PIO - 9. Negosiasi
PIO - 9. Negosiasi
PIO - 9. Negosiasi
9. Negosiasi
Fakultas
Program Studi
Dua Tipe Negosiasi Dasar
Negosiasi Negosiasi
Distributif Integratif
Negosiasi Distributif
Sumber daya tersedia Jumlah sumber daya untuk Jumlah sumber daya untuk
dapat dibagi tetap dapat dibagi sesuai dengan
pihak yang bernegosiasi
Motivasi primer Saya menang, Anda kalah Saya menang-Anda
menang
Kepentingan primer Saling berlawanan
Saling cocok atau sama dan
Fokus pada Jangka pendek sebaliknya
hubungan Jangka panjang
Langkah-langkah Negosiasi
Secara Terpisah Secara Bersama
Taktik Deskripsi/Klarifikasi/Tingkat
Berbohong Pokok masalah untuk kebohongan dapat termasuk batas, alternatif, niat
negosiator, otoritas tawar menawar, komitmen lain, kemampuan menerima
tawaran lawan, tekanan waktu, dan ketersediaan sumber daya.
Memperkuat Taktik ini termasuk membangun sumber daya orang itu sendiri, termasuk
posisi seseorang keahlian, keuangan, dan aliansi. Juga termasuk presentasi dasar pemikiran
persuasif kepada lawan atau pihak ketiga (misal, publik, media) atau
memperoleh mandat atau posisi seseorang.
Eksploitasi Informasi yang diberikan oleh lawan dapat dipakai untuk mengeksploitasi
informasi kelemahannya, menutup alternatif, menggerakkan permintaan yang
menentang lawan, atau memperlemah aliansi-aliansinya.
Mengubah pemikiran Termasuk menerima penawaran yang semula dikatakan tidak akan
diterima, mengubah permintaan, menarik penawaran yang
dijanjikan, dan membuat ancaman yang menurut janji tidak akan
diperbuat. Juga termasuk kegagalan bersikap seperti yang
diprediksikan
Asertif Agresif
Pasif Manipulatif.
Perilaku Asertif
Negosiator yang memilih berlaku asertif dalam negosiasi
akan memperlakukan orang lain dengan hormat dan tulus.
Berlaku asertif berarti menerima karakteristik diri, baik yang
positif maupun negatif. Dengan berlaku demikian, Kita juga
akan lebih mudah menerima keberadaan orang lain.
Hasilnya, kita tidak perlu merasa mengalahkan lawan
karena tidak merasa harus selalu menang.
Berkomunikasi
dengan jelas
Saya berlaku asertif dalam
negosiasi jika:
Memperlakukan diri
sendiri dan lawan
Mengatakan apa yang
Mengambil keputusan Tidak mudah patah negosiasi dengan
saya inginkan dengan
untuk diri sendiri semangat hormat serta
jelas dan ringkas
menjunjung tinggi
kesetaraan
Menyadari sepenuhnya
Jika perlu, saya bisa
bahwa saya
Meminta maaf jika bersikap tegas dan Mengutarakan pendapat
bertanggung jawab atas
merasa menyesal mempertahankan lawan dengan seksama
setiap tindakan dan
pendirian
perasaan saya
Mengharapkan win-win
Bersikap tenang, santai,
ketika menghadapi
dan percaya diri
perbedaan pendapat
Perilaku Agresif
Perilaku agresif adalah perilaku yang kompetitif. Tujuan utama perilaku ini, baik
yang terlihat maupun tidak, adalah untuk menjadi pemenang. Dalam kondisi ini
harus ada seseorang yang kalah.
Memperlakukan Mengatakan
Bertanggung jawab
Melanggar hak lawan lawan dengan kurang “Maafkan saya,
untuk tindakan lawan
hormat tetapi...”
Menyatakan
Menggebu-gebu,
pendapat saya Bersikap
penuh amarah, Menyela pembicaraan
sebagai fakta dan mendominasi, licik,
frustasi, dan lawan
tidak mendengarkan dan kasar
menguasai
sudut pandang lawan
Mengharapkan hasil
win-lose ketika
menghadapi
perbedaan pendapat
Perilaku Pasif
Seseorang yang menunjukkan perilaku pasif bisa dianggap sebagai korban yang tidak
berdaya. Tipe orang seperti ini target dari taktik agresif yang telah disebutkan sebelumnya.
Negosiator pasif kurang percaya diri dan memainkan peran yang hampir tidak terlihat selama
negosiasi. Mereka akan menghindar dari keharusan mengambil keputusan karena merasa
lebih mudah lepas tangan dan membiarkan lawan negosiasi melakukannya atas nama
mereka.
Negosiator pasif memiliki cara pandang negatif. Hal itu membuatnya frustasi karena merasa
tidak mempunyai kemauan atau mudah menyerah. Di dalam dirinya, selalu ada penyangkalan
diri dan sikap mengasihani diri sendiri. kemungkinan timbulnya konfrontasi juga akan membuat
mereka langsung menghindar dan melarikan diri.
Perilaku pasif sering dipicu oleh kurangnya rasa percaya diri atau persiapan. Perilaku pasif
bukanlah perilaku yang efektif untuk bernegosiasi karena negosiator seperti ini berpeluang
sangat kecil untuk meraih yang diinginkan. Mereka seringkali harus menerima hasil lose-win.
Untuk jangka panjang, negosiator pasif tidak akan diperhitungkan.
Saya bersikap pasif dalam
negosiasi jika:
Merasa kesulitan
Tidak bisa menerima
mengungkapkan
tanggung jawab atas Terlalu banyak Sering membiarkan
pendapat, kebutuhan,
apa yang sedang mengatakan “maaf” diri patah semangat
dan keinginan dengan
terjadi pada diri saya
jelas
Negosiator manipulatif selalu menyimpan tujuan terselubung, yaitu menempuh cara sendiri. Kebutuhan
untuk memanipulasi berakar dari rasa takut jika tujuan yang dirahasiakan terbongkar. Rasanya akan jauh
lebih aman untuk mengontrol dan memanipulasi daripada harus menghadapi konfrontasi langsung.
Berlaku manipulatif berarti menipu diri sendiri dan lawan negosiasi. Berlaku manipulatif juga berarti
mendapatkan semua kebutuhan dengan cara licik, yaitu membuat lawan merasa bersalah jika tidak
melakukan apa yang pelaku inginkan. Dari penampilan luarnya, karakter agresif tidak langsung mungkin
tampak begitu menghormati lawan, tetapi sikap tidak sependapat yang tersembunyi sekali pun biasanya
akan ketahuan. Orang yang berlaku manipulatif sering kali mematahkan semangat lawan dan
menggunakan kata-kata sinis untuk mengungkapkan ketidaksetujuan mereka. Usaha untuk memperjelas
atau mengklarifikasi mereka tanggapi dengan penyangkalan, sehingga lawan bingung, buntu, dan merasa
bersalah.
Perilaku manipulatif umumnya tidak efektif digunakan dalam negosiasi karena lawan tidak akan pernah
benar-benar mempercayai negosiator seperti itu, sehingga tidak ingin bernegosiasi. Negosiator manipulatif
akan mencapai hasil win-lose. Namun, biasanya mereka hanya akan berhasil satu kali dengan cara ini.
Orang tidak suka dipermainkan atau dipaksa mencapai kesepakatan.
Saya berlaku manipulatif dalam
negosiasi jika:
Memanipulasi lawan
dengan
mempermainkan Bersikap pasif dengan
Bersikap sarkastik
perasaan mereka niat yang agresif
(biasanya perasaan
bersalah)
Seringkali mendapat
Merasa frustasi, marah, hasil win-lose ketika
dan tidak berdaya menghadapi perbedaan
pendapat