Biologi Ekologi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

IMANUEL JEREMIAH GARIS RAMBA

X MIPA I

Ringkasan materi BAB 9 Ekologi

Pendahuluan
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan saling ketergantungan atau
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan tak hidup di dalam
suatu ekosistem. Ekosistem merupakan suatu sistem dimana terjadi hubungan
(interaksi) saling ketergantungan antara komponen-komponen didalamnya, baik
yang berupa makhluk hidup maupun yang tidak hidup.

1. Komponen ekosistem

A. Komponen Abiotik
Adalah komponen fisik dan kimiawi yang terdapat pada suatu
ekosistem sebagai medium atau substrat untuk berlangsungnya suatu
kehidupan. Komponen abiotik yaitu
1. Udara
Udara merupakan sekumpulan gas pembentuk lapisan
atmosfer yang menyelimuti bumi.

2. Air
Air mengandung berbagai jenis unsur atau senyawa kimia
dalam jumlah yang bervariasi contohnya natrium, kalsium,
amonium, nitrit, nitrat, dan fosfat. Jumlah unsur yang
terkandung di dalam air bergantung pada kualitas udara dan
tanah yang dilalui oleh air

3. Tanah
Tanah terbentuk karena proses destruktif (pelapukan batuan
dan pembusukan senyawa organik) dan sintetis (pembentukan
mineral). Komponen tanah yang utama yaitu bahan mineral,
bahan Organik, air, dan udara. Tumbuhan mengambil air dan
garam garam mineral dalam tanah. Sementara manusia
menggunakan tanah untuk keperluan mereka seperti lahan
pemukiman, kegiatan transportasi, dan pekerjaan

4. Garam mineral
Tumbuhan menyerap garam mineral dari dalam tanah untuk
pertumbuhan. Hewan dan manusia memerlukan garam
mineral untuk menjaga keseimbangan asam dan basa,
mengatur kerja alat-alat tubuh, dan untuk proses metabolisme.

5. Sinar matahari
Sinar matahari merupakan sumber energi bagi seluruh
kehidupan di bumi. Di dalam ekosistem, energi dialirkan dari
suatu tingkat trofik ke tingkat trofik berikutnya dalam bentuk
transformasi energi.

6. Suhu
Suhu adalah derajar energi panas yang berasal dari radiasi
sinar terutama yang bersumber dari Matahari. Suhu udara di
berbagai ekosistem berbeda-beda, tergantung garis lintang
(Latitude) dan ketinggian tempat (altitude). Suhu merupakan
faktor pembatas bagi kehidupan dan memengaruhi
keanekaragaman hayati di suatu ekosistem.

7. Kelembaban
Kelembaban di suatu ekosistem dipengaruhi oleh intensitas
sinar matahari, angin, dan curah hujan. Daerah dengan tingkat
kelembaban berbeda akan menghasilkan ekosistem dengan
komposisi tumbuhan yang berbeda.

8. Derajat keasaman (pH)


Keadaan pH tanah berpengaruh terhadap kehidupan
tumbuhan. Nilai pH tanah dipengaruhi oleh curah hujan,
penggunaan pupuk, aktivitas akar tanaman, dengan
penguraian mineral tanah.

9. Topografi
Topografi adalah keadaan naik turun atau tinggi rendahnya
permukaan bumi. Topografi memengaruhi keadaan iklim yang
menyangkut suhu dan kelembaban yang menentukan
keanekaragaman hayati dan penyebaran suatu organisme.

B. Komponen Biotik
Komponen biotik meliputi seluruh makhluk hidup di bumi. Yang
diberikan menjadi 2 macam yaitu :
1. Komponen Autotrof
Organisme autotrof adalah organisme ini seluler maupun
multiseluler yang memiliki klorofil sehingga dapat melakukan
proses fotosintesis, misalnya fitoplankton, ganggang,
tumbuhan lumut, tumbuhan paku, dan tumbuhan berbiji. Dari
hasil fotosintesis, dihasilkan karbohidrat dan oksigen (O2).
Organisme autotrof merupakan produsen utama dalam
ekosistem.
2. Komponen heterotrof
Organisme heterotrof adalah organisme yang dalam hidupnya
selalu memanfaatkan bahan organik yang disediakan oleh
organisme lain sebagai bahan makanannya.
Organisme heterotrof terdiri atas herbivor sebagai konsumen
Primer (I), karnivor yang memakan herbivor sebagai
konsumen sekunder (II), karnivor pemakan karnivor lainnya
sebagai konsumen tersier (III), dekomposer, serta detritivor.
Dekomposer adalah mikroorganisme yang menguraikan zat
organik sisa tumbuhan atau hewan (detritus), seperti selulosa
atau kitin menjadi zat yang lebih sederhana. Detritivor hidup
dengan cara memakan serpihan tumbuhan atau hewan yang
sudah mati.

2. Interaksi antarkomponen ekosistem

Interaksi Antar spesies

1. Netealisme
Netralisme adalah interaksi antara 2 atau lebih spesies yang
masing-masing tidak terpengaruh oleh adanya Asosiasi.
Dalam hal ini tidak ada yang diuntungkan dan terjadi antara
spesies yang memiliki kebutuhan yang berbeda, misalnya sapi
dan kucing.

2. Kompetensi (persaingan)
Kompetisi adalah interaksi antara 2 atau lebih spesies yang
saling menghalangi. Persaingan dapat terjadi pada organisme
yang memiliki niche (relung) yang sama . Niche suatu
organisme adalah posisi suatu organisme dalam ekosistem
dan peranan fungsionalnya pada suatu daerah tertentu.
Semakin besar kesamaan niche semakin intensif
persaingannya. Kompetisi dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Kompetisi intraspesifik, persaingan yang terjadi andara
organisme/individu individu dari spesies yang sama
2) Kompetisi interspesifik, persaingan yang terjadi antara
organisme yang berbeda spesies

3. Komensalisme
Interaksi antara 2 atau lebih spesies yang salah satu pihak
untung, sedangkan pihak lain tidak terpengaruh/tidak dirugikan
4. Amensalisme
Interaksi antara 2 spesies/lebih Yang berakibat salah satu
pihak dirugikan sedangkan yang lain tidak terpengaruh oleh
adanya Asosiasi atau tidak berakibat apa apa (tidak rugi
maupun untung).
Interaksi ini disebabkan oleh fenomena alelopati (fenomena
ketika suatu organisme menghasilkan zat yang
memmengaruhi pertumbuhan, kelangsungan hidup, dan
reproduksi organisme lain disekitarnya. Zat kimia yang
dihasilkan adalah alelokimia yang berupa metabolit sekunder
namun tidak diperlukan dalam metabolisme organisme
alelopati.

5. Parasitisme
Interaksi antara 2 spesies atau lebih yang berakibat salah satu
pihak dirugikan, sedangkan pihak lain (parasit) beruntung.
Parasit memperoleh makanan dari tubuh inang. Berdasarkan
letaknya parasit dibedakan menjadi 2 macam yaitu parasit
internal (endopasit) dan eksternal.

6. Predasi (pamangsaan)
Interaksi makan memakan antar organisme. Umumnya tubuh
predator lebih besar dari mangsanya. Populasi pemangsa di
tentukan oleh populasi mangsa begitupun sebaliknya.

7. Protokooperasi
Interaksi antara dua spesies atau lebih yang masing masing
pemperoleh keuntungan, tetapi asosiasi yang terjadi bukan
suatu keharusan

8. Mutualisme
Interaksi antara dua spesies atau lebih yang Masing-masing
pihak memperoleh keuntungan dan saling membutuhkan
sehingga asosiasi tersebut merupakan keharusan.

3. Aliran Energi
Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja. Sifat energi di
ekosistem sesuai dengan hukum termodinamika, energi tidak dapat
diciptakan, terapi dapat diubah bentuk ke energi lain. Dalam sistem
ekologi, suatu organisme merupakan komponen pengubah energi. Aliran
energi dan siklus materi dalam ekosistem terjadi melalui :

A. Rantai makanan

Rantai makanan adalah jalur pemindahan (transfer) energi dari satu


tingkat trofik ke tingkat trofik berikutnya melalui peristiwa makan
memakan. Semakin pendek rantai makanan, semakin besar energi
yang disimpan.
Berdasarkan tipe produsen terdapat 2 jenis rantai makanan yaitu
rantai makanan yang dimulai dari organisme produsen (tumbuhan
hijau) disebut rantai pemakan rumput dan rantai makanan yang dimulai
dari deritus (serpihan organisme yang sudah mati) disebut rantai
makanan dertritus

B. Jaring-jaring makanan
Jaringan-jaring makanan merupakan gabungan dari berbagai rantai
makanan yang saling berhubungan dan kompleks. Semakin kompleks
jaring-jaring yang terbentuk, semakin tinggi tingkat kestabilan suatu
ekosistem. Oleh karena itu untuk menjaga kestabilan ekosistem, suatu
rantai makanan tidak boleh putus akibat musnahnya salah satu atau
beberapa organisme

4. Piramida Ekologi
Piramida Ekologip adalah susunan tingkat trofik (tingkat nutrisi atau
energi) secara berurutan menurut rantai makanan atau jaring-jaring
makanan dalam ekosistem. Piramida Ekologip dinedakan menjadi 3 tipe
yaitu,

A. Piramida Jumlah
Piramida yang menunjukkan jumlah organisme pada tiap tingkatkan
trofik. Piramida ini disusun berdasarkan pada jumlah organismenya,
bukan pada ukuran tubuh organismenya. Jika digambarkan dalam
bentuk diagram, Piramida jumlah berbetuk segitiga tegak

B. Piramida Biomassa
Piramida yang menggambarkan berat atau massa kering total
organisme hidup dari masing-masing Tingkat trofiknya pada suatu
ekosistem dalam kurun waktu tertentu. Paramida biomassa didasarkan
pada pengukuran berat atau massa individu per meter persegi pada
setiap tingkatan trofik yang dinyatakan dalam gram/m2 luas. Pada
umumnya Rata-rata produsen lebih besar daripada konsumen, dan
bentuk piramidanya Menyempit tajam dari produsen (dasar piramida)
Hingga karnifor (puncak trofik). Namun, pada ekosistem akuatik justru
terbalik karena biomassa konsumen lebih besar dari produsen.

C. Piramida Energi
Piramida yang menggambarkan terjadinya penurunan energi pada tiap
tahap tingkatan trofik. Jumlah total energi pada setiap tingkatan trofik
ke arah puncak Piramida semakin kecil. Pada umumnya, konsumen
hanya mampu memanfaatkan 10% energi yang diperoleh dari
organisme organisme nyang berada pada tingkat trofik dibawahnya
karena sebagian besar energi terbuang sebagai panas. Bentuk
Piramida energi selalu segitiga tegak.
Dari ketiga tipe Piramida ekologi, Piramida energi dianggap Piramida
terbaik dengan alasan :
 Tidak dipengaruhi oleh ukuran dan kecepatan metabolisme
organisme
 Menunjukkan efisiensi ekologi atau produktivitas ekosistem
 Memberikan gambaran berkaitsn dengan sifat fungsional
komunitas suatu ekosistem
5. Produktivitas
Produktivitas adalah hasil aktivitas organisme berupa pertumbuhan,
penambahan, dan penimbunan biomassa dalam periode waktu tertentu.
Produktivitas terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Produktivitas primer adalah kecepatan pengubahan energi
radiasi matahari melalui aktivitas fotosintesis dan kemosintesis
oleh produsen menjadi energi kimia dalam bentuk bahan
organik dan dibagi atas 2 yaitu produktivitas primer bersih
(produktivitas primer kotor dikurangi respirasi) dan
produktivitas primer kotor (jumlah total materi organik atau
karbon organik yang dihasilkan dalam proses fotosintesis).

2. Produktivitas sekunder adalah kecepatan penyimpanan energi


oleh organisme tingkat konsumen. Organisme tingkat
konsumen mengambil bahan organik dadari organisme
autotrof dan mengasimilasikannya ke dalam jaringan
tubuhnya. Peningkatan biomassa pada heterotrof merupakan
laju asimilasi.

6. Daur biogeokimia
Adalah peredaran unsur unsur kimia dari lingkungan melalui komponen
biotik dan kembali lagi ke lingkungan. Proses tersebut terjadi secara
Berulang-ulang dan tak terbatas. Jika suatu organisme maka bahan
organik dalam tubuh organisme tersebut akan dirombak menjadi zat
anorganik dan dikembalikan ke lingkungan. Daur biogeokimia dapat
dikelompokkan dalam 3 tipe yaitu daur gas, cair dan padat. Daurngad
meliputi daur karbon dan belerang. Daur cair meliputi daur air sedangkan
daur padat meliputi daur fosfor dan belerang.

A. Daur karbon

Unsur karbon terdapat di atmosfer dalam bentuk senyawa karbon


anorganik, yaitu karbon dioksida (CO2). Senyawa anorganik CO2 baik
di darat maupun di air, akan diubah oleh produsen menjadi senyawa
karbon organik melalui proses fotosintesis, disertai penyimpanan
energi yang berasal dari radiasi cahaya matahari. Energi yang
tersimpan di dalam tubuh produsen bersama dengan senyawa karbon
organik disebut energi biokimia. Sebagian senyawa karbon organik di
dalam tubuh produsen dimanfaatkan untuk aktivitas fisiologi produsen
itu sendiri melalui proses respirasi, dan sebagiannya lagi ditransfer ke
konsumen (hewan dan manusia) melalui rantai makanan. Respirasi
(pernapasan) yang dilakukan oleh produsen dan konsumen akan
membebaskan CO2 ke udara.
Jika produsen dan konsumen mati, senyawa karbon organik di dalam
tubuhnya akan diurai oleh organisme pengurai (bakteri dan jamur)
yang akan membebaskan CO2 ke udara atau ke dalam air. Sebagian
bahan organik di dalam tubuh organisme ada yang sulit diuraikan
(perlu waktu yang lama) dan ada yang berubah menjadi batu kapur
(CaCO3), arang, dan minyak bumi (bahan bakar fosil). Pembakaran
bahan bakar fosil akan membebaskan CO2 kembali ke udara.
Di dalam air, CO2 terlarut akan bereaksi dengan air membentuk asam
karbonat (H2CO3). H2CO3 kemudian bereaksi dengan batu kapur
(CaCO3), yang berlimpah di perairan terutama lautan, untuk
membentuk ion bikarbonat (HCO3-) dan karbonat (CO32-). Ion
bikarbonat merupakan sumber CO2 bagi organisme perairan.
Organisme Mollusca bercangkang membuat bahan cangkang kalsium
karbonat (CaCO3) dengan memanfaatkan kalsium dan CO2 yang
terlarut dalam air. Jika hewan tersebut mati, cangkang akan hancur
dan membebaskan CO2 ke udara.

B. Daur nitrogen
Nitrogen merupakan unsur yang penting dalam kehidupan. Yaitu
sebagai komponen pembentuk protein atau komponen penyusun asam
nukleat (DNA dan RNA). Sumber utama nitrogen adalah N2 di
atmosfer. Namun, sebagian besar organisme baik tumbuhan maupun
hewan tidak dapat memanfaatkan N2 bebas di udara. Tumbuhan
menyerap nitrogen dalam bentuk nitrar (NO3-). Pengikatan (fiksasi) N2
di udara menjadi NO3- dapat terjadi secara biologi dan elektrokimia.
Pengikatan N2 secara biologi dilakukan oleh bakteri dan ganggang
hijau-biru. Bakteri bebas (non-simbiotik) yang dapat mengikat N2
antara lain Azetobacter. Bakteri simbiotik yang mampu mengikat N2
antara lain Rhizobium leguminosarum yang bersimbiosis dengan bintil
akar tumbuhan polong-polongan. Ganggang hijau-biru yang dapat
mengikat N2 antara lain Nostoc dan Anabaena. Nitrat (NO3-) yang
telah diserap oleh akar tumbuhan disintesis menjadi bahan protein di
dalam tubuh tumbuhan (protein nabati). Protein nabati diubah oleh
herbivor menjadi protein hewani. Jika tumbuhan dan hewan mati,
protein nabati dan hewani, serta kotorannya diurai menjadi amonia
(NH3) dan asam amino oleh jamur pelapuk dan bakteri. Penguraian
protein menjadi asam amino dan amonia disebut amonifikasi. Bakteri
yang melakukan amonifikasi, antara lain Bacillus subtilis dan Bacillus
mesentericus. Amonia kemudian diubah menjadi nitrit (NO2-) oleh
bakteri nitrit (Nitrosococcus dan Nitrosomonas). Nitrit (NO2-) diubah
menjadi nitrat (NO3-) oleh bakteri nitrat (Nitrobacter). Selain diserap
oleh akar tumbuhan, nitrat juga mengalami denitrifikasi oleh bakteri
dan sebagian menumpuk dalam bentuk endapan. Denitrifikasi adalah
pengubahan nitrat menjadi gas nitrogen (N2) yang akan dibebaskan
kembali ke udara. Bakteri yang berperan dalam denitrifikasi, antara lain
Pseudomonas denitrificans dan Micrococcus. Pengikatan nitrogen di
udara secara elektrokimia memerlukan energi dari halilintar. Dengan
energi dari halilintar, nitrogen berikatan dengan oksigen menghasilkan
nitrogen dioksida (NO2). Nitrogen dioksida kemudian bereaksi dengan
air membentuk nitrat yang akan diserap oleh akar tumbuhan,
mengalami denitrifikasi, atau menumpuk pada endapan.

C. Daur air
Daur air berbeda dengan daur biogeokimia lain karena hagian besar
aliran air terjadi bukan melalui proses kimia, melainkan proses fisik. Air
mempertahankan bentuknya sebagai H2O, Kecuali terjadi perubahan
kimia dalam proses fotosintesis. Sumber air di alam, yaitu lautan,
danau, rawa, waduk, dan sungai. Di dalam tubuh makhluk hidup, air
berperan sebagai pelarut, berfungsi mentranspor zat makanan dan zat
sisa metabolisme, tekanan osmotik sel, mengatur suhu tubuh, dan
media mengatur berbagai reaksi kimia di dalam tubuh. Saat terkena
cahaya matahari, seluruh permukaan bumi yang mengandung air akan
mengalami penguapan (evaporasi), sementara makhluk hidup
mengalami transpirasi (pengeluaran uap air melalui stomata). Uap air
akan naik ke lapisan atmosfer membentuk awan. Awan kemudian
berpindah karena perbedaan suhu udara atau terbawa oleh angin.
Saat terpapar udara dingin, awan akan mengalami kondensasi menjadi
tetes-tetes air dan akan jatuh ke permukaan bumi dalam bentuk hujan
(presipitasi).
Air hujan akan masuk ke dalam tanah secara vertikal melalui infiltrasi.
Infiltrasi air hujan pada daerah yang bervegetasi (ditumbuhi tumbuhan)
lebih besar jika dibandingkan dengan daerah yang tidak bervegetasi
karena vegetasi menghasilkan serasah (tumpukan dedaunan kering)
yang dapat meningkatkan porositas tanah. Setelah terjadi infiltrasi, ke
bawah karena pengaruh gravitasi bumi; disebut peristiwa perkolasi.
Sebagian air tanah diserap oleh tumbuhan untuk fotosintesis, Air tanah
dalam bentuk mata air, sumur, danau, dan sungai dimanfaatkan oleh
hewan maupun manusia untuk menunjang kehidupan. Air sungai akan
mengalir ke tempat yang lebih rendah, dan akhirnya menuju ke laut. Di
lautan, laju cvaporasi lebih tinggi daripada presipitasi. Sebalikya di
daratan, laju presipitasi lebih tinggi daripada evaporasi dan transpirasi.

D. Daur Fosfor
Fosfor di alam berasal dari pelapukan batuan mineral (batuan fosfat) dan
penguraian bahan organik (misalnya, kotoran ternak atau hewan laut) oleh
dekomposer. Fosfor diserap oleh tumbuhan dalam bentuk fosfat anorganik
(H2PO4- HPO4 2- dan PO4 3-) Meskipun jumlah fosfor di alam sangat
banyak, tetapi persediaannya untuk tumbuhan sangat terbatas karena
sebagian besar terikat secara kimia oleh unsur lain dan sukar larut di
dalam air. Itulah alasan para petani memberikan pupuk fosfat untuk
tanaman pertaniannya. Pupuk fosfat dibuat dari bahan baku berupa batu-
baruan fosfat yang tersedia di alam.
Fosfor di dalam tubuh makhluk hidup berfungsi untuk menyimpan dan
memindahkan energi (dalam bentuk ATP), membentuk asam nukleat, dan
membantu proses respirasi maupun asimilasi. Melalui rantai makanan,
fosfor dari tumbuhan masuk ke dalam rubuh hewan. Apabila tumbuhan
dan hewan mati, fosfat organik dari tubuh organisme tersebut akan diurai
oleh dekomposer menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut
dalam air dapat mengalami pengendapan (sedimentasi) di laut sebagai
batu karang atau fosil. Baru karang maupun fosil dapat terkikis kembali
membentuk fosfat anorganik yang terlalu dalam air atau diambil melalui
kegiatan penambangan

E. Daur belerang (sulfur)


Belerang (sulfur) terdapat di atmosfer dalam bentuk sulfur dioksida
(SO2) yang berasal dari aktivitas vulkanis (misalnya, gunung berapi),
pembakaran bahan bakar fosil, asap kendaraan bermotor, dan asap
pabrik. Belerang juga terdapat dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S)
yang dilepas dari proses pembusukan bahan organik di dalam tanah
dan air yang dilakukan oleh bakteri dan jamur pengurai. Organisme
pengurai yang merombak bahan organik (protein) dan melepaskan
H2S, antara lain jamur Aspergillus dan Neurospora serta bakteri
Escherichia. H2S selanjutnya mengalami oksidasi di atmosfer
membentuk sulfat (SO4). Gas sulfat bersama-sama dengan presipitasi
(curah hujan) masuk ke dalam tanah. Jika kandungan gas sulfat di
udara terlalu tinggi, presipitasi yang dihasilkan akan sangat asam;
dikenal sebagai hujan asam.
H2S di dalam tanah juga dapat mengalami oksidasi dan menghasilkan
elemen sulfur (S). Sulfur kemudian teroksidasi menjadi sulfat oleh
bakteri Thiobacillus denitrificans dan Thiobacillus thiooxidans. Sulfat di
dalam tanah dapat tereduksi kembali menjadi H,S oleh bakteri
Thiobacillus thioparus. Belerang di dalam tanah terdapat dalam bentuk
sulfat, sulfida, dan belerang anorganik. Akan tetapi, tumbuhan
menyerap belerang dalam bentuk anion sulfat (SO4 2-) dari dalam
tanah.

7. Dinamika komunitas
Komunitas merupakan kumpulan dari berbagai populasi yang saling
berinteraksi di dalam suatu ekosistem. Komunitas beserta lingkungannya
bersifat dinamis, artinya saling berinteraksi sehingga menghasilkan
perubahan perubahan. Perubahan komunitas dapat terjadi secara silklis
dan nonsiklis. Perubahan komunitas siklis terjadi pada periode tertentu.
Terapi mudah kembali ke keadaan yang hampir sama dengan keadaan
sebelumnya. Contohnya, perubahan komunitas selama musim kemarau
dan musim penghujan. Pada musim penghujan jumlah serangga dan
katak lebih banyak daripada saat musim kemarau. Perubahan komunitas
nonsiklis adalah perubahan komunitas yang terjadi secara drastis dengan
kondisi komunitas cenderung berubah secara permanen. Perubahan
nonsiklis terkadang hanya dapat dilihat setelah beberapa tahun, atau
bahkan hingga lebih dari satu abad. Perubahan nonsiklis berkaitan
dengan nilai sejarah, misalnya evolusi, migrasi, dan punahnya beberapa
spesies tertentu. Berikut akan diuraikan perubahan komunitas dalam
ekosistem yang dikenal sebagai suksesi.

A. Suksesi
Suksesi adalah proses perubahan komunitas yang berlangsung secara
lambat dan teratur dalam waktu yang lama, menuju ke satu arah
hingga terbentuk komunitas yang lebih kompleks. Proses suksesi akan
berakhir setelah mencapai komunitas yang stabil (komunitas klimaks).
Studi suksesi yang cukup lengkap yang dilakukan di Indonesia, yaitu di
Pulau Krakatau. Letusan vulkanik di Pulau Krakatau, pada tanggal 26-
27 Agustus 1883, telah memusnahkan flora dan fauna yang terdapat di
pulau tersebut dan mengurangi ukuran pulau hampir sepertiga dari
ukuran semula. Dalam waktu tiga tahun setelah gunung Krakatau
meletus, tercatat beberapa spesies tumbuhan tumbuh kembali.
Spesies tumbuhan pada umumnya merupakan spesies invasif dari
Pulau Jawa dan Sumatera. Beberapa hewan, seperti Arthropoda,
Gastropoda, Reptilia, Aves, kelelawar, dan tikus juga mulai hidup di
Pulau Krakatau. Hasil pengamatan di Pulau Krakatau menunjukkan
bahwa telah terjadi perubahan-perubahan yang mengarah pada
perkembangan komunitas. Suksesi juga dapat terjadi di perairan,
disebut hydrarch.
Berdasarkan kondisi komunitas awal pada daerah yang mengalami
suksesi, tipe suksesi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
suksesi primer dan suksesi sekunder.

1. Suksesi primer
Suksesi primer adalah suksesi yang terjadi pada lahan atau wilayah
yang mula-mula tidak bervegetasi atau lahan yang pei bervegetasi,
tetapi mengalami gangguan berat hingga komunitas asal hilang
secara total atau tidak ada lagi kehidupan. Gangguan berat
tersebut, antara lain letusan gunung berapi, gempa bumi, tanah
longsor, endapan lumpur di muara sungai, endapan pasir di pantai,
dan meluapnya lumpur panas. Substrat atau habitat baru yang
terbentuk akibat gangguan berat tersebut, kemudian berangsur-
angsur mengalami perkembangan ke arah terbentuknya komunitas
baru yang lebih kompleks, hingga mencapai komunitas klimaks
yang memiliki keseimbangan lingkungan yang dinamis .

2. Suksesi sekunder
Suksesi sekunder adalah suksesi yang terjadi pada lahan atau
wilayah yang pada awalnya telah bervegetasi sempurna, kemudian
mengalami kerusakan, tetapi tidak sampai menghilangkan
komunitas asal secara total. Pada suksesi primer, vegetasi dan
bakal kehidupan lainnya berasal dari luar habitat asli. Sementara
pada suksesi sekunder, vegetasi dan bakal kehidupan lainnya
berasal dari habitatnya sendiri dan sebagian lainnya berasal dari
luar.

TUGAS
1. Tumbuhan kantong semar (Nepenthes) mampu mencerna serangga dengan
enzimnya. Apakah tumbuhan tersebut tergolong produsen atau konsumen?
Jelaskan alasan Anda.
2. Tanamlah jagung di dua tempat, tetapi dalam lokasi yang sama. Pada tempat
A, lahan yang ditanami dibersihkan dari rumput liar yang tumbuh, sedangkan
pada tempat B, rumput liar dibiarkan tumbuh. Amati dan bandingkan
pertumbuhan tanaman jagung di tempat A dan B. Laporkan hasilnya pada
guru pembimbing. Bentuk interaksi apakah yang terjadi antara rumput dengan
tanaman jagung tersebut?
3. Tumbuhan pencekik (strangler), misalnya Ficus rigida, pada awalnya tumbuh
sebagai epifit pada suatu pohon dengan akar gantungnya yang sangat
menarik. Namun, setelah akarnya tumbuh lebat dan menjulur sampai ke
tanah, akar tersebut berkembang menjadi batang dan bersatu mencekik
pohon induk. Tipe interaksi apakah yang terjadi antara kedua spesies
tersebut? Jelaskan alasannya.
4. Buatlah beberapa lukisan di buku gambar yang bertema daur biogeokimia
(nitrogen, karbon, sulfur, fosfor, dan air). Anda bisa berkreativitas dalam
desain gambar dan pewarnaan, tetapi tetap berdasarkan kajian teori.
Tunjukkan hasil lukisan Anda kepada guru pembimbing untuk mendapatkan
nilai portofolio.
5. Apa yang mungkin terjadi jika suatu saat lumpur Lapindo di Sidoarjo sudah
tidak menyembur lagi? Mungkinkah terjadi suksesi di wilayah yang tertutup
oleh lumpur?
6. Ubahlah gambar 9.15 pada halaman 412 menjadi piramida ekologi
Jawaban
1. Konsumen karena dia termasuk tanqman insektivora yang memakan
serangga dan nepthenes tidak bisa memproduksi makanan sendiri
Sementara serangga itu mengamnil makanan dari tempat lain yang bisa
menghasilkan makanan sendiri
2.

3. Simbiosis parasitisme, karena dia menghambat host (pohon induk) untuk


bertumbuh. Sehingga host yang tercekik, pertumbuhannya menjadi tidak
normal lagi (menjadi kecil) dan merugikan host

4.

5. Kemungkinan suksesi yang akan terjadi adalah suksesi primer yang diawali
oleh tumbuhan pionir yaitu rumput sampai nantinya mencapai tahapan
klimaks dimana terbentuk ekosistem baru dengan komponen biotik dan
abiotik yang saling berinteraksi.

No 4

1) Daur Karbon

2) Daur Nitrogen
3) Daur Air

4) Daur Fosfor

5) Daur Belerang
No 2.
Kesimpulan :
Rumput yang tumbuh di sekitar tanaman dapat menghambat pertumbuhan tanaman
karena mengambil unsur2 hara yang ada di sekitar tanaman tersebut jika
dibandingkan dengan tanaman yang tidak berumput di sekitarnya pertumbuhannya
akan lebih cepat karena hanya dia yang mengambil unsur hara dalam tanah

Jenis interaksi ini adalah interaksi kompetisi dalam hal zat hara

Piramida dari jaring jaring makanan gambar 9.15

Anda mungkin juga menyukai