Laporan Pendahuluan (Avianty, Universitas Faletehan)
Laporan Pendahuluan (Avianty, Universitas Faletehan)
Laporan Pendahuluan (Avianty, Universitas Faletehan)
(5020031014)
D. Rentang Respons
E. Mekanisme Koping
Mekanisme koping pasien harga diri rendah menurut Ridhyalla Afnuhazi
(2015) adalah:
1. Jangka pendek
a. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis: pemakaian
obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus.
b. Kegiatan mengganti identitas sementara (ikut kelompok sosial,
keagaman, politik).
c. Kegiatan yang memberi dukungan sementara (kompetisi olahraga, kontes
popularitas).
d. Kegiatan mencoba menghilangkan identitas sementara (penyalahgunaan
obat).
2. Jangka panjang
a. Menutup identitas
b. Identitas negatif: asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan
masyarakat.
III. A. POHON MASALAH
Isolasi Sosial = Menarik Diri Effect
Tindakan Keperawatan :
Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih
dimiliki pasien. Untuk membantu pasien dapat mengungkapkan
kemampuan dan aspek positif yang masih memiliki pasien, kita
dapat :
Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah
kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan pasien dirumah,
adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali
bertemu dengan pasien penilaian negatif.
b) Tindakan keperawatan pada keluarga
Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah
dirumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
Tujuan
Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan
yang dimiliki.
Keluarga memfasilitasi aktivitas pasien yang sesuai kemampuan
Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai
dengan latihan yang dilakukan, dan memberikan pujian atas
keberhasilan pasien.
Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan
pasien.
Tindakan Keperawatan
Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada
pada pasien.
Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan
memuji pasien atas kemampuannya.
Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien dalam melakukan
kegiatan yang sudah dilatihkan pasien dengan perawatan.
Ajarkan keluarga cara mengamati perkembangan perubahan
perilaku pasien.
2. Evaluasi
a. Kemampuan yang diharapkan pasien
Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat dikerjakan
Pasien dapat melatih kemampuan yang dapat dikerjakan
Pasien dapat membuat jadwal kegiatan harian
Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan harian.
ISOLASI SOSIAL
I. KASUS (Masalah Utama)
Perilaku isolasi sosial menraik diri merupakan suatu gangguan hubungan
interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang
menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosial (Depkes RI, 2000).
Isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindari dari interaksi dan
berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab,
tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi, atau
selalu dalam kegagalan. Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang
dialami oleh individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan
sebagai suatu keadaan yang negatif atau mengancam kelainan interaksi sosial.
C. RENTANG RESPON
Rentang Respon Neurobiologis (stuart, 2007)
Respon adaptif Respon
Maladaptif
D. Mekanisme Koping
Individu yang mengalami respon sosial maladiptif menggunakan
berbagai mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Koping yang
berhubungan dengan gangguan kepribadian antisosial antara lain
proyeksi, spliting dan merendahkan orang lain, koping yang berhubungan
dengan gangguan kepribadian ambang spliting, formasi reaksi, proyeksi,
isolasi, idealisasi orang lain, merendahkan orang lain dan identifikasi
proyektif. sumber koping yang berhubungan dengan respon sosial
maladaptif meliputi keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luasan
teman, hubungan dengan hewan peliharaan dan penggunaan kreatifitas
untuk mengekspresikan stress interpersonal misalnya kesenian, musik
atau tulisan.
III. A. Pohon Masalah
Data Obyektif :
C. Diagnosa Keperawatan
Isolasi social
D. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Tindakan Keperawatan untuk
pasien
a. Tujuan : Setelah tindakan keperawatan, pasien mampu
Membina Hubungan saling percaya
Menyadari penyebab Isolasi Sosial
Berinteraksi dengan orang lain.
b. Tindakan
1) Membina Hubungan saling percaya
Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien.
Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama
panggilan yang kita sukai, serta tanyakan nama dan nama
panggilan pasien.
Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini.
Buat kontrak asuhan: apa yang saudara akan lakukan
bersama pasien, berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya
dimana.
Jelaskan bahwa saudara akan merahasiakan informasi yang
diperoleh untuk kepentingan terapi.
Setiap saat tunjukan sikap empati terhadap pasien penuhi
kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan.
2) Membantu pasien menyadari perilaku Isolasi sosial
Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi
dengan orang lain.
Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin
berinteraksi dengan orang lain.
Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman
dan bergaul akrab dengan mereka.
Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan
tidak bergaul dengan orang lain.
Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik
pasien.
3) Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
Jelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain
Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain
Beri kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi
dengan orang lain yang dilakukan dihadapan kita.
Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang
teman/anggota keluarga
Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tungkatkan
jumlah interaksi dengan dua, tiga, empat orang dan
seterusnya.
Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah
dilakukan oleh pasien.
Setiap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah
berinteraksi dengan orang lain. Mungkin pasien akan
mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Beri
dorongan terus menerus agar pasien tetap semangat
meningkatkan interaksinya.
2. Evaluasi
a. Pasien menjelaskan kebiasaan
interaksi
b. Pasien menjelaskan penyebab tidak bergaul dengan oranglain
c. Pasien menyebutkan keuntungan bergaul dengan oranglain
d. Pasien menyebutkan kerugian tidak bergaul dengan oranglain
e. Pasien memperagakan cara berkenalan dengan orang lain
f. Pasien bergaul/berinteraksi dengan perawat, keluarga, tetangga.
g. Pasien menyampaikan perasaan setelah interaksi dengan oranglain.
h. Pasien mempunyai jadwal bercakap-cakap dengan orang lain.
i. Pasien menggunakan obat dengan patuh.
HALUSINASI
E. RENTANG RESPON
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan persepsi sensori: halusinasi
Tindakan :
1. Evaluasi
a. Kemampuan yang diharapkan pasien
Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat dikerjakan
Pasien dapat melatih kemampuan yang dapat dikerjakan
Pasien dapat membuat jadwal kegiatan harian
Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan harian.
PERILAKU KEKERASAN
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi bisa bersumber dari klien, llingkungan atau
interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik
(penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, kritikan yang
mengarah ke penghinaan. Kehilangan orang yang dicintai atau
pekerjaan dan kekeransan merupakan faktor penyebab.
c. Mekanisme Koping
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul
karena adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang
dipakai pada pasien marah untuk melindugi diri antara lain
( Pastorino, 2010) :
1. Sublimasi : menyalurkan kembali keinginan atau simpuls yang
tidak dapat diterima secara personal dan atau sosial pada
aktivitas yang lebih ditoleransi dan konstruktif.
2. Displasi : Perasaan yang dipindahkan dari satu target ke target
lain yang dipertimbangkan kurang mengancam atau netral.
3. Proyeksi : Bertindak kebalikan dari apa yang di fikirkan atau
dirasakan. Misalnya seseorang membenci atasannya sangat hebat.
4. Represi : Mencegah perasaan dan pengalaman yang tidak
menyenangkan secara involunter dari kesadaran seseorang.
5. Reaksi Formasi : Pembentukan pola sikap dan perilaku secara
sadar yang berlawanan pada apa yang sebenarnya dirasakan atau
ingin dilakukan.
d. RENTANG RESPON
1. Asertif
Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain akan
memberikan kelegaan pada individu dan tidak menimbulkan masalah.
2. Frustasi
Kemarahan yang diungkapkan sebagai respon yang terjadi akibat
kegagalan dalam mencapai tujuan karena yang terjadi akibat
kegagalan dalam mencapai tujuan karena tidak realistis atau adanya
hambatan dalam proses pencapaian.
3. Pasif
Pasif Merupakan respon lanjut dari frustasi dimana individu tidak
mampu mengungkapkan perasaannya.
4. Agresif
Perilaku menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak
dalam bentuk destruktif dan masih dapat terkontrol. Perilaku yang
tampak beruka muka masam, bicara kasar, menuntut, dan kasar
disertai kekerasan
5. Kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan
control diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
Core Problem
Resiko Perilaku Kekerasan
b. Data Obyektif :
- Mata merah dan melotot
- Wajah tegang
- Nada suara tinggi
- Berdebat
- Sering memaksakan pendapat
- Merampas barang milik orang lain
- Mengajak berkelahi
- Sering mengeluarkan ancaman
- Memukul atau melukai orang lain
- Merusak lingkungan
- Memperlihatkan permusuhan.
Tindakan :
VIII. Evaluasi
Pasien mampu menyebutkan penyebab, tanda dan gejalaa perilaku
kekerasan, perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, dan akibat
perilaku kekerasan yang di lakukan.
Pasien mampu menggunakan cara mengontrol perilaku kekerasan
secara teratur sesuai jadwal secara fisik, secara sosial/verbal, secara
spiritual, dengan terapi psikofarmaka.
DEFISIT PERAWATAN DIRI
C. Jenis
Menurut Nurjannah (2004, dalam Dermawan (2013) Jenis-jenis defisit
perawatan diri terdiri dari:
1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan Kurang perawatan diri
(mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas
mandi / kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : mengenakan pakaian / berhias Kurang
perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan
kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3. Kurang perawatan diri : makan Kurang perawatan diri (makan)
adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.
4. Kurang perawatan diri : toileting Kurang perawatan diri (toileting)
adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan.
D. Rentang Respons
Rentang Respon Menurut Dermawan (2013), adapun rentang respon
defisit perawatan diri sebagai berikut :
Adaptif
Maladaptif
E. Mekanisme Koping
Mekanisme koping pada pasien dengan defisit perawatan diri adalah
sebagai berikut:
1. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku
kembali, seperti pada perilaku perkembangan anak atau
berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
mengulangi ansietas (Dermawan, 2013).
2. Penyangkalan (Denial), melindungi diri terhadap kenyataan yang
tak menyenangkan dengan menolak menghadapi hal itu, yang
sering dilakukan dengan cara melarikan diri seperti menjadi “sakit”
atau kesibukan lain serta tidak berani melihat dan mengakui
kenyataan yang menakutkan (Yusuf dkk, 2015).
3. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik
maupun psikologis, reaksi fisk yaitu individu pergi atau lari
menghindar sumber stresor, misalnya: menjauhi, sumber infeksi,
gas beracun dan lain-lain. Reaksi psikologis individu menunjukkan
perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai
rasa takut dan bermusuhan (Dermawan, 2013).
4. Intelektualisasi, suatu bentuk penyekatan emosional karena beban
emosi dalam suatu keadaan yang menyakitkan, diputuskan, atau
diubah (distorsi) misalnya rasa sedih karena kematian orang dekat,
maka mengatakan “sudah nasibnya” atau “sekarang ia sudah tidak
menderita lagi” (Yusuf dkk, 2015)
Defisit perawatan
Defisit diri : diri
perawatan mandi, berhias Core
Problem
B. Diagnosa Keperawatan
Kurang perawatan diri: - Kebersihan diri
- Berdandan
- Makan
- BAB/BAK
C. Tindakan Keperawatan
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Berhias
3) Melatih pasien makan secara mandiri
Untuk melatih makan pasien saudara dapat melakukan tahapan
sebagai berikut:
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan yang baik
4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
Saudara dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK secara mandiri
sesuai tahapan berikut:
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
D. Evaluasi
Dibawah ini tanda-tanda bahwa asuhan keperawatan yang saudara berikan
kepada pasien kurang perawatan diri berhasil:
1) Kebersihan diri
2) Berdandan
3) Makan
4) BAB/BAK
RISIKO BUNUH DIRI
B. Faktor Presipitasi
Diagnosis psikiatri
Tiga gangguan jiwa yang membuat psien beresiko untuk bunuh
diri yaitu gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obat dan
skizofrenia.
Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan
resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsifm dan depresi
Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian,
kehilangan yang dini, dan berkurangnya dukungan sosial
merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri
Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan
faktor resiko bunuh diri
Faktor biokimia
Proses yang dimediasi serotonin, opiat, dan dopamine dapat
menimbulkan perilaku resiko bunuh diri.
C. Jenis
D. Rentang Respons
Respon Adaptif
F. Mekanisme Koping
Mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku
destruktif-diri tidak langsung adalah penyangkalan, rasionalisasi,
intelektualisasi, dan regresi.
2. Teori Psikososial
a. Teori sistem keluarga Bawen dalam Towsend (1998 : 147)
menggambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu
perkembangan disfungsi keluarga. Konflik diantara suami
istri mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak
akan menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada
ansielas dan suatu kondsi yang lebih stabil mengakibatkan
timbulnya suatu hubungan yang saling mempengaruhi yang
berkembang antara orang tua dan anakanak. Anak harus
meninggalkan ketergantungan diri kepada orang tua dan
anak dan masuk ke dalam masa dewasa, dan dimana dimasa
ini anak tidak akan mamapu memenuhi tugas
perkembangan dewasanya.
b. Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang
mengalami psikosis akan menghasilkan hubungan orang tua
anak yang penuh akan kecemasan. Anak menerima pesan-
pesan yang membingungkan dan penuh konflik dari orang
tua dan tidak mampu membentuk rasa percaya terhadap
orang lain.
c. Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah
hasil dari suatu ego yang lemah. Perkembangan yang
dihambat dan suatu hubungan saling mempengaruhi antara
orang tua, anak. Karena ego menjadi lebih lemah
penggunaan mekanisme pertahanan ego pada waktu
kecemasan yang ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan
perilakunya sering kali merupakan penampilan dan segmen
id dalam kepribadian.
B. Faktor Presipitasi
1. Biologis Stressor biologis yang berhubungan dengan
neurobiologis yang maladaptif termasuk gangguan dalam
putaran umpan balik otak yang mengatur perubahan isi
informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi rangsangan.
C. Jenis
Jenis waham menurut Keliat (2009):
1. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki
kebesaran atau kekuasaan khusus dan diucapkan berulang kali,
tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “saya ini pejabat
departemen kesehatan lho!” atau, “saya punya tambang emas”.
2. Waham curiga: Individu meyakini bahwa ada seseorang atau
kelompok yang berusaha merugikan/menceerai dirinya dan
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh,
“saya tahu seluruh saudara saya ingin menghancurka hidup
saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya”.
3. Waham agama: Individu memiliki keyakinan terhadap suatu
agama secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh, “kalau saya mau masuk
surga, saya harus menggunakan pakaian putih setip hari”.
4. Waham somatic: Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian
tubuhnya terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan
berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh,
“saya sakit kanker”. (Kenyataannya pada pemeriksaan
laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien
terus mengataka bahwa ia sakit kanker.)
5. Waham nihilistic: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak
ada didunia/meniggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai dengan kadaan nyata. Misalnya, “Ini kana lam kubur ya,
semua yang ada disini adalah roh-roh.”
D. Rentang Respons
Respon Adaptif Respon
Maladaptif
E. Mekanisme Koping
Ada beberapa sumber koping individu yang harus dikaji yang
dapat berpengaruh terhadap gangguan otak dan prilaku kekuatan
dalam sumber koping dapat meliputi seperti : modal intelegensi
atau kreativitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif mendidik
anak-anaknya, dewasa muda tentang keterampilan koping karena
mereka biasanya tidak hanya belajar dan pengamatan. Sumber
keluarga dapat berupa pengetahuan tentang penyakit, finansial
yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga dan kemampuan untuk
memberikan dukungan secara berkesinambungan.
B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Proses Pikir : Waham
C. Tindakan Keperawatan
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
1. Tujuan
a. Pasien dapat berorientasi kepada realita secara bertahap
b. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan
lingkungan
c. Pasien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar
2. Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham,
saudara harus membina hubungan saling percaya terlebih
dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman saat
berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara
lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya
adalah:
1) Mengucapkan salam
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
4) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali
bertemu pasien
b. Tidak mendukung atau membantah waham pasien
c. Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
d. Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
e. Jika pasien pasien terus-menerus membicarakan
wahamnya dengarkan tanpa memberikan dukungan atau
menyangkal sampai pasien berhenti membicarakannya
f. Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai
dengan realitas
g. Diskusikan dengan pasien kemampuan realistis yang
dimilikinya pada saat yang lalu dan saat ini
h. Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sesuai
kemampuan yang dimilikinya
i. Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak
terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut
dan marah
j. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik
dan emosional pasien
k. Berbicara dalam konteks realitas
l. Bila pasien mampu memperlihatkan kemampuan
positifnya berikan pujian yang sesuai
m. Jelaskan pada pasien tentang program pengobatannya
(manfaat, dosis obat, jenis, dan efek samping obat yang
diminum serta cara meminum obat yang benar)
n. Diskusikan akibat yang terjadi bila pasien berhenti minum
obat tanpa konsultasi
3. Evaluasi
Pasien mampu:
a. Mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan
b. Berkomunikasi sesuai kenyataan
c. Menggunakan obat dengan benar dan patuh
DAFTAR PUSTAKA
Defisit Perawatan Diri Di Ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa Prof. Hb.