Laporan Akhir Rangkaian Pompa Seri Dan Paralel
Laporan Akhir Rangkaian Pompa Seri Dan Paralel
Laporan Akhir Rangkaian Pompa Seri Dan Paralel
Oleh :
NIM : 1707122616
Kelompok : C3
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Dimana :
P = adalah tekanan (Pascal)
ρ = adalah massa jenis fluida (kg/m3)
v = adalah kecepatan fluida (m/s)
g = adalah percepatan gravitasi (g = 9,8 m/s2)
h = adalah ketinggian (m)
Hukum Bernoulli sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari dan
dimanfaatkan pada beberapa aplikasi yakni:
Perhitungan gaya angkat (lift) pada sayap pesawat
Perhitungan untuk mencari tekanan yang hilang pada aliran (pressure
losses)
Tabung pitot (pitot tube)
Venturimeter
Manometer
Toricelli 1
Dari Head Pompa di atas kita dapat menentukan head total pompa dengan
persamaan dibawah ini:
Dimana :
Hsis = Head sistem pompa (m)
ha = Head statis total (m)
Δhp = Perbedaan head tekanan yang bekerja pada kedua permukaan (m),
= hp2 – hp1 phΔ
hl = Berbagai kerugian head di pipa, katup, belokan, sambungan, dll (m)
h1 = hld + hls
vd2/2g = Head kecepatan keluar (m)
g = Percepatan gravitasi (9,81 m/s2)
Head total pompa salah satunya dipengaruhi oleh berbagai kerugian pada
sistem perpipaan yaitu gesekan dalam pipa, katup, belokan, sambungan, reduser
dll. Untuk menentukan head total yang harus disediakan pompa, perlu
menghitung terlebih dahulu kerugaian-kerugaian pada instalasi. Dimana kerugian-
kerugian tersebut akan dijumlahkan untuk mengetahui kerugian head yang terjadi
dalam instalasi. Berikut akan dihitung kerugian head pemipaan dan instalasi
pengujian pompa.
2.5 Prinsip Kerja Manometer dan Pengukurannya
Istilah “manometer” paling sering merujuk secara khusus pada tabung
berbentuk-U yang sebagian diisi dengan cairan. Anda dapat dengan mudah
membuat manometer jenis ini sebagai bagian dari percobaan laboratorium untuk
menunjukkan efek tekanan udara pada kolom cair. Manometer adalah instrumen
yang mengukur tekanan menggunakan kolom cairan. Instrumen ini digunakan
untuk mengukur tekanan cairan dan terdiri dari tabung yang diisi dengan cairan.
Tingkat cairan ditentukan oleh tekanan fluida dan juga oleh tinggi cairan yang
ditunjukkan pada skala. Manometer digunakan untuk mengukur perbedaan
tekanan. Perbedaan tekanan diukur dengan menyeimbangkan bobot kolom cairan
antara dua tekanan. Merkuri adalah cairan berat yang digunakan dalam
manometer untuk mengukur perbedaan tekanan yang besar.
Cairan yang lebih ringan seperti air digunakan untuk mengukur perbedaan
tekanan kecil dalam flowmeters venturi atau terowongan angin eksperimental.
Masalah umum yang dialami saat mengukur perbedaan tekanan dalam sistem
dengan kecepatan rendah memuaskan secara akurat dan ketinggian kolom rendah.
a. Jenis – jenis manometer ada beberapa yakni sebagai berikut:
1. Manometer raksa tertutup.
(2) Permukaan dalam pelat weir harus rata, dan terutama permukaan pelat
yang berjarak 100 mm dari ujung permukaan atas harus rata dan halus. Hal
ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya arus turbulensi selama
pengukuran. Pelat weir dipasang pada penahannya, dengan tinggi
minimum yang terpasang 100 mm.
Gambar 2. 10 Bagian dalam ambang
(3) Bahan pelat ambang harus terbuat dari bahan tahan karat.
(4) Pelat penahan, harus terbuat dari bahan yang kokoh dapat berupa baja atau
beton untuk mencegah terjadinya perubahan (deformasi) pada pelat yang
disebabkan oleh tekanan. Selain itu harus mempunyai konstruksi dan
ukuran sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu air yang jatuh dari
weir yang ketinggiannya;
(a) 30 mm atau lebih untuk weir segitiga;
(b) 70 mm atau lebih untuk weir lebar penuh (diukur dari dasar weir
segitiga).
(5) Permukaan bagian dalam pelat ambang dan pelat penahan harus tegak
lurus terhadap sumbu saluran.
(6) Takik ambang segitiga siku-siku harus memenuhi persyaratan;
(a) Sudut takik ambang segitiga harus bersudut 900, dan kedua bagian
sudut takik harus saling tegak lurus di tengah- tengah saluran;
(b) Toleransi sudut takik adalah50.
(8) Lebar dari ambang lebar penuh harus mengikuti persyaratan sebagai
berikut:
(a) Tepi atas ambang lebar penuh harus datar sepanjang lebar saluran.
(b) Lebar pelat ambang merupakan fungsi dari panjang sisi sekat-ukur
terletak diantara permukaan dinding saluran;
(c) Toleransi lebar sekat-ukur 0,001 B.
Gambar 2. 14 Saluran
(1) Panjang dari masing-masing bagian saluran tersebut harus sesuai dengan
tabel 1. Bila saluran tidak dilengkapi dengan bagian pengarah aliran,
panjang dari bagian aliran terarah (L1) sekurang-kurangnya 10 kali lebar
saluran bagian aliran terarah.
Tabel 2. 1 Panjang tiap bagian saluran
(2) Saluran pada bagian pengarah aliran (Ls) harus mendatar dan sisi vertikal
harus kokoh untuk menghindari terjadinya perubahan bentuk jika terisi
penuh oleh air. Selanjutnya garis aksial dan saluran harus lurus dan tebal
saluran seragam.
(3) Pada saluran ambang lebar penuh, kedua dinding saluran harus ditinggikan
sebanding dengan head maksimum (h’) atau lebih ke hilir dari pelat
ambang dan pelat penahan, untuk mencegah air di hilir ambang agar tidak
melimpah ke samping. Ujung bagian dinding terendah yang ditinggikan 50
mm atau lebih dibawah ujung pelat ambang. Dinding saluran harus
dilengkapi dengan lubang-lubang berdiameter cukup untuk membebaskan
udara terjebak yang berada dalam aliran terjunan air sewaktu melalui pelat
ambang.
(7) Posisi lubang kecil tersebut minimal berjarak 3 h’ (h’ adalah tinggi
maksimal weir) dan maksimal berjarak B (lebar saluran) dari bagian
permukaan dalam weir ke arah hulu. Sedangkan tingginya adalah 50 mm
atau lebih di bawah dasar takik, baik dari titik bawah atau sisi weir, atau
berjarak minimal 50 mm dihitung dari dasar saluran ke permukaan air.
(8) Lubang kecil tersebut harus memiliki diameter dalam antara 10 mm
sampai 30 mm dan dibuat tegak lurus terhadap permukaan dinding saluran.
Permukaan dinding di sekitar lubang harus rata dan sisi disekitar lubang
harus bebas dari cacat.
c) Prosedur pengukuran
Pengukuran dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan di bawah ini:
(1) Pengukuran harus dilaksanakan pada kondisi dimana air yang jatuh
melalui weir mengalir dengan tenang.
(2) Pengukuran titik nol dari tinggi harus dilaksanakan sesuai dengan contoh
berikut, dan dengan ketelitian sekitar 0,2 mm;
(a) Pada pengukuran weir segi empat atau weir lebar penuh, sebuah
segitiga pengukur atau sejenis ditempatkan di bagian hulu weir, setelah
diatur sesuai dengan tinggi tepi weir dengan menggunakan spirit level,
kemudian air dialirkan hingga mencapai ketinggian ini. Penunjukkan
alat ukur yang dipasang pada tangki air kecil pada keadaan ini dibaca,
pembacaan tersebut menunjukkan titik nol.
(b) Pada pengukuran weir segitiga, segitiga pengukur tersebut ditempatkan
pada sisi dalam weir, dan sebuah batang bulat yang berdiameter D
ditempatkan horisontal dan sejajar dengan sumber longitudinal dari
saluran pada ujung takik, kemudian tinggi dasar batang diatur,
pembacaan titik nol diperoleh dari perhitungan.
(3) Ketelitian pengukuran ketinggian air adalah 1/250 dari tinggi untuk weir
segitiga, dan 1/ 150 dari tinggi untuk weir segi empat atau weir lebar
penuh.
(4) Untuk mengukur ketinggian air, harus digunakan suatu segitiga ukur (hook
gauge) atau alat ukur ambang (float gauge) yang dapat menunjukkan
pembacaan dengan ketelitian tertentu, atau suatu alat ukur ketinggian air
yang mempunyai ketinggian yang sama.
(5) Pengukuran tinggi harus dilakukan setelah ketinggian air pada tangki kecil
stabil.
d) Perhitungan
Perhitungan debit harus dilakukan sesuai dengan persamaan berikut:
(1) Ambang segitiga siku-siku, dihitung dengan persamaan (1).
...........................................
Q = K.h5/ 2 (1)
Keterangan:
Q = debit (m3/s)
h = tinggi air di atasweir (m)
K = koefisien kapasitas, 1,39 atau dihitungdengan persamaan (2)
0,24 12 h
K= 81,2 + + (8,4 + )( - 0,09)2..........................
h D B
(2)
Keterangan:
B adalah lebar saluran (m)
D adalah tinggi takik saluran sekat-ukur dari dasar saluran (m)
Persamaan (1) hanya berlaku untuk nilai berikut:
Q = K.b.h3/ 2 …...…………………………
(3)
Keterangan:
Q = debit (m3/s)
b = lebar weir (m)
h = tinggi air di atas weir (m)
K = koefisien kapasitas, dihitung dengan persamaan (4)
0,117 h
K= 107,1+
h
+ 8,4
D
- 25,7 x [√ ( B−b ) h
DB √]
+2,04
B ………....(4)
D
Q K.b.h3/ 2……………………………
(5)
Keterangan:
Q = debit (m3/s)
b = lebar ambang (m)
h = tinggi air di atas weir (m)
K = koefisien kapasitas, dihitung dengan persamaan (6)
0,117 h
K = 107,1 + ( + 14,2 )(1 + ).....................................
h D
(6)
Keterangan:
D = tinggi tepi ambang dari dasar saluran (m)
Є = faktor koreksi,(bila D = 1 m, Є= 0 dan bila D > 1 m, Є= 0,55)
Persamaan (5) hanya berlaku untuk:
B ≥ 0,5 m sampai dengan 6,3 m
D = 0,3 m sampai dengan 2,5 m
h = 0,03m sampai dengan D m
h tidak harus > 0,8 m dan tidak > B
Perhitungan
a. Tekanan fluida
Tekanan fluida langsug didapat dari pressure gauge yang dipasang pada
pipa keluarannya, untuk rangkaian dengan tambahan tube bundle
menggunakan 2 pressure gauge yang ditaruh sebelum dan sesudah tube
bundle, sedangkan untuk rangkaian tanpa tambahan tube bundle hanya
menggunakan 1 pressure gauge yang ditaruh pada pipa keluarannya.
b. Debit air (Q)
Untuk mendapatkan data kapasitas atau debit dengan menggunakan V-
notch.
5
8
𝑄= √ 2. g tan θ H 2
15 2
Keterangan :
H = di peroleh dari ketinggian air yang mengalir pada bak penampung air.
𝜃 = di peroleh dari sudut yang berbentuk seperti V pada bak pemampung
air.
𝑔 = Untuk standar gravitasi adalah 9.81(m/𝑠2).
Diketahui :
H = 6 cm = 0,06 m
Sudut 𝜃V-notch = 60o
𝑔 = 9.81(m/𝑠 2 ).
Jadi
5
8
𝑄= √ 2.9,81 tan 60 0,06 2
15 2
8 5
𝑄= √ 19,62 tan30.(0,06)2
15
8
𝑄=
15
.(4,429)(0,577)(0,000881)
0,018
𝑄= = 0,0012(m3/s) = 1,2 x 10-3 m3/s
15
c. Kecepatan aliran fluida
Setelah mengetahui debit air selanjutnya menghitung kecepatan aliran
yang akan digunakan untuk menghitung bilangan Reynolds. Untuk
menghitung kecepatan aliran fluida dapat menggunakan rumus :
𝑉 = 𝑄/ 𝐴
Keterangan :
V : kecepatan aliran fluida (𝑚2 /𝑠)
Q : debit air
A : luas penampang pipa
𝑑 ∶ 1 𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖 = 2,54 𝑐𝑚 = 0,0254 𝑚
𝑟 ∶ 1/2 × (2,54 × 10-2 𝑚) = 1,27 × 10-2 𝑚
untuk menghitung luas penampang dengan menggunakan rumus dibawah
ini :
𝐴 = 𝜋(𝑟 × 10−2𝑚)2
𝐴 = 3,14(1,27 × 10-2 𝑚)2
𝐴 = 3,14(1,6129 × 10-2 𝑚)
𝐴 = 5,064 × 10-4 𝑚2
Luas penampang diketahui barulah menghitung kecepatan aliran fluida
menggunakan rumus diatas.
1,2 x 10−3 (m 3 /s)
𝑉=
5,064 x 10−4 m2
𝑉 = 2,37 𝑚/s
Tabel 2. Hasil dari Pengujian
Grafik Hasil
a. Tekanan Fluida
b. Debit
c. Kecepatan Aliran
4.1 Hasil
Hasil yang ditampilkan berupa data pengukuran yang disajikan dalam
bentuk tabel. Sebagai berikut :
Pompa Paralel
P (bar) Head H(mm) Q
Pressure gauge (m) V-Notch (m3/s)
0,20 2,317626 0,049 0,001176
0,40 4,333532 0,048 0,001117
0,60 6,351589 0,047 0,00106
0,80 8,371667 0,046 0,001004
1,00 10,39364 0,045 0,000951
1,20 12,39996 0,043 0,000848
1,40 14,41248 0,041 0,000753
1,60 16,40141 0,036 0,000544
1,80 18,41326 0,031 0,000374
2,00 20,43219 0,021 0,000141
4.2 Pembahasan
Pembahasan merupakan uraian perhitungan pengolahan data yang diambil
dari suatu data pengujian. Yang digunakan pada laporan ini adalah data pompa
tunggal 1 yang pertama.
a. Data yang tersedia
Cd = 0,578
Kn = 0,008
P = 0,20 bar
H = 0,037 mm
g = 9,81 m/s2
ϴ = 90°
Ρ = 998 Kg/m3
D = 1 inch
b. Debit Q (m3/s)
Nilai Q dihitung menggunkan alat yang dinamakan V-notch dengan rumus
standar ASTM D 5242-92.
8 ϴ
Q = Cd x x 2 g 0,5 tan He5 /2
15 2
He = H + Kn
= 0,037/1000 m + 0,008 = 0,00804
8 90
Q = 0,578 x x 29,810,5 tan 0.008045 /2
15 2
= 0,00001281 m3/s
p v2
Head pompa = +
ρ . g 2. g
Q
v=
A
1
A= x π x D2
4
1
= x 3,14 x 0,02542
4
= 0,0005064 m2
0,00001281
v=
0.0005064
= 0,02528 m/s
20.000 0,025282
Head pompa = +
998.9,81 2.9,81
= 2,0428542 m
d. Analisa
Pada analisa akan ditampilkan grafik Q vs Head pompa yang telah didapat
melalui perhitungan, berikut penjelasannya :
Q vs Head pompa tunggal 1
0.00001282
0.00001280
0.00001278
0.00001276 Pompa tunggal 1
Q
0.00001274
0.00001272
0.00001270
0 5 10 15 20 25
Head Pompa
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa nilai debit (Q) berbanding
terbalik dengan nilai head Pompa. Semakin tinggi Head maka Debit akan semakin
rendah sebaliknya jika Debit semakin tinggi maka Head pompa semakin rendah.
Ini dikarenakan persamaan Head menggunakan kecepatan yang didapat dari
pembagian Debit dengan luas penampang pipa.
0.00001275
0.00001273
0.00001271
0 5 10 15 20 25
Head pompa
0.00001279
0.00001278
0.00001278
0 5 10 15 20 25
Head Pompa
Dari grafik pompa seri debit berubah tidak secara drastis melainkan ada
suatu kekonstanan pada tiap waktunya. Berbeda dengan pompa tunggal debit pada
pompa seri grafik yang dihasilkan seperti tangga ini dikarenakan terdapat
kestabilan Head yang dihasilkan pompa yang dirangkai secara seri.
0
0
0
0 5 10 15 20 25
Head Pompa
Pada grafik ini debit turun dengan perlahan. Jika ingin menaikan head
maka pasang pompa secara parallel. Sebaliknya jika inginkan debit yang tinggi
pompa dirangkai secara seri.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Irawan, Agung. 2017. Laporan analisis Praktikum prestasi mesin Modul
Pompa seri dan parallel. Universitas Riau. Pekanbaru
M. E. Ir. Ali Mahmudi, Buku Bahan Ajar Pompa Dan Kompresor. BANDUNG:
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bandung.