PB7 Pengantar Penilaian Pembelajaran

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 19

Kegiatan Pembelajaran 5

PENGANTAR PENILAIAN PEMBELAJARAN


Yasser Awaluddin, S.E, M.Ed

A. Tujuan
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran ini, peserta diharapkan dapat
memahami dasar-dasar pelaksanaan penilaian dan evaluasi pembelajaran.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Menjelaskan pengertian penilaian
2. Membedakan penilaian, tes, pengukuran, dan evaluasi
3. Menjelaskan 4 fungsi penilaian
4. Menjelaskan prinsip-prinsip penilaian
5. Menjelaskan patokan penilaian
6. Menjelaskan karakteristik penilaian dalam IPS terpadu

C. Uraian Materi
Menurut Airasian (2005) penilaian (Assessment) adalah proses pengumpulan,
penggabungan-pengelolaan (synthesizing), dan penginterpretasian informasi
dalam rangka membuat keputusan. Dalam dunia pendidikan, penilaian
merupakan bagian integral dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu,
penilaian dalam kegiatan belajar mengajar dilakukan untuk membantu dalam
pembuatan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan berbagai aspek dalam
kegiatan tersebut. Sebagai contoh, dengan melaksanakan penilaian, pendidik
dapat mengetahui kemampuan yang telah dikuasai oleh siswa, efektifitas dari
metode dan strategi mengajar yang digunakan, dan keberhasilan peserta didik
dalam meraih tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Berdasarkan
hasil penilaian, pendidik dapat mengambil keputusan secara tepat untuk
menentukan langkah yang harus dilakukan selanjutnya. Demikian pentingnya
kegiatan penilaian, sehingga tidak mengherankan jika Stiggins dan Conklin
menyatakan bahwa 1/3 hingga ½ waktu pembelajaran dikelas digunakan untuk
kegiatan penilaian (Valencia, 2002). Tentunya penilaian yang dimaksud Stiggins
dan Conklin diatas adalah penilaian yang tidak semata-mata berbentuk tes,

82
namun adalah penilaian dalam berbagai jenis dan bentuk yang akan dibahas
lebih lanjut.

Sebagai bagian dari proses pembelajaran, penilaian oleh pendidik dilaksanakan


secara berkesinambungan dengan melakukan pengamatan, monitoring, mencari
informasi dari guru terdahulu, dan menelaah kinerja belajar siswa untuk
memperoleh informasi dan bukti-bukti dalam pembuatan keputusan, baik dalam
hal karakteristik siswa, pembelajaran siswa, situasi belajar di kelas (classroom
climate), materi pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran, bahkan dalam
hal hubungan personal antara pendidik dengan siswa maupun siswa dengan
siswa.

Hal ini sesuai dengan apa yang telah dituangkan dalam Undang-Undang No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 58 ayat (1) yang
menyatakan bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik
untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik
secara berkesinambungan.Dengan demikian proses penilaian dilakukan sebelum
pembelajaran, selama pembelajaran, serta setelah pembelajaran berakhir.

Oleh karena penilaian digunakan untuk pengambilan berbagai jenis keputusan,


maka seorang pendidik/guru memerlukan keterampilan dalam memilih jenis
penilaian yang akan digunakannya sesuai dengan jenis informasi yang
dibutuhkan serta jenis keputusan yang akan dibuat. Valencia (2002)
menganalogikan pelaksanaan penilaian dalam pembelajaran sama dengan
bermain puzzle dimana seseorang harus memahami setiap bagian dari puzzle
tersebut agar dapat menyusunnya dengan benar. Yaitu bahwa penilaian adalah
bagian yang sangat penting dari pembelajaran dan dilaksanakan untuk
memenuhi berbagai tujuan pembelajaran, oleh karenanya manfaat penilaian
akan dapat dimaksimalkan jika seorang guru memahami bagaimana
menggunakan berbagai jenis penilaian secara tepat. Oleh karena itu, penilaian
yang dilaksanakan pendidik dikelas adalah kegiatan yang dilakukan secara
reflektif dan dilandasi dengan pemikiran-pemikiran yang matang, dan bukan
sebuah kegiatan yang dilaksanakan tanpa perencanaan, tanpa persiapan serta
tidak konsisten (Nitko dan Brookhart, 2007).

83
Perbedaan Penilaian, Tes, Pengukuran, dan Evaluasi

Istilah penilaian (assessment) seringkali rancu dengan beberapa istilah lain yaitu
pengujian/tes (test), pengukuran (measurement), dan evaluasi (evaluation).
Hubungan antara ke empat istilah tersebut dapat digambarkan dalam diagram
berikut ini (Nitko dan Brookhart, 2007).

Penilaian
Digunakan untuk memperoleh informasi mengenai siswa melalui:

Tes Non-Tes

Prosedur sistematis untuk menggambarkan karakteristik siswa menggunakan

Klasifikasi Skala angka

Menggunakan teori psikologi Menggunakan proses yang disebut

Pengukuran

Untuk memberi label kualitatif pada Untuk memberi skor pada siswa
sisea

Digunakan untuk menentukan keberhasilan belajar siswa dengan proses yang disebut

Evaluasi

Menurut Nitko dan Brookhart (2007) keputusan-keputusan yang diambil


melalui penilaian mencakup keputusan mengenai siswa; kurikulum, program
sekolah; dan juga kebijakan pendidikan. Sehingga makna dari ungkapan
“seorang guru menilai kompetensi seorang siswa” adalah guru tersebut
mengumpulkan informasi untuk membantunya membuat keputusan apakah
siswa tersebut telah mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Informasi

84
yang dibutuhkan guru tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan
berbagai teknik penilaian yang akan dibahas pada bagian selanjutnya.

Tes (pengujian) adalah konsep yang lebih sempit daripada penilaian. Tes
adalah sebuah instrumen atau prosedur sistematis untuk memberikan
gambaran atas seorang siswa baik dengan menggunakan skala angka
maupun dengan klasifikasi atau kategori tertentu. Contoh, pada penilaian
dengan menggunakan teknik tes tertulis berupa pilihan ganda skor berupa
angka yang diperoleh siswa ditentukan dari jumlah jawaban yang benar.
Sedangkan pada tes psikologi belajar, seorang siswa dapat dikategorikan
sebagai seorang pembelajar visual, auditorial, atau kinestetik. Atau pada tes
kepribadian, seseorang dapat diklasifikasikan sebagai sanguinist, melankolist,
plegmatist, atau kolerist.

Pengukuran adalah sebuah prosedur untuk memberikan angka (yang biasa


disebut skor) atas atribut atau karakteristik tertentu dari seseorang sehingga
angka tersebut dapat memberikan gambaran sejauh mana orang tersebut
memiliki atribut atau karakteristik tertentu tersebut. Salah satu aspek penting
dari pemberian angka (pengukuran) tersebut adalah bahwa angka-angka
yang diberikan tersebut akan menunjukkan posisi seseorang terhadap orang
lain yang sama-sama mengikuti pengukuran (penilaian) tersebut. Sebagai
contoh, seorang anak yang memiliki kemampuan matematika yang baik
sangat mungkin akan memiliki skor yang lebih tinggi dibanding anak dengan
kemampuan kurang.

Dalam pembelajaran, prosedur pengukuran umumnya dilaksanakan dengan


menghitung jawaban yang benar atau menjumlahkan poin-poin yang diperoleh
dalam sebuah tes. Disamping itu, pengukuran juga dapat dilakukan dengan
menggunakan skala angka, misalnya dalam pengukuran perilaku siswa pada
aspek “bertanggung jawab” dengan indikator “memelihara fasilitas sekolah”,
seorang guru dapat memberikan skala 1 (satu) sampai 5 (lima), dimana 1
adalah “sangat kurang”, 2 adalah “kurang”, 3 adalah “cukup”, 4 adalah “baik”,
dan 5 adalah “sangat baik”.

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa penilaian tidak selalu menggunakan
pengukuran. Saat penilaian siswa dilakukan dengan menggunakan label-label

85
atau kategori kualitatif, siswa tersebut di “nilai” tetapi tidak sedang di “ukur”.
Sehingga, penilaian adalah istilah yang lebih luas daripada pengujian (tes)
dan pengukuran (measurement) karena tidak semua penilaian dilakukan
melalui pengukuran.

Evaluasi adalah sebuah kegiatan sistematis untuk


menentukan/menetapkan/memu-tuskan (judging) keberhasilan belajar siswa
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Untuk menentukan keberhasilan belajar
siswa (melakukan evaluasi), terlebih dahulu harus dilakukan penilaian.
Evaluasi terhadap hasil belajar siswa tidak hanya semata-mata didasarkan
atas hasil tes dan pengukuran, namun juga dapat didasarkan atas kegiatan
selain tes dan pengukuran, misalnya melalui teknik pengamatan (observasi)
baik secara formal maupun informal atas aspek kepribadian dari mata
pelajaran IPS atau pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.

Tujuan Penilaian

Berdasarkan tujuannya, penilaian dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:

 Penilaian penempatan
dilakukan dengan tujuan untuk menempatkan siswa pada kelompok belajar
yang sesuai dengan kemampuannya, sehingga proses pembelajaran yang
diikuti menjadi efektif.

 Penilaian formatif
dilakukan pada saat siswa sedang berada dalam proses pembelajaran.
Tujuan dari evaluasi formatif adalah untuk memberi masukan dan gambaran
mengenai efektifitas proses pembelajaran yang telah dilakukan yang dapat
digunakan sebagai landasan dalam melakukan proses perbaikan dan
peningkatan efektifitas pembelajaran (Airasian, 2005). Kuis atau latihan soal
merupakan contoh penilaian formatif yang dapat dilakukan. Disamping itu,
lontaran-lontaran pertanyaan oleh guru kepada siswa selama proses belajar
berlangsung di kelas untuk mengetahui apakah siswa memahami apa yang
telah disampaikan juga merupakan salah satu bentuk evaluasi formatif.

86
 Penilaian diagnostik
dilakukan sebagai tindak lanjut atas hasil yang diperoleh dari penilaian
formatif. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesulitan-kesulitan belajar
siswa secara spesifik. Melalui penilaian formatif dapat diketahui bagian dari
pelajaran yang masih belum dikuasai oleh siswa, penilaian diagnostik
dilakukan untuk mengetahui penyebab dari kekurangan tersebut. Penilaian
diagnostik dapat dilakukan melalui tes tertulis, tes perbuatan, penilaian diri,
atau pengamatan guru.

 Penilaian sumatif
dilakukan pada saat siswa telah menyelesaikan serangkaian tahap
pembelajaran tertentu untuk menentukan tingkat keberhasilan belajar mereka
(Airasian, 2005). Termasuk dalampenilaian sumatif adalah ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian sekolah, dan ujian
nasional. Masing-masing jenis ulangan dan ujian ini telah dijelaskan dalam
Undang-Undang nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian. Hasil
penilaian sumatif dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran
yang telah dilaksanakan. Disamping itu, yang perlu diperhatikan adalah
bahwa hasil-hasil evaluasi sumatif siswa dapat dijadikan sebagai bahan
evaluasi formatif atas efektifitas dan kualitas program pembelajaran yang
telah dijalankan oleh guru dan sekolah. Gambaran di atas semakin
memperjelas posisi penilaian sebagian bagian integral dari proses
pembelajaran/kegiatan pendidikan (assessment for learning).

Oleh karena itu, tidak bisa dipungkiri bahwa kegiatan penilaian kadang (atau
bahkan sering) melibatkan unsur subjektifitas, inkonsistensi dan bias dari
pelaku evaluasi (dalam konteks disini: guru) (Nitko dan Brookhart, 2007). Hal
tersebut dapat terjadi, bahkan pada saat evaluasi didasarkan atas informasi
yang berasal dari sebuah kegiatan pengukuran yang sering dikatakan sebagai
informasi kuantitatif yang relatif objektif. Misalnya, jika pengukuran dilakukan
dengan menggunakan instrumen skala angka (misalnya, skala 1 sampai 5),
untuk menilai aspek kepribadian siswa, penentuan skor 1, 2, 3, 4, atau 5
sangat mungkin dipengaruhi oleh subjektifitas guru, serta mengandung
potensi inkonsistensi serta bias yang cukup tinggi. Untuk mengurangi unsur
subjektifitas, inkonsistensi, serta bias tersebut, guru perlu membuat sebuah

87
rubrik yang menjelaskan dengan sangat rinci kriteria dari setiap pilihan skor 1,
2, 3, 4, dan 5.

Interpretasi Hasil Belajar Siswa

Dalam menginterpretasi hasil belajar siswa telah dikenal dua macam


pendekatan yaitu Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Kritria
atau Patokan (PAK/PAP). Dengan pendekatan Penilaian Acuan Norma hasil
belajar seorang siswa dibandingkan dengan hasil belajar dari siswa lain dalam
satu kelompok (kelas). Dalam pendekatan ini, nilai-nilai hasil belajar para
siswa dalam satu kelompok (kelas) diletakkan dalam sebuah
distribusi/sebaran nilai sumbu x (nilai hasil belajar) dan sumbu y (jumlah
siswa) yang secara normatif, akan membentuk sebuah kurva normal
(berbentuk seperti lonceng terbalik).

Gambar 15. Kurva Normal

Dengan kurva normal dapat digambarkan bahwa secara normatif (sesuatu


yang diyakini/dipercaya) sebaran nilai siswa sebagian besar akan berdekatan
dengan rata-rata nilai kelompok/kelas (daerah disekitar tengah kurva),
sebagian kecil akan memiliki nilai tinggi yang jauh dari nilai rata-rata kelas
(daerah diujung kanan kurva), dan sebagian kecil yang lain akan memiliki nilai
yang jauh dibawah nilai rata-rata kelas (daerah di ujung kiri kurva). Dengan
pendekatan ini, nilai hasil belajar seorang siswa tidak bersifat mutlak atau
bersifat relatif jika dibandingkan dengan nilai hasil belajar seluruh kelas (rata-
rata kelas). Sebagai contoh, jika dalam ulangan IPS, seorang siswa
memperoleh nilai 6, sementara nilai rata-rata kelas adalah 5,5 maka siswa

88
tersebut berada pada kelompok siswa yang meraih hasil belajar diatas rata-
rata kelas, sementara jika rata-rata kelas adalah 7 maka siswa tersebut
berada pada kelompok siswa yang meraih hasil belajar dibawah rata-rata
kelas.

Dalam Penilaian Acuan Patokan, hasil belajar seorang siswa dibandingkan


dengan patokan atau kriteria tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.
Penilaian dalam KTSP menggunakan acuan kriteria, yaitu, hasil yang dicapai
peserta didik dibandingkan dengan kriteria atau standar yang ditetapkan.
Apabila peserta didik telah mencapai standar kompetensi yang ditetapkan, ia
dinyatakan lulus pada mata pelajaran tertentu. Apabila peserta didik belum
mencapai standar, ia harus mengikuti program remedial/perbaikan sehingga
mencapai kompetensi minimal yang ditetapkan. Sebaliknya, bagi siswa yang
telah lebih cepat mencapai standar, maka dapat mengikuti program
pengayaan. Patokan yang telah ditetapkan terlebih dahulu itu disebut
“Tingkat Penguasaan Minimum” yang dalam konteks Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) disebut sebagai “Kriteria Ketuntasan Minimal”
(KKM). Siswa yang dapat mencapai atau melampaui patokan ini dinyatakan
“lulus” sedangkan siswa yang belum mencapai nilai minimum dinyatakan
“tidak/belum lulus”. Mereka yang lulus ini akan menempuh kompetensi yang
berikutnya, sedangkan yang belum lulus akan mengikuti program remedi
sehingga mereka dapat mencapai batas nilai minimal tersebut.

Prinsip Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik meliputi prinsip umum dan
prinsip khusus. Prinsip umum dalam Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
adalah sebagai berikut.
1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur.
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang
jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta
didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang
agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu
komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

89
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang
berkepentingan.
6. Holistik dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik
mencakup semua aspek kompetensi dan dengan menggunakan
berbagai teknik penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang harus
dikuasai peserta didik.
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap
dengan mengikuti langkah-langkah baku.
8. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi
teknik, prosedur, maupun hasilnya.
9. Edukatif, berarti penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan
peserta didik dalam belajar.

Prinsip khusus dalam Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik berisikan prinsip-
prinsip Penilaian Autentik sebagai berikut.

1. Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum.

2. Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran.

3. Berkaitan dengan kemampuan peserta didik.

4. Berbasis kinerja peserta didik.

5. Memotivasi belajar peserta didik.

6. Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar peserta didik.

7. Memberi kebebasan peserta didik untuk mengkonstruksi responnya.

8. Menekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

9. Mengembangkan kemampuan berpikir divergen.

10. Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran.

11. Menghendaki balikan yang segera dan terus menerus.

12. Menekankan konteks yang mencerminkan dunia nyata.

13. Terkait dengan dunia kerja.

90
14. Menggunakan data yang diperoleh langsung dari dunia nyata.

15. Menggunakan berbagai cara dan instrumen.

Penilaian Dalam IPS Terpadu

Karena penilaian adalah bagian integral dari proses pembelajaran maka


penilaian tersebut harus dirancang agar sesuai dengan tujuan-tujuan
pembelajaran. Dalam Standar Isi untuk pendidikan dasar dan menengah,
BSNP menyatakan bahwa arah dari pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) adalah menjadikan peserta didik sebagai warga negara yang demokratis
dan bertanggung jawab, serta menjadi bagian dari masyarakat dunia yang
cinta damai. Untuk itu maka pembelajaran IPS dirancang untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis
terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan masyarakat
yang dinamis.

Untuk itu maka, kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik
setelah mengikuti pembelajaran IPS mencakup (BSNP, 2009):

• Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat


dan lingkungannya.
• Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
• Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemasyarakatan.
• Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global.
Disamping itu, Widoyoko (2009) menyimpulkan dari beberapa literatur bahwa
pembelajaran IPS secara garis besar memiliki tiga tujuan, yaitu
mengembangkan:

• Keterampilan akademik: yaitu yang berupa penguasaan berbagai konsep


dasar dalam ilmu-ilmu sosial yang menjadi sumber pembelajaran IPS.
• Keterampilan personal: yaitu jenis kecakapan yang diperlukan oleh
peserta didik agar mereka dapat memiliki kemampuan untuk hidup
ditengah-tengah masyarakat dengan layak serta dapat berperan dan

91
mengambil peluang sesuai dengan perkembangan zaman. Contoh
kecakapan personal dalam lingkup IPS adalah kemampuan berpikir kritis
dan memecahkan masalah.
• Keterampilan sosial: yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup dalam
masyarakat yang memiliki berbagai latar belakang sosial dan budaya,
masyarakat demokrasi, dan masyarakat global yang penuh persaingan dan
tantangan. Keterampilan di antaranya adalah keterampilan berkomunikasi
baik lisan maupun tertulis, serta keterampilan bekerjasama dengan orang
lain baik dalam kelompok kecil maupun besar.
Apabila empat poin kemampuan yang diharapkan dimiliki peserta didik dari
pembelajaran IPS yang disebutkan oleh BSNP di atas dikaitkan dengan tiga
jenis tujuan pembelajaran IPS yang disampaikan oleh Widoyoko, maka terlihat
bahwa poin pertama akan mengembangkan keterampilan akademik, poin
kedua dan ketiga sesuai dengan keterampilan personal, dan poin keempat
sejalan dengan keterampilan sosial. Dari uraian mengenai tujuan
pembelajaran IPS diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS
mencakup ranah/dimensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Berikut ini diberikan contoh materi penilaian ranah pengetahuan pada enam
tingkat berpikir dalam mata pelajaran IPS berdasarkan Taxonomi Bloom:

Kategori Contoh materi penilaian

Pengetahuan  Menyebutkan peran dari masing-masing anggota keluarga.


 Melengkapi tabel nama-nama gunung dan propinsinya.
Pemahaman  Memberi contoh sikap hormat anak pada orang tua.
 Menjelaskan peran koperasi untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Aplikasi  Membuat peta sederhana lingkungan sekolah.
 Melaksanakan kegiatan jual beli sederhana di sekolah.
Analisis  Mengelompokkan jenis-jenis usaha yang termasuk
kegiatan agraris, industri, dan perdagangan.
 Membedakan peran anggota keluarga berdasarkan
kedudukannya dalam keluarga.

92
Kategori Contoh materi penilaian

Sintesis  Membuat tulisan pendek dan sederhana mengenai upaya


untuk menjaga kelestarian lingkungan alam.
 Menyusun karangan singkat mengenai kisah kerukunan
hidup dalam masyarakat yang berbeda latar belakang
budaya.
Evaluasi  Memberi kesimpulan (baik/tidak baik atau setuju/tidak
setuju) atas contoh-contoh sikap seseorang dalam hal
keragaman suku dan budaya dalam masyarakat.
 Memberi kesimpulan benar/salah atas simbol-simbol yang
ditunjukkan pada sebuah peta.
Tabel 9. Penilaian Ranah Pengetahuan

Kemampuan pengetahuan seseorang, yang mencakup ke-enam kategori di


atas, dalam sudut pandang psikologi adalah sesuatu yang bersifat laten/tidak
tampak. Walaupun kemampuan pengetahuan merupakan sesuatu yang laten,
namun ia nyata dan dapat diketahui dan diukur melalui serangkaian respon,
jawaban atau hasil perbuatan seseorang. Respon, jawaban dan hasil-hasil
perbuatan tersebut menjadi indikator/manifestasi mengenai tingkat
kemampuan pengetahuan seseorang.

Penilaian hasil belajar dalam ranah pengetahuan memiliki ukuran-


ukuran/kriteria-kriteria mengenai benar-salah yang jelas dan tegas, sehingga
respon atau jawaban yang diberikan oleh peserta didik dapat dengan relatif
mudah diberi skor dan nilai.Oleh karena itu, penilaian ranah pengetahuan
dilakukan mayoritas dengan instrumen tes baik tes tertulis maupun tes lisan,
terutama untuk aspek pengetahuan dan pemahaman. Penilaian untuk empat
aspek berikutnya, selain tes tertulis dan tes lisan, juga dibutuhkan teknik
penilaian yang lain yaitu tes perbuatan (kinerja) dalam bentuk penugasan baik
individu maupun kelompok, dan portofolio.

Sebagaimana kompetensi pengetahuan, kompetensi sikap juga merupakan


sesuatu yang laten dan hanya dapat diketahui dan diukur kualitasnya dengan

93
melihat serangkaian respon, jawaban atau sikap dan perbuatan seseorang
yang dianggap sebagai indikator/gejala/manifestasi dari kualitas/kemampuan
sikap seseorang. Namun, berbeda dengan penilaian pada ranah pengetahuan
yang memiliki jawaban atau ketentuan yang dianggap benar, penilaian pada
ranah sikap dilakukan untuk mengukur apa yang rasakan, yang diyakini, sikap
dan perilaku serta tidak memiliki ukuran-ukuran/kriteria-kriteria benar-salah
yang tegas, namun merupakan sebuah rentang (continuum) tertentu
berdasarkan nilai-nilai/norma-norma yang bersifat universal.

Oleh karena itu, penilaian ranah sikap, khususnya dalam pembelajaran,


dilakukan dengan menggunakan instrument non-tes, baik secara formal
dengan menggunakan lembar observasi, penilaian diri siswa, penilaian antar
teman, maupun secara informal lewat pengamatan guru pada siswa dalam
kegiatan-kegiatan dikelas. Hal tersebut dilakukan karena kualitas/kemampuan
sikap merupakan atribut psikologis seseorang, dimana atribut psikologis
merupakan sesuatu yang bersifat kualitatif, sehingga
pengukuran/penilaiannya seharusnya secara kualitatif pula. Namun untuk
kepentingan-kepentingan tertentu, penilaian secara kualitatif ini perlu dirubah
kedalam bentuk kuantitatif (Munadi, 2010), misalnya dalam penilaian hasil
belajar. Dengan merubah atribut-atribut psikologi tertentu (termasuk aspek
sikap siswa) ke dalam bentuk kuantitatif, kualitas dari atribut-atribut tersebut
dapat dinyatakan dengan lebih jelas dan tegas, lebih mudah untuk di-
generalisasi, serta dapat dikomunikasikan dengan lebih mudah (Sumadi
dalam Munadi, 2010).

Kondisi bahwa aspek sikap dalam pembelajaran IPS merupakan bagian


eksplisit dari kompetensi inti dan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa,
merupakan tantangan bagi para pendidik bidang studi ini. Hal ini dikarenakan
terutama karena penilaian ranah sikap berkaitan dengan atribut-atribut
psikologis (variabel laten) yang tidak memiliki kriteria-kriteria benar atau salah
yang jelas dan tegas sebagaimana pada ranah pengetahuan, namun
merupakan sebuah rentang (continuum) tertentu berdasarkan nilai-
nilai/norma-norma yang bersifat universal. Sehingga penyusunan instrumen
penilaian yang memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas untuk ranah ini (non-

94
tes) jauh lebih rumit daripada penyusunan instrumen penilaian untuk ranah
pengetahuan

D. Aktivitas Pembelajaran
Agar pemahaman peserta mengenai materi ini semakin baik, kerjakan
aktivitas-aktivitas pembelajaran berikut.

1. Aktivitas Pembelajaran 1
Secara individu atau berkelompok (4 sampai 5 orang) dengan bahasa
anda sendiri, jelaskan keterkaitan antara: penilaian, tes, pengukuran, dan
evaluasi. Tuliskan hasil pekerjaan anda pada Lembar Kerja 2.5 dibawah
ini. Jika diminta, anda juga dapat menuliskannya pada kertas plano
kemudian tempelkan hasil pekerjaan anda pada dinding.

LEMBAR KERJA 2.5: Keterkaitan antara penilaian, tes, pengukuran, dan


evaluasi.

2. Aktivitas Pembelajaran 2
Berikan contoh dari pelaksanaan penilaian Sumatif, Formatif, Diagnostik,
dan Penempatan. Gunakan Lembar Kerja 2.6 dibawah ini.

LEMBAR KERJA 2.6: Contoh Jenis-Jenis Penilaian

JENIS PENILAIAN CONTOH

SUMATIF

FORMATIF

DIAGNOSTIK

95
PENEMPATAN

3. Aktivitas Pembelajaran 3
Jelaskan ciri-ciri dari Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan
Kriteria (PAK). Gunakan Lembar kerja 2.7 dibawah ini.

LEMBAR KERJA 2.8: Ciri-ciri Penilaian Acuan Norma (PAN) dan


Penilaian Acuan Kriteria (PAK).

Pendekatan Penilaian Ciri-ciri

Penilaian Acuan Norma


(PAN)

Penilaian Acuan Kriteria


(PAK)

4. Aktivitas Pembelajaran 4.
Berikan masing-masing 1 contoh materi penilaian dalam IPS terpadu pada
masing-masing level taksonomi Bloom. Contoh adalah selain dari yang
sudah tertera pada uraian materi diatas. Gunakan Lembar Kerja 2.8
dibawah ini.

LEMBAR KERJA 2.8: Contoh materi penilaian dalam IPS terpadu


sesuai dengan Taksonomi Bloom.

96
Level Taksonomi Contoh penilaian

Pengetahuan

Pemahaman

Aplikasi

Analisis

Sintesis

Evaluasi

E. Latihan
1. Penilaian yang ditujukan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan belajar
siswa secara khusus disebut dengan penilaian ...
A. Formatif
B. Diagnostik
C. Sumatif
D. Penempatan

2. ”Penilaian yang dilakukan benar-benar mencerminkan kemampuan yang


akan diukur”. Pernyataan tersebut merupakan salah satu prinsip
penilaian, yaitu ...
A. Objektif
B. Adil
C. Terpadu
D. Sahih

3. Mengelompokkan jenis-jenis usaha yang termasuk kegiatan agraris,


industri, dan perdagangan merupakan contoh dari penilaian untuk level
kognitif ...
A. Analisis
B. Sintesis

97
C. Evaluasi
D. Aplikasi

4. Ujian Tengah Semester, Ujian Akhir Semester merupakan contoh dari


penilaian ...
A. Formatif
B. Diagnostik
C. Sumatif
D. Penempatan

5. Prosedur untuk memberikan angka (yang biasa disebut skor) atas atribut
atau karakteristik tertentu dari seseorang sehingga angka tersebut dapat
memberikan gambaran sejauh mana orang tersebut memiliki atribut atau
karakteristik tertentu tersebut disebut dengan… .

A. evaluasi
B. penilaian
C. pengukuran
D. tes

6. Berikut adalah pernyataan-pernyataan yang terkait dengan Penilaian


Acuran Kriteria, KECUALI ... .
A. penentuan KKM
B. penentuan peringkat kelas
C. pelaksanaan Remedi
D. program pengayaan

7. Di bawah ini yang merupakan pernyataan dari prinsip “EDUKATIF” dalam


penilaian adalah …

A. penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan peserta didik


dalam belajar.
B. berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik,
prosedur, maupun hasilnya.
C. penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
D. penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai.

98
8. Pernyataan dibawah ini yang PALING mencerminkan penilaian acuan
norma adalah ...

A. Adanya kriteria-kriteria tertentu yang menentukan keberhasilan belajar


siswa.
B. Penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada para pemangku
kepentingan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
C. Dua orang siswa dari dua kelas yang berbeda akan berada pada posisi
yang berbeda walaupun mereka memperoleh nilai yang sama,
tergantung dari rata-rata kelas.
D. Penilaian secara normatif merupakan sebuah proses untuk
mengumpulkan dan mengolah data sebagai bahan untuk mengambil
keputusan.

F. Rangkuman
Penilaian (Assessment) adalah proses pengumpulan, penggabungan-
pengelolaan (synthesizing), dan penginterpretasian informasi dalam rangka
membuat keputusan. Tes adalah sebuah instrumen atau prosedur sistematis
untuk memberikan gambaran atas seorang siswa baik dengan menggunakan
skala angka maupun dengan klasifikasi atau kategori tertentu. Pengukuran
adalah sebuah prosedur untuk memberikan angka (yang biasa disebut skor)
atas atribut atau karakteristik tertentu dari seseorang sehingga angka tersebut
dapat memberikan gambaran sejauh mana orang tersebut memiliki atribut
atau karakteristik tertentu tersebut. Evaluasi adalah sebuah kegiatan
sistematis untuk menentukan/menetapkan/memu-tuskan (judging)
keberhasilan belajar siswa berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Berdasarkan
tujuannya, penilaian dapat dibedakan menjadi empat, yaitu: penempatan,
formatif, diagnostik, dan sumatif.

Acuan dalam penilaian ada dua: Norma dan Kriteria. Dengan pendekatan
Penilaian Acuan Norma hasil belajar seorang siswa dibandingkan dengan
hasil belajar dari siswa lain dalam satu kelompok (kelas). Sedangkan, dalam
Penilaian Acuan Patokan, hasil belajar seorang siswa dibandingkan dengan
patokan atau kriteria tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.Penilaian
dalam K-13 menggunakan acuan kriteria, yaitu, hasil yang dicapai peserta

99
didik dibandingkan dengan kriteria atau standar yang ditetapkan berupa
serangkaian kompetensi yang harus dikuasasi siswa. Dalam melaksanakan
penilaian harus memperhatikan prinsip-prinsip beriktu: sahih, objektif, adil,
terpadu, terbuka, holistik, sistematis, akuntabel dan edukatif.

G. Tindak Lanjut/Umpan Balik


1. Bagian mana dari kegiatan pembelajaran ini yang belum anda
pahami?
2. Apa yang akan anda lakukan agar dapat memahami bagian yang
belum anda pahami tersebut?
3. Barilah masukan dan saran agar kegiatan pembelajaran ini menjadi
lebih baik, baik dari sisi muatan materi maupun aktivitas pembelajaran.

H. Kunci Jawaban
1. B
2. D
3. A
4. C
5. C
6. B
7. A
8. C

100

Anda mungkin juga menyukai