Materi PENGAUDITAN (SUBSEQUENT)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

PEMERIKSAAN SUBSEQUENT EVENTS DAN PENYELESAIAN PEMERIKSAAN

A. Sifat dan contoh Subsequent Events


Subsequent events adalah peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tanggal laporan posisi
keuangan (neraca) tetapi sebelum diterbitkannya laporan audit, yang mempunyai akibat yang
material terhadap laporan keuangan, sehingga memerlukan penyesuaian atau pengungkapan
dalam laporan tersebut.
Terdapat dua jenis subsequent events, yaitu :
1. Peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi
yang ada pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan berdampak
terhadap taksiran yang melekat dalam proses penyusunan laporan keuangan.
Laporan keuangan harus disesuaikan untuk setiap perubahan estimasi sebagai akibat
dari penggunaan bukti tambahan tersebut.
2. Peristiwa-peristiwa yang menyediakan tambahan bukti yang berhubungan
dengan kondisi yang tidak ada pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca),
namun kondisi tersebut ada sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
Peristiwa-peristiwa tersebut tidak memerlukan penyesuaian terhadap laporan
keuangan. Namun beberapa peristiwa mungkin memerlukan pengungkapan agar
laporan keuangan tidak menyesatkan pembacanya.
Contohnya :
a. Penjualan obligasi atau penerbitan saham baru ;
b. Pembelian bisnis ;
c. Terjadinya tuntutan hukum yang disebabkan oleh peristiwa yang terjadi sesudah
tanggal laporan posisi keuangan (neraca) ;
d. Kerugian aset tetap atau persediaan yang diakibatkan oleh kebakaran, atau
e. Kerugian yang diakibatkan oleh kondisi(seperti penyebab utama kebangkrutan
pelanggan) yang timbul setelah tanggal laporan posisi keuangan (neraca).

Menurut SAK ETAP (IAI, 2009: 156)


Peristiwa setelah akhir periode pelaporan adalah peristiwa-peristiwa, menguntungkan
maupun tidak menguntungkan, yang terjadi setelah akhir periode pelaporan sampai dengan
tanggal penyelesaian laporan keuangan. Ada dua jenis peristiwa setelah akhir periode
pelaporan, yaitu sebagai berikut :
1. Peristiwa yang memberikan bukti atas suatu kondisi yang telah terjadi pada akhir
periode pelaporan (peristiwa setelah akhir periode pelaporan yang memerlukan
penyesuaian).
2. Peristiwa yang mengindikasikan timbulnya suatu kondisi setelah akhir periode
pelaporan (peristiwa setelah akhir periode pelaporan yang tidak memerlukan
penyesuaian).

Peristiwa Setelah Akhir Periode Pelaporan yang Memerlukan Penyesuaian


Entitas harus membuat penyesuaian jumlah yang diakui dalam laporan keuangannya,
termasuk pengungkapan yang terkait, untuk mencerminkan peristiwa setelah akhir periode
pelaporan yang memerlukan penyesuaian.

Peristiwa Setelah Akhir Periode Pelaporan yang Tidak Memerlukan Penyesuaian


Entitas tidak boleh menyesuaikan jumlah yang diakui dalam laporan keuangan atas peristiwa
setelah akhir periode pelaporan yang tidak memerlukan penyesuaian.
Jika entitas mengumumkan dividen kepada pemegang saham setelah akhir periode pelaporan,
maka entitas tidak boleh mengakui dividen tersebut sebagai liabilitas pada akhir periode
pelaporan.

Menurut PSAK No. 8 (Revisi 2014) 8.1


Peristiwa setelah periode pelaporan adalah peristiwa yang terjadi antara akhir periode
pelaporan dan tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit, baik peristiwa yang
menguntungkan maupun yang tidak. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat dibagi menjadi dua
jenis, yaitu :
1. Peristiwa yang memberikan bukti atas adanya kondisi pada akhir periode pelaporan
(peristiwa penyesuai setelah periode pelaporan); dan
2. Peristiwa yang mengindikasikan timbulnya kondisi setelah periode pelaporan
(peristiwa non-penyesuai setelah periode pelaporan).
Tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit adalah tanggal yang lebih awal antara
tanggal manajemen telah memberikan asersi bahwa laporan keuangan telah diselesaikan dan
tanggal manajemen menyatakan bertanggung jawab atas laporan keuangan tersebut.

Peristiwa Penyesuai Setelah Periode Pelaporan


Entitas menyesuaikan jumlah yang diakui dalam laporan keuangan untuk mencerminkan
peristiwa penyesuai setelah periode pelaporan.

Peristiwa Nonpenyesuai Setelah Periode Pelaporan


Entitas tidak menyesuaikan jumlah pengakuan dalam laporan keuangan untuk mencerminkan
peristiwa non-penyesuai setelah periode pelaporan.
Kelangsungan usaha. Entitas tidak menyusun laporan keuangan dengan dasar kelangsungan
usaha jika setelah periode pelaporan diperoleh bukti kuat bahwa entitas akan dilikuidasi atau
dihentikan usahanya, atau jika manajemen tidak memiliki alternatif lain yang realistis kecuali
melakukan hal tersebut.
Selain itu, menurut penulis, subsequent events yang harus diaudit oleh akuntan publik adalah
sebagai berikut.
1. Subsequent collection (penagihan sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca),
sampai mendekati tanggal selesainya pekerjaan lapangan/audit field work), yang harus
dilaksanakan dalam pemeriksaan piutang dan barang dalam perjalanan.
2. Subsequent payment (pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca)
sampai mendekati tanggal selesainya audit field work), yang harus dilaksanakan
dalam pemeriksaan liabilitas dan biaya yang masih harus dibayar.

B. Tujuan Pemeriksaan Subsequent Events


Tujuan pemeriksaan subsequent events adalah sebagai berikut
1. Untuk menentukan apakah ada kejadian-kejadian penting sesudah tanggal laporan
posisi keuangan (neraca) yang membutuhkan penyesuaian terhadap laporan keuangan
atau memerlukan pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan agar tidak
menyesatkan pengguna laporan keuangan tersebut.
2. Untuk menentukan kemungkinan tertagihnya piutang.
Walaupun konfirmasi (positif) piutang tidak dijawab oleh pelanggan, dan piutang
tersebut sudah lama tidak dilunasi pelanggan, namun jika setelah tanggal laporan
posisi keuangan (neraca) ternyata piutang tersebut dilunasi oleh pelanggan, maka
perusahaan tidak perlu meragukan collectibility piutang tersebut.
Dengan kata lain, tidak perlu dibuat penghapusan atau penyisihan atas piutang
tersebut.
3. Untuk memastikan bahwa “barang dalam perjalanan” yang tercantum di laporan
posisi keuangan (neraca) per tanggal laporan posisi keuangan (neraca), betul-betul
masih ada dalam perjalanan.
Sebab ada kemungkinan, pada saat membayar uang muka pembelian (L/C)
perusahaan mencatat :
DR. Barang dalam perjalanan
CR. Kas
CR. Utang usaha
Pada saat penerimaan barang sebelum tanggal laporan posisi keuangan (neraca),
perusahaan mencatat:
DR. Persediaan
CR. Utang usaha

Akibatnya per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) tetap terlihat saldo barang
dalam perjalanan dan terjadi dua kali pencatatan utang usaha.
Seharusnya pada saat penerimaan barang, baik sebelum maupun sesudah tanggal
laporan posisi keuangan (neraca), perusahaan mencatat:
DR. Persediaan
CR. Barang dalam perjalanan

Pada saat utang tersebut dilunasi :


DR. Utang usaha
CR. Kas
4. Untuk memastikan bahwa liabilitas dan beban yang masih harus dibayar yang
tercantum di laporan posisi keuangan (neraca) per tanggal laporan posisi keuangan
(neraca), betul-betul merupakan liabilitas perusahaan yang akan dilunasi pada saat
jatuh temponya (sesudah tanggal laporan posisi keuangan/neraca)
5. Untuk memastikan bahwa tidak ada liabilitas perusahaan yang belum dicatat per
tanggal laporan posisi keuangan (neraca).

C. Prosedur Pemeriksaan Subsequent Events


1. Periksa pengeluaran kas sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca), sampai
mendekati tanggal selesainya audit field work.
2. Periksa penerimaan kas sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca), sampai
mendekati tanggal selesainya audit field work.
3. Periksa bukti penerimaan barang sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca),
sampai mendekati tanggal selesainya audit field work.
4. Periksa bukti pengeluaran barang sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca),
sampai mendekati tanggal selesainya audit field work.
5. Periksa cut-off pembelian dan cut-off penjualan.
6. Review laporan keuangan internim untuk periode sesudah tanggal laporan posisi
keuangan (neraca).
7. Minta salinan (copy) notulen rapat direksi, dewan komisaris, pemegang saham dan
pelajari notulen tersebut untuk mengetahui apakah ada commitment yang dibuat
perusahaan dan baru dipenuhi di periode setelah tanggal laporan posisi keuangan
(neraca).
8. Lakukan tanya jawab dengan pejabat perusahaan yang berwenang untuk mengetahui:
a. Apakah ada contingent liabilities.
b. Apakah ada perubahan yang cukup signifikan dalam modal saham, liabilitas
jangka panjang atau kredit modal kerja dalam periode setelah tanggal laporan
posisi keuangan (neraca).
c. Apakah ada kejadian-kejadian yang penting sesudah tanggal laporan posisi
keuangan (neraca) yang memerlukan penyesuaian terhadap laporan keuangan atau
memerlukan penjelasan dalam catatan atas laporan keuangan.
9. Kirim konfirmasi ke penasihat hukum perusahaan, untuk mengetahui apakah
perusahaan mempunyai masalah hukum di pengadilan, misalkan karena ada tuntutan
dari pihak ketiga, dan bagaimana pendapat penasihat hukum mengenai status perkara
di pengadilan tersebut.
10. Analisis perkiraan professional fees, untuk mengetahui apakah ada pembebanan fee
dari penasihat hukum perusahaan, yang menyangkut perkara di pengadilan.
11. Dapatkan surat pernyataan langganan (client representation letter).

Pengungkapan Peristiwa Setelah Tanggal Laporan Dicatat atas Laporan Keuangan.


Menurut SAK ETAP (IAI, 2009:158)
Tanggal penyelesaian Laporan Keuangan
Entitas harus mengungkapkan tanggal penyelesaian laporan keuangan.
Entitas harus mengungkapkan untuk setiap kategori peristiwa setelah akhir periode pelaporan
yang tidak memerlukan penyesuaian sebagai berikut:
a. Sifat dari peristiwa
b. Estimasi dampak keuangannya atau suatu pernyataan bahwa estimasi tersebut tidak
dapat dilakukan.
Menurut PSAK No. 8 (Revisi 2014) 8.4
Tanggal Otorisasi untuk Terbit
Entitas mengungkapkan tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit dari pihak yang
bertanggung jawab mengotorisasi laporan keuangan.
Jika entitas menerima informasi setelah periode pelaporan tentang kondisi yang ada
pada akhir periode pelaporan, maka entitas memutakhirkan pengungkapan kondisi tersebut
sesuai dengan informasi terkini.
Peristiwa nonpenyesuai setelah periode pelaporan yang berdampak material jika tidak
diungkapkan akan memengaruhi pengambilan keputusan pengguna laporan keuangan.
Sejalan dengan hal tersebut, entitas mengungkapkan informasi berikut untuk setiap kelompok
peristiwa tersebut:
a. Sifat peristiwa; dan
b. Estimasi dampak keuangan, atau pernyataan bahwa estimasi tersebut tidak dapat
dibuat.
D. PENYELESAIAN PEMERIKSAAN AKUNTAN
Setelah akuntan publik menyelesaikan berbagai macam audit prosedur, mulai dari
perencanaan audit, mendesain pendekatan audit, melakukan test of control (compliance test),
substantive test of transactions, analytical review, dan test of detail balance, langkah
berikutnya adalah membuat draft audit report, mendiskusikannya dengan klien kemudian
meng-issue audit report.
Namun demikian ada beberapa prosedur yang harus dilakukan akuntan publik sebelum
membuat draft audit report:
 Periksa kecukupan presentation dan disclosures
 Review ada tidaknya contingent liabilitas dan commitments
 Review subsequent events
 Lakukan final analytical review
 Evaluasi going concern perusahaan
 Evaluasi kecukupan bukti audit yang dikumpulkan dengan mengisi Audit Check List

Periksa kecukupan presentation dan disclosures. Menurut Arens (2015:772) ada empat audit
objective untuk presentation dan disclosure seperti yang terlibat dalam tabel berikut ini :
Presentation dan Disclosures Audit Objective
Audit Objectives Contoh Substantive Procedures
 Occurrence and Right and  Review kontrak-kontrak pinjaman
Obligation Disclose kejadian- untuk mengetahui apakah piutang
kejadian dan transaksi-transaksi usaha dijadikan jaminan
yang terjadi dan berkaitan dengan  Gunakan disclosure checklist untuk
entitas. menentukan apakah laporan
 Completeness. Apakah semua keuangan telah mencakup seluruh
pengungkapan yang seharusnya ada pengungkapan yang diharuskan oleh
dalam laporan keuangan telah standar akuntansi.
dimasukkan.  Review laporan keuangan untuk
 Classification dan Undertandability. menentukan apakah aset telah
Apakah informasi keuangan telah diklasifikasi secara tepat antara aset
disajikan dan dijelaskan secara tepat lancar dan tidak lancar. Baca
dan pengungkapan diekspresikan penjelasan dalam footnote.
secara jelas.  Reconcile jumlah yang termasuk
 Accurancy and Valuation. Informasi dalam footnotes utang jangka
keuangan dan lainnya sudah panjang dengan informasi yang
diungkapkan secara wajar pada terdapat dalam kertas kerja utang
jumlah yang tepat. jangka panjang.

Untuk perusahaan publik, OJK telah menerbitkan Financial Statements Disclosure


Check List dalam SK No. KEP-347/BL/2012.
Dalam penelitian di bidang akuntansi ini dikenal sebagai Mandatory Disclosure. Jika
manajemen ingin membuat tambahan pengungkapan agar lebih informatif, ini disebut
Voluntary Disclosure.

Review Ada Tidaknya Contingent Liability dan Commitments


Contingent liabilities adalah liabilities yang mungkin terjadi, mungkin juga tidak terjadi
tergantung pada kejadian dalam periode berikutnya.

Menurut Arens (2015:773):


Contingent Liability adalah suatu kewajiban masa datang yang potensial kepada pihak ketiga
yang jumlahnya tidak diketahui dan berasal dari kegiatan yang sudah terjadi. Contingent
Liability yang jumlahnya material harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Ada tiga kondisi yang harus dipenuhi untuk adanya contingent liability, yaitu :
1. Adanya potensi pembayaran di masa yang akan datang kepada pihak ketiga atau
adanya impairment aset yang diakibatkan oleh kondisi yang ada saat ini.
2. Adanya ketidakpastian tentang jumlah pembayaran masa datang atau infairment dari
aset.
3. Outcome tergantung pada kejadian-kejadian dimasa datang.

Contingent liability bisa berasal dari :


 Masalah hukum di pengadilan yang belum selesai per tanggal neraca
 Dispute (perbedaan pendapat) mengenai utang pajak
 Pendiskontoan wesel tagih
 Unused balances of out standing letters of credit
 Jaminan atas kewajiban pihak lain
 Product warranties (jaminan produk)
 Pending litigation atas hak paten dan product liability

Tabel berikut ini dikutip dari Arens (2014:774)

REVIEW COMMITMENT
Auditor harus menanyakan kepada manajemen tentang ada atau tidaknya sales commitment
dan purchase commitment yang mungkin bisa merugikan perusahaan.
Hal ini juga bisa dilakukan dengan membaca notulen rapat dan kontrak-kontrak
penjualan dan pembelian dengan pihak ketiga yang dibuat di tahun berjalan (periode audit)
tetapi pelaksanaannya dilakukan dilakukan pada periode berikutnya.

LAKUKAN FINAL ANALITYCAL REVIEW


Standar audit mengharuskan auditor untuk melakukan analitycal review di bagian akhir
proses audit. Biasanya dilakukan oleh manajer dan partner audit yang pengalaman dan
wawasannya lebih luas untuk mengetahui apakah dalam draft final dari laporan keuangan
yang sudah diaudit masih terdapat hal-hal yang aneh/unusual, yang perlu diklarifikasi lagi
atau membutuhkan prosedur audit tambahan untuk mendapatkan tambahan bukti audit.

EVALUASI GOING CONCERN PERUSAHAAN


Standar audit mengharuskan auditor untuk mengevaluasi apakah terdapat keraguan yang
benar mengenai kemampuan klien untuk melanjutkan kegiatan usahanya (going concern)
paling tidak setahun setelah tanggal neraca.
Beberapa indikator yang bisa membuat auditor ragu atas going concern kliennya antara lain :
 Kesulitan keuangan yang dihadapi klien antara lain terlihat dari ketidakmampuan
klien untuk melunasi kewajibannya kepada pihak ketiga baik kewajiban jangka
pendek maupun jangka panjang.
 Kerugian terus menerus yang diderita klien sehingga akumulasi kerugian sudah
melebihi modal disetor (capital deficiency).
 Kehilangan pelanggan utamanya baik di dalam negeri maupun luar negeri.
 Penjualan sebagian aset tetapnya untuk melunasi utangnya ke bank.

Anda mungkin juga menyukai