Laporan Pendahuluan RLC

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang semakin pesat saat ini dalam berbagai
bidang membuat banyak alat canggih diciptakan untuk memudahkan dalam
kehidupan sehari-hari termasuk bidang fisika. Dalam kehidupan sehari-hari
tidak dapat kita pungkiri bahwa kita sudah hidup berdampingan dengan
listrik, hampir semua alat yang kita gunakan dirumah berhubungan dengan
listrik. Tanpa kita sadari banyak komponen alat-alat listrik yang harus
dipasang sebelum menjadikannya penyuplai energi ataupun sebagai pembawa
arus. Seperti halnya listrik PLN yang menggunakan tegangan bolak balik
berbentuk gelombang sinusoida.
Rangkaian RLC ini merupakan rangkaian yang terdiri dari resistor,
induktor, dan kapasitor, dihubungkan secara seri atau paralel. Resonansi
adalah proses bergetarnya suatu benda ketika ada pengaruh getaran benda
lain, hal ini terjadi karena kedua benda tersebut memiliki frekuensi yang
sama. Resonansi RLC merupakan suatu gejala yang terjadi pada rangkaian
arus AC yang terdiri dari resistor (𝑅), induktor (𝐿) dan kapasitor (𝐶).
Rangkaian RLC ini yang terpenting adalah untuk tuning, seperti di penerima
radio atau televisi, di mana digunakan untuk memilih rentang frekuensi yang
sempit dari gelombang radio ambien. Rangkaian RLC juga sering kita sebut
sebagai rangkaian yang disetel, karena rangkaian ini juga bisa digunakan
sebagai band-pass filter atau band-stop filter dan tuning aplikasi.
Berdasarkan uraian diatas dilakukan percobaan rangkaian sri RLC
dengan tujuan mempelajari sifat tegangan bolak-balik pada rangkaian seri
hambatan (R), kumparan (L), dan kapasitas (C). Oleh karena itu percobaan ini
penting untuk dilakukan agar dapat diterapkan dalam aplikasi kehidupan
sehari-hari.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh besar kecilnya sifat – sifat dari tegangan bolak
-balik pada rangkaian seri hambatan (R), kumparan (L), dan kapasitas (C) ?

1
1.3 Tujuan
Mempelajari sifat tegangan bolak–balik pada rangkaian seri hambatan
(R), kumparan (L), dan kapasitas (C).
1.4 Hipotesis
Frekuensi merupakan faktor penentu besar kecilnya tegangan bolak balik
pada rangkaian seri hambatan (R), kumparan (L), dan kapasitas (C).
1.5 Definisi Istilah
a. Arus Bolak-Balik (AC – Alternating Current) adalah arus yang arahnya
dalam rangkaian berubah-ubah (sinusoidal) dalam selang waktu yang
teratur. 
b. Hambatan listrik adalah perbandingan antara tegangan listrik dari suatu
komponen elektronik (misalnya resistor) dengan arus listrik yang
melewatinya.
c. Induktor adalah sebuah komponen elektronika pasif yang dapat
menyimpan energi listrik pada medan magnet yang ditimbulkan oleh arus
listrik yang melintasinya.
d. Kapasitor adalah perangkat komponen elektronika yang berfungsi untuk
menyimpan muatan listrik dan terdiri dari dua konduktor yang dipisahkan
oleh bahan penyekat dielektrik pada tiap konduktor.
e. Rangkaian seri RLC adalah rangkaian resistor, induktor dan juga
kapasitor yang disusun secara seri atau berderet.
f. Resonansi adalah suatu gejala yangterjadi pada suatu rangkaian bolak-
balik yang mengandung elemen induktor dan kapasitor. 
g. Solenoida adalah satu jenis kumparan terbuat dari kabel panjang yang
dililitkan secara rapat dan dapat diasumsikan bahwa panjangnya jauh
lebih besar daripada diameternya.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rangkaian Seri RLC


Banyak rangkaian ac yang digunakan dalam sistem elektronika praktis
melibatkan hambatan (resistensi), reaktansi induktif, dan reaktansi kapasitif,
sebuah contoh sederhana adalah sebuah rangkaian seri yang mengandung
sebuah resistor, sebuah induktor, sebuah kapasitor, dan sebuah sumber ac,
seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 2.1. Rangkaian RLC seri dengan
generator seperti pada gambar rangkaian di bawah ini:

Gambar 2.1 Rangkaian seri RLC


Kita menggunakan simbol VR, VL, dan VC untuk tegangan sesaat yang
melalui R, L, dan C, dan kita menggunakan simbol VR, VL, dan VC untuk
tegangan maksimum. Telah diperlihatkan bahwa selisih potensial di antara
terminal-terminal sebuah resistor adalah sefase dengan arus dalam resistor itu
dan bahwa nilai maksimum VR yang di berikan persamaan
VR  IR (2.1)
Tegangan yang melalui sebuah induktor mendahului arus sebanyak 900.
Amplitudo tegangan diberikan oleh persamaan
VL  IX L (2.2)
Fasor VL dalam gambar 2.1.1 menyatakan tegangan yang melalui induktor
dan proyeksinya pada sumber horizontal pada sebarang saat sama dengan Vc
VC  IX C (2.3)
Menentukan impedansi total Z dari rangkaian, yang didefinisikan dari
hubungan

atau (2.4)

3
Dengan menggunakan teorema Phytagoras (V0 merupakan hipotenusa dari
suatu segitiga siku – siku) sehingga:

Berarti Z = (2.5)

Sehingga kita dapat menuliskan kembali persamaan (2.4) sebagai


V  IZ (amplitudo tegangan yang melalui suatu rangkaian ac) (2.6)
Persamaan (2.6) mempunyai sebuah bentuk yang sempurna dengan
V  IR dengan impendensi Z dalam sebuah rangkain ac yang memainkan
peranan hambatan R dalam sebuah rangkaian ac. Akan tetapi, perhatikan
bahwa impendensi itu sebelumnya adalah sebuah fungsi dari R, L,dan C, dan
juga merupakan fungsi dari frekuensi sudut  .

Z  R2   X L  X C 
2

 R 2    L  1/ C   (impedensi sebuah rangkaian seri R-L-C)


2
(2.7)

Maka untuk sebuah amplitudo V yang diberikan dari tegangan sumber


yang diberikan pada rangkaian amplitudo I  V / Z dari arus yang dihasilkan
akan berbeda pada frekuensi yang berbeda (Young, 2004: 441-443).
2.2 Arus dan Tegangan Bolak Balik
Arus dan tegangan listrik bolak – balik adalah arus dan tegangan listrik
yang berubah terhadap waktu atau merupakan fungsi waktu. Yang berubah
adalah besar kuat arus dan tegangannya. Sebuah tegangan elektrik yang
berubah dengan waktu menurut persamaan
   m sin t ,
(2.8)

4
  2 v , dengan v diukur di dalam hertz) adalah frekuensi sudut yang tetap.
Simbol untuk sebuah tegangan gerak elektrik bolak-balik seperti yang

dijelaskan oleh persamaan (8) adalah sebuah alat seperti itu


dinamakan generator arus bolak balik atau geenrator ac (ac generator).
Arus bolak balik adalah penting karena dua sebab: (a) dari segi praktis,
maka teknologi modern yang cara kehidupan sehari-hari di dalam negara-
negara yang teknologinya sudah maju, sungguh-sungguh akan sangat berbeda
jika tegangan gerak elektrik seperti yang diberikan oleh persamaan (8), dan
arus bolak balik yang bersesuaian dengan itu, tidak tersedia. Sistem distribusi
daya, radio, televisi, sistem komunikasi satelit, sistem penghitung (komputer),
dan lain-lain, akan sangat kurang efektif atau tak mungkin tanpa tegangan
gerak elektrik bolak balik dan arus bolak balik yang dihasilkan. (b) dari segi
teoritis, jika kita mengetahui respon (tanggapan) setiap rangkain RCL (tak
peduli berapa banyak elemen atau simpal yang terlibat) terhadap tegangan
elektrik, dari persamaan (8) maka kita dapat mencari respon, yakni arus yang
dihasilkan, terhadap setiap tegangan gerak elektrik, tak peduli berapapun
sukarnya bentuk gelombangnya (Halliday, 1984: 480).
2.3 Resonansi pada Rangkaian Seri RLC
Resonansi adalah proses bergetarnya suatu benda ketika ada pengaruh
getaran benda lain, hal ini terjadi karena kedua benda tersebut memiliki
frekuensi yang sama. Resonansi RLC merupakan suatu gejala yang terjadi
pada rangkaian arus AC yang terdiri dari resistor (𝑅), induktor (𝐿) dan
kapasitor (𝐶). Resonansi dalam rangkaian seri yaitu resonansi seri, sedangkan
resonansi dalam rangkaian paralel yaitu resonansi paralel (anti resonansi).
Resonansi pada rangkaian RLC terjadi ketika reaktansi kapasitif ( 𝑋𝐶 ) sama
dengan reaktansi induktif ( 𝑋𝐿 ) dan amplitudo tegangan 𝑉𝐿 = 𝐼𝑋𝐿 dan 𝑉𝐶 =
𝐼𝑋𝐶 adalah sama. Pada frekuensi resonansi RLC impedansi mencapai nilai
minimumnya dan arus mencapai nilai maksimumnya (Mustalim, dkk, 2018:
54-55).
Rangkaian resonansi digunakan dalam radio penerima, disini rangkaian
resonansi diuah-ubah dengan mengubah kapasitasnya. Resonansi terjdi
apabila frekuensi alami rangkaian yang sama dengan salah satu frekuensi

5
gelombang radio yang ditangkap antena. Pada saat resonansi, terdapat arus
yang relatif besar dalam rangkaian antenanya. Jika faktor Q rangkaian cukup
tinggi, arus yang disebabkan oleh frekuensi stasiun pemancar lain yang tidka
beresonansi akan sangat kecil dan dapat diabaikan dibandingkan dengan arus
akibat frekuensi stasiun dimana rangakain radio ditala (Tipler, 1991: 367-
368).
Rangkaian seri RLC dikatakan berada dalam resonansi ketika arusnya
mencapai nilai maksimum. Umunya, arus rms dapat ditulis sebagai
Vrms
I rms  (2.9)
Z
Sementara raangkain Q rendah dapat mendeteksi pita frekuensi yang lebih
lebar. Nilai-nilai Q yang lazim pada rangkaian listrik berkisar dari 10 sampai
100.
Rangkaian penerima sinyal dalam sebuah radio adalah penerapan
rangkaian resonansi yang penting. Ketika frekuensi resonansi dari rangkaian
sama dengan frekuensi gelombang elektromagnetik yang datang, arus dalam
sirkuit penerima akan meningkat. Sinyal yang ditimbulkan oleh gelombang
yang datang ini kemudian diperkuat dan dikirimkan ke pengeras suara. Oleh
karena biasanya banya sinyal yang ada dalam suatu kisaran frekuensi, maka
kita perlu merancang rangkaian Q tinggi untuk mengeliminasi sinyal-sinyal
yang tidak kita inginkan. Dengan cara ini, stasiun-stasiun radio yang
frekuensinya dekat, tetapi tidak tepat sama dengan frekuensi resonasi
mengirimkan sinyal yang sangat kecil kepada penerima, relatif terhadap
sinyal yang tepat berada ferekuensi resonansi (Serwey, 2014: 663-664).
2.4 Impedansi Umum (R, L, C)
Tegangan penggerak berbentuk v  Vm e yang dipasok pada rangkaian
st

pasif akan menghasilkan arus cabang dan tagangan cabang pada elemen-
elemennya, masing-masing mempunyai ketergantungan terhadap waktu yang
j st j st
sama e st ; misalnya I a e e , dan Vb e e . Akibatnya, tinggal besarnya arus
dan tegangan serta sudut fasa yang perlu ditentukan (Edminister dan Nahvi
2006: 110).

6
Impedansi total (𝑍) pada rangkaian RLC seri bergantung pada frekuensi
arus listrik yang dimasukkan. Reaktansi induktif berbanding lurus dengan
frekuensi dan reaktansi kapasitif berbanding terbalik dengan frekuensi.
Misalkan kita mempunyai rangkaian RLC seri dan dihubungkan dengan
sumber tegangan 𝑉𝑆 (t) seperti pada gambar berikut:

Gambar 2.4 Rangkaian RLC

Dimana Z adalah impedensi. Dengan mensubstitusikan pernyataan untuk Z


dari persamaan, kita peroleh

Vrms
I rms                                        2.10 
R   X L  XC 
2 2

Berdasarkan nilai reaktansi induktif dengan nilai kapasitif terdapat tiga


sifat rangkaian sebagai berikut :
1
1. Rangkaian bersifat induktif jika XL > XC sehingga   maka
LC
rangkaian akan bersifat seperti induktor, yaitu tegangan mendahului arus
dengan beda sudut fase θ yang besarnya dinyatakan dengan

X L  XC
tan  
R
1
2. Rangkaian bersifat kapasitif jika XL < XC sehingga   maka
LC
rangkaian akan bersifat seperti kapasitor, yaitu tegangan ketinggalan

7
terhadap arus dengan beda sudut fase θ yang besarnya dinyatakan

X L  XC
dengan tan  
R
3. Rangkaian bersifat resistif jika 𝑋𝐿 = 𝑋𝐶 maka besarnya impedansi
rangkaian sama dengan nilai hambatannya (Z = R) maka rangkaian akan

1 1
terjadi resonansi f  
2 LC
(Mustalim, dkk, 2018: 55).

8
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


No. Nama Alat/ Bahan Jumlah Gambar Alat

1 Kumparan 1000 Lilitan 1

2 Hambatan Tetap 100 Ω 1

3 Kapasitor 1 μf 1

4 Papan Rangkaian 1

5 Jembatan Penghubung 1

6 Inti Besi 1 1

9
Kabel Penghubung
7 2
Merah

Kabel Penghubung
8 2
Hitam

9 Multimeter 1

10 Audio Generator 1

3.2 Langkah Percobaan


3.2.1 Persiapan Percobaan
a. Peralatan atau komponen dipersiapkan sesuai dengan daftar alat dan
bahan.
b. Rangkaian dibuat seperti gambar diatas.
1. Saklar pada posisi terbuka (posisi 0).
2. Inti besi I dimasukkan dalam kumparan L.
3. Resistor (R), kumparan (L), dan kapasitor (C) disusun seri.
4. Sebuah multimeter sebagai voltmeter dengan batas ukur 10V
AC.
c. Audio generator dihubungkan ke sumber tegangan (alat masih dalam
keadaan mati/off).
1. Skala tegangan dipilih 10 x 10 m Vp-p .

10
2. Bentuk gelombang dipilih (wave form) sinusoida.
3. frekuensi awal dipilih 100 Hz (10 x 10 Hz).
d. Rangkaian dihubungkan ke audio generator (gunakan kabel
penghubung).
e. Rangkaian diperiksa kembali.
3.2.2 Langkah Percobaan
a. Audio generator dihidupkan (on).
b. Saklar S (posisi 1) ditutup, VR (tegangan hambatan R) dibaca pada
voltmeter, hasilnya dicatat pada tabel hasil pengamatan.
c. Saklar S (posisi 0) dibuka, kemudian voltmeter dipindah ketitik B
dan D untuk mengukur tegangan kumparan L.
d. Saklar S (posisi 1) ditutup, VL (tegangan pada kumparan L) dan
hasilnya di catat dalam tabel hasil pengamatan.
e. Saklar S dibuka (posisi 0) dan voltmeter dipindahkan ke titik D dan
E untuk mengukur tegangan kapisitor C.
f. Saklar S ditutup (posisi 1), VC (tegangan kapasitor C) dibaca dan
hasilnya dicatat kedalam tabel hasil pengamatan.
g. Saklar S (posisi 0) dibuka, voltmeter dipindahkan ke titik A dan E
untuk mengukur tegangan rangkaian.
h. Saklar S (posisi 1) ditiup, Vtot (tegangan seluruh rangkaian) dibaca
dan hasilnya dicatat kedalam hasil pengamatan.
i. Langkah b diulangi sampai dengan langkah h untuk frekuensi 500
dan 1000 Hz.

3.3 Gambar Percobaan

11
Gambar 3.3.1 Rangkaian percobaan seri RLC

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Tegangan Tegangan Tegangan Tegangan
VR2   VL  VR 
2
F (Hz) Resistor Kumparan Kumparan total
VR VL VC Vtot
100 1V 0,2 V 3V 3V 2,9 V
500 1V 0,3 V 4V 4V 3,8 V
1000 1V 0,4 V 5V 5V 4,7 V

4.2 Analisis Data


4.2.1 Untuk Frekuensi 100 Hz
a. Tegangan Resistor
Skala yang ditunjuk
VR =  Batas ukur
Skala maksimum
10
VR  10V  1V
100
b. Tegangan Kumparan
Skala yang ditunjuk
VL =  Batas ukur
Skala maksimum
2
VL  10V  0, 2V
100
c. Tegangan Kapasitor
Skala yang ditunjuk
VC =  Batas ukur
Skala maksimum
6
VC   50V  3V
100
d. Tegangan Total Berdasarkan Percobaan
Skala yang ditunjuk
Vtot =  Batas ukur
Skala maksimum
6
Vtot   50V  3V
100

e. Tegangan Total Berdasarkan Percobaan

13
Diketahui : VR  1 V
VL = 0,2 V
VC = 3 V
Ditanya: Vtot  ...?
Jawab:

Vtot  VR2   VL  VC 
2

Vtot  12   0, 2  3
2

Vtot  1  7,84
Vtot  8,84
Vtot  2,9 V
4.2.2 Untuk Frekuensi 500 Hz
a. Tegangan Resistor
Skala yang ditunjuk
VR =  Batas ukur
Skala maksimum
10
VR  10V  1V
100
b. Tegangan Kumparan
Skala yang ditunjuk
VL =  Batas ukur
Skala maksimum
3
VL  10V  0,3V
100
c. Tegangan Kapasitor
Skala yang ditunjuk
VC =  Batas ukur
Skala maksimum
8
VC   50V  4V
100
d. Tegangan Total Berdasarkan Percobaan
Skala yang ditunjuk
Vtot =  Batas ukur
Skala maksimum
8
Vtot   50V  4V
100

e. Tegangan Total Berdasarkan Perhitungan

14
Diketahui : VR  1 V
VL = 0,3 V
VC = 4 V
Ditanya: Vtot  ...?
Jawab:

Vtot  VR2   VL  VC 
2

Vtot  12   0,3  4 
2

Vtot  1  13, 69
Vtot  14, 69
Vtot  3,8 V
4.2.3 Untuk Frekuensi 1000 Hz
a. Teganan Resistor
Skala yang ditunjuk
VR =  Batas ukur
Skala maksimum
10
VR  10V  1V
100
b. Teganan Kumparan
Skala yang ditunjuk
VL =  Batas ukur
Skala maksimum
4
VL  10V  0, 4V
100
c. Tegangan Kapasitor
Skala yang ditunjuk
VC =  Batas ukur
Skala maksimum
10
VC   50V  5V
100
d. Tegangan Total Berdasarkan Percobaan
Skala yang ditunjuk
Vtot =  Batas ukur
Skala maksimum
10
Vtot   50V  5V
100
e. Tegangan Total Berdasarkan Perhitungan
Diketahui : VR  1 V

15
VL = 0,4 V
VC = 5 V
Ditanya: Vtot  ...?
Jawab:

Vtot  VR2   VL  VC 
2

Vtot  12   0, 4  5 
2

Vtot  1  21,16
Vtot  22,16
Vtot  4, 7 V

16
4.3 Pembahasan

17
18
19
20
4.4 Grafik

Grafik 4.4.1 Hubungan Frekuensi dan Tegangan Resistor

Grafik 4.4.2 Hubungan Frekuensi dan Tegangan Kumparan

Grafik 4.4.3 Hubungan Frekuensi dan Tegangan Kapasitor

21
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan
bahwa suatu tegangan bolak-balik mempunyai dua polaritas yang selalu
berubah dari negatif ke positif dan sebaliknya, frekuensi merupakan faktor
penentu besar kecilnya tegangan bolak balik pada rangkaian seri hambatan
(R), kumparan (L), dan kapasitas (C). Apabila reaktansi induktor lebih besar
dari reaktansi kapasitor XL> XC maka rangkaian bersifat induktif, apabila XL
= XC maka rangkaian bersifat resistif dan apabila XL< XC maka rangkaian
bersifat kapasitif. Nilai tegangan pada induktor dan nilai tegangan pada
kapasitor dipengaruhi oleh frekuensi yang digunakan dan hasil yang diperoleh
berbanding lurus, sementara VR (tegangan resistor) tidak terpengaruh oleh
besar kecilnya frekuensi tersebut, dimana hasilnya konstan walaupun
diberikan frekuensi yang berbeda.
5.2. Saran
1. Sebelum melakukan praktikum, praktikan harus mempelajari dan
memahami dahulu materi yang akan dipraktikumkan, serta membaca dan
memahami buku panduan yang berkaitan dengan praktikum yang akan
dilakukan pada waktu itu.
2. Asisten dosen sebaiknya membimbing para praktikan yang belum terlalu
fasih menggunakan alat tertentu agar pada saat melakukan percobaan, data
yeng dihasilkan lebih akurat.
3. Praktikan harus lebih teliti dalam melakukan percobaan agar mengurangi
terjadinya kesalahan sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat.

22
DAFTAR PUSTAKA
Jewett, Serway. 2009. Fisika untuk Sains Buku 2 Edisi 6. Jakarta: Salemba
Teknika.
Tipler, Paul. A. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik . Jakarta: Erlangga.

http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/inovasi-fisika-
indonesia/article/viewFile/24748/22661

23

Anda mungkin juga menyukai