LP Cva

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

Pengertian

CVA atau Cerebro Vaskuler Accident biasa di kenal oleh masyarakat dengan istilah Stroke.
Istilah ini lebih populer di banding CVA, Kelainan ini terjadi pada organ otak, lebih tepatnya
adalah Gangguan Pembuluh Darah Otak, Berupa penurunan kualitas pembuluh darah otak.

CVA (Cerebro Vascular Accident) merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang
disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak yang dan bisa terjadi pada siapa
saja dan kapan saja dengan gejala-gejala berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabakan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir, daya
ingat dan bentuk-bentuk kecacatan lain hingga menyebabkan kematian (Muttaqin, 2008:234).

CVA Infark adalah sindrom klinik yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa
defisit neurologi fokal atau global yang berlangsung 24 jam terjadi karena trombositosis dan
emboli yang menyebabkan penyumbatan yang bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah
arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri
vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung (arcus aorta)
(Suzanne, 2002: 2131).

Etiologi

Ada dua penyebab CVA (Muttaqin, 2008: 235) yaitu :

1. Trombosis serebri

Terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan
otak yang dapat menimbulkan edema dan kongesti disekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada
orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah. Trombosis serebri ini disebabkan karena adanya:
 Aterosklerostis: mengerasnya/berkurangnya kelenturan dan elastisitas dinding pembuluh
darah
 Hiperkoagulasi: darah yang bertambah kental yang akan menyebabkan viskositas/
hematokrit meningkat sehingga dapat melambatkan aliran darah cerebral
 Arteritis: radang pada arteri

2. Emboli

Dapat terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluhan darah otak oleh bekuan darah,
lemak, dan udara. Biasanya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan
menyumbat sistem arteri serebri. Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan emboli:
 Penyakit jantung reumatik
 Infark miokardium
 Fibrilasi dan keadaan aritmia : dapat membentuk gumpalan-gumpalan kecil yang dapat
menyebabkan emboli cerebri
 Endokarditis : menyebabkan gangguan pada endokardium

Faktor resiko

ada dua macam faktor yang dapat menyebabkan terkena serangan CVA yaitu faktor resiko yang
bisa dicegah dan faktor yang tidak bisa dicegah. yaitu :

1.Faktor resiko yang bisa diobati / dicegah :


 Perokok.
 Penyakit jantung ( Fibrilasi Jantung )
 Tekanan darah tinggi.
 Peningkatan jumlah sel darah merah ( Policitemia).
 Transient Ischemic Attack ( TIAs)

2.Faktor resiko yang tidak bisa di cegah :


 Usia di atas 65.
 Peningkatan tekanan karotis ( indikasi terjadinya artheriosklerosis yang meningkatkan
resiko serangan stroke).
 DM.
 Keturunan ( Keluarga ada stroke).
 Pernah terserang stroke.
 Race ( Kulit hitam lebih tinggi )
 Sex ( laki-laki lebih 30 % daripada wanita ).

Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala berdasarkan bagian otak, menurut Hudak dan Gallo dalam buku keperawatan
Kritis (1996: 258-260), yaitu:

1. Lobus Frontal
a. Deficit Kognitif : kehilangan memori, rentang perhatian singkat, peningkatan distraktibilitas
(mudah buyar), penilaian buruk, tidak mampu menghitung, memberi alasan atau berpikir abstrak.

b. Deficit Motorik : hemiparese, hemiplegia, distria (kerusakan otot-otot bicara), disfagia


(kerusakan otot-otot menelan).

c. Defici aktivitas mental dan psikologi antara lain : labilitas emosional, kehilangan kontrol diri
dan hambatan soaial, penurunan toleransi terhadap stres, ketakutan, permusuhan frustasi, marah,
kekacuan mental dan keputusasaan, menarik diri, isolasi, depresi.

2. Lobus Parietal

a. Dominan :

1) Defisit sensori antara lain defisit visual (jaras visual terpotong sebagian besar pada hemisfer
serebri), hilangnya respon terhadap sensasi superfisial (sentuhan, nyeri, tekanan, panas dan
dingin), hilangnya respon terhadap proprioresepsi (pengetahuan tentang posisi bagian tubuh).

2) Defisit bahasa/komunikasi
 Afasia ekspresif (kesulitan dalam mengubah suara menjadi pola-pola bicara yang dapat
dipahami)
 Afasia reseptif (kerusakan kelengkapan kata yang diucapkan)
 Afasia global (tidak mampu berkomunikasi pada setiap tingkat)
 Aleksia (ketidakmampuan untuk mengerti kata yang dituliskan)
 Agrafasia (ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide-ide dalam tulisan).

b. Non Dominan

Defisit perseptual (gangguan dalam merasakan dengan tepat dan menginterpretasi


diri/lingkungan) antara lain:
 Gangguan skem/maksud tubuh (amnesia atau menyangkal terhadap ekstremitas yang
mengalami paralise)
 Disorientasi (waktu, tempat dan orang)
 Apraksia (kehilangan kemampuan untuk mengguanakan obyak-obyak dengan tepat)
 Agnosia (ketidakmampuan untuk mengidentifikasi lingkungan melalui indra)
 Kelainan dalam menemukan letak obyek dalam ruangan
 Kerusakan memori untuk mengingat letak spasial obyek atau tempat
 Disorientasi kanan kiri
3. Lobus Occipital: deficit lapang penglihatan penurunan ketajaman penglihatan,
diplobia(penglihatan ganda), buta.

4. Lobus Temporal : defisit pendengaran, gangguan keseimbangan tubuh

Patofisiologi

Pada stroke atau CVA, iskemik terjadi dalam jaringan otak yang aliran darah arterinya terganggu
akibat trombus atau emboli sehingga menimbulkan gangguan fungsi otak. Iskemik dapat
menyebabkan hipoksia atau anoksia dan hipoglikemik pada jaringan otak. Proses ini dapat
mengakibatkan kematian pada neuron, sel ganglia dan struktur otak disekitar area infark. Edema
yang terjadi akan memperberat infark itu sendiri. Edema dapat berlangsung dalam beberapa jam
atau beberapa hari.

Setelah terjadinya infark dan edema, maka secara otomatis akan terjadi penurunan kemampuan
fungsi otak dalam menjalankan fungsi neurologisnya seperti semula. Hal ini mengakibatkan
terjadinya defisit neurologis pada area kontralateral dari area lesi otak yang terkena, sesuai
dengan karakteristik dari otak.

Fathway CVA.
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada pasien CVA infark:

1. Laboratorium :

a. Pada pemeriksaan paket stroke: Viskositas darah pada apsien CVA ada peningkatan VD > 5,1
cp, Test Agresi Trombosit (TAT), Asam Arachidonic (AA), Platelet Activating Factor (PAF),
fibrinogen (Muttaqin, 2008: 249-252)

b. Analisis laboratorium standar mencakup urinalisis, HDL pasien CVA infark mengalami
penurunan HDL dibawah nilai normal 60 mg/dl, Laju endap darah (LED) pada pasien CVA
bertujuan mengukur kecepatan sel darah merah mengendap dalam tabung darah LED yang tinggi
menunjukkan adanya radang. Namun LED tidak menunjukkan apakah itu radang jangka lama,
misalnya artritis, panel metabolic dasar (Natrium (135-145 nMol/L), kalium (3,6- 5,0 mMol/l),
klorida,) (Prince, dkk ,2005:1122)
2. CT scan : pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan
biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di ventrikel atau menyebar ke
permukaan otak (Muttaqin, 2008:140).

3. Pemeriksaan sinar X toraks: dapat mendeteksi pembesaran jantung (kardiomegali) dan


infiltrate paru yang berkaitan dengan gagal jantung kongestif (Prince,dkk,2005:1122)

4. Ultrasonografi (USG) karaois: evaluasi standard untuk mendeteksi gangguan aliran darah
karotis dan kemungkinan memmperbaiki kausa stroke (Prince,dkk ,2005:1122).

5. Angiografi serebrum : membantu menentukan penyebab dari stroke secara Spesifik seperti lesi
ulseratrif, stenosis, displosia fibraomuskular, fistula arteriovena, vaskulitis dan pembentukan
thrombus di pembuluh besar (Prince, dkk ,2005:1122).

6. Pemindaian dengan Positron Emission Tomography (PET): mengidentifikasi seberapa besar


suatu daerah di otak menerima dan memetabolisme glukosa serta luas cedera (Prince, dkk
,2005:1122)

7. Ekokardiogram transesofagus (TEE): mendeteksi sumber kardioembolus potensial (Prince,


dkk ,2005:1123).

8. MRI : menggunakan gelombang magnetik untuk memeriksa posisi dan besar / luasnya daerah
infark (Muttaqin, 2008:140).

Penatalaksanaan

Ada beberapa penatalaksanaan pada pasien dengan CVA infark (Muttaqin, 2008:14):

1. Untuk mengobati keadaan akut, berusaha menstabilkan TTV dengan :

 Mempertahankan saluran nafas yang paten


 Kontrol tekanan darah
 Merawat kandung kemih, tidak memakai keteter
 Posisi yang tepat, posisi diubah tiap 2 jam, latihan gerak pasif.

2. Terapi Konservatif

 Vasodilator untuk meningkatkan aliran serebral


 Anti agregasi trombolis: aspirin untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis
yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
1. Anti koagulan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya trombosisiatau embolisasi
dari tempat lain ke sistem kardiovaskuler.
2. Bila terjadi peningkatan TIK, hal yang dilakukan: 1) Hiperventilasi dengan ventilator
sehingga PaCO2 30-35 mmHg 2) Osmoterapi antara lain : - Infus manitol 20% 100 ml
atau 0,25-0,5 g/kg BB/ kali dalam waktu 15-30 menit, 4-6 kali/hari. - Infus gliserol 10%
250 ml dalam waktu 1 jam, 4 kali/hari
3. Posisi kepala head up (15-30⁰)
4. Menghindari mengejan pada BAB
5. Hindari batuk
6. Meminimalkan lingkungan yang panas

Konsep Asuhan Keperawatan CVA.


Pengkajian

Biodata

Pengkajian biodata di fokuskan pada :

Umur : karena usia di atas 55 tahun merupakan resiko tinggi terjadinya serangan stroke.Jenis
kelamin : laki-laki lebih tinggi 30% di banding wanita.Ras : kulit hitam lebih tinggi angka
kejadiannya.

Keluhan Utama

Biasanya klien datang ke rumah sakit dalam kondisi : penurunan kesadaran atau koma serta
disertai kelumpuhan dan keluhan sakit kepala hebat bila masih sadar.

Upaya yang telah dilakukan

Jenis CVA Bleeding memberikan gejala yang cepat memburuk.Oleh karena itu klien biasanya
langsung di bawa ke Rumah Sakit.

Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu di kaji adanya riwayat DM, Hipertensi, Kelainan Jantung, Pernah TIAs, Policitemia karena
hal ini berhubungan dengan penurunan kualitas pembuluh darah otak menjadi menurun.

Riwayat Penyakit Sekarang

Kronologis peristiwa CVA Bleeding sering setelah melakukan aktifitas tiba-tiba terjadi keluhan
neurologis misal : sakit kepala hebat, penurunan kesadaran sampai koma.
Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu di kaji mungkin ada anggota keluarga sedarah yang pernah mengalami stroke.

Pemenuhan Kebutuhan Sehari - hari

Apabila telah mengalami kelumpuhan sampai terjadinya koma maka perlu klien membutuhkan
bantuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dari bantuan sebagaian sampai total.Meliputi :
 mandi
 makan/minum
 bab / bak
 berpakaian
 berhias
 aktifitas mobilisasi
Pemeriksaan Fisik

BI ( Bright / pernafasan).

Perlu di kaji adanya :


 Adakah tanda-tanda lidah jatuh ke belakang.
 Auskultasi suara nafas mungkin ada tanda stridor.
 Catat jumlah dan rama nafas

B2 ( Blood / sirkulasi ).

Deteksi adanya : tanda-tanda peningkatan TIK yaitu peningkatan Tekanan Darah disertai dengan
pelebaran nadi dan penurunan jumlah nadi.

B3 ( Brain / Persyarafan, Otak )

Kaji adanya keluhan sakit kepala hebat.Periksa adanya pupil unilateral, Observasi tingkat
kesadaran.
B4 ( Bladder / Perkemihan ).
Tanda-tanda inkontinensia urin

B5 ( Bowel : Pencernaan )

Tanda-tanda inkontinensia alfi.


B6 ( Bone : Tulang dan Integumen ).

Kaji adanya kelumpuhan atau kelemahan.Tanda-tanda decubitus karena tirah baring


lama.Kekuatan otot.

Interaksi Sosial

Biasanya di jumpai tanda kecemasan karena ancaman kematian diekspresikan dengan menangis,
klien dan keluarga sering bertanya tentang pengobatan dan kesembuhannya.

Diagnosa Keperawatan
1. Resiko peningkatan TIK berhubungan dengan penambahan isi otak sekunder terhadap
perdarahan otak.
2. Intoleransi aktifitas (ADL) berhubungan dengan kehilangan kesadaran,kelumpuhan.
3. Gangguan Persepsi Sensosri : Perabaan yang berhubungan dengan penekanan pada saraf
sensori
4. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi dan kehilangan
kesadaran.
5. Resiko Gangguan Nutrisi kurang dari kebutuhan dengan kelemahann otot mengunyah
dan menelan sekunder kehilangan kesadaran.

Intervensi Keperawatan

Diagnosa. 1

Resiko peningkatan TIK berhubungan dengan penambahan isi otak sekunder terhadap
perdarahan otak.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak mengalami peningkatan tekanan
intra kranial.

Kriteria hasil :

Tidak terdapat tanda peningkatan tekanan intra kranial :


 Peningkatan tekanan darah.
 Nadi melebar.
 Pernafasan cheyne stokes
 Muntah projectile.
 Sakit kepala hebat.
Pencegahan TIK meningkat di laksanakan.

NO INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau tanda dan gejala peningkatan TIK Deteksi dini peningkatan
§ tekanan darah TIK untuk melakukan
§ nadi tindakan lebih lanjut.
§ GCS
§ Respirasi
§ Keluhan sakit kepala hebat
§ Muntah projectile
§ Pupil unilateral
2. Tinggikan kepala tempat tidur 15-30 derajat kecuali Meninggikan kepala dapat
ada kontra indikasi.Hindari mengubah posisi membantu drainage vena
dengan cepat. untuk mengurangi kongesti
vena.
3. Hindari hal-hal berikut : Masase karotid
Masase karotid memperlambat frekuensi
jantung dan mengurangi
sirkulasi sistemik yang
diikuti peningkatan sirkulasi
Fleksi leher atau rotasi > 45 derajat. secara tiba-tiba.
Fleksi atau rotasi ekstrem
leher mengganggu cairan
cerebrospinal dan drainage
Rangsangan anal dengan jari(boleh tapi dengan vena dari rongga intra
hati-hati ) hindari mengedan, fleksi ekstrem panggul kranial.
dan lutut. Aktifitas ini menimbulkan
manuver valsalva yang
merusak aliran balik vena
dengan kontriksi vena
jugularis dan peningkatan
TIK.
4. Konsul dokter untuk mendapatkan pelunak feces Mencegah konstipasi dan
jika di perlukan. mengedan yang
menimbulkan manuver
valsalva.
5. Pertahankan lingkungan tenang, sunyi dan Meningkatkan istirahat dan
pencahayaan redup. menurunkan rangsangan
membantu menurunkan
TIK.
6. Berikan obat-obatan sesuai dengan pesanan:
§ Anti hipertensi. § Menurunkan tekanan darah.
§ Anti koagulan. § Mencegah terjadinya
§ Terapi intra vena pengganti cairan dan elektrolit. trombus.
§ Pelunak feces. § Mencegah defisit cairan.
§ Anti tukak.
§ Roborantia. § Mencegah obstipasi.
§ Analgetika. § Mencegah stres ulcer.
§ Vasodilator perifer. § Meningkatkan daya tahan
tubuh.
§ Mengurangi nyeri.
§ Memperbaiki sirkulasi darah
otak.

Diagnosa. 2

Intoleransi aktifitas (ADL) berhubungan dengan kehilangan kesadaran,kelumpuhan.

Tujuan : Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya

Kriteria hasil
 Tidak terjadi kontraktur sendi, Bertambahnya kekuatan otot
 Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
Intervensi

INTERVENSI RASIONAL
1. Ubah posisi klien tiap 2 jam 1. Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan
2. Ajarkan klien untuk melakukan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang
latihan gerak aktif pada tertekan
ekstrimitas yang tidak sakit 2. Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan
3. Lakukan gerak pasif pada otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan
ekstrimitas yang sakit 3. Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya
4. Berikan papan kaki pada bila tidak dilatih untuk digerakkan
ekstrimitas dalam posisi
fungsionalnya
5. Tinggikan kepala dan tangan
6. Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi untuk latihan fisik
klien

Diagnosa. 3

Gangguan Persepsi Sensosri : Perabaan yang berhubungan dengan penekanan pada saraf sensori

Tujuan : Meningkatnya persepsi sensorik : perabaan secara optimal.

Kriteria hasil :
 Klien dapat mempertahankan tingakat kesadaran dan fungsi persepsi
 Klien mengakui perubahan dalam kemampuan untuk meraba dan merasa
 Klien dapat menunjukkan perilaku untuk mengkompensasi terhadap perubahan sensori
Intervensi

INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan kondisi patologis klien 1. Untuk mengetahui tipe dan lokasi yang
2. Kaji kesadaran sensori, seperti mengalami gangguan, sebagai penetapan
membedakan panas/dingin, tajam/tumpul, rencana tindakan
posisi bagian tubuh/otot, rasa persendian 2. Penurunan kesadaran terhadap sensorik dan
3. Berikan stimulasi terhadap rasa sentuhan, perasaan kinetik berpengaruh terhadap
seperti memberikan klien suatu benda keseimbangan/posisi dan kesesuaian dari
untuk menyentuh, meraba. Biarkan klien gerakan yang mengganggu ambulasi,
menyentuh dinding atau batas-batas meningkatkan resiko terjadinya trauma.
lainnya. 3. Melatih kembali jaras sensorik untuk
4. Lindungi klien dari suhu yang berlebihan, mengintegrasikan persepsi dan intepretasi
kaji adanya lindungan yang berbahaya. diri. Membantu klien untuk
Anjurkan pada klien dan keluarga untuk mengorientasikan bagian dirinya dan
melakukan pemeriksaan terhadap suhu air kekuatan dari daerah yang terpengaruh.
dengan tangan yang normal 4. Meningkatkan keamanan klien dan
5. Anjurkan klien untuk mengamati kaki dan menurunkan resiko terjadinya trauma.
tangannya bila perlu dan menyadari posisi 5. Penggunaan stimulasi penglihatan dan
bagian tubuh yang sakit. Buatlah klien sentuhan membantu dalan mengintegrasikan
sadar akan semua bagian tubuh yang sisi yang sakit.
terabaikan seperti stimulasi sensorik pada 6. Menurunkan ansietas dan respon emosi
daerah yang sakit, latihan yang membawa yang berlebihan/kebingungan yang
area yang sakit melewati garis tengah, berhubungan dengan sensori berlebih.
ingatkan individu untuk merawata sisi 7. Membantu klien untuk mengidentifikasi
yang sakit. ketidakkonsistenan dari persepsi dan
6. Hilangkan kebisingan/stimulasi eksternal integrasi stimulus.
yang berlebihan.
7. Lakukan validasi terhadap persepsi klien

Diagnosa. 4

Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi dan kehilangan kesadaran.

Tujuan

Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi

Kriteria hasil
 Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien
 Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk memberikan bantuan
sesuai kebutuhan
Intervensi

INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan kemampuan dan tingkat 1. Membantu dalam
kekurangan dalam melakukan perawatan mengantisipasi/merencanakan pemenuhan
diri. kebutuhan secara individual
2. Beri motivasi kepada klien untuk tetap 2. Meningkatkan harga diri dan semangat
melakukan aktivitas dan beri bantuan untuk berusaha terus-menerus
dengan sikap sungguh 3. Klien mungkin menjadi sangat ketakutan
3. Hindari melakukan sesuatu untuk klien dan sangat tergantung dan meskipun
yang dapat dilakukan klien sendiri, tetapi bantuan yang diberikan bermanfaat dalam
berikan bantuan sesuai kebutuhan. mencegah frustasi, adalah penting bagi klien
4. Berikan umpan balik yang positif untuk untuk melakukan sebanyak mungkin untuk
setiap usaha yang dilakukannya atau diri-sendiri untuk mempertahankan harga
keberhasilannya diri dan meningkatkan pemulihan
5. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi 4. Meningkatkan perasaan makna diri dan
kemandirian serta mendorong klien untuk
berusaha secara kontinyu
5. Memberikan bantuan yang mantap untuk
mengembangkan rencana terapi dan
mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong
khusus

Diagnosa. 5

Resiko Gangguan Nutrisi kurang dari kebutuhan dengan kelemahann otot mengunyah dan
menelan sekunder kehilangan kesadaran.

Tujuan

Tidak terjadi gangguan nutrisi

Kriteria hasil
 Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan
 Hb dan albumin dalam batas normal
Intervensi

INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan kemampuan klien dalam 1. Untuk menetapkan jenis makanan yang
mengunyah, menelan dan reflek batuk akan diberikan pada klien
2. Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada 2. Untuk klien lebih mudah untuk menelan
waktu, selama dan sesudah makan karena gaya gravitasi
3. Stimulasi bibir untuk menutup dan 3. Membantu dalam melatih kembali sensori
membuka mulut secara manual dengan dan meningkatkan kontrol muskuler
menekan ringan diatas bibir/dibawah dagu 4. Memberikan stimulasi sensori (termasuk
jika dibutuhkan rasa kecap) yang dapat mencetuskan usaha
4. Letakkan makanan pada daerah mulut untuk menelan dan meningkatkan masukan
yang tidak terganggu 5. Klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme
5. Berikan makan dengan berlahan pada makan tanpa adanya distraksi/gangguan dari
lingkungan yang tenang luar
6. Mulailah untuk memberikan makan 6. Makan lunak/cairan kental mudah untuk
peroral setengah cair, makan lunak ketika mengendalikannya didalam mulut,
klien dapat menelan air menurunkan terjadinya aspirasi
7. Anjurkan klien menggunakan sedotan 7. Menguatkan otot fasial dan dan otot
meminum cairan menelan dan menurunkan resiko terjadinya
8. Anjurkan klien untuk berpartisipasidalam tersedak
program latihan/kegiatan. 8. Dapat meningkatkan pelepasan endorfin
9. olaborasi dengan tim dokter untuk dalam otak yang meningkatkan nafsu makan
memberikan ciran melalui iv atau 9. Mungkin diperlukan untuk memberikan
makanan melalui selang cairan pengganti dan juga makanan jika
klien tidak mampu untuk memasukkan
segala sesuatu melalui mulut

Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang di
sengaja dan terus-menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya.
Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi, dan strategi evaluasi.
Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau
tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang. (Lismidar, 1990).
Daftar Pustaka
 Marylin Doengus , TERJEMAHAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN , EGC,
1999.
 Lynda Jual C ,RENCANA ASUHAN DAN DOKUMENTASI KEPERAWATAN,
EGC,1999.
 Anna Owen ,PEMANTAUAN PERAWATAN KRITIS, , EGC, 1997.
 Susan C.dewit, ESSENTIALS OF MEDICAL SURGICAL NURSING, W.B
SOUNDERS COMPANY, 1998
 Harsono,ED, NEUROLOGI KLINIS, GAJAH MADA UNIVERSITY PRESS, 1996.
 2000, Harsono ED, KAPITA SELEKTA NEUROLOGI, Gajah Mada UP.

Anda mungkin juga menyukai