Analisis Kualitatif Antibiotik I

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

PERCOBAAN III

ANALISIS KUALITATIF ANTIBIOTIK


I

Nama : Bella Dwi Safitry


NIM : 199415
Kelas : 2A
Dosen : Erwan Kurnianto, M. Farm., Apt

AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK


2020
PERCOBAAN III. ANALISIS KUALITATIF ANTIBIOTIK I
A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa terampil dalam melakukan analisis kualitatif golongan Antibiotika
2. Mahasiswa mampu menjelaskan setiap proses yang terjadi pada analisis
kualitatif golongan Antibiotika.

B. Dasar Teori
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki
banyak khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman. Sedangkan toksisitasnya
pada manusia relative kecil. Turunan zat tersebut yang dibuat secara semi sintesis dengan
khasiat antibakteri lazimnya disebut antibiotika (Tjay T.H , 2007 ).
Pada umumnya, antibiotika dibuat secara mikrobiologi, yaitu fungi dibiarkan dalam tangki-
tangki besar bersamaan dengan zat-zat gizi khusus. Oksigen atau udara steril disalurkan
kedalam cairan pembiakan untuk mempercepat pertumbuhan fungi dan meningkatkan
produksi antibiotikannya. Setelah disolasi dari cairan hablur, antibiotika ini selanjutnya
dimurnikan dan aktivitasnya ditentukan (Tjay, T.H, 2007).
− Antibitika semisintetik. Apabila pada persemaian (culture substrate) dibubuhi zat-zat
pelopor tertentu, maka zat-zat ini diinkerporasi kedalam antibotika dasarnya. Hasilnya
disebut senyawa semi sintetik, misalnya penisilin-V.
− Antibiotika sintetik kini tidak lagi dibuat secara biosintetik, melainkan seluruhnya
melalui sintesis kimiawi, misalnya kloramfenikol (Tjay, T.H,2007).
Antimikroba digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga
untuk prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan dasar. Secara profilaktik juga diberikan
pada pasien dengan sendi dan klep jantung buatan, juga sebelum cabut gigi (Tjay, T.H,
2007).
Pemusnahan mikroba dengan antimikroba yang bersifat bakteriostatik masih tergantung
dari kesanggupan reaksi daya tahan tubuh hospes. Peranan lamanya kontak antara mikroba
dengan antimikroba dalam kadar efektif juga sangat menentukan untuk mendapatka efek;
khususnya pada tuberkulostatik (Departemen F dan T, 2007).
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antimikroba dibagi dalam lima kelompok (Departemen
F dan T, 2007) :
1. Antimikroba yang menghambat metabolism sel mikroba
Antimikroba yang termasuk dalam kelompok ini adalah sulfonamide, trimetropin, asam
p. amino salisilat (PAS) dan sulfon. Dengan mekanisme kerja ini diperoleh efek
bakteriostatik.
Mikroba membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya. Berbeda dengan
mamalia yang mendpatkan asam folat dari luar, kuman patogen harus mensitesis sendiri
asam folat dari asam amino benzoate (PABA) untuk kebutuhan hidupnya. Apabla
sulfonamide atau sulfon menang bersaing dengan PABA untuk diikutsertakan dalam
pembentukan asam folat, maka terbentuk analog asam folat yang nonfungsional.
Akibatnya, kehidupan mikaroba akan terganggu. Berdasarkan sifat kompetisi efek
sulfonamide dapat diatasi dengan meningkatkan kadar PABA.
2. Antimikroba yang menghambat sintesis dinding sel mikroba
Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah penisilin, vankomisin dan sikloserin.
Dinding sel bakteri, terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu kompleks polimer
mukopeptida (glikopeptida). Sikloserin menghambat reaksi yang paling dini dalam
proses sintesis dinding sel, diikuti berturut-turut oleh basitrasin, vankomisin dan diakhiri
oleh penisilin dan sefalosforin, yang menghambat reaksi terakhir (transpeptidasi) dalam
rangkaian reaksi tersebut. Oleh karena tekanan osmotik dalam sel kuman lebih tinggi
daripada luar sel maka kerusakan dinding sel kuman akan menyebabkan terjadinya lisis,
yang merupakan dasar efek bakterisidal pada kuman yang peka.
3. Antimikroba yang mengganggu keutuhan membran sel mikroba
Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah polimiksin, golongan polien serta
berbagai antimikroba kemoterapeutik, umpamanya antiseptic surface active agents.
Polimiksin sebagai senyawa ammonium-kuartener dapat merusak membran sel setelah
bereaksi dengan fosfat pada fosfilipid membran sel mikroba. Polimiksin tidak efektif
terhadap kuman Gram-positif karena jumlah fosfor bakteri ini rendah. Kuman Gram-
negatif yang menjadi resisten terhadap pilimksin, ternyata jumlah fosfornya menurun.
Antibiotik polien bereaksi dengan struktur sterol yang terdapat pada membran sel fungus
sehingga mempengaruhi permeabilitas selektif membran tersebut. Bakteri tidak sensitif
terhadap antibiotik polien, karena tidak memiliki struktur sterol pada membran selnya.
Antiseptik yang mengubah tekanan permukaan (surface active agents), dapat merusak
permeabilitas selektif dari membran sel mikroba.
4. Antimikroba yang menghambat sintesis protein sel mikroba
Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah golongan aminoglikosid, linkomisin,
tetrasiklin dan kloramfenikol. Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis
berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan
tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri atas dua subunit, yang berdasarkan konstanta
sedimentasinya dinyatakan sebagai ribosom 30s dan 50s. untuk berfungsi pada sintesis
protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom
80s. penghambatan sintesis protein terjadi dengan berbagai cara.
Streptomisin berikatan dengan komponen ribosom 30s dan menyebabkan kode pada
mRNA salah dibaca oleh tRNA pada waktu sintesis protein. Akibatnya akan terbentuk
protein yang abnormal dan nonfungsional bagi sel mikroba. Antibiotik aminoglikosid
lainnya yaitu gentamisin, kanamisin dan neomisin memiliki mekanisme kerja yang
sama, namun potensinya berbeda.
5. Antimikroba yang menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba
Antimikroba yang termasuk dalam kelompok ini ialah rifampisin, dan golongan
kuinolon. Yang lainnya walaupun bersifat antimikroba, karena sifat sitotoksisitasnya,
antikanker, pada umumnya hanya digunakan sebagai obat antikanker; tetapi beberapa
obat dalam kelompok terakhir ini dapat pula digunakan sebagai antivirus. Yang akan
dikemukakan disini hanya kerja obat yang berguna sebagai antimikroba, yaitu
rifampisin dan golongan kuinolon.
C. Monografi Bahan
1. Kloramfenikol [Menurut Farmakope Indonesia edisi ke V, halaman 684]
Chloramphenicol

D-treo-(-)-2,2-Dikloro-N-[ 𝝱-hidroksi-𝝰-(hidroksimetil)-p-nitrofenetil]asetamida
C11H12Cl2N2O5 BM
323,13

Kloramfenikol mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%
C11 H12 Cl2 N2O5.
Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih
hingga putih kelabu atau putih kekuningan; larutan praktisn
netral terhadap lakmus P; stabil dalam larutan netral atau larutan
agak asam.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam
propilenglikol, dalam aseton dan dalam etil asetat.
Jarak Lebur : antara 149͒ dan 153͒.
pH : antara 4,5 dan 7,5.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat. simpan ditempat sejuk dan kering.

2. Doksisiklin
Nama zat aktif : Doksisiklina
Nama lain : Doxcyclinum
Nama kimia : 4-(dimetilamina)-1,4, 4a, 5, 5a, 6, 11, 12a-oktahidro-3,5, 10,
12,- karboksamina monohidrat
Rumus molekul : C22 H24 N 2O8 .H2 O
Berat molekul : 462,46
Pemerian : serbuk hablur; kuning
Kelarutan : sngat sukar larut dalam air, mudah larud dalam larutan asam
encer dan dalam larutan alkali hidroksida; agak sukar larut
dalam etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam kloroform P dan
dalam eter P.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya
Khasiat : antibiotikum
3. Aquadest (Ditjen POM, 1979)
Nama Asli : Aqua Destillata

Rumus struktur :
Nama lain : Air Suling
Rumus molekul : H2O
Pemerian : Cairan jernnih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

4. Etanol
Nama resmi : Etanol
Nama latin : Alcohol

Rumus struktur :
Pemerian : cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna; bau khas dan
menyebabkan rasa Terbakar pada lidah. Mudah menguap
walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78°C,
mudah terbakar.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, jauhkan dari api
5. Natrium Hidroksida (FI Edisi III Hal 412)
Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama Lain : Natrium Hidroksida
Rumus Molekul : NaOH
Berat Molekul : 40,00
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keeping, kering,
keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur; putih, mudah
meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap
karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
6. Asam sulfat (FI. IV hal.52)
Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama lain : Asam sulfat
RM/BM : H2SO4 / 98,07
Pemerian : Cairan jernih, seperti minyak, tidak berwarna, bau sangat
tajam dan korosif.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan dengan etanol, dengan
menimbulkan panas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat tambahan

D. Alat & Bahan


1. Alat
− Tabung Reaksi + Rak
− Batang Pengaduk
− Pipet Tetes
− Gelas Ukur
− Penangas Air
2. Bahan
− Kloramfenikol
− Doksisiklin
− Etanol
− NaOH
− Asam Sulfat Pekat
− Aquadest

C. Cara Kerja

A. Doksisilin
a. Uji Kelarutan
Alat dan bahan
− Disiapkan 2 tabung reaksi.
− Dimasukkan 250 mg sampel ke dalam masing-masing tabung reaksi
− Ditambahkan 10 ml etanol ke dalam tabung reaksi pertama dan
tambahkan 10 ml aquadest kedalam tabung reaksi kedua
− Diamati kelarutannya.
Hasil
b. Uji Reaksi Warna
Alat dan bahan
− Sebanyak 100 mg sampel ditambahkan 5 ml Asam Sulfat Pekat.
− Diamati warna yang terbentuk.
Hasil

B. Kloramfenikol
a. Uji Kelarutan
Alat dan bahan

− Disiapkan 2 tabung reaksi.


− Dimasukkan 250 mg sampel ke dalam masing-masing tabung reaksi.
− Ditambahkan 10 ml etanol ke dalam tabung reaksi pertama dan
ditambahkan 10 ml aquadest ke dalam tabung reaksi ke dua. Amati
kelarutannya.
Hasil

b. Uji Reaksi Warna

Alat dan bahan

− Sebanyak 100 mg sampel ditambahkan 1 gram NaOH dan 3 ml aquadest.


− Dipanaskan hingga mendidih dan amati warnanya.
Hasil

TABEL HASIL PENGAMATAN

No Sampel Reagen Hasil Teori Hasil Kesimpulan


Percobaan
1 Doksisiklin Uji Kelarutan
• Aquadest Sukar larut (-) Larut Tidak sesuai
teori
• Etanol Sukar larut (+) sukar larut Sesuai teori
Uji Warna
• + 5 mL asam sulfat Warna kuning (+) warna Sesuai teori
pekat kuning-jingga
2 Kloramfenikol Uji Kelarutan
• Aquadest Sukar larut (+) sukar larut Sesuai teori
• Etanol Mudah larut (+) Larut Sesuai teori
Uji Warna
• Ditambahkan Warna kuning (+) warna Sesuai teori
NaOH + kuat kuning-jingga
dipanaskan

D. Pembahasan
Antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh berbagai jasadrenik bakteri,
jamur dan aktinomises, yang dapat berkhasiat menghentikan pertumbuhan atau membunuh
jasad renik lainnya (Subronto dan Tjahajati, 2001).
Antibiotika yang diperoleh secara alami dari mikroorganisme disebut antibiotikaalami,
antibiotika yang disintesis di laboratorium disebut antibiotika sintetis.Antibiotika yang
dihasilkan oleh mikroorganisme dan dimodifikasi dilaboratorium dengan menambahkan
senyawa kimia disebut antibiotikasemisintetis (Subronto dan Tjahajati, 2011).
Pada praktikum kali ini dilakukan uji kualitatif pada kloramfenikol dan doksisiklin yang
dibagi menjadi 2 pengujian yaitu uji kelarutan dan uji warna yang ditujukan untuk
mengidentifikasi ada atau tidaknya kanungan antibiotik pada kedua obat tersebut.
Doksisiklin adalah antibiotika yang banyak digunakan dalam industri perunggasan
terutama untuk terapi suatu penyakit. Doksisiklin merupakan antibiotik semi sintetik
bakteriostatik turunan dari tetrasiklin yang berspektrum luas. Doksisiklin banyak digunakan
untuk pengobatan infeksi syang disebabkan oleh bakteri gram negatif dan gram positif
terutama infeksi saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan saluran urinaria (sulaiman. Et.
all. 2015)
Uji kualitatif yang dilakukan pada doksisiklin dibagi menjadi dua yaitu uji kelarutan dan
uji warna. Pertama dilakukan uji kelarutan pada doksisiklin dengan menggunakan pelarut
aquadest dan pelarut etanol. Pada saat dilakukan uji dengan menggunakan pelaut aquadest
hasil yang diapatkan yaitu doksisiklin terlarut sempurna didalam aquadest, hal ini tidak
sesuai dengan monografi doksisiklin yang menyatakan bahwa doksisiklin sukar larut dalam
air atau aquadest, kesalahan yang terjadi tersebut bisa saja diakibatkan oleh kesalahan yang
dilakukan oleh praktikan dalam menentukan kadar atau kesalahan dalam menambahkan
sampel atau larutan yang digunakan. Uji kelarutan yang kedua yaitu digunakan pelarut
etanol, pada uji yang dilakukan menggunakan pelarut etanol didapatkan hasil doksisiklin
tidak larut dalam pelarut etanol dan hal ini sesuai dengan teori dan monografi yang ada.
Selanjutnya dilakukan uji warna pada doksisiklin untuk menentukan ada atau tidaknya
kandungan antibiotik pada doksisiklin dengan cara direaksikan dengan 5 ml asam sulfat
pekat yang menghasilkan warna kuning-jingga. Hal ini menunjukan bahwa terdapat
kandungan zat antibiotik atau anti bakteria dalam obat doksisiklin dan sesuai dengan teori.
Kloramfenikol mempunyai rumus molekul C 11 H29N7O12 dengan beratmolekol 323.1.
kloramfenikol merupakan serbuk kristal putih ampai putihkeabuan atau putih kekuningan,
tidak berbau, sangat tidak larut dalam air, sangatlarut dalam alkohol dan propilen glikol
(Ditjen POM, 1995).
Kloramfenikol termasuk antibiotika yang paling stabil. Larutankloramfenikol dalam air
pada pH 6 menunjukkan kecenderungan terurai yang paling rendah. Senyawa ini cepat dan
hampir sempurna diabsorpsi dari salurancerna. Oleh karena itu pemberian kloramfenikol
dilakukan secara peroral(Wattimena, 1990)
Pada uji kelarutan yang dilakukan pada kloramfenikol hal pertama yang dilakukan
adalah disiapkan 2 tabung reaksi, pada tabung reaksi pertama terdapat 10ml aquadest
ditambah dengan 250 mg kloramfenikol yang didapati hasil serbuk sukar larut dalam
aquadest dan terdapat endapan, sedangkan pada tabung kedua menggunakan pelarut etanol
dan didapati hasil kloramfenikol terlarut sempurna dan hal ini sesuai dengan teori yang ada.
Pada uji kedua dilakukan uji warna untuk menentukan ada atau tidaknya kandungan
antibiotik didalam kloramfenikol, hal yang dilakukan yaitu direaksikan dengan NaOH
kemudian dipanaskan dan terbentuk warna kuning kuat yang menunjukan terdapat
kandungan antibiotik didalam kloramfenikol, hal ini sesuai dengan teori yang ada.

E. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh berbagai jasadrenik bakteri,
jamur dan aktinomises, yang dapat berkhasiat menghentikan pertumbuhan atau
membunuh jasad renik lainnya
2. Terdapat dua cara uji kualitatif antibiotik yaitu dengan cara uji kelarutan dan uji warna.
3. Pada pengujian warna untuk doksisiklin dan kloramfenikol didapatkan hasil bahwa
keduanya sama sama mengan dung zat antibiotik sesuai dengan teori.
DAFTAR PUSTAKA
AL-Tahat, Saqer Sulaiman Yousef. 2015. Timeliness of Audited Financial Reports of Jordanian
Listed Companies. Jerash University. IPASJ International Journal of Management (IIJM)
Volume 3, Issue 2, February 2015 ISSN 2321-645X
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta. 6-7, 93-94, 265, 338-339, 691.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta. 448, 515, 771, 1000.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007, Farmakologi Dan Terapi, Edisi Kelima, 368,
678, 605-608, 720, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
Subronto dan Tjahjati. 2001. Pedoman Pengobatan Pad a Hewan Ternak. Bentang Pustaka.
Yogyakarta.
Tjay TH dan Rahardja K. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek
Sampingnya. Edisi VI. Jakarta.PT. Elex Media Komputindo. 193
Wattimena, J. R. 1990. Farmakodinami dan Terapi Antibiotik. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai