Akupresur&Lafadz Quran - Nyeri
Akupresur&Lafadz Quran - Nyeri
Akupresur&Lafadz Quran - Nyeri
TESIS
TESIS
TESIS
Oleh:
ENGGAL HADI KURNIYAWAN
NIM 131414153018
Tanda Tangan :
Oleh :
Pembimbing Utama
Pembimbing Serta
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Panitia penguji,
Mengetahui,
Ketua Program Studi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
Saat Dilakukan Prosedur Perawatan Luka Pada Klien Bedah ORIF di RSD dr.
Soebandi Jember”. Penyusunan tesis ini melalui bantuan dari berbagai pihak, oleh
karena itu bersama ini perkenankanlah peneliti mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada Dr. Joni Haryanto, S.Kp., M.Si,
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih banyak atas bantuan,
bimbingan, arahan, dan motivasi dari berbagai pihak yang telah membantu. Untuk
kepada:
2. Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA, selaku Rektor Universitas
5. Prof Dr. Suharto, dr., M.Sc., MPDK., DTM&H., Sp.PD., KPTI., FINASIM,
Instalasi Riset Penyakit Tropis dan Infeksi Universitas Airlangga dan sebagai
penguji tesis yang telah memberikan banyak masukan dan arahan dalam
penelitian ini.
6. Dr. Tintin Sukartini, S.Kp., M.Kes, selaku Ketua Program Studi Magister
tesis.
7. Prof Dr. R. Tatang Santanu Adikara, MS., TOT Akp., drh, yang telah
8. Dr. Suprajitno, S.Kp., M.Kes., selaku penguji tesis yang telah memberikan
9. dr. Budi Rahardjo, Sp.RM., selaku Plt Direktur RSD dr. Soebandi Jember
pendahuluan.
10. Ibu Nurul Fatimah, S.Si., selaku Petugas Laboratorium Instalasi Riset
dorongan semangatnya.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
Semoga Allah mencatat segala amal baik yang telah diberikan. Dengan
selesainya tesis ini, saya menyadari masih ada kekurangan dalam berbagai aspek.
Untuk itu, saya sangat mengharapkan masukan yang membangun. Akhirnya saya
Peneliti
Dibuat di : Surabaya
Pada tanggal : 8 Agustus 2016
Yang menyatakan
EXECUTIVE SUMMARY
recital, combine Acupressure and Al-Quran surah Al-Fatihah recital are not
significantly increase β-endorphin level in urine (p > 0.05).
The pathway result showed that: Acupressure and Al-Quran surah Al-
Fatihah recital still not increase β-endorphin level in urine because the treatment
to the patients were too short less than 20 minutes.
RINGKASAN
signifikan menurunkan tingkat nyeri saat perawatan luka pada pasien pasca bedah
ORIF (p < 0.05), 2) Tidak ada intervensi yang paling efektif diantara akupresur,
lafadz surah Al-Fatihah, dan gabungan akupresur dengan lafadz surah Al-Fatihah
dalam menurunkan tingkat nyeri (p > 0.05), 3) Akupresur, lafadz surah Al-
Fatihah, dan gabungan akupresur dengan lafadz surah Al-Fatihah tidak signifikan
dalam meningkatkan kadar β-endorfin urin (p > 0.05).
ABSTRACT
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Nama dan letak titik akupunktur untuk menurunkan nyeri
pada daerah kaki .......................................................................... 39
Tabel 5.4 Distribusi rata-rata skala nyeri dan kadar endorfin urin
sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan
dan kontrol di RSD dr. Soebandi Jember, April-Mei 2016 ......... 84
Tabel 5.5 Hasil uji Anova tingkat nyeri pada kelompok perlakuan
dan kontrol di RSD dr. Soebandi Jember, April-Mei 2016 ......... 85
Tabel 5.6 Hasil uji Anova kadar endorfin urin pada kelompok
perlakuan dan kontrol di RSD dr. Soebandi Jember,
April-Mei 2016 ............................................................................ 86
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Migrasi isotop titik akupunktur pada meridian ginjal .............. 33
Gambar 2.4 Titik akupunktur sedasi lokal meridian lambung (ST) dan
meridian liver (LR) .................................................................. 39
Gambar 2.5 Titik akupunktur sedasi lokal meridian kandung kemih (BL)
dan meridian limpa (SP) .......................................................... 40
Gambar 2.6 Titik akupunktur sedasi lokal meridian kandung empedu (GB)
dan meridian ginjal (K) ............................................................ 40
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR SINGKATAN
BE : Beta-Endorphin
CC : Chinese Clock
POMC : Proopiomelanokrotin
VT : Volume Transmission
BAB 1
PENDAHULUAN
pembedahan pada fraktur yang sudah diterapkan dengan baik di seluruh dunia.
Penggunaan alat fiksasi yang menjadi tren umum pada saat ini yaitu dengan
menggunakan intramedullary nail daripada plat dan sekrup (Yongu, et al. 2014).
Sebelum tindakan operasi, satu hal yang paling sering ditanyakan oleh klien yaitu
nyeri pasca operasi. Nyeri menjadi perhatian utama dokter bedah karena sangat
erat kaitannya dengan hasil klinis klien dan kesehatan klien pasca operasi. Kontrol
nyeri yang baik pasca pembedahan sangat penting untuk mencegah hasil negatif
dan penyembuhan luka yang lambat. Nyeri merupakan satu dari tiga penyebab
tertundanya pemulangan klien pasca operasi, dua penyebab lainnya yaitu perasaan
manajemen nyeri pasca operasi sangat jauh dari memuaskan (Vadivelu, et al.
2010).
nyeri post operasi, 86% dari mereka menderita nyeri sedang, berat, dan nyeri
ekstrim (Apfelbaum 2003 dalam Usichenko, et al. 2012). Dalam penelitian yang
dilakukan di Norwegia Utara, 40,4% klien menderita nyeri pasca operasi dimana
18,3% klien mengalami nyeri sedang hingga berat (Johansen, et al. 2012). Klien
yang menderita nyeri akut pasca operasi, 10,1% hingga 55,2% klien dapat
berlanjut mengalami nyeri kronis (Harstall 2003 dalam Voscopoulos & Lema
rata klien postoperasi mengalami nyeri sedang sampai berat baik pada intensitas
2012). Nyeri akut pasca operasi yang dirasakan klien akan meningkat pada saat
dilakukan perawatan luka terutama pada saat melepas balutan kasa atau saat
mengganti kain kassa. Intensitas nyeri paling tinggi dirasakan klien pada saat
dilakukan prosedur pelepasan atau penggantian kain kassa, kemudian pada saat
Prinsip manajemen nyeri pada luka dapat diterapkan pada semua luka
yang menimbulkan nyeri. Penggunaan yang tepat dari analgesik saja atau dengan
tidak semua nyeri luka dapat diintervensi dengan analgetik sistemik bahkan
penggunaan obat-obat penurun rasa nyeri (Brown 2014). Penggunaan obat baru
(fentanyl ITS) memiliki efek samping seperti mual, muntah, pruritis, sakit kepala,
dan pusing sedang hingga berat (Vadivelu, et al. 2010). Klien yang mendapatkan
pertama pasca operasi (Ahmed, Latif & Khan 2013). Penggunaan ketamine
gangguan kognisi, memori, dan mood (Azari, et al. 2012 dalam Radvansky, et al.
tekanan ibu jari atau ujung jari untuk menstimulasi titik-titik pada tubuh untuk
atau nyeri (Meriam-Webster 2013 dalam Lan, et al. 2015). Akupresure dapat
menyebabkan efek analgesik pada nyeri nyeri leher (Wong, Yap & Fung 2012).
Sedangkan akupresur pada titik akupunktur Li4 dapat menurunkan intensitas nyeri
persalinan (Dabiri & Shahi, 2014). Wilkinson & Faleiro (2007) menjelaskan
nyeri persalinan pada ibu primipara (Forouhari, et al. 2011). Membaca kata
invasif dan tanpa efek samping dapat dengan efektif dalam menurunkan nyeri
setelah operasi CABG (coronary artery bypass graf) (Nasiri, et al. 2014).
Membaca kata “Allah” juga dapat menurunkan intensitas nyeri dan kecemasan
pada saat penggantian balutan luka pada klien luka bakar (Avazeh, et al. 2011).
Wahida, Nooryanto & Andarini (2015) membuktikan bahwa terapi murotal surah
kelamin, usia, kepribadian, faktor sosial dan budaya (Kneale & Davis 2011).
Klien akan merasakan intensitas nyeri yang paling tinggi pada waktu dilakukan
prosedur perawatan luka bedah ORIF, terutama saat dilakukan prosedur pelepasan
atau penggantian kain kassa, dan ketika prosedur membersihkan luka (Brown
intensitas nyeri klien terutama ketika melakukan prosedur perawatan luka bedah
yang ada di beberapa titik sepanjang jalur penjalaran nyeri. Analgesia akan
prostaglandin, atau mengubah persepsi nyeri di dalam korteks serebral (Kneale &
Davis 2011). Tenaga kesehatan sangat tergantung pada pemberian obat analgesia
yang efektif untuk menurunkan nyeri, akan tetap obat analgesia memiliki banyak
efek samping seperti konstipasi, retensi urin, mual, sedasi, depresi pernapasan,
myoclonus, delirium, gangguan fungsi seksual, dan hiperalgesia (Bao, et al. 2014).
tidak invasif dan pada umumnya tidak beracun dapat digunakan sebagai terapi
dalam menurunkan intensitas nyeri dengan metode CAM yaitu hypnosis, imajinasi
dan terapi musik (Bao, et al. 2014). Akan tetapi, karena keterbatasan yang dimiliki
peneliti dari segi tenaga, kemampuan, biaya dan waktu, maka peneliti fokus pada
nyeri saat dilakukan prosedur perawatan luka pada klien bedah ORIF.
sebagai upaya menurunkan intensitas nyeri dan meningkatkan kadar endorfin urin
terhadap intensitas nyeri saat dilakukan prosedur perawatan luka pada klien
bedah ORIF.
sebelum dan sesudah lafadz surah Al-Fatihah pada saat perawatan luka.
sebelum dan sesudah dilakukan akupresur dan lafadz surah Al-Fatihah pada
1. Bagi klinik
Sebagai referensi tambahan bagi RSD dr. Soebandi dalam pembuatan SOP
3. Bagi klien
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atau dikenal sebagai bedah
reduksi, melibatkan penggunaan sebuah alat fiksasi implan (terdiri dari paku,
skrup, pin, kawat, atau batang, yang memungkinkan digunakan dengan plat baja)
untuk menstabilkan patah tulang (McCann 2009). Penggunaan alat fiksasi yang
menjadi tren umum pada saat ini yaitu dengan menggunakan intramedullary nail
daripada plat dan sekrup (Yongu, et al. 2014). Bedah ORIF dapat digunakan
untuk penatalaksanaan fraktur wajah dan dagu, tulang belakang, tangan atau kaki,
dan persendian (biasanya sendi panggul). Pada saat operasi, patahan tulang
menggunakan plat dan skrup baja. Batang baja dapat dimasukkan ke dalam tulang
untuk menstabilkan fraktur. Alat fiksasi ini kemungkinan akan menetap di dalam
tubuh selamanya kecuali klien mempunya efek samping yang merugikan setelah
Nyeri akut pasca operasi adalah sebuah reaksi fisiologi yang kompleks
akut ini merupakan manifestasi dari autonomi, fisiologi, dan respon perilaku yang
disebabkan karena adanya perasaan tidak menyenangkan klien, rasa yang tidak
yang baik pasca pembedahan sangat penting untuk mencegah hasil negatif seperti
alveolar dan kapasitas vital paru, pneumonia, peralihan menuju nyeri kronis,
yang menerima ransang dari permukaan kulit, dan interoseptor, yang ada di
dinding bagian dalam tubuh. Disamping nosiseptor, kulit juga banyak dipersarafi
Tiap unit sensori termasuk end-organ reseptor, mendampingi akson, dorsal root
ganglion, dan akson terminal berada di saraf spinal. Berbeda dengan reseptor
tinggi. Insisi bedah dan luka akan menstimulasi akhir saraf ini dan menghasilkan
sensasi nyeri di otak. Pembedahan dapat merusak saraf dan peradangan jaringan
2.2.1 Pengertian
darah, dan hipoksia (Dorai 2012). Luka akut merupakan gangguan pada integritas
dalam waktu tertentu dan cara yang tepat. Luka bedah elektif akut adalah salah
dihasilkan dari beberapa tahapan yang kompleks dimulai dengan adanya trauma
dan akan sembuh dalam beberapa hari, bulan, dan tahun tergantung tingkat
kompleks yang terdiri dari tiga fase: fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase
1. Setelah tindakan pembedahan ORIF, kaji tanda-tanda vital setiap 2-4 jam
selama 24 jam pertama, kemudian setiap 4-8 jam, disesuaikan dengan SOP
rumah sakit.
kemudian setiap 4-8 jam. Kaji warna, pergerakan, sensasi, edema, capilary
tinggi.
5. Kaji tingkat nyeri klien, berikan analgesik, dan evaluasi efek obat.
bedah.
7. Kaji balutan luka bedah akan adanya kelebihan drainasi atau perdarahan.
9. Bantu klien melakukan gerakan ROM atau latihan yang memperkuat otot
lainnya.
10. Anjurkan klien untuk melakukan batuk dan nafas dalam dan dorong klien
11. Gunakan kaus kaki elastis dan SCD (sequential compression device) yang
menghasilkan hasil kosmetik sebaik mungkin. Pada balutan luka bedah, balutan
hemostasis dicapai dan luka tertutup oleh scab fibrin. Balutan pasca operasi
biasanya diganti setelah 24-48 jam. Jika tidak demikian, maka dapat
menggunakan balutan semi oklusif (balutan busa atau membran) yang tetap
dibiarkan berada di luka bedah sampai bahan penutup luka diganti (Drennan &
Goodman 2014).
topikal yang lebih baik dalam melawan bakteri gram positif dan negatif. Saat ini
dan luka bedah dalam mempercepat penyembuhan luka (Lullove & Bernstein
2015).
Banyak klien merasakan nyeri pada saat melepas atau mengganti balutan
bahwa :
3. Kain kassa merupakan bahan utama penyebab rasa nyeri klien, sedangkan
nyeri.
5. Tenaga kesehatan menempatkan venous leg ulcer sebagai luka yang paling
infeksi, luka tekanan, luka potong dan abrasi, luka pada anak, luka berongga
dan jamur sebagai nyeri sedang (EWMA, 2002 dalam Brown 2014).
3. Memberikan waktu pada klien untuk istirahat ketika dilakukan prosedur yang
menyakitkan.
5. Berikan analgesik dan mengatur jadwal perawatan luka dilakukan ketika efek
12. Pertimbangkan penggunaan balutan yang merekat ringan atau tidak merekat
2.3.1 Pengertian
secara aktual atau potensial (Moayedi & Davis 2013). Nyeri adalah suatu
pengalaman emosional dan sensorik yang tidak menyenangkan sebagai akibat dari
dinyatakan seperti linu, pegal, keju, kemeng, ngilu, dan seterusnya dapat dianggap
untuk melindungi diri dan sebagai tanda peringatan akan adanya kerusakan
jaringan (Muttaqin 2008). Dalam konsep holistik, apabila aliran energi qi berhenti
atau tidak mengalir maka akan terjadi gangguan keseimbangan dan sering
akan terjadi keadaan seimbang dan tubuh bebas dari nyeri (Oberste 2007).
pengetahuan tentang nyeri, tiap teori yang diusulkan sebelumnya menjadi tidak
tepat. Teori terbaru terntang nyeri yang dikembangkan ternyata konsisten terhadap
semua pengetahuan nyeri (Knight & Draper 2013). Beberapa teori yang
1. Theori Spesifisitas
Bagian tertentu dari sistem saraf telah lama diyakini berperan dalam membawa
nyeri dari reseptor nyeri ke pusat nyeri di sistem saraf pusat. Pada
terhadap stimulus yang ada dalam kisaran noksius. Tetapi, keberadaan apa
yang disebut sebagai ‘sistem nyeri’ itu sendiri tidak dapat menerangkan dengan
baik semua tampilan nyeri eksperimental maupun klinik. Nyeri alih (lokasi
trigeminus yang timbul hanya oleh stimulus noksius ringan) dan efek faktor
motivasi dan emosi masih memerlukan penjelasan lebih lanjut (Walton &
Torabinejad 2008).
stimulus noksius mekanis oleh Burgess & Perl tahun 1967 dan ditemukannya
serat aferen nosiseptif tidak bermielin oleh Bessou & Perl tahun 1969, telah
2. Teori Pola
Teori pola muncul sebagai reaksi terhadap teori spesifitas. Teori pola mencoba
nyeri terjadi ketika tingkat dan pola sensori yang masuk dari reseptor umum
suatu pola impuls pada reseptor nonspesifik yang diinterpretasikan oleh otak
sebagai nyeri. Bahkan, hantaran yang lambat dari sistem serat saraf membawa
nyeri, padahal dalam keadaan normal sistem ini dan nyeri akan dihambat oleh
hantaran cepat dari sistem serat saraf. Dalam kondisi patologis, tingkat
rangsangan pada sistem yang lambat menjadi lebih hebat, mendominasi dan
teori pola yaitu teori ini terlalu umum dan tidak dapat digunakan dalam
saraf. Misalnya ketika reseptor sensori pada mata dirangsang, impuls akan
substansia grisea di medula spinalis adalah area utama kontrol nyeri. Area
kontrol (gerbang) ini dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Gerbang
merupakan simbolik sinaps antara neuron aferen dan traktus asenden dan
dilepaskan pada sinaps dari impuls nyeri. Gerbang ditutup oleh pelepasan
lebih besar atau lebih cepat menjalar sepanjang serabut beta A yang lebih tebal
dan bermielin melewati gerbang, maka impuls nyeri akan lebih sulit lagi
gosokan. Sensasi dingin atau panas akan mengirimkan pesan perubahan suhu
melalui gerbang daripada pesan nyeri. Impuls desenden dari otak, batang otak,
(Kneale & Davis 2011). Oleh karena itu, teori pengendalian gerbang
Proses terjadinya nyeri yang dirasakan seseorang terjadi dalam empat fase:
1. Transduksi
merangsang nosiseptor (tipe dari reseptor saraf sensori yang diaktivasi oleh
rangsangan yang membahayakan) yang ada di kulit, otot, tulang, sendi, dan
dan dihantarkan menuju pusat otak yang lebih tinggi (Dubin & Patapoutian
2010).
2. Transmisi
tanduk dorsal. Di sini, sinaps serabut nyeri dan impuls nyeri melintas dari
menjalar naik ke traktus spinotalamus dan menuju ke talamus di otak (Buck &
Paice 1994 dalam Kneale & Davis 2011). Kecepatan transmisi berhubungan
dengan diameter akson dari neuron sensori dan adanya selaput mielin.
dan kecepatan konduksi rendah yaitu 0,4-1,4 m/s. permulaan nyeri dengan
onset cepat akan dimediasi dengan serat nosiseptor dengan akson bermielin dan
3. Persepsi
ambang batas nyeri terlampaui. Ketika nyeri dipersepsikan, struktur dalam otak
antar orang yang sehat, tetapi setiap orang berbeda dalam mentoleransi atau
kebiasaan yang dapat dipelajari terutama pada gender, umur, dan budaya; dan
pengalaman nyeri masa lalu, dan semua watak emosional (Timby 2009).
4. Modulasi
bertanggung jawab terhadap modulasi nyeri. Kontrol desenden dari pusat yang
lebih tinggi dari otak, yang terdiri dari batang otak, hipotalamus, formasi
retikular, dan korteks serebral dapat memodifikasi nyeri. Opiat endogen yang
spinalis oleh neuron desenden. Opiat endogen atau medulator neuron ini akan
mengikat area reseptor opiat pada membran presinaptik serabut nyeri dan
nyeri tersebut. Ada tiga macam respon individu terhadap nyeri, yaitu :
1. Respon Fisik
Respon fisik terhadap nyeri sangat mirip dengan respon tubuh terhadap stress.
Tekanan darah dan nadi akan meningkat, aliran darah berpindah dari intestinal
dan otak menuju ke otot sebagai bentuk kewaspadaan mental yang meningkat,
terhadap nyeri juga menjelaskan lokasi, intensitas, dan lama penderitaan (Beck
2010).
2. Respon Psikologis
kecemasan yang berhubungan dengan nyeri dapat membuat tubuh lebih lemah
Jika rasa nyeri diakibatkan oleh suatu benda yang ditakuti seperti pisau atau
jarum, maka nyeri yang dirasakan akan semakin kuat. Jika seseorang
mempersepsikan diri bahwa tidak ada yang bisa dilakukan untuk merubah
situasi, maka persepsi terhadap nyeri akan semakin meningkat. Akan tetapi jika
stress sebelumnya, maka persepsi terhadap nyeri akan berkurang (Nevid &
Rathus 2010).
3. Respon Perilaku
nyeri kepada orang lain. Beberapa perilaku nyeri yang dapat dikenali oleh
tenaga kesehatan yaitu meringis, meningkatnya tekanan darah dan denyut nadi,
nonverbal yang tampak karena adanya nyeri yaitu menggosok area nyeri,
Tidak ada alat untuk mengukur nyeri yang ideal. Karakteristik alat yang
ideal berarti mudah untuk dilakukan, dimengerti, dan dibuat, diterima secara
klinis, sah, sensitif, terpercaya, dan sesuai untuk digunakan dalam percobaan dan
situasi klinis (Hughes 2008). Beberapa alat yang dapat digunakan untuk
Pada skala nilai numerik, klien diminta untuk menilai nyeri yang mereka
rasakan dari 0-10 (skala 11 poin), 0-20 (skala 21 poin), atau 0-100 (skala 101
10 atau 100 menggambarkan tingkat nyeri yang ekstrim (nyeri yang paling
buruk). Validitas dari skala nilai numerik telah terdokumentasi dengan baik.
Skala nilai numerik telah menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan
dengan alat ukur nyeri yang lain. Skala nilai numerik juga menunjukkan
diterapkan pada berbagai macam klien (klien lansia dan klien dengan gangguan
Keuntungannya yaitu skala ini memiliki sensitivitas yang lebih besar dan
Skala analog visual terdiri dari sebuah garis sepanjang 10 cm yang salah satu
ujungnya diberi label “tidak ada nyeri” dan diujung lainnya diberi label dengan
“nyeri yang sangat hebat”. Pengukuran nyeri dapat ditandai dengan skala 1-
10cm atau 1-100mm. Klien disuruh untuk menunjukkan seberapa kuat nyeri
yang dirasakan pada skala diantara tidak ada nyeri hingga nyeri yang sangat
hebat. Skala ini telah disahkan untuk mengukur nyeri akut. Beberapa penelitian
telah mendukung kepercayaan dan kebenaran skala analog visual sebagai alat
ukur yang sensitif untuk mengukur nyeri dan perubahan pada nyeri (Herndon
2006).
2) Skala ini menghasilkan nilai ukur yang sensitif yang merefleksikan adanya
3) Skala ini mudah dan cepat untuk digunakan, mudah dibuat, dan dapat
analog visual maka sulit digunakan oleh klien lansia, anak-anak, konfusi,
5) Tidak relevan bagi klien nyeri kronis atau nyeri hebat (Kneale & Davis
2011).
Skala wajah wong baker tersusun dari enam gambar wajah yang dinilai dari 0-
menangis (menggambarkan nyeri yang paling buruk). Skala wajah wong baker
sebagai masalah. Skala yang dimulai dari wajah netral dianggap lebih valid
dalam mengukur tingkat nyeri karena skala dengan tangisan atau senyuman
lebih mencampuradukkan antara emosi negatif dan distres disertai tingkat nyeri
Skala wajah wong baker pada umumnya digunakan untuk klien anak-anak,
umur 3 tahun lebih. Ketika menggunakan skala wajah wong baker, perawat
tingkat nyeri kemudian menyuruh anak untuk memilih gambar wajah yang
mengukur nyeri anak pada interval waktu yang berbeda selama tindakan
invasif dan untuk memonitor tingkat nyeri anak setelah dilakukan tindakan
operasi. Penggunaan skala ini membutuhkan tenaga kesehatan dan orang tua
ketegangan otot, dan memukul). Skala nyeri dengan observasi perilaku ini
biasannya digunakan untuk mengkaji nyeri pada anak yang tidak dapat
(Turk 2011).
Dua skala nyeri dengan observasi perilaku yaitu FLACC (Face, Legs, Activity,
Pains Scale). CHEOPS yang mengkaji enam area telah dikembangkan dan
terlalu kompleks untuk digunakan pada situasi yang sibuk. FLACC yang terdiri
dari lima kategori memiliki reliabilitas dan validitas yang bagus untuk
signifikan, berperan luas dalam aktivitas biologi dalam tubuh (Herath, et al.
2012). Beta-endorfin (BE 1-31) adalah salah satu peptida endogen paling penting
yang ditemukan di dalam CNS dan sistem imun. BE 1-31 disintesis dari pro-
opiomelanocortin (POMC) di sitosol dalam sel tubuh (Asvadi, et al. 2014). Beta-
2010).
menyebabkan efek seperti morfin dengan menghambat sinyal serat C- dan Aδ. BE
1-31 merupakan peptida endogen tidak selektif dan berikatan dengan µ-opioid
reseptor (MOR) dan δ-opioid reseptor (DOR) (Asvadi, et al. 2014). Dalam proses
modulasi nyeri dan adiksi, reseptor opiat dipengaruhi oleh keadaan fisiologi dan
peptidase, dipeptidyl peptidase III dan IV (DPP III, DPP IV) (Asvadi, et al. 2014).
Degradasi BE 1-31 sintesis oleh plasma proteinase menjadi BE 1-19 dan BE 20-
cepat daripada di cairan serebro spinalis (Foley, et al. 1979). Degradasi BE 1-31
tikus di jaringan yang inflamasi pada pH 5.5 lebih cepat daripada pH 7.4 (Herath,
et al. 2012). Pelepasan satu, dua, atau empat asam amino dari rantai C-terminal
BE 1-31 akan menurunkan efek analgesik bahkan kehilangan 8 asam amino dari
2014).
dengan mengikat reseptor opioid (terutama mu subtipe) pada pre atau post sinaps
Sedangkan di sistem saraf pusat, beta endorfin berikatan dengan reseptor mu-
(Sprouse-Blum 2010).
sampel darah, cairan serebospinal, dan urin. Dalam penelitian yang dilakukan
pada ibu hamil, kadar beta endorfin meningkat di plasma dan urin pada ibu hamil
dengan usia kehamilan akhir (Sumioki, et al. 1986), dan kadar β-endorfin
ditemukan di urin pada 11 dari 15 sampel klien dengan gagal ginjal sebesar 5-8
pmol/l (Thornton & Losowsky 1991). Ada beberapa faktor yang dapat
Pada awal tahun 3000 sebelum masehi, orang Cina melakukan pemijatan
kuno telah tertulis daftar pergerakan pijatan beserta deskripsi tekniknya. Salah
satu dari buku ini, The Cong Fau of Tao-Tse, juga berisi daftar olahraga dan
Cina menemukan bahwa teknik tekanan sangat efektif pada titik-titik tertentu. Ini
adalah permulaan dari perkembangan akupresur dan akupunktur. Pada saat itu,
Kaisar Kuning, Huang Di, menulis sebuah buku, The Neijing Suwen, yang telah
diterjemahkan sebagai teks penting dari kesehatan dan pengobatan cina. Buku ini
berisi dialog antara kaisar dan tabib akupunkturnya, Qi Bo. Risalah ini
Cina, disamping obat herbal, massase, diet, dan moxibusi (panas). Patung
perunggu dari abad 15 menunjukkan titik akupunktur yang digunakan saat ini, dan
telah digunakan untuk tujuan pengajaran dan pemeriksaan. Selama masa dinasti
menjadi dasar akupunktur modern. Didalamnya berisi deskripsi lengkap dari 365
titik yang menggambarkan saluran yang terbuka dimana jarum dapat dimasukkan
untuk memodifikasi aliran energi qi. Pengetahuan kesehatan dan penyakit di Cina
berkembang dari observasi subjek hidup karena pembedahan terlarang dan subjek
menjaga kesehatan, mencegah, diagnosa, dan mengobati penyakit fisik dan mental
dengan cara yang berbeda dari pengobatan konvensional yang berdasarkan teori,
teori, kepercayaan, dan pengalaman asli dari budaya yang berbeda, baik bisa
dijelaskan atau tidak, yang digunakan dalam menjaga kesehatan baik dalam
yoga, dan terapi fisik, mental, spiritual, dan mind-body (World Health
melihat individu atau klien sebagai sistem dengan status yang berbeda, dan telah
Pengobatan tradisional Cina atau disebut juga pengobatan herbal telah digunakan
di Cina selama ribuan tahun untuk mengobati penyakit patologi yang berbeda,
berdasarkan pengalaman selama ribuan tahun dari pengobatan Cina, resep obat,
prinsip, dan pemikiran pada hubungan diantara manusia dan alam (Jiuzhang & Lei
2009).
1. Teori yin-yang
keseimbangan antara dua hal yang berlawanan dan energi yang tidak bisa
dipisahkan yaitu yin dan yang. Yin melambangkan dingin, lambat, atau
menjaga tubuh dalam keadaan keseimbangan dan penyakit adalah hasil dari
ketidakseimbangan internal dari yin dan yang (Wilkinson & Faleiro 2007).
Sesuai dengan teori yin-yang, semua fungsi dalam tubuh seharusnya berada
penyakit dan imunitas, nutrisi dan aktivitas fungsional, saraf simpatik dan
parasimpatik, antara jiwa dan jasmani, dan lain sebagainya. Setiap adanya
Aplikasi filosofi yin-yang terhadap nyeri dibedakan menjadi dua yaitu nyeri
dengan kondisi yin dan nyeri dengan kondisi yang. Nyeri akut dimana klien
Sedangkan nyeri fase lanjut dimana kondisi klien sudah lemah dan
menstimulasi jika klien dalam keadaan yin atau sedasi jika klien dalam
tergantung dari bagaimana energi qi mengalir di dalam tubuh (Lin & Lecheva
2013).
Dalam konsep holistik, apabila aliran energi qi mengalir berlebihan (se) maka
Teori lima unsur adalah dasar dari sistem teoritis pengobatan tradisional Cina
dan merupakan harta berharga dari budaya tradisional Cina. Lima unsur
tersebut yaitu kayu, api, tanah, logam, dan air. Air bersifat membasahi dan
bersifat menanam dan menuai. Setiap unsur dari lima unsur tersebut mewakili
Segala sesuatu di alam semesta dibentuk dari hasil pergerakan lima unsur
yang bersifat kayu, api, tanah, logam, dan air.. Teori lima unsur menerangkan
hubungan intern antara organ dan bagian-bagian lain di dalam tubuh, baik
dalam keadaan normal maupun sakit. Teori lima unsur berguna untuk
mempunyai dua aspek yaitu menghidupkan satu unsur dan dihidupkan satu
unsur lainnya. Proses ini diibaratkan sebagai hubungan ibu dan anak, yakni
setiap unsur mempunyai satu ibu dan satu anak. Pendekatan teori lima unsur
keadaan yang merupakan yin dan yang. Misalnya, jika api dalam keadaan si,
kita memperkuat kayu untuk memperbesar api, dan jika kayu dalam keadaan
se maka bisa diatasi dengan memperlemah anak dari kayu yaitu api (Ali
2005).
Seorang pasien yang menderita hipertensi maka unsur api dalam keadaan se
unsur api yaitu titik-titik meridian jantung dan usus kecil. Hipertensi juga bisa
disebabkan karena unsur air dalam keadaan si (lemah), sehingga unsur api
menghina unsur air. Jika pasien hanya diberikan obat hipertensi, maka
Apabila merujuk pada teori lima unsur, intervensi yang dapat dilakukan yaitu
kandung kemih. Unsur air yang kembali seimbang akan membatasi unsur api
4. Teori meridian
Teori meridian adalah salah satu komponen inti dari teori TCM. Teori
yang disebut sistem meridian yang terdapat di tubuh. Suatu penelitian telah
transportasi berbagai bahan kimia dan fisik. Saluran tersebut dinamakan low
disebut volume transmission (VT) (Zhang, Wang & Fuxe 2015). Sedangkan
2015).
Gambar 2.2 Migrasi isotop titik akupunktur pada meridian ginjal (Adikara 2015)
aliran energi atau Qi (Yuan, et al. 2006 dalam Ernst & Lee 2010). Akupresur
adalah suatu teknik yang aman dan tidak invasif, yang memanipulasi titik
menunjukkan hasil yang efektif dalam menurunkan nyeri, sedasi, dan relaksasi
keletihan otot (Yip & Tse 2004 dalam Akbarzadeh, et al. 2014).
tercapai kondisi tubuh yang optimal agar organ tubuh dapat berfungsi dengan
dengan pijatan cukup kuat antara 0,1 Joule – 0,5 Joule atau pijatan nyaman,
akupresur dengan tujuan sedasi (analgesi) dilakukan dengan pijatan yang kuat
lebih dari 0,5 Joule atau pijatan sakit, dilakukan lebih dari 40 detik, dan diurut
berlawanan dengan arah aliran meridian. Efek pijatan analgesi dapat diketahui
panca indra, masuk dan keluarnya penyebab penyakit, serta tempat rangsangan
penyembuhan. Melalui sistem meridian ini energi vital dapat diarahkan ke organ
atau bagian tubuh yang sedang mengalami gangguan (Sukanta 2008). Penelitian
akupresur yang dilakukan pada titik akupunktur lokal pada leher (GB 21, SI 14,
dan SI 15) maupun pada titik akupunktur distal pada tangan (LI 4, LI 10, dan LI
11) dapat memberikan efek sedasi, relaksasi, dan menurunkan intensitas nyeri
adalah tempat terakumulasinya energi vital. Menurut fungsinya ada tiga jenis titik
akupunktur, yaitu:
1. Titik tubuh atau titik umum, adalah titik akupunktur yang berada di sepanjang
sistem meridian. Titik ini berhubungan langsung dengan organ dan daerah
lintasan meridiannya.
2. Titik istimewa adalah titik yang berada di luar meridian dan mempunyai
fungsi khusus.
3. Titik nyeri adalah titik yang terdapat di daerah keluhan. Kalau ditekan selalu
terasa nyeri, dan berfungsi sebagai penghilang rasa nyeri (Sukanta 2008).
2. Akupresur dan aroma terapi bunga valerian dapat meningkatkan waktu tidur
2011).
6. Akupresur efektif, tidak invasif, dan teknik yang mudah dilakukan untuk
8. Akupresur sangat bermanfaat bagi klien yang menderita nyeri otot pada
tangan dan leher, kekakuan pada bahu, sakit punggung yang tidak bisa
oleh olahraga.
stres yaitu sakit kepala, kelemahan, tidak bisa tidur, kekakuan otot, gangguan
titik diatas abdomen, titik dengan efek yang kuat pada sistem saraf otonom,
titik yang berbagi persarafan pada uterus dan servik, dan titik yang telah
11, Liver (LV) 1, LV3, KI11, SP6, BL60, BL67, GV22, dan GB21 untuk
2015).
2. Akupresur tidak boleh dilakukan pada klien yang berada dalam keadaan
yang penting.
3. Akupresur tidak boleh digunakan pada saat pengobatan primer tumor ganas.
1. Kuku pemijat harus dipotong rata dan halus tidak tajam karena dapat melukai,
2. Beri penjelasan terlebih dahulu pada klien agar tenang, tidak tegang, gelisah
3. Tangan pemijat tidak boleh dingin, jika dingin harus digosok-gosok terlebih
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemijatan agar tidak tertular penyakit.
5. Gunakan minyak zaitun dengan aroma melati bagi klien yang berkulit tipis
6. Hindari akupresur pada klien dengan kulit sedang radang, daerah yang dekat
organ tubuh, dekat pembuluh darah dan syaraf, pada ibu hamil, klien
penyakit berat, sakit jantung, sakit hati, dan tekanan darah tinggi.
7. Perlu diperhatikan akupresur di daerah leher dekat pembuluh darah dan saraf
8. Ruangan perlu cukup udara segar, ventilasi yang baik, suhu ruangan yang
sejuk.
9. Klien dianjurkan berdoa terlebih dahulu agar tenang dan yakin menerima
Tabel 2.1 Nama dan letak titik akupunktur untuk menurunkan nyeri pada daerah
kaki
No Nama Letak Indikasi
1 LI 4 Hegu Pada tempat yang paling tinggi jika Sedasi sistemik
ibu jari dan jari telunjuk tangan
dirapatkan
2 ST 36 Zusanli 3 inchi dibawah patella, pada kaki Sedasi sistemik
bagian luar
3 LR 3 Taichong Proximal pertemuan tulang-tulang Sedasi sistemik
metatarsal I dan II
4 SP 6 Sanyinjiao 3 inchi di atas mata kaki bagian Sedasi sistemik
dalam
5 LI 10 Sou San Li 2 inci dari lipat siku Sedasi sistemik
6 ST 31 – ST 45 Meridian kaki lambung Sedasi lokal
7 LR 1 – LR 12 Meridian kaki liver Sedasi lokal
8 BL 36 – BL 67 Meridian kandung kemih Sedasi lokal
9 SP 1 – SP 11 Meridian kaki limpa Sedasi lokal
10 GB 30 – GB 44 Meridian kandung empedu Sedasi lokal
11 K 1 – K 10 Meridian kaki ginjal Sedasi lokal
Sumber : Adikara 2015; Chernyak & Sessler 2005; Nayak, et al. 2008,
Matsubara, et al. 2011
Gambar 2.3 Titik akupunktur sedasi sistemik (Watanabe, et al. 2012; Matsubara, et al.
2010; Lee, et al. 2015)
Gambar 2.4 Titik akupunktur sedasi lokal meridian lambung (ST) dan meridian liver (LR)
(Adikara 2015)
Gambar 2.5 Titik akupunktur sedasi lokal meridian kandung kemih (BL) dan meridian
limpa (SP) (Adikara 2015)
Gambar 2.6 Titik akupunktur sedasi lokal meridian kandung empedu (GB) dan meridian
ginjal (K) (Adikara 2015)
empat jalur rangsangan akupresur, yaitu: rangsangan melalui sistim saraf pusat
dan perifer, rangsangan melalui sirkulasi darah, rangsangan fisik secara langsung
pada permukaan kulit dan otot, dan rangsangan melalui jalur energi (titik
akupunktur dan meridian) menuju organ target (Adikara 2015). Menurut teori
teori barat menjelaskan bahwa akupresur menstimulasi sinyal pada saraf afferent
yang kemudian memodulasi transmisi sinyal spinal dan persepsi nyeri di otak
1. Akupunktur menstimulasi saraf afferen tipe I dan tipe II atau serat A-δ di otot
spinothalamik.
periaqueductal gray matter dan inti raphe. Kemudian akan dikirim sinyal
Al-Quran adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai penutup wahyu dan disampaikan kepada seluruh umat
manusia (Abqary 2010). Kitab suci Al-Quran menjelaskan tujuan dan kewajiban
seorang muslim melalui surah dan ayat, yang mendidik dan merubah seorang
membaca dengan hati : “Perbedaan diantara membaca dengan hati dan membaca
dengan suara nyaring seperti botol parfum ketika tertutup dan ketika terbuka”
1. Yunus 57
Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta
2. An Nahl 69
Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar
obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh, pada yang demikian itu
3. Al Isra 82
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-
4. Fushshilat 44
yang beriman””
5. Asy-Syu’araa 80
Agama RI 2007).
2739
Hadits Abdullah bin Umar ra, dia bercerita: “Diantara do’a Rosulullah SAW
manusia yang mempunyai dampak positif dalam kehidupannya seperti cinta dan
jawab, perasaan damai dan harmonis yang membawa kebahagiaan kepada diri
sendiri dan orang lain disekitarnya. Seorang muslim sangat meyakini bahwa Al-
manusia. Muslim juga meyakini bahwa setiap kata dalam kitab suci Al-Quran
membawa shifa’ (obat yang menyembuhkan). Akan tetapi di dalam hadist Nabi
yang dapat digunakan sebagai penyembuh untuk penyakit tertentu yang berbeda
(Rahman 2014).
Ruqyah adalah mantra atau jampi dengan membaca ayat Al-Quran dengan
salah satu surah yang paling sering dibaca terutama pada saat melaksanakan
sholat wajib lima waktu dalam sehari. Nabi Muhammad SAW berharap seorang
1.
Bismillaahirrahmaanirrahiim
2.
Alhamdulillaahirabbil'aalamiin
3.
Arrahmaanirrahiim
4.
Maalikiyawmiddiin
5.
Iyyaakana'buduwa-iyyaakanasta'iin
6.
Ihdinaashshiraathalmustaqiim
7.
Shiraathalladziinaan'amta'alayhim ghayrilmaghdhuubi'alayhim
walaadhdhaalliin
[1:7] (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang
Ada beberapa hadist Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan Surah Al-
Ibnu Mahlab berpandangan bahwa letak ayat ruqyah dalam surah Al-Fatihah
tidak berada di tempat, apakah di antara kalian ada yang bisa memberi
ruqyah?” Lalu ada seorang laki-laki berdiri bersamanya, yang kami tidak
membacakan ruqyah, sehingga kepala suku itu pun sembuh. Lalu kepala suku
menyuruhnya memberinya tiga puluh ekor kambing, dan memberi kami air
susu.
dengan Ummul Kitab (Al-Fatihah).’ ‘Jangan berbuat apa pun hingga kami
Madinah kami menceritakan hal itu kepada Nabi SAW, maka beliau pun
bersabda, ‘Dari mana dia tahu bahwa surah Al-Fatihah sebagai ruqyah
Pada saat seseorang murotal Al-Quran, ada dua indera yang ikut terlibat
yaitu indera pengecap dan indera pendengaran. Kedua organ sensori ini akan
dan memberikan arti. Sinyal tersebut kemudian dihantarkan menuju sistem limbik
yang akan memberikan respon yang tepat kepada tubuh. Sinyal dari organ sensori
juga dapat langsung dihantarkan menuju amigdala melalui saraf kecil yang
yang lebih cepat. Amigdala akan mengirimkan sinyal pada tubuh melalui otak dan
jaringan saraf pada lobus frontal. Adanya interkoneksi antara lobus frontal dengan
sistem limbik akan mengaktifkan lobus frontal kiri yang cenderung berhubungan
dan hipotalamus sebagai bagian dari sistim limbik. Amigdala berperan dalam
otot yang merupakan respon dari relaksasi. Perasaan relaksasi dan suasana hati
sebagai opiat alami akan menutup gerbang nyeri, sehingga akan terjadi penurunan
tingkat nyeri.
Salah satu doa mujarab yang ditekankan dalam Islam adalah membaca
“Kamu seharusnya menyebut nama Allah, karena Allah adalah penyembuh dan
hindari menyebut manusia karena menyebabkan nyeri dan penyakit” (Nasiri, et al.
nyeri dan kecemasan klien. Psikolog dan psikiater menemukan individu yang
diri dari ujian hidup, mengurangi rasa takut, kawatir, kegelisahan, stres, dan dapat
kontekstual, dan residual stimuli. Ketika mengkaji fungsi fisik dilihat sebagai
stimulus fokal seperti aktivitas fisik dan kepercayaan diri. Residual adalah semua
Menurut Roy (1984) dalam ilmu keperawatan terdapat lima objek utama
Kontekstual
Integritas
Sosiologi
(Fungsi Peran) Residual
Regulator
(Sistem
Saraf Zona
Otonom) Maladaptif
Ketergantungan
Gambar 2.8 Diagram model adaptasi Roy (dikutip oleh Nursalam 2013)
1. Manusia
baik positif maupun negatif. Bahkan Roy (1984) menganggap manusia dalam
kompleks, sistem yang adaptif dengan proses internal (kognator dan regulator)
2. Keperawatan
Roy (1984) menjelaskan bahwa tujuan utama perawat yaitu fokus dalam
adaptasi pada empat model: fisiologi-fisik, konsep diri, fungsi peran, dan
interdependen (Rogers & Keller 2010). Perubahan internal, eksternal, dan input
3. Kesehatan
adaptasi dengan menjaga respon adaptif dan merubah respon yang tidak efektif
menjadi respon yang adaptif (Jayasree 2013). Sehat dan sakit adalah satu hal
akan terjadi sakit. Sehat akan terjadi ketika manusia beradaptasi secara terus-
4. Lingkungan
Menurut Roy (1984) lingkungan terdiri dari banyak stimulus yaitu kondisi,
tentang perilaku klien sebagai sistem adaptif yang berhubungan dengan empat
model adaptasi yaitu fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan ketergantungan.
pengkajian tahap kedua yang terdiri dari stimulus fokal, kontekstual, dan
adaptif pada individu (Nursalam 2013). Perawat adalah kunci untuk menjamin
kesehatan, kualitas hidup, dan meninggal dengan damai (Shosha & Kalaldeh
2012).
Somatosensory
Neocortex Cortex Lokalisasi
Thalamus Persepsi
β-endorfin
Hipotalamus
Otak tengah
Traktus
dorsolate
Spinothalamic ral
Traktus
anterolate β-endorfin tract
ral
Noreepi-
Enkephalin & neprine &
dynorphin serotonin
Dorsal root
ganglion
Saraf
afferen
tipe I dan Saraf perifer Transmisi
Vocal & tipe II
auditory atau serat
A-δ Nociceptors
perifer Transduksi
Lafadz
Al-Fatihah Akupresur
Trauma
Gambar 2.9 Kerangka teori akupresure dan lafadz Al-Fatihah menurunkan nyeri (Adikara
2015; Chernyak & Sessler 2005; Dossey & Keegan 2015; Dubin & Patapoutian 2010;
Kneale & Davis 2011; Manocha 2014; Sprouse-Blum 2010; Timby 2009; )
Trauma pada sel tubuh akan merangsang pelepasan bahan kimia seperti
saraf perifer (Timby 2009; Dubin & Patapoutian 2010). Impuls listrik
medula spinalis, impuls listrik menjalar naik ke traktus spinotalamus dan menuju
ke talamus di otak (Kneale & Davis 2011). Talamus akan mempersepsikan impuls
Saraf afferen tipe I dan tipe II atau serat A-δ di otot yang akan mengirimkan
gray matter dan inti raphe yang akan mengirimkan sinyal menurun melewati
monoamin noreepineprin dan serotonin yang akan mencegah pesan nyeri menaiki
mengirimkan impuls menuju thalamus kemudian menuju area proses sensori pada
Manocha 2014). Endorfin sebagai opiat alami yang dihasilkan akibat dari
opioid (terutama mu subtipe) pada pre atau post sinaps saraf terminal. Sehingga
Blum 2010).
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
Input:
Stimulus Akupresur sedasi
sistemik dan Membaca Al-Quran
(focal, Surat Al-Fatihah
kontekstual, sedasi lokal kaki
residual)
Stimulasi :
Sistem Limbik (Amigdala,
1. Sistem saraf pusat/perifer
Hipotalamus) dan Lobus
2. Sirkulasi darah
Frontal
3. Kulit & otot
4. Titik akupunktur &
meridian
Kognator
Pembentukan persepsi (+):
- Keyakinan kepada Tuhan
Saraf afferen tipe I dan - Lebih dekat dengan Tuhan
tipe II atau serat A-δ - Berserah diri kepada Tuhan
- Ikhlas kepada Tuhan
Proses
Regulator Mekanisme koping (+)
1. Medula spinalis: Relaksasi dan suasana hati
enkephalin & dynorphin positif
2. Otak tengah: monoamin
noreepineprin &
serotonin Pelepasan endorfin,
3. Hipotalamus-pituitari: serotonin, dopamin,
β-endorfin melatonin
Gambar 3.1 Kerangka konseptual penelitian akupresur dan membaca surah Al-
Fatihah terhadap intensitas nyeri
Open reduction and internal fixation (ORIF) atau dikenal sebagai bedah
reduksi, melibatkan penggunaan sebuah alat fiksasi implan (terdiri dari paku,
skrup, pin, kawat, atau batang, yang memungkinkan digunakan dengan plat baja)
untuk menstabilkan patah tulang (McCann 2009). Sebelum tindakan operasi, satu
hal yang paling sering ditanyakan oleh klien yaitu nyeri pasca operasi. Kontrol
nyeri yang baik pasca pembedahan sangat penting untuk mencegah hasil negatif
Banyak klien merasakan nyeri pada saat melepas atau mengganti balutan
luka (EWMA 2002 dalam Brown 2014). Prinsip manajemen nyeri pada luka
nyeri. Sayangnya, stigma yang kurang baik ditujukan pada penggunaan obat-obat
penurun rasa nyeri (Brown 2014). Penatalaksanaan dengan metode CAM seperti
intervensi atau kombinasi dalam menurunkan intensitas nyeri (Bao, et al. 2014).
Akupresur adalah suatu teknik yang aman dan tidak invasif, yang
dan telah menunjukkan hasil yang efektif dalam menurunkan nyeri, sedasi, dan
relaksasi (Matsubara, et al. 2011). Sedangkan ruqyah adalah mantra atau jampi
penyakit (Deuraseh 2009 dalam Suhami, Muhamad & Krauss 2014). Surah Al-
Fatihah adalah salah satu surah yang paling direkomendasikan untuk dibaca dalam
sistem adaptif yang dapat berespon terhadap stimulus lingkungan internal dan
eksternal yang berbeda baik positif maupun negatif (Bhanji 2012). Ketika tubuh
tersebut. Perawat adalah kunci untuk menjamin tercapainya tujuan adaptasi klien.
empat jalur rangsangan akupresur, yaitu : rangsangan melalui sistim saraf pusat
dan perifer, rangsangan melalui sirkulasi darah, rangsangan fisik secara langsung
pada permukaan kulit dan otot, dan rangsangan melalui jalur energi (titik
Akupunktur menstimulasi saraf afferen tipe I dan tipe II atau serat A-δ di
otot yang akan mengirim impuls menuju medula spinalis yang melepaskan
dari β-endorfin kedalam aliran darah dari kelenjar pituitari (Chernyak & Sessler
2005).
frontalis) dan kemudian menuju sistem limbik (Dossey & Keegan 2015). Proses
dengan sistem limbik yang akan mengaktifkan lobus frontal kiri yang cenderung
merupakan respon dari relaksasi dan suasana hati yang positif yang
2014).
1. Ada pengaruh akupresur terhadap intensitas nyeri dan endorfin urin pada saat
2. Ada pengaruh lafadz surah Al-Fatihah terhadap intensitas nyeri dan endorfin
3. Ada pengaruh akupresur dan lafadz surah Al-Fatihah terhadap intensitas nyeri
BAB 4
METODE PENELITIAN
digunakan adalah pre test post test group design dengan kelompok kontrol.
lafadz surah Al-Fatihah, dan gabungan antara akupresur dan lafadz surah Al-
Fatihah terhadap intensitas nyeri klien saat dilakukan perawatan luka bedah ORIF.
n O1 (X) O2
n O3 (Y) O4
N
n O5 (Z)
O6
n O7 (- ) O8
Keterangan:
N : Populasi pesien bedah ORIF yang merasakan nyeri saat perawatan luka di
n : Besar sampel
O3 : Tingkat nyeri dan kadar endorfin urin sebelum lafadz surah Al-Fatihah
O4 : Tingkat nyeri dan kadar endorfin urin setelah lafadz surah Al-Fatihah
O5 : Tingkat nyeri dan kadar endorfin urin sebelum diberikan akupresur dan
O6 : Tingkat nyeri dan kadar endorfin urin setelah diberikan akupresur dan lafadz
surah Al-Fatihah
O7 : Tingkat nyeri pada saat awal dilakukan perawatan luka dan kadar endorfin
O8 : Tingkat nyeri pada saat akhir dilakukan perawatan luka dan kadar endorfin
X : Akupresur
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah klien rawat inap di bangsal bedah
ruang seruni yang telah dilaksanakan bedah ORIF di RSD dr. Soebandi Jember.
Jumlah pasien bedah ORIF pada bulan April – Mei 2016 adalah 72 pasien.
lafadz surah al-Fatihah, kelompok gabungan akupresur dan lafadz surah al-
Fatihah, dan yang terakhir kelompok kontrol. Sampel dalam penelitian ini diambil
1. Kriteria inklusi
2. Kriteria eksklusi
2) Klien usia diatas lansia awal/ usia pertengahan berumur > 45 tahun
3) Keadaan hamil
9) Kelainan mental
15) Trombosis (Adikara 2015a; Jarmey & Bouratinos 2008; Langshaw 2011)
keterangan :
n = besar sampel
σ. = standar devisiasi
Untuk menghindari adanya sampel yang drop out maka dilakukan koreksi
sebesar 10% (Sastroasmoro & Ismael 2010), maka besar sampel yang dibutuhkan
adalah
n
𝑛′ =
1−f
6
𝑛′ = = 6,67 ≈ 7
1 − 0,10
Keterangan:
Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan pada setiap kelompok adalah 7 klien,
sehingga jumlah total sampel pada kelompok kontrol dan tiga kelompok
Populasi
Klien pasca bedah ORIF di RSD dr. Soebandi
Jember, rata-rata 38 klien tiap bulan
Kelompok
Kelompok kontrol
Kelompok Kelompok lafadz kombinasi
hanya mendapat
akupresur surah Al-Fatihah akupresur dan terapi standar di
(n=7) (n=7) lafadz surah Al- ruangan (n=7)
Fatihah (n=7)
Pre-Intervensi
Data tingkat nyeri ekstremitas bawah dan kadar endorfin urin
urin
Post-Intervensi
Data tingkat nyeri ekstremitas bawah dan kadar endorfin urin
urin
Analisa Data
Deskriptif (mean dan standart deviasi (SD);
Inferensial (Paired T test dan Anova)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah intensitas nyeri dan kadar
Tabel 4.1 Tabel variabel penelitian pengaruh akupresur dan lafadz Al-Qur’an
surah Al-Fatihah terhadap intensitas nyeri saat dilakukan prosedur
perawatan luka pada klien bedah ORIF di RSD dr. Soebandi Jember
Variabel Keterangan
X1 Akupresur
X2 Lafadz surah Al-Fatihah
X3 Akupresur dan lafadz surah Al-Fatihah
Y1 Intensitas nyeri
Y2 Kadar endorfin urin
Tabel 4.2 Definisi operasional variabel penelitian akupresur dan lafadz surah Al-
Fatihah terhadap intensitas nyeri saat dilakukan prosedur perawatan
luka pada klien bedah ORIF di RSD dr. Soebandi Jember
dilakukan pemijatan
5. Dengan menggunakan
ibu jari atau jari
telunjuk, cari titik
akupunktur yang dapat
menurunkan nyeri
sistemik yaitu titik: LI
4 Hegu, ST 36
Zusanli, LR 3
Taichong, SP 6
Sanyinjiao, dan LI 10
Sou San Li.
Sedangkan untuk
sedasi lokal dilakukan
akupresur pada titik
terjauh dari meridian
yang melewati area
luka.
6. Berikan penekanan
pada titik-titik
akupunktur dengan
tekanan kuat yang
menimbulkan rasa
sakit ringan selama 45
detik
7. Akupresur dilakukan
peneliti secara terus-
menerus sampai
perawatan luka akan
selesai
Fatihah dilakukan
secara berulang-ulang
sampai perawatan luka
akan selesai
penyampaian hasil penelitian. Alat tersebut meliputi alat-alat tulis (pulpen dan
kertas) dan laptop. Teknik akupresur menggunakan minyak zaitun aroma melati
agar tidak merusak kulit klien. Sedangkan untuk membimbing klien murotal surah
nilai numerik pada saat sebelum dan sesudah tindakan. Peneliti menjelaskan
pemakaian instrumen secara hati-hati dan sejelas-jelasnya pada klien hingga klien
akurat. Sedangkan untuk mengukur kadar endorfin urin digunakan wadah sampel,
seruni terdiri dari ruang kelas 2 yaitu 6 tempat tidur dan bangsal kelas 3 dengan
10 tempat tidur. Ruangan nyaman dengan ventilasi yang baik dan pencahayaan
yang cukup. Pengumpulan data dilaksanakan mulai bulan April 2016 hingga Mei
2016.
Jember.
3. Setelah mendapatkan izin, peneliti mendata klien yang telah dilakukan bedah
manfaat penelitian.
7. Melakukan pengambilan sampel urin saat klien BAK pada pagi hari yang
endorfin urin.
Sou San Li. Sedangkan untuk sedasi lokal dilakukan akupresur pada titik
terjauh dari meridian yang melewati area luka masing-masing selama 45 detik
10. Peneliti memakaikan earphone pada klien untuk mendengarkan bacaan surah
akupresur pada titik-titik akupunktur sedasi sistemik dan sedasi lokal masing-
13. Dua menit sebelum perawatan luka berakhir, peneliti mengukur kembali
numerik.
14. Setelah tindakan perawatan luka, peneliti mengambil sampel urin pada saat
klien BAK pasca perawatan luka untuk mengukur kadar endorfin urin.
15. Data yang diperoleh dicatat dan disimpan untuk diolah dan dianalisis.
1. Editing
2. Coding
3. Tabulating
Tabulasi adalah membuat tabel semua jawaban yang sudah diberi skor dan
4. Entri data
dalam master tabel atau data base komputer kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana.
5. Cleaning data
kembali data yang sudah dimasukkan untuk melihat ada tidaknya kesalahan
1. Deskriptif
data numerik dianalisis menggunakan mean, median, standar deviasi dan nilai
2. Inferensial
Analisis inferensial bertujuan untuk membuat keputusan dalam hal ini dicari
yang digunakan tergantung pada kenormalan data. Oleh karena itu sudah
Wilk .
Tabel 4.3 Analisis bivariat pengaruh akupresur dan lafadz Al-Qur’an surah Al-
Fatihah terhadap intensitas nyeri saat dilakukan prosedur perawatan
luka pada klien bedah ORIF di RSD dr. Soebandi Jember
No Variabel Analisis
1 Tingkat nyeri sebelum Tingkat nyeri setelah Paired T test
diberikan akupresur diberikan akupresur
2 Kadar endorfin urin sebelum Kadar endorfin urin setelah Paired T test
diberikan akupresur diberikan akupresur
3 Tingkat nyeri sebelum lafadz Tingkat nyeri setelah lafadz Paired T test
surah Al-Fatihah surah Al-Fatihah
4 Kadar endorfin urin sebelum Kadar endorfin urin setelah Paired T test
lafadz surah Al-Fatihah lafadz surah Al-Fatihah
5 Tingkat nyeri sebelum Tingkat nyeri setelah Paired T test
diberikan akupresur dan diberikan akupresur dan
lafadz surah Al-Fatihah lafadz surah Al-Fatihah
6 Kadar endorfin urin sebelum Kadar endorfin urin setelah Paired T test
diberikan akupresur dan diberikan akupresur dan
lafadz surah Al-Fatihah lafadz surah Al-Fatihah
7 Tingkat nyeri pada saat awal Tingkat nyeri pada saat Paired T test
dilakukan perawatan luka akhir dilakukan perawatan
pada kelompok kontrol luka pada kelompok kontrol
8 Kadar endorfin urin sebelum Kadar endorfin urin setelah Paired T test
perawatan luka pada perawatan luka pada
kelompok kontrol kelompok kontrol
9 Analisis intervensi yang paling efektif dalam menurunkan Anova
intensitas nyeri
10 Analisis intervensi yang paling efektif dalam meningkatkan Anova
kadar endorfin urin
Universitas Airlangga dan mendapat izin dari Direktur RSD dr. Soebandi Jember.
Penelitian ini dilaksanakan dengan berpedoman pada masalah etik yang meliputi:
1. Self determination
2. Privacy
dengan kode tertentu sehingga data pribadinya tidak diketahui orang lain.
4. Beneficience
Penelitian ini dapat memberikan dampak positif terhadap responden dan tidak
ini, akan tetapi responden akan mendapatkan manfaat yang lebih besar
apabila ikut terlibat dalam penelitian ini terutama konsep dan pengetahuan
nyeri.
Tidak ada bahaya potensial yang diakibatkan oleh keterlibatan subyek dalam
penelitian ini, oleh karena akupresur dan lafadz surah al-Fatihah yang
dilakukan dalam penelitian ini tidak memiliki efek samping yang berbahaya,
6. Justice
Setiap klien yang telah menjalani bedah ORIF mempunyai hak yang sama
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Fatihah, akupresur dan lafadz surah Al-Fatihah, dan kelompok kontrol pada
pasien pasca bedah ORIF di RSD dr. Soebandi Jember dari bulan April hingga
Mei 2016.
Rumah sakit daerah dr. Soebandi merupakan rumah sakit kelas B Non
sakit kelas B Pendidikan. RSD dr. Soebandi ini adalah unit pelaksana teknis
kabupaten dan merupakan milik pemerintah Kabupaten Jember. Sejak tahun 1998
rumah sakit ini telah menjadi rumah sakit swadana daerah berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 445.35 – 1140 tahun 1998. RSD dr.
Soebandi ditetapkan menjadi rumah sakit pusat rujukan untuk wilayah bagian
timur Propinsi Jawa Timur meliputi lima Kabupaten sekitar Jember yaitu
Rumah sakit daerah dr. Soebandi berada di tengah kota Jember tepatnya
Jalan dr. Soebandi No 124 Jember yaitu kurang lebih 1 Km dari alun-alun kota
Jember sehingga letaknya cukup strategis. Luas tanah RSD dr. Soebandi Jember
sepertiga lahan tersebut yaitu 14.776,67 m2. Dengan demikian peranan rumah
sakit ini cukuplah penting sebagai rujukan, karena lokasinya yang cukup jauh 200
km dari rumah sakit pusat rujukan Propinsi Jawa Timur yaitu RSUD Dr. Soetomo
Surabaya. Di kawasan timur daerah Jawa Timur merupakan kawasan yang rawan
terjadi bencana alam misalnya : banjir, gelombang tsunami, gunung berapi, serta
spesialis. Kapasitas RSD dr. Soebandi terdiri atas 333 tempat tidur rawat inap,
184 termasuk di kamar kelas III dan 51 tempat tidur berkelas VIP keatas. Setiap
tahun 265.929 pasien mengunjungi RSD dr. Soebandi, yang terdiri dari rawat inap
20.606 orang/tahun, rawat jalan 227.683 orang/tahun, dan instalasi gawat darurat
17.640 orang/tahun. Bed occupancy Ratio (BOR) sekitar 67,23%, average length
Ruang seruni RSD dr. Soebandi merupakan ruang khusus pasca bedah
orthopedi terutama untuk bedah ORIF bagi pasien kelas II dan kelas III. Kelas II
terdapat 5 tempat tidur sedangkan untuk kelas III tersedia 14 kamar tidur. Ruang
pekarya. Perawatan luka pada pasien dilakukan pada hari ke tiga pasca bedah
ORIF, kemudian pasien diizinkan pulang apabila tidak ada komplikasi yang
Tiga sampai empat bulan kemudian pasien dianjurkan untuk melakukan operasi
pelepasan pen, sehingga keadaan pasien kembali sehat seperti keadaan semula.
penurunan rasa nyeri pada saat rawat luka. Penanganan rasa nyeri pada pasien
penelitian ini dapat mengingatkan kembali perawat ruang seruni agar melakukan
beberapa teknik alternatif dalam menurunkan nyeri pada saat rawat luka.
antara 21-45 tahun. Tingkat pendidikan responden terbayak adalah lulusan SMA
85,7% sedangkan pekerjaan responden paling banyak adalah petani yaitu 53,6%.
responden, tingkat nyeri, dan kadar endorfin urin baik pada kelompok akupresur,
surah Al-Fatihah, gabungan, dan kelompok kontrol baik data pada pengukuran
Tests of Normalityc,d
Shapiro-Wilk (Sig.)
df Akupresur Al-Fatihah Gabungan Kontrol
Umur 7 0.083 0.064 0.177 0.381
Jenis kelamin 7 0.000 0.000
Pendidikan 7 0.000 0.000 0.000
Pekerjaan 7 0.165 0.013 0.015 0.000
Obat anti nyeri 7 0.000 0.000 0.000
Berdzikir 7 0.000 0.000 0.000
Skala nyeri (pre) 7 0.183 0.062 0.432 0.062
Skala nyeri (post) 7 0.144 0.062 0.482 0.119
Endorfin urin (pre) 7 0.194 0.774 0.397 0.136
Endorfin urin (post) 7 0.088 0.290 0.933 0.406
pekerjaan, skala nyeri (pre dan post) dan endorfin urin (pre dan post) berdistribusi
normal dengan p> 0,05. Kelompok lafadz surah Al-Fatihah menunjukkan bahwa
variabel umur, skala nyeri (pre dan post) dan endorfin urin (pre dan post)
berdistribusi normal dengan p> 0,05. Variabel umur, skala nyeri (pre dan post)
dan endorfin urin (pre dan post) pada kelompok gabungan berdistribusi normal
dengan p> 0,05. Pada kelompok kontrol variabel umur, skala nyeri (pre dan post)
dan endorfin urin (pre dan post) berdistribusi normal dengan p> 0,05. Variabel
jenis kelamin, pendidikan, obat anti nyeri, dan berdzikir pada beberapa kelompok
Hasil uji normalitas data pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
menunjukkan bahwa distribusi data untuk variabel skala nyeri maupun endorfin
urin adalah normal, sehingga untuk uji statistiknya menggunakan uji parameterik.
Uji parameterik yang digunakan dalam penelitian ini adalah paired t test dan
anova.
meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, obat anti nyeri, dan berdzikir
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa hasil uji statistik tidak terdapat perbedaan
endorfin urin dengan p>0.05. Pada variabel jenis kelamin, pendidikan, obat anti
kontrol tidak setara sehingga dalam analisis bivariat akan menggunakan data
5.3.1 Perbedaan tingkat nyeri dan kadar endorfin urin sebelum dan sesudah
Tabel 5.4 Distribusi rata-rata skala nyeri dan kadar endorfin urin sebelum
dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan dan kontrol di
RSD dr. Soebandi Jember, April-Mei 2016
Tabel 5.4 menunjukkan perubahan nilai tingkat nyeri pasien bedah ORIF
pre dan post test pada kelompok akupresur, lafadz surah Al-Fatihan, dan
gabungan dengan uji statistik paired T test diperoleh p=0.000 (p<0.05) sehingga
H0 ditolak yang berarti ada perbedaan yang signifikan tingkat nyeri sebelum dan
diterima yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat nyeri pada
kelompok kontrol. Pada variabel kadar endorfin urin didapatkan p>0.05 sehingga
gabungan (0.648) dan kontrol (0.473) yang berarti tidak ada perbedaan yang
5.3.2. Perbedaan tingkat nyeri dan kadar endorfin urin antara kelompok akupresur,
Tabel 5.5 Hasil uji Anova tingkat nyeri pada kelompok perlakuan dan
kontrol di RSD dr. Soebandi Jember, April-Mei 2016
(p<0.05) maka H0 ditolak yang berarti ada perbedaan yang nyata terhadap tingkat
nyeri antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Pada tabel multiple
akupresur, dengan lafadz surah Al-Fatihah, dan gabungan terhadap tingkat nyeri
dengan signifikasi p>0.05. Akan tetapi ada perbedaan yang signifikan antara
Tabel 5.6 Hasil uji Anova kadar endorfin urin pada kelompok perlakuan
dan kontrol di RSD dr. Soebandi Jember, April-Mei 2016
Endorfin urin
Multiple Comparisons Anova
Variabel Kelompok Mean SE P Value P Value
Al-Fatihah -34.786143 198.618291 .862
Akupresur Gabungan -79.117286 198.618291 .694
Kontrol -77.072143 198.618291 .701
Akupresur 34.786143 198.618291 .862
Al-Fatihah Gabungan -44.331143 198.618291 .825
Kontrol -42.286000 198.618291 .833
.974
Akupresur 79.117286 198.618291 .694
Gabungan Al-Fatihah 44.331143 198.618291 .825
Kontrol 2.045143 198.618291 .992
Akupresur 77.072143 198.618291 .701
Kontrol Al-Fatihah 42.286000 198.618291 .833
Gabungan -2.045143 198.618291 .992
BAB 6
PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan makna hasil penelitian yang dikaitkan dengan tujuan
penelitian. Pada pembahasan ini akan dijelaskan hasil analisis dari variabel-
sebelum perlakuan pada kelompok akupresur yaitu 5.29, kelompok lafadz surah
Al-Fatihah 4.00, kelompok gabungan 4.57, dan kelompok kontrol 3.86. Dari data
tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata nyeri pada saat rawat luka sebelum
kemudian nyeri responden meningkat menjadi nyeri sedang sampai berat pada
saat perawat melepaskan balutan kain kasa di tempat luka. Dalam prosedur
pelepasan balutan kain kasa, perawat tidak membasahi kasa dengan larutan NaCl
terlebih dahulu, sehingga pada saat kain kasa dilepas pasien mengeluh kesakitan
akibat kain kasa yang masih lengket dengan luka di kulit. Pasien juga mengeluh
kesakitan pada saat perawat melepas selang drain yang ada di luka serta beberapa
menjelaskan bahwa nyeri akut pasca operasi yang dirasakan klien akan meningkat
pada saat dilakukan perawatan luka terutama pada saat melepas balutan kasa atau
saat mengganti kain kassa. Intensitas nyeri paling tinggi dirasakan klien pada saat
dilakukan prosedur pelepasan atau penggantian kain kassa, kemudian pada saat
Rata-rata hasil pengukuran tingkat nyeri responden saat rawat luka setelah
tindakan intervensi pada kelompok akupresur yaitu 3.00, kelompok lafadz surah
Al-Fatihah 2.14, kelompok gabungan 2.29, dan kelompok kontrol 3.29. Dari data
tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata nyeri pada saat rawat luka setelah
Berdasarkan data hasil analisis bivariat yang terdapat dalam tabel 5.4
skala nyeri setelah tindakan akupresur dengan menggunakan uji statistik paired T
test diperoleh p=0.000 (p<0.05) yang berarti ada perbedaan yang signifikan
tingkat nyeri sebelum dan setelah intervensi pada kelompok akupresur. Jika
melihat data rata-rata tingkat nyeri sebelum dilakukan akupresur (5.29) dan
sesudah akupresur (3.00), maka telah terjadi penurunan tingkat nyeri dari nyeri
menyebabkan efek analgesik pada nyeri leher (Wong, Yap & Fung 2012).
Melzack dan Wall (1965) menjelaskan bahwa informasi nyeri hanya dapat
pada sinaps dari impuls nyeri. Apabila ada impuls yang lebih besar atau lebih
cepat menjalar sepanjang serabut beta A yang lebih tebal dan bermielin melewati
gerbang, maka impuls nyeri akan lebih sulit lagi melewatinya. Serabut beta A
dirangsang oleh perubahan temperatur kulit atau gosokan yang akan mengirimkan
pesan perubahan suhu melalui gerbang daripada pesan nyeri (Kneale & Davis
2011).
impuls nyeri yang dengan cepat menjalar sepanjang serabut beta A yang lebih
tebal dan bermielin melewati gerbang, sehingga akan menutup jalur impuls nyeri
yang diakibatkan rawat luka. Serabut beta A yang dirangsang oleh akupresur
akupresur melalui gerbang daripada pesan nyeri akibat rawat luka, sehingga
keadaan yin dan yang pasien. Akupresur pada titik akupunktur akan memberikan
efek lokal yaitu penurunan rasa nyeri pada daerah sekitar titik penekanan. Energi
akupresur pada titik akupunktur akan mengalir melalui aliran meridian menuju
target organ. Adanya aliran energi melalui meridian menuju organ dapat
jalur meridian (gambar 2.2). Stimulasi maupun sedasi target organ akan
Data hasil uji statistik paired T test dalam tabel 5.4 yang membandingkan
skala nyeri sebelum dan sesudah lafadz surah Al-Fatihah diperoleh p=0.000
(p<0.05) yang berarti ada perbedaan yang signifikan tingkat nyeri sebelum dan
setelah intervensi pada kelompok lafadz surah Al-Fatihah. Data rata-rata tingkat
nyeri sebelum lafadz surah Al-Fatihah (4.00) dan sesudah (2.14), maka telah
terjadi penurunan tingkat nyeri dari nyeri sedang menjadi nyeri ringan.
pada ibu primipara (Forouhari, et al. 2011). Membaca kata “Allah” juga dapat
menurunkan intensitas nyeri dan kecemasan pada saat penggantian balutan luka
pada klien luka bakar (Avazeh, et al. 2011). Merujuk kepada teori Melzack dan
Wall (1965) tentang gerbang nyeri dimana impuls yang lebih besar atau lebih
cepat menjalar sepanjang serabut beta A yang lebih tebal dan bermielin melewati
gerbang, maka impuls nyeri akan sulit melewati gerbang (Kneale & Davis 2011).
sehingga sinyal nyeri dari rawat luka tidak dapat mencapai sistem saraf pusat.
menunjukkan rata-rata tingkat nyeri (tabel 5.4) sebelum intervensi (4.57) lebih
tinggi daripada setelah intervensi (2.29), sedangkan hasil uji statistik paired T test
dalam diperoleh p=0.000 (p<0.05) yang berarti ada perbedaan yang signifikan
akupresur pada titik akupunktur Li4 dapat menurunkan intensitas nyeri persalinan
(Dabiri & Shahi, 2014). Membaca kata “Allah” dapat digunakan sebagai terapi
non-farmakologi, biaya rendah, tidak invasif dan tanpa efek samping dapat
dengan efektif dalam menurunkan nyeri setelah operasi CABG (coronary artery
menurunkan tingkat nyeri bisa melalui proses yang berbeda. Lafadz surah Al-
teori Melzack dan Wall (1965). Dari segi ilmu holistik akupresur, penurunan
tingkat nyeri disebabkan karena keseimbangan aliran energi qi. Apabila aliran
energi qi berhenti atau tidak mengalir maka akan terjadi gangguan keseimbangan
dan sering menimbulkan nyeri (Oberste 2007). Begitu juga dengan aliran energi qi
yang mengalir berlebihan (se) maka akan terjadi gangguan keseimbangan dan
seimbang maka dapat dilakukan dengan sedasi akupresur. Aliran energi yang
seimbang akan menyebabkan rasa nyeri berkurang (Adikara 2015). Nyeri pada
saat rawat luka terjadi karena adanya aliran energi qi yang berlebihan (se) menuju
proses berbeda dengan tujuan yang sama yaitu menurunkan tingkat nyeri. Kedua
proses yang berbeda ini tidak saling menghambat satu sama lain, bahkan proses
yang menyatu dan saling bekerja sama dalam menurunkan tingkat nyeri.
Data hasil uji statistik paired T test skala nyeri dalam tabel 5.4 pada
kelompok kontrol diperoleh p=0.231 (p>0.05) yang berarti tidak ada perbedaan
yang signifikan tingkat nyeri pada saat awal dilakukan rawat luka dan pada saat
rawat luka hampir selesai pada kelompok kontrol. Pasien pada kelompok kontrol
Sehingga pasien tidak mengerti dan memahami bagaimana cara mengatasi nyeri
yang dirasakan saat perawatan luka. Hal inilah yang menyebabkan beberapa
peningkatan nyeri.
meskipun tidak diberi intervensi. Jika melihat riwayat berdzikir ditemukan bahwa
kedua pasien tersebut sudah terbiasa berdzikir terutama setelah selesai sholat
wajib lima waktu. Sehingga responden secara spontanitas langsung berdzikir dan
pasrah kepada Allah saat merasakan nyeri. Merujuk pada teori Melzack dan Wall
menstimulasi serabut beta A yang akan menutup gerbang sehingga sinyal nyeri
Dari hasil penelitian telah diketahui bahwa akupresure, lafadz surah Al-
Fatihah, dan gabungan akupresur dan surah Al-Fatihah secara efektif dapat
menurunkan intensitas nyeri pada saat perawatan luka. Akan tetapi untuk
mengetahui intervensi yang paling efektif dalam menurunkan tingkat nyeri maka
dilakukan analisis dengan menggunakan uji statistik Anova. Hasil uji statistik
Anova pada tingkat nyeri terhadap kelompok perlakuan dan kontrol (tabel 5.5)
(p=0.257) diperoleh p>0.05 sehingga secara statistik berarti tidak ada intervensi
yang paling efektif diantara ketiga intervensi tersebut dalam menurunkan tingkat
yang menyatakan bahwa intervensi gabungan antara distraksi dan plasebo dapat
intervensi tunggal. Hal ini menjelaskan bahwa kedua intervensi tersebut memiliki
proses penurunan nyeri yang berbeda dan tidak saling mengintervensi satu sama
lain. Dalam penelitian ini, antara akupresur dan lafadz surah Al-Fatihah memiliki
proses yang berbeda dalam menurunkan nyeri, akan tetapi karena pengukuran
nyeri berdasarkan persepsi pasien dan jumlah responden yang sedikit maka
peneliti kesulitan dalam mendapatkan data penurunan nyeri yang lebih akurat.
sehingga dalam analisia data tidak tampak ada perbedaan diantara ketiga
intervensi tersebut.
perawatan luka, hal ini bisa terjadi karena responden pasrah kepada Allah dan
menerima segala cobaan dan musibah yang menimpanya. Responden yang tidak
musibah tampak berbeda diantara responden, akan tetapi perbedaan ini tidak
pasien pasca bedah ORIF dalam keadaan yang (kuat), maka intervensi yang
kuat selama lebih dari 40 detik. Teori lima unsur juga menjadi pertimbangan
dalam menentukan titik akupunktur yang akan dipijat. Tanda dan gejala penyakit
sedang selama kurang dari 40 detik pada meridian unsur tersebut. Adanya salah
satu unsur yang menguat (se) bisa disebabkan lemahnya unsur lain yang
menindasnya, sehingga harus di kuatkan dengan cara stimulasi titik pada meridian
unsur yang lemah itu. Jika aliran energi ke-lima unsur sudah seimbang, maka
al. 2014), meningkatkan waktu tidur dan kualitas tidur (Chen, et al. 2012),
(Valiee, et al. 2012), menurunkan mual dan muntah (McKeon, et al. 2013),
kelemahan, tidak bisa tidur, kekakuan otot, gangguan pencernaan, dan mual
(Arya 2011). Manfaat tambahan yang bisa didapatkan dari intervensi akupresur
ini merupakan perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan intervensi lafadz
surah Al-Fatihah.
Sampel urin dapat dengan mudah didapatkan tanpa harus melakukan tindakan
Rata-rata hasil pengukuran kadar endorfin urin (tabel 5.4) sebelum rawat
luka pada kelompok akupresur yaitu 463.37914 pg/mL, kelompok lafadz surah
endorfin urin responden setelah rawat luka pada kelompok akupresur yaitu
Berdasarkan data hasil analisis bivariat yang terdapat dalam tabel 5.4
dimana kadar endorfin urin sebelum rawat luka dibandingkan dengan kadar
endorfin urin setelah rawat luka pada kelompok akupresur dengan menggunakan
uji statistik paired T test diperoleh p= 0.955 (p>0.05) yang berarti secara analisa
tidak ada perbedaan yang signifikan kadar endorfin urin sebelum dan setelah
kelenjar pituitari (Chernyak & Sessler 2005). Teori ini dapat menjelaskan
terjadinya peningkatan kadar endorfin urin setelah intervensi akupresur pada tiga
responden.
kadar endorfin sebelum dan sesudah aktivitas fisik. Hasil yang didapat sangat
penemuan telah mendukung ide bahwa endorfin mungkin dilepaskan sebagai hasil
dari olahraga dengan intensitas setidaknya 60% VO2max dalam jangka waktu
tertentu (Langenfeld, et al. 1987 dalam Kundzina & Grants 2014). Olahraga
dan eliminasi laktat, kadar β-endorfin tidak meningkat hingga lama durasi
olahraga melebihi sekitar 1 jam (Schwarz & Kindermann 1992). Pijatan endorfin
yang dilakukan selama empat kali dalam seminggu tiap pagi hari selama 20 menit
pada tangan kanan, tangan kiri, leher, dan punggung bagian bawah (masing-
wanita dengan postpartum blues (Hidayati, Barlianto & Baktiyani 2014). Dengan
kata lain intervensi akupresur belum dapat menaikkan kadar endorfin urin bisa
mengingat perawatan luka bedah ORIF hanya berlangsung selama 15-20 menit.
endorfin akan tetapi tidak signifikan (Farrel 1985 dalam Leuenberger 2006).
pada 60% VO2max selama 1 jam, akan tetapi analisis statistik membuktikan tidak
ketahanan tubuh yaitu aerobik dengan intensitas tinggi selama 45 menit, telah
ide bahwa peptida opioid akan dilepaskan sebagai hasil dari olahraga berat selama
terjadi bisa disebabkan karena intensitas akupresur pada beberapa pasien kurang
tinggi. Jika melihat pekerjaan responden yang sebagian besar adalah buruh tani
dimana sudah terbiasa beraktivitas berat, bisa jadi telah mempengaruhi efektifitas
intensitas yang lebih tinggi yaitu dengan pijatan lebih kuat sampai terasa sakit
selama lebih dari 40 detik atau dengan kekuatan tekanan lebih dari 0,5 Joule untuk
Data hasil uji statistik paired T test dalam tabel 5.4 yang membandingkan
kadar endorfin urin sebelum dan sesudah rawat luka lafadz pada kelompok surah
Al-Fatihah diperoleh p= 0.876 (p>0.05) yang berarti secara analisa tidak ada
perbedaan yang signifikan kadar endorfin urin sebelum dan setelah rawat luka
keyakinan akan mengaktivasi jaringan saraf pada lobus frontal dan sistem limbik
endorfin, dopamin, dan melatonin (Manocha 2014). Proses ini terjadi pada tiga
oleh Wahida, Nooryanto & Andarini (2015) juga menyatakan bahwa terapi
hidup dapat digunakan sebagai intervensi yang efektif dalam menurunkan stress
dan inflamasi serta dapat meningkatkan kadar endorfin setelah hari ke 10 pada
sedangkan dari penelitian terdahulu dijelaskan bahwa kadar endorfin baru akan
beberapa minggu.
gabungan akupresur dan surah Al-Fatihah dengan menggunakan hasil uji statistik
paired T test dalam tabel 5.7 diperoleh p= 0.648 (p>0.05) yang berarti secara
analisis tidak ada perbedaan yang signifikan kadar endorfin urin sebelum dan
hasil penelitian yang bertentangan mengenai hubungan antara olahraga berat dan
sedangkan penelitian yang lain tidak ada perubahan. Penelitian yang lain
durasi olahraga, akan tetapi tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Metode dan
peptida sangat rentan terhadap degradasi enzimatik. Peptidase utama yang terlibat
peptidase III dan IV (DPP III, DPP IV) (Asvadi, et al. 2014). Degradasi BE 1-31
sintesis oleh plasma proteinase menjadi BE 1-19 dan BE 20-31 terjadi dengan
al. 1998). Degradasi beta-endorfin di plasma lebih cepat daripada di cairan serebro
spinalis (Foley, et al. 1979). Pelepasan satu, dua, atau empat asam amino dari
cepat menurunkan kadar endorfin sebelum mencapai urin. Sehingga ketika beta-
mengalami penurunan.
Data hasil uji statistik paired T test kadar endorfin urin dalam tabel 5.4
pada kelompok kontrol diperoleh p= 0.473 (p>0.05) yang berarti tidak ada
perbedaan yang signifikan kadar endorfin urin sebelum dan setelah rawat luka
kelompok kontrol bisa terjadi karena berbagai macam faktor yang dapat
makanan pedas, dan nafas dalam (Muttucumaru 2015), degradasi BE 1-31 sintesis
oleh plasma proteinase (Sandin, et al. 1998), dan berikatan dengan µ-opioid
Hasil uji statistik Anova terhadap kadar endorfin urin pada kelompok
yang berarti secara analisis tidak ada perbedaan yang nyata antara intervensi
akupresur, dengan lafadz surah Al-Fatihah, gabungan dan kontrol terhadap kadar
endorfin urin.
endogen tidak selektif yang berikatan dengan µ-opioid reseptor (MOR) dan δ-
opioid reseptor (DOR) (Asvadi, et al. 2014). Dalam proses modulasi nyeri dan
adiksi, reseptor opiat dipengaruhi oleh keadaan fisiologi dan patofisiologi seperti
homeostasis membran ion, prolifrasi sel, respon emosi, kejang epilepsi, fungsi
neuron (Feng, et al. 2013). Besarnya jumlah beta-endorfin yang berikatan dengan
endorfin berbeda dipengaruhi oleh banyak faktor. Hal ini bisa menyebabkan
dimana metode dan teknik penelitian yang tidak konsisten mengakibatkan sulitnya
endorfin.
jumlah luka bedah, lokasi luka di kaki, dan fraktur bagian tubuh yang lain. Hal ini
dikarenakan peneliti akan kesulitan mencari responden dan waktu penelitian akan
semakin lama jika pemilihan responden berdasarkan karakteristik luka yang lebih
pengambilan sampel urin baik sebelum dan sesudah perawatan luka. Pasien bedah
ORIF pada hari ke tiga sudah tidak menggunakan kateter urin, sehingga sampel
fisik. Waktu pengambilan sampel urin tergantung pada keinginan responden untuk
buang air kecil, sehingga antara pasien satu dengan pasien lainnya berbeda waktu
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
digunakan untuk menurunkan tingkat nyeri saat rawat luka pada pasien bedah
ORIF.
gabungan akupresur dengan lafadz surah Al-Fatihah tidak ada intervensi yang
paling efektif dalam menurunkan nyeri saat perawatan luka pada pasien
bedah ORIF.
dikarenakan intervensi yang diberikan saat rawat luka pada pasien bedah
ORIF terlalu singkat yaitu sekitar 20 menit dan dilakukan hanya satu kali
periode.
7.2 Saran
yang mungkin disarankan untuk pengembangan penelitan ini, yaitu antara lain:
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi rumah sakit dan
klinik dalam pembuatan SOP perawatan luka sehingga dapat digunakan dalam
nyeri pada pasien pasca bedah. Perawat dapat memberikan pilihan intervensi
alternatif komplementer yang lebih disukai oleh klien dalam menurunkan nyeri
prostaglandin.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, I 2005, Taklukkan Penyakit dengan Akupresur Perut & Ramuan Tradisional,
AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Arya, J 2011, Health Naturally: Nature Cure for Common Disease, Arya
Publication, Pune.
Bhanji, SM 2012, ‘Comparison and Contrast of Orem’s Self Care Theory and
Roy’s Adaptation Model’, Journal of Nursing, Vol. 1, No. 1, Hal. 48-53,
diakses 12 Februari 2016,
<http://www.zu.edu.pk/images/pdf/journal_nursing/Journal%20of%20
Nursing%202012,%20Vol%20%201%20(01)%204853.pdf>.
Bao, Y, Kong, X, Yang, L, Liu, R, Shi, Z, Li, W, Hua, B & Hou, W 2014,
‘Complementary and Alternatif Medicine for Cancer Pain: An Overview
of Systematic Reviews’, Evidence-Based Complementary and Alternative
Medicine, Hindawi Publishing Corporation, Vol. 2014, Article ID
170396, 9 Pages, diakses 26 Januari 2016,
<http://www.hindawi.com/journals/ecam/2014/170396/#B6>.
Bryant, RA & Nix, DP 2007, Acute and Chronic Wounds Current Management
Concepts, Edisi 3, Elsevier Health Sciences, Missouri.
<http://wagerlab.colorado.edu/files/papers/Buhle_Distraction_Placebo
_Psych_Sci_2012.pdf>.
Chen, JH, Chao, YH, Lu, SF, Shiung, TF & Chao, YF, 2012, ‘The Effectiveness
of Valerian Acupressure on The Sleep of ICU Patient: A Randomized
Clinical Trial’, International Journal of Nursing Studies, Vol. 49, No. 8,
Hal. 913-920, diakses 3 Februari 2016,
<http://www.journalofnursingstudies.com/article/S0020-
7489(12)00057-0/abstract>.
Dabiri, F & Shahi, A 2014, ‘The Effect of Li4 Acupressure on Labor Pain
Intensity and Duration of Labor: A Randomized Controlled Trial’, Oman
Medical Journal, Vol. 29, No. 6, Hal. 425-429, diakses 26 Januari 2016,
<http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4289495/>.
Dossey, BM & Keegan, L 2015, Holistic Nursing: A Handbook for Practice, Edisi
7, Jones & Bartlett Learning, Burlington.
<http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2964977/>.
Effgen, SK 2013, Meeting the Physical Therapy Needs of Children, Edisi 2, F.A.
Davis Company, Philadelphia.
Feng, Y, He, X, Yang, Yilin, Chao, D, Lazarus, LH & Xia, Y 2012, ‘Current
Research on Opioid Receptor Function’, Curr Drug Targets, Vol. 13, No.
2, Hal. 230-246.
Foley, KM, Kourides, IA, Inturrisi, CE, Kaiko, RF, Zaroulis, CG, Posner, JB,
Houde, RW & Li, CH 1979, ‘β-Endorphin: Analgesic and Hormonal
Effects in Human’, Proc. Natl. Acad. Sci. USA, Vol. 76, No. 10, Hal.
5377-5381.
Herath, HM, Cabot, PJ, Shaw, PN & Hewavitharana, AK 2012, ‘Study of Beta
Endorphin Metabolism in Inflamed Tissue, Serum and trypsin Solution
by Liquid Chromatography-Tandem Mass Spectrometric Analysis, Anal
Bioanal Chem., Vol. 402, No. 6, Hal. 2089-100.
Kim, YC, Lee, MS, Park, ES, Lew, JH & Lee, BJ 2012, ‘Acupressure for The
Treatment of Musculoskeletal Pain Conditions: A Systematic Review’,
Journal of Musculoskeletal Pain, Vol. 20, No. 2, Hal. 116-121, diakses
26 Januari 2016,
<http://www.tandfonline.com/doi/full/10.3109/10582452.2012.673543
>.
Knight, KL & Draper, DO 2013, Therapeutik Modalities: The Art and Science,
Edisi 2, Lippincott Williams and Wilkins, Baltimore.
Kundzina, I & Grants, J 2014, ‘The Relationship Between Beta Endorphins And
Emotional State In Physically Active Individuals Aged 45-55 (A Report
On A Pilot Study)’, Polish Journal of Sport and Tourism, Vol. 21, No. 3,
Hal. 147-150, diakses tanggal 26 Juni 2016,
<https://www.degruyter.com/view/j/pjst.2014.21.issue-3/pjst-2014-
0014/pjst-2014-0014.xml>.
Lan, SC, Lin, YE, Chen, SC, Lin, YF & Wang, YJ 2015, ‘Effects of Acupressure
on Fatigua and Depression in Hepatocellular Carsinoma Patients Treated
Langshaw, W 2011, ‘Acupuncture and Its Use in The Management of Low Back
and Pelvic Girdle Pain in Pregnancy’, Journal of The Association of
Chartered Physiotherapists in Women’s Health, Vol. 108, Hal. 24-34,
diakses 3 Februari 2016,
<http://www.csp.org.uk/sites/files/csp/secure/langshaww.pdf>.
Lee, HY, Nam, JK, Lee, SD, Lee, DH, Han, JY, Yun, YJ, Lee, JH, Park, HL,
Park, SH & Kwon, JN 2015, ‘Moxibustion as an Adjuvant for Benign
Prostatic Hyperplasia with Lower Urinary Tract Symptoms: A Protocol
for a Parallel-Group, Randomized, Controlled Pilot Trial’, BMJ Open,
Vol. 5, No. 12, diakses 6 Februari 2016,
<http://bmjopen.bmj.com/content/5/12/e008338.full>.
Lin, JA, Wong, CS, Lee, MS, Ko, SC, Chan, SM, Chen, JJY & Chen, TL 2010,
‘Successfull Treatment of Primary Dysmenorrhea by Collaateral
Meridian Acupressure Therapy’, Journal of Manipulative and
Physiological Therapeutics, Vol. 33, No. 1, Hal. 70-75, diakses 3
Februari 2016,
<http://www.jmptonline.org/article/S0161-4754(09)00299-1/abstract>.
Lin, X & Lecheva, B 2013, ‘An Analysis of Wushu’s Theoretical Concept and Its
Reflection in Wushu’s Practice’, IOSR Journal of Sports and Physical
Education, Vol. 1, No. 1, Hal. 42-45, diakses 1 Februari 2016,
<http://www.iosrjournals.org/iosr-jspe/papers/vol1-issue1/H0114245.
pdf?id=6953>.
McCann, JAS 2009, Nurse's Rapid Reference, Lippincott Williams & Wilkins,
Philadelphia.
McMahon, SB, Koltzenburg, M, Tracey, I & Turk, DC 2013, Wall & Melzack's
Textbook of Pain, Edisi 6, Elsevier Health Sciences, Philadelphia.
Park, HL, Lee, HS, Shin, BC, Liu, JP, Shang, Q, Yamaashita, H & Lim, B 2012,
‘Traditional Medicine in China, Korea, and Japan: A Brief Introduction
and Comparison’, Evidence-Based Complementary and Alternative
Medicine, Hindawi Publishing Corporation, Vol. 2012, Article ID
429103, 9 Pages, diakses 31 Januari 2016,
<http://www.hindawi.com/journals/ecam/2012/429103/>.
Radvansky, BM, Shah, K, Parikh, A, Sifonios, AN, Le, V & Eloy, JD 2015, ‘Role
of Ketamine in Acute Postoperative Pain Management: A Narrative
Review’, BioMed Research International, Hindawi Publishing
Corporation, Vol. 2015, Article ID 749837, 10 Pages, diakses 23 Januari
2016,
<http://www.hindawi.com/journals/bmri/2015/749837/>.
Rahman, FN 2014, ‘Spiritual Healing and Sufi Practices’, Nova Journal of Sufism
and Spirituality, Vol. 2, No. 1, Hal. 1-9, diakses 15 Desember 2015,
<https://www.researchgate.net/publication/272027008_Spiritual_Heali
ng_and_Sufi_Practices>.
<http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3104618/>.
Sukanta, PO 2008, Pijat Wajah Untuk Kecantikan & Kesehatan, Penebar Plus+,
Jakarta.
Voscopoulos, C & Lema, M 2010, ‘When Does Acute Pain Become Chronic?’,
British Journal of Anaesthesia, Vol. 105, No. 1, Hal. 69-85, diakses 22
Januari 2016,
<http://bja.oxfordjournals.org/content/105/suppl_1/i69.full>.
Walton, RE & Torabinejad, M 2008, Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia, Edisi
3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Wang, SM, Kain, ZN & White, P 2008, ‘Acupunctur Analgesia: I. The Scientific
Basis’, Anesthesia & Analgesia, Vol. 106, No. 2, Hal. 602-610, diakses 8
Februari 2016,
<http://journals.lww.com/anesthesia-analgesia/Fulltext/2008/02000/
Acupuncture_Analgesia__I__The_Scientific_Basis.38.aspx>.
<http://www.hindawi.com/journals/ecam/2012/908546/>.
Wong, K, Yap, B & Fung, BKP 2012, ‘Treatment of Neck Pain With Collateral
Meridian Acupressure Therapy: A Randomised, Sham-Intervention
Controlled Trial’, Australian Journal of Acupuncture and Chinese
Medicine, Vol. 7, No. 1, Hal. 10-15, diakses 26 Januari 2016,
<http://search.informit.com.au/documentSummary;dn=612324943691
978;res=IELHEA>.
Yongu, WT, Amaefula, T, Elachi, IC, Mue, DD, Songden, ZD & Kortor, JN 2014,
‘Indications and Outcome of Open Reduction and Internal Fixation of
Long Bones in Benue State North Central Nigeria’, Sudan Journal of
Medical Sciences, Vol 9, No 1, diakses 22 Januari 2016,
<http://www.ajol.info/index.php/sjms/article/view/104472>.
Zhang, D, Wang, T, Shen, XY, Huang, M, Jin, F & Ding, GH 2011, ‘Research on
Modern Nonlinear Dynamic Model of Five-Element Theory’, Journal of
Traditional Chinese Medicine, Vol. 31, No. 3, Hal. 256-262, diakses 2
Februari 2016,
<http://www.journaltcm.com/modules/Journal/contents/stories/113/2
1.pdf>.
Zhang, WB, Wang, GJ & Fuxe, K 2015, ‘Classic and Modern Meridian Studies:
A Review of Low Hydraulic Resistance Channels Along Meridians and
Their Relevance for Therapeutic Effects in Traditional Chinese
Medicine’, Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine,
Hindawi Publishing Corporation, Vol. 2015, Article ID 410979, 14
Pages, diakses 2 Februari 2016,
<http://www.hindawi.com/journals/ecam/2015/410979/>.
Lampiran 1
LEMBAR PENJELASAN
13. Keikutsertaan responden pada penelitian ini bukan merupakan suatu paksaan,
melainkan atas dasar sukarela. Oleh karena itu, Bapak/Ibu/Saudara berhak
untuk melanjutkan atau menghentikan keikutsertaan karena alasan tertentu
yang dikomunikasikan kepada peneliti
14. Semua data yang dikumpulkan akan dirahasiakan dan tanpa nama. Data
hanya disajikan untuk pengembangan ilmu keperawatan.
15. Semua responden akan pendapat perlindungan dan perlakuan yang sama
Demikian penjelasan ini disampaikan. Saya berharap Bapak/Ibu bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini. Atas kesediaannya saya ucapkan terimakasih.
Saksi
…………………………………
Lampiran 2
………………………… ………………………….
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
Petunjuk pengisian:
Bapak/Ibu/Saudara diharapkan:
1. Menjawab pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda contreng (√)
pada tempat yang disediakan
2. Semua pernyataan diharapkan untuk diisi
Data Demografi
Usia : ......... tahun
Jenis kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan
Pendidikan Terakhir : ( ) SD ( ) SMP ( ) SMA
( ) Diploma/ Perguruan Tinggi
Pekerjaan : ( ) Mahasiswa ( ) PNS ( ) Pegawai Swasta
( ) Tidak bekerja/ Ibu rumah tangga
( ) Bekerja sebagai ................
Pengalaman Operasi : Tahun ........... Tempat operasi ..........
Obat anti-nyeri : ( ) Ketorolac ( ) Antrain
Intensitas Nyeri : Sebelum perlakuan ............
Setelah perlakuan ............
Kadar endorfin urin : Pre ............. Post ...........
Kebiasaan berdzikir : ( ) Ya ( ) Tidak ( ) berapa kali ………
: ( ) bacaan dzikir ……..
Lampiran 4
Pengukuran Nyeri
Skala nilai numerik adalah skala yang digunakan untuk mengukur intensitas nyeri
yang dirasakan klien sebelum dan sesudah tindakan akupresur dan lafadz surah
Al-Fatihah. Nilai 0 adalah tidak ada nyeri dan angka 10 adalah nyeri paling hebat
yang dirasakan oleh seseorang
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Ada Nyeri Nyeri Paling
Nyeri Sedang Hebat
Lampiran 5
C. Tahap Implementasi
1. Klien dalam posisi berbaring senyaman mungkin
2. Perawat dan pemijat dalam posisi senyaman mungkin
3. Klien relaksasi, tarik nafas dalam dari hidung dan
hembuskan perlahan-lahan dari mulut
4. Membaca Bismillahirrahmanirrohim
5. Mengoleskan minyak zaitun pada tangan pemijat dan
pada titik-titik yang akan dilakukan pemijatan
6. Dengan menggunakan ibu jari atau jari telunjuk, cari
titik akupunktur yang dapat menurunkan nyeri sistemik
yaitu titik: LI 4 Hegu, ST 36 Zusanli, LR 3 Taichong,
SP 6 Sanyinjiao, dan LI 10 Sou San Li. Sedangkan
untuk sedasi lokal dilakukan akupresur pada titik terjauh
dari meridian yang melewati area luka.
7. Berikan penekanan pada titik-titik akupunktur dengan
tekanan kuat selama 45 detik
8. Akupresur dilakukan secara terus-menerus sampai
perawatan luka selesai yaitu sekitar 20 menit
D. Dokumentasi
1. Mengevaluasi hasil relaksasi (skala nyeri, ekspresi)
Lampiran 6
C. Tahap Implementasi
1. Klien dalam posisi berbaring senyaman mungkin
2. Klien relaksasi, tarik nafas dalam dari hidung dan
hembuskan perlahan-lahan dari mulut
3. Membaca Bismillahirrahmanirrohim
4. Memasangkan earphone di telinga klien dan
memperdengarkan bacaan surah Al-Fatihah
5. Membimbing klien untuk melafalkan surah Al-Fatihah
dengan khusuk dan penuh keyakinan pada Allah SWT
6. Murotal surah Al-Fatihah dilakukan secara berulang-
ulang sampai perawatan luka selesai yaitu sekitar 20
menit
D. Dokumentasi
1. Mengevaluasi hasil relaksasi (skala nyeri, ekspresi)
Lampiran 7
C. Tahap Implementasi
1. Klien dalam posisi berbaring senyaman mungkin
2. Perawat dan pemijat dalam posisi senyaman mungkin
3. Klien relaksasi, tarik nafas dalam dari hidung dan
hembuskan perlahan-lahan dari mulut
4. Membaca Bismillahirrahmanirrohim
5. Memasangkan earphone di telinga klien dan
memperdengarkan bacaan surah Al-Fatihah
6. Membimbing klien untuk melafalkan surah Al-Fatihah
dengan khusuk dan penuh keyakinan pada Allah SWT
7. Mengoleskan minyak zaitun pada tangan pemijat dan
pada titik-titik yang akan dilakukan pemijatan
D. Dokumentasi
1. Mengevaluasi hasil relaksasi (skala nyeri, ekspresi)
2. Mendokumentasikan tindakan dan respon klien dalam
catatan perawatan
KRITERIA 1. Setelah mendapatkan tindakan akupresur dan lafadz
HASIL surah Al-Fatihah, responden menjadi lebih nyaman,
rileks, tenang
2. Nyeri yang dirasakan pada saat rawat luka menjadi
berkurang setelah dilakukan tindakan akupresur dan
lafadz surah Al-Fatihah
Lampiran 8
HASIL ANALISIS SPSS
Tests of Normalityc,d
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Umur .242 7 .200* .832 7 .083
Jenis kelamin .435 7 .000 .600 7 .000
*
Pekerjaan .244 7 .200 .864 7 .165
Obat anti nyeri .435 7 .000 .600 7 .000
Skala nyeri (pre) .332 7 .019 .869 7 .183
*
Skala nyeri (post) .214 7 .200 .858 7 .144
*
Endorfin urin (pre) .232 7 .200 .872 7 .194
Endorfin urin (post) .264 7 .152 .835 7 .088
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
c. Pendidikan is constant. It has been omitted.
d. Berdzikir is constant. It has been omitted.
Tests of Normalityb,c
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
3. Hasil uji normalitas pada kelompok akupresur dan lafadz surah Al-Fatihah
Tests of Normalityb
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Umur .261 7 .161 .868 7 .177
Pendidikan .504 7 .000 .453 7 .000
Pekerjaan .328 7 .022 .757 7 .015
Obat anti nyeri .435 7 .000 .600 7 .000
Berdzikir .435 7 .000 .600 7 .000
*
Skala nyeri (pre) .219 7 .200 .915 7 .432
*
Skala nyeri (post) .173 7 .200 .922 7 .482
*
Endorfin urin (pre) .210 7 .200 .910 7 .397
*
Endorfin urin (post) .156 7 .200 .975 7 .933
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
b. Jenis kelamin is constant. It has been omitted.
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
Umur .201 7 .200 .908 7 .381
Jenis kelamin .504 7 .000 .453 7 .000
Pendidikan .435 7 .000 .600 7 .000
Pekerjaan .476 7 .000 .569 7 .000
Obat anti nyeri .504 7 .000 .453 7 .000
Berdzikir .435 7 .000 .600 7 .000
Skala nyeri (pre) .258 7 .174 .818 7 .062
*
Skala nyeri (post) .234 7 .200 .849 7 .119
Endorfin urin (pre) .232 7 .200* .855 7 .136
Endorfin urin (post) .220 7 .200* .911 7 .406
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Descriptives
Umur
N Mean Std. Std. 95% Confidence Interval for Mean Minim Maximu
Deviation Error Lower Bound Upper Bound um m
.077 3 24 .972
Descriptives
Jenis kelamin
N Mean Std. Std. 95% Confidence Interval for Mean Minim Maximu
Deviation Error Lower Bound Upper Bound um m
Descriptives
Pendidikan
N Mean Std. Std. 95% Confidence Interval for Mean Minim Maximu
Deviation Error Lower Bound Upper Bound um m
3.200 3 24 .041
Descriptives
Pekerjaan
N Mean Std. Std. 95% Confidence Interval for Mean Minim Maximu
Deviation Error Lower Bound Upper Bound um m
.373 3 24 .773
Descriptives
Obat anti nyeri
N Mean Std. Std. 95% Confidence Interval for Mean Minim Maximu
Deviation Error Lower Bound Upper Bound um m
6.497 3 24 .002
Descriptives
Berdzikir
N Mean Std. Std. 95% Confidence Interval for Mean Minim Maximu
Deviation Error Lower Bound Upper Bound um m
6.497 3 24 .002
Descriptives
Nyeri (pre)
N Mean Std. Std. 95% Confidence Interval for Mean Minim Maximu
Deviation Error Lower Bound Upper Bound um m
1.440 3 24 .256
Descriptives
Nyeri (Post)
N Mean Std. Std. 95% Confidence Interval for Mean Minim Maximu
Deviation Error Lower Bound Upper Bound um m
2.451 3 24 .088
13. Hasil uji kesetaraan pada variabel endorfin urin pre test
Descriptives
Endorfin urin (Pre)
Lower Upper
Bound Bound
.495 3 24 .689
14. Hasil uji kesetaraan pada variabel endorfin urin post test
Descriptives
Endorfin urin (Post)
Lower Upper
Bound Bound
.122 3 24 .946
Lower Upper
Pair 1 Pre akupresur - Post akupresur 2.286 .488 .184 1.834 2.737 12.394 6 .000
Pre Al-Fatihah - Post Al-
Pair 2 1.714 .488 .184 1.263 2.166 9.295 6 .000
Fatihah
Pair 3 Pre gabungan - Post gabungan 2.286 .488 .184 1.834 2.737 12.394 6 .000
Pair 4 Pre kontrol - Post kontrol .571 1.134 .429 -.477 1.620 1.333 6 .231
Lower Upper
Pre akupresur -
Pair 1 9.419000 425.433003 160.798561 -384.040904 402.878904 .059 6 .955
Post akupresur
Pre al-Fatihah -
Pair 2 -25.367143 411.575286 155.560836 -406.010796 355.276510 -.163 6 .876
Post al-Fatihah
Pre Gabungan -
Pair 3 -69.698286 383.572579 144.976808 -424.443755 285.047183 -.481 6 .648
Post Gabungan
Pre kontrol -
Pair 4 -67.653143 234.037984 88.458043 -284.102177 148.795891 -.765 6 .473
Post kontrol
ANOVA
Skala nyeri
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Skala nyeri
LSD
(I) faktor (J) faktor Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Difference (I-J) Lower Bound Upper Bound
ANOVA
Endorfin urin
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Endorfin urin
LSD
(I) faktor (J) faktor Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Difference Lower Upper
(I-J) Bound Bound