Perubahan Sosial
Perubahan Sosial
Perubahan Sosial
1. William F. Ogburn (1964), mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-
unsur kebudayaan material dan immaterial, yang ditekankan pada pengaruh besar unsur-unsur
kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.
2. Kingsley Davis (1960), mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi
dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, timbulnya pengorganisasian buruh dalam
masyarakat kapitalis telah menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dan
majikan yang selanjutnya menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi dan
politik.
3. Mac Iver (1937: 272), mengartikan bahwa perubahan sosialsebagai perubahan dalam hubungan
sosial (perubahan yangdikehendaki dan perubahan yang tidak dikehendaki) atausebagai perubahan
terhadap keseimbangan (equilibrium)hubungan sosial.
4. Gillin dan Gillin (1957: 279), mengartikan perubahan sosialadalah suatu variasi dari cara hidup
yang telah diterima, baikkarena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaanmaterial,
komposisi penduduk, dan ideologi maupun karenaadanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru
dalammasyarakat
5. Selo Soemardjan (1962: 379), merumuskan perubahan sosial sebagai segala perubahan pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang memengaruhi sistem sosialnya,
termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam
masyarakat.
6. Samuel Koenig (1957: 279), mengatakan bahwa perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-
modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi dapat
disebabkan oleh faktor intern dan ekstern.
7. Sugihen (1982), mengkaitkan perubahan sosial dengan beberapa kata lain yang merujuk pada proses
sosial yang sama, seperti : industrialisasi, modernisasi, dan pembangunan.
8. Merton (1957;1964), mengatakan bahwa perubahan sosial merupakan fungsi manifestasi dari suatu
rekayasa sosial lewat upaya pembangunan yang dilambangkan atau diwujudkan dalam kegiatan
industralisasi menuju suatu masyarakat modern.
9. Rogers, et. al. (1988), memahami bahwa perubahan sosial adalah suatu proses yang melahirkan
perubahan-perubahan di dalam struktur dan fungsi dari suatu sistem kemasyarakatan. Ada 3 tahapan
utama dalam proses perubahan sosial yang terjadi. Pertama, berawal dari diciptakannya atau
lahirnya sesuatu yang berkembang menjadi suatu gagasan. Bila gagasan tersebut sudah
menggelinding seperti roda yang berputar pada sumbunya, dan sudah tersebar di kalangan
masyarakat maka perubahan tersebut sudah memasuki tahap kedua. Tahapan yang ketiga yaitu
disebut dengan hasil, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi dalam suatu sistem sosial yang
bersangkutan sebagai akibat dari diterimanya, atau ditolaknya suatu inovasi.
10.Larson dan Rogers (1964), mengemukakan pengertian tentang perubahan sosial yang dikaitan dengan
adopsi teknologi yaitu perubahan sosial merupakan suatu proses yang berkesinambungan dalam suatu
bentangan waktu tertentu. Pemakaian teknologitertentu oleh suatu warga masyarakat akan membawa
suatu perubahan sosial yang dapat diobservasi lewat perilaku anggota masyarakat yang bersangkutan.
11.Ferdinand Toennies (1855-1936), menggambarkan proses perubahan sosial sebagai perkembangan dari
Gemeinschaft menjadi Gesellschaft. Gemeinschaft (paguyuban) adalah kelompok orang yang relasi-
relasi interaksionalnya bersifat langsung, dalam, dan terarah kepada diri orang lain dalam
keseluruhannya. Sedangkan Gesellschaft (patembayan) adalah kelompok-kelompok di mana
interaksional bersifat tidak langsung, dangkal, hanya menyentuh kulit atau permukaan hidup saja, dan
terarah pada sebagaian saja dari orang lain, yaitu kedudukan, wewenang, atau kemampuannya.
12.Atkinson (1987) dan Brooten (1978), menyatakan definisi perubahan merupakan kegiatan atau proses
yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya dan merupakan proses yang
menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau institusi. Ada empat tingkat perubahan yang perlu
diketahui yaitu pengetahuan, sikap, perilaku, individual, dan perilaku kelompok. Setelah suatu masalah
dianalisa, tentang kekuatannya, maka pemahaman tentang tingkat-tingkat perubahan dan siklus
perubahan akan dapat berguna.
13.Etzioni (1973) mengungkapkan bahwa, perkembangan masyarakat seringkali dianalogikan seperti
halnya proses evolusi, suatu proses perubahan yang berlangsung sangat lambat. Pemikiran ini sangat
dipengaruhi oleh hasil-hasil penemuan ilmu biologi, yang memang telah berkembang dengan pesatnya.
14.Spencer mengungkapkan bahwa suatu organisme akan bertambah sempurna apabila bertambah
kompleks dan terjadi diferensiasi antar organ-organnya. Kesempurnaan organisme dicirikan oleh
kompleksitas, differensiasi dan integrasi. Perkembangan masyarakat pada dasarnya berarti pertambahan
diferensiasi dan integrasi, pembagian kerja dan perubahan dari keadaan homogen menjadi heterogen.
Spencer berusaha meyakinkan bahwa masyarakat tanpa diferensiasi pada tahap pra industri secara intern
justru tidak stabil yang disebabkan oleh pertentangan di antara mereka sendiri. Pada masyarakat industri
yang telah terdiferensiasi dengan mantap akan terjadi suatu stabilitas menuju kehidupan yang damai.
Masyarakat industri ditandai dengan meningkatnya perlindungan atas hak individu, berkurangnya
kekuasaan pemerintah, berakhirnya peperangan antar negara, terhapusnya batas-batas negara dan
terwujudnya masyarakat global.
B.Teori Tentang Perubahan Sosial
1.Teori Evolusi
Teori ini beranggapan bahwa perubahan sosial memiliki arah tetap yang dilalui oleh semua masyarakat.
Masyarakat berubah dan berkembang dari tahap peradaban sederhana menuju tahap peradaban yang lebih
kompleks. Menurut Alex Inkeles dibedakan menjadi beberapa, yaitu:
Universal Theory of Evolution: menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui
tahap-tahap tertentu yang tetap. Menurut teori ini, kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis
evolusi yang tertentu.
`Teori ini beranggapan bahwa perubahan sosial pada masyarakat merupakan sesuatu yang tidak
dapat direncanakan atau diarahkan. Misalnya perubahan mode pakaian atau gaya hidup. Seperti gaya
hidup, teori ini beranggapan bahwa perubahan sosial bisa saja terulang kembali.
Misalnya pada waktu tahun 1970an, scooter digandrungi oleh anak muda karena dianggap keren
ataupu gaul pada masa tersebut. Pada tahun-tahun berikutnya scooter tidak lagi digandrungi para pemuda
karena berbagai alas an.Namun sekarang pada tahun 2018 kegandrungan anak-anak muda terhadap scooter
mulai bangkit kembali.
3.Teori Konflik
Salah satu teori yang berpengaruh adalah teori konflik yang digagas oleh Karl Marx. Marx
berpendapat bahwa perubahan sosial tercipta akibat adanya pertentangan antar kelas atau konflik. Dalam
contoh yang diberikan dalam bukunya “Das Capital”, Marx melihat konflik antara 2 kelas sosial, yaitu
kaum borjuis dan kaum proletar. Dimana kaum borjuis adalah orang yang kaya dan punya uang sedangkan
kaum proletar adalah para buruh, baik buruh pabrik, buruh, bangunan, buruh kantoran, juga buruh lainnya.
Karena terjadi ketimpangan dan perbedaan kepentingan dimana kaum borjuis berorientasi kepada
keuntungan yang sebesar-besarnya, maka mereka menekan upah buruh yang bekerja kepada mereka. Hal
ini menyebabkan para buruh yang berharap akan penghasilan lebih baik untuk menaikkan taraf hidupnya
tidak tercapai. Maka dari itu terjadilah sebuah konflik yang menghasilkan aturan-aturan untuk buruh
sehingga tidak di eksploitasi oleh kaum borjuis.
4.Teori Perkembangan Linier
Teori ini percaya bahwa perubahan sosial dapat diarahkan ke titik tujuan tertentu, seperti
perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat yang modern. Contohnya, perkembangan bangsa
Indonesia dari zaman penjajahan, mempertahankan kemerdekaan, sampai dengan saat ini.
Jika diibaratkan, maka teori linier ini beranggapan bahwa perubahan sosial yang terjadi
memberikan kemajuan bagi masyarakat (grafis naik).
5.Teori Fungsionalis
Teori Fungsionalis menyatakan bahwa ketidakpuasan masyarakat terhadap keadaan sosial yang
sedang berlaku merupakan penyebab utama terjadinya perubahan sosial. Ketidakpuasan ini tidak dirasakan
oleh semua anggota masyarakat, sebagian anggota masyarakat tidak menginginkan perubahan. Nah apabila
lebih banyak yang menginginkan perubahan biasanya perubahan akan terjadi, tetapi apabila hanya
kelompok minoritas dengan kekuatan kecil yang menginginkan perubahan, maka perubahan tersebut sulit
untuk tercapai.
C.Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial
1.Perubahan evolusi
Perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam proses lambat, dalam
waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat yang bersangkutan.Perubahan-
perubahan ini berlangsung mengikuti kondisi perkembangan masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha-usaha
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dengan kata lain, perubahan sosial terjadi
karena dorongan dari usaha-usaha masyarakat guna menyesuaikan diri terhadap kebutuhan-kebutuhan
hidupnya dengan perkembangan masyarakat pada waktu tertentu. Contoh, perubahan sosial dari
masyarakat berburu menuju ke masyarakat meramu.
2.Perubahan revolusi
Perubahan revolusi merupakan perubahan yang berlangsung secara cepat dan tidak ada kehendak
atau perencanaan sebelumnya. Secara sosiologis perubahan revolusi diartikan sebagai perubahan-
perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga- lembaga kemasyarakatan yang
berlangsung relatif cepat. Dalam revolusi, perubahan dapat terjadi dengan direncanakan atau tidak
direncanakan, di mana sering kali diawali dengan ketegangan atau konflik dalam tubuh masyarakat yang
bersangkutan.
Revolusi tidak dapat terjadi di setiap situasi dan kondisi masyarakat. Secara sosiologi, suatu revolusi dapat
terjadi harus memenuhi beberapa syarat tertentu, antara lain adalah:
Ada beberapa keinginan umum mengadakan suatu perubahan. Di dalam masyarakat harus ada
perasaan tidak puas terhadap keadaan, dan harus ada suatu keinginan untuk mencapai perbaikan
dengan perubahan keadaan tersebut.
Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu memimpin masyarakat
tersebut.
Pemimpin tersebut dapat menampung keinginan-keinginan tersebut, untuk kemudian merumuskan
serta menegaskan rasa tidak puas dari masyarakat, untuk dijadikan program dan arah bagi geraknya
masyarakat.
Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat. Artinya adalah bahwa
tujuan tersebut bersifat konkret dan dapat dilihat oleh masyarakat. Selain itu, diperlukan juga suatu
tujuan yang abstrak. Misalnya perumusan sesuatu ideologi tersebut.
Harus ada momentum untuk revolusi, yaitu suatu saat di mana segala keadaan dan faktor adalah
baik sekali untuk memulai dengan gerakan revolusi. Apabila momentum (pemilihan waktu yang
tepat) yang dipilih keliru, maka revolusi dapat gagal.
Perubahan yang direncanakan adalah perubahan-perubahan yang diperkirakan atau yang telah
direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat.
Pihak-pihak yang menghendaki suatu perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok
orang yang mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Oleh karena
itu, suatu perubahan yang direncanakan selalu di bawah pengendalian dan pengawasan agent of change. Secara
umum, perubahan berencana dapat juga disebut perubahan dikehendaki. Misalnya, untuk mengurangi angka
kematian anak-anak akibat polio, pemerintah mengadakan gerakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) atau untuk
mengurangi pertumbuhan jumlah penduduk pemerintah mengadakan program keluarga berencana (KB).
Perubahan yang tidak direncanakan biasanya berupa perubahan yang tidak dikehendaki dan terjadi di
luar jangkauan masyarakat. Karena terjadi di luar perkiraan dan jangkauan, perubahan ini sering membawa
masalah-masalah yang memicu kekacauan atau kendala-kendala dalam masyarakat. Oleh karenanya,
perubahan yang tidak dikehendaki sangat sulit ditebak kapan akan terjadi. Misalnya, kasus banjir bandang di
Sinjai, Kalimantan Barat. Timbulnya banjir dikarenakan pembukaan lahan yang kurang memerhatikan
kelestarian lingkungan. Sebagai akibatnya, banyak perkampungan dan permukiman masyarakat terendam air
yang mengharuskan para warganya mencari permukiman baru.
Suatu perubahan dikatakan berpengaruh besar jika perubahan tersebut mengakibatkan terjadinya
perubahan pada struktur kemasyarakatan, hubungan kerja, sistem mata pencaharian, dan stratifikasi
masyarakat. Sebagaimana tampak pada perubahan masyarakat agraris menjadi industrialisasi, pada perubahan
ini memberi pengaruh secara besar-besaran terhadap jumlah kepadatan penduduk di wilayah industri dan
mengakibatkan adanya perubahan mata pencaharian. Misalnya, perubahan sistem pemerintahan yang
memengaruhi tatanan kenegaraan suatu bangsa.
Perubahan-perubahan berpengaruh kecil merupakan perubahan- perubahan yang terjadi pada struktur
sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Contoh, perubahan mode pakaian
dan mode rambut. Perubahan-perubahan tersebut tidak membawa pengaruh yang besar dalam masyarakat
karena tidak mengakibatkan perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan homolis.
D.Faktor Penghambat dan Pendorong Perubahan Sosial
1.Faktor-faktor Pendorong Perubahan Sosial
c. Toleransi
Perubahan sosial budaya yang cepat akan terjadi pada masyarakat yang sangat toleran terhadap perbuatan
atau masyarakat yang berperilaku menyimpang, baik yang positif maupun negatif, dengan catatan bukan
merupakan pelanggaran hukum. Masyarakat yang memiliki toleransi cenderung lebih mudah menerima
hal-hal yang baru.
e. Rasa takut akan terjadi kegoyahan pada integrasi sosial yang telah ada
Integrasi sosial mempunyai derajat yang berbeda. Unsur-unsur luar dikhawatirkan akan menggoyahkan
integrasi sosial dan menyebabkan perubahan-perubahan pada aspek tertentu dalam masyarakat.
Kehawatiran ini menyebabkan perubahan urung dilakukan.
E.Arah Perubahan Sosial dan Dampak Perubahan Sosial
1.Arah Perubahan Sosial
Dalam proses perjalanannya, perubahan selalu direncanakan untuk mencapai sesuatu yang dianggap
ideal, relevan, dalam arti perubahan ini diarahkan untuk memenuhi tuntutan kehidupan manusia.
Sebagaimana telah dibahas dalam uraian sebelumnya, bahwa perubahan yang direncanakan selalu
dimanifestasikan dalam wujud pembangunan dalam segala bidang kehidupan.pembangunan merupakan
usaha yang terencana dan terarah dalam rangka mencapai tujuan dari pembangunan itu sendiri yaitu
mencapai kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Akan tetapi, hal yang perlu diperhatikan adalah nilai-nilai yang menjadi pijakan masyarakat dimana
perubahan itu berlangsung. Dalam kehidupan masyarakat yang mendasarkan diri pada nilai-nilai religius,
maka pandangan-pandangan religius akan tetap dijadikan pijakan untuk melakukan perubahan dalam
segala aspek kehidupan sosial.
Hal ini dipengaruhi oleh fungsi nilai-nilai religius ini yang sangat intensif memengaruhi segala pola
pikir dan tindakan masyarakat, sehingga nilai-nilai religius dijadikan sebagai salah satu sumber norma-
norma bagi perilaku masyarakat.
1) Perubahan dalam arti kemajuan (progress) atau menguntungkan.
2) Perubahan dalam arti kemunduran (regress) yaitu yang membawa pengaruh kurang menguntungkan bagi
masyarakat.
Perubahan yang diterima masyarakat kadang-kadang tidak sesuai dengan keinginan. Hal ini karena
setiap orang memiliki gagasan mengenai perubahan yang mereka anggap baik sehingga perubahan
yang terjadi dapat ditafsirkan bermacam-macam, sesuai dengan nilai-nilai sosial yang mereka
miliki.
Perubahan mengancam kepentingan pihak yang sudah mapan. Hak istimewa yang diterima dari
masyarakat akan berkurang atau menghilang sehingga perubahan dianggapnya akan
mengancangkan berbagai aspek kehidupan. Untuk mencegahnya, setiap perubahan harus dihindari
dan ditentang karena tidak sesuai kepentingan kelompok masyarakat tertentu.
Perubahan dianggap sebagai suatu kemajuan sehingga setiap perubahan harus diikuti tanpa dilihat
untung ruginya bagi kehidupan. Pembahan juga dianggap membawa nilai-nilai baru yang modern.
Ketidaktahuan pada perubahan yang terjadi. Hal ini mengakibatkan seseorang ketinggalan
informasi tentang perkembangan dunia.
Masa bodoh terhadap perubahan. Hal itu disebabkan perubahan sosial yang terjadi dianggap tidak
akan menimbulkan pengaruh bagi dirinya.
Ketidaksiapan menghadapi perubahan. Pengetahuan dan kemampuan seseorang terbatas, dampak
perubahan sosial yang terjadi ia tidak memiliki kesempatan untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan yang terjadi.