waktu panjang
tidak akurat
mengikuti 5. Tekankan Menurunkan penyebaran
instruksi, dan pentingnya bakteri, iritasi kulit dan
terjadi perawatan kulit infeksi
komplikasi/
eksaserbasi 6. Menganjurka Merokok dapat
yang dapat n berhenti menyebabkan motilitas usus
dicegah. merokok
Pasien dengan inflamasi
7. Penuhi penyakit usus berisiko
evaluasi jangka kanker kolon sehingga
panjang dan evaluasi periodik diperlukan
evaluasi uang
periodic Pasien mendapatkan
pelayanan dalam koping
dengan penyakit kronis dan
8. Rujuk ke evaluasi obat
komunitas yang
tepat
DAFTAR PUSTAKA