5.4. Modul Teori Kepr. Hiv Aids
5.4. Modul Teori Kepr. Hiv Aids
5.4. Modul Teori Kepr. Hiv Aids
HIV/AIDS
Penyusun :
Ns. Frana Andrianur, S.Kep., M. Kep dan Tim
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan Buku Modul Mata Kuliah Keperawatan
HIV/AIDS bagi mahasiswa dan pembimbing atau dosen pada semester V Program Studi
Pendidikan Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Kaltim tahap Sarjana Terapan
Keperawatan.
Penyusunan Modul ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi mahasiswa dan
pembimbing atau dosen pada saat pembelajaran di kelas maupun praktik di
laboratorium atau tatanan nyata dalam upaya mencapai tujuan Profesi Ners yang
unggul dan dapat bersaing secara nasional dan global.
Penyusun menyadari bahwa modul teori ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan sehingga bisa memberikan manfaat dalam proses belajar mengajar di
kelas maupun di laboratorium dan klinik.
Kegiatan Belajar 2
AsKep Penatalaksanaan Pasien dengan ARV..................................20
Uraian Materi...................................................................................21
Tes Formatif.....................................................................................27
Daftar Pustaka..................................................................................28
Kegiatan Belajar 3
Universal Precaution.......................................................................29
Uraian Materi...................................................................................30
Tes Formatif.....................................................................................35
Daftar Pustaka..................................................................................36
Kegiatan Belajar 4
AsKep pada Ibu Hamil dengan HIV/AIDS......................................37
Kegiatan Belajar 5
AsKep pada Anak dan Remaja dengan HIV/AIDS ........................52
Uraian Materi...................................................................................53
Tes Formatif.....................................................................................72
Daftar Pustaka..................................................................................73
Kegiatan Belajar 6
AsKep pada Klien dengan Penyalahgunaan NAPZA .....................74
Uraian Materi...................................................................................75
Tes Formatif.....................................................................................92
Daftar Pustaka..................................................................................93
Kegiatan Belajar 7
Pendidikan Kesehatan HIV/AIDS & Penyalahgunaan NAPZA .....94
Uraian Materi...................................................................................95
Tes Formatif.....................................................................................102
Daftar Pustaka..................................................................................103
Kegiatan Belajar 8
Trend dan Issue Family Centered Care pada ODHA .....................104
Uraian Materi...................................................................................105
Tes Formatif.....................................................................................109
Daftar Pustaka..................................................................................110
Kegiatan Belajar 9
Manajemen Kasus pada HIV/AIDS & Penyalahgunaan NAPZA...111
Uraian Materi...................................................................................112
Program Studi Pendidikan Profesi NERS
Tahap Sarjana Terapan Keperawatan 5
Tes Formatif.....................................................................................120
Daftar Pustaka..................................................................................121
DESKRIPSI SINGKAT
M
Mata kuliah ini mempelajari tentang trend issue dan perilaku yang berisiko
tertular/menularkan HIV AIDS, Pengkajian bio, psiko, sosial spiritual dan kultural;
pemeriksaan fisik dan diagnostik; tanda dan gejala, dan penatalaksanaan pasien dengan
HIV/AIDS, Prinsip hidup dengan ODHA, family centerd pada ODHA dan stigma pada ODHA, Prinsip
komunikasi konseling pada klien dengan HIV/AIDS, Konseling pada klien dengan HIV/AIDS, Prinsip
perawatan pada bayi dan anak penderita HIV AIDS atau dengan orang tua HIV AIDS, Asuhan
keperawatan pada pasien terminal illnes (palliative care), Pengkajian spiritual dan kultural pada klien
dengan HIV/AIDS dan long term care, Berbagai macam terapi komplementer, Tinjuan agama tentang
penyakit kronis.
Adapun isi deskripsi singkat adalah gambaran isi modul secara keseluruhan yang dimulai dari
modul satu sampai modul yang terakhir. Biasanya yang ditulis adalah seluruh pokok bahasan yang ada.
Bila perlu sampai kepada sub-pokok bahasan. Selain itu ada baiknya dijelaskan kompsisi teori dan
praktek yang terkandung dalam modul.
RELEVANSI
H
al utama yang pertama dijelaskan dalam relevasi adalah keterkaitan isi modul dengan
matakuliah lain. Kedudukannya sebagai prasyarat atau atau lanjutan atau berdiri sendiri.
Kedua, keterakaitan isi modul dengan bidang-bidang pekerjaan tertentu. Ketiga, yang tidak
kalah pentingnya, bagian relevansi ini dapat Anda gunakan untuk meyakinkan pembaca kalau modul
yang Anda tulis benar-benar dapat mencapai tujuan matakuliah dengan cara yang paling efektif dan
efisien.
TUJUAN INSTRUKSIONAL
T
ujuan Instruksional meliputi Tujuan Instruksional Umum atau Tujuan Matakuliah dan Tujuan
Instruksional Khusus atau Tujuan Pokok Bahasan. Tujuan matakuliah adalak kompetensi
umum yang harus dimiliki mahasiswa setelah menyelesaikan matakuliah selama satu
semester. Atau sering disebut target mata kuliah dalam rentang waktu tertentu (satu semester).
Sedangkan Tujuan Instruksional Khusus adalah target dari setiap pokok bahasan.
PETUJUK BELAJAR
A
dalah petunjuk yang harus di ikuti mahasiswa untuk dapat mempelajari isi modul dengan
mudah. Juga hal-hal yang bersifat teknis bila ada. Dengan adanya petunjuk cara mempelajari
modul diharapkan mahasiswa dapat melakukan pembelajaran dengan benar.
120 Menit
PENDAHULUAN
I
nfeksi HIV dan penyakit AIDS saat ini telah menjadi masalah kesehatan global. Selama kurun
waktu 25 tahun, infeksi HIV telah berkembang dengan pesat, bermula dari beberapa kasus di
area dan populasi tertentu hingga menyebar ke seluruh area dan negara di dunia.
AIDS (acquired immune deficiency syndrome) adalah salah satu penyakit yang termasuk
kategori kronis, yang muncul sehubung dengan adanya infeksi yang disebabkan oleh masuknya virus
yang disebut HIV (human immunodeficiency virus). HIV menyerang dan menurunkan fungsi kekebalan
tubuh manusia, dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui pertukaran cairan tubuh saat melakukan
hubngan seksual, melalui darah, melalui air susu ibu yang terpapar HIV, serta melalui penggunaan
jarum suntik secara bersamaan dengan individu yang terpapar HIV. Virus ini secara bertahap membuat
daya tahan tubuh semakin semakin berkurang dan mengarah pada kematian. Sementara hingga saat ini
adalah belum adanya vaksin yang dapat menyembuhkan atau membunuh virus tersebut. Hal ini dapat
membuat penderita AIDS mengalami stress yang tinggi, yang jika tidak diintervensi akan berdampak
negatif bagi kesehatan sehubungan dengan semakin menurunnya fungsi kekebalan tubuh.
Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sindroma penyakit defisiensi imunitas
seluler yang didapat, disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang merusak sel yang
berfungsi untuk sistem kekebalan tubuh yaitu CD4 (Lymphocyte T-helper). Sejak awal HIV/AIDS
menjadi epidemik di seluruh negara di dunia, para klinisi telah melakukan pemeriksaan jumlah sel CD4
pasien sebagai indikator penurunan sistem imun dan untuk memantau risiko progresivitas dari infeksi
HIV. Pada pertengahan tahun 1990, para klinisi mulai juga memantau secara rutin viral load HIV, yang
secara langsung mengukur jumlah virus HIV dalam darah. Dari beberapa penelitian, di antaranya yang
dilakukan oleh John Mellors, MD dkk dan Bryan Lau, MD dkk yang ditampilkan pada 14th Annual
Conference on Retroviruses and Opportunistic Infections (14th CROI) di Los Angeles Februari tahun
2007 menunjukkan bahwa pemeriksaan viral load HIV merupakan prediktor yang lebih baik untuk
melihat progresivitas infeksi HIV dibandingkan pemeriksaan jumlah sel CD4.
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan akan dapat menjelaskan lingkup kesehatan
HIV/AIDS untuk mencapai capaian pembelajaran. Namun sebelumnya Anda diharapkan terlebih dahulu
dapat menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi, dan manifestasi klinis HIV/AIDS.
URAIAN MATERI
A. Definisi HIV/AIDS
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit kekurangan sistem
imun yang disebabkan oleh retrovirus HIV tipe 1 atau HIV tipe 2 (Copstead dan Banasik, 2012).
Infeksi HIV adalah infeksi virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih
infeksi oleh HIV biasanya berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara progresif,
menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan kanker tertentu (terutama pada orang dewasa)
(Bararah dan Jauhar. 2013). Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu
kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV (Sylvia &
Lorraine, 2012).
Definisi Kasus Surveilans untuk infeksi HIV dari CDC menurut Sylvia dan Lorraine
(2012) yaitu: kriteria yang direvisi pada tahun 2000 untuk pelaporan tingkat nasional,
mengombinasikan infeksi HIV dan AIDS dalam satu definisi kasus. Pada orang dewasa , remaja,
atau anak berusia 18 bulan atau lebih, definisi kasus surveilans infeksi HIV dipenuhi apabila
salah satu kriteria laboratorium positif atau dijumpai bukti klinis yang secara spesifik
menunjukkan infeksi HIV dan penyakit HIV berat (AIDS).
Bukti laboratorium untuk infeksi HIV mencangkup reaksi positif berulang terhadap uji-uji
penapisan antibodi yang dikonfirmasi dengan uji suplementer (misal, ELISA, dikonfirmasi
dengan uji Western blot) atau hasil positif atau laporan terdeteksinya salah satu uji nonantibodi
atau virologi HIV: uji antigen p24 HIV dengan pemeriksaan netralisis, biakan virus HIV, deteksi
B. Etiologi
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) disebabkan oleh Human
Immunodeficiency Virus (HIV), suatu retrovirus pada manusia yang termasuk dalam keluarga
lentivirus (termasuk pula virus imunodefisinsi pada kucing, virus imunodefisiensi pada kera,
visna virus pada domba, dan virus anemia infeksiosa pada kuda). Dua bentuk HIV yang berbeda
secara genetik, tetapi berhubungan secara antigen, yaitu HIV-1 dan HIV-2 yang telah berhasil
diisolasi dari penderita AIDS. Sebagian besar retrovirus, viron HIV-1 berbentuk sferis dan
mengandung inti berbentuk kerucut yang padat elektron dan dikelilingi oleh selubung lipid yang
berasal dari membran se penjamu. Inti virus tersebut mengandung kapsid utama protein p24,
nukleokapsid protein p7 atau p9, dua sirina RNA genom, dan ketiga enzim virus (protease,
reserve trancriptase, dan integrase). Selain ketiga gen retrovirus yang baku ini, HIV mengandung
beberapa gen lain (diberi nama dengan tiga huruf, misalnya tat, rev, vif, nef, vpr dan vpu) yang
mengatur sintetis serta perakitan partikel virus yang infeksius (Robbins dkk, 2011).
Menurut Nursalam dan Kurniawati (2011) virus HIV menular melalui enam cara
penularan, yaitu :
1. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS
Hubungan sesual secara vaginal, anal dan oral dengan penderita HIV tanpa
perlindungan bisa menularkan HIV. Selama hubungan seksual berlangsusng, air
mani, cairan vagina, dan darah yang dapat mengenai selaput lendir, penis, dubur, atau
muluh sehingga HIV yang tedapa dalam cairan tersebut masuk ke aliran darah
(PELEKSI, 1995 dalam Nursalam, 2007). Selama berhubungan juga bisa terjadi lesi
mikro pada dinding vagina, dubur dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV untuk masuk
ke aliran darah pasangan seksual.
C. Patofisiologi
Menurut Robbins, Dkk (2011) Perjalanan infeksi HIV paling baik dipahami dengan
menggunakan kaidah saling memengaruhi antara HIV dan sistem imun. Ada tiga tahap yang
dikenali yang mencerminkan dinamika interaksi antara virus dan penjamu. (1) fase akut pada
tahap awal; (2) fase kronis pada tahap menengah; dan (3) fase krisis, pada tahap akhir.
Fase akut menggambarkan respon awal seseorang dewasa yang imunokompeten terhadap
infeksi HIV. Secara klinis, hal yang secara khas merupakan penyakit yang sembuh sendiri yang
terjadi pada 50% hingga 70% dari orang deawasa selama 3-6 minggu setelah infeksi; fase ini
ditandai dengan gejala nonspesifik yaitu nyeri tenggorokan, mialgia, demam, ruam, dan kadang-
kadang meningitis aseptik. Fase ini juga ditandai dengan produksi virus dalam jumlah yang
besar, viremia dan persemaian yang luas pada jaringan limfoid perifer, yang secara khas disertai
dengan berkurangnya sel T CD4+. Namum segera setelah hal itu terjadi, akan muncul respon
imun yang spesifik terhadap virus, yang dibuktikan melalui serokonversi (biasanya dalam
rentang waktu 3 hingga 17 minggu etelah pejanan) dan muali munculnya sel T sitoksik CD8+
yang spesifik terhadap virus. Setelah viremia mereda, sel T CD4+ kembali mendekati jumlah
normal. Namun, berkurangnya virus dalam plasma bukan merupakan penanda berakhirnya
replikasi virus, yang akan terus berlanjut di dalam makrofag dan sel T CD 4+ jaringan.
Fase kronis, pada tahap menengah, menunjukkan tahap penahanan relatif virus. Pada fase
ini, sebagian besar sistem imun masih utuh, tetapi replikasi virus berlanjut hingga beberapa
tahun. Pada pasien tidak menunjukkan gejala ataupun menderita limfadenopati persisten, dan
banyak penderita yang mengalami infeksi oportunistik “ringan” seperti ariawan (Candida) atau
harpes zoster selama fase ini replikasi virus dalam jaringan limfoid terus berlanjut. Pergantian
virus yang meluas akan disertai dengan kehilangan sel CD4+ yang berlanjut. Namun, karena
kemampuan regenerasi sistem imun besar, sel CD4+ akan tergantikan dalam jumlah yang besar.
Oleh karena itu penurunan sel CD4+ dalam darah perifer hanyalah hal yang sederhana. Setelah
melewati periode yang panjang dan beragam, pertahanan penjamu mulai berkurang, jumlah sel
CD4+ mulai menurun, dan jumlah sel CD4+ hidup yang terinfeksi oleh HIV semakin
meningkat. Limfadenopati persisten yang disertai dengan kemunculan gejala konstitusional yang
Latihan ini bukan Tes, atau mengukur penguasaan Anda terhadap kegiatan belajar 1 dari modul media
pembelajaran ini. Latihan ini sebagai pengayaan agar Anda lebih mendalami esensi dari pemilihan suatu
media, yang didasarkan dengan berbagai pertimbangan, diluar pertimbangan utama yaitu untuk
mencapai tjuan pembelajaran. Perhatikan tugas Anda!
1. Anda diminta untuk melakukan perbaikan kualitas pembelajaran mata pelajaran tertentu. Untuk itu
anda diminta untuk membuat disain pembelajaran. Tentukanlah satu topik materi, kemudian
identifikasi jenis media yang akan Anda gunakan dalam proses pembelajaran.
2. Gunakan segala pertimbangan yang ada untuk memilih media yang dibutuhkan. Jangan lupa
mencatumkan alasan-alasan rasional Anda,
Selamat Mengerjakan !
RANGKUMAN
Infeksi HIV adalah infeksi virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih infeksi
oleh HIV biasanya berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara progresif, menyebabkan
terjadinya infeksi oportunistik dan kanker tertentu (terutama pada orang dewasa) (Bararah dan Jauhar.
2013). Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu
yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV (Sylvia & Lorraine, 2012).
Menurut Nursalam dan Kurniawati (2011) virus HIV menular melalui enam cara penularan, yaitu
:
1. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS
2. Ibu pada bayinya
3. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS
4. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
5. Alat-alat untuk menoreh kulit
6. Menggunakan jarum suntik secara bergantian
CD4+ : jenis sel darah putih yang berperan penting dalam sistem kekebalan
tubuh, disebut juga sel T
CD8+ : jenis sel darah putih yang menginduksi kerusakan pada sel yang
terinfeksi atau tumor. Sering disebut Sel T-Killer.
Ensefalopati : kelainan struktur dan fungsi otak akibat proses penyakit.
Harpes simpleks : penyakit yang diakibatkan oleh virus yang menyerang bagian mulut
dan alat kelamin
Histoplasmosis : infeksi jamur pada paru-paru yang disebabkan karena menghirup jamur
Histoplasma capsulatum
Isosporiasis : infeksi pada usus yang disebabkan oleh parasite Isospora belli
Limfoma : kanker pada sistem limfatik yang disebabkan oleh mutasi pada DNA sel-
sel limfosit
Pneumonia : infeksi yang menimbulkan peradangan pada kantung udara, dapat berisi
cairan
Sarkoma Kaposi : kanker yang menyebabkan lesi pada jaringan lunak
Sitomegalovirus : kelompok virus yang dapat menginfeksi manusia
Toksoplasmosis : infeksi yang disebabkan oleh virus Toxoplasma gondii yang biasanya
dijumpai pada kotoran kucing
Arriza, Beta Kurnia., dkk. (2011). Memahami Rekonstruksi Kebahagiaan Pada Orang Dengan
HIV/AIDS (ODHA). Jurnal Psikologi Undip.
Kumar,Cotran,Robbins.(2011). Buku Ajar Patologi (Awal Prasetyo,Brahm U.Pandit, Toni Prilino,
Penerjemah). Jakarta: EGC
Nurasalam. (2011). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV AIDS, Jakarta : Salemba Medika
Nursalam dan Kurniawati, Ninuk Dian. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS.
Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer dan Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol.3. Jakarta: EGC Smeltzer, S.C.,
dan Bare, B.G. (2015). Medical Surgical Neursing (Vol 1): LWW
Susilowati, Susi. (2013). Faktor-Faktor Resiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian HIV dan AIDS di
Semarang dan Sekitarnya.
Sylvia dan Wilson.2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Vol 1 (6rd ed). Jakarta:
EGC
120 Menit
PENDAHULUAN
H
IV menyebabkan terjadinya penurunan kekebalan tubuh sehingga pasien rentan
terhadap serangan infeksi oportunistik. Antiretroviral (ARV) bisa diberikan pada
pasien untuk menghentikana aktivitas virus, memulihkan sitem imun dan
mengurangi terjadinya infeksi oportunistik, memperbaiki kualitas hidup, dan menurunkan
kecacatan. ARV tidak menyembuhkan pasien HIV, namun bisa memperbaiki kualitas hidup
dan memperpanjang usia harapan hidup penderita HIV/AIDS. Obat ARV terdiri atas golongan
seperti nukleoside reverse transcripetase inhibitor, non-nucleotide reverse transciptase
inhibitor dan protease.
Modul ini secara khusus akan membahas berbagai persoalan media dalam kegiatan
pembelajaran. Pada kegiatan belajar satu ini akan dibahas pengertian media itu sendiri, tujuan dan
manfaat penggunaanya, jenis-jenisnya, sampai kepada cara pemilihan yang tepat untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Sedangkan pada kegiatan belajar 2, akan dibahas tentang media pembelajaran berbasis
ICT sebagai media presentasi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
TUJUAN
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan akan dapat menjelaskan asuhan keperawatan
pada pasien dengan ARV untuk mencapai capaian pembelajaranNamun sebelumnya Anda diharapkan
terlebih dahulu dapat menjelaskan tujuan pemberian ARV, jenis ARV, efek samping ARV, peran
perawat terhadap pemberian ARV.
Latihan ini bukan Tes, atau mengukur penguasaan Anda terhadap kegiatan belajar 1 dari modul
media pembelajaran ini. Latihan ini sebagai pengayaan agar Anda lebih mendalami esensi dari
pemilihan suatu media, yang didasarkan dengan berbagai pertimbangan, diluar pertimbangan utama
yaitu untuk mencapai tjuan pembelajaran. Perhatikan tugas Anda!
1. Anda diminta untuk melakukan perbaikan kualitas pembelajaran mata pelajaran tertentu. Untuk
itu anda diminta untuk membuat disain pembelajaran. Tentukanlah satu topik materi, kemudian
identifikasi jenis media yang akan Anda gunakan dalam proses pembelajaran.
2. Gunakan segala pertimbangan yang ada untuk memilih media yang dibutuhkan. Jangan lupa
mencatumkan alasan-alasan rasional Anda,
Selamat Mengerjakan !
RANGKUMAN
TES
FORMATIF
Program Studi Pendidikan Profesi NERS
Tahap Sarjana Terapan Keperawatan 31
1. Bagaimana cara kita sebagai perawat dalam meningkatkan kepatuhan
pasien dalam meminum obat ARV, jelaskan?
2. Jelaskan apa yang akan terjadi apabila pasien tidak mematuhi dalam meminum obat
ARV?
3. Sebutkan 3 macam jenis obat ARV dengan golongan (NRTI) beserta efek
sampingnya?
4. Jelaskan cara kerja obat dari terapi ARV yang diberikan pada pasien HIV/AIDS?
5. Jelaskan mengapa perawat harus memonitoring pemberian ARV?
6. Sebutkan 3 macam hal yang perlu dimonitoring dalam pemberian ARV?
7. Sebutkan tujuan dari pemberian obat ARV?
A.
B.
C.
GLOSARIUM
DAFTAR PUSTAKA
DEPKES RI. 2003. Pedoman nasi onal perawatan, dukungan, dan pengobatan bagi ODHA.
Buku pedoman untuk petugas kesehatan dan petugas lainnya. Jakarta:
Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
lingkungan Depkes RI.
Kegiatan Belajar: 3
Kewaspadaan Universal (Universal
Precaution)
120 Menit
PENDAHULUAN
U
niversal precaution adalah suatu metode atau petunjuk yang dirancang oleh pusat dan
kendali Pencegahan Penyakit untuk mereduksi penyebaran penyakit dan infeksi pada
penyedia pelayanan kesehatan dan pasien yang terdapat di dalam ruang lingkup kesehatan
( Dailey, 2010).
Universal precaution adalah tindakan petugas kesehatan agar dalam melaksanakan pekerjaannya
tidak menimbulkan infeksi silang, yakni infeksi dari dokter/petugas kesehatan ke pasien dan sebaliknya
atau dari pasien satu ke pasien lainnya.
Modul ini secara khusus akan membahas berbagai persoalan media dalam kegiatan
pembelajaran. Pada kegiatan belajar satu ini akan dibahas pengertian media itu sendiri, tujuan dan
manfaat penggunaanya, jenis-jenisnya, sampai kepada cara pemilihan yang tepat untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Sedangkan pada kegiatan belajar 3, akan dibahas tentang media pembelajaran berbasis
ICT sebagai media presentasi untuk mencapai tujuan pembelajaran...
TUJUAN
Prinsip UPI di pelayanan kesehatan adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene
sanitasi ruangan, serta sterilisasi peralatan. Hal ini penting mengingat sebagian orang yang
terinfeksi virus lewat darah seperti HIV dan HBV tidak menunjukkan gejala-gejala fisik.
Universal precaution diterapkan untuk melindungi setiap orang(pasien dan petugas kesehatan)
apakah mereka terinfeksi atau tidak.
Universal precaution berlaku untuk darah, sekresi dan ekskresi(kecuali keringat), luka
pada kulit dan selaput lendir. Penerapan standar ini penting untuk mengurangi resiko penularan
mikroorganisme yang berasal dari sumber infeksi yang diketahui atau tidak diketahui (misalnya
pasien, benda terkontaminasi, jarum suntik bekas pakai, dan spuit) di dalam sistem pelayanan
kesehatan.
Pencegahan yang baik merupakan langkah awal untuk mencegah infeksi nosokomial bagi
1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah melakukan tindakan/
perawatan.
2. Penggunaan alat pelindung yang sesuai untuk setiap tindakan.
3. Pengelolaan dan pembuangan alat-alat tajam dengan hati-hati.
4. Pengelolaan limbah yang tercemar darah/ cairan tubuh dengan aman.
5. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai dengan melakukan dekontaminasi, desinfeksi dan
sterilisasi yang benar.
6. Melakukan skrining adanya antibodi HIV untuk mencegah penyebaran melalui darah,
produk darah dan donor darah.
7. Mencegah penyebaran HIV secara vertikal dari ibu yang terinfeksi HIV ke anak yang
dapat terjadi selama kehamilan, saat persalinan dan saat menyusui.
WHO mencanangkan empat strategi pencegahan penularan HIV terhadap bayi, yaitu:
a. Mencegah seluruh wanita jangan sampai terinfeksi HIV.
b. Bila sudah terinfeksi HIV, cegah jangan sampai ada kehamilan yang tidak
diinginkan.
c. Bila sudah hamil, cegah penularan dari ibu ke bayi dan anaknya.
d. Bila ibu dan anak sudah terinfeksi perlu diberikan dukungan dan perawatan bagi
ODHA dan keluarganya.
8. Layanan Voluntary Counseling & Testing (VCT), yakni merupakan program pencegahan
sekaligus jembatan untuk mengakses layanan manajemen kasus (MK) dan CST (Care,
Support, Trade) atau perawatan, dukungan dan pengobatan bagi ODHA. Layanan VCT
meliputi pre test konseling, testing HIV, dan post-test konseling. Kegiatan tes dan hasil
dijalankan atas dasar prinsip kerahasiaan.
a. Cuci tangan harus selalu dengan sabun antiseptik dan air mengalir.
b. Dilakukan setelah tindakan yang memungkinkan terjadi pencemaran seperti
memeriksa pasien, setelah memegang alat-alat bekas pakai dan menyentuh
selaput mukosa seperti darah atau cairan tubuh lainnya.
2. Sarung tangan
a. Digunakan bila terjadi kontak dengan darah, cairan tubuh dan bahan
terkontaminasi lainnya.
b. Digunakan bila terjadi kontak dengan selaput lendir dan kulit terluka.
c. Sarung tangan rumah tangga daur ulang, bisa dikenakan saat menangani sampah
atau melakukan pembersihan.
d. Gunakan prosedur ini mengingat risiko terbesar adalah paparan terhadap cairan
darah, tidak memperdulikan apa yang diketahui tentang pasien.
e. Jangan didaur ulang. Sarung tangan steril harus selalu digunakan untuk prosedur
antiseptik misalkan pembedahan.
f. Jangan mengurangi kebutuhan cuci tangan meskipun telah memakai sarung
tangan.
3. Masker, masker muka
a. Melindungi selaput lendir mata, hidung dan mulut saat terjadi kontak atau untuk
menghindari cipratan dengan darah dan cairan tubuh.
b. Jangan gunakan untuk perawatan pasien rutin.
c. Ganti tiap berganti pasien.
d. Gunakan untuk pasien dengan infeksi respirasi.
4. Kacamata
a. Gunakan bila terdapat kemungkinan terpapar cairan tubuh.
b. Kacamata memberi sedikit perlindungan, tetapi tidak memberikan perlindungan
menyeluruh.
a. Tangani kain tercemar, cegah sentuhan dengan kulit dan selaput lendir.
b. Dekontaminasi-bilas-laundry
a. Tangani peralatan yang tercemar dengan baik untuk mencegah kontak langsung
dengan kulit atau selaput lendir dan mencegah kontaminasi pada pakaian dan
lingkungan.
b. Dekontaminasi-cuci-sterilisasi.
8. Pembersihan lingkungan
Lakukan perawatan rutin, pembersihan dan desinfektsi peralatan, dan perlengkapan dalam
ruang perawatan pasien.
9. Instrumen tajam
a. Hindari menutup ulang jarum bekas.
b. Gunakan teknik satu tangan jika penutupan ulang jarum bekas penting.
c. Gunakan sarung tangan jika menangani benda tajam.
d. Hindari melepas jarum bekas dari semprit habis pakai.
e. Hindari pembengkokkan, mematahkan, atau memanipulasi jarum bekas dengan
tangan.
f. Dekontaminasi instrumen tajam.
g. Masukkan instrumen tajam ke tempat yang tidak tembus tusukan.
h. Untuk kontainer pembuangan instrumen tajam, terdapat beberapa syarat, yakni
tahan tusukan, diberi label secara jelas, siap tersedia, tahan bocor, dan bisa
ditutup.
10. Resusitasi pasien
Gunakan mounth piece, kantung resusitasi atau alat ventilasi yang lain untuk menghindari
resusitasi dari mulut ke mulut.
11. Penempatan pasien
Program Studi Pendidikan Profesi NERS
Tahap Sarjana Terapan Keperawatan 39
Tempatkan pasien yang terkontaminasi lingkungan dalam ruangan khusus.
LATIHAN
Latihan ini bukan Tes, atau mengukur penguasaan Anda terhadap kegiatan belajar 1 dari modul media
pembelajaran ini. Latihan ini sebagai pengayaan agar Anda lebih mendalami esensi dari pemilihan suatu
media, yang didasarkan dengan berbagai pertimbangan, diluar pertimbangan utama yaitu untuk
mencapai tjuan pembelajaran. Perhatikan tugas Anda!
1. Anda diminta untuk melakukan perbaikan kualitas pembelajaran mata pelajaran tertentu. Untuk itu
anda diminta untuk membuat disain pembelajaran. Tentukanlah satu topik materi, kemudian
identifikasi jenis media yang akan Anda gunakan dalam proses pembelajaran.
2. Gunakan segala pertimbangan yang ada untuk memilih media yang dibutuhkan. Jangan lupa
mencatumkan alasan-alasan rasional Anda,
Selamat Mengerjakan !
RANGKUMAN
Universal precaution adalah suatu metode atau petunjuk yang dirancang oleh pusat dan kendali
Pencegahan Penyakit untuk mereduksi penyebaran penyakit dan infeksi pada penyedia pelayanan
kesehatan dan pasien yang terdapat di dalam ruang lingkup kesehatan ( Dailey, 2010).
Menurut Nursalam (2009) Universal precaution perlu diterapkan dengan tujuan untuk:
1. Mengendalikan infeksi secara konsisten
2. Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak di diagnosis atau tidak terlihat
seperti berisiko
3. Mengurangi risiko bagi petugas kesehatan dan pasien
4. Asumsi bahwa risiko atau infeksi berbahaya.
TES
FORMATIF
Program Studi Pendidikan Profesi NERS
Tahap Sarjana Terapan Keperawatan 40
1. Tindakan pengendalian infeksi sederhana yang digunakan oleh seluruh petugas kesehatan, untuk
semua pasien, pada semua tempat pelayanan dalam rangka mengurangi risiko penyebaran infeksi
disebut…
a. Sanitasi
b. Universal Precaution
c. Kewaspadaan
d. Desinfeksi
2. Yang bukan merupakan tujuan diterapkan Universal Precaution adalah….
a. Infeksi tidak berbahaya
b. Mengendalikan infeksi secara konsisten
c. Asumsi bahwa risiko atau infeksi berbahaya
d. Mengurangi risiko bagi petugas kesehatan dan pasien
3. Komponen dari Universal Precaution adalah…
a. Cuci tangan, sarung tangan
b. Kacamata, baju pelindung
c. Masker, kain
d. Benar semua
4. Sarung tangan digunakan saat-saat tertentu yaitu, kecuali…
a. Bila terjadi kontak dengan lendir
b. Bila tidak terjadi kontak dengan cairan pasien
c. Saat tangan terluka
d. Bila terjadi kontak dengan darah
5. Mereka yang berperilaku sedemikian rupa sehingga sangat beresiko untuk tertular HIV. Masuk
kelompok manakah orang tersebut…
a. Tertular
b. Rentan
c. Risiko
d. masyarakat
A.
B. GLOSARIUM
C.
DAFTAR PUSTAKA
120 Menit
PENDAHULUAN
K
ehamilan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada wanita namun kehamilan dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin terutama pada kehamilan trimester
pertama . wanita hamil trimester pertama pada umumnya mengalami mua, muntah,
nafsu makan berkurang dan kelebihan. Menurunnya kondisi wanita hamil cenderung
memperberat kondisi kliniks wanita dengan penyakit infeksi antara lain infeksi HIV – AIDS
HIV berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Ini adalah retrovirus,
yang berarti virus yang mengunakan sel tubuhnya sendiri untuk memproduksi kembali dirinya. Asal
dari HIV tidak jelas, penemuan kasus awal adalah dari sampel darah yang dikumpulkan tahun 1959 dari
seorang laki–laki dari Kinshasa di Republik Demokrat Congo. Tidak diketahui bagaimana ia terinfeksi.
Modul ini secara khusus akan membahas berbagai persoalan media dalam kegiatan
pembelajaran. Pada kegiatan belajar satu ini akan dibahas pengertian media itu sendiri, tujuan dan
manfaat penggunaanya, jenis-jenisnya, sampai kepada cara pemilihan yang tepat untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Sedangkan pada kegiatan belajar 4, akan dibahas tentang media pembelajaran berbasis
ICT sebagai media presentasi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
TUJUAN
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan akan dapat menjelaskan asuhan keperawatan
pada ibu hamil dengan HIV/AIDS untuk mencapai capaian pembelajaran. Namun sebelumnya Anda
diharapkan terlebih dahulu dapat menjelaskan konsep dasar dari asuhan keperawatan untuk ibu hamil
dengan HIV/AIDS untuk mencapai tujuan pembelajaran.
f. Pemeriksaan Penunjang
Telah dikembangkan sejumlah tes yang sebagian masih bersifat penelitian.
Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta
responnya terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
b. Tes Neurologis
o EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
o Tes Lainnya
o Sinar X dada
o Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut
atau adanya komplikasi lain
o Tes Fungsi Pulmonal
o Deteksi awal pneumonia interstisial
o Skan Gallium Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk
pneumonia lainnya.
c. Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka
system imun akan bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus
tersebut. Antibody terbentuk dalam 3 – 12 minggu setelah infeksi, atau bisa
sampai 6 – 12 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi
awalnya tidak memperlihatkan hasil tes positif. Tapi antibody ternyata tidak
efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human Immunodeficiency Virus(
HIV) dalam darah memungkinkan skrining produk darah dan memudahkan
evaluasi diagnostic. Pada tahun 1985 Food and Drug Administration (FDA)
memberi lisensi tentang uji kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV)
bagi semua pendonor darah atau plasma. Tes tersebut, yaitu:
o Tes Enzym – Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)
Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada
virus Human Immunodeficiency Virus (HIV). ELISA tidak
menegakan diagnosa AIDS tapi hanya menunjukkan bahwa seseorang
terinfeksi atau pernah terinfeksi (HIV). Orang yang dalam darahnya
terdapat antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) disebut
seropositif.
o Western Blot Assay
Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan
memastikan seropositifitas Human Immunodeficiency Virus (HIV)
o Indirect Immunoflouresence
Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas.
o Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )
Mendeteksi protein dari pada antibody.
g. Penatalaksanaan
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa keperawatan NOC NIC
1. Nutrisi kurang dari NOC: 1. Yakinkan diet yang dimakan
kebutuhan tubuh. Nutritional status mengandung tinggi serat untuk
Definisi : asupan nutrisi Nutritional status : mencegah konstipasi.
tidak cukuo untuk food dan fluid 2. Monitor jumlah nutrisi dari
memenuhi kebutuhan Intake kandungan kalori.
metabolic. Nutritional status: 3. Berikan informasi tentang
nutrient intake kebutuhan nutrisi.
Weight control 4. Kaji kemampuan pasien untuk
Kriteria Hasil : mendapatkan nutrisi yang
Adanya peningkatan dibutuhkan.
berat badan sesuai 5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
dengan tujuan. menetukan jumlah kalori dan
Berat badan ideal nutrisi yang di butuhkan pasien.
sesuai dengan tinggi
badan
NIC:
Immune status 1. nspeksi kulit dan membrane
Knowledge: infection mukosa terhdapa kemerahan,
control panas, drainase.
Risk control 2. Instrusikan pasien untuk minum
Kriteria Hasil: antibiotic sesuai resep.
Resiko infeksi Klien bebas dari 3. Ajarkan pasien dan keluarga tanda
Definisi : mengalami tanda dan gejala dan gejala infeksi
4. peningkatan resiko Mendeskripsikan 4. Ajarakan cara menghindari infeksi.
terserang organisme proses penularan
patogenik. penyakit, factor yang
mempengaruhi
penularan serta
penatalaksanaannya
Latihan ini bukan Tes, atau mengukur penguasaan Anda terhadap kegiatan belajar 1 dari modul media
pembelajaran ini. Latihan ini sebagai pengayaan agar Anda lebih mendalami esensi dari pemilihan suatu
media, yang didasarkan dengan berbagai pertimbangan, diluar pertimbangan utama yaitu untuk
mencapai tjuan pembelajaran. Perhatikan tugas Anda!
1. Anda diminta untuk melakukan perbaikan kualitas pembelajaran mata pelajaran tertentu. Untuk itu
anda diminta untuk membuat disain pembelajaran. Tentukanlah satu topik materi, kemudian
identifikasi jenis media yang akan Anda gunakan dalam proses pembelajaran.
2. Gunakan segala pertimbangan yang ada untuk memilih media yang dibutuhkan. Jangan lupa
mencatumkan alasan-alasan rasional Anda,
Selamat Mengerjakan !
RANGKUMAN
Bila seorang ODHA mempunyai keinginan untuk hamil maka perlu memperhatikan beberapa
hal, antara lain; mempertimbangkan kesehatan umumnya, melakukan pemeriksaan yang sesuai dan
mengobati infeksi menular seksual bila ada.
Perempuan hamil biasanya disarankan untuk tidak memakai obat untuk penyakit lain. Namun ini
tidak berlaku untuk wanita dengan HIV dalam penggunaan ARV, karena ARV sangat diperlukan saat
kehamilan. Dengan menggunakan ARV diharapkan akan menghambat perkembangan virus sehingga
tidak ada peningkatan viral load, karena jika terjadi peningkatan viral load pada ibu hamil maka akan
beresiko terjadi penularan antara ibu ke janin. Dalam Pedoman Nasional Pengobatan ART (2011) dalam
program PMTCT (Prevention Mother to Child Transmission)/PPIA (Pencegahan Penularan Ibu Ke
Anak, terapi antiretroviral yang diberikan kepada ibu hamil yang positif HIV adalah HAART (Highly
Active Antiretroviral Theraphie
DAFTAR PUSTAKA
Wulandari, Ning Arti, M.Kep, Ns. 2016. Asuhan Keperawatan pada ODHA (Orang Dengan
HIV/AIDS). Malang: Media Nusa Creative.
PENDAHULUAN
A
IDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi Human
Immunodeficiency virus (HIV).
AIDS adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap
yang disebabkan oleh retrovirus (HIV) yang dapat mempermudah terkena berbagai infeksi seperti
bakteri, jamur, parasit dan virus.
Modul ini secara khusus akan membahas berbagai persoalan media dalam kegiatan
pembelajaran. Pada kegiatan belajar satu ini akan dibahas pengertian media itu sendiri, tujuan dan
manfaat penggunaanya, jenis-jenisnya, sampai kepada cara pemilihan yang tepat untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Sedangkan pada kegiatan belajar 5, akan dibahas tentang media pembelajaran berbasis
ICT sebagai media presentasi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
TUJUAN
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan akan dapat menjelaskan Asuhan Keperawatan pada
Anak dan Remaja dengan HIV/AIDS untuk mencapai capaian pembelajaran.. Namun sebelumnya Anda
diharapkan terlebih dahulu dapat menjelaskan konsep dari asuhan keperawatan anak dan remaja dengan
HIV/AIDS.
3. Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,
dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat. Kandidiasis oral ditandai
oleh bercak-bercak putih seperti krim dalam rongga mulut. Jika tidak diobati,
kandidiasis oral akan berlanjut mengeni esophagus dan lambung. Tanda dan
gejala yang menyertai mencakup keluhan menelan yang sulit dan rasa sakit di
balik sternum (nyeri retrosternal).
b. Neurologik
1). Ensefalopati HIV atau disebut pula sebagai kompleks dimensia AIDS
(ADC; AIDS dementia complex). Manifestasi dini mencakup gangguan
daya ingat, sakit kepala, kesulitan berkonsentrasi, konfusi progresif,
perlambatan psikomotorik, apatis dan ataksia. stadium lanjut mencakup
gangguan kognitif global, kelambatan dalam respon verbal, gangguan
efektif seperti pandangan yang kosong, hiperefleksi paraparesis spastic,
psikosis, halusinasi, tremor, inkontinensia, dan kematian.
2). Meningitis kriptokokus ditandai oleh gejala seperti demam, sakit kepala,
malaise, kaku kuduk, mual, muntah, perubahan status mental dan kejang-
kejang. diagnosis ditegakkan dengan analisis cairan serebospinal.
c. Gastrointestinal
Wasting syndrome kini diikutsertakan dalam definisi kasus yang diperbarui untuk
penyakit AIDS. Kriteria diagnostiknya mencakup penurunan BB > 10% dari BB
awal, diare yang kronis selama lebih dari 30 hari atau kelemahan yang kronis, dan
d. Respirasi
Pneumocystic Carinii. Gejala napas yang pendek, sesak nafas (dispnea), batuk-
batuk, nyeri dada, hipoksia, keletihan dan demam akan menyertai pelbagi infeksi
oportunis, seperti yang disebabkan oleh Mycobacterium Intracellulare (MAI),
cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal, rasa
terbakar, infeksi sekunder dan sepsis. Infeksi oportunis seperti herpes zoster dan
herpes simpleks akan disertai dengan pembentukan vesikel yang nyeri dan
merusak integritas kulit. moluskum kontangiosum merupakan infeksi virus yang
ditandai oleh pembentukan plak yang disertai deformitas. dermatitis sosoreika
akan disertai ruam yang difus, bersisik dengan indurasi yang mengenai kulit
kepala serta wajah.penderita AIDS juga dapat memperlihatkan folikulitis
menyeluruh yang disertai dengan kulit yang kering dan mengelupas atau dengan
dermatitis atopik seperti ekzema dan psoriasis.
f. Sensorik
1) Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata : retinitis
sitomegalovirus berefek kebutaan
4. Penatalaksanaan
a. Perawatan
Menurut Hidayat (2008) perawatan pada anak yang terinfeksi HIV antara lain:
1) Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat dan
mencegah kemungkinan terjadi infeksi
2) Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta keganasan yang
ada
3) Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan
dideosinukleotid, yaitu azidomitidin (AZT) yang dapat menghambat enzim
RT dengan berintegrasi ke DNA virus, sehingga tidak terjadi transkripsi
DNA HIV
4) Mengatasi dampak psikososial
5) Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan penyakit,
dan prosedur yang dilakukan oleh tenaga medis
6) Dalam menangani pasien HIV dan AIDS tenaga kesehatan harus selalu
memperhatikan perlindungan universal (universal precaution)
b. Pengobatan
Hingga kini belum ada penyembuhan untuk infeksi HIV dan AIDS.
Penatalaksanaan AIDS dimulai dengan evaluasi staging untuk menentukan
perkembangan penyakit dan pengobatan yang sesuai. Anak dikategorikan dengan
menmggunakan tiga parameter : status kekebalan, status infeksi dan status klinik
dalam kategori imun : 1) tanpa tanda supresi, 2) tanda supresi sedang dan 3)
tanda supresi berat. Seorang anak dikatakan dengan tanda dan gejala ringan tetapi
tanpa bukti adanya supresi imun dikategorikan sebagai A2. Status imun
didasarkan pada jumlah CD$ atau persentase CD4 yang tergantung usia anak
(Betz dan Sowden, 2002).
5. Pencegahan
Pencegahan infeksi HIV pada bayi dan anak harus dimulai dengan tepat dengan
pencegahan infeksi pada perempuang hamil. Langkah kedua harus menekan pada uji
serologi HIV bagi semua perempuan hamil. Rekomendasi ini penting karena uji coba
pengobatan mutakhir menunjukkan bahwa protocol pengobatan bayi menggunakan obat
yang sama selama beberapa minggu secara signifikan mengurangi angka transmisi dari
ibu ke bayi.
Pemberian zidovudin terhadap wanita hamil yang terinfeksi HIV-1 mengurangi
penularan HIV-1 terhadap bayi secara dermatis. Penggunaan zidovudin (100 mg lima
kali/24 jam) pada wanita HIV-1 dalam 14 minggu kehamilan sampai kelahiran dan
persalinan dan selama 6 minggu pada neonatus (180 mg/m2 secara oral setiap jam)
mengurangi penularan pada 26% resipien palasebo sampai 8% pada resipien zidovudin,
suatu perbedaan yang sangat bermakna. Pelayanan kesehatan A.S. telah menghasilkan
pedoman untuk penggunaan zidovudin pada wanita hamil HIV-1 positif untuk mencegah
penularan HIV-1 perinatal.
Pada semua keadaan dimana ibu mendapat zidovudin untuk mencegah penularan
HIV-1, bayi harus mendapat sirup zidovudin (2 mg/kg setiap 6 jam selama usia 6 minggu
pertama yang mulai dan8 jam sesudah lahir). Jika ibu HIV-1 positif dan tidak
mendapatkan zidovudin, zidovudin harus dimulai pada bayi baru lahir sesegera mungkin
sesudah lahir, tidak ada bukti yang mendukung kemajuan obat dalam mencegah infeksi
6. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Anamnesis
1) Data subjektif, meliputi:
a). Demam dan diare berkepanjangan
b). Pengetahuan pasin/ keluarga tentang AIDS
c). Data nutrisi, intake makan, adanya penurunan berat badan
d). Keluhan pada sistem respirasi (takipnea, batuk, dispnea, hipoksia).
e). Ketidaknyamanan (kaji PQRST)
2) Riwayat penyakit sekarang:
a) BB dan TB yang tidak naik
b) Diare lebih dari 1 bulan.
c) Demam yang berkepanjangan (lebih dari 1 bulan)
d) Mulut dan faring dijumpai bercak – bercak putih
e) Limphodenophati yang menyeluruh
f) Infeksi berulang (OMP, pharingitis)
g) Batuk yang menetap (lebih dari 1 bulan)
h) Dermatitis yang menyeluruh
j). Psikososial: orang tua merasa bersalah, merasa malu dan menarik
diri dari lingkungan.
b. Diagnosa Keperawatan
Menurut Wong (2004) diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada anak
dengan HIV antara lain:
1) Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan akumulasi secret
sekunder terhadap hipersekresi sputum karena proses inflamasi
2) Hipertermi berhubungan dengan pelepasan pyrogen dari hipotalamus
sekunder terhadap reaksi antigen dan antibody (Proses inflamasi)
3) Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan
pemasukan dan pengeluaran sekunder karena kehilangan nafsu makan dan
diare
4) Perubahan eliminasi (diare) yang berhubungan dengan peningkatan motilitas
usus sekunder proses inflamasi system pencernaan
5) Risiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan dermatitis
seboroik dan herpers zoster sekunder proses inflamasi system integumen
6) Risiko infeksi (ISK) berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh,
adanya organisme infeksius dan imobilisasi
7) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kekambuhan penyakit, diare, kehilangan nafsu makan, kandidiasis oral
8) Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan pembatasan fisik,
hospitalisasi, stigma sosial terhadap HIV
9) Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK sekunder proses penyakit
(misal: ensefalopati, pengobatan).
Program Studi Pendidikan Profesi NERS
Tahap Sarjana Terapan Keperawatan 69
10) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak dengan
penyakit yang mengancam hidup.
c. Intervensi Keperawatan
Menurut Betz dan Sowden (2002) intervensi keperawatan yang dapat dilakukan
oleh seorang perawat terhadap anak dan ibu yang sudah menderita infeksi HIV
antara lain :
1) Lindungi bayi, anak atau remaja dari kontak infeksius, meskipun kontak
biasa dari orang ke orang tidak menularkan HIV
2) Cegah penularan infeksi HIV dengan membersihkan bekas darah atau
cairan tubuh lain dengan larutan khusus, pakai sarung tangan lateks bila
akan terpajan darah atau cairan tubuh, pakai masker dengan pelindung mata
jika ada kemungkinan terdapat aerosolisasi atau terkena percikan darah atau
cairan tubuh, cuci tangan setelah terpajan darah atau cairan tubuh dan
sesudah lepasa sarung tangan, sampah-sampah yang terrkontaminasi darah
dimasukkan ke dalam kantong plastik limbah khusus.
3) Lindungi anak dari kontak infeksius bila tingkat kekebalan anak rendah
dengan cara lakukan skrining infeksi, tempatkan anak bersama anak yang
non infeksi dan batasi pengunjung dengan penyakit infeksi.
4) Kaji pencapaian perkembangan anak sesuai usia dan pantau pertumbuhan
(tinggi badan, berat badan, lingkar kepala
5) Bantu keluarga untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat
kepatuhan terhadap perencanaan pengobatan
6) Ajarkan pada anak dan keluarga untuk menghubungi tim kesehatan bila
terdapat tanda-tanda dan gejala infeksi, ajarkan pada anak dan keluarga
memberitahu dokter tentang adanya efek samping
7) Ajarkan pada anak dan keluarga tentang penjadualan pemeriksaan tindak
lanjut : nama dan nomor telepon dokter serta anggota tim kesehatan lain
yang sesuai, tanggal dan waktu serta tujuan kunjungan pemeriksaan tindak
lanjut
Masa inkubasi 6 bulan sampai 5 tahun, Window period selama 6-8 minggu
adalah waktu saat tubuh sudah terinfeksi HIV tetapi belum terdeteksi oleh pemeriksaan
laboratorium, seorang dengan HIV dapat bertahan sampai dengan 5 tahun, jika tidak
diobati maka penyakit ini akan bermanifestasi sebagai AIDS, Gejala klinis muncul
sebagai penyakit yang tidak khas seperti : Diare, Kandidiasis mulut yang luas,
Pneumonia interstisialislimfositik, Ensefalopati kronik. Ada beberapa gejala dan tanda
mayor (menurut WHO) antara lain: kehilangan berat badan (BB) > 10%, Diare Kronik
> 1 bulan, Demam > 1 bulan. Sedangkan tanda minornya adalah : Batuk menetap > 1
bulan, Dermatitis pruritis (gatal), Herpes Zoster berulang, Kandidiasis orofaring,
Herpes simpleks yang meluas dan berat, Limfadenopati yang meluas. Tanda lainnya
adalah :Sarkoma Kaposi yang meluas, Meningitis kriptokokal.
Gejala AIDS timbul 5-10 tahun setelah terinfeksi HIV. Beberapa orang tidak
mengalami gejala saat terinfeksi pertama kali.Sementara yang lainnya mengalami gejala-
gejala seperti flu, termasuk demam, kehilangan nafsu makan, berat badan turun, lemah
dan pembengkakan saluran getah bening.Gejala-gejala tersebut biasanya menghilang
Program Studi Pendidikan Profesi NERS
Tahap Sarjana Terapan Keperawatan 71
dalam seminggu sampai sebulan, dan virus tetap ada dalam kondisi tidak aktif (dormant)
selama beberapa tahun. Namun, virus tersebut secara terus menerus melemahkan sistem
kekebalan, menyebabkan orang yang terinfeksi semakin tidak dapat bertahan terhadap
infeksi-infeksi oportunistik.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes Serologis
o Tes blood western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
o Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
o Sel T4 helper
Indikator system imun.
o T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper
( T8 ke T4 ) mengindikasikan supresi imun.
o P24 ( Protein pembungkus HIV)
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi
o Kadar Immunoglobulin
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
o Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer
monoseluler.
o Tes PHS
o Kapsul hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif
b. Tes Neurologis
o EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
o Tes Lainnya
o Sinar X dada
c. Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka
system imun akan bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus
tersebut. Antibody terbentuk dalam 3 – 12 minggu setelah infeksi, atau bisa
sampai 6 – 12 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi
awalnya tidak memperlihatkan hasil tes positif. Tapi antibody ternyata tidak
efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human Immunodeficiency
Virus( HIV) dalam darah memungkinkan skrining produk darah dan
memudahkan evaluasi diagnostic. Pada tahun 1985 Food and Drug
Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji kadar Human
Immunodeficiency Virus (HIV) bagi semua pendonor darah atau plasma. Tes
tersebut, yaitu:
o Tes Enzym – Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)
Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus
Human Immunodeficiency Virus (HIV). ELISA tidak menegakan diagnosa
AIDS tapi hanya menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah
terinfeksi (HIV). Orang yang dalam darahnya terdapat antibody Human
Immunodeficiency Virus (HIV) disebut seropositif.
o Western Blot Assay
Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan
memastikan seropositifitas Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Program Studi Pendidikan Profesi NERS
Tahap Sarjana Terapan Keperawatan 73
o Indirect Immunoflouresence
Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas.
o Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )
Mendeteksi protein dari pada antibody.
3. Penatalaksanaan
a. Penanganan infeksi yang berhubungan dengan HIV serta maliginasi, pengentian
replikasi HIV lewat preparat antivirus dan penguatan serta pemulihan system imun
melaui pengunaan preparat imnimodulator.
b. Terapi farmakologi
1) Obat primer di setujiu untuk terapi HIV yaitu azidodeoksimetidin
(zidovudine,A2T cretevir) berfungsi untuk memperlambat kematian dan
menurunkan frekuensi serta bertanya penyakit oportunistik.
2) Asitimidin terkendali pada wanita hamil mengurangi resiko transmisi HIV
dari wanita yang terinfeksi kejaninnya.
3) Perawatan suportif sangat penting karena infeksi HIV sangat menurunkan
kedaan imun pasien (mencankup, kelemahan, malnutris, imobilisasi,
kerusakan kulit dan perubahan status mental).
4) Memberikan perawatan kesehatan efektif dengan penuh kasih saying dan
obyektif pada semua individu (mencakup, malnutrisi, optimum, istirahat,
latihan fisik, dan reduksi stress) (purwaningsih, wahyu.2010)
4. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas Klien
Nama, umur, tanggal lahir, no.registrasi, alamat, pekerjaan, agama,
suku/bangsa, diagnose medis.
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien memiliki riwayat melakukan hubungan seksual
dengan pasangan yang positif mengidap HIV/AIDS, pasangan
seksual multiple, aktivitas seksual yang tidak terlindung, seks
anal, homoseksual, penggunaan kondom yang tidak konsisten,
menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan
Program Studi Pendidikan Profesi NERS
Tahap Sarjana Terapan Keperawatan 74
kerentanan terhadap virus pada wanita yang terpajan karena
peningkatan kekeringan/friabilitas vagina), pemakai obat-
obatan IV dengan jarum suntik yang bergantian, riwayat
menjalani transfusi darah berulang, dan mengidap penyakit
defesiensi imun.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan mudah lelah, berkurangnya
toleransi terhadap aktivitas biasanya, sulit tidur, merasa tidak
berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, kehilangan
kontrol diri, depresi, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi,
diare intermitten, terus-menerus yang disertai/tanpa kram
abdominal, tidak nafsu makan, mual/muntah, rasa sakit/tidak
nyaman pada bagian oral, nyeri retrosternal saat menelan,
pusing, sakit kepala, tidak mampu mengingat sesuatu,
konsentrasi menurun, tidak merasakan perubahan
posisi/getaran, kekuatan otot menurun, ketajaman penglihatan
menurun, kesemutan pada ekstremitas, nyeri, sakit, dan rasa
terbakar pada kaki, nyeri dada pleuritis, nafas pendek, sering
batuk berulang, sering demam berulang, berkeringat malam,
takut mengungkapkan pada orang lain dan takut ditolak
lingkungan, merasa kesepian/isolasi, menurunnya libido dan
terlalu sakit untuk melakukan hubungan seksual.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat HIV/AIDS pada keluarga, kehamilan keluarga dengan
HIV/AIDS, keluarga pengguna obat- obatan terlarang.
3) Pengkajian Fisik
a) Aktivitas dan Istirahat
Massa otot menurun, terjadi respon fisiologis terhadap aktivitas
seperti perubahan pada tekanan darah, frekuensi denyut jantung,
dan pernafasan
b) Sirkulasi
Takikardi, perubahan tekanan darah postural, penurunan
2 Gangguan pemenuhan
a. Nutritional status: 1. Kaji adanya alergi makanan
nutrisi kurang dari
Adequacy of nutrient 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
kebutuhan berhubungan
b. Nutritional Status : untuk menentukan jumlah kalori
dengan nafsu makan
food and Fluid Intake dan nutrisi yang dibutuhkan
menurun
c. Weight Control pasien
Kriteria hasil 3. Yakinkan diet yang dimakan
a. Albumin serum mengandung tinggi serat untuk
b. Pre albumin serum mencegah konstipasi
c. Hematokrit 4. Monitor adanya penurunan
d. Hemoglobin BB dan gula darah
e. Total iron binding 5. Monitor turgor kulit
f. capacity 6. Monitor mual dan muntah
g. Jumlah limfosit 7. Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
8. Monitor intake nuntrisi
9. Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
Latihan ini bukan Tes, atau mengukur penguasaan Anda terhadap kegiatan belajar 1 dari modul
media pembelajaran ini. Latihan ini sebagai pengayaan agar Anda lebih mendalami esensi dari
pemilihan suatu media, yang didasarkan dengan berbagai pertimbangan, diluar pertimbangan
utama yaitu untuk mencapai tjuan pembelajaran. Perhatikan tugas Anda!
1. Anda diminta untuk melakukan perbaikan kualitas pembelajaran mata pelajaran tertentu.
Untuk itu anda diminta untuk membuat disain pembelajaran. Tentukanlah satu topik materi,
kemudian identifikasi jenis media yang akan Anda gunakan dalam proses pembelajaran.
2. Gunakan segala pertimbangan yang ada untuk memilih media yang dibutuhkan. Jangan lupa
mencatumkan alasan-alasan rasional Anda,
Selamat Mengerjakan !
RANGKUMAN
Dengan sedikit pengecualian, bayi dengan infeksi HIV perinatal secara klinis dan
imunologis normal saat lahir. Kelainan fungsi imun yang secara klinis tidak tampak sering
mendahului gejala-gejala terkait HIV, meskipun penilaian imunologik bayi beresiko dipersulit
oleh beberapa factor unik. Pertama, parameter spesifik usia untuk hitung limfosit CD4 dan
resiko CD4/CD8 memperlihatkan jumlah CD4 absolut yang lebih tinggi dan kisaran yang
lebih lebar pada awal masa bayi, diikuti penurunan terhadap pada beberapa tahun pertama.
Masa inkubasi 6 bulan sampai 5 tahun, Window period selama 6-8 minggu adalah
waktu saat tubuh sudah terinfeksi HIV tetapi belum terdeteksi oleh pemeriksaan laboratorium,
seorang dengan HIV dapat bertahan sampai dengan 5 tahun, jika tidak diobati maka penyakit
ini akan bermanifestasi sebagai AIDS, Gejala klinis muncul sebagai penyakit yang tidak khas
seperti : Diare, Kandidiasis mulut yang luas, Pneumonia interstisialislimfositik, Ensefalopati
kronik. Ada beberapa gejala dan tanda mayor (menurut WHO) antara lain: kehilangan berat
badan (BB) > 10%, Diare Kronik > 1 bulan, Demam > 1 bulan. Sedangkan tanda minornya
adalah : Batuk menetap > 1 bulan, Dermatitis pruritis (gatal), Herpes Zoster berulang,
TES
FORMATIF
1. Gejala HIV tidak spesifik didaftar oleh The Centers For Diseasen Control sebagai bagian
definisi mencakup demam, kegagalan berkembang, hepatomegali dan splenomegali,
limfadenopati generalisata (didefinisikan sebagai nodul yang >0,5 cm terdapat pada 2 atau
lebih area tidak bilateral selama >2 bulan), parotitis, dan diare. Pernyataan tersebut
merupakan…
a. Manifestasi klinis HIV/AIDS
b. Pencegahan HIV/AIDS
c. Intervensi HIV/AIDS
d. Penanganan HIV/AIDS
2. Yang merupakan bentuk komplikasi infeksi HIV pada bayi adalah…
a. Oral Lesi
b. Meningitis kriptokokus
c. Diare
d. Benar Semua
3. Lindungi bayi, anak atau remaja dari kontak infeksius, meskipun kontak biasa dari orang ke
orang tidak menularkan HIV. Pernyataan tersebut merupakan…
a. Penanganan HIV/AIDS
b. Pencegahan HIV/AIDS
c. Intervensi HIV/AIDS
d. Manifestasi klinis HIV/AIDS
4. Gejala AIDS akan muncul setelah … tahun setelah terinfeksi HIV.
a. 5-10 tahun
b. 5 tahun
c. 10-15 tahun
d. 8 tahun
Program Studi Pendidikan Profesi NERS
Tahap Sarjana Terapan Keperawatan 81
Program Studi Pendidikan Profesi NERS
Tahap Sarjana Terapan Keperawatan 82
5. Yang bukan merupakan terapi farmakologi penganan HIV/AIDS pada remaja yaitu…
a. Obat primer
b. Asitimidin
c. Perawatan suportif
d. Preparat antivirus
DAFTAR PUSTAKA
Christine L. Mudge-Grout, 1992, Immunologic Disorders, Mosby Year Book, St. Louis.
Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni
Made S, EGC, Jakarta
Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.
Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs Approach,J.B.
Lippincott Company, London.
Phipps, Wilma. et al, 1991, Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical Practice, 4th
edition, Mosby Year Book, Toronto
Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua, EGC,
Jakarta.
Smeltzer , Bare, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah , Brunner dan suddart, Edisi
8, Jakarta, EGC
PENDAHULUAN
P
enyalahgunaan NAPZA adalah suatu penyimpangan perilaku yang disebabkan oleh
pengguna yang terus-menerus sampai terjadi masalah. Pengguna NAPZA dapat
mengalami kondisi lanjut yaitu: ketergantungan napza yang merupakan suatu kondisi
yang cukup berat dan parah sehingga mengalami sakit yang cukup berat ditandai dengan
ketergantungan fisik (sindrom putus zat dan toleransi). Sindrom putus zat adalah suatu kondisi
dimana individu yang menggunakan napza, menurunkan atau menghentikan penggunaan napza
sehingga akan menimbulkan gejala kebutuhan biologi terhadap NAPZA (Farida & Yudi, 2010).
Modul ini secara khusus akan membahas berbagai persoalan media dalam kegiatan
pembelajaran. Pada kegiatan belajar satu ini akan dibahas pengertian media itu sendiri, tujuan
dan manfaat penggunaanya, jenis-jenisnya, sampai kepada cara pemilihan yang tepat untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan pada kegiatan belajar 6, akan dibahas tentang media
pembelajaran berbasis ICT sebagai media presentasi untuk mencapai tujuan pembelajaran...
TUJUAN
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan akan dapat menjelaskan Asuhan
Keperawatan Penyalahgunaan NAPZA untuk mencapai capaian pembelajaran. Namun
sebelumnya Anda diharapkan terlebih dahulu dapat menjelaskan konsep dasar NAPZA untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
A. Definisi
NAPZA adalah (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) adalah bahan/zat/obat
yang apabila masuk kedalam tubuh manusia bisa mempengaruhi tubuh terutama pada
otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan
fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan
(dependensi) terhadap NAPZA. NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu
zat yang bekerja pada otak, sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, pikiran
( Eko, 2014).
Penyalahgunaan NAPZA adalah suatu penyimpangan perilaku yang disebabkan
oleh pengguna yang terus-menerus sampai terjadi masalah. Pengguna NAPZA dapat
mengalami kondisi lanjut yaitu: ketergantungan napza yang merupakan suatu kondisi
yang cukup berat dan parah sehingga mengalami sakit yang cukup berat ditandai dengan
ketergantungan fisik (sindrom putus zat dan toleransi). Sindrom putus zat adalah suatu
kondisi dimana individu yang menggunakan napza, menurunkan atau menghentikan
penggunaan napza sehingga akan menimbulkan gejala kebutuhan biologi terhadap
NAPZA (Farida & Yudi, 2010).
B. Jenis-jenis NAPZA
Jenis-jenis NAPZA menurut Eko (2014), jenis-jenis NAPZA meliputi :
1. Heroin : serbuk putih seperti tepung yang bersifat opioid atau menekan nyeri dan
juga depressan SSP.
2. Kokain : diolah dari pohon Coca yang punya sifat halusinogenik.
3. Putau : golongan heroin
4. Ganja : berisi zat kimia delta-9-tetra hidrokanbinol, berasal dari daun Cannabis
yang dikeringkan, konsumsi dengan cara dihisap seperti rokok tetapi
menggunakan hidung.
5. Shabu-shabu : kristal yang berisi methamphetamine, dikonsumsi dengan
menggunakan alat khusus yang disebut Bong kemudian dibakar.
C. Manifestasi Klinis
Menurut Eko (2014) tanda dan gejala dapat dilihat sebagai berikut :
1. Tingkah laku pasien pengguna zat sedatif hipnotik
a. Menurunnya sifat menahan diri
b. Jalan tidak stabil, koordinasi motorik kurang
c. Bicara cadel, bertele-tele
d. Sering datang ke dokter untuk minta resep
e. Kurang perhatian
f. Sanggat gembira, berdiam, (depresi), dan kadang bersikap
bermusuhan
g. Gangguan dalam daya pertimbangan
h. Dalam keadaan yang over dosis, kesadaran menurun, koma dan dapat
menimbulkan kematian
i. Meningkatkan rasa percaya diri
2. Tingkah laku pasien pengguna ganja
a. Kontrol diri menurun bahkan hilang
b. Menurunnya motivasi perubahan diri
c. Ephoria ringan
3. Tingkah laku pasien pengguna alkohol
a. Sikap bermusuhan
b. Kadang bersikap murung, berdiam
c. Kontrol diri menurun
d. Suara keras, bicara cadel, dan kacau
e. Agresi
f. Minum alkohol pagi hari atau tidak kenal waktu
g. Partisipasi di lingkungan social kurang
h. Daya pertimbangan menurun
sebagai berikut :
3. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap kegiatan ketika perawat mengaplikasikan
asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu
pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki
perawat pada tahap implementasi ialah kemampuan komunikasi yang efektif,
kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu,
kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan melakukan observasi
sistematik, kemampuan evaluasi (Asmandi, 2008).
Intervensi keperawatan berlangsung dalam tiga tahap, fase pertama
adalah fase persiapan yang mencangkup pengetahuan tentang validasi rencana,
implementasi rencana, persiapan pasien dan keluarga. Fase kedua adalah puncak
implementasi keperawatan yang berorientasi pada tujuan. Pada fase ini, perawat
menyimpulkan data yang dihubungkan dengan reaksi klien. Terakhir fase ketiga
adalah terminasi perawat sampai pasien setelah implementasi keperawatan selesai
dilakukan (Asmandi, 2008).
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan dan sistematik dan terencana antara hasil akhir yang
teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan
tenaga kerja lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukan tercapainya tujuan dan
Latihan ini bukan Tes, atau mengukur penguasaan Anda terhadap kegiatan belajar 1 dari modul
media pembelajaran ini. Latihan ini sebagai pengayaan agar Anda lebih mendalami esensi dari
pemilihan suatu media, yang didasarkan dengan berbagai pertimbangan, diluar pertimbangan
utama yaitu untuk mencapai tjuan pembelajaran. Perhatikan tugas Anda!
1. Anda diminta untuk melakukan perbaikan kualitas pembelajaran mata pelajaran tertentu.
Untuk itu anda diminta untuk membuat disain pembelajaran. Tentukanlah satu topik materi,
kemudian identifikasi jenis media yang akan Anda gunakan dalam proses pembelajaran.
2. Gunakan segala pertimbangan yang ada untuk memilih media yang dibutuhkan. Jangan lupa
mencatumkan alasan-alasan rasional Anda,
Selamat Mengerjakan !
RANGKUMAN
NAPZA adalah (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) adalah bahan/zat/obat yang
apabila masuk kedalam tubuh manusia bisa mempengaruhi tubuh terutama pada otak/susunan
saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena
terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.
NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada otak, sehingga
menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, pikiran. ( Eko, 2014).
Penyalahgunaan NAPZA adalah suatu penyimpangan perilaku yang disebabkan oleh
pengguna yang terus-menerus sampai terjadi masalah. Pengguna NAPZA dapat mengalami
kondisi lanjut yaitu: ketergantungan napza yang merupakan suatu kondisi yang cukup berat dan
parah sehingga mengalami sakit yang cukup berat ditandai dengan ketergantungan fisik (sindrom
putus zat dan toleransi). Sindrom putus zat adalah suatu kondisi dimana individu yang
menggunakan napza, menurunkan atau menghentikan penggunaan napza sehingga akan
menimbulkan gejala kebutuhan biologi terhadap NAPZA (Farida & Yudi, 2010).
A.
B.
C.
GLOSARIUM
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
P
endidikan Kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis dimana perubahan
tersebut bukan sekedar proses transfer materi atau teori dari seseorang ke orang lain dan
bukan pula seperangkat prosedur, akan tetapi perubahan tersebut terjadi karena adanya
kesadaran dari dalam individu, kelompok, atau masyarakat itu sendiri (Wahid & Nurul, 2009).
Modul ini secara khusus akan membahas berbagai persoalan media dalam kegiatan
pembelajaran. Pada kegiatan belajar satu ini akan dibahas pengertian media itu sendiri, tujuan
dan manfaat penggunaanya, jenis-jenisnya, sampai kepada cara pemilihan yang tepat untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan pada kegiatan belajar 7, akan dibahas tentang media
pembelajaran berbasis ICT sebagai media presentasi untuk mencapai tujuan pembelajaran...
TUJUAN
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan akan dapat menjelaskan pendidikan
kesehatan HIV/AIDS dan penyalahgunaan NAPZA untuk mencapai capaian pembelajaran.
Namun sebelumnya Anda diharapkan terlebih dahulu dapat menjelaskan langkah-langkah dalam
pendidikan kesehatan HIV/AIDS dan penyalahgunaan NAPZA.
Hampir semua orang yang terinfeksi HIV akhirnya akan menjadi AIDS dan
meninggal karena komplikasi-komplikasi yang berhubungan dengan AIDS Konsekuensi
yang mungkin terjadi pada janin dan bayi yaitu 20-30% dari bayi yang lahir dari ibu yang
terinfeksi HIV akan terinfeksi HIV juga dan gejala-gejala dari AIDS akan muncul dalam satu
tahun pertama kelahiran. Dua puluh persen dari bayi-bayi yang terinfeksi tersebut akan
meninggal pada saat berusia 18 bulan. Obat antiretroviral yang diberikan pada saat hamil
dapat menurunkan risiko janin untuk terinfeksi HIV dalam proporsi yang cukup besar.
Kehamilan pada ibu-ibu dengan HIV positif akan berpengaruh buruk bagi bayinya, karena
itu Ibu penderita AIDS atau HIV positif, dianjurkan untuk tidak hamil atau bila hamil perlu
dipertimbangkan secara hukum peraturan yang memperbolehkan dilakukannya pengguguran
kandungan (indikasi medis), hal ini dengan sendirinya akan menurunkan morbiditas
3. Kuratif
Program ini juga dikenal dengan program pengobatan dimana program ini
ditujukan kepada para peakai narkoba.Tujuan dari program ini adalah mebantu
mengobati ketergantungan dan menyembuhkan penyakit sebagai akibat dari pemakaian
narkoba, sekaligus menghentikan peakaian narkoba.Tidak sembarang pihak dapat
4. Rehabilitatif
Program ini disebut juga sebagai upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga
yang ditujukan kepada penderita narkoba yang telah lama menjalani program kuratif.
Tujuannya agar ia tidak memakai dan bisa bebas dari penyakit yang ikut
menggerogotinya karena bekas pemakaian narkoba. Kerusakan fisik, kerusakan mental
dan penyakit bawaan macam HIV/AIDS biasanya ikut menghampiri para pemakai
narkoba. Itulah sebabnya mengapa pengobatan narkoba tanpa program rehabilitasi
tidaklah bermanfaat. Setelah sembuh masih banyak masalah yang harus dihadapi oleh
bekas pemakai tersebut, yang terburuk adalah para penderita akan merasa putus asa
5. Represif
Ini merupakan program yang ditujukan untuk menindak para produsen, bandar,
pengedar dan pemakai narkoba secara hukum.Program ini merupakan instansi peerintah
yang berkewajiban mengawasi dan mengendalikan produksi aupun distribusi
narkoba.Selain itu juga berupa penindakan terhadap pemakai yang melanggar undang-
undang tentang narkoba. Instansi yang terkain dengan program ini antara lain polisi,
Departemen Kesehatan, Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Imigrasi, Bea
Cukai, Kejaksaan, Pengadilan. Begitu luasnya jangkauan peredaran gelap narkoba ini
tentu diharapkan peran serta masyarakat, termasuk LSM dan lembaga kemasyarakatan
lain untuk berpartisipasi membantu para aparat terkait tersebut.
Masyarakat juga harus berpartisipasi, paling tidak melaporkan segala hal yang
berhubungan dengan kegiatan yang terkait dengan penyalahgunaan narkoba
dilingkungannya. Untuk memudahkan partisipasi masyarakat tersebut, polisi harus ikut
LATIHAN
Latihan ini bukan Tes, atau mengukur penguasaan Anda terhadap kegiatan belajar 1 dari modul
media pembelajaran ini. Latihan ini sebagai pengayaan agar Anda lebih mendalami esensi dari
pemilihan suatu media, yang didasarkan dengan berbagai pertimbangan, diluar pertimbangan
utama yaitu untuk mencapai tjuan pembelajaran. Perhatikan tugas Anda!
1. Anda diminta untuk melakukan perbaikan kualitas pembelajaran mata pelajaran tertentu.
Untuk itu anda diminta untuk membuat disain pembelajaran. Tentukanlah satu topik materi,
kemudian identifikasi jenis media yang akan Anda gunakan dalam proses pembelajaran.
2. Gunakan segala pertimbangan yang ada untuk memilih media yang dibutuhkan. Jangan lupa
mencatumkan alasan-alasan rasional Anda.
Selamat Mengerjakan !
Prisnip “ABC” ini telah dipakai dan dibakukan secara internasional, sebagai cara paling
efektif mencegah HIV lewat hubungan seksual.
Prinsip “ABC” itu adalah :
A. : Anda jauhi seks sampai anda kawin atau menjalin hubungan jangka panjang dengan
pasangan (Abstinesia)
B. : Bersikap saling setia dengan pasangan dalam hubungan perkawinan atau hubungan
jangka panjang tetap (Be faithful)
C. : Cegah dengan memakai kondom yang benar dan konsisten untuk penjaja seks atau
orang yang tidak mampu melaksanakan A dan B (Condom)
Untuk penularan non seksual berlaku prinsip “D” dan “E” yaitu :
D. : Drug; “say no to drug” atau katakan tidak pada napza/narkoba
E. :Equipment; “no sharing”jangan memakai alat suntik secara bergantian.
Sedangkan untuk penyalahgunaan NAPZA dilakukan dengan beberapa proses seperti:
1. Promotif
2. Preventif
3. Kuratif
4. Rehabilitatif
5. Represif
2. Pada program ini yang menjadi sasaran pembinaanya adalah para anggota masyarakat
yang belum memakai atau bahkan belum mengenal narkoba sama sekali. Pernyataan
tersebut salah satu program pendidikan kesehatan NAPZA di bidang…
a. Promotif
b. Kuratif
c. Rehabilitatif
d. Preventif
3. Yang merupakan kegiatan dari langkah preventif pendidikan kesehatan NAPZA yaitu,
kecuali..
a. Kampanye anti penyalahgunaan narkoba
b. Penyuluhan seluk beluk narkoba
c. Pendidikan dan pelatihan kelompok sebaya
d. Pengobatan alternatif
4. Pengobatan terhadap kerusakan organ tubuh akibat pemakaian narkoba merupakan salah
satu kegiatan dari sisi…
a. Promotif
b. Kuratif
c. Rehabilitatif
d. Preventif
a. Represif
b. Kuratif
c. Promotif
d. Preventif
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
B
anyak issue legal yang terjadi dalam perawatan pasien. Perawatan pasien dengan
HIV/AIDS menimbulkan banyak masalah sulit baik tentang tes HIV, stigma dan
diskriminasi, masalah dipekerjaan, dan masih banyak masalah yang lain.
Modul ini secara khusus akan membahas berbagai persoalan media dalam kegiatan
pembelajaran. Pada kegiatan belajar satu ini akan dibahas pengertian media itu sendiri, tujuan
dan manfaat penggunaanya, jenis-jenisnya, sampai kepada cara pemilihan yang tepat untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan pada kegiatan belajar 8, akan dibahas tentang media
pembelajaran berbasis ICT sebagai media presentasi untuk mencapai tujuan pembelajaran..
TUJUAN
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan akan dapat menjelaskan trend dan issue
HIV/AIDS Family Centered pada ODHA untuk mencapai capaian pembelajaran. Namun
sebelumnya Anda diharapkan terlebih dahulu dapat menjelaskan konsep family centered care
dan pelaksanaanya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Latihan ini bukan Tes, atau mengukur penguasaan Anda terhadap kegiatan belajar 1 dari modul
media pembelajaran ini. Latihan ini sebagai pengayaan agar Anda lebih mendalami esensi dari
pemilihan suatu media, yang didasarkan dengan berbagai pertimbangan, diluar pertimbangan
utama yaitu untuk mencapai tjuan pembelajaran. Perhatikan tugas Anda!
1. Anda diminta untuk melakukan perbaikan kualitas pembelajaran mata pelajaran tertentu.
Untuk itu anda diminta untuk membuat disain pembelajaran. Tentukanlah satu topik materi,
kemudian identifikasi jenis media yang akan Anda gunakan dalam proses pembelajaran.
2. Gunakan segala pertimbangan yang ada untuk memilih media yang dibutuhkan. Jangan lupa
mencatumkan alasan-alasan rasional Anda,
Selamat Mengerjakan !
RANGKUMAN
Menurut Associaltion for the Care of Chidren’s Health (ACCH), Family Centered Care
(FCC) sebagai filosofi pemberi perawatan mementingkan dan melibatkan peran penting dari
keluarga akan membangun kekuata, membantu untuk membuat sutu pilihan terbaik, dan
meningkatkan pola normal yang ada dalam kesehariannya selama anak sakit dan menjalani
penyembuhan. Keluarga merupakan lingkungan sosial terdekat dan sangat signifikan
berpengaruh terhadap perkembangan dan kehidupan secara umum.
A.
B.
C.
GLOSARIUM
DAFTAR PUSTAKA
Allison L, et. al. 2015. Family Centered (FACE) advance care planning: Study design and
methods for a patient-centered communication and decision making intervention for
patients with HIV/AIDS and their surrogate decision-makers. Contemporary Clinical
Trials 43, 172-178
Mahirdining, Anggipita Budi. 2010. Hubungan Antara Pengetahuan, Motivasi, dan Dukungan
Keluarga dengan Kepatuhan Terapi ARV ODHA. Jurnal Kesehatan Masayarakat
5(2), 131-137.
Nursalam. 20017. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba
Medika.
Sandy Marubenny, et al. Perbedaan Respon Sosial Penderita HIV/AIDS yang mendapat
dukungan keluarga dan tidak mendapat dukungan keluarga dibalai kesehatan paru
masyarakat (BPKM) Semarang. Jurnal Keperawatan Komunitas, 1(1), 43-51
Shan Qiao, et al. 2015. The role of social relationship in HIV healing and its implications in HIV
cure in China. Health Psychology Behaviour Med., 3(1), 115-127
PENDAHULUAN
M
anajemen kasus adalah pelayanan yang diberikan pada klien yang rentan agar
mereka memperoleh bantuan yang dibutuhkan dalam sistem pemberian pelayanan
yang terfragmentasi di Amerika. Frankel dan Gelman (1988) mengatakan bahwa
“tujuannya adalah akses pelayanan dan kordinasi”, yang berkaitan dengan bantuan berbasis
masyarakat untuk memampukan orang-orang menjalani kehidupannya dalam lingkungan biasa
dan bukan lembaga. Klien-klien rentan ini, termasuk yang menderita gangguan kejiwaan, orang
lanjut usia terlantar, dan penyandang cacat mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam yang
terus membutuhkan perawatan
Modul ini secara khusus akan membahas berbagai persoalan media dalam kegiatan
pembelajaran. Pada kegiatan belajar satu ini akan dibahas pengertian media itu sendiri, tujuan
dan manfaat penggunaanya, jenis-jenisnya, sampai kepada cara pemilihan yang tepat untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan pada kegiatan belajar 9, akan dibahas tentang media
pembelajaran berbasis ICT sebagai media presentasi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
TUJUAN
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan akan dapat menjelaskan manajemen
kasus HIV/AIDS dan penyalahgunaan NAPZA untuk mencapai capaian pembelajaran. Namun
sebelumnya Anda diharapkan terlebih dahulu dapat menjelaskan konsep dan tahapan-tahapan
dalam manajemen kasus.
A. Manajemen Kasus
Manajemen kasus adalah proses pengelolaan tindakan penanganan kasus
yang meliputi assesment, perencanaan, pelaksanaan pelayanan, pemantauan atau
monitoring dan evaluasi untuk menangani masalah secara sistematis dengan
berkordinasi dan melibatkan sumber-sumber yang dibutuhkan (Akbar Halim,2010).
B. Manajemen Kasus HIV
1. Definisi
Manajemen kasus HIV/AIDS adalah suatu layanan yang mengaitkan dan
mengkoordinasikan bantuan dari institusi dan lembaga yang memberikan
dukungan medis, psikososial dan praktis bagi individu yang membutuhkan
(Albert & Gilbert, 2008).
2. Tujuan
a. Tersedianya akses pelayanan dan koordinasi yang mencakup
bantuan berbasis masyarakat
b. Memungkinkan orang-orang mempunyai masalah untuk menjalani
kehidupan secara normal dalam lingkungan alamiah.
3. Dasar Pemikiran
a. Menyadari bahwa hidup dengan HIV merupakan tantangan
biopsikososial dan spiritual
b. Karena krisis dapat terjadi dalam spectrum masa penyakit dan
kemungkinan kebutuhan ODHA akan berubah
c. Pencegahan dan pengurangan risiko merupakan komponen
pelayanan manajemen kasus HIV/AIDS
d. Program terpadu dalam memperhatikan peningkatan mutu melalui
evaluasi hasil
e. Menjaga kerahasiaan ODHA
f. Memperhatikan kompetensi budaya
Latihan ini bukan Tes, atau mengukur penguasaan Anda terhadap kegiatan belajar 1 dari modul
media pembelajaran ini. Latihan ini sebagai pengayaan agar Anda lebih mendalami esensi dari
pemilihan suatu media, yang didasarkan dengan berbagai pertimbangan, diluar pertimbangan
utama yaitu untuk mencapai tjuan pembelajaran. Perhatikan tugas Anda!
1. Anda diminta untuk melakukan perbaikan kualitas pembelajaran mata pelajaran tertentu.
Untuk itu anda diminta untuk membuat disain pembelajaran. Tentukanlah satu topik materi,
kemudian identifikasi jenis media yang akan Anda gunakan dalam proses pembelajaran.
2. Gunakan segala pertimbangan yang ada untuk memilih media yang dibutuhkan. Jangan lupa
mencatumkan alasan-alasan rasional Anda,
Selamat Mengerjakan !
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
Roberts, Albert R dan Greene, Gilbert J. Buku pintar pekerja sosial, edisi pertama.
Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2008.
Warto. dkk. Uji Coba Model Pelayanan Sosial Penyandang HIV Dan AIDS.
Yogyakarta: Departemen Sosial RI B2P3KS, 2008.
PENDAHULUAN
K
onseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua
orang, dalam mana konselor melelui hubungan itu dan kemampuan-kemampuan
khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar dalam mana konseli dibantu
untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaan masa depan
yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi-potensi yang dimilikinya, demi untuk
kesejahteraan pribadi maupun masyarakat, dan lebih jauh dapat belajar bagaimana memecahkan
masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang. (Tolbert dalam
Prayitno dan Amti, 1994 : 101-102)
Modul ini secara khusus akan membahas berbagai persoalan media dalam kegiatan
pembelajaran. Pada kegiatan belajar satu ini akan dibahas pengertian media itu sendiri, tujuan
dan manfaat penggunaanya, jenis-jenisnya, sampai kepada cara pemilihan yang tepat untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan pada kegiatan belajar 10, akan dibahas tentang media
pembelajaran berbasis ICT sebagai media presentasi untuk mencapai tujuan pembelajaran...
TUJUAN
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan akan dapat menjelaskan prinsip
konseling dan untuk mencapai capaian pembelajaran. Namun sebelumnya Anda diharapkan
terlebih dahulu dapat menjelaskan konsep dasar konseling HIV/AIDS dan penyalahgunaan
NAPZA.
A. Konseling HIV/AIDS
Testing HIV
Klien Konselor
Hasil
Konseling tetap diperlukan walaupun hasil tes negatif. Di sini konselor dan
klien mendiskusikan perasaan yang timbul dari hasil tersebut dan mendiskusikan
pencegahan dari infeksi HIV. Meskipun orang akan merasa lega mendapatkan hasil
negatif, konselor harus menjelaskan bahwa karena adanya masa jendela (window
g. Konfrontasi
Merupakan alat penting untuk mendorong klien agar maju, tetapi hanya
akan efektif bila terbentuk relasi terapeutik yang solid dan bila klien telah
siap menghadapinya. Dalam hal ini konfrontasi dilakukan bila terdapat
ketidaksesuaian anatara kata dan apa yang mereka alami, antara apa yang
dikatakan klien kemarin dan yang dikatakan sekarang, serta apa yang
dikatakan berbeda dengan yang dilakukan.
h. Mengenali dan Mengatasi Situasi Risiko Tinggi
LATIHAN
Latihan ini bukan Tes, atau mengukur penguasaan Anda terhadap kegiatan belajar 1 dari modul
media pembelajaran ini. Latihan ini sebagai pengayaan agar Anda lebih mendalami esensi dari pemilihan
suatu media, yang didasarkan dengan berbagai pertimbangan, diluar pertimbangan utama yaitu untuk
mencapai tjuan pembelajaran. Perhatikan tugas Anda!
1. Anda diminta untuk melakukan perbaikan kualitas pembelajaran mata pelajaran tertentu. Untuk itu
anda diminta untuk membuat disain pembelajaran. Tentukanlah satu topik materi, kemudian
identifikasi jenis media yang akan Anda gunakan dalam proses pembelajaran.
2. Gunakan segala pertimbangan yang ada untuk memilih media yang dibutuhkan. Jangan lupa
mencatumkan alasan-alasan rasional Anda,
Selamat Mengerjakan !
Program Studi Pendidikan Profesi NERS
Tahap Sarjana Terapan Keperawatan 145
RANGKUMAN
TES
FORMATIF
1. Dialog rahasia antara seseorang dan pemberi layanan yang bertujuan membuat orang
tersebut mampu menyesuaikan diri dengan stres dan membuat keputusan yang sesuai
berkaitan dengan HIV/AIDS...
a. Konseling HIV/AIDS
b. Komunikasi HIV/AIDS
c. Intervensi HIV/AIDS
d. Solusi HIV/AIDS
2. Menyediakan dukungan psikologis, sosial dan spiritual seseorang yang mengidap virus
HIV. Pernyataan tersebut merupakan...
a. Kekuatasn konseling
b. Faktor konseling
c. Tujuan konseling
d. Keuntungan Konseling
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2016. Konsep Dasar Konseling HIV/AIDS. Bandung: Research Universitas Pendidikan
Indonesia.
Kemenkes RI. 2010. Pedoman Konseling Gangguan Penggunaan NAPZA bagi Petugas
Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI.