Pengembangan Model Pembelajaran P and C Dalam Penjasorkes Pada Siswa SLB D Ypac Semarang Tahun 2015

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 139

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN P AND C

DALAM PENJASORKES PADA SISWA SLB D YPAC


SEMARANG TAHUN 2015

SKRIPSI
diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1
untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
pada Universitas Negeri Semarang

oleh
Bagus Achmad Dwijayanto
6101411012

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

i
ABSTRAK

Bagus Achmad, Dwijayanto. 2015. Pengembangan Model Pembelajaran P and C


Dalam Penjasorkes Pada Siswa SLB D YPAC Semarang Tahun 2015. Skripsi,
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Supriyono, S.Pd., M.Or.

Kata Kunci: Pengembangan, Bolabasket, P and C, Tunadaksa.

Latar belakang masalah dari penelitian ini adalah siswa SLB D dalam
pembelajaran penjasorkes materi bolabasket kurang antusias serta tidak
menyenangkan dan membosankan saat pembelajaran di YPAC Semarang.
Untuk lebih aktif dan merasa menyenangkan dalam belajar khususnya pada
pembelajaran permainan bola besar maka perlu modifikasi dan inovasi dalam
pembelajaran materi bola besar. Permasalahan dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah bentuk pengembangan model pembelajaran P and C dalam
penjasorkes pada siswa SLB D YPAC Semarang tahun 2015. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk pengembangan model
pembelajaran dalam penjasorkes pada siswa SLB D YPAC Semarang Tahun
2015.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Adapun prosedur
pengembangan produk yaitu (1) melakukan analisis kebutuhan, (2)
mengembangkan bentuk produk awal, (3) evaluasi ahli menggunakan satu ahli
penjas dan satu ahli pembelajaran penjasorkes sekolah menengah pertama luar
biasa, (4) uji coba skala kecil (8 siswa), (5) revisi produk pertama, (6) uji coba
skala besar (12 siswa), (7) revisi produk akhir, (8) hasil akhir. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang diperoleh dari evaluasi ahli,
kuesioner bagi siswa, serta menggunakan hasil pengamatan dilapangan dan
hasil wawancara dengan guru penjasorkes. Teknik analisis data yang digunakan
adalah deskriptif presentase.
Berdasarkan hasil penelitian uji coba skala kecil diperoleh presentase
83,67% (Baik), dari hasil evaluasi ahli diperoleh persentase 75%. Hasil penelitian
uji coba skala besar yaitu 86,67% (Baik), hasil dari penilaian aspek kognitif,
afektif dan psikomotor uji coba skala kecil dan dari uji coba skala besar memiliki
peningkatan dengan selisih 3,00%. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan
maka permainan P and C ini telah memenuhi kriteria baik.
Disimpulkan bahwa bentuk pengembangan model pembelajaran P and C
dalam penjasorkes pada siswa SLB D YPAC Semarang dapat digunakan untuk
siswa SLB D YPAC Semarang Tahun 2015. Saran dari peneliti yaitu (1) bagi
guru untuk dapat melaksanakan dan mempraktikkan permainan P and C pada
saat proses pembelajaran bolabasket, (2) bagi siswa sebagai inovasi permainan
bola basket agar tidak timbul rasa kebosanan dan kejenuhan, serta siswa lebih
mengeksplor gerak saat pembelajaran.

ii
iii
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, Saya:

Nama : Bagus Achmad Dwijayanto

NIM : 6101411012

Prodi : PJKR

Fakultas : FIK

Judul Skripsi : Pengembangan Model Pembelajaran P and C Dalam

Penjasorkes Pada Siswa SLB D YPAC Semarang

Tahun 2015

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini merupakan hasil karya

saya sendiri dan tidak menjiplak (plagiat) karya ilmiah orang lain, baik seluruhnya

maupun sebagian. Bagian di dalam tulisan ini yang merupakan kutipan dari karya

ahli atau orang lain, telah diberi penjelasan sumbernya sesuai dengan tata cara

pengutipan.

Apabila pernyataan saya ini tidak benar saya bersedia menerima sangsi

akademik dari Universitas Negeri Semarang dan sanksi hukum sesuai yang

berlaku di wilayah Negara Republik Indonesia.

Semarang, .......... Juni 2015

Yang Menyatakan

Bagus Achmad Dwijayanto


6101411012

iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Orang yang tidak pernah membuat kesalahan adalah orang yang tidak

pernah mencoba hal baru (Albert Einstein)

2. Selagi masih muda dan masih mampu untuk berfikir dengan cepat

tuntutlah ilmu setinggi mungkin (Ibu Tentrem)

3. Bahagialah jika menjadi orang yang berguna bagi orang lain bukan untuk

diri sendiri. (Bagus Achmad Dwijayanto)

PERSEMBAHAN

1. Kedua orang tua saya tercinta: Bapak Parwanto


dan Ibu Tentrem, terima kasih atas segala
kasih sayang, dukungan dan do’a yang selalu
tercurah.
2. Almamater Universitas Negeri Semarang

vi
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdullilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu


melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengembangan Model Pembelajaran P and C Dalam
Penjasorkes Pada Siswa SLB D YPAC Semarang Tahun 2015” dengan baik.
Segala kekurangan dan keterbatasan sangat penulis sadari dalam penulisan
skripsi ini. Keberhasilan dalam menyusun skripsi ini atas bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini dengan rendah hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan
kepada peneliti menjadi mahasiswa UNNES.
2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan ijin dan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan
skripsi.
3. Ketua Jurusan PJKR, FIK UNNES, yang telah memberikan ijin dan
kesempatan untuk menyelesaikan penulisan skripsi.
4. Bapak Supriyono, S.Pd., M.Or selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, kritik, dan saran sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Bapak Aris Mulyono, S.Pd.,M.Pd., selaku dosen ahli pembelajaran
Bolabasket yang telah banyak memberikan petunjuk, kritik, serta saran
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Bapak Suyitno, S.Pd selaku kepala SLB-D YPAC Semarang yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Sekolah tersebut.
7. Bapak Wistoro, S.Pd.,selaku ahli pembelajaran penjas sekolah menengah
atas luar biasa yang telah turut membantu demi kelancaran penelitian ini.
8. Bapak dan Ibu Guru SLB-D YPAC Semarang yang mendukung dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Siswa siswi kelas VII SMPLB-D YPAC Semarang yang telah bersedia
menjadi subjek penelitian.

vii
10. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan PJKR FIK UNNES, yang telah memberikan
bekal ilmu dan pengetahuan kepada peneliti hingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman PJKR angkatan 2011 yang telah banyak membantu serta
memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelasaikan penulisan skripsi
ini yang tidak dapat saya sebut satu per satu.
Penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna
bagi semua pihak.

Semarang, ........... Juni 2015

Penulis

Bagus Achmad Dwijayanto

NIM. 6101411012

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
ABSTRAK ..................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
PERNYATAAN ............................................................................................. iv
PENGESAHAN .............................................................................................. v
MOTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Masalah .................................................. 1
1. 2 Perumusan Masalah ...................................................... 14
1. 3 Tujuan Pengembangan ................................................... 14
1. 4 Manfaat Pengembangan ................................................. 14
1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti ...................................................... 14
1.4.2 Manfaat Bagi Siswa ............................................ ............ 14
1.4.3 Manfaat Bagi Guru .......................................................... 14
1.4.4 Manfaat Bagi Pembaca ................................................... 15
1.5 Spesifikasi Produk ........................................................... 15
1.6 Pentingnya Pengembangan ............................................ 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR


2.1 Kajian Pustaka ................................................................ 18
2.1.1 Pengertian Pendidikan .................................................... 18
2.1.2 Pengertian Gerak ........................................................... 21
2.1.2.1 Belajar Gerak ................................................................. 22
2.1.2.2 Kebugaran Jasmani Dan Gerak Tunadaksa ................... 23
2.1.3 Pendidikan Jasmani ........................................................ 24
2.1.4 Tujuan Pendidikan Jasmani ............................................ 26
2.1.5 Pendidikan Jasmani Adaptif ............................................ 27
2.1.5.1 Tujuan Pendidikan Jasmani Adaptif ................................ 29
2.1.5.2 Pemilihan Materi Dan Program Penjas Adaptif ................ 30
2.1.6 Pengertian Anak Tunadaksa ........................................... 32
2.1.6.1 Klasifikasi Anak Tunadaksa............................................. 33
2.1.6.1.1 Tunadaksa Ortopedi ........................................................ 33
2.1.6.1.2 Tunadaksa Saraf ............................................................. 34
2.1.6.2 Karakteristik Penyandang Tunadaksa ............................. 37
2.1.6.2.1 karakteristik Kognitif ........................................................ 37
2.1.6.2.2 Karakteristik Inteligensi ................................................... 37
2.1.6.2.3 Karakteristik Kepribadian ................................................ 38
2.1.6.2.4 Karakteristik Fisik ............................................................ 38
2.1.6.2.5 Karakteristik Bahasa/Bicara ............................................ 39
2.1.6.2.6 Perkembangan Emosi ..................................................... 39
2.1.6.2.7 Perkembangan Sosial ..................................................... 39

ix
2.1.7 Pembelajaran .................................................................. 40
2.1.8 Pengertian Pengembangan ............................................. 41
2.1.9 Pengertian Permainan..................................................... 42
2.1.9.1 Modifikasi Permainan ...................................................... 43
2.1.9.2 Tujuan Modifikasi ............................................................ 44
2.1.10 Pengertian Passing ......................................................... 44
2.1.11 Pengertian Catching ........................................................ 46
2.1.12 Permainan Bola Basket ................................................... 46
2.1.12.1 Sarana Dan Prasarana.................................................... 48
2.1.12.1.1 Papan Pantul ................................................................. 48
2.1.12.1.2 Lapangan Bola Basket ................................................... 49
2.1.12.1.3 Bola................................................................................ 49
2.1.12.2 Teknik Dasar ................................................................... 50
2.1.12.2.1 Menggiring ..................................................................... 50
2.1.12.2.2 Mengoper bola ............................................................... 50
2.1.12.2.3 Menembak bola .............................................................. 51
2.1.12.2.4 Menangkap bola............................................................. 52
2.1.13 Pengembangan Dan Modifikasi Permainan Bolabasket .. 53
2.2 Kerangka Berfikir............................................................. 56

BAB III METODE PENGEMBANGAN


3.1 Model Pengembangan ................................................... 58
3.2 Prosedur Pengembangan .............................................. 59
3.2.1 Analisis Kebutuhan ......................................................... 61
3.2.2 Pembuatan Produk Awal ................................................. 61
3.2.2.1 Validasi Ahli .................................................................... 62
3.2.2.2 Uji Coba Skala Kecil ........................................................ 62
3.2.3 Revisi Produk Pertama.................................................... 62
3.2.4 Uji Coba Skala Besar ...................................................... 62
3.2.5 Revisi Produk Akhir ......................................................... 62
3.2.6 Produk Akhir ................................................................... 63
3.3 Uji Coba Produk ............................................................. 63
3.3.1 Desain Uji Coba ............................................................. . 63
3.3.1.1 Uji Coba Skala Kecil ................. ............................ ......... 64
3.3.1.2 Revisi Produk Pertama.................................................... 64
3.3.1.3 Uji Coba Skala Besar ..................................................... 64
3.3.2 Subjek Uji Coba ............................................................. . 64
3.4 Rancangan Produk ......................................................... 65
3.4.1 Deskripsi Permainan “P and C” ....................................... 65
3.5 Jenis Data ...................................................................... 70
3.6 Instrumen Pengumpulan Data ......................................... 71
3.7 Analisis Data ................................................................... 75

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN


4.1 Penyajian Data Uji Coba Skala Kecil ............................... 77
4.1.1 Analisis Kebutuhan ......................................................... 77
4.1.2 Pembuatan Produk Awal ................................................. 78
4.1.2.1 Validasi Ahli .................................................................... 81
4.1.2.2 Uji Coba Skala Kecil ........................................................ 85
4.1.4.3 Data Uji Coba Skala Kecil ............................................... 86

x
4.2 Hasil Analisis Data Pada Uji Coba Skala Kecil ................ 88
4.2.1 Aspek Psikomotorik ........................................................ 88
4.2.2 Aspek Afektif ................................................................... 88
4.2.3 Aspek Kognitif ................................................................. 88
4.3 Revisi Produk .................................................................. 89
4.4 Penyajian Data Uji Coba Skala Besar ............................. 90
4.4.1 Data Uji Coba Skala Besar .............................................. 91
4.5 Hasil Analisis Data Uji Coba Skala Besar ........................ 94
4.5.1 Aspek Psikomotorik ......................................................... 94
4.5.2 Aspek Afektif ................................................................... 94
4.5.3 Aspek Kognitif ................................................................. 94
4.6 Prototipe Produk ............................................................. 95
4.6.1 Kelebihan Produk ............................................................ 102
4.6.2 Kekurangan Produk ........................................................ 102

BAB V KAJIAN DAN SARAN


5.1 Kajian Penelitian ............................................................. 103
5.2 Saran .............................................................................. 104

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 105

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 107

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Standart Kompetensi Dan Kompetensi Dasar ...................................... 13


2.1 Kategori Dan Aktivitas Anak Cacat ....................................................... 31
2.2 Klasifikasi Tunadaksa .………………….................................................. 34
2.3 Perbedaan Antara Permainan Bola Basket Dengan Permainan P and C 56
3.1 Rancangan Produk Permainan P and C ................................................ 65
3.2 Kriteria Penilaian ................................................................................... 71
3.3 Faktor, Indikator, dan Sub Indikator Kuesioner Ahli Bola Basket ........... 72
3.4 Faktor, Indikator, dan Sub Indikator Kuesioner Ahli Pembelajaran ......... 73
3.5 Skor Jawaban Kuesioner “Benar” atau “Salah” ...................................... 74
3.6 Kisi-Kisi Instrumen Kuesioner Siswa ....................................................... 74
3.7 Klasifikasi Persentase .............................................................................. 76
4.1 Aspek Penilaian Oleh Ahli ....................................................................... 83
4.2 Revisi Draft Produk ................................................................................. 85
4.3 Data Hasil Penilaian Aspek Pikomotor dan Aspek Afektif ....................... 87
4.4 Data Hasil Kuisioner Kognitif Siswa ........................................................ 87
4.5 Saran Perbaikan Model Permainan ........................................................ 89
4.6 Data Hasil Penilaian Aspek Psikomotor dan Aspek Afektif .................... 92
4.7 Data Hasil Kuisioner Siswa Uji Coba Skala Besar ................................. 92
4.8 Prototipe Produk Akhir P and C .............................................................. 95

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Papan Pantul Bola Basket Resmi ........... .………………………………. 48


2.2 Lapangan Bola Basket Resmi ............................................................ 49
2.3 Bola Basket Resmi ............................................................................. 49
3.1 Prosedur Pengembangan Model Pembelajaran P and C .................... 60
4.1 Grafik Pengamatan Gerak Psikomotor Siswa Uji Coba Skala Kecil ... 86
4.2 Grafik Pengamatan Afektif Siswa Uji Coba Skala Kecil ...................... 86
4.3 Grafik Data Kuisioner Kognitif Siswa Uji Coba Skala Kecil ................. 88
4.4 Grafik Pengamatan Gerak (Psikomotor) Siswa Uji Coba Skala Besar . 91
4.5 Grafik Pengamatan Sikap (Afektif) Uji Coba Skala Besar ................... 92
4.6 Grafik Hasil Kuisioner Kognitif Siswa Uji Coba Skala Besar ............... 93
4.7 Lapangan P and C . ............................................................................. 96
4.8 Hulahoop / Zona ring ........................................................................... 97
4.9 Bola Tangan ....................................................................................... 97
4.10 Kun .................................................................................................... 98
4.11 Tiang Tali Pembatas .......................................................................... 98
4.12 Rompi ............................................................................................... 99

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Usulan Judul dan Topik ........................................................................... 107


2. Surat Keputusan Pembimbing ................................................................. 108
3. Surat Observasi Skripsi ........................................................................... 109
4. Surat Ijin Penelitian .................................................................................. 110
5. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian ....................................... 111
6. Lembar Evaluasi Ahli Bola Basket ........................................................... 112
7. Lembar Evaluasi Ahli Pembelajaran ........................................................ 117
8. Indikator Penilaian Siswa ......................................................................... 122
9. Kuisioner Penelitian Untuk Siswa ............................................................. 124
10. Daftar Nama Siswa Subyek Uji Coba Skala Kecil .................................... 126
11. Lembar Pengamatan Psikomotor Dan Afektif Siswa Uji Coba Skala Kecil127
12. Jawaban Kuisioner Siswa Uji Coba Skala Kecil ....................................... 131
13. Daftar Nama Siswa Subyek Uji Coba Skala Besar ................................... 132
14. Lembar Pengamatan Psikomotor dan Afektif Siswa Uji Coba Skala Besar133
15. Jawaban Kuesioner Siswa Uji Coba Skala Besar .................................... 137
16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...................................................... 138
17. Bukti Wawancara Dengan Guru SLB D.................................................... 144
18. Dokumentasi ............................................................................................ 146

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan

mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik jasmani maupun rohani

sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha-

usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut,

serta mewariskannya kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam

hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan (Djumransjah,

2004:22).

Tujuan pendidikan di Indonesia sebagaimana terdapat dalam Undang-

Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II

Pasal 3, menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem

Keolahragaan Nasional menyebutkan bahwa keolahragaan adalah segala aspek

yang berkaitan dengan olahraga yang memerlukan pengaturan, pendidikan,

pelatihan, pembinaan, pengembangan dan pengawasan. Keolahragaan nasional

adalah keolahragaan yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai

keolahragaan, kebudayaan Nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan

1
2

perkembangan olahraga. Ada beberapa pengertian olahraga menurut

kelompoknya, yaitu:

1. Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani yang dan olahraga yang

dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan

berkelanjutan untuk memperolah pengetahuan, kepribadian, keterampilan,

kesehatan dan kebugaran jasmani.

2. Olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan

kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan

kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan, kebugaran,

dan kegembiraan.

3. Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan

olahragawan secara terencana, berjenjang dan berkelanjutan melalui

kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan

teknologi keolahragaan.

4. Olahraga amatir adalah olahraga yag dilakukan atas dasar kecintaan atau

kegemaran beolahraga.

5. Olahraga profesional adalah olahraga yang dilakukan untuk memperoleh

pendapatan dalam bentuk uang atau bentuk lain yang didasarkan atas

kemahiran berolahraga.

6. Olahraga penyandang cacat adalah olahraga yang khusus dilakukan sesuai

dengan kondisi kelainan fisik dan/atau mental seseorang.

Seiring dengan perkembangan penelitian dunia olahraga yang sudah maju,

maka diperoleh beberapa hasil yang memberikan manfaat yang seluas-luasnya

bagi yang melakukan aktivitas olahraga baik secara fisik maupun mental.

Mesikpun olahraga mempunyai manfaat yang sangat penting bagi banyak orang
3

namun tidak semua orang melakukan olahraga. Untuk itu, maka sejak usia dini

harus dibiasakan untuk gemar berolahraga dengan memberikan pengalaman

gerak sebanyak-banyaknya dan variasi gerak yang cukup sehingga mereka akan

suka dengan kegiatan olahraga (Toho Cholik Mutohir, dkk, 2011:7).

Kegiatan olahraga merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan

dalam kehidupan manusia. Salah satu manfaat dari kegiatan olahraga yaitu

diperoleh kebugaran jasmani yang baik. Dengan kebugaran jasmani yang baik

akan sangat membantu dalam kegiatan sehari-hari, sehingga dapat

meningkatkan produktifitas kerja.

Kegiatan olahraga tidak hanya diperuntukan bagi orang normal, tetapi anak

berkebutuhan khusus (cacat) juga membutuhkan kegiatan olahraga. Didalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang sistem

Keolahragaan Nasional bab VII bagian ke 7 tentang pembinaan dan

pengembangan olahraga penyandang cacat pasal 30 ayat (1) menerangkan

bahwa pembinaan dan pengembangan olahraga penyandang cacat

dilaksanakan dan diarahkan untuk meningkatkan kesehatan, rasa percaya diri,

dan prestasi olahraga. Jadi dengan dasar diatas, kecacatan bukanlah menjadi

alasan untuk menjadikan anak tersebut tidak sehat, terbatas ruang untuk

berekspresi dan minder. Bahkan jika diarahkan dengan baik, siswa penyandang

cacat juga dapat dibina untuk meraih prestasi olahraga

Namun pada kenyataannya masih banyak anggapan bahwa, anak

berkebutuhan khusus tidak mungkin dapat melakukan kegiatan olahraga. Masih

banyak masyarakat di Indonesia menganggap bahwa kecacatan dipandang

secara negatif. Anak yang berkebutuhan khusus dianggap tidak mampu

melakukan kegiatan apa-apa termasuk berolahraga. Hal ini sering dijumpai


4

dalam pembelajaran pendidikan jasmani, anak yang membutuhkan pelayanan

khusus sering tidak diikutsertakan dalam kegiatan belajar mengajar pendidikan

jasmani. Pengalaman menunjukkan bahwa guru penjas umumnya memberikan

dispensasi kepada siswa yang memiliki kondisi fisik, organis dan fungsional

untuk tidak ikut serta dalam pembelajaran penjas. Dispensasi tersebut

didasarkan pada rasa kasihan terhadap anak yang lemah atau cacat. Masih ada

pandangan masyarakat bahwa anak cacat tidak etis diikutsertakan dalam penjas

kerena kemampuannya berbeda dengan anak normal (Beltasar Tarigan,

1999/2000:11).

Kecacatan pada umumnya masih dianggap faktor penyebab seorang anak

tidak membutuhkan kegiatan olahraga atau tidak perlu mengikuti kegiatan belajar

mengajar Pendidikan Jasmani. Namun pada kenyataannya, secara kodrati

manusia lahir memiliki hak dan kewajiban yang sama, sehingga anak yang

berkebutuhan khusus dan normal adalah sama. Pendidikan Jasmani yang

diberikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus adalah Pendidikan Jasmani

Adaptif.

Secara mendasar Pendidikan Jasmani Adaptif adalah sama dengan

Pendidikan Jasmani biasa. Pendidikan Jasmani merupakan salah satu aspek

dari seluruh proses pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan Jasmani Adaptif

merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh

(comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan

masalah dalam ranah psikomotor. Hampir semua jenis ketunaan Anak Luar

Biasa memiliki masalah dalam ranah psikomotor. Masalah psikomotor sebagai

akibat dari keterbatasan kemampuan sensomotorik, keterbatasan dalam

kemampuan belajar. Sebagian Anak Luar Biasa bermasalah dalam interaksi


5

sosial dan tingkah laku. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa peranan

pendidikan jasmani bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) sangat besar dan

akan mampu mengembangkan mengkoreksi kelainan dan keterbatasan tersebut.

Permasalahan kurang berkembangnya proses pembelajaran Pendidikan

Jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah adalah siswa tidak aktif bergerak

dalam proses pembelajaran. Permasalahan tersebut dapat dikarenakan guru

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam melaksanakan proses

pembelajaran masih cenderung monoton, kurang menarik dan membosankan,

sehingga siswa tidak memiliki semangat dan motivasi dalam mengikuti pelajaran

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Dampak dari hal tersebut adalah

akan mempengaruhi terhadap tingkat kesegaran jasmani siswa yang semestinya

dapat dikembangkan sesuai perkembangan geraknya dan membatasi siswa

untuk mengenal macam-macam olahraga disekitarnya yang bisa siswa mainkan.

Upaya dalam proses pembelajaran untuk mengatasi kebosanan siswa,

antusias, tekun, dan penuh partisipasi dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan

Jasmani adalah dengan adanya variasi. Variasi dalam pembelajaran adalah

perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi

belajar siswa, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan (Mulyasa, 2008:78)

Pendidikan Jasmani Adaptif merupakan Pendidikan yang khusus diberikan pada

anak-anak berkebutuhan khusus. Berkaitan dengan Pendidikan Jasmani Adaptif,

perlu ditegaskan bahwa siswa yang memiliki kecacatan mempunyai hak yang

sama dengan semua yang tidak cacat dalam memperoleh pendidikan dan

pembelajaran pada setiap jenjang pendidikan. Para siswa yang cacat, sesuai

dengan kecacatannya, akan memperoleh pembinaan melalui Pendidikan

Jasmani (Beltasar Tarigan, 2000:8).


6

Tujuan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Adaptif bagi anak cacat juga

bersifat holistik, seperti tujuan penjaskes untuk anak-anak normal, yaitu

mencakup tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani,

keterampilan gerak, sosial dan intelektual. Oleh karena itu para guru Penjas

Adaptif seharusnya membantu peserta didik agar tidak merasa rendah diri dari

lingkungannya. Kepada peserta didik diberikan kesempatan untuk melakukan

aktivitas jasmani melalui berbagai macam olahraga dan permainan. Kesempatan

itu merupakan pengakuan bahwa mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama

dengan anak-anak normal (Beltasar Tarigan, 2000:10).

Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Adaptif merupakan

sarana untuk meningkatkan beberapa aspek pada diri anak seperti pertumbuhan

dan perkembangan jasmani, keterampilan gerak, sosial dan intelektual. Namun

demikan dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif terhadap anak yang

membutuhkan pelayanan khusus harus dirancang sebaik mungkin dan

disesuaikan dengan kecacatan siswa. Faktor kecacatan harus menjadi

pertimbangan dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif. Pembelajaran

Pendidikan Jasmani Adaptif yang didasarkan kecacatan siswa, maka tujuan

Pendidikan Jasmani Adaptif dapat dicapai secara optimal.

Untuk menunjang dan meningkatkan keterampilan gerak siswa tunadaksa

diperlukan olahraga yang cocok untuk siswa tunadaksa. Karakteristik dan

kebiasaan kehidupan sehari-hari siswa tunadaksa adalah memiliki keterbatasan

dalam olah gerak tubuh (fisik), bertingkah semaunya sendiri, tidak mau kalah

dengan temannya, mudah terpancing emosi, memiliki kesulitan dalam mengurus

diri sendiri, susah untuk bersosialisasi.


7

Olahraga menjadi salah satu bentuk terapi, diantaranya untuk merangsang

perkembangan otak kreatif, dan melatih bersosialisasi, olahraga juga sekaligus

berfungsi sebagai sarana kepercayaan diri. Masih berkaitan dengan

kepercayaan diri, olahraga bagi penyandang tunadaksa juga bisa jadi sarana

prestasi. Ada beberapa jenis olahraga yang dapat diajarkan kepada siswa

tunadaksa, antara lain renang, senam, tenis meja dan bola besar seperti

sepakbola, bolavoli dan bolabasket.

Oleh sebab itu perlu adanya model pembelajaran yang harus

dikembangkan. Model pembelajaran pada prosesnya tidak harus mahal dan

menyulitkan. Oleh Karena itu model pembelajaran tentunya didukung dengan

adanya sarana dan prasarana pembelajaran yang memadahi di sekolah tersebut.

Model pembelajaran penjasorkes sangat berpengaruh dalam proses

penyampaian materi khususnya bola besar kepada peserta didik. Kenyataan di

lapangan pembelajaran Pendidikan Jasmani khususnya materi bola besar masih

menjumpai beberapa permasalahan. Model pembelajaran guru yang kurang

efektif dan maksimal, seringkali peserta didik merasa jenuh, bahkan malas untuk

mengikuti kegiatan belajar mengajar. Perlu diketahui bahwa materi yang

disampaikan dalam pembelajaran penjasorkes harus sesuai dengan tingkat

pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, baik dari sisi kognitif, afektif, dan

psikomotor.

Yayasan Penyandang Anak Cacat (YPAC) Semarang beralamat di Jl. K.H.

Ahmad Dahlan No. 4 Semarang yang menaungi anak-anak berkebutuhan

khusus dan yang mempunyai keterbatasan dalam bersosialisasi dengan

lingkungannya. Untuk menampung dan untuk mewujudkan impian mereka untuk


8

hidup yang setara dan sederajat dengan anak-anak yang mempunyai fisik sehat

dan normal.

Setelah melakukan observasi, peneliti menemukan adanya permasalahan

yang dihadapi anak-anak berkebutuhan khusus (tunadaksa) diantaranya adalah

kurangnya variasi permainan yang diberikan pada saat pembelajaran pendidikan

jasmani berlangsung serta kurangnya motivasi siswa dalam bermain bolabasket.

Anak-anak hanya diberikan senam setiap hari jumat saja jadi pembelajaran

dilakukan setiap hari jumat semua. Sesuai observasi di lapangan, anak-anak

secara aktif dan bersemangat saat pembelajaran berlangsung, hanya saja

kurangnya variasi dalam permainan dan pembelajaran terasa membosankan

bagi anak-anak. Permasalahan yang mendasar terjadi pada siswa karena siswa

belum antusias terhadap pembelajaran bola besar khususnya bola basket, dalam

bermain bola basket siswa kurang menguasai teknik dasar passing (mengoper)

dan catching (menangkap) dengan keterbatasan yang dimiliki siswa sehingga

pembelajaran tidak tercapai dengan baik.

Hambatan yang dialami anak-anak tunadaksa diantaranya adalah

kemampun motorik yang kurang karena kerusakan otot pada tubuh mereka,

sehingga mereka tidak dapat bergerak dengan tepat, kaku dan koordinasi

motorik kurang baik. Semua itu dapat terlihat pada cara berjalan, lari, lompat dan

melempar. Hambatan yang dialami anak-anak saat ini adalah mereka merasa

pembelajaran yang begitu-begitu saja dan terasa kurang menarik, anak-anak

memilih untuk bermain sendiri dan menuruti kemauan mereka apa yang mereka

mau lakukan, sehingga materi yang disampaikan kurang mengena pada diri

anak.
9

Kegiatan pendidikan jasmani yang diberikan pada anak-anak tunadaksa

perlu diberikan dorongan, permainan yang beragam dan bervariasi akan

membantu anak lebih aktif dan bersemangat dalam kegiatan belajar mengajar

pendidikan jasmani. Selain itu, variasi permainan mempunyai peranan yang

sangat penting dalam membantu anak penyandang tunadaksa mencapai

keberhasilan dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan hambatan motoriknya,

sehingga materi yag diberikan akan tersampaikan dengan baik.

Pengembangan model pembelajaran tentu saja tidak dilakukan secara asal-

asalan, tetapi ada tujuan yang ingin dicapai yaitu meningkatkan dan memelihara

parhatian anak didik terhadap relevansi proses belajar mengajar, memberikan

kesempatan terhadap berfungsinya tingkat keterampilan motorik siswa.

Pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan adaptif merupakan sarana

untuk meningkatkan beberapa aspek pada diri anak seperti pertumbuhan dan

perkembangan jasmani, keterampilan gerak, sosial dan intelektual. Pembelajaran

pendidikan jasmani adaptif yang didasarkan kecacatan siswa, maka tujuan

pendidikan jasmani adaptif dapat dicapai secara optimal.

Tunadaksa merupakan ketidakampuan anggota tubuh untuk melaksanakan

fungsinya disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk

melaksanakan fungsi secara normal akibat luka, penyakit, atau pertumbuhan

yang tidak sempurna sehingga untuk kepentingan pembelajarannya perlu

layanan secara khusus. Hal tersebut sama halnya yang disampaikan oleh guru

pengampu pembelajaran penjas di SMPLB YPAC Kota Semarang bahwa “proses

pembelajaran pada kelas D (Tunadaksa) sama halnya dengan pembelajaran

penjas pada umumnya namun perbedaan yang mendasar dari pembelajaran

tersebut pada cara penyampainannya saja”.


10

Penjasorkes pada tataran sekolah menegah pertama luar biasa khusus

tunadaksa, sangatlah mengutamakan budaya gerak peserta didiknya, dengan

cara mengajarkan gerakan-gerakan dasar yang ada pada suatu jenis olahraga,

salah satunya adalah bola besar. Bukti yang menyatakan bahwa bola besar

dianggap cocok untuk penjasorkes di sekolah menegah pertama luar biasa

khusus tunadaksa adalah dimasukkannya olahraga permainan bola besar ke

dalam indikator capaian yang ada pada standar isi untuk mata pelajaran

penjasorkes sekolah menegah pertama luar biasa khusus tunadaksa. Didalam

penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar terdapat beberapa bagian

atau tahapan dimana peserta didik diberikan materi tentang permainan bola

besar. Standar kompetensi menyatakan mempraktikkan berbagai keterampilan

permainan olahraga dengan teknik dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.

Sedangkan pada kompetensi dasar disebutkan bahwa Mempraktikkan

keterampilan teknik bermain salah satu permainan olahraga bola besar secara

sederhana serta nilai kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat dan percaya

diri. Berdasarkan SK dan KD tersebut, jelas bahwa olahraga permainan bola

besar layak untuk dipelajari dan diterima peserta didik dalam pembelajaran

penjasorkes di sekolah. Model pembelajaran penjasorkes sangat berpengaruh

dalam proses penyampaian materi khususnya permainan bola besar kepada

peserta didik. Dengan alokasi waktu yang telah ditetapkan, guru harus

menyampaikan materi sesuai dengan apa yang telah tercantum didalam SK dan

KD pada kelas yang akan diajar.

Materi bola besar khususnya bolabasket sudah diajarkan, tetapi cara

penyampaiannya belum maksimal. Maksudnya, siswa kurang menguasai teknik

dasar passing dan catching sehingga pembelajaran sulit untuk disampaikan.


11

Selain itu, tidak adanya ring yang menjadi daya tarik bagi siswa sehingga siswa

menjadi kurang antusias dan bosan.

Guru olahraga yang mengajar di SLB D YPAC Semarang tidak asli guru

olahraga akan tetapi guru mata pelajaran biasa yang hanya memiliki pengalaman

lebih dalam menangani anak berkebutuhan khusus sehingga tidak terlalu

memahami tentang materi dasar dalam olahraga. Dampak dari hal itu tidak

disadari akan mempengaruhi terhadap tingkat kesegaran jasmani dan

penguasaan keterampilan gerak peserta didik yang semestinya dapat

dikembangkan sesuai dengan perkembangan gerak usianya.

Peneliti tidak hanya mengamati pada guru pengampu pembelajaran Penjas

Adaptif saja namun peneliti juga mengamati pada siswa. Salah satu

permasalahan kurang berkembangnya proses pembelajaran penjasorkes di

Sekolah Menengah Pertama di SLB D YPAC Semarang adalah ketidaknormalan

siswa dalam bergerak, walaupun bagi penyandang tunadaksa kemampuan

berpikir mereka lebih baik dibanding siswa tunagrahita tetapi gerak mereka

masih kurang memahami instruksi yang diberikan dari guru pengampu.

Permasalahan tersebut semakin mendalam dan berpengaruh secara signifikan

terhadap pembelajaran penjasorkes, karena kurang didukung oleh tingkat

kemampuan, kreativitas dan inovatif para guru penjas selaku pelaksana

khususnya dalam pengembangan model pembelajaran.

Pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap kedua masalah yang ada,

pengembangan model pembelajaran penjasorkes dapat menjadi titik awal dari

masalah-masalah yang ada. Pengembangan model pembelajaran penjasorkes

yang dilakukan oleh para guru dapat membawa suasana pembelajaran inovatif,

dan terciptanya pembelajaran yang menyenangkan dan dapat memotivasi


12

peserta didik untuk lebih berpeluang mengeksplorasi gerak secara luas dan

bebas, sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki.

Permainan P and C merupakan salah satu permainan modifikasi dari

permainan bolabasket yang menyenangkan bagi siswa, permainan ini dapat

dimanfaatkan secara optimal oleh guru pendidikan jasmani, sehingga tujuan

pembelajaran dalam permainan bolabasket dapat menyerap dan berperan aktif

proses pembelajaran.

Dalam kaitannya dengan permainan bolabasket, peneliti akan

mengembangkan model pembelajaran P and C yang bertujuan untuk

meningkatkan keterampilan motorik penyandang tunadaksa di dalam pendidikan

jasmani adaptif. Hal ini berkaitan dengan aktifitas gerak yang erat kaitannya

dengan semua komponen-komponen ranah yang terkandung di dalam

pendidikan jasmani yaitu fisik, afektif, psikomotor dan kognitif.

1. Fisik : Dimana dalam pembelajaran modifikasi permainan siswa mampu

melakukan aktifitas fisik yang mendukung kegiatan secara keseluruhan.

2. Afektif : Selama pembelajaran modifikasi permainan berlangsung setiap

siswa mempunyai emosional yang berbeda-beda yang harus seorang guru

pahami, apakah dengan permaina tersebut siswa mampu mengendalikannya

atau tidak.

3. Psikomotorik : Seorang guru juga harus memahami psikilogi seorang siswa

saat mengikuti kegiatan pembelajaran modifikasi permainan dalam

permainan bolabasket.

4. Kognitif : Siswa mampu berfikir untuk mengatur strategi, mengambil dan

menempatkan dengan benar alat yang di gunakan dalam kegiatan

pembelajaran modifikasi permainan berlangsung.


13

Selain itu juga, siswa diajarkan untuk mempu bekerja sama dan mempunyai

jiwa sosial yang tinggi. Pembelajaran permainan P and C yang dimaksud adalah

P = Passing dan C = Catching, dimana siswa melakukan permainan bolabasket

menggunakan teknik dasar mengumpan dan menangkap bola kemudian

melakukan serangan ke daerah lawan, dimana setiap regu terdiri dari 5 siswa.

Jadi, setiap regu melakukan permainan mengumpan dan menangkap ke daerah

lawan jangan sampai dihalau oleh lawan, cara memperoleh poin yaitu melempar

bola melewati tiang tali kearah target yaitu pemain dan hulahoop, dikarenakan

pada permainan ini regu yang cepat dan memiliki poin terbanyak maka akan

menjadi pemenangnya.

Berdasarkan pada pemaparan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik

untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Pengembangan Model

Pembelajaran P and C dalam Penjasorkes pada Siswa SLB D YPAC Semarang

Tahun 2015”.

Pembelajaran tersebut tertera dalam standar kompetensi dan kompetensi

dasar sekolah menengah pertama. Setiap pembuatan produk pengembangan

model pembelajaran harus disesuaikan dengan standar kompetensi dan

kompetensi dasar menurut siswa yang menjadi subjek penelitian.

Tabel 1.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar


Kelas VII SMPLB D YPAC Semarang
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Kelas

1. Mempraktikkan berbagai 1. 1 Mempraktikkan teknik dasar VII


teknik dasar permainan dan salah satu nomor olahraga bola
olahraga dengan, dan nilai- besar beregu lanjutan serta nilai
nilai yang terkandung di kerja sama, toleransi,
dalamnya. memecahkan masalah,
menghargai lawan dan
keberanian.
14

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini yaitu: Bagaimanakah bentuk

pengembangan model pembelajaran P and C dalam penjasorkes pada siswa

SLB D YPAC Semarang Tahun 2015?

1.3 Tujuan Pengembangan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk

pengembangan model pembelajaran P and C dalam penjasorkes pada siswa

SLB D YPAC Semarang Tahun 2015.

1.4 Manfaat Pengembangan

Dengan diadakannya penelitian ini, peneliti berharap bisa memberikan

segala sesuatu yang berguna dan bermanfaat antara lain:

1.4.1 Bagi peneliti

1. Sebagai modal dalam penyusunan skripsi untuk memperoleh gelar

kesarjanaan bidang studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi.

2. Sebagai bekal pengalaman dalam mengembangkan model pembelajaran

Penjasorkes di sekolah luar biasa.

3. Lebih paham jika dalam pembelajaran Penjas itu dibutuhkan suatu

pengembangan dalam pembelajaran.

1.4.2 Bagi siswa

1. Siswa menjadi lebih mudah untuk menerima materi yang diajarkan.

2. Sebagai media pembelajaan bagi siswa agar lebih aktif bergerak, lebih

mudah bersosialisasi, dan dapat belajar tentang bermain bolabasket.

1.4.3 Bagi Guru Penjas

1. Sebagai dasar dalam pelaksanaan pembelajaran Penjasorkes di sekolahnya

masing-masing.
15

2. Sebagai dorongan dan motivasi kepada guru penjas untuk menciptakan

terobosan-terobosan baru dan variasi mengajar dengan cara memodifikasi

jenis permainan olahraga sehingga siswa tidak merasa cepat bosan, serta

siswa lebih aktif bergerak.

3. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengajar bidang studi Penjasorkes

pada umumnya dan permainan bolabasket khususnya.

1.5 Spesifikasi Produk

Hasil yang diharapkan dari produk penelitian ini adalah berupa model

pembelajaran P and C yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak luar biasa

khususnya pada anak-anak tunadaksa. Sehingga siswa mampu mempraktikkan

beberapa materi pembelajaran pendidikan jasmani, yaitu permainan bola besar.

Harapan lainnya dengan adanya produk ini, kegiatan pembelajaran yang

menyenangkan dan juga barvariasi dapat tercapai. Berikut adalah penjelasan

permainan P and C:

1. Pengelompokan siswa menjadi dua tim yang akan ditempatkan pada daerah

masing-masing.

2. Permainan ini dimainkan oleh 2 tim, pertim terdiri dari 5 orang pemain dan

dimainkan dalam interval waktu 2 x 10 menit.

3. Permainan dilakukan dengan 2 babak. Babak 1 : Pemain jika ingin

memperoleh point harus memasuki zona shooting agar tidak diganggu oleh

lawan kemudian melakukan shooting dengan melewati tali tiang pancang

setinggi 2,4 meter dan ditangkap oleh kawan didaerah target didalam

hulahoop, jika bola berhasil melewati tali namun tidak berhasil ditangkap

maka tidak memperoleh point. Point diperoleh jika bola hasil lemparan dapat

ditangkap dengan baik tanpa jatuh terlebih dahulu.


16

Babak 2 : cara permainan sama seperti babak 1 (pertama) tetapi berbeda

saat memperoleh point. Cara memperoleh point dibabak kedua yaitu pemain

harus memasuki zona shooting dan tidak diganggu oleh lawan, kemudian

melakukan shooting dengan melewati tali tiang pancang setinggi 2,4 meter

dan harus masuk kedalam lingkaran hulahoop. Dinyatakan gagal

memperoleh point apabila bola mengenai pinggir dari hulahoop tersebut, jadi

harus masuk kedalam hulahoop.

4. Permainan ini siswa dituntut untuk passing kepada teman setim dengan cara

bola boleh dribble kemudian ditangkap kembali, tetapi bola tidak boleh

dibawa lari.

5. Saat pemain melakukan dribble lawan menjaga didaerahnya sendiri tidak

boleh melakukan tekanan didaerah lawan sehingga pergerakannya

maksimal tanpa gangguan

6. Setelah melakukan passing dan menyerang, untuk memperoleh poin dengan

cara sesuai aturan pada babak 1 dan 2.

7. Dalam permainan lawan tidak boleh langsung menghalau serangan namun

harus diberi jarak.

8. Untuk tim yang memperoleh point terbanyak sesuai dengan waktu yang

telah ditentukan, tim terbanyak mendapatkan point menjadi pemenangnya.

Produk yang dihasilkan diharapkan bermanfaat sebagai referensi tambahan

dalam dunia pendidikan khususnya kepada siswa tunadaksa. Manfaat produk

antara lain :

1. Meningkatkan pengetahuan guru pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan di YPAC Semarang tentang modifikasi permainan yang lebih

inovatif dalam pembelajaran bolabasket.


17

2. Mengaktifkan siswa tunadaksa dalam pembelajaran pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan.

1.6 Pentingnya Pengembangan

Pengembangan model pembelajaran dalam pendidikan jasmani olahraga


dan kesehatan perlu dilakukan oleh seorang guru pendidikan jasmani khusunya
pendidikan jasmani adaptif. Seorang guru harus kreatif dan berinovasi dalam
memberikan materi. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari rasa bosan yang
seringkali dialami siswa berkebutuhan khusus. Pengembangan model
pembelajaran P and C pada siswa SLB D YPAC Semarang ini perlu dilakukan,
mengingat pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SLB
pada materi bolabasket yang diberikan oleh guru pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan selama ini masih belum mencoba memodifikasi permainan yang
lebih variatif. Diharapkan modifikasi permainan bolabasket melalui permainan P
and C ini dapat digunakan dan membantu guru dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar pada materi bolabasket serta tujuan pembelajaran tercapai.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka dalam penelitian ini adalah sebagai acuan berfikir secara

ilmiah dalam rangka untuk pemecahan permasalahan. Pada kajian pustaka ini

dimuat beberapa pendapat para pakar dan ahli.

2.1.1 Pengertian Pendidikan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem

Pendidikan Nasional atau yang lebih dikenal dengan sebutan Undang-undang

Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa

pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dari perannya di masa yang akan

datang (Hera Lestari Mikarsa dkk, 2009:1.4).

Menurut Carter V. Good dalam buku Djumransyah (2004:24) bahwa

pendidikan mengandung pengertian suatu proses perkembangan kecakapan

seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku dalam masyarakatnya dan

merupakan proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu

lingkungan yang terpimpin (misalnya sekolah) sehingga ia dapat mencapai

kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya.

Menurut Tilaar dalam buku Hera Lestari Mikarsa dkk (2009:1.4) merumuskan

hakikat pendidikan sebagai suatu proses menumbuhkembangkan eksistensi

peserta didik yang memasyarakat, membudaya, dalam tata kehidupan yang

berdimensi lokal, nasional dan global.

18
19

Rumusan hakikat pendidikan tersebut memiliki komponen-komponen

sebagai berikut:

1. Pendidikan merupakan proses berkesinambungan. Proses pendidikan

mengimplikasikan bahwa peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan

yang tetap ada sebagai makhluk sosial, dan juga mengimplikasikan bahwa

manusia adalah makhluk yang tidak pernah selesai.

2. Proses pendidikan berarti menumbuh kembangkan eksistensi manusia.

Artinya bahwa keberadaan manusia adalah suatu keberadaan interaktif.

Interaksi manusia ini tidak saja dengan sesamanya, tetapi juga dengan alam,

ide, dan dengan Tuhannya.

3. Eksistensi manusia yang memasyarakat. Proses pendidikan adalah proses

mewujudkan eksistensi manusia yang memasyarkat.

4. Proses bermasyarakat dan membudaya mempunyai dimensi waktu dan

ruang. Proses tersebut dapat menembus dimensi masa lalu, kini dan masa

depan. Selain itu berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

komunikasi, proses pendidikan juga dapat menembus dimensi lokal,

nasional, regional dan global.

Ciri atau unsur umum dalam pendidikan menurut Djumransyah (2004:28)

adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai, yaitu individu yang

kemampuan-kemampuan dirinya berkembang sehingga bermanfaat untuk

kepentingan hidupnya, baik sebagai seorang individu maupun sebagai

warga negara atau warga masyarakat.


20

2. Untuk mencapai tujuan terebut, pendidikan perlu melakukan usaha yang

disengaja dan terencana untuk memilih isi (bahanmateri), strategi kegiatan,

dan teknik penilaian yang sesuai.

3. Kegiatan tersebut dapat diberikan dilingkungan keluarga, sekolah, dan

masyarakat berupa pendidikan jalur sekolah (formal) dan pendidikan jalur

luar sekolah ( informal dan nonformal).

Tujuan pendidikan mencakup pembentukan dasar kepribadian siswa

sebagai manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan tingkat perkembangan

dirinya, pembinaan pemahaman dasar dan seluk beluk ilmu pengetahuan dan

teknologi sebagai landasan untuk belajar pada jenjang pendidikan yang lebih

tinggi dan hidup dalam masyarakat (Hera Lestari Mikarsa, dkk 2009:1.13).

Umar Tirta Rahardja dan La Sula dalam buku Hera lestari Mikarsa, dkk

(2009:1.18) mengemukakan fungsi pendidikan sebagai berikut:

1. Proses transformasi budaya, pendidikan dalam hal ini berfungsi untuk

mewariskan budaya dari generasi ke generasi berikutnya. Fungsi ini juga

berkenaan dengan bagaimana pendidikan mengubah nilai-nilai tertentu atau

mengembangkan nilai-nilai yang dipandang sesuai dengan perkembangan

masyarakat.

2. Proses pembentukan pribadi, pendidikan merupakan upaya yang sistematis

untuk membentuk dan meningkatkan kualitas kepribadian individu.

Karakteristik kepribadian yang kreatif, mandiri, tanggungjawab, ulet dan

tekun merupakan sifat-sifat yang dituju.

3. Proses penyiapan warga negara, pendidikn berupaya untuk membentuk

siswa agar menjadi warga negara yang baik, sesuai dengan tujuan dan

falsafah bangsa, mengetahui dan mampu menjalankan hak dan


21

kewajibannya sebagai warga negara sesuai dengan perundang-undangan

dan hukum yang berlaku.

4. Proses penyiapan tenaga kerja, pedidikan berupaya memberi berbagai

kemampuan, sikap serta keterampilan kepada siswa utuk menjadi mausia

yang produktif bagi kehidupan dirinya, keluarga, masyarakat dan bangsanya.

Pandangan Carter V. Good dalam buku Djumransyah (2004:24) dapat

dipahami bahwa pendidikan menentukan cara hidup seseorang, karena

terjadinya modifikasi dalam pandangan seseorang disebabkan pula oleh

terjadinya pengaruh interksi antara kecerdasan, perhatian, pengalaman yang

dinyatakan dalam perilaku, kebiasaan dan paham kesusilaan.

2.1.2 Pengertian Gerak

Gerak (motor) sebagai istilah umum untuk berbagai bentuk perilaku gerak

manusia, sedangkan psikomotor khusus digunakan pada domain mengenai

perkembangan manusia yang mencakup gerak manusia. Jadi gerak (motor)

ruang lingkupnya lebih luas daripada psikomotor.

Amung Ma’mun dan Yudha M.Saputra (2000:20) menyebutkan bahwa

kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang biasa dilakukan guna

meningkatkan kualitas hidup. Kemampuan gerak dasar di bagi menjadi 3, yaitu :

1) kemampuan lokomotor, digunakan untuk memindahkan tubuh dari suatu

tempat ke tempat lain seperti lompat, dan loncat; 2) kemampuan non lokomotor,

dilakukan ditempat tanpa ada ruang gerak yang memadai, contohnya

mendorong, menarik, dll.; 3) kemampuan manipulatif lebih banyak melibatkan

kemampuan tangan dan kaki.

Dari pendapat di atas dapat diartikan bahwa kemampuan gerak dasar

adalah kemampuan dan kesanggupan untuk dapat melakukan perubahan


22

tempat, posisi, dan kecepatan tubuh atau bagian tubuh manusia yang terjadi

dalam suatu dimensi ruang dan waktu dan dapat d amati secara obyektif

2.1.2.1 Belajar Gerak

Menurut Amung Ma’mun (2000:3), belajar gerak merupakan studi tentang

proses keterlibatan dalam memperoleh dan menyempurnakan keterampilan

gerak (motor skill). Keterampilan gerak sangat terkait dengan latian dan

pengalaman individu yang bersangkutan. Belajar gerak khusus dipengaruhi oleh

berbagai bentuk latian, pengalaman atau situasi belajar gerak pada manusia.

Ada tiga tahapan belajar gerak (motor learning) yaitu:

1. Tahapan verbal kognitif. Pada tahapan ini, tugasnya adalah memberikan

pemahaman secara lengkap pada bentuk gerak baru pada siswa. Sebagai

pemula, mereka belum memahami apa, kapan dan bagaimana gerak itu

dilakukan. Oleh karena itu, kemampuan verbal kognitif sangat mendominasi

tahapan ini.

2. Tahapan gerak (Motorik). Pada tahapan ini, fokusnya adalah membentuk

organisasi pola gerak yang lebih efektif dalam menghasilkan gerakan.

Biasanya yang harus dikuasai siswa pertama kali dalam belajar motorik

adalah kontrol dan konsistensi sikap berdiri serta rasa percaya diri.

3. Tahapan otomatisasi. Pada tahapan ini, siswa banyak melakukan latian

secara berangsur-angsur memasuki tahapan otomatisasi. Disini motor

program sudah berkembang dengan baik dan dapat mengontrol gerak dalam

waktu singkat. Siswa sudah lebih menjadi terampil dan setap gerakan yang

dilakukan lebih efektif dan efisien.

Pembelajaran gerak pada umumnya memiliki harapan dengan munculnya

hasil tertentu, hasil tersebut biasanya adalah berupa penguasaan keterampilan.


23

Keterampilan siswa yang tergambar dalam kemampuannya menyelesaikan tugas

gerak tertentu akan terlihat mutunya dari seberapa jauh siswa tersebut mampu

menampilkan tugas yang diberikan dengan tingkat keberhasilan tertentu.

Semakin tinggi tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas gerak tersebut

maka semakin baik keterampilan siswa tersebut (Amung Ma’mun, 2000:57)

2.1.2.2 Kebugaran Jasmani dan Gerak Tunadaksa

Menurut Yani Meimulyani dan Asep Triswara (2013:59) bahwa anak

tunadaksa mengalami perkembangan gerak motorik dan mobilitas, intelegensi,

baik secara sebagian maupun secara keseluruhan. Sebelum melakukan

pendidikan jasmani adaptif diperlukan untuk mengetahui keadaan postur tubuh,

keseimbangan tubuh, kekuatan otot, mobilitas, intelegensi serta perabaan.

Kebugaran jasmani dan gerak bagi tunadaksa antara lain:

1. Menggerakkan sendi kepala: fleksi, ekstensi, aduksi, abduksi, dan rotasi.

2. Menguatkan otot leher: mengangkat kepala ketika tengkurap, melakukan

gerakan membawa benda diatas kepala, menyundul bola.

3. Menggerakkan semua persendian dengan kaki.

4. Menguatkan otot tangan dan kaki: mengangkat benda, mendorong, menarik,

melempar, memukul, menahan, jongkok, naik turun tangga, mengayuh

sepeda.

5. Pindah tempat dengan cara berguling, menggunakan kursi roda, kruk atau

tanpa alat merayap, merambat, menggeser.

6. Senam dan olah tubuh sehingga mempunyai peran ganda yaiut selain

menyehatkan tubuh juga bisa sebagai sarana terapi untuk penguatan otot-

otot.
24

7. Olahraga lempar tangkap bola dari tangan kanan ke tangan kiri mulai dari

bola kecil sampai bola yang agak besar.

8. Olahraga lomba kecepatan mempergunakan kursi roda.

Menurut Misbach D. (2012:48) bahwa variasi olahraga yang cocok untuk

tunadaksa golongan ringan adalah olahraga seperti biasanya tapi hanya tidak

menggunakan salah satu tangannya dan berjalan agak terhambat. Misalnya

bermain voli, bolabasket, sepakbola. Sedangkan siswa tunadaksa golongan

berat olahraga yang cocok antara lain: (1) olahraga lempar tangkap bola dari

tangan kanan ke tangan kiri mulai dari bola kecil sampai bola yang agak besar,

(2) bermain bolabasket tapi menggunakan bola yang agak ringan, menggunakan

ring yang relative rendah sehingga mudah untuk memasukkan bolanya, dan

menggunakan aturan yang sederhana.

2.1.3 Pengertian Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara

keseluruhan. Tujuan umum pendidikan jasmani juga selaras dengan tujuan

umum pendidikan. Tujuan belajar adalah menghasilkan perubahan perilaku yang

pekat. Proses belajar dalam penjas juga bertujuan untuk menimbulkan

perubahan perilaku. Guru mengajar dengan maksud agar terjadi proses belajar

secara sederhana, pendidikan jasmani tak lain adalah proses belajar untuk

bergerak, dan belajar untuk gerak. Selain belajar dan dididik melalui gerak untuk

mencapai tujuan pengajaran, dalam penjas anak diajarkan untuk bergerak.

Melalui pengalaman itu anak akan terbentuk perubahan dalam aspek jasmani

dan rohaninya (Rusli Lutan, 2000:15).

Pendidikan jasmani berdasarkan sudut pandang dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu :
25

1. Pandangan tradisional, Pandangan tradisional menganggap manusia terdiri

dari dua komponen utama yang bisa dipilah-pilah, yaitu jasmani dan rohani

(dikotomi). Oleh karena itu, pendidikan jasmani diartikan sebagai proses

pendidikan untuk keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan

jiwa.

2. Pandangan modern menganggap manusia sebagai satu kesatuan yang utuh

(holistik). Oleh karena itu, pendidikan jasmani adalah proses pendidikan

melalui aktivitas jasmani dan sekaligus merupakan proses pendidikan untuk

meningkatkan kemampuan jasmani. (Adang Suherman, 2000:22).

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan pada hakikatnya adalah proses

pendidikan yang memanfaatkan aktifitas fisik dan kesehatan untuk menghasilkan

perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta

emosional. Pendidikan Jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan

utuh, makhluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang

terpisah kualitas fisik dan mentalnya (H.J.S. Husdarta 2009:3).

Menurut Subagiyo (2008:14) Pendidikan Jasmani dan Kesehatan adalah

suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk mendorong, membimbing,

mengembangkan dan membina kemampuan jasmani dan rohani serta kesehatan

siswa dan lingkungan hidupnya, agar tumbuh dan berkembang jasani dan rohani

serta kesehatan siswa dan lingkungan hidupnya agar tumbuh dan berkembang

secara harmonis dan optimal sehingga mampu melaksanakan tugas bagi dirinya

dan pengembangan bangsa.

Pendidikan Jasmani merupakan suatu proses pembelajaran melalui aktivitas

jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani,

mengembangkan ketrampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat


26

dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur

seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah,

jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa (Samsudin, 2008:2).

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Pendidikan

Jasmani adalah aktivitas yang merupakan bagian dari pendidikan yang

melibatkan gerak seluruh anggota tubuh yang juga mencakup sikap,

pengetahuan, dan keterampilan siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

2.1.4 Tujuan Pendidikan Jasmani

Tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan jasmani mencakup

pengembangan individu secara menyeluruh. Artinya, cakupan penjas tidak

semata-mata pada aspek jasmani saja, akan tetapi juga aspek mental, dan

sosial. Cakupan pendidikan jasmani adalah sebagai berikut:

1. Perkembangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan

melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan fisik dari berbagai

organ tubuh seorang (physical fitness).

2. Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan

melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, dan sempurna.

3. Perkembangan mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berfikir

dan menginterprestasikan keseluruhan pengetahuan tentang penjas ke

dalam lingkungannya.

4. Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa

dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat (Adang

Suherman, 2000 : 22-23).


27

Sedangkan, menurut Rusli Lutan (2001 : 7) tujuan penjasorkes adalah untuk

membantu peserta didik dalam meningkatkan aktifitas gerak, disamping agar

peserta didik senang dan mau berpartisipasi dalam berbagai aktivitas.

Berdasarkan pada beberapa pendapat tentang tujuan Pendidikan Jasmani,

Olahraga dan Kesehatan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan

Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di sekolah dapat digolongkan

kedalam tiga aspek yaitu aspek psikomotorik, aspek kognitif, dan aspek afektif

serta menjadi manusia yang seutuhnya.

2.1.5 Pendidikan Jasmani Adaptif

Menurut Beltasar Tarigan (2000:8) berkaitan dengan pendidikan jasmani

(penjas) adaptif, perlu ditegaskan bahwa siswa yang memiliki kecacatan

mempunyai hak yang sama dengan semua yang tidak cacat dalam memperoleh

pendidikan dan pembelajaran pada setiap jenjang pendidikan. Para siswa yang

cacat, sesuai dengan kecacatanya akan memperoleh pembinaan melalui

pendidikan jasmani yang menjadi tugas utama para guru penjas yang telah

mendapatkan mata kuliah penjas adaptif.

Menurut Mulyono (2009: 145-146) yang dikutip oleh Fakih Gunawan (2013:

23) Pendidikan jasmani adaptif adalah pendidikan jasmani yang telah

dimodifikasi untuk mempertemukan kebutuhan-kebutuhan anak yang

menyandang ketunaan. Tujuannya adalah untuk membantu anak tersebut

mengambil manfaat kenikmatan aktivitas rekreasi seperti yang diperoleh anak-

anak lain, yang sangat bermanfaat bagi perkembangan jasmani, emosi, dan

sosial yang sehat.

Menurut Yani Meimulyani dan Asep Tiswara (2013:24) bahwa pendidikan

jasmani adaptif adalah suatu penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh


28

(Comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan

masalah dalam ranah psikomotorik. Tujuannya adalah untuk menolong siswa

mengkoreksi kondisi yand dapat diperbaiki, membantu siswa melindungi diri

sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui Penjas

tertentu.

Pendidikan Jasmani Adaptif adalah program atau pendidikan yang bersifat

individual yang meliputi fisik atau jasmani, kebugaran gerak, pola dan

keterampilan gerak dasar, keterampilan-keterampilan dalam aktifitas permainan

olahraga baik individu ataupun beregu yang didesain untuk anak berkebutuhan

khusus. Pendidikan olahraga harus menekankan pada program aktifitas fisik

yang aktif. Untuk mendapatkan program aktifitas fisik yang aktif para guru harus

melibatkan orang tua, siswa, guru dan bagian administrasi dan bidang disiplin

ilmu lainnya untuk bersamasama menentukan program Pendidikan Jasmani yang

baik (Yudi Hendrayana, 2007: 6).

Kontek Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif adalah anak

berkebutuhan khusus perlu dipahami secara sungguh-sungguh oleh guru

Pendidikan Jasmani. Hal ini disebabkan dalam proses pembelajaran jasmani

sering ditemukan bahwa siswa tidak mampu melakukan gerakan dan aktivitas

lain dengan baik, atau sering juga informasi dan rangkaian keterampilan gerak

yang diajarkan kepada anak berkebutuhan khusus tidak dapat dicerna dengan

baik akibat kecacatan dari salah satu alat fungsional tubuhnya (Beltasar Tarigan,

2008 :34).

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

Pendidikan Jasmani Adaptif adalah Pendidikan Jasmani yang telah dimodifikasi

untuk mempermudah guru dalam memahami karakteristik siswa sehingga materi


29

yang diberikan dapat sesuai dengan kebutuhan siswa dan mempermudah siswa

untuk menerima materi pembelajaran yang diberikan sehingga tujuan

pembelajaran akan tercapai dengan baik tanpa ada yang kesulitan dalam

menguasai materi pembelajaran yang diajarkan.

2.1.5.1 Tujuan Pendidikan Jasmani Adaptif

Tujuan pendidikan jasmani dan kesehatan adaptif bagi anak penyandang

cacat juga bersifat holistik, seperti tujuan penjaskes untuk anak-anak normal,

yaitu mencangkup tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan

jasmani, keterampilan gerak, sosial dan intelektual. Di samping itu, proses

pendidikan itu penting untuk menanamkan nilai-nilai dan sikap positif terhadap

keterbatasan kemampuan baik dari segi fisik maupun mentalnya sehingga

mereka mampu bersosialisasi dengan lingkungan dan memiliki rasa percaya diri

dan harga diri. ( Beltasar Tarigan, 2000:20).

Penyusunan pedoman Pendidikan Jasmani adaptif bertujuan untuk

memberikan kemudahan bagi guru dalam memberikan layanan Pendidikan

Jasmani Adaptif sesuai dengan kebutuhan ABK, selain itu melalui pedoman

Pendidikan Jasmani Adaptif dapat dijadikan acuan bagi satuan Pendidikan

Jasmani Adaptif untuk mengembangkan bahan pembelajaran yang lebih sesuai

dengan kebutuhan, lebih inovatif dan lebih efektif untuk dimplementasikan dalam

kegiatan pembelajaran (Yani Meimulyani dan Asep Tiswara, 2013: 3)

Menurut Prof. Arma Abdoellah dalam bukunya Yani Meimulyani dan Asep

Tiswara (2013:27-28) memerinci tujuan pendidikan jasmani adaptif bagi ABK

sebagai berikut :

1. Untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki.


30

2. Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang

memperbentuk keadaannya melalui Penjas tertentu.

3. Untuk memberikan kesempatan dalamm sejumlah macam olahraga dan

aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat tertentu.

4. Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan

mentalnya.

5. Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan

mengembangkan perasaan memiliki harga diri.

6. Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi

terhadap mekanika tubuh yang baik.

7. Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam olahraga yang

dapat diminatinya sebagai penonton.

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan

Pendidikan Jasmani Adaptif mempermudah guru dalam proses pembelajaran

untuk anak berkebutuhan khusus agar dapat lebih mudah dalam mempelajarai

materi yang diajarkan oleh guru Pendidikan Jasmani Adaptif.

2.1.5.2 Pemilihan Materi dan Program Penjas Adaptif

Menurut Beltasar Tarigan (2000:38) ada beberapa faktor yang perlu

mendapatkan pertimbangan dalam menentukan jenis dan materi pembelajaran

penjas bagi siswa, yaitu :

1. Pelajari rekomendasi dan diagnosis dokter yang menanganinya.

2. Temukan faktor dan kelemahan-kelemahan siswa berdasarkan hasil tes

pendidikan jasmani.

3. Olahraga kesenangan apa yang paling diminati siswa.


31

Menurut Beltasar Tarigan (2000:40) program pendidikan jasmani untuk anak

cacat dibagi menjadi 3 kategori yaitu, pengembangan gerak dasar, olahraga dan

permainan, dan yang terakhir adalah kebugaran dan kemampuan gerak. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat kategori dan aktivitas gerak yang dilakukan dalam

program penjaskes untuk anak cacat.

Tabel 2.1 Kategori dan aktivitas gerak anak cacat

No Kategori Aktivitas Gerak

1) Gerakan-gerakan yang tidak berpindah tempat


Pengembangan
1 2) Gerakan-gerakan yang berpindah tempat.
gerak
3) Gerakan-gerakan keseimbangan
1) Olahraga permainan yang bersifat rekreatif
2) Permainan lingkaran
3) Olahraga dan permainan beregu
Olahraga dan 4) Olahraga senam dan aerobik
2
Permainan 5) Kegiatan yang menggunakan musik dan tari
6) Olahraga permainan di air
7) Olahraga dan permainan yang menggunakan
meja.
1) Aktivitas yang meningkatkan kekuatan
Kebugaran dan 2) Aktivitas yang meningkatkan kelentukan
3 kemampuan 3) Aktivitas yang meningkatkan kelincahan
gerak 4) Aktivitas yang meningkatkan kecepatan
5) Aktivitas yang meningkatkan daya tahan

Menurut Yeni Meimulyani dan Asep Tiswara (2013:29-30) pengulangan dan

perbaikan-perbaikan pendidikan jasmani adaptif merupakan bagian rutin dari

pengajaran adaptif. Karena itu materi pembelajaran harus diselidiki secermat

mungkin, sehingga terhindar dari cedera otot atau sendi. Pemilihan materi yang

tepat juga membantu dalam perbaikan penyimpangan postur tubuh,


32

meningkatkan kekuatan otot, kelincahan, kelenturan, dan meningkatkan

kebugaran jasmani.

2.1.6 Pengertian Anak Tunadaksa (SLB-D)

Menurut Safrudin Aziz (2014:50) yang mengalami ketunadaksaan adalah

mereka yang mengalami kelainan atau kecacatan pada sistem otot, tulang, dan

persendian, karena kecelakaan, atau kerusakan otak yang dapat mengakibatkan

gangguan gerak, kecerdasan, komunikasi, persepsi, koordinasi, perilaku, dan

adaptasi sehingga mereka memerlukan layanan secara khusus.

Menurut Misbach D. (2012:15) tunadaksa adalah seseorang atau anak yang

memiliki cacat fisik, tubuh, dan cacat orthopedi. Dalam bahasa asing sering kali

dijumpai istilah crippled, physically disabled, physically handicapped.

Menurut Yani Meimulyani dan Asep Tiswara (2013:14) tunadaksa adalah

ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya disebabkan oleh

berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi secara

normal, akibat luka, penyakit, atau pertumbuhan tidak sempurna.

Menurut Dr. Mohammad Efendi,M.Pd., M.Kes. (2006:114) secara defintif

kelainan fungsi anggota tubuh (tunadaksa) adalah ketidakmampuan anggota

tubuh untuk melaksanakan fungsinya disebabkan oleh berkurangnya

kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi secara normal akibat

luka, penyakit, atau pertumbuhan yang tidak sempurna sehingga untuk

kepentingan pembelajarannya perlu layanan secara khusus.

Berdasarkan teori diatas, telah menjelaskan pengertian anak tunadaksa dan

dapat disimpulkan bahwa anak tunadaksa adalah anak yang memiliki

kekurangan yang dapat dilihat dari fisik yaitu kelainan pada anggota tubuh baik

otot-otot dan saraf pada anggota tubuh. Disamping itu anak tunadaksa memiliki
33

kelebihan dalam hal pola pikirnya yang bisa dibilang lebih baik karena 85% anak

tunadaksa memiliki IQ yang lebih.

2.1.6.1 Klasifikasi Tunadaksa

Dalam bukunya Safrudin Aziz (2014:51-56) secara umum kelainan pada

penyandang tunadaksa dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : (1) Tunadaksa

Ortopedi ; (2) Tunadaksa Saraf .

2.1.6.1.2 Tunadaksa Ortopedi (Orthopedically Handicapped)

Penyandang tunadaksa ortopedi adalah mereka yang mengalami kelainan,

kecacatan, ketunaan tertentu pada bagian tulang, otot tubuh, ataupun daerah

persendian, baik yang dibawa sejak lahir (Congenital) maupun yang dikarenakan

penyakit atau kecelakaan sehingga mengakibatkan terganggunya fungsi tubuh

secara normal. Penggolongan penyandang tunadaksa dalam kelompok ini

sebagai berikut :

1. Poliomyelitis merupakan suatu infeksi pada sumsum tulang belakang

yangdisebabkan oleh virus poli yang mengakibatkan kelumpuhan dan

bersifat menetap. Kelumpuhan karena polio dibedakan menjadi: (1) tipe

spinal, yaitu kelumpuhan pada otot leher, sekat dada, tangan, dan kaki; (2)

tipe bulbair, yaitu kelumpuhan fungsi motorik pada satu atau lebih saraf tepi

dengan ditandainya gangguan pernapasan; (3) tipe bulbispinalis, yaitu

gabungan antara tipe spinal dan bulbair; (4) tipe encephalitis yangbiasa

disertai dengan demam, kesadaran menurun, tremor, dan kadang-kadang

kejang.

2. Muscle dystrophy merupakan jenis penyakit yang mengakibatkan otot tidak

berkembang karena mengalami kelumpuhan yangbersifat progresif dan

simetris.
34

3. Spina bifida merupakan jenis kelainan pada tulang belakang yang ditandai

dengan terbukanya satu tiga ruas tulang belakang dan tidak tertutupnya

kembali selama proses perkembangan dan berakibat kelumpuhan,

hydrocephalus, yaitu pembesaran pada kepala karena produksi cairan yang

berlebihan.

2.1.6.1.2 Anak Tunadaksa Saraf

Tunadaksa saraf adalah mereka yang mengalami kelainan akibat gangguan

pada susunan saraf di otak. Salah satu bentuk kelainan yang terjadi pada fungsi

otak dapat dilihat pada anak celebral palsy. Cerebral palsy ditandai oleh adanya

kelainan gerak, sikap atau bentuk tubuh, gangguan koordinasi, kadang-kadang

disertai gangguan psikologis dan sensoris yang disebabkan oleh adanya

kerusakan atau kecacatan pada masa perkembangan otak.

Tabel 2.2 Klasifikasi Anak Tunadaksa

No. Kelompok Penggolongan

1 Tunadaksa Ortopedi Poliomyelitis

Muscle dystrophy

Spina bifida

2 Tunadaksa Saraf Cerebral palsy

Sumber: Safrudin Aziz, 2014. Perpustakaan Ramah Difabel

Menurut Aqila Smart (2010:45-46) ada beberapa penggolongan tunadaksa,

dibagi menjadi dua golongan. Golongan pertama tunadaksa murni. Golongan ini

umumnya tidak mengalami gangguan mental atau kecerdasan, poliomylitis serta

cacat ortopedis lainnya. Golongan ini masih ada yang normal. Namun,

kebanyakan mengalami gangguan mental, seperti anak cerebral palsy.


35

Sedangkan, pendapat lain mengatakan bahwa tunadaksa digolongkan

menjadi tiga golongan, yaitu: Tunadaksa ringan yang termasuk dalam klasifikasi

ini adalah tunadaksa murni dan tunadaksa kombinasi ringan. Tunadaksa jenis ini

pada umumnya hanya mengalami sedikit gangguan mental dan kecerdasannya

cenderung normal. Kelompok ini lebih banyak disebabkan adanya kelainan

anggota tubuh saja, seperti lumpuh, anggota tubuh berkurang (buntung), dan

cacat fisik lainnya. Tunadaksa sedang yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah

tuna akibat cacat bawaan, cerebral palsy ringan, dan polio ringan. Kelompok ini

banyak dialami dari tuna akibat cerebral palsy (tunamental) yang disertai dengan

menurunnya daya ingat walau tidak sampai jauh di bawah normal. Tunadaksa

berat yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah tuna akibat cereebral palsy berat

dan ketunaan akibat infeksi. Pada umunya, anak yang terkena kecacatan ini

tingkat kecerdasannya tergolong dalam kelas debil, embesil, dan idiot.

Menurut YPAC Semarang, anak-anak tunadaksa tahun ini rata-rata

menderita Cerebral Palsy yang memiliki gangguan aspek motorik yang

disebabkan oleh disfungsinya otak. Cerebral Palsy merupakan suatu sindrom

dan mempunyai gambaran yang jelas. Dilihat dari manifestasi yang tampak pada

aktivitas motorik, anak cerebral palsy dapat dikelompokkan menjadi spasticity

Kondisi ini terjadi karena lapisan luar otak (khususnya lapisan motor) bidang

piramida dan beberapa kemungkinan bidang ekstra piramida yang berhubungan

dengan pengontrolan gerakan sadar tidak berfungsi sempurna. Apabila salah

satu dari supresor ini masuk, maka akan terjadi suatu desakan, akibatnya otot

akan berada dalam kondisi tegang dan kejang. Akibat kondisi otot kejang

keseimbangan akan hilang, gerakan yang muncul menjadi tidak harmonis, tidak

terkontrol dan kontraksi otot tidak teratur, sehingga gerakan yang tampak seperti
36

suatu hentakan. Karakteristik lain dari spasticity ini ialah penderita menunjukkan

hypertomicity seperti tegangan otot yang berlebihan atau kontraksi getaran

sewaktu otot beristirahat. Distribusi frekuensi penderita spasticity sekitar 40-60%

dari anak penderita cerebral palsy.

Athetosis adalah luka pada sistem ekstrapiramida yangterletak pada otak

depan maupun tengah. Anak yang menderita cerebral palsy jenis athetosis ini

tampak susah payah untuk berjalan, menggeliat-geliat, dan terhuyung-huyung

(sempoyongan). Penderita athetosis dalam kondisi tidur gerakan seerti

menggeliat tidak tampak, namun gerakan ini akan muncul pada saat penderita

dalam keadaan sadar. Populasi penderita athetosis diperkirakan sekitar 15-20%

dari penderita cerebral palsy.

Ataxia ini tidak begitu umum dibandingkan dengan spasticity maupun

athetosis. Kondisi ataxia ini disebabkan oleh luka pada otak kecil yang terletak di

bagian belakang kepala (cerebellum) yang bekerja sebagai pengontrol

keseimbangan dan koordinasi pada kerja otot. Anak yang enderita ataxia

gerakannya tidak teratur, berjalan dengan langkah yang tinggi dan dengan

mudah menjatuhkannya. Terkadang matanya tidak terkoordinasi, gerakannya

sperti tersentak-sentak (nystagmus).

Tremor dan regidity mirip dengan athetosis, yakni disebabkan oleh luka pada

sistem ekstra piramida. Kondisi ini muncul pada sebagian kecil anak penderita

cerebral palsy. Tremor pada penderita cerebral palsy diketahui sejak dini, anakal

terjadi perubahan fibrasi tubuh secara alami tidak beraturan. Berbeda dengan

athetosis yang mana gerakannya lebih bebas dan lebih sering berubah,

sedangkan tremor dan regidity gerakannya terbatas dan menurut irama tertentu

serta agak lambat.


37

2.1.6.2 Karakteristik Penyandang Tunadaksa

Menurut Safrudin Aziz (2009:58-64), berdasarkan karakteristik penyandang

tunadaksa dibagi menjadi 4, yaitu : (1) Karakteristik Kognitif ; (2) Karakteristik

Inteligensi ; (3) Karakteristik Kepribadian ; (4) Karakteristik Fisik ; (5) Karakteristik

Bahasa/Bicara ; (6) Perkembangan Emosi ; (7) Perkembangan Sosial.

2.1.6.2.1 Karakteristik Kognitif

Untuk mengembangkan fungsi kognitif sebagai alat adaptasi terhadap

lingkungan, dapat dilakukan melalui dua proses yang saling memengaruhi.

Proses tersebut, yakni asimilasi (integritas elemen-elemen dari luar terhadap

struktur yang sudah lengkap pada organism) dan akomodasi (proses yang

manaterjadi perubahan pada subjek agar bisa menyesuaikan terhadap objek

yang ada diluar dirinya). Dari segi kognitif misalnya, wujud konkretnya dapat

dilihat dari angka indeks kecerdasan (IQ).

2.1.6.2.2 Karakteristik Inteligensi

Untuk mengetahui tingkat inteligensi penyandang tunadaksa dapat

digunakan tes yang telah dimodifikasi agar sesuai dengan anak tunadaksa.

Pertama, IQ tunadaksa berkisar antara 38-138. Kedua, rata-rata mereka adalah

IQ 57. Ketiga, klasifikasi tunadaksa yang lain, yaitu a) Anak polio mempunyai

inteligensi yang tinggi yaitu IQ 92, b) Anak yang TBC tulang rata-rata IQ 88, c)

Anak yang cacat konginetal rata-rata IQ 61, d) Anak yang sapstik rata-rataIQ 69,

e) Anak cacat pada pusat saraf rata-rata IQ 74.

Menurut Misbach D. (2012:42-43) pada umumnya tingkat kecerdasan anak

tunadaksa yang mengalami kelainan pada sistem otot dan rangka adalah normal

sehingga dapat mengikuti pelajaran sama dengan anak normal, sedangkan anak

tunadaksa yang mengalami kelainan pada sistem cerebral, tingkat


38

kecerdasannya berjenjang mulai dari tingkat idiocy sampai dengan gifted.

Realitas mengemukakan bahwa 45% anak cerebral palsy mengalami

keterbelakangan mental (tunagrahita), 35% mempunyai tingkat kecerdasan

normal dan di atas normal.

2.1.6.2.3 Karakteristik Kepribadian

Efek tidak langsung akibat ketunadaksaan yang dialami seseorang dapat

menimbulkan sifat harga diri rendah, kurang percaya diri, kurang memiliki inisiatif,

atau mematikan kreativitasnya. Faktor dominan yang memengaruhi

perkembangan kepribadian atau emosi penyandang tunadaksa adalah

lingkungan.

2.1.6.2.4 Karakteristik Fisik

Aspek fisik merupakan potensi yang berkembang dan harus dikembangkan

oleh individu. Akan tetapi secara umum, perkembangan fisik tunadaksa dapat

dinyatakan hampir sama dengan orang normal pada umumnya, kecuali bagian-

bagian tubuh yang mengalami kerusakan atau terpengaruh oleh kerusakan

tersebut.

Menurut Misbach. D (2012:43) bahwa karakteristik fisik/ kesehatan anak

tunadaksa biasanya selain mengalami cacat tubuh adalah kecenderungan

mengalami gangguan lain, seperti sakit gigi, berkurangnya daya pendengaran,

penglihatan, gangguan bicara, dan lain-lain. Gangguan bicara disebabkan oleh

kelainan motorik alat bicara (kaku atau lumpuh), seperti lidah, bibir, dan rahang

sehingga mengganggu pembentukan artikulasi yang benar. Akibatnya, bicaranya

tidak dapat dipahami orang lain dan diucapkan dengan susah payah.
39

2.1.6.2.5 Karakteristik Bahasa/Bicara

Terjadinya kelainan bicara pada cerebral palsy disebabkan oleh

ketidakmampuan dalam kondisi motorik organ bicaranya akibat kerusakan atau

kelainan sistem neumotor.

2.1.6.2.6 Perkembangan Emosi

Banyak masalah yang muncul sehubungan dengan sikap dan perlakuan

anak-anak normal yang berinteraksi dengan anak-anak tunadaksa. Dukungan

orangtua dan orang-orang di sekelilingnya merupakan hal yang sangat

berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan emosi anak tunadaksa.

Menurut Misbach D. (2012:43) kegiatan jasmani yang tidak dapat dilakukan

oleh anak tunadaksa dapat mengakibatkan timbulnya problem emosi, seperti

mudah tersinggung, mudah marah, rendah diri, kurang dapat bergaul, pemalu,

menyendiri, dan frustasi.

2.1.6.2.7 Perkembangan Sosial

Sikap orangtua, keluarga, teman sebaya, teman sekolah, dan masyarakat

pada umumnya sangat berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri

penyandang tunadaksa. Ejekan dan gangguan anak-anak normal terhadap anak

tunadaksa akan menimbulkan kepekaan efektif pada anak tunadaksa yang tidak

jarang mengakibatkan timbulnya perasaan negatif pada diri mereka terhadap

lingkungan sosialnya.

Menurut Misbach D. (2012:42), karakteristik sosial anak tunadaksa bermula

dari konsep diri anak yang merasa dirinya cacat, tidak berguna, dan menjadi

beban orang lain yang mengakibatkan mereka malas belajar, bermain, dan

berperilaku salah lainnya.


40

2.1.7 Pembelajaran

Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang

tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan

sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman

hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang

guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan

sumber belajar lainnya) dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan

(Trianto, 2010:17).

Belajar merupakan suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadi perubahan

tingkah laku, ”perubahan” terjadi akibat “pengalaman”. Perbedaan baru terlihat

pada saat menyatakan apakah perbedaan itu positif atau negatif, nampak (overt)

atau tidak tampak (covert), pada keseluruhan pribadi atau pada aspek kognitif,

afektif dan psikomotor secara sendiri-sendiri (Max Darsono dkk, 2001:2-24).

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian

rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik. Ciri-ciri

pembelajaran dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.

2. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam

belajar.

3. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan

menantang bagi siswa.

4. Belajar dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik.

5. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan

menyenangkan bagi siswa.


41

6. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara

fisik maupun psikologis (Max Darsono dkk, 2001:24).

Menurut Chauhan, “pembelajaran adalah upaya guru dalam memberikan

rangsangan, bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi

proses belajar”. Menurut kaum kognitif, pembelajaran adalah cara guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar dapat mengenal dan

memahami apa yang sedang dipelajari (Max Darsono, 2000: 24).

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa

pembelajaran adalah interaksi yang terjadi antara pihak yang memberi dan pihak

yang menerima untuk memberikan informasi bersifat verbal maupun gerak yang

akan dinilai pada akhir kegiatan sebagai hasil pembelajaran.

2.1.8 Pengertian Pengembangan

Menurut Sugiyono (2009:297), metode penelitian dan pengembangan

adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu,

dan menguji keefektifan produk tersebut.

Pengertian penelitian pengembangan menurut Borg dan Gall (1983) adalah

suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk

pendidikan. Penelitian ini mengikuti suatu langkah-langkah secara siklus.

Langkah-langkah penelitian atau proses pengembangan ini terdiri atas kajian

tentang temuan penelitian produk yang akan dikembangkan, mengembangkan

produk berdasarkan temuan-temuan tersebut, melakukan uji coba lapangan

sesuai dengan latar dimana produk tersebut akan dipakai, dan melakukan revisi

terhadap hasil uji lapangan (Punaji Setyosari 2010:194).


42

Lebih jauh menurut Seels dan Richey dalam buku Punaji Setyosari

(2010:195), dalam bentuk yang paling sederhana penelitian pengembangan ini

dapat berupa:

1. Kajian tentang proses dan dampak rancangan pengembangan dan upaya-

upaya pengembangan tertentu atau khusus.

2. Situasi dimana seseorang melakukan atau melaksanakan rancangan,

pengembangan pembelajaran, atau kegiatan-kegiatan evaluasi dan mengkaji

proses pada saat yang sama.

3. Kajian tentang rancangan, pengembangan dan proses evaluasi

pembelajaran baik yang melibatkan komponen proses ecara menyeluruh

atau tertentu saja.

2.1.9 Pengertian Permainan

Main menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah melakukan perbuatan

untuk bersenang-senang (dengan alat tertentu atau tidak). Sedangkan

permainan adalah bagian mutlak dari kehidupan anak dan permainan merupakan

bagian internal dari proses pembentukan kepribadian anak, dari pengertian

tersebut, permainan bagian mutlak dari manusia terutama anak karena

permainan merupakan bagian dari proses pembetukan kepribadian anak.

Menurut Amung Ma’mun (2000), (pertama) adalah sebuah aktifitas bermain

yang murni mencari kesenangan tanpa mencari menang atau kalah. Kedua,

permainan diartikan sebagai aktifitas yang dilakukan dalam rangka mencari

kesenangan dan kepuasan, namun ditandai pencarian kalah atau menang.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa permainan adalah suatu aktifitas bermain

yang tujuan utamanya adalah mencari kesenangan dan kepuasan bagi

pemainnya, tetapi dalam olahraga, permainan bukan hanya mencari kesenangan


43

dan kepuasan saja tetapi juga untuk mencari kemenangan. Bahkan dalam dunia

olahraga, permainan bisa juga dijadikan sebagai pekerjaan.

2.1.9.1 Modifikasi Permainan

Modifikasi merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh para guru

agar pembelajaran mencerminkan developmentally appropriate practice, artinya

bahwa tugas ajar yang diberikan harus memperhatikan perubahan kemampuan

anak dan dapat membantu mendorong perubahan tersebut, oleh karena itu,

tugas ajar tersebut harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik yang

sedang belajar. Tugas ajar yang sesuai ini harus mampu mengakomodasi setiap

perubahan dan perbedaan karakteristik setiap individu serta mendorong

perubahan ke arah yang lebih baik.

Menurut Yoyo Bahagia dan Adang Suherman (2000:31-32) menyatakan

bahwa pembelajaran dapat dimodifikasi dengan cara mengurangi struktur

permainan yang sebenarnya sehingga pembelajaran strategi dasar bermain

dapat diterima dengan relatif mudah oleh siswa. Struktur-strukur tersebut

diantaranya:

1. Ukuran lapangan

2. Bentuk, ukuran dan jumlah peralatan yang digunakan

3. Jenis skill yang digunakan

4. Aturan

5. Jumlah pemain

6. Organisasi permainan

7. Tujuan permainan.

Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa modifikasi

pembelajaran penting dan perlu untuk diterapkan guna mendorong kesempatan


44

dan menambah kesempatan siswa dalam mempraktikkan keterampilan mereka.

Modifikasi diarahkan agar aktivitas belajar sesuai dengan tingkat perkembangan

anak serta dapat membantu mendorong perubahan kemampuan belajar siswa ke

arah perubahan yang lebih baik.

2.1.9.2 Tujuan Modifikasi

Lutan (1988) dalam (Samsudin 2000:59) menyatakan: modifikasi dalam

mata pelajaran Pendidikan Jasmani olahraga dan kesehatan diperlukan dengan

tujuan agar:

1. Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran.

2. Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi.

3. Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.

Pendekatan modifikasi ini dimaksudkan agar materi yang ada di dalam

kurikulum dapat disajikan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kognitif,

afektif, dan psikomotorik anak.

Melakukan modifikasi, dapat digunakan sebagai alternatif dalam

pembelajaran Pendidikan Jasmani, guru Pendidikan Jasmani olahraga dan

kesehatan akan lebih mudah menyajikan materi pembelajaran yang sulit menjadi

mudah dan disederhanakan tanpa takut kehilangan makna dan apa yang akan

diberikan. Anak akan lebih banyak bergerak dalam berbagai situasi dan kondisi

yang dimodifikasi (Samsudin, 2008:60).

2.1.10 Pengertian Passing

Menurut Jon Oliver (2014:35) menyatakan bahwa passing (mengumpan)

yang tepat adalah salah satu kunci keberhasilan serangan sebuah tim dan

sebuah unsur penentu tembakan-tembakan yang berpeluang besar mencetak

angka. Ketepatan umpan yang hebat tidak boleh diremehkan. Ini bisa
45

memotivasi rekan-rekan tim, menghibur penonton, dan menghasilkan permainan

yang tidak individualis. Seorang penguppan yang terampil mampu melihat

seluruh lapangan, mengantisipasi perkembangan dalam pertandingan yang

penuh serangan, dan memberikan bola kepada rekan tim saat yang tepat.

Menurut Jon Oliver (2014:36-40), ada beberapa macam umpan, antara lain :

1. Chest Pass (Umpan Dada)

2. Bounce Pass (Umpan Pantul)

3. Two-handed Overhead Pass (Umpan atas kepala dengan kedua tangan)

4. Baseball Pass (Umpan Bisbol)

5. Shuffle Pass (Umpan sambil Berlari)

6. Dribble Pass (Umpan sambil Dribble)

7. Wrap-around Pass (Umpan Selubung)

8. Behind the back Pass (Umpan di Belakang Punggung)

Menurut Hal Wissel (2000:71-72), bahwa operan adalah keahlian paling

dasar yang sering diabaikan. Operan yang taktis tepat waktunya dan akurat

menciptakan peuang skor bagi tim. Kegunaan khusus operan adalah untuk

mengalihkan bola dari daerah padat pemain, menggerakan bola dengan cepat

pada fast break, membangun permainan yang ofensif, mengoper ke rekan yang

sedang terbuka untuk melakukan tembakan, serta mengoper dan memotong

untuk melakukan tembakan sendiri. Gerakan dasar operan ada beberapa, antara

lain: operan dada (chest pass), operan bawah (bounce pass), operan sisi tangan

(side arm), operan bisbol (baseball pass), operan atas kepala (overhead pass),

operan punggung belakang (behind-the back pass).

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa passing adalah

sebuah teknik dasar pada bolabasket yang bertujuan menghasilkan operan untuk
46

dapat dikonversikan menjadi peluang, saat mendapat operan kita dapat memilih

2 pilihan antara shooting atau dribble bahkan passing kembali untuk membuka

ruang. Jadi, passing ini adalah teknik dasar yang paling berpengaruh pada

permainan bolabasket.

2.1.11 Pengertian Catching

Menurut Jon Oliver (2014:41-42) menyatakan bahwa Catch (menangkap)

umpan dengan baik sama pentingnya dengan memberi umpan yang baik.

Penangkap bola harus selalu tanggap dimana bola berada dan harus siap

menerima umpan setiap saat. Seorang penangkap bola harus menyiapkan

tangannya sebagai sasaran pengumpan, untuk memastikan ke mana umpan

tersebut harus diarahkan. Seorang penangkap bola juga harus memutuskan

apakah menggunakan satu atau dua tangan untuk menangkap bola. Menangkap

Umpan ada beberapa cara, yaitu :

1. Menangkap bola diatas pinggang dengan dua tangan

2. Menangkap bola dibawah pinggang dengan dua tangan

3. Menangkap bola dengan satu tangan

2.1.12 Permainan Bolabasket

Permainan bolabasket memiliki nilai-nilai tertentu yang sifatnya universal.

Sebagai permainan yang sifatnya rekreasi, bolabasket bisa dimainkan mulia dari

usia anak-anak sampai dewasa dan orang-orang yang sudah berusia cukup

lanjut dapat memainkan permainan bolabasket baik oleh pria maupun oleh

wanita, dengan aturan permainan yang dimodifikasi sesuai dengan usia dan

kemampuan fisik. Kebutuhan untuk melakukan gerakan-gerakan yang

bertenaga, juga dapat terpenuhi dengan bermain bolabasket. Berlari dengan

cepat dan berhenti tiba-tiba, melempar, menangkap, melompat, dan mendarat


47

dalam keseimbangan tubuh yang baik, merupakan beberapa keterampilan yang

paling banyak dilakukan dalam bermain bolabasket. Daya tahan kerja jantung

yang baik, merupakan nilai kesehatan fisik paling utama yang diperoleh dalam

bermain bolabasket, di samping tentunya perolehan kekuatan otot-otot dan

kemampuan koordinasi gerak tubuh yang sempurna. Permainan bolabasket

dapat dimodifikasi dengan mudah sesuai dengan situasi di dalam interaksi sosial.

Jumlah pemain juga tidak harus lima orang sesuai peraturan resminya, tetapi

bisa kurang dari jumlah yang sebenarnya (Danu Hoedaya, 2004:9).

Bolabasket adalah salah satu olahraga paling populer di dunia.

Penggemarnya yang berasal dari segala usia merasakan bahwa bolabasket

adalah olahraga menyenangkan, kompetitif, mendidik, menghibur, dan

menyehatkan. Keterampilan-keterampilan perseorangan seperti tembakan,

umpan, dribel, dan rebound, serta kerja sama tim untuk menyerang atau

bertahan, adalah prasyarat agar berhasil dalamm memainkan olahraga ini.

Meskipun permainan 5 lawan 5 adalah bentuk permainan bolabasket yang paling

populer, selama ini telah berkembang berbagai permainan dan pertandingan

menghibur yang berkaitan dengan bolabasket untuk membantu penggemarnya

mengembangkan keterampilan dan pengetahuan dasar mereka. (Jon Oliver,

2009:vi).

Dewasa ini, bolabasket menjadi olahraga yang berkembang paling pesat di

dunia. Bolabasket adalah olahrag untuk semua orang, walaupun peminat

terbanyak remaja pria, namun bolabasket dimainkan oleh pria maupun wanita

dari segala usia dan ukuran tubuh bahkan oleh mereka yang cacat, termasuk

yang duduk di atas kursi roda. Bolabasket dimainkan oleh dua tim dengan 5

pemain per tim. Tujuannya adalah mendapatkan nilai (skor) dengan


48

memasukkan bola ke keranjang dan mencegah tim lain melakukan hal serupa.

Bola dapat diberikan hanya dengan passing (operan) dengan tangan atau dribble

beberapa kali pada lantai tanpa menyentuhnya dengan dua tangan secara

bersamaan. Teknik dasar mencakup footwork (gerakan kaki), shooting

(menembak), passing (operan) dan catching (menangkap), dribble, rebound,

bergerak tanpa bola, bergerak dengan bola, dan bertahan (Hal Wissel, 2000:1-

2).

2.1.12.1 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana bolabasket itu terdiri dari papan pantul, lapangan

bolabasket, bola.

2.1.12.1.1 Papan Pantul

Papan pantul pada lapangan bola basket terdiri dari dua bagian. Kedua

papan pantul harus terbuat dari kayu keras setebal 3 cm atau bahan lain yang

cocok dan mempunyai derajat kekakuan (kekerasan) yang sama dengan kayu.

Ukuran papan pantul ini adalah panjang 1.80 meter dan lebar 1,20 meter. Pada

papan pantul terdapat empat persegi panjang yang berukuran panjang

(horisontal) 0,59 meter dan lebar (vertikal) 0,45 meter. Empat persegi panjang ini

dipergunakan untuk arahan memantulkan bola supaya bola masuk ke basket.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.1 Papan Pantul


Sumber:https://www.google.com/search?q=gambarpapanpantul+basket+terbaru
49

2.1.12.1.2 Lapangan Bolabasket

Menurut Peraturan Resmi Bolabasket 2014 (PERBASI) Lapangan

permainan harus rata, memiliki permukaan keras yang bebas dari segala sesuatu

yang menghalangi. Ukuran lapangan dengan panjang 28 m dan lebar 15 m yang

diukur dari sisi dalam garis batas.

Gambar 2.2 Lapangan


Sumber: Peraturan Resmi Bolabasket 2014

2.1.12.1.3 Bola

Bola terbuat dari karet yang dilapisi kulit atau bahan sintesis lainnya. Keliling

bola tidak kurang dari 75 cm dan tidak lebih dari 78 cm, sedangkan beratnya

tidak kurang dari 600 gram dan tidak lebih dari 660 gram. Bola tersebut

dipergunakan untuk bermain setelah dipompa sedemikian rupa sehingga bila

dipantulkan ke lantai yang keras dari ketinggian 1,80 m diukur dari dasar, bola

akan memantul setinggi tidak kurang 1,20 m dan tidak lebih dari 1,40 m bila

diukur dari puncak bola.


50

Gambar 2.3 Bola basket


Sumber: https://www.google.com/search?q=gambar+bola+basket
2.1.12.2 Teknik Dasar Bolabasket

Ada empat cara dasar menggerakkan bolabasket, yaitu: menggiring

(dribbling), operan (passing), tembakan (shooting) dan menangkap (catching).

2.1.12.2.1 Menggiring (Dribbling)

Mendribel adalah salah satu dasar bolabasket yang pertama diperkenalkan

kepada para pemula, karena ketrampilan ini sangat penting bagi setiap pemain

yang terlibat dalam permainan bolabasket. Jangan menunduk. Gunakanlah mata

dan pandangan sekeliling untuk memperhatikan lapangan dan rekan-rekan

timmu. Usahakanlah untuk dapat merasakan bola. Percayai tanganmu. Jangan

menundukan pandangan untuk melihat bola. Kamu harus tetap waspada

terhadap posisi pemain lawan dan mengetahui posisi rekan-rekan tim sehingga

kamu bisa memanfaatkan jika ada peluang untuk mencetak angka, atau

mengumpan bola jika pemain bertahan menghalangimu.

Gunakanlah telapak jemarimu. Bola harus bersentuhan dengan telapak

jemarimu setiap kali memantul. Jangan pernah mendribel bola menggunakan

telapak tangan. Menjaga agar bola tetap berada di telapak tangan jemarimu akan

memberikan kontrol lebih besar dan memperkecil kemungkinan kamu melakukan

pelanggaran dribel, yang menyebabkan bola berpindah tangan. (Jon Oliver,

2007:49-51)

2.1.12.2.2 Mengoper Bola (Passing)

Umpan yang tepat adalah salah satu kunci keberhasilan serangan sebuah

tim dan sebuah unsur penentu tembakan tembakan yang berpeluang besar

mencetak angka.
51

1. Umpan Dada (Chest Pass) adalah untuk melakukan umpan, julurkanlah

lenganmu ke arah sasaran. Saat lenganmu sudah benar-benar terjulur,

lecutkan bola sedikit demi sedikit hingga lepas dari telapak jari-jarimu. Di

akhir gerak ini, jari-jarimu menunjuk ke arah sasaran, dan ibu jari harus

menunjuk ke bawah. Gerak jari dan ibu jari ini akan membuat bola sedikit

melintir saat melayang ke arah sasaran. (Jon Oliver,2007:36)

2. Umpan Pantul (Bounce Pass) efektif digunakan jika mengumpankan bola

rendah ke seorang rekan melewati seorang pemain bertahan. Untuk

melakukan umpan pantul, gunakanlah teknik mengumpan seperti umpan

dada. Alih-alih melemparkan bola langsung ke rekanmu, pantulkanlah bola

ke lantai lapangan sekitar dua pertiga jarak antara kamu dan rekanmu.

Setelah menyentuh lantai lapangan, bola akan memantul ke tangan

rekanmu, biasanya dengan ketinggian sekitar pinggang. Pastikan untuk

melakukan gerak lanjut lemparan dengan mengarahkan lenganmu ke arah

sasaran di lantai lapangan setelah melepaskan bola. Jika perlu,

melangkahkan maju ke arah sasaranmu dengan salah satu kaki ketika

mengumpankan bola untuk menambah kekuatan lemparan umpan tersebut.

2.1.12.2.3 Menembak Bola (Shooting)

Lay up shoot adalah tembakan yang dilakukan dari jarak dekat sekali

dengan keranjang, sehingga seolah-olah bola itu diletakkan ke dalam keranjang

yang didahului dengan gerakan melangkah lebar dan melompat setinggi-

tingginya. Bahkan sekarang ini lay up shoot bukan lagi diletakkan di atas

keranjang atau dipantulkan pada papan pantul melainkan dilemparkan dari atas

ke bawah menuju keranjang.


52

Tembakan lay up biasanya dilakukan setelah menerima operan dari kawan

dimana penembak dalam keadaan berlari atau penembak itu menggiring bola

kemudian lay up. Tembakan lay up ini sebelumnya didahului oleh dua irama

langkah karena apabila seorang pemain menguasai bola kemudian dilanjutkan

dengan menguasai bola pada waktu badan melayang maka diperbolehkan

menambah dua langkah lagi kemudian bola itu harus dilepaskan dengan cara

menembak atau mengoper ke kawannya.

Irama langkah tambahan itu dilakukan dengan cara apabila menolak dengan

kaki kanan, maka langkah selanjutnya adalah langkah kaki kiri dan yang terakhir

dengan kaki kanan lagi sebaliknya bila menolak dengan kaki kiri, maka langkah

selanjutnya adalah langkah kaki kanan dan yang terakhir dengan kaki kiri lagi.

(Jon Oliver, 2007:14)

2.1.12.2.4 Menangkap Bola (Catching)

Menangkap bola terdiri dari dua macam, yaitu:

1. Menangkap bola dengan tinggi diatas pinggang dengan dua tangan,

posisikan kedua tangan saling berdekatan dengan ibu jari telunjuk nyaris

besentuhan. Dengan kedua tangan saling berdekatan dengan sasaran, kecil

kemungkinan bola meleset dari jemari atau keluar dari lapangan.

Gunakanlah telapak jari-jari tangan, bukan telapak tangan, untuk menangkap

bola.

2. Menangkap bola di bawah ketinggian pinggang dengan dua tangan, tekuklah

lutut sehingga tubuh merendah. Posisikan kedua tangan agar saling

berdekatan, dengan jari-jari mengarah ke lantai lapangan dan telapak

tanganmengarah ke atas. Sekali lagi, gunakan telapak tangan untuk

menangkap bola. (Jon Oliver, 2007:41)


53

2.1.13 Pengembangan dan Modifikasi Permainan Bolabasket

Penyelenggaraan program Pendidikan Jasmani hendaknya mencerminkan

karateristik program Pendidikan Jasmani itu sendiri, yaitu, “Development

Appropriate Practice” (DAP). Dapat Artinya adalah tugas ajar yang diberikan

harus memperhatikan perubahan kemampuan anak dan dapat membantu

mendorong perubahan tersebut. Dengan demikian tugas ajar tersebut harus

sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik yang sedang belajarnya. Tugas

ajar ini harus mampu mengakomodasi setiap perubahan dan perbedaan

karateristik setiap individu serta mendorongnya ke arah perubahan yang lebih

baik. Modifikasi merupakan salah satu usaha yang dapat dilakuakn oleh para

guru agar pembelajaran mencerminkan DAP. Oleh karena itu, DAP termasuk di

dalamnya “body scaling” atau ukuran tubuh siswa, harus selalu dijadikan prinsip

utama dalam memodifikasi pembelajaran penjas.

Ada beberapa kritik yang dilontarkan terhadap permainan cabang olahraga

yang pelaksanaannya tidak dimodifikasi (Yoyo Bahagia dan Adang Suherman,

2000:12), antara lain:

1. Permainan Dan Olahraga Hanya Untuk Orang-orang Yang Terampil.

Kecenderungan olahraga dan permainan lebih banyak didominasi oleh siswa

yang terampil misalnya dalam sistem gugur. Secara teoritis siswa yang

lamban perlu lebih banyak waktu dan perhatian dalam belajarnya untuk

mengejar ketinggalan. Namun melalui pembelajaran dalam bentuk

permainan sering kali ia malah semakin ketinggalan.

2. Permainan Olahraga Hanya Untuk Surplus Energi. Sacara teoritis olah raga

dan permainan dalam Penjas merupakan alat pendidikan yang bersifat


54

heulistik. Siswa tidak hanya capek secara fisik, tetapi mereka belajar skill,

afektif, dan juga kognitif.

3. Permainan Olahraga Hanya Untuk Kesenangan. Permainan dan olah raga

diberikan hanya agar siswa senang dan capek karena terlibat secara aktif.

Olahraga dan permaian dapat menyenangkan siswa sekaligus

membelajarkan siswa untuk meraih tujuan yang jelas.

4. Permainan Olahraga Mengabaikan Prinsip Perkembangan. Pengajaran

permainan dan olah raga seringkali berorientasi pada permainan olahraga itu

sendiri (subject centered). Dalam permainan ini siswa harus dapat

melakukan lempar tangkap dengan baik. Kalau tidak permainan ini seringkali

membahayakan keselamatan pelakunya dan mengabaikan prinsip

perkembangan anak.

5. Permainan Dan Olahraga Merupakan Aktivitas “Teacher-centered”.

Pembelajaran child-centered yang berguna untuk meningkatkan

keterampilan anak dalam membuat keputusan belajar serta bertanggung

jawab terhadap hasil belajarnya seringkali tidak tercermin dalam permainan

dan olahraga.

6. Permainan Dan Olahraga Sering Kali Membuat Anak Pasif. Pelaksanaan

pembelajaran permainan dan olah raga sering kali menyebabkan sebagian

besar anak pasif menunggu giliran atau menunggu kebagian bola. Pada

permainan dan olah raga yang lebih resmi, sering kali waktu dihabiskan

untuk keperluan managerial misalnya mengelola siswa. Hingga keseluruhan

waktu aktif belajar gerak anak sering kali sangat rendah. Permainan olah

raga seperti ini hendaknya dimodifikasi hingga semua siswa usahakan aktif

belajar dalam waktu yang sama.


55

7. Permainan Olahraga Mengabaikan Kemajuan Belajar Siswa. Pembelajaran

permainan dan olahraga (low organize games) seringkali menekankan pada

belajar bagaimana bermain dengan aturannya dan bukan belajar strategi

dan skill yang mempunyai nilai transfer terhadap permainan olah raga yang

sebenarnya. Olahraga yang sebenarnya sering kali menuntut persyaratan

skill dan strategi yang sulit diberikan sekaligus kepada siswa. Dengan begitu

pembelajaran permainan sering kali terfokus pada permainan itu sendiri dan

bukannya belajar memainkan permainan. Sehingga sequen kemajuan

belajar siswa relatif sulit diterapkan karena terbatas pada perturannya dan

bukan skill dan strateginya.

Menurut Yoyo Bahagia dan Adang Suherman (2000: 22), di dalam

permainan dan olahraga terdapat banyak jumlah cabangnya. Karena jumlah

pertemuannya yang relatif terbatas belum lagi pencapaian tujuan masing-masing

cabang tersebut. Untuk itu, pengembangan dan modifikasi permainan dan

olahraga perlu dilakukan berdasarkan klasifikasinya. Untuk mempermudah

melakukan pengembangan dan modifikasi dalam pembelajaran Penjaskes, kita

mengenal aspek psikomotor yang harus dikembangkan (misal jasmani dan skill).

Dalam pembelajaran kesegaran jasmani, kita kenal komponennya (misalnya

kekuatan dan fleksibilitas). Dalam pembelajaran skill kita kenal klasifikasinya

(misal open dan close skill). Dalam pembelajaran konsep gerak kita kenal

klasifikasinya (misal prinsip dan kualitas gerak).

Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa modifikasi

pembelajaran penting dan perlu untuk diterapkan guna mendorong kesempatan

dan menambah kesempatan siswa dalam mempraktikkan keterampilan mereka.

Modifikasi diarahkan agar aktivitas belajar sesuai dengan tingkat perkembangan


56

anak serta dapat membantu mendorong perubahan kemampuan belajar siswa ke

arah perubahan yang lebih baik.

Tabel 2.3 Perbedaan Antara Permainan Bolabasket Dengan Permainan P and C

Permainan bolabasket Permainan P and C Keterangan


Jumlah pemain dalam Jumlah pemain dalam Pada permainan P and C
tiap tim ada 5 orang tiap tim ada 5 orang jumlah pemain lebih sama

Bola yang digunakan Menggunakan bola Pada permainan P and C


adalah bolabasket asli tangan ukuran 3 untuk menggunakan bola tangan
ukuran 7 untuk pria dan bermain ukuran 3 agar siswa lebih
ukuran 6 untuk wanita mudah untuk memegang
dan menangkapnya
Menggunakan Lapangan yang Menggunakan lapangan
lapangan bolabasket digunakan adalah depan sekolah
asli lapangan berbentuk
persegi panjang
berukuran 20 m x 12 m
Waktu yang digunakan Menggunakan waktu Agar siswa tidak terlalu
selama 4x10 menit selama 2x10 menit lelah dalam melakukan
permainan P and C

Menggunakan Ring Ring yang digunakan Menggunakan anak dan


basket asli adalah siswa dan hulahoop untuk ring
hulahoop.
Melakukan dribbel melakukan dribble Menggunakan dribble
seperti sesuai aturan kemudian boleh sesuai kemampuan siswa
ditangkap kembali dan agar tidak merasa kesulitan
passing masuk ke zona dan menyenangkan
shooting.
Sumber: Hasil Pengamatan (2015)

2.2 Kerangka Berfikir

Sesuai dengan kompetensi dasar dalam kurikulum pendidikan jasmani,

siswa diharapkan dapat mempraktekkan gerak dasar sebagai gerakan variasi


57

dalam permainan sederhana dengan peraturan yang sudah dimodifikasi serta

nilai kerjasama, sportivitas, dan kejujuran.

Pendidikan jasmani sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah

disadari oleh banyak kalangan. Namun, dalam pelaksanaannya pembelajaran

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan berjalan belum efektif seperti yang

diharapkan. Model pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

tidak harus terpusat pada guru, tetapi pada siswa. Orientasi pembelajaran harus

disesuaikan dengan perkembangan anak, isi dan urusan materi serta cara

penyampaian harus disesuaikan sehingga menarik dan menyenangkan, sasaran

pembelajaran ditujukan bukan hanya mengembangakan keterampilan olahraga,

tetapi pada perkembangan pribadi anak seutuhnya. Konsep dasar pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan dan model pengajaran pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan yang efektif perlu dipahami oleh mereka yang hendak

mengajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.

Modifikasi pembelajaran bolabasket merupakan salah satu upaya untuk


membuat model pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif melalui permainan
P and C dengan pendekatan fisik di dalam dan di luar lingkungan sekolah
diharapkan mampu membuat anak lebih aktif dalam bergerak diberbagai situasi
dan kondisi yang menyenangkan. Dengan terciptanya pembelajaran yang
menyenangkan dan dapat memotivasi siswa untuk lebih berpeluang untuk
mengeksploitasi gerak secara luas dan bebas sesuai dengan tingkat
kemampuan yang dimiliki.
BAB III

METODE PENGEMBANGAN

3.1 Model Pengembangan

Model pengembangan yang akan dikembangkan adalah model

pembelajaran penjasorkes khususnya materi bolabasket dengan model

permainan P and C pada siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa

Tunadaksa YPAC Semarang. Penelitian atau research adalah suatu upaya

secara sistematis untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan atau

fenomena yang dihadapi (Punaji S, 2010:29).

Prosedur penelitian dan pengembangan pada dasarnya terdiri dari dua

tujuan utama yaitu: pengembangan produk dan menguji keefektifan produk

dalam mencapai tujuan. Penelitian dan pengambangan pembelajaran ini

disesuaikan dengan pertimbangan keterbatasan alat, kondisi lapangan,

katerbatasan waktu, tenaga, dan biaya sehingga tidak mengambil subyek yang

besar.

Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tujuh

langkah utama, yaitu :

1. Melakukan penelitian pendahuluan dan pengumpulan informasi. Termasuk

observasi lapangan dan kajian pustaka

2. Mengembangkan produk awal (berupa peraturan permainan P and C)

3. Evaluasi para ahli dengan menggunakan satu ahli Pembelajaran Bolabasket

dan satu ahli pembelajaran Penjasorkes, serta uji coba skala kecil, dengan

menggunakan kuisioner dan konsultasi serta evaluasi yang kemudian

dianalisis.

58
59

4. Revisi produk pertama, revisi produk berdasarkan hasil dan evaluasi ahli dan

uji coba skala kecil. Revisi ini digunakan untuk perbaikan terhadap produk

awal yang dibuat oleh peneliti.

5. Uji coba skala besar.

6. Revisi produk yang dilakukan berdasarkan hasil uji coba skala besar.

Hasil akhir model pembelajaran P and C bagi siswa Tunadaksa Sekolah

Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB-D) yang dilakukan melalui revisi ujian

lapangan. Struktur model pengembangannya adalah pembelajaran permainan

bola besar melalui model permainan P and C sebagai sarana untuk melatih

akurasi tembakan pada siswa dan menumbuhkan rasa semangat siswa dalam

proses belajar mengajar.

3.2 Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan sangat diperlukan agar dalam pelaksanaan

penelitian sesuai dengan rencana yang telah dibuat dan prosedur ilmiah yang

ada. Adapun prosedur pengembangan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Melakukan studi pendahuluan dan pengamatan meliputi pengumpulan

informasi, dan observasi lapangan.

2. Mengembangkan bentuk produk awal, yaitu membuat model pembelajaran

untuk melatih akurasi dan nilai kerjasama pada permainan bola besar.

3. Evaluasi produk awal oleh para ahli, dengan menggunakan satu ahli

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, dan seorang guru pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan..

4. Melakukan revisi produk pertama dari hasil evaluasi ahli dan uji coba skala

kecil yang dilakukan sebelumnya.


60

5. Melakukan uji coba skala besar dilapangan dengan menggunakan model

pembelajaran P and C dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang sudah

direvisi atas uji coba skala kecil yang dilakukan sebelumnya.

6. Revisi produk akhir, dilakukan berdasarkan evaluasi dan analisis uji skala

besar.

7. Hasil akhir berupa model pembelajaran P and C dalam pembelajaran

pendidikan jasmani yang dihasilkan melalui revisi setelah dilakukan uji coba

skala besar.

Berikut gambar prosedur pengembangan model pembelajaran P and C:

Analisis Kebutuhan

Kajian Pustaka Observasi dan Wawancara

Pembuatan Produk Awal

Tinjauan Ahli Penjas dan Ahli Uji Coba Kelompok Kecil Siswa
Pembelajaran Tunadaksa YPAC Kota Semarang

Revisi Produk Pertama

Uji Coba Skala Besar Siswa Tunadaksa YPAC


Kota Semarang

Revisi Produk Akhir

Produk Akhir Permainan P and C

Gambar 3.1 Prosedur pengembangan model pembelajaran P and C

(Borg dan Gall dalam Sugiyono, 2010).


61

3.2.1 Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan merupakan langkah awal dalam melakukan penelitian ini.

Langkah ini bertujuan untuk menentukan apakah model pembelajaran

bolabasket melalui permainan P and C ini dibutuhkan atau tidak di Sekolah

Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa YPAC Semarang. Pada tahap ini

peneliti mengadakan observasi ke sekolah tersebut dengan cara pengamatan

lapangan tentang aktivitas permainan dan olahraga dalam pembelajaran

penjasorkes dan melakukan wawancara dengan guru penjas.

Peneliti menemukan adanya permasalahan yang dihadapi anak-anak

berkebutuhan khusus (tunadaksa) diantaranya adalah kurangnya variasi

permainan yang diberikan pada saat pembelajaran pendidikan jasmani

berlangsung serta kurangnya motivasi siswa dalam bermain bolabasket. Anak-

anak hanya diberikan senam setiap hari jumat saja jadi pembelajaran dilakukan

setiap hari jumat semua. Sesuai observasi di lapangan, anak-anak secara aktif

dan bersemangat saat pembelajaran berlangsung, hanya saja kurangnya variasi

dalam permainan dan pembelajaran terasa membosankan bagi anak-anak.

Sehingga peneliti mengembangkan permainan bolabasket menjadi permainan P

and C agar dalam pembelajaran semakin bervariasi.

3.2.2 Pembuatan Produk Awal

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan tersebut, maka langkah selanjutnya

adalah pembuatan produk model pembelajaran P and C. Pembuatan produk

yang dikembangkan peneliti adalah membuat produk berdasarkan kajian teori

yang kemudian dievaluasi oleh satu ahli bolabasket dan satu guru pendidikan

jasmani sebagai ahli pembelajaran, serta uji coba kelompok kecil.


62

3.2.2.1 Validasi Ahli

Sebelum produk pembelajaran yang dikembangkan diuji cobakan kepada

subyek, produk yang dibuat di evaluasi terlebih dahulu oleh ahli bolabasket dan

ahli pembelajaran. Hasil evaluasi dari para ahli yang berupa masukan dan saran

terhadap produk yang telah dibuat, digunakan sebagai acuan dasar

pengembangan produk. Evaluasi ini juga mengetahui kelebihan dan kekurangan

produk sebelum melakukan skala kecil agar produk semakin baik dan mampu

memecahkan masalah yang ada di SMPLB D YPAC Semarang.

3.2.2.2 Uji Coba Skala Kecil

Uji coba skala kecil bertujuan untuk mengetahui keefektifan produk awal

yang telah dilakukan dengan menggunakan subyek uji coba 8 siswa kelas VII

Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa YPAC Semarang.

3.2.3 Revisi Produk Pertama

Setelah uji coba skala kecil, maka dilakukan revisi produk pertama hasil dari

evaluasi ahli dan uji coba kelompok kecil sebagai perbaikan dari produk yang

telah diuji cobakan.

3.2.4 Uji Coba Skala Besar

Uji coba skala besar bertujuan untuk mengetahui keefektifan perubahan

yang telah dilakukan pada evaluasi ahli serta pada tahap ini dilakukan uji skala

besar terhadap produk yang dikembangkan dengan menggunakan subyek uji

coba 12 siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa YPAC

Semarang.

3.2.5 Revisi Produk Akhir

Revisi produk dari hasil uji coba skala besar yang telah di uji cobakan siswa

kelas VII Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa YPAC Semarang.
63

3.2.6 Produk Akhir

Hasil akhir produk pengembangan dari uji lapangan yang berupa model

pembelajaran P and C. Hal tersebut, dapat digunakan sebagai alternatif proses

pembelajaran yang inovatif dan efisien dalam penyampaian materi

dipembelajaran penjasorkes.

3.3. Uji Coba Produk

Uji coba produk dilakukan untuk memperoleh data yang dapat dijadikan

dasar untuk menetapkan tingkat efektivitas, efisiensi, dan daya tarik dari produk

yang dihasilkan. Uji coba produk pengembangan akan dilaksanakan melalui dua

tahapan, yaitu:

1. Tahapan uji coba skala kecil melibatkan 8 siswa untuk melakukan

eksperimen atau percobaan skala kecil, dan selanjutnya hasil dari uji coba

skala kecil ini dilakukan evaluasi dan penyempurnaan seperlunya.

Pelaksanaan uji coba skala kecil adalah bertempat di lapangan bolabasket

YPAC Semarang.

2. Tahapan uji coba skala besar dilaksanakan di lapangan bolabasket YPAC

Semarang dengan melibatkan 12 siswa. pada tahapan ini dilakukan uji coba

skala besar, dan selanjutnya hasil dari uji skala besar dievaluasi dan

dianalisis serta dilakukan penyempurnaan produk akhir.

3.3.1 Desain Uji Coba

Sebelum produk pembelajaran yang dikembangkan diujicobakan kepada

subjek, produk yang dibuat dievaluasi terlebih dahulu oleh satu ahli Penjas ( Aris

Mulyono, S.Pd., M.Pd ), dan satu ahli pembelajaran ( Wistoro, S.Pd ), dengan

kualifikasi: (1) Aris Mulyono, S.Pd., M.Pd., adalah dosen bolabasket di FIK
64

UNNES, (2) (Wistoro, S.Pd) adalah guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan

Kesehatan di YPAC Semarang.

Variabel yang dievaluasi oleh ahli meliputi fasilitas dan peralatan,

perlengkapan pemain, peraturan permainan. Untuk menghimpun data dari para

ahli dilakukan dengan cara memberikan draf model awal dengan disertai lembar

evaluasi kepada para ahli Penjas dan ahli pembelajaran. Hasil evaluasi dari para

ahli yang berupa penilaian dan saran terhadap produk yang telah dibuat,

dipergunakan sebagai acuan dasar pengembangan produk.

3.3.1.1 Uji coba skala kecil

Pada tahapan uji coba skala kecil ini produk yang telah direvisi dari hasil

evaluasi ahli kemudian diujicobakan pada kelompok kecil yaitu siswa SMPLB

kelas VII YPAC Semarang. Pada uji coba skala kecil ini menggunakan 8 siswa

sebagai subyeknya.

3.3.1.2 Revisi Produk

Hasil data dari evaluasi seorang ahli Penjas dan seorang ahli pembelajaran,

serta uji coba kelompok kecil tersebut dianalisis. Selanjutnya dijadikan acuan

untuk merevisi produk yang telah dibuat.

3.3.1.3 Uji coba skala besar

Hasil analisis uji coba skala kecil serta revisi produk pertama, selanjutnya

dilakukan uji coba pada skala besar. Uji coba skala besar ini dilakukan pada

siswa SMPLB-D kelas VII YPAC Semarang sebanyak 12 siswa.

3.3.2 Subjek Uji Coba

Subjek penelitian yang terlibat dalam uji coba pengembangan model

pembelajaran P and C adalah sebagai berikut:

1. Satu orang ahli pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan


65

2. Satu orang guru Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan

3. Siswa dalam uji coba skala kecil

4. Siswa dalam uji coba skala besar

3.4 Rancangan Produk

Merupakan rencana keseluruhan dari model pengembangan produk, yang

diciptakan peneliti dalam penelitian ini berupa model pembelajaran P and C

dalam Penjasorkes pada siswa SLB-D YPAC Semarang Tahun 2015.

3.4.1 Deskripsi Permainan P and C

Tabel 3.1 Rancangan Produk P and C

Permainan P and C (Passing = mengumpan dan Catch = menangkap)


diadopsi dari permainan bolabasket. Dalam permainan P and C bentuk
lapangan permainan seperti lapangan bolabasket namun sudah dimodifikasi
1. Deskripsi Permainan P and C

dengan ukuran 20 x 10 meter dan pada ring diganti dengan pemain dan
hulahoop. Pada daerah ring angka tersebut pemain tidak diperbolehkan untuk
menjaga tapi harus berada diluar dari area . Bola yang digunakan dalam
permainan P and C adalah bola tangan untuk permainan bola tangan. Lama
permainan P and C adalah 2 x 15 menit.
Permainan ini dimainkan oleh 2 tim, masing-masing tim terdiri dari 5 orang
pemain inti dan 2 pemain cadangan, dalam permainan bola basket yang sering
kita jumpai adalah adanya teknik dribble, passing, shooting, lay up, namun
dalam permainan P and C menggunakan teknik dasar Passing (mengumpan)
dan Catch (menangkap bola) boleh dribble ditangkap lagi tetapi tidak boleh
dibawa lari, namun sudah di modifikasi dengan bermain mengumpan dan
menangkap bagi siswa tunadaksa.
Teknik dasar yang digunakan dalam permainan P and C ini hanya
menggunakan teknik Passing, Catch, dan Shooting pada bolabasket.
Peraturan yang digunakanpun berbeda dengan aturan bolabasket yang baku.
Peraturan di dalam permainan P and C sudah dimodifikasi sedemikian rupa
disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan serta siswa tunadaksa.
Permainan ini kedua tim berusaha mencetak point sebanyak banyaknya,
66

dengan cara mencetak poin dengan memasukan bola melewati tiang tali ke
arah pemain dan hulahoop.
1) Lapangan P and C
Lapangan yang digunakan dalam permainan P and C ini berbentuk
persegi panjang, dengan ukuran 20 x 12 m. Lapangan yang digunakan dalam
permainan P and C tidak jauh berbeda dengan lapangan bola basket
2. Sarana dan Prasarana Permainan P and C

sesungguhnya jarak tali tiang pembatas setinggi 1,5 meter lebar 3 meter, jarak
antar tiang dengan zona shooting 2 meter, jarak antara tiang tali dengan zona
ring 2 meter.
20 m

10 m

Gambar . Lapangan “P and C”

Keterangan :

= Pemain A ( Menyerang ke daerah lawan jika bola ditangkap lawan

maka sebaliknya )

= Pemain B ( Menjaga daerah sendiri jika bola berhasil direbut maka

sebaliknya )

= Shooting Zone (Zona Menembak)

=Seorang pemain yang berada pada zona ring agar memudahkan

siswa sebagai pengganti ring.

= Titik free throw

= Pergerakan saat menyerang, tim A dapat melakukan serangan ke

daerah tim B, dan sebaliknya tim B juga dapat melakukan serangan


67

kembali ke daerah tim A

= Tiang tali setinggi 2,4 meter, bertujuan untuk pembatas menembak


terjadi spin bola sehingga teknik yang digunakan side shoot.
2) Ring Modifikasi
Ring pemain pada babak pertama, ring hulahoop pada babak kedua ini
sebagai pengganti ring basket, ring pemain ini adalah seorang pemain kawan
yang masuk diarea ring setelah pemain memasuki zona shooting, hal tersebut
dibuat karena untuk mempermudah siswa tunadaksa mencetak poin dengan
memasukkan bola tangan ke pemain ring tersebut.
3) Bola
Bola yang digunakan adalah bola tangan ukuran 3. Bola yang terbuat dari
bahan karet dan berbintik (tidak licin dan tidak mengkilap). Berat bola sekitar
425 – 475 gram, keliling bola 58 – 60 cm, tekanan udara didalam bola 6 lbs

Gambar . Bola tangan


4) Kun
Kun yang digunakan adalah kun yang biasa digunakan untuk kegiatan
olahraga di sekolah pada umumnya.

Gambar . Kun
5) Tiang tali pembatas
Tali yang digunakan tali pramuka untuk pembatas dengan tinggi 2,4 meter
yang terbuat dari bambu yang dilandasi kaleng yang sudah dicor sehingga
tidak mudah jatuh dan kuat. Bertujuan pada saat melakukan shooting
walaupun tidak ada ring baku namun prinsip shooting yang arah bolanya
parabola tetap tercapaidengan melewati tiang tali pembatas tersebut, serta
tembakan tetap menggunakan teknik dasar shooting dengan baik walaupun
tidak melompat yaitu side shoot.
68

Gambar . Tiang tali pembatas


6) Perlengkapan Pemain
Rompi yang digunakan disini adalah rompi yang biasa digunakan dalam
permainan futsal, penggunaan rompi dalam pelaksanaan permainan ini
bertujuan untuk memudahkan pengamatan kepada siswa selama melakukan
permainan P and C. Berikut ini disertakan gambar rompi yang digunakan
dalam permainan P and C.

Gambar . Rompi
1) Jumlah pemain.
Permainan ini dimainkan oleh 2 tim, setiap tim terdiri dari 5 orang pemain, dan
3. Peraturan P and C

2 orang pemain pengganti. Pergantian pemain boleh dilakukan berulang-


ulang, dan pemain yang sudah diganti, diperbolehkan bermain kembali.
2) Wasit
Permainan dipimpin oleh seorang wasit. Dalam permainan P and C,
keputusan wasit mutlak, tidak boleh diganggu gugat.
3) Lamanya Permainan P and C adalah 2 X 15 menit. Waktu istirahat 5
menit
4) Cara Mencetak Point
Point dinyatakan sah, apabila dikatakan ketika pemain yang melakukan
shooting harus mampu melewati tiang tali setinggi 2,4 meter dan bola shooting
tersebut dapat ditangkap dengan baik tidak boleh jatuh oleh pemmain ring
tersebut. Hal itu bertujuan, agar siswa dapat menguasai teknik dasar shoot
69

tanpa melompat yaitu side shoot.


5) Pelanggaran
Dalam peraturan P and C, pelanggaran dapat terjadi ketika seorang pemain
mencoba untuk mendapatkan bola dari lawannya dengan menendang bola,
mendorong lawannya baik itu karena kesengajaan ataupun tidak disengaja.
Pelanggaran pun banyak tingkatannya, seorang pemain yang melakukan
pelanggaran keras dapat hukuman tembakan bebas dari wasit. Pelanggaran
yang tidak semestinya seperti: menendang lawan dengan di sengaja,
menahan bola dengan kaki, menjatuhkan lawan, saat merebut yang menjadi
obyek bukan bola akan tetapi kaki lawan, masuk ke dalam kotak area bebas
pemain dan, masih banyak lagi pelanggaran yang lainnya.
Apabila dalam permainan P and C sebuah tim melakukan pelanggaran di
area bertahan sendiri maka akan langsung diberikan hukuman free throw, dan
apabila terjadi pelanggaran di area penyerangan tim, maka akan terjadi
pelanggaran biasa.
6) Tembakan Hukuman (Free Throw)
Tembakan ini di lakukan jika ada suatu pelanggaran di dalam area
permainan. Bola harus ditembak ke arah dalam target sesuai dengan babak.
7) Peraturan dalam permainan
a) Permainan dimulai dari tengah lapangan (jump ball) ketika wasit
meniupkan peluit.
b) Teknik yang digunakan dengan cara mengoper kemudian menangkap
bola, boleh melakukan dribble dan tidak boleh bola dibawa lari.
c) Tim yang kemasukan point memulai permainan lagi dari area ring di
daerahnya sendiri.
d) Untuk memperoleh point agar dapat melakukan tembakan kedalam tong,
maka pemain yang akan melakukan tembakan harus masuk kedalam
zona shooting dan tidak boleh diganggu oleh pemain lawan. Pemain yang
sudah memasuki zona shooting diberi 10 detik untuk melakukan
tembakan dengan cara harus melewati tiang tali pembatas setinggi 2,4
meter dan harus mampu ditangkap oleh pemain ring atau harus masuk
kedalam hulahoop.
e) Berlakunya tembakan bebas (free throw) bagi tim yang melanggar baik
70

yang ringan maupun yang keras


f) Apabila dalam permainan P and C sebuah tim melakukan pelanggaran di
area bertahan sendiri, maka akan langsung diberikan hukuman free throw,
dan apabila terjadi pelanggaran di area penyerangan tim, maka akan
terjadi pelanggaran biasa dengan melakukan lemparan dari pinggir
lapangan.
g) Jarak tendangan titik free throw ke pemain dan hulahoop sejauh 3 meter,
h) Bola dikatakan out ketika bola keluar dari bidang permaian dan yang
memulai permainan adalah tim lawan.
i) Bila bola keluar lapangan (out) untuk mengawali permainan dengan
menggunakan lemparan kedalam, bola dari wasit diberikan kepada tim
yang mendapatkan out dipinggir lapangan untuk dilakukan lemparan
kedalam, dan diberi waktu 5 detik, bila dalam waktu 5 detik bola tidak di
lempar, maka tim lawan yang akan memulai pertandingan.
j) Point diperoleh sesuai dengan cara memasukkan bola kedalam tong
basket dengan melewati tali setinggi 2,4 meter.
k) Tim yang paling banyak meraih point, maka tim tersebut dinyatakan
sebagai pemenang.
l) Bila terjadi angka sama, maka permainan dikatakan draw/imbang dan
diadakan free throw.

3.5 Jenis Data

Data yang diperoleh adalah data kualitatif dan kuantitatif yang dihasilkan dari

beberapa data antara lain:

1. Observasi dilakukan saat awal penelitian melihat dari permasalahan yang

ada dalam proses pembelajaran

2. Wawancara dilakukan dengan guru yang mengurusi siswa SLB DYPAC

Semarang.

3. Kuesioner Ahli Penjas dan Ahli Pembelajaran digunakan untuk melihat

kekurangan dan kelebihan produk yang akan dikembangkan.


71

4. Kuesioner bagi Siswa digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan

siswa SLB D tentang produk pengembangan model permainan P and C.

5. Lembar Pengamatan digunakan oleh peneliti untuk melihat beberapa aspek

dari siswa

6. Dokumentasi digunakan untuk bukti konkret dalam pengembangan model

permainan P and C.

3.6 Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dapat digunakan dalam penelitian adalah

observasi, wawancara, dokumentasi dan tes. Instrumen yang digunakan dalam

pengumpulan data adalah berupa lembar evaluasi. Lembar evaluasi digunakan

untuk mengumpulkan data dari ahli yang berhubungan dengan model yang

dikembangkan apakah sudah efektif dan efisien untuk pembelajaran Pendidikan

Jasmani Olahraga dan Kesehatan bagi siswa SLB D YPAC Semarang.

Kuesioner yang digunakan untuk ahli berupa beberapa aspek untuk menilai

kelayakan model yang dikembangkan. Faktor yang digunakan dalam kuesioner

adalah kualitas model pengembangan serta kritik dan saran yang mendukung.

Rentangan evaluasi mulai dari “kurang baik” sampai “sangat baik” dengan

memberi skor atau nilai 1-4 pada kolom yang tersedia.

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Kuisioner


Nilai Keterangan
1 Kurang baik
2 Cukup baik
3 Baik
4 Sangat baik
Sumber: Sugiyono (2010:135)

Berikut ini adalah kisi-kisi dalam lembar evaluasi ahli pembelajaran

bolabasket meliputi aspek, indikator, dan sub indikator yang digunakan pada
72

kuesioner ahli pembelajaran Bolabasket. Kisi-kisi ini dibuat sebelum membuat

instrumen lembar evaluasi bagi ahli agar lebih valid dan tepat kepada produk.

Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen ahli pembelajaran bolabasket

Aspek Indikator Sub Indikator


Relevansi/ 1. Kesesuaian produk 1) Mengetahui kesesuaian produk
Keterkaitan dengan materi dengan materi dalam bolabasket
produk bolabasket 2) Mengetahui kesesuaian produk
dengan perkembangan aspek
kognitif peserta didik
3) Mengetahui kesesuaian produk
dengan perkembangan aspek afektif
peserta didik
4) Mengetahui kesesuaian produk
dengan perkembangan aspek
psikomotor
2. Kesesuaian produk 1) Mengetahui kesesuaian produk
dengan dengan karakteristik perkembangan
karakteristik peserta didik
peserta didik 2) Mengetahui produk dapat dilakukan
peserta didik putra maupun putri
Konsistensi 3. Ketepatan materi 1) Kesesuaian isi materi dalam
/keajegan dalam pembelajaran bolabasket
produk pembelajaran 2) Kejelasan petunjuk model
Bolabasket pembelajaran bolabasket
Kecukupan 4. Keefektifan materi 1) Mengembangkan ranah kognitif
produk dalam tujuan 2) Mengembangkan ranah afektif
pembelajaran 3) Mengembangkan ranah psikomotor

Berikut ini adalah kisi-kisi instrumen lembar evaluasi ahli pembelajaran yang

berupa aspek, indikator, dan sub indikator yang akan digunakan untuk ahli

pembelajaran Penjasorkes. Kisi-kisi ini dibuat menurut sumber agar dapat

memperoleh beberapa aspek yang akan digunakan sebelum membuat instrumen

lembar evaluasi bagi ahli agar lebih valid dan tepat kepada produk.
73

Tabel 3.4 Kisi-kisi instrumen ahli pembelajaran penjasorkes

Aspek Indikator Sub Indikator


Relevansi/ 1. Kesesuaian Mengetahui kesesuaian produk
Keterkaitan produk dengan dengankompetensi dasar permainan
produk SK dan KD Mengetahui kesesuaian produk dengan
dalam perkembangan aspek kognitif peserta didik
pembelajaran Mengetahui kesesuaian produk dengan
perkembangan aspek afektif peserta didik
Mengetahui kesesuaian produk dengan
perkembangan aspek psikomotor
Kesesuaian 1. Mengetahui kesesuaian produk dengan
produk dengan karakteristik perkembangan peserta didik
karakteristik 2. Mengetahui produk dapat dilakukan peserta
peserta didik didik putra maupun putri
Konsistensi Ketepatan Kesesuaian fasilitas dan alat yang digunakan
/keajegan materi dalam dalam pembelajaran.
produk pembelajaran Kesesuaian isi materi dalam pembelajaran
Kejelasan petunjuk model pembelajaran

Kecukupan Keefektifan 1. Mengembangkan ranah kognitif


produ materi dalam 2. Mengembangkan ranah afektif
tujuan 3. Mengembangkan ranah psikomotor
pembelajaran

Sedangkan kuesioner yang digunakan siswa untuk pengumpulan data

berupa Kuesioner yang digunakan siswa berupa sejumlah pertanyaan. Kuesioner

bagi siswa ini disesuaikan dengan karakteristik produk dan subjek penelitian

menjadikan data yang valid. Kuesioner digunakan untuk mempermudah

penilaian bagi siswa dan berupa pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa

dengan alternatif jawaban adalah sebagai berikut:


74

Tabel 3.5 Skor Jawaban Kuesioner “Ya” dan “Tidak”

Alternatif Jawaban Positif Negatif

Ya 1 0

Tidak 0 1

Berikut ini adalah faktor-faktor, indikator dan Jumlah Butir Kuesioner yang

akan digunakan pada siswa:

Tabel 3.6 Kisi-kisi instrumen siswa

No Aspek Indikator Sub Indikator


1 Kognitif Kemampuan 1) Mengetahui pemahaman siswa
peserta didik dalam terhadap permainan P and C
memahami: 2) Mengetahui pemahaman siswa
Konsep terhadap teknik dasar khususnya
keterampilan gerak dribble, passing, catching, shoot
fundamental dalam permainan P and C
permainan 3) Mengetahui pemahaman siswa
bolabasket melalui terhadap peraturan yang ada
permainan P and C dalam permainan P and C
4) Mengetahui pemahaman siswa
terhadap manfaat permainan P
and C
2 afektif Kemampuan 1. Kerjasama
peserta didik Mengetahui responden mau
menampilkan sikap bekerjasama dengan orang lain untuk
sosial dalam mencapai tujuan bersama dengan
permainan P and C saling berbagi tugas dan tolong
menolong.
1) Dapat menghargai perbedaan
2) Suka berkolaborasi dengan
teman
3) Mengerti perasaan orang lain
2. Jujur
Mengetahui sikap dan perilaku
responden dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dilakukan, terhadap diri
sendiri maupun orang lain
1) Apa yang dilakukan berdasarkan
kenyataan
75

2) Hati dan ucapannya sama


3) Apa yang dikatakan itu benar
3. Disiplin
Mengetahui tindakan responden
yang menunjukan perilaku tertib dan
patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
1) Tepat waktu, tidak terlambat
2) Taat pada peraturan yang
berlaku
3) Melakukan tugas sesuai jadwal
yang dilakukan
4. Percaya diri
Mengetahui sikap responden akan
kemampuan diri sendiri untuk
mencapai setiap keinginan dan
harapannya
1) Selalu ingin mendapatkan hasil
yang maksimal
2) Melakukan yang terbaik
3) Berusaha memperbaiki diri
3 Psikomotor Kemampuan siswa 1. Siswa mampu mempraktikan
dalam teknik menggiring atau
mempraktikkan mendribbel bola dengan satu
teknik dasar seperti tangan
dribble, passing, 2. Siswa mampu mempraktikan
shoot, catching teknik mengoper atau passing
dalam permainan P bola setinggi dada
and C 3. Siswa mampu mempraktikan
teknik menembak atau shooting
bola ke dalam ring dengan satu
tangan
4. Siswa mampu mempraktikan
teknik menangkap atau catching
bola

3.7 Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini

adalah menggunakan teknik analisis deskriptif berbentuk persentase. Sedangkan

data yang berupa saran dan alasan memilih jawaban dianalisis menggunakan
76

teknik analisis kualitatif. Dari analisis data itu dapat memperoleh hasil sebagai

acuan apakah produk ini layak digunakan atau tidak layak digunakan bagi siswa

SLB D.

Dalam pengolahan data, persentase diperoleh dengan rumus dari sukirman,

dkk. (2003:879), yaitu:

F= X 100%

Keterangan:

F = Frekuensi relatif /angka persentase

f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = jumlah seluruh data

100% = konstanta

Dari hasil persentase yang diperoleh kemudian diklasifikasikan untuk

memperoleh kesimpulan data. Setelah memperoleh data yang didapat dari

beberapa kuesioner yang diberikan kepada para ahli dan siswa, serta lembar

pengamatan yangdilakukan oleh peneliti sendiri. Pada tabel dibawah ini akan

disajikan klasifikasi persentase:

Tabel 3.7 Klasifikasi Persentase

Persentase Klasifikasi Makna

90,1-100% Sangat Baik Digunakan

70,1-90% Baik Digunakan

40,1-70% Cukup Digunakan (bersyarat)

20,1-40% Kurang Diperbaiki

0-20% Sangat Kurang Dibuang

Sumber: Guilford (dalam Martin Sudarmono, 2010:56)


BAB V

KAJIAN DAN SARAN

5.1 Kajian Penelitian

Hasil akhir dari kegiatan pengembangan ini adalah model pembelajaran P

and C yang berdasarkan data pada saat uji coba kelompok kecil (N=8) dan uji

coba kelompok besar (N=12) pada siswa SLB D YPAC Semarang.

Hasil dari pengembangan permainan bola besar yang dikembangkan sesuai

dengan prosedur pengembangan didapat sebuah produk yang sesuai dengan

karakteristik siswa sekolah dasar luar biasa adalah permainan P and C. Hal itu

terbukti dari hasil analisis data uji coba lapangan didapat persentase pilihan

jawaban yang sesuai hasil penelitian skala kecil yaitu 83,67% (Baik) dan hasil

penelitian skala besar yaitu 86,67% (Baik), hasil dari penilaian guru pada aspek

kognitif, afektif dan psikomotor uji coba skala kecil 75% dan uji coba skala besar

hasil rata-ratanya sangat baik. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan maka

permainan P and C ini telah memenuhi kriteria baik, sehingga dari uji lapangan

model ini dapat digunakan untuk siswa SMPLB D YPAC Semarang. Maka model

pembelajaran P and C ini dinyatakan layak untuk digunakan bagi siswa SMPLB

D YPAC Semarang.

Hasil penilaian dari guru, maka diambil kesimpulan bahwa permainan P and

C dapat digunakan sebagai sarana pendukung dalam pembelajaran permainan

bola besar dengan hasil penilaian dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor

dengan rata-rata dari uji coba skala kecil dan dari uji coba skala hasilnya sangat

baik, maka pengembangan model pembelajaran P and C ini telah memenuhi

kriteria baik sehingga dapat dikatakan layak dan dapat diterapkan di SMPLB D

YPAC Semarang.

103
104

5.2 Saran

Penelitian ini mempunyai saran agar dalam penerapan permainan P and C

ini bisa berjalan dengan baik dan lancar:

1. Model permainan ini merupakan hasil dari penelitian yang bisa dijadikan

sebagai alternatif untuk diterapkan pada saat pembelajaran penjasorkes di

Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa khususnya Tunadaksa.

2. Bagi guru penjas, diharapkan bisa menggunakan permainan ini pada saat

pembelajaran permainan bolabasket, karena permainan ini dianggap bisa

lebih meningkatkan minat siswa dalam proses pembelajaran.

3. Bagi pembaca, diharapkan penelitian ini bisa dijadikan referensi untuk

mengembangkan model-model untuk penelitian selanjutnya.

Permainan P and C ini dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan

kebutuhan dengan kondisi dan kebutuhan yang akan dilaksanakan. Bentuk

pengembangannya yaitu aturan permainan pada P and C dapat dikembangkan

atau dimodifikasi lagi dengan pertimbangan untuk menyesuaikan jumlah siswa

dan kondisi lingkungan sekitar.


DAFTAR PUSTAKA

Amung Ma’mun dan Yudha M. Saputra. 2000. Perkembangan Gerak dan Belajar
Gerak. Jakarta: Depdiknas

Adang Suherman. 2000. Dasar-dasar Penjaskes. Jakarta : Depdikbud.

Aqila Smart, Rose. 2010. Anak Cacat Bukan Kiamat. Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media

Beltasar Tarigan. 2000. Pendidikan Jasmani Adaptif. Jakarta : Departemen


Pendidikan Nasional Dasar dan Menengah.

Danu Hoedaya. 2004. Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran


Bolabasket. Jakarta: Depdiknas.

Dr. Mohammad Efendi, M.Pd., M.Kes. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak


Berkelainan. Jakarta : PT Bumi Aksara

Hal Wissel, Ph. D. 2000. Bola Basket. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Husdarta H.J.S. 2009. Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung : Alfabeta.

Martin Sudarmono. 2010. Pengembangan Model Pembelajaran Sepak Bola


Melalui Permainan SepakBola Gawang Ganda Bagi Siswa SMP N 3
Ajibarang Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2009 / 2010. Skripsi.
Program Sarjana Universitas Negeri Semarang.

Misbach D. 2012. Seluk-Beluk Tunadaksa & Strategi Pembelajarannya.


Jogjakarta : Javalitera.

Oliver, Jon. 2009. Dasar-dasar Bola Basket. Bandung : Pakar Raya

UNNES. 2014. Pedoman Penyusunan Skripsi. Semarang : FIK UNNES

Punaji Setyosari. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.


Jakarta: Kencana Prenada Media .

Rusli Lutan. 2000. Strategi Belajar Mengajar Penjas. Jakarta: Depdikbud.

Safrudin Aziz. 2014. Perpustakaan Ramah Difabel. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media

Samsudin. 2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.


Jakarta. Litera

Sardiman A.M. 2004. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta.

Sugiyanto. 2008. Perkembangan dan Belajar Motorik. Jakarta: Universitas


Terbuka.

105
106

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Toho Cholik Mutohir, et al. 2011. Berkarakter Dengan Berolahraga, Berolahraga


Dengan Berkarakter. Surabaya : Java Pustaka Group.

Yani Meimulyani dan Asep Tiswara. 2013. Pendidikan Jasmani Adaptif Bagi

Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta : Luxima.


107

Lampiran 1.
Usul Tema dan Judul Skripsi
108

Lampiran 2.
Surat Keputusan Dosen Pembimbing
109

Lampiran 3.

Surat Observasi Skripsi


110

Lampiran 4.

Surat Ijin Penelitan


111

Lampiran 5.

Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian


112

Lampiran 6.

Lembar Evaluasi Ahli Pembelajaran Bolabasket


113
114
115
116
117

Lampiran 7.

Lembar Evaluasi Ahli Pembelajaran Penjasorkes


118
119
120
121
122

Lampiran 8.

Indikator Penilaian Siswa


No Aspek Indikator Sub Indikator

1 Kognitif Kemampuan peserta a. Mengetahui pemahaman


didik dalam siswa terhadap permainan P
memahami: and C
b. Mengetahui pemahaman
1. Konsep siswa terhadap teknik dasar
keterampilan khususnya dribble, passing,
gerak catching, shoot dalam
fundamental permainan P and C
permainan c. Mengetahui pemahaman
bolabasket siswa terhadap peraturan
melalui yang ada dalam permainan
permainan P and P and C
C d. Mengetahui pemahaman
siswa terhadap manfaat
permainan P and C
2 afektif Kemampuan peserta a. Kerjasama
didik menampilkan Mengetahui responden mau
sikap sosial dalam bekerjasama dengan orang lain
untuk mencapai tujuan
permainan P and C
bersama dengan saling berbagi
tugas dan tolong menolong.

1. Dapat menghargai
perbedaan
2. Suka berkolaborasi
dengan teman
3. Mengerti perasaan orang
lain

b. Jujur
Mengetahui sikap dan perilaku
responden dalam
melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang
seharusnya dilakukan,
terhadap diri sendiri maupun
orang lain

1. Apa yang dilakukan


berdasarkan kenyataan
2. Hati dan ucapannya sama
3. Apa yang dikatakan itu
benar
c. Disiplin
Mengetahui tindakan
123

responden yang menunjukan


perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan
peraturan.

1. Tepat waktu, tidak


terlambat
2. Taat pada peraturan yang
berlaku
3. Melakukan tugas sesuai
jadwal yang dilakukan

d. Percaya diri
Mengetahui sikap responden
akan kemampuan diri sendiri
untuk mencapai setiap
keinginan dan harapannya

1. Selalu ingin mendapatkan


hasil yang maksimal
2. Melakukan yang terbaik
3. Berusaha memperbaiki diri

3 Psikomotor Kemampuan siswa a. Siswa mampu mempraktikan


dalam teknik menggiring atau
mendribbel bola dengan satu
mempraktikkan tangan
teknik dasar seperti b. Siswa mampu mempraktikan
dribble, passing, teknik mengoper atau passing
shoot, cathing bola setinggi dada
c. Siswa mampu
dalam permainan P
mempraktikan teknik
and C menembak atau shooting
bola ke dalam ring dengan
satu tangan
d. Siswa mampu mempraktikan
teknik menangkap atau
catching bola
124

Lampiran 9.
Kuesioner Penelitian Untuk Siswa
LEMBAR PENILAIAN SISWA ASPEK KOGNITIF
PENGEMBANGAN PERMAINAN P AND C UNTUK PEMBELAJARAN
PENJASORKES DI YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC)
SEMARANG

PETUNJUK

1. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan jujur dan benar


2. Jawablah secara jelas dan runtut
3. Isilah pertanyaan tersebut dengan memberi tanda silang (x) pada huruf a atau
b sesuai dengan pilihan
4. Selamat mengisi dan terima kasih

I. IDENTITAS RESPONDEN

Nama : ............................................................................

Umur : ............................................................................

Kelas : ............................................................................

Sekolah : YPAC Semarang

Alamat : KH. Ahmad Dahlan No. 4 Semarang

II. KUESIONER PERTANYAAN

1. Apakah kamu tahu cara melakukan permainan P and C?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah kamu tahu tujuan pembelajaran dari permainan P and C?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah kamu tahu cara dribble bola dalam permainan P and C?

a. Ya b. Tidak
125

4. Apakah kamu tahu cara passing bola dalam permainan P and C?

a. Ya b. Tidak

5. Apakah kamu tahu cara shooting bola dalam permainan P and C?

a. Ya b. Tidak

6. Apakah kamu tahu cara menangkap bola dalam permainan P and C?

a. Ya b. Tidak

7. Apakah kamu berkeringat ketika melakukan permainan P and C?

a. Ya b. Tidak

8. Apakah kamu tahu peraturan yang ada dalam permainan P and C?

a. Ya b. Tidak

9. Apakah kamu merasa senang saat melakukan permainan P and C?

a. Ya b. Tidak

10. Apakah permainan P and C sulit untuk dimainkan anak tunadaksa?

a. Ya b. Tidak
126

Lampiran 10.
DAFTAR SISWA KELAS VII SMPLB D YPAC
SEMARANG
(SAMPEL UJI COBA SKALA KECIL )

No. NAMA JENIS


KELAMIN
1 Reza L
2 Sindu Janur L
3 Ido L
4 Dwi L
5 Mitha P
6 Della P
7 Fauzan L
8 Umar L
127

Lampiran 11.
LEMBAR PENGAMATAN GERAK MODEL PERMAINAN P AND C
DI SMPLB D YPAC SEMARANG
(Subyek Uji Coba Skala Kecil)

Indikator Penilaian Afektif


1. Kerjasama
Bekerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dengan saling
berbagi tugas dan tolong menolong:
(1) Membantu teman yang belum/ tidak bisa
(2) Terlibat aktif dalam permainan/ kerja kelompok
(3) Mau bekerja sama dengan teman untuk memenangkan permainan
(4) Berbagi tugas dalam permainan/ kerja kelompok

2. Kejujuran
Berjiwa ksatria dan dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan:
(1) Tidak menyontek dalam mengerjakan tugas/ ujian
(2) Mengakui kesalahan yang diperbuat
(3) Mengakui kekurangan yang dimilikinya
(4) Mengungkapkan pendapat sesuai dengan sebenarnya

3. Disiplin
Menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan:
(1) Datang sebelum pembelajaran dimulai
(2) Sebelum pembelajaran selesai tidak meninggalkan kelas terlebih dahulu
(3) Mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan
(4) Patuh pada peraturan permianan yang telah disepakati

4. Percaya diri
Menunjukkan kemampuan diri sendiri untuk mencapai setiap keinginan dan
harapannya:
(1) Berusaha melaksanakan tugas yang diberikan guru secara maksimal
(2) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik
(3) Melaksanakan tugas sesuai yang diajarkan oleh guru
(4) Mau berusaha untuk mengulang tugas yang belum/ tidak bisa

Keterangan penilaian afektif:


Kategori Kriteria perilaku Skor
Sangat Baik Jika peserta didik menunjukan 4 kriteria 4
Baik Jika peserta didik menunjukan 3 kriteria 3
Kurang Jika peserta didik menunjukan 2 kriteria 2
Sangat Kurang
Jika peserta didik menunjukan 1 kriteria 1
Baik
128

PETUNJUK :

1) Cermatilah indikator aktivitas siswa.


2) Berikan skor siswa pada kolom tingkat kemampuan yang sesuai dengan indikator
pengamatan.
3) Petunjuk skor penilaian :
1 : Sangat kurang baik (apabila dapat melakukan 1 poin dalam sikap
tersebut)

2 : Kurang (apabila dapat melakukan 2 poin dalam sikap tersebut)

3 : Baik (apabila dapat melakukan 3 poin dalam sikap tersebut)

4 : Sangat Baik (apabila dapat melakukan 4 poin dalam sikap tersebut)

Tabel Hasil Pengamatan Aspek Afektif

Aspek Afektif
No Nama Kerjasama Kejujuran Disiplin Percaya
Diri
1 Reza 3 2 4 4

2 Sindu 4 4 3 4

3 Ido 3 3 3 3

4 Umar 3 4 4 2

5 Fauzan 4 4 3 4

6 Mitha 3 4 4 3

7 Della 4 3 3 2

8 Dwi 4 2 3 4

Jumlah 28 26 27 26
Max 32 32 32 32
Persentase 88% 81% 84% 81%
Rata-rata (%) 84%
129

Indikator Penilaian Psikomotor


1) Menggiring atau Dribbel bola
mempraktikan teknik menggiring atau mendribbel bola dengan satu tangan:
(1) Sikap kaki kuda-kuda dengan posisi lutut sedikit ditekuk, badan condong
kedepan
(2) Gerakan tangan ke atas dan ke bawah
(3) Pandangan tidak melihat bola
(4) Usahakan bola selalu dalam lindungan dengan cara menutup badan/ tangan
2) Mengumpan atau passing bola
mempraktikan teknik mengoper atau passing bola setinggi dada:
(1) Posisi triple threat (ancaman) dan ibu jari menghadap ke atas saat memegang
bola
(2) Siku ditekuk terletak di samping badan
(3) Lutut sedikit ditekuk, badan sedikit condong ke depan
(4) Arah lemparan setinggi dada
3) Menembak atau shooting bola
mempraktikan teknik menembak atau shooting bola ke dalam ring dengan
satu tangan:
(1) Gerakan selalu dimulai dari lantai saat menangkap bola. Tekuk lutut dan mata
kaki serta atur agar tubuh dalam posisi seimbang
(2) Fokus pada target (ring)
(3) Pertahankan posisi siku agar pergerakan lengan tetap vertikal
(4) Lepaskan bola dengan jari-jari dan pergelangan tangan mengikuti ke arah
target (ring)
4) Menangkap atau catching bola
mempraktikan teknik menangkap atau catching bola:
(1) Posisi tangan harus siap untuk menerima bola
(2) Posisikan kedua tangan saling berdekatan dengan ibu jari dan jari telunjuk
hampir bersentuhan
(3) Gunakan telapak jari-jari tangan, bukan telapak tangan untuk menangkap bola
(4) Tekukkah lutut sehingga tubuh merendah dan posisi siap menerima bola
130

PETUNJUK :
1) Cermatilah indikator aktivitas siswa.
2) Berikan skor siswa pada kolom tingkat kemampuan yang sesuai dengan
indikator pengamatan.
3) Petunjuk skor penilaian :
1 : Sangat kurang baik
2 : kurang
3 : Baik
4 : sangat baik

Tabel Hasil Pengamatan Aspek Psikomotor Siswa


Aspek Psikomotor
No Nama
Menggiring Mengumpan Menembak Menangkap
1 Reza 4 3 4 4

2 Sindu 4 4 4 4

3 Ido 3 3 3 3

4 Umar 2 3 2 3

5 Fauzan 3 4 4 4

6 Mitha 2 4 3 3

7 Della 2 3 4 3

8 Dwi 3 4 3 4

Jumlah 23 28 27 28

Max 32 32 32 32

Persentase 72% 88% 84% 88%

Rata-rata (%) 83%


131

Lampiran 12.
Jawaban Kuesioner Siswa (Subyek Uji Coba Skala Kecil)
Keterangan: 1= Benar 0= Salah

BUTIR SOAL
No TOTAL
Nama L/P ASPEK KOGNITIF
.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 REZA L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
2 SINDU L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
3 IDO L 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9
4 UMAR L 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 7
5 FAUZAN L 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 8
6 MITHA P 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 7
7 DELLA P 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8
8 DWI L 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8

Jumlah 7 7 6 6 6 8 6 7 8 6 76,25
Ya (%) 88% 88% 75% 75% 75% 100% 75% 88% 100% 75%
Tidak
(%) 13% 13% 25% 25% 25% 0% 25% 13% 0% 25%
132

Lampiran 13.
DAFTAR NAMA SISWA UJI COBA SKALA BESAR

No Nama Siswa Jenis Kelamin

1 REZA L
2 SINDU L
3 IDO L
4 UMAR L
5 FAUZAN L
6 MITHA P
7 DELLA P
8 DWI L
9 OKTA L
10 DIAN P
11 DEWI P
12 RONALD L
133

Lampiran 14.

LEMBAR PENGAMATAN GERAK MODEL PERMAINAN P AND C


DI SMPLB D YPAC SEMARANG
(Subyek Uji Coba Skala Besar)

Indikator Penilaian Afektif


1. Kerjasama
Bekerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dengan
saling berbagi tugas dan tolong menolong:
(1) Membantu teman yang belum/ tidak bisa
(2) Terlibat aktif dalam permainan/ kerja kelompok
(3) Mau bekerja sama dengan teman untuk memenangkan permainan
(4) Berbagi tugas dalam permainan/ kerja kelompok

2. Kejujuran
Berjiwa ksatria dan dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan:
(1) Tidak menyontek dalam mengerjakan tugas/ ujian
(2) Mengakui kesalahan yang diperbuat
(3) Mengakui kekurangan yang dimilikinya
(4) Mengungkapkan pendapat sesuai dengan sebenarnya

3. Disiplin
Menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan:
(1) Datang sebelum pembelajaran dimulai
(2) Sebelum pembelajaran selesai tidak meninggalkan kelas terlebih dahulu
(3) Mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan
(4) Patuh pada peraturan permianan yang telah disepakati

4. Percaya diri
Menunjukkan kemampuan diri sendiri untuk mencapai setiap keinginan dan
harapannya:
(1) Berusaha melaksanakan tugas yang diberikan guru secara maksimal
(2) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik
(3) Melaksanakan tugas sesuai yang diajarkan oleh guru
(4) Mau berusaha untuk mengulang tugas yang belum/ tidak bisa
134

Keterangan penilaian afektif:


Kategori Kriteria perilaku Skor
Sangat Baik Jika peserta didik menunjukan 4 kriteria 4
Baik Jika peserta didik menunjukan 3 kriteria 3
Kurang Jika peserta didik menunjukan 2 kriteria 2
Sangat KurangBaik Jika peserta didik menunjukan 1 kriteria 1
PETUNJUK :

1) Cermatilah indikator aktivitas siswa.


2) Berikan skor siswa pada kolom tingkat kemampuan yang sesuai dengan
indikator pengamatan.
3) Petunjuk skor penilaian :
1 : Sangat kurang baik (apabila dapat melakukan 1 poin dalam sikap
tersebut)

2 : Kurang (apabila dapat melakukan 2 poin dalam sikap tersebut)

3 : Baik (apabila dapat melakukan 3 poin dalam sikap tersebut)

4 : Sangat Baik (apabila dapat melakukan 4 poin dalam sikap tersebut)

Tabel Hasil Pengamatan Aspek Afektif

Aspek Afektif
N
Nama Kerjasama Kejujuran Disiplin Percaya
o
Diri
1 Reza 3 2 4 4

2 Sindu 4 4 3 4

3 Ido 3 3 3 3

4 Umar 3 4 4 2

5 Fauzan 4 4 3 4

6 Mitha 3 4 4 3

7 Della 4 3 3 2

8 Dwi 4 2 3 4

9 Okta 3 4 3 4

10 Dian 4 3 4 3

11 Dewi 2 3 4 3
135

12 Ronald 4 4 3 3

Jumlah 42 4 42 41
Max 48 48 48 48
Persentase 88% 85% 88% 85%
Rata-rata (%) 86%

Indikator Penilaian Psikomotor


1) Menggiring atau Dribbel bola
mempraktikan teknik menggiring atau mendribbel bola dengan satu tangan:
(1) Sikap kaki kuda-kuda dengan posisi lutut sedikit ditekuk, badan condong
kedepan
(2) Gerakan tangan ke atas dan ke bawah
(3) Pandangan tidak melihat bola
(4) Usahakan bola selalu dalam lindungan dengan cara menutup badan/
tangan
2) Mengumpan atau passing bola
mempraktikan teknik mengoper atau passing bola setinggi dada:
(1) Posisi triple threat (ancaman) dan ibu jari menghadap ke atas saat
memegang bola
(2) Siku ditekuk terletak di samping badan
(3) Lutut sedikit ditekuk, badan sedikit condong ke depan
(4) Arah lemparan setinggi dada
3) Menembak atau shooting bola
mempraktikan teknik menembak atau shooting bola ke dalam ring dengan
satu tangan:
(1) Gerakan selalu dimulai dari lantai saat menangkap bola. Tekuk lutut dan
mata kaki serta atur agar tubuh dalam posisi seimbang
(2) Fokus pada target (ring)
(3) Pertahankan posisi siku agar pergerakan lengan tetap vertikal
(4) Lepaskan bola dengan jari-jari dan pergelangan tangan mengikuti ke
arah target (ring)
4) Menangkap atau catching bola
mempraktikan teknik menangkap atau catching bola:
(1) Posisi tangan harus siap untuk menerima bola
136

(2) Posisikan kedua tangan saling berdekatan dengan ibu jari dan jari
telunjuk hampir bersentuhan
(3) Gunakan telapak jari-jari tangan, bukan telapak tangan untuk
menangkap bola
(4) Tekukkah lutut sehingga tubuh merendah dan posisi siap menerima bola

PETUNJUK :
1) Cermatilah indikator aktivitas siswa.
2) Berikan skor siswa pada kolom tingkat kemampuan yang sesuai dengan
indikator pengamatan.
3) Petunjuk skor penilaian :
1 : Sangat kurang baik
2 : kurang
3 : Baik
4 : sangat baik

Tabel Hasil Pengamatan Aspek Psikomotor Siswa

Aspek Psikomotor
No Nama
Menggiring Mengumpan Menembak Menangkap
1 Reza 4 3 4 4
2 Sindu 4 4 4 4
3 Ido 3 3 3 3
4 Umar 2 3 2 3
5 Fauzan 3 4 4 4
6 Mitha 2 4 3 3
7 Della 2 3 4 3
8 Dwi 3 4 3 4
9 Okta 3 4 4 4
10 Dian 2 4 3 4
11 Dewi 2 3 2 3
12 Ronald 3 3 4 4
Jumlah 35 43 42 45
Max 48 48 48 48
Persentase 73% 90% 88% 94%
Rata-rata (%) 86%
137

Lampiran 15.

Jawaban Kuesioner Siswa Skala Besar

BUTIR SOAL
TOTAL
No. Nama ASPEK KOGNITIF
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 REZA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
2 SINDU 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
3 IDO 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9
4 UMAR 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 8
5 FAUZAN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
6 MITHA 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 8
7 DELLA 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8
8 DWI 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 8
9 OKTA 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9
10 DIAN 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9
11 DEWI 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8
12 RONALD 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8

Jumlah 12 12 7 10 12 9 10 10 12 11 78
100 100 58 83 100 83 83 100
Ya(%) % % % % % 75% % % % 92%
42 17 17 17
Tidak (%) 0% 0% % % 0% 25% % % 0% 8%
138

Lampiran 16.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Nama Sekolah : SLB D YPACSemarang


Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Kelas/Semester : VII/ 1
Pertemuan : 2 kali pertemuan
Alokasi Waktu : 2 X 40 menit

Standar Kompetensi

1. Mempraktikkan berbagai keterampilan permainan olahraga dengan teknik


dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.

Kompetensi Dasar

1.1. Mempraktikkan teknik dasar salah satu nomor olahraga bola besar beregu
lanjutan serta nilai kerjasama, toleransi, memecahkan masalah,
menghargai teman, dan keberanian**).

Indikator

1. Melakukan latihan koordinasi teknik dasar melempar, menangkap,


menggiring dan menembak bola (berpasangan dan berkelompok) dengan
koordinasi yang baik.
2. Bermain bolabasket dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi
untuk menumbuhkan dan membina nilai-nilai kerjasama, kejujuran, disiplin,
dan percaya diri.

A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat melakukan latihan koordinasi teknik dasar melempar,
menangkap, menggiring dan menembak bola (berpasangan dan
berkelompok) dengan koordinasi yang baik.
2. Siswa dapat bermain bolabasket dengan menggunakan peraturan yang
dimodifikasi untuk menumbuhkan dan membina nilai-nilai kerjasama,
kejujuran, disiplin, dan percaya diri.
B. Materi Pembelajaran
Permainan Bolabasket

1. Koordinasi teknik dasar melempar, menangkap, menggiring dan


menembak bola (berpasangan dan berkelompok) dengan koordinasi
yang baik.
2. Bermain bolabasket dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi.
C. Metode Pembelajaran
1. Demontrasi
2. Inclusive (cakupan)
3. Bagian dan keseluruhan (Part and whole)
4. Permainan (game)
139

D. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
 Berbaris, berdoa, presensi, apersepsi, motivasi dan penjelasan
tujuan pembelajaran.
 Pemanasan secara umum
 Berlari mengelilingi lapangan
 Pemanasan

2. Kegiatan Inti (60 menit)


 Penjelasan cara melakukan latihan koordiansi teknik dasar
melempar, menangkap, menggiring dan menembak bola
(berpasangan dan berkelompok) dengan koordinasi yang baik.
 Melakukan latihan koordinasi teknik dasar melempar, menangkap,
menggiring dan menembak bola (berpasangan dan berkelompok)
dengan koordinasi yang baik.
 Bermain bolabasket dengan menggunakan peraturan yang
dimodifikasi secara berkelompok (jumlah pemain, lapangan
permainan, dan peraturan permainan dimodifikasi).
3. Kegiatan Penutup (15 menit)
 Pendinginan (colling down)
 Evaluasi, diskusi dan tanya-jawab proses pembelajaran yang telah
dipelajari
 Berbaris dan berdoa

E. Alat dan Sumber Belajar


1. Alat Pembelajaran :
 Bola basket atau sejenisnya
 Lapangan permainan bolabasket atau lapangan sejenisnya
 Peluit
2. Sumber Pembelajaran :
a. Media cetak
o Buku pegangan guru dan siswa SMP Kelas VII Pendidikan
Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
o Buku permainan bolabasket
F. Penilaian
1. Teknik dan Bentuk Penilaian
a. Tes Keterampilan (Psikomotor)
Lakukan koordinasi teknik dasar melempar, menangkap, menggiring, dan
menembak bola, unsur-unsur yang dinilai adalah kesempurnaan melakukan
gerakan (penilaian proses) dan ketepatan dan kecepatan melakukan
gerakan (penilaian produk/prestasi).

 Contoh penilaian proses teknik dasar permainan bolabasket (Penilaian


keterampilan kecabangan)
 Unjuk kerja
140

Aspek yang dinilai Kualitas gerak


1 2 3 4
Menggiring
Mengumpan
Menembak
Menangkap
Jumlah :
Jumlah skor maksimal:
 Aspek Psikomotorik

Perolehan
No Aspek yang dinilai
skor

1 Dapat melakukan 4 kreteria 4


2 Dapat melakukan 3 kreteria 3
3 Dapat melakukan 2 kreteria 2
4 Dapat melakukan 1 kreteria 1

Tes Sikap (Afektif)

Contoh penilaian afektif (Affective Behaviors)

Tes sikap (Afektif) dapat dilakukan selama siswa melakukan pembelajaran


Pendidikan Jasmani di sekolah. Unsur-unsur yang dinilai : kerjasama,
kejujuran, disiplin, percaya diri.

INSTRUMEN PENILAIAN ASPEK AFEKTIF

Kriteria
No Aspek yang dinilai
SB B K SKB

Peserta didik bekerjasama dengan orang lain untuk


1 mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi
tugas dan tolong menolong
Peserta didik menunjukan sikap jiwa ksatria dan
2 dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan
Peserta didik menunjukan perilaku tertib dan patuh
3
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Peserta didik menunjukan kemampuan diri sendiri
4
untuk mencapai setiap keinginan dan harapannya

Jumlah skor maksimal


141

N = Jumlah Skor di peroleh x 100


Skor Max

Keterangan Penilaian Afektif


1. Bekerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dengan saling
berbagi tugas dan tolong menolong:
(1) Membantu teman yang belum/ tidak bisa
(2) Terlibat aktif dalam permainan/ kerja kelompok
(3) bekerja sama dengan teman untuk memenangkan permainan
(4) Berbagi tugas dalam permainan/ kerja kelompok

2. Berjiwa ksatria dan dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan:
(1) Tidak menyontek dalam mengerjakan tugas/ ujian
(2) Mengakui kesalahan yang diperbuat
(3) Mengakui kekurangan yang dimilikinya
(4) Mengungkapkan pendapat sesuai dengan sebenarnya

3. Menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan:
(1) Datang sebelum pembelajaran dimulai
(2) Sebelum pembelajaran selesai tidak meninggalkan kelas terlebih dahulu
(3) Mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan
(4) Patuh pada peraturan permianan yang telah disepakati

4. Menunjukkan kemampuan diri sendiri untuk mencapai setiap keinginan dan


harapannya:
(1) Berusaha melaksanakan tugas yang diberikan guru secara maksimal
(2) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik
(3) Melaksanakan tugas sesuai yang diajarkan oleh guru
(4) Mau berusaha untuk mengulang tugas yang belum/ tidak bisa

Keterangan penilaian afektif:


Kategori Kriteria perilaku Skor
Sangat Baik Jika peserta didik menunjukan 4 kriteria 4
Baik Jika peserta didik menunjukan 3 kriteria 3
Kurang Jika peserta didik menunjukan 2 kriteria 2
Sangat Kurang Baik Jika peserta didik menunjukan 1 kriteria 1

b. Tes Pengetahuan (Kognitif)


Contoh format penilaian pembelajaran bolabasket melalui permainan P and
C:
142

BUTIR SOAL
Total
No SISWA Aspek Kognitif
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
2
3
4
5
6
Jumlah

Contoh Butir Pertanyaan

1. Apakah kamu tahu cara bermain permainan P and C?


a. Ya
b. Tidak
2. Apakah permainan P and C sulit untuk dimainkan?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah kamu tahu cara dribble bola dalam permainan P and C?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah kamu tahu cara passing bola dalam permainan P and C?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah kamu tahu cara shoting bola dalam permainan P and C?
a. Ya
b. Tidak

Ketererangan Penilaian:

Jawaban Skor

Benar 1
Salah 0
143

Jumlah skor yang diperoleh


Penilaian Kognitif = ----------------------------------------- X 100%
Jumlah skor maksimal

1. Rekapitulasi Penilaian

Aspek Penilaian Nilai


No. Nama Siswa Jumlah Kriteria
Psikomotor Afektif Kognitif Akhir

1.

2.

3.

4.

5.

NIlai Rata-rata

CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
 Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka
diadakan Remedial.

Mengetahui, Semarang, April 2015

Guru Peneliti

Wistoro, S.Pd Bagus Achmad D


NIP. NIM. 6101411012
144

Lampiran 17.
145
146

Lampiran 18.

Dokumentasi

Gambar 1. Bentuk Lapangan P and C pada Skala Kecil


147

Gambar 2. Penjelasan Materi Permainan P and C Skala


Kecil
148

Gambar 3. Pemanasan / Penguluran

Gambar 4. Percobaan Latihan Shooting melewati Tiang tali


pembatas
149

Gambar 5. Bentuk Lapangan P and C Skala Besar


150

Gambar 6. Pemanasan saat Uji Coba Skala Besar

Gambar 7. Pengisian Kuesioner bagi Siswa Uji Coba Skala


Besar
151

Gambar 8. Foto bersama Siswa SLB D YPAC Semarang


Tahun 2015

Anda mungkin juga menyukai