MAKALAH KELOMPOK SPO Wessss
MAKALAH KELOMPOK SPO Wessss
MAKALAH KELOMPOK SPO Wessss
Disusun Oleh :
1. Nadila Dwi Silvia (1604015052) (Makalah hal 257-262)
2. Risti Amelia Adzmi (1604015152) (Makalah hal 263-268)
3. Pieska Septiwidya (1604015112) (Makalah hal 269-274)
4. Mika Aulia (15040152340 (Makalah hal 302-308)
5. Soraya Annisa (1504015393) (Makalah hal 308-314 )
6. Deka Saputra (1504015085) (Makalah hal 281-287)
JAKARTA 2019
BAB I
PENDAHULUAN
Jarang sekali industri farmasi (riset) menghasilkan obat kimia baru spesifi
yang digunakan untuk pengobatan dermal dan atau transdermal. Oleh sebab itu,
pada umumnya sifat fisikokimia obat tidak selalu ideal untuk pengambilan obat
melalui kulit. Berarti harus dilakukan upaya luar biasa dengan mendesain formulasi
secara tepat, atau menemukan obat yang dapat menghantarka obat dalam jumlah
cukup sedemikian rupa sehingga obat berada dalam konsentrasi cukup di lokasi
obat bekerja.
1.2. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Keterbatasan permeabilitas obat pada kulit (dalam beberapa hal dapat diatasi
dengan penambahan peningkatan penetrasi).
Keterbatasan farmakokinetika dan farmakodinamika.
Hanya dapat diaplikasikan untuk obat dengan dosis rendah.
Kemungkinan menimbulkan reaksi iritasi atau hipersensitifitas.
Variasi permeabilitas kulit (inter dan intrasubjek).
Kulit adalah organ multilayer kompleks, baik ditinjau dari struktur maupun
fungsinya. Kulit dapat dianggap mempunyai 4 lapisan yang berbeda dengan
jaringan (gambar 2. 1):
Gambar 2.2.1 Penampang dari kulit (A) Stratum corneum (B) Epidermis hidup (C) Dermis (D) Lemak subkutan. 1. Rute
transekrim 2. Rute transebaseous 3. Rute transokular 4. Rute intraseluler dan 5. Rute transeluler.
Gambar 2.2.2. Penampang skematik stratum corneum memperlihatkan struktur saling mengunci dari keratin
(corneocytes).
Dua rute potensial permeasi molekul obat melalui stratum corneum adalah
melaui rute transeluler dan rute interseluler (secara kontinu); secara skematis
digambarkan pada gambar 2.3
Gambar 2.2.3 Mekanisme secara skematis masuknya obat melalui stratum corneum.
Urutan proses perjalanan suatu obat dari sediaan sistem transdermal menuju
sirkulasi sistemik meliputi :
- Disolusi obat
- Beberapa tahap difusi dan partisi
- Pembentukan depot obat
- Metabolisme
- Pengambilan melalui kapiler dan vaskulator
Gambar 2.2.4. Urutan proses untuk absorpsi obat secara sistemik dari sediaan transdermal. 1. Disolusi, 2,4,6. Difusi, 3,5.
Partisi, 7. Depot jaringan, 8. Metabolism dan 9,10. Sistem kapiler.
Gambar 2.2.5. Plot log kecepatan permeabilitas versus lipofilisitas permean menunjukkan daerah yang mengontrol
kecepatan.
Daerah A : tidak ada ketergantungan pada pasrtisi untuk homolog yang lebih
polar. Daerah C : kehilangan sensitivitas partisi untuk homolog permean dengan
lipofilisitas lebih tinggi. Daerah C menggambarkan sifat hidrofilik dan lapisan
pembatas air, merepresentasikan epidermis hidup.
3.3. Faktor Fisiologi yang Mempengaruhi Absorpsi Kulit
- Hidrasi kulit
Hidrasi korneum dapat pula meningkatkan, memperlambat, atau sama sekali
tidak menunjukkan efek pada kecepatan permeasi. Biasanya hidrasi meningkatkan
kecepatan permeasi obat pada kulit untuk obat-obat, seperti asam salisilat,
kortikosteroid, kofein, dan ibuprofen.
Faktor biologi yang mempengaruhi kecepatan absorpsi perkutan meliputi usia,
ras dan jenis kelamin.
- Lokasi aplikasi
Lokasi aplikasi sangat penting sekali diperhatikan, karena kulit tidak
permeable secara uniform pada seluruh permukaan tubuh. Sifat stratum corneum
bervariasi pada berbagai lokasi permukaan tubuh karena :
Perbedaan ketebalan
Jumlah lapisan sel
Tumpukan/lapisan sel
Jumlah lipid permukaan
Jumlah relative berbagai lipid interseluler
Faktor lain yang dapat mempengaruhi variasi lokasi dalam permeasi
transdermal meliputi : perbedaan jumlah dan distribusi “appendages”, dan
kedalaman papillae dermal di dalam epidermis.
- Metabolisme kutanous
Proses metabolism di kulit, di katalis oleh enzim yang terdapat di kulit,
meliputi reaksi : oksidasi, reduksi, hidrolisis dan konjugasi.
- Kulit
Komponen selular yang terlibat dalam proses imunologi. Tipe sel yang
ditemukan pada kulit meliputi :
Keratinosit : ditemukan di epidermis, menghasilkan kuantitas besar
mediator imunologik.
Sel-sel langerhans : ditemukan di epidermis, merupakan sel yang
mempresentasikan antigen dalam epidermis.
Sel indeterminan : precursor sel-sel Langerhans ditemukan juga di
epidermis dan papilar dermis.
Macrophages jaringan : ditemukan di dermis, berpartisipasi dalam proses
phagositosis.
Sel-sel mast : merupakan sel yang melepas histamine, bertanggung jawab
untuk reaksi tipe hipersensitivitas segera.
Granulosite : terlibat dalam proses phagositosis.
Fibrolast dan sel endothelial dari vaskulator : berpartisipasi dalam
mekanisme antigen kulit.
- Drama imunologi sediaan transdermal
Cara potensial untuk mengurangi hambatan (halangan) kulit :
Pendekatan secara fisika :
Pengelupasan stratum korneum
Hidrasi stratum korneum
Iontoforesis
Energi ultrasonik/fonoforesis
Aktivasi termal
Pendekatan secara kimia :
Sintesis analog lipofilik
Delipidisasi stratum korneum
Ko-administrasi dengan pemberian peningkat permeasi kulit
Pendekatan secara biokimia
Sintesis prodrug
Ko-administrasi dengan pemberian inhibitor metabolism kulit
Tabel 2.3.1. Pengukuran ketebalan kulit beberapa spesies
Tabel 2.3.2. Kriteria yang harus dipertimbangkan dalam proses pemilihan obat
Adhesif
Alat atau sediaan transdermal yang akan digunakan untuk jangka waktu
lama (± 1 minggu) memerlukan adhesif untuk melengketkan sediaan atau alat pada
kulit. Persyaratan untuk adhesif dermal adalah :
Di antara faktor yang dapat mempengaruhi sifat adhesif ini, antar lain:
Adhesif peka tekanan secara umum didefinisikan secara material yang akan
terikat (adhere) pada substrat. Jika di aplikasikan pada tekanan lemah dan
apabila ditanggalakan (copot), maka adhesif tidak akan meninggalkan residu
(bekas).
Laminat adhesif adalah komposif yang dibuat (terdiri) dari lembaran penutup
belakang (backing sheet) atau membran : suatu lapis tipis adhesif dan suatu
penutup pelepasan (release liner) pada bagian permukaan setiap sediaan / alat.
1 1 1
= +
(Ǫ/t) (𝑄/𝑡)𝑡𝑡𝑠 (𝑄/𝑡)𝑚𝑠
Pada sistem teurapetik yang dikontrol secara difusi, hubungan antara kecepatan
penghantaran obat dari sistem terapetik transdermal dengan kecepatan prmeasi kulit
dapat dirumuskan. Dimana k adalah suatu konstanta: K1, K2, dan K3 adalah
koefisiensi partisi untuk partisia antarmuka antara stratum corneum dan matrik
polimer.
Seperti perkiraan menurut (13.28), dapat dilakukan optimasi desain formulasi
sistem teurapetik transdermal
Tidak semua obat dapat diberikan secara transdermal pada kecepaatan yg cukup
tinggi untuk mencapai kadar darah yg secara terapeutik bermanfaat untuk
pengobatan sistemik.
Formulasi Obat
Biofarmasetika Obat
Karrakteristik kulit dan
Adhesi system pada kulit
Masing-Masing Faktot ini dipengaruhi oleh factor lain:
a. Formulasi
Lapisan Pembatas
Ketebalan
Suhu
Gemetri system
Polimer
Pembawa
Porositas membrane
Turtuositas dan lain sebagainya
b. Biofarmasetika obat
c. Karakteristik kulit
Desain dari alat pengantaran tergantung pada parameter kulit berikut ini
Spesies
Kondisi kulit
Permeabilitas dari suatu lokasi
d. Adhesi pada kulit
Parameter adehesi yang menentukan desain alat atau system pengantaran terutama
adalah formulasi adesif dan kulit.formulasi adesif dipengaruhi oleh hal berikut:
Potensi penngunaan kulit sebagai alur masuk obat untuk tujuan pengobatan secara
sistemik merupakan salah satu ajang penelitian penting yang banyak di teliti.ada
dua tahap pengembangan yang perlu di pahami dengan
baik.pertama,mengembangakan sediaan transdermal untuk sediaan
sistemik.kedua,mengembangkan sediaan transdermal dengan efek ssistemik
dengan pelepasan bahan obat terkendali. Contoh dari obat transdermal pelepasan
terkendali ini adalah dalam bentuk patch transdermscop system deponit,system
nitrodis,system nitrodur dan lain lain.
Suatu profil kinetika permeasi kulit tipikal nitrogliserin dapat diliahat pada gambar
ini
Secara langsung pada permukaan strtumcurneum dalam hal ini permeasi kulit obat
sma sekali tidk dipengaruhi oleh pelarut organic atas system pengantaran obat
Pada system STTM-M reserfoir obat secra total dienkapsulasi pada suatu
kompartemen cetak hasil peleburan obat laminat metalik plastic dan suatu
membrane polimer yang mengontrol kecepatan
8. Material lain
Zat lain yang dinyatakan sebagai peningkat penetrasi adalah orgelase
suatu enzim yang dikeluarkan dan mendisagregasi sel kulit manusia.
9. Minyak atsiri, terpen dan terpenoid
Minyak atsiri menguap berupa zat fragnan yang diekstraksi dari
bunga,buah,daun dan akar bermacam tanaman.
Terminiologi “terpen” biasanya mendeskripsikan suatu senyawa
yang merupakan konstituen dari suatu minyak atsiri yang mengandung
karbon, hydrogen, dan kemungkinan oksigen tapi bukan aromatic.
Senayawa terpenoid dikelompokkan berdasarkan struktur kimianya,
yaitu unit isopren.
Saat ini produk bahan alam, salah satunya terpen, luas digunakan di
industry farmasi karena dianggap relative aman secara klinik dan dapat
diterima sebagai peningkat penetrasi untuk obat lipofilik dan hidrofilik.
DAFTAR PUSTAKA