Laporan Pendahuluan Diare
Laporan Pendahuluan Diare
Laporan Pendahuluan Diare
Oleh :
NINING YULIANAH
1311040121
2014
1. Definisi
Diare adalah penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di negara
berkembang, dimana diare adalah penyebab penting kekurangan gizi. Ini
disebabkan karena adanya anoreksia pada penderita diare sehingga dia makan
lebih sedikit daripada biasanya dan kemampuan menyerap sari makanan
berkurang padahal kebutuhan sari makanan meningkat selama adanya infeksi.
Penyebab kematian utama karena diare adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan
cairan dan elektrolit melalui tinjanya.
Diare sebagai epidemiologi didefinisikan sebagai keluarnya tinja yang
lunak dan cair tiga kali atau lebih dalam sehari. Secara klinik dibedakan 3 macam
sindroma diare, yang masing-masing mencerminkan patogenesis yang berbeda
dan memerlukan pendekatan yang berlainan dalam pengobatannya.
Diare cair akut
Diare yang terjadi secara akut dan berlangsung kurang dari 14 hari
(bahkan kebanyakan kurang dari 7 hari), dengan pengeluaran tinja yang lunak /
cair yang sering dan tanpa darah. Mungkin disertai muntah dan panas. Diare cair
akut menyebabkan dehidrasi, dan bila masukan makanan kurang dapat
mengakibatkan kurang gizi. Kematian yang terjadi disebabkan karena dehidrasi.
Penyebab terpenting pada anak-anak : Shigella, Campylobacter jejuni dan
Cryptosporidium, Vibrio cholera, Salmonella, E. coli, rotavirus.
2. Etiologi
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan makanan yang meriupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai
berikut:
- Infeksi virus: enterovirus (virus ECHO, coxsaxide, poliomyelitis),
adeno-virus, rotavirus, astrovirus.
- Infeksi parasit: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides);
protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, tri chomonas
nominis); jamur (candida albicans).
2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan
seperti: otitis media akut (OMA), transilitis/tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama
pada bayi dan anak berumur 2 tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat:
- Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa)
- Monosakarida (intoleransi glukosa, fraktosa, galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan (makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan)
d. Faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang tapi dapat terjadi pada
anak yang lebih besar.
e. Faktor imunodefisiensi
f. Faktor obat-obatan, antibiotik
g. Faktor penyakit usus, colitis ulcerative, disease, enterocilitis.
a. Tanda :
- Cengeng
- Anus dan daerah sekitar lecet
- BB menurun
- Turgor berkurang
- Mata dan ubun-ubun besar dan menjadi cekung (pada bayi)
- Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering
- Nadi cupat dan kecil
- Denyut jantung jadi cepat
- TD menurun
- Kesadaran menurun
- Pucat, nafas cepat
- Buang air besar 4x/hari untuk bayi dan > 3x untuk anak-anak atau
dewasa.
- Suhunya tinggi
b. Gejala :
4. Patofisiologi
Pe vol cairan
ekstra sel Cemas
Pe cairan
intertitiil
Tugor kulit
Sumber : Suriadi & Yuliani R ( 2001 ). Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1 , Jakarta, CV, Sagung
Seto
5. Komplikasi
Dehidrasi hipotonik
Tonus dan tugor mau buruk selaput lender tidak kering( lembab).
Pemeriksaan laboratorium kadar ion natrium dalam serum, 131
mEq/l.
Dehidrasi hipertonik
Caiaran yang keluar lebih banyak mengandung air dari pada
garam, terjadi karena cairan peroral sangat kurang excessive
evaporative losses misalnya, panas tinggi, hiperventilasi, misalnya
bronkopenemonia, pemeriksaan laboratorium kadar ion natrium
dalam serum > 150 mEq/l
b. Berdasarkan derajatnya
Dehidrasi ringan
Berat badan< 5 %, haus meningkat, membran mukosa sedikit
kering, tekanan jadi normal, hanya ada ekstremitas perfusi, mata
sedikit cekung, fontanela normal, tugor masih baik, status mental
normal.
Dehidrasi sedang
Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah, haus meningkat,
tugor turun, frekuensi janting meningkat, membran mukosa kering,
merah, kadang sianosis, mata cekung, tekanan nadi mengecil, dan
frekuesi keluar urin mengurang, kembalinya kapiler lambat,setatus
mental normal sampai lesu.
Dehidrasi berat
Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah sampai
apatis,bibir kering, merah, kadang sianosis, tugor kulit jelek, mata
dan fontanela cekung, tekanan nadi mengecil, dan frekuesi keluar
urin tidak ada, nafas frekuesi tachikardi, ekstremitas dingin, haus
meningkat
2. Hipernatremia
Sering terjadi pada bayi baru lahir sampai usia 1 tahun ( khususnya
bayi berumur <6 bulan ). Biasanya terjadi pada diare yang disertai mutah
dengan intake cairan atau makanan kurang / cairan yang diminum terlalu
banyak mengandung Na, pada bayi juga dapat terjadi jika setelah diare
sembuh diberi oralit dalam jumlah berlebihan.
3. Hiponatremia
Terjadi pada penderita diare yang minum sedikit cairan / tidak
mengandung Na. Penderita gizi buruk mempunyai kecenderungan
mengalami hiponatremia.
4. Demam
Demam sering terjdi pada infeksi Shigella disertai dan rota virus.
Pada demam umumnya akan timbul jika penyebab diare mengadakan
infasi kedalam epitel usus. Demam juga dapat juga terjadi karena
dehidrasi. Demam yang terjadi akibat dehidrasi umumnya tidak tinggidan
akan turun setelah mengalami hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi
mungkin diikuti kejang demam.
5. Asidosis Metabolic
Ditandai dengan bertambahnya asam/hilangnya basa cairan ekstra
seluler. Sebagai kompensasi terjadi asidosis respirasi, yang diatandai
dengan pernafasan cepat dan dalam.
9. Intoleransi laktosa
Pada penderita intoleransi laktosa, pemberian susu formula pada
penderita diare dapat menimbulkan volume tinja bertambah, BB tidak
bertambah, tanda dan gejala dehidarasi memburuk dan tinja terdapat
reduksi dalam jumlah cukup banyak.
10. Muntah
Dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus karena infeksi ileus
yang menyebabkan gangguan fungsi usus yang ber hubungan dengan
infeksi sistemik. Mutah dapat disebabkan karena pemberian cairan oral
terlalu cepat.
6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Tinja
1) Makroskopis
Bentuk tinja dan jumlah tinja dalam sehari kurang lebih 250 mg.
2) Mikroskopis
Na dalam tinja ( normal : 56-105 mEq/l ) Chloride dalam
tinja ( normal : 55-95 mEq/l ), kalium dalam tinja ( normal : 25-26
mEq/l ), HCO3, dalam tinja ( normal : 14-31 mEq/l ).
b. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan label
klining test bisa diduga terjadi intoleransi gula.
1) PH normal kurang dari 6
2) Gula tinja, normalnya tidak terjadi gula dalam tinja.
c. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah,
lebih cepat dilakukan dengan pemeriksaan analisa gas darah.
Dalam pemeriksaan gas darah nilai jika terjadi alkaliosis
metabolic/asidosis respiratorikmaka nilai CO2 lebih tinggi dari
nilai O2, sedangkan jika terjadi asidosis metabolik alkalosis
respiratori maka nilai CO2 lebih rendah dari O2.
d. Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
1) Urin normal 20-40 mg/dl. Jika terjadi peningkatan
menunjukan adanya dehidrasi
2) Kreatinin normal 0,5-1,5 mg/dl. Jika terjadi peningkatan
menunjukan adanya penurunan fungsi ginjal.
e. Pemeriksaan darah lengkap
Darah lengkap meliputi elektroda serum, kreatinin,
menunjukan adanya dehidrasi. Nilai normal hemoglobin adalah 13-
16 g/dl, hematokrit 40-48 vol%. Hemoglobin dan hematokrit
biasanya mengalami penurunan diare akut.
f. Duodeual Intubation
Gunanya untuk mengetahui kuman secara kuantitatif
terutama pada diare kronik. Penyebab yang ditemukan tidak ada
yang berupa mikroba tunggal baik itu Shigela, Crypto Sporodium
dan E. Colienteroagregatif. Hasil pemeriksaan duodeual intubation
berupa +++ ( positif 3 ) menunjukan adanya 3 kuman bakteri yang
menjadi penyebab diare.
7. Penatalaksanaan medis
a. Penatalaksanaan Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
1) Pemberian cairan
a. Belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap
defekasi
b. Dehidrasi ringan
1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB per oral (intragastrik)
selanjutnya: 125 ml/kgBB per oral (intragastrik)
c. Dehidrasi sedang
1 jam pertama: 50-100 ml/kgBB per oral/intragastrik
(sonde)
selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari ad libitum.
d. Dehidrasi berat
i. Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3 – 10 kg.
1 jam pertama
12 ml/kgBB/jam = 3 tetes /kgBB/menit (set infus berukuran 1
ml = 15 tetes) atau 13 tetes/kgBB/menit (1 set infus 1 ml = 20
tetes).
7 jam berikut:
12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (1 set infus = 15 tetes)
atau 4 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
16 jam berikut:
125 ml/kgBB per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau
minum, teruskan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (set infus
1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20
tetes).
ii. Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10-15
kg.
1 jam pertama:
30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau
10 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
7 jam berikutnya:
10 ml/kgBB/jam atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau
4 tetes/ kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
16 jam berikutnya:
125 ml/kgBB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak
mau minum dapat diteruskan dengan DG aa intravena 2
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1
ml = 20 tetes).
1 jam pertama
20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau
7 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
7 jam berikut:
10 ml/kgBB/jam atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes)
atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
16 jam:
105 ml/kg BB oralit peroral atau bila anak tidak mau minum
dapat diberikan DG aa intravena 1 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15
tetes) atau 1 ½ tetes/kgBB/menit (set 1 ml = 20 tetes)
iv. Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan 2-3 g
Kebutuhan cairan:
125 ml + 100 ml = 250 ml/kgBB/24 jam.
Jenis cairan:
Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 ½%)
Kecepatan:
4 jam pertama: 25 ml/kgBB/jam atau 6 tetes/kgBB/menit (1 ml
= 15 tetes) 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
Kebutuhan cairan:
25 ml/kgBB/24 jam
Jenis cairan:
Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1 ½%)
Kecepatan:
Sama dengan pada bayi baru lahir.
vi. Cairan untuk pasien MEP sedang dan berat dengan diare
dehidrasi berat. Misalnya untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun
dengan berat badan 3-10 kg.
Jenis cairan: DG aa
Jumlah cairan: 250 ml/kgBB/24 jam (tabel 3.3).
Kecepatan:
4 jam pertama: 60 ml/kgBB/jam atau 15 ml/kgBB/jam atau = 4
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 menit) atau 5 tetes/kgBB/menit (1
ml = 20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20 jam atau 2
tetes/kgBB/menit (1 tetes).
2) Pengobatan dietetik
Untuk anak (1 tahun dan > 1 tahun dengan BAB<7 kg, jenis
makanannya:
- Susu (ASI dan atau formula yang mengandung laktosa rendah dan
asam lemak tidak jenuh).
- Makanan ½ padat (bubur), makanan padat (nasi tim).
- Susu khusus sesuai dengan kelainannya misalnya tidak
mengandung laktosa/asam lemak berantai sedang atau jenuh.
Cara memberikan:
Hari Keterangan
3) Obat-obatan
a. Obat anti – sekresi
b. Obat spasmolitik
c. Antibiotik, diberikan jika jelas penyebabnya misal oleh bakteri.
a) Cairan per oral
8. Pengkajian
a. Wawancara
Anamnesa yang perlu diketahui pada pasien diare sebagai berikut :
1. Umur
pada pasien geriatric biasanya akibat tumor , divertikulitis, laksan
berlebih. Pada pasien muda dan anak- anak biasanya infeksi,
intoleransi lactase, sindrom kolon iritatif.
2. Frekuensi Diare
biasanya frekuensi diare oleh infeksi bakteri biasanya dari hari ke
hari makin sering, berbeda dengan diare akibat minum laksan atau
akibat salah makan
3. Lamanya Diare
diare akut biasanya berlangsung cepat, diare kronik berlansung
lama
4. Nyeri Abdomen
nyeri abdomen disertai diare terjadi pada infeksi bakterial pada
usus, sedangkan nyeri sesudah diare yang tidak pernah puas pada
infeksi maupun sindrom mauoun usus iritabel
b. Data Subyektif
1) Keluhan utama : BAB cair , lemas, gwelisah, mual muntah,
anoreksia, badan panas.
2) Frekuensi BAB cair dalam sehari lebih dari 3x
3) Adanya riwayat reaksi alergi terhadap suatu zat, makanan/inuman,
atau lingkungan.
4) Pengobatan diare telah dilakukan dan efektifitasnya
5) Kebiasaan dan pola makan anak seperti makan makanan terbuka,
suka makan makanan pedas.
c. Data Obyektif
1) Mata cekung
2) Ubun – ubun besar dan cekung
3) Turgor kulit kurang dan kering
4) Lidah, bibir dan mukosa kering
5) Konsistensi feses cair
6) Peningkatann suhu tubuh
7) Penurunan BB
8) Pasien tampak lemah dan lemas
d. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : composmentis, pasca dehidrasi berat dapat terjadi apatis,
somnolen, kadang soporokoma.
Vital sign :
Kepala : inspeksi ada tidaknya ubun – ubun yang besar dan agak
cekung
c. Jantung
d. Abdomen
Palpasi : umumnya ada nyeri tekan bagian perut bawah yaitu bagian
usus dan dapat terjadi kejang perut
e. Anus
f. Kulit
e. Pemeriksaan Penunjang
1. Data Laboratorium
a) Pemeriksaan Tinja
1. makroskopis : Bentuk cair, kurang lebih jumlahnya 250 gram dalam
sehari
++ : 0.75 %
+++ :1%
++++ : 2 %
Alkalosis metabolic +
Alkalosis respiratorik -
Asidosis metabolic -
Asidosis respiratorik +
e) Pemeriksaan Darah
Darah lengkap meliputi elektrolit serum, kreatinin, BUN
menunjukan adanya dehidrasi, hemoglobin, hematokrit, dan BUN
biasanya mengalami penurunan pada diare akut
f) Duodenal Intubation
Untuk mengetahui kuiman penyebab secar kuantitatif terutama
pada diare kronik.
2. Rekto kolonoskopi
Foto sinar X tidak perlu dilakukan pada diare akut. Pada kasus diare akut
peranan Rontgen sudah digantikan oleh endoskopi. Lain halnya pada diare
kronik dimana pemeriksaan sinar X memegang peranan yang sama dengan
endoskopi.
9. Diagnosa keperawatan
3 Risiko kerusakan integritas kulit b/d NOC : Tissue Integrity : Skin and NIC : Pressure Management
ekskresi/BAB sering Mucous Membranes
Anjurkan pasien untuk menggunakan - Mengurangi evaporasi
Definisi : Semua risiko untuk kulit pakaian yang longgar
yang merupakan perubahan yang Kriteria Hasil : Hindari kerutan padaa tempat tidur
bersifat merugikan kulit. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
≈ Integritas kulit yang baik - Mencegah iritasi daerah
dan kering
Faktor resiko : lipatan.
bisa dipertahankan (sensasi,
Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
elastisitas, temperatur, - Mencegah iritasi kulit.
1. eksternal setiap dua jam sekali
factor mekanik hidrasi, pigmentasi)
Monitor kulit akan adanya kemerahan
Tidak ada luka/lesi pada - Mencegah dekubitus.
hipo/hipertermi ≈
Oleskan lotion atau minyak/baby oil
imobilitas fisik kulit pada derah yang tertekan
substansi kimia ≈ Perfusi jaringan baik Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien - Mencegah komplikasi secara
ekskresi atau sekresi ≈ Menunjukkan pemahaman dini.
radiasi dalam proses perbaikan kulit
kelembaban dan mencegah terjadinya
- Mengetahui adanya iritasi
pelembab sedera berulang
kulit.
usia yang ekstrim
≈ Mampu melindungi kulit
2. internal
dan mempertahankan
pengobatan
kelembaban kulit dan
tulang yang menonjol
perawatan alami
kekebalan tubuh
perubahan sensasi
perubahanpigmentasi
perubahan status metabolic
perubahan sirkulasi
perubahn turgor kulit
perubahan status nutrisi
psikogenik
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta:
Media Aesculapius.
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. 2005-2006. Definisi dan
Klasifikasi. Yogyakarta: Prima Medika.
Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT. Fajar Interpratama.