Bab 5 Penyebaran Dan Infeksi Virus
Bab 5 Penyebaran Dan Infeksi Virus
Bab 5 Penyebaran Dan Infeksi Virus
P
ke orang melalui kontak. Cara utama Penyebaran meliputi infeksi droplet atau aerosol (misalnya,
influenza, campak, smallpox); melalui kontak seksual (contohnya, papillomavirus, virus hepatitis B,
herpes simpleks tipe 2, dan human immunodeficiency virus); melalui kontak tangan-mulut, tangan-
mata, atau mulut-mulut (misalnya, virus herpes simpleks, rhinovirus, virus Epstein Barr), atau
melalui darah yang terkontaminasi (misalnya, virus hepatitis B, Human Immunodeficiency Virus).
(2) Penyebaran tak langsung melalui jalur fekal oral (misalnya, enterovirus, rotavirus, hepatitis A
infeksius) atau melalui muntahan (misalnya, virus Norwalk, rhinovirus). Penyebaran dari hewan ke
hewan, dengan manusia sebagal pejamu aksidental. Penyebaran dapat terjadi melalui gigitan
(rabies) atau melalui infeksi droplet atau aerosol dari daerah yang terkontaminasi hewan pengerat
(contohnya, arenavirus, hantavirus). (3) Penyebaran melalui vektor artropoda (misalnya, arbovirus,
sekarang terutama diklasifikasikan sebagai togavirus, flavivirus, dan bunyavirus).(Depkes RI
Pusdikes, 1996).
Ekologi adalah studi interaksi antara organisme hidup dan lingkungannya. Virus-virus yang berbeda
telah mengembangkan mekanisme yang cerdik dan seringkali rumit untuk bertahan hidup di alam
dan untuk menular dari satu inang ke inang berikutnya. Cara penyebaran yang digunakan oleh virus
tertentu tergantung pada sifat interaksi antara virus dengan inang. Pada umumnya penyebaran
virus sama dengan penyebaran bakteri yaitu melalui kontak langsung, kontak tidak langsung
(Jawetz, 2014).
A. PENYEBARAN VIRUS
Melalui Kontak Langsung
Cara-cara penyebaran melalui kontak langsung ini ada dua cara, yaitu:
1. Secara mutlak antara lain berbagai jenis penyakit kulit, bila kulit yang sakit dan
mengandung banyak virus kemudian kontak atau menyentuh kulit yang sehat maka virus
tersebut akan menular.Contohnya adalah
a. Pada penyakit kulit seperti Verruca vulgaris dan Moluscum contagiosum, penularan
terjadi karena pecahnya nodula kulit yang berisi virus.
b. Penyakit kelamin karena kohabitasi seperti Lymfogranuloma Venereum.
2. Secara droplet infection, ada dua macam:
a. Droplet infection perinhalasi, misalnya penyakit influenza, parainfluenza, campak
(morbilli), gondongan (mumps), rubeola, cacar (variola) dan cacar air (varicella).
b. Droplet infection peroral. misalnya penyakit polio, hepatitis infeksiosa, penyakit
karena virus Echo, Coxsackie dan mumps (Depkes RI Pusdikes, 1996).
Kontak tidak langsung
Cara-cara penularan melalui kontak tidak langsung menggunakan perantaraan suatu media dan
meliputi beberapa macam diantaranya:
1. Melalui debu. Contoh: variola, hepatitis infekeiosa, Q fever.
2. Makanan, minuman dan alat-alatnya. Contoh: Polio, Echo. Coxsackie, Hepatitis infeksiosa
3. Gigitan hospes reservoir : Virus berada di dalam air ludah hewan reservoar dan akan
menyebabkan penyakit pada mahluk yang digigitnya. Contoh :
a. Rabies, dengan hospes reservoar anjing, kucing,kera, kuda, sapi, domba, srigala.
b. Pseudorabies, hospes reservoarnya terutama babi.
c. B virus, melalui gigitan kera dan dapat menimbulkan radang otak.
4. Melalui hospes perantara : Secara epidemiologis ada dua hospes perantara yaitu :
a. Vektor mekanis:
Vektornya berupa serangga (Arthopoda). Di sini virus tidak mengalami
perkembangbiakan/perubahan bentuk di dalam tubuh vektor, Jadi virus hanya menempel saja
pada moncong, kaki dan sayap. Serangganya biasanya yang menghinggapi sampah, kotoran
manusia, sekret konjungtiva atau kulit yaitu lalat rumah, lipas dan semut. Misalnya: lalat dapat
menularkan penyakit polio. Echo, Coxsackie dan Hepatitis infectiosa.
b. Vektor sejati (obligat)
Biasanya serangga pengisap darah. Mikroorganisme akan masuk ke dalam tubuh vektor dan
berkembangbiak dengan perubahan bentuk sebelum ditularkan ke hospes lain. Dengan demikian
mikroorganisme dapat tumbuh dulu dalam tubuh vektor dan disebut masa tunas ekstrinsik, yang
lamanya bisa berbeda-beda tergantung Jenis mikroorganismenya. Arthopoda merupakan hospes
perantara sedangkan manusia hospes reservoar. Contohnya Dengue, (hospes perantaranya Aedes
aegypti, masa tunas ekstrinsik 11 hari), Chikungunya (hospes perantaranya Aedes aegypti, Culex
fatigans dan Mansonia), Urban yellow fever (hospes perantaranya Aedes aegypti)
Arthopoda merupakan hospes perantara, vertebrata hospes reservoar sedangkan manusia hospes
insidental. Contohnya adalah JBE/Japanese B. encephalitis(hospes reservoar: babi dan burung yang
hidup dekat air, Vektor: Culex tritaeniorhynchus), Jungle yellow fever (hospes reservoar: kera.
hospes perantara nyamuk Haemagogus).
Arthopoda merupakan hospes perantara dan hospes reservoar, vertebrata dan manusia
merupakan hospes insidental. Jadi sebenarnya virusnya adalah parasit dan serangga. Pada
serangga infeksi bisa secara turun temurun melalui penularan transovarial. Jadi arthopoda juga
merupakan carrier. Contohnya adalahColorado tick fever dan Rocky mountain spotted fever yang
disebar oleh sengkenit Dermacentor andersonii.
Pada vertebrata, invasi sebagian besar virus membangkitkan reaksi keras, biasanya pada durasi
pendek. Hasilnya bersifat menentukan. Inang bisa menyerah ataupun hidup dengan memproduksi
antibodi yang menetralisir virus. Tanpa melihat keadaan ini, virus biasanya aktif dalam waktu yang
pendek, walaupun bisa terjadi infeksi persisten atau
Virologi 190
laten yang berlangsung berbulan-bulan atau bertahun-tahun (hepatitis B, herpes simpleks,
cytomegalovirus, retrovirus). Pada vektor arthropoda virus, hubungannya biasanya agak berbeda.
Virus biasanya tidak menimbulkan atau hanya sedikit menimbulkan efek penyakit dan tetap aktif
dalam arthropoda selama hidupnya Dengan demikian, arthropoda, berbeda dengan vertebrata,
berperan sebagai inang permanen dan reservoar. (Indan, 2009).
Telah dikenal setidaknya tiga pola penyebaran yang berbeda pada virus yang ditularkan artropoda:
1. Siklus manusia-artropoda: Contoh: demam kuning urban (urban yellow fever),
demam dengue.
192 Virologi
Tabel 5. 1 Penyebaran virus melalui aliran darah
Berhubungan dengan tipe Contoh
sel Virus DNA Virus RNA
Limfosit Virus Epstein-barr, Mumps, Campak, Rubella,
Cytomegalovirus, Virus Human Immunodeficiency Virus
Hepatitis B, Virus JC,
Virus BK
Monosit-makrofag Cytomegalovirus Poliovirus, Human
Immunodeficiency Virus,
virus Campak
Netrofil Virus Influenza
Sel darah merah Parvovirus B19 Virus Colorado Tick Fever
Tidak ada (bebas dalam Togavirus, Picornavirus
plasma)
Sumber : Jawet, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 25. Jakarta. Penerbit EGC.
2014.
Penyebaran dapat ditentukan sebagian oleh gen spesifik. Penelitian dengan reovirus telah
menunjukkan bahwa besarnya penyebaran dari saluran gastrointestinal ditentukan oleh salah satu
protein kapsid luar.
3. Virus Ebola
Ebola (Virus Kongo) adalah sejenis virus dari genus Ebolavirus, familia Filoviridae, dan juga nama
dari penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut. Penyakit Ebola sangat mematikan. Tingkat
kematian sampai 90%. Asal katanya adalah dari sungai Ebola di Kongo. Virus ini mulai menular dari
salah satu spesies kera di Kongo kemudian mulai menyebar ke manusia, jangka waktu manusia
mulai terjangkit virus ini sampai menemui ajalnya sekitar 1 minggu karena saking ganasnya virus
ini.
Virus ini masih berada di dataran Afrika dan kabarnya juga telah sampai ke Filipina. Suatu ketika
Negeri Eropa melakukan pengimporan kera dari Kongo, ketika mengetahui virus ini akhirnya
seluruh kera ini dimusnahkan agar tidak menyebar kemana-mana, dan sampai saat ini belum
ditemukan Vaksin yang dapat menyembuhkan penyakit ini.
Gejala:
a. Demam, sakit kepala, nyeri otot.
b. Mual, muntah, sakit perut.
c. Pendarahan di luar dan dalam anus.
d. Timbul bercak-bercak merah pada badan, muka, dan lengan.
e. Terjadi peradangan hati, ginjal rusak, dan penurunan jumlah trombosit secara drastis.
Cara Penyebarannya melalui kotak langsung dengan cairan tubuh atau kulit.Cara
Pencegahannya menghindari bepergian ke daerah yang dilanda wabah ebola atau daerah yang
memiliki riwayat wabah ebola, menghindari kontak dengan cairan tubuh pasien/orang yang
terinfeksi ebola seperti darah, feses, air liur, cairan muntahan, air kencing, bahkan
keringat, tidak berhubungan langsung (bersentuhan) dengan pasien ebola, bila terpaksa kontak
langsung, harus menggunakan pelindung diri (proteksi diri) seperti kaca mata, masker, pakaian
khusus, sepatu boot dan sarung tangan.
8. Campak
Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat
menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata atau
konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan
Paramyxovirus.
Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa
menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam
kulit ada.
Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun,
terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita
campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini.
Gejala:
a. Panas badan, nyeri tenggorokan, hidung meler ( Coryza ), batuk ( Cough ), Bercak Koplik,
nyeri otot, mata merah (conjuctivitis ).
b. 2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik). Ruam
(kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala
diatas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar) maupun
papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di
depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam
menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai
memudar.
c. Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu
tubuhnya mencapai 40° Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita
mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.
d. Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama beberapa hari
diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan
ada selama 4 hari hingga 7 hari.
Cara Penyebarannya melalui saluran hidung. Virus campak yang berasal dari cairan hidung dan
tenggorokan yang keluar dari penderita pada saat bersin, bantuk, dan bernapas.Cara
Pencegahannya dengan imunisasi serta menghindari penderita, karena campak dapat ditularkan
melalui saluran pernapasan. Virus campak yang berasal dari cairan hidung dan tenggorokan yang
keluar dari penderita pada saat bersin, bantuk, dan bernapas.
9. Cacar Air
Cacar air (Varisela, Chickenpox) adalah suatu infeksi virus menular, yang menyebabkan ruam kulit
berupa sekumpulan bintik-bintik kecil yang datar maupun menonjol, lepuhan berisi cairan serta
keropeng, yang menimbulkan rasa gatal.
Penyebabnya adalah virus Varicella zoster. Virus ini ditularkan melalui percikan ludah penderita
atau melalui benda-benda yang terkontaminasi oleh cairan dari lepuhan kulit.
Penderita bisa menularkan penyakitnya, mulai dari timbulnya gejala sampai lepuhan yang terakhir
telah mengering. Untuk mencegah penularan, sebaiknya penderita diisolasi (diasingkan).
Jika seseorang pernah menderita cacar air, maka dia akan memiliki kekebalan dan tidak akan
menderita cacar air lagi. Tetapi virusnya bisa tetap tertidur di dalam tubuh manusia, lalu kadang
menjadi aktif kembali dan menyebabkan herpes zoster.
Gejala:
a. Demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah.
b. Pada kasus yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing.
c. Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang
pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti timbul di
anggota gerak dan wajah.
d. Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis.
Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak sengaja.
Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta)
yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap
(hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu
kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi.
e. Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk
lebih dalam sehingga akan mengering lebih lama. kondisi ini memudahkan infeksi
bakteri terjadi pada bekas luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air tadi
akan menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah dewasa atau
dewasa muda, bekas cacar air akan lebih sulit menghilang.
Cara Penyebaran :
a. Sentuhan
b. Droplet : bila penderita cacar air, batuk, pilek dan jika bicara mengeluarkan semacam
liur tapi dalam ukuran super kecil. Droplet ini masuk ke tubuh orang sehat, terus tinggal
di tubuh tersebut selama 7 - 10 hari.
c. Bila selama periode itu, ia tetap sehat, virus tidak berkembang, atau berkembang
dengan pertumbuhan tertekan, sehingga pada beberapa orang, ia tidak merasa pernah
kena cacar air padahal dia sebenarnya sudah kena tapi nggak pernah muncul ke kulit.
d. Bila selama periode itu, si sehat jadi lemah, virus menyebar dan muncul ke permukaan
dan jadilah cacar air.
Cara Pencegahan:
a. Imunisasi tersedia bagi anak-anak yang berusia lebih dari 12 bulan. Imunisasi ini
dianjurkan bagi orang di atas usia 12 tahun yang tidak mempunyai kekebalan. Penyakit
ini erat kaitannya dengan kekebalan tubuh.
b. Kepada orang yang belum pernah mendapatkan vaksinasi cacar air dan memiliki resiko
tinggi mengalami komplikasi (misalnya penderita gangguan sistem kekebalan), bisa
diberikan immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicella-zoster. Vaksin varisela
biasanya diberikan kepada anak yang berusia 12-18 bulan.
10. Gondong
Gondong (Mumps, Parotitis epidemika) adalah penyakit menular, disebabkan oleh virus (Myxovirus
parotitidis), berlangsung cepat (akut) yang ditandai dengan pembesaran kelenjar ludah, terutama
kelenjar di bawah telinga (parotis).
Gejala:
a. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita gondong mengalami gejala: demam, sakit kepala,
nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan
adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka mulut).
b. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali
dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami
pembengkakan.
c. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis.
d. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan
kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria akil balik adalanya terjadi pembengkakan
buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah.
Cara Penyebarannya melalui kontak langsung, percikan ludah (droplet), muntahan, air seni
(kencing). Cara Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi MMR (Mumps, Morbili, Rubela)
yang diberikan melalui injeksi pada usia 15 bulan. Imunisasi MMR tidak menimbulkan panas dan
efek lainnya. Imunisasi dapat juga diberikan kepada remaja dan orang dewasa yang belum
menderita Gondong. (Chiu W, 1997).
2. Rabies
Rabies merupakan suatu penyakit hewan menular akut yang disebabkan oleh virus neurotropik
dari ssRNA virus; genus Lyssavirus; famili Rhabdoviridae. Virus Rabies termasuk dalam serotipe 1,
serotipe 2 (Lagos bat virus), serotipe 3 (Mokola rhabdovirus), dan serotype 4 (Duvenge
rhabdovirus).
Rabies menyerang sistem syaraf pusat hewan berdarah panas dan manusia. Bersifat zoonosis yaitu
dapat menular pada manusia lewat gigitan atau cakaran. atau dapat pula lewat luka yang terkena
air liur hewan penderita rabies Hewan yang terinfeksi dapat berubah menjadi lebih agresif atau
ganas dan dapat menyerang manusia. Rabies sangat berbahaya, bila ditemukan gejala klinis dan
penanganannya tidak benar biasanya diikuti kematian, baik pada hewan maupun manusia.
Gejala pada hewan:
a. Suka bersembunyi di tempat yang gelap dan sejuk.
b. Terjadi kelumpuhan tubuh, hewan tidak dapat mengunyah dan menelan makanan,
rahang bawah tidak dapat dikatupkan dan air liur menetes berlebihan.
c. Kejang berlangsung singkat dan kadang sering tidak terlihat.
d. Tidak ada keinginan menyerang atau mengigit. Kematian akan terjadi dalam beberapa
jam.
Gejala pada manusia:
a. Timbul gejala-gejala lesu, nafsu makan hilang, mual, demam tinggi, sakit kepala, dan
tidak bisa tidur.
b. Rasa nyeri di tempat bekas luka gigitan dan nampak kesakitan serta menjadi gugup,
bicara tidak karuan, dan selalu ingin bergerak
c. Rasa takut pada air yang berlebihan, peka suara keras dan cahaya serta udara.
d. Air liur dan air mata keluar berlebihan, pupil mata membesar.
e. Kejang-kejang lalu mengalami kelumpuhan dan akhirnya meninggal dunia. Biasanya
penderita meninggal 4-6 hari setelah gejala-gejala atau tanda-tanda pertama timbul.
Cara Penyebaran : melalui air liur yang mengandung virus rabies. Cara
Pencegahan:
a. Memelihara anjing dan hewan lainnya dengan baik dan benar. Jika tidak dipelihara
dengan baik dapat diserahkan ke Dinas Peternakan atau para pecinta hewan.
b. Mendaftarkan anjing ke Kantor Kelurahan atau Desa atau Petugas Dinas Peternakan
setempat.
c. Pada hewan virus rabies dapat ditangkal dengan vaksinasi secara rutin 1-2 kali setahun
tergantung vaksin yang digunakan, ke Dinas Peternakan, Pos Kesehatan Hewan atau
Dokter Hewan Praktek.
d. Semua anjing atau kucing yang potensial terkena, divaksin setelah umur 12 minggu, lau
12 bulan setelahnya, dilanjutkan dengan tiap 3 tahun dengan vaksin untuk 3 tahun,
untuk kucing harus vaksin inaktif.
e. Penangkapan/eliminasi anjing, kucing, dan hewan lain yang berkeliaran di tempat umum
dan dianggap membahayakan manusia.
f. Pengamanan dan pelaporan terhadap kasus gigitan anjing, kucing, dan hewan yang
dicurigai menderita rabies.
g. Penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit rabies.
h. Menempatkan hewan didalam kandang, memperhatikan serta menjaga kebersihan dan
kesehatan hewan.
i. Setiap hewan yang beresiko rabies harus diikat/dikandangkan dan tidak membiarkan
anjing bebas berkeliaran.
j. Menggunakan rantai pada leher anjing dengan panjang tidak lebih dari 2 meter bila tdak
dikandang atau saat diajak keluar halaman rumah.
k. Tidak menyentuh atau memberi makan hewan yang ditemui di jalan
l. Daerah yang sudah bebas rabies, haeus mencegah masuknya anjing, kucing atau hewan
sejenisnya dari daerah yang tertular rabies.
m. Pada area terkontaminasi dilakukan desinfeksi menggunakan 1:32 larutan (4 ounces per
gallon) dari pemutih pakaian untuk menginaktifkan virus dengan cepat.
3. Penyakit Tungro
Tungro disebabkan oleh dua jenis virus yang berbeda yaitu virus bentuk batang Rice Tungro
Bacilliform Virus (RTBV) dan virus bentuk bulat Rice Tungro Spherical Virus (RTSV). Kedua jenis virus
tersebut tidak memiliki kekerabatan serologi dan dapat menginfeksi tanaman secara bersama-
sama.
Gejala:
a. Tanaman padi menjadi kerdil, daun berwarna kuning sampai kuning jingga disertai
bercak-bercak berwarna coklat.
b. Perubahan warna meluas mulai dari ujung ke bagian pangkal.
c. Terjadi penurunan jumlah malai per rumpun.
Cara Penyebaran dan ditularkan melalui wereng hijau. Nephotettix virescens merupakan wereng
hijau yang paling efisien sehingga perlu diwaspadai keberadaannya.Cara Pencegahan dengan
menanam varietas tahan, artinya mampu mempertahankan diri dari infeksi virus dan atau
penularan virus oleh wereng hijau, memusnahkan tanaman yang sudah terserang agar tidak
menyebar luas, menggunakan insektisida sistemik butiran (carbofuran), tidak membuat
persemaian di sekitar lampu untuk menghindari berkumpulnya wereng hijau di persemaian.
(Collier et al, 2006).
Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan jelas dengan hanya menuliskan
esensinya saja !
1) Jelaskan tiga pola penyebaran pada virus yang ditularkan artropoda !
2) Sebutkan lima macam virus yang menyerang manusia ?
3) Bagaimana cara penyebaran virus rabies dan Papilomavirus ?
4) Siapakah nama orang yang menunjukkan pertama kali bahwa gejala mosaik pada
tembakau dapat menular, seperti penyakit bakteri ?
Ringkasan
Pada umumnya penyebaran virus sama dengan penyebaran bakteri
A. kontak langsung
Cara-cara penyebaran melalui kontak langsung ini ada dua cara, yaitu (1) Secara mutlak antara lain
berbagai jenis penyakit kulit, bila kulit yang sakit dan mengandung banyak virus kemudian kontak
atau menyentuh kulit yang sehat maka virus tersebut akan menular
(2) Secara droplet infection, ada dua macamdroplet infection perinhalasi dan droplet infection
peroral.
B. Kontak tidak langsung
Cara-cara penularan melalui kontak tidak langeung menggunakan perantaraan suatu media dan
meliputi beberapa macam diantaranyamelalui debu, makanan, minuman dan alat-alatnya, gigitan
hospes reservoar, melalui hospes perantara.
Secara epidemiologis ada dua hospes perantara yaituvektor mekanis: Vektornya berupa serangga
(Arthopoda), vektor sejati (obligat) biasanya serangga pengisap darah.
Arthopoda merupakan hospes perantara dan hospes reservoar, vertebrata dan manusia
merupakan hospes insidental. Jadi sebenarnya virusnya adalah parasit dan serangga. Pada
serangga infeksi bisa secara turun temurun melalui penularan transovarial. Jadi arthopoda juga
merupakan carrier. Contoh : Colorado tick fever dan Rocky mountain spotted fever yang disebar
oleh sengkenit Dermacentor andersonii.
Pada vertebrata, invasi sebagian besar virus membangkitkan reaksi keras, biasanya pada durasi
pendek. Hasilnya bersifat menentukan. Inang bisa menyerah ataupun hidup dengan memproduksi
antibodi yang menetralisir virus. Tanpa melihat keadaan ini, virus biasanya aktif dalam waktu yang
pendek, walaupun bisa terjadi infeksi persisten atau laten yang berlangsung berbulan-bulan atau
bertahun-tahun (hepatitis B, herpes simpleks, cytomegalovirus, retrovirus). Pada vektor
arthropoda virus, hubungannya biasanya agak berbeda. Virus biasanya tidak menimbulkan atau
hanya sedikit menimbulkan efek penyakit dan tetap aktif dalam arthropoda selama hidupnya
Dengan demikian, arthropoda, berbeda dengan vertebrata, berperan sebagai inang permanen dan
reservoar.Cara penyebaran dan pencegahan virus, meliputi virus yang menyerang manusia, virus
yang menyerang hewan, virus yang menyerang tumbuhan.
Tes 1
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!
1. Beberapa virus ditandai dengan simetri heliks pada nukleokapsid mereka. Pernyataan
yang paling benar mengenai virus dengan simetri heliks adalah
A. Semua virus berselubung dengan simetri heliks diklasifikasikan dalam famili virus
yang sama
B. Nukleokapsid heliks terutama ditemukan dalam virus yang mengandung DNA
C. Semua virus manusia dengan nukleokapsid heliks memiliki suatu selubung
D. Partikel heliks kosong dalam jumlah berlebihan yang tidak berisi asam nukleat
lazim dihasilkan dalam sel terinfeksi
E. Nukleokapsid heliks terutama ditemukan dalam virus yang mengandung RNA
2. Sel-sel terinfeksi virus sering kali mengalami perubahan morfologis yang dinamakan efek
sitopatik. Pernyataan yang paling tepat mengenai perubahan sitopatik yang dicetuskan
virus adalah
A. Bersifat patognomonik untuk virus penginfeksi
B. Jarang menyebabkan kematian sel
C. Dapat berupa pembentukan sel raksasa
D. Hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron
E. Hanya dapat dilihat dengan mikroskop medan terang
3. Virus biasanya memulai infeksi dengan berinteraksi terlebih dahulu dengan reseptor
pada permukaan sel. Apa pernyataan yang paling tepat mengenai reseptor sel untuk
virus?
A. Reseptor sel untuk virus tidak memiliki fungsi seluler
B. Semua virus dalam satu famili menggunakan reseptor sel yang sama
C. Semua sel dalam pejamu yang rentan akan mengekspresikan reseptor virus
D. Keberhasilan infeksi suatu sel oleh suatu virus dapat melibatkan interaksi dengan
lebih dari satu jenis reseptor
E. Semua virus dalam satu famili menggunakan reseptor sel yang berbeda
4. Pemeriksaan apa yang dapat digunakan untuk mengetahui jumlah titer infeksius virus?
A. Assay plak
B. Mikroskop elektron
C. Hemaglutinasi
D. Polymerase Chain Reaction
E. Presipitasi
6. Dua mutan poliovirus telah diisolasi, satu (MutX) dengan mutasi pada gen X dan mutan
kedua (MutY) dengan mutasi pada gen Y. Jika sel diinfeksi oleh salah satu mutan saja,
tidak dihasilkan virus. Jika sebuah sel diinfeksi oleh kedua mutan sekaligus, apa yang
paling mungkin terjadi?
A. Penataan ulang segmen-segmen genom dapat terjadi sehingga terbentuk virus
jenis liar yang viabel
B. Genom mungkin mengalami transkripsi terbalik menjadi DNA dan dihasilkan kedua
jenis virus, MutX dan MutY
C. Komplementasi antara produk-produk gen mutan dapat terjadi sehingga
dihasilkan virus MutX atau MutY
D. Sel-sel akan mengalami transformasi dalam frekuensi tinggi karena mereka tidak
akan dibunuh oleh mutan-mutan poliovirus
E. Komplementasi antara produk-produk gen mutan dapat terjadi sehingga
dihasilkan kedua virus, MutX dan MutY
7. Virus apa yang memiliki genom RNA yang infeksius setelah dimurnikan?
A. Virus influenza
B. Poliovirus
C. Papillomavirus
D. Virus campak
E. Variola
8. Virus-virus yang termasuk dalam kelompok apa yang mungkin menyebabkan infeksi
laten?
A. Poxvirus
B. Filovirus
C. Herpesvirus
D. Virus influenza
E. Poliovirus
9. Beberapa virus menyandi polimerase RNA yang bergantung pada RNA virus. Pernyataan
apa yang mengandung prinsip tentang polimerase RNA?
A. Semua virus RNA memiliki molekul polimerase RNA di dalam partikel virus karena
enzim tersebut diperlukan untuk menginisiasi siklus infeksius berikutnya
B. Antibodi terhadap polimerase RNA virus akan menetralkan infektivitas virus
C. Virus RNA untai-negatif menyuplai polimerase RNA bergantung-RNA mereka sendiri
karena sel eukariota tidak memiliki enzim tersebut
D. Protein-protein polimerase RNA virus juga berperan sebagai protein struktural inti
mayor dalam partikel
E. Antibodi terhadap polimerase RNA virus akan mengaktifkan infektivitas virus
11. Banyak virus dapat ditumbuhkan di laboratorium. Pernyataan berikut yang salah
mengenai perbanyakan virus adalah
A. Sebagian virus dapat diperbanyak dalam medium bebas-sel
B. Sebagian virus mamalia dapat dikultur dalam telur ayam
C. Beberapa virus yang memiliki banyak pejamu dapat memperbanyak diri dalam
berbagai tipe sel
D. Sebagian virus manusia dapat ditumbuhkan dalam tikus
E. Semua virus hanya hidup pada sel hidup
12. Infeksi laboratoris dapat diperoleh saat bekerja dengan virus, kecuali praktik
laboratorium yang baik benar- benar ditaati. Di antara pilihan berikut, pernyataan apa
yang bukan merupakan praktik biosafety yang baik?
A. Penggunaan teknik aseptik
B. Penggunaan alat pelindung diri
C. Tidak memipet dengan mulut
D. Membilas limbah eksperimental melalui wastafel
E. Penggunaan disinfektan pada meja kerja.
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes 1 yang terdapat di bagian akhir Bab 5 ini.
Virologi 210
Topik 2 Infeksi Virus
Baik infeksi bakteri maupun infeksi virus, keduanya sama-sama disebabkan oleh mikroba.
Seperti namanya, infeksi bakteri adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, dan infeksi virus
adalah infeksi yang disebabkan oleh virus. Terkadang, kedua infeksi ini mempunyai tanda-tanda
yang sama pada orang yang terkena infeksi tersebut, seperti batuk-batuk, demam, hidung berair,
diare, radang, muntah, dan lemas. Akan tetapi, bakteri dan virus adalah dua mikroba yang berbeda
dan cara pengobatan untuk kedua jenis infeksi tersebut sama sekali berbeda.
Bakteri adalah mikroba yang termasuk keluarga Prokaryotes. Bakteri memiliki dinding sel yang tipis
tapi keras, dan membran yang seperti karet melindungi cairan di dalam sel tersebut. Bakteri dapat
berkembang biak sendiri, yaitu dengan cara pembelahan. Hasil penelitian fosil-fosil menyatakan
bahwa bakteri sudah ada sejak 3,5 miliar tahun yang lalu. Bakteri dapat hidup di berbagai keadaan
lingkungan, termasuk lingkungan-lingkungan yang ekstrem, seperti lingkungan yang sangat panas
atau sangat dingin, di lingkungan yang mengandung radioaktif, dan di dalam tubuh manusia.
Virus adalah mikroba yang tidak bisa hidup tanpa menempel pada inangnya. Virus baru bisa
berkembang biak bila menempel dengan makhluk hidup lain. Ukuran virus juga jauh lebih kecil
daripada bakteri. Setiap virus memiliki material genetik, antara RNA atau DNA. Biasanya, virus akan
menempel di suatu sel dan mengambil alih sel tersebut untuk mengembangbiakkan virus-virus lain
sampai akhirnya sel tersebut mati. Atau pada kasus lain, virus mengubah sel normal menjadi sel
yang berbahaya untuk kesehatan.
Sebagian besar virus bisa menyebabkan penyakit berbanding terbalik dengan bakteri. Virus juga
“pemilih”, alias menyerang sel tertentu secara spesifik. Misalnya, virus-virus tertentu menyerang
sel pada pankreas, sistem pernapasan, dan darah. Pada kasus tertentu, virus juga menyerang
bakteri. Durasi tanda-tanda terinfeksi virus biasanya terjadi sebentar tetapi akut, sedangkan tanda-
tanda terinfeksi bakteri biasanya terjadi selama 10-14 hari secara terus-menerus. Kalau memang
diperlukan, dokter biasanya meminta untuk tes darah atau tes urine untuk mengkonfimasi
diagnosis, atau melakukan tes kultur untuk mengidentifikasi tipe bakteri atau virus yang
menginfeksi Anda (Staf Pengajar FKUI, 1994).
Prinsip-prinsip penting menyangkut infeksi virus adalah sebagai berikut: (1) banyak infeksi virus
bersifat subklinis; (2) infeksi yang sama dapat disebabkan oleh berbagai virus;
(3) virus yang sama dapat menyebabkan berbagai infeksi; (4) infeksi yang diakibatkan tidak
berhubungan dengan morfologi virus; dan (5) keluaran pada kasus apapun ditentukan oleh
faktor virus, pejamu, dan dipengaruhi oleh gen masing-masing.
Patogenesis virus adalah proses yang terjadi ketika virus menginfeksi pejamu. Patogenesis penyakit
adalah suatu bagian dari kejadian selama infeksi yang menyebabkan manifestasi penyakit pada
pejamu. Sebuah virus bersifat patogenik terhadap pejamu
212 Virologi
tertentu jika dapat menginfeksi dan menyebabkan tanda-tanda penyakit pada pejamu tersebut.
Sebuah strain virus tertentu lebih virulen dibanding strain lainnya jika ia secara umum
menyebabkan penyakit yang lebih berat pada pejamu yang peka. Virulensi virus pada hewan yang
tidak mengalami luka (intak)sebaiknya tidak dikacaukan dengan sitopatogenisitas untuk sel yang
dikultur; virus sangat sitosidal secara in vitro, mungkin tidak berbahaya secara in vivo dan
sebaliknya, virus nonsitosidal mungkin menyebabkan penyakit berat.(Jawetz, 2014).
Tabel 5.2 Gambaran penting dua kategori umum infeksi virus akut (lokal dengan sistemik)
Infeksi Lokal Infeksi Sistemik
Contoh penyakit spesifik Pernapasan (rhinovirus) Campak
Lokasi Patologi Port d’entrée Tempat yang jauh
Masa inkubasi Relatif singkat Relatif lama
Viremia Tidak ada Ada
Durasi imunitas Bervariasi-mungkin singkat Biasanya seumur hidup
Peran antibodi sekretori Biasanya penting Biasanya tidak penting
(IgA) dalam resistensi
Sumber : Jawetz, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 25. Jakarta. Penerbit EGC.
2014.
Tabel. 5.3 Jalur Infeksi virus pada manusia yang sering terjadi
Menyebabkan Infeksi
Menyebabkan Gejala Lokal
Jalur Masuk Kelompok Virus Sistemik Ditambah
pada port d’entree
Penyakit Organ Spesifik
Saluran Pernapasan Parvovirus B19
Adenovirus Sebagian besar jenis virus Virus
Herpesvirus Epstein Bar, virus herpes Virus Varicella
simpleks
Poxvirus Virus cacar
Picornavirus Rhinovirus Beberapa enteroviruses
Togavirus Virus Rubella
Coronavirus Sebagian besar jenis virus
Orthomyxovirus Virus influenza
Paramyxovirus Virus parainfluenza, virus Virus mumps,virus
sinsitial saluran campak
pernapasan
Mulut, Saluran Adenovirus Beberapa jenis virus Cytomegalovirus
Pencernaan Herpesvirus Virus Epstein Barr, virus Beberapa enterovirus,
herpes simpleks termasuk poliovirus, dan
Picornavirus virus hepatitis A
Reovirus Rotavirus
Kulit
Trauma Ringan Papillomavirus Sebagian besar tipe Virus
Herpesvirus herpes simpleks Virus
Poxvirus molluscum contangiosum,
virus ort
Injeksi Hepadnavirus Hepatitis B
Herpesvirus Virus Epstein Barr,
cytomegalovirus
Retrovirus Human immunodeficiency
virus Banyak spesies,
Gigitan Togavirus termasuk virus ensefalitis
eastern equine
Banyak spesies,
Flavivirus termasuk virus yellow
fever
Rhabdovirus Virus rabies
Sumber : Jawetz, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 25. Jakarta. Penerbit EGC. 2014.
b. Kerusakan sel dan penyakit klinis
Gambar 5.2 Mekanisme penyebaran virus melalui tubuh pada infeksi virus manusia Sumber :
Jawets, Melnick, & Adelberg. Medical Microbiology 27th edition. United States. Penerbit MC
Graww Hill Education. 2016. (Dimodifikasi dan direproduksi atas izin dari Mims
CA, White DO: Viral Pathogenesis and Immunology. Blackwell, 1984)
Infeksi virus persisten kemungkinan berperan jauh dalam penyakit manusia. Infeksi virus persisten
berhubungan dengan jenis kanker tertentu pada manusia serta penyakit degeneratif yang progresif
pada sistem saraf pusat manusia. Contoh berbagai jenis infeksi virus persisten ditampilkan dalam
Gambar 5.5 (dibawah ini).
Ensefalopati spongiform adalah sekelompok infeksi sistem saraf pusat yang kronik, progresif, fatal
yang disebabkan oleh agen non konvensional, dapat ditularkan yang disebut prion. Prion dianggap
bukan virus. Contoh paling baik dari jenis infeksi 'lambat" ini adalah
ensefalopati spongiform pada domba dan sapi ternak, kuru dan penyakit Creutzfeldt-Jakob
yang terjadi pada manusia.
Virologi 220
Virus Penyebab Tersering
Sindrom Gejala Utama Bayi Anak Dewasa
Commond cold Obstruksi hidung, Rhino Rhino Rhino
discharge hidung Adeno Adeno Corona
Faringitis Sakit tenggorokan Adeno Adeno Adeno
Herpes Coxsackie Coxsackie
Simpleks
Laringitis/croup Suara serak, batuk Parainfluenza Parainfluenza Parainfluenza
“menggonggong” Influenza Influenza Influenza
Tracheobronchitis Batuk Parainfluenza Parainfluenza Influenza
Influenza Influenza Adeno
Bronkiolitis Batuk, dispnea Sensitial Jarang Jarang
Pernapasan
Parainfluenza
Pneumoniae Batuk, nyeri dada Sinsitial Influenza Influenza
Pernapasan Parainfluenza Adeno
Influenza
Tabel 5.4 Infeksi virus saluran pernapasan
Sumber : Jawet, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 25. Jakarta. Penerbit EGC.
2014.
222 Virologi
Cenderung terdapat hubungan antara kadar viremia yang dicapai oleh virus neurotropik yang
ditularkan melalui darah dan neuroinvasivitasnya.
Jalan lain menuju sistem saraf pusat adalah melalui saraf perifer. Virion dapat masuk ke saraf
sensorik atau ujung saraf motorik dan berjalan melalui akson, melalui ruang endoneural, atau
melalui infeksi sel Schwann, Herpesvirus berjalan di akson menuju neuron ganglion radiks dorsal.
Jalur penyebaran virus tidak hanya melalui satu cara saja, tetapi dapat melalui lebih dari satu
metode, Banyak virus, termasuk herpes, togaviridae, flavivirus, enterovirus, rhabdoviridae,
paramikso dan bunyavirus, dapat menginfeksi sistem saraf pusat dan menyebabkan meningitis,
ensefalitis, atau keduanya, Ensefalitis yang disebabkan oleh herpesvirus simpleks merupakan
penyebab ensefasilitis sporadik pada manusia yang paling sering. Reaksi patologik terhadap infeksi
virus sitosidal sistem saraf pusat mencakup nekrosis, inflamasi, dan fagositosis oleh sel-sel glia.
Penyebab gejala pada beberapa infeksi sistem saraf pusat lainnya, seperti rabies, tidak jelas.
Ensefaitis pasca infeksi campak (sekitar satu per 1000 kasus) dan lebih jarang lagi setelah infeksi
rubella ditandai oleh diemilinasi tanpa degenerasi neuronal dan mungkin merupakan sebuah
penyakit autoimun.
Terdapat beberapa gangguan neurodegeneratif yang jarang, disebut infeksi virus lambat yang
secara keseluruhan bersifat fatal. Gambaran infeksi ini mencakup periode inkubasi yang lama
(bulan sampai tahun) yang diikuti oleh kaitan penyakit klinis dan keadaan umum yang memburuk
secara progresif, menyebabkan kematian dalam waktu beberapa minggu sampai bulan; biasanya
hanya sistem saraf pusat yang terkena. Beberapa infeksi virus lambat, seperti leukoensefalopati
multifokal progresif (JC polyomavirus) dan Subacute sclerosing panencephalitis (virus campak),
disebabkan oleh virus khusus. Sebaliknya, ensefalopati spongiform subakut, diwakili oleh sapi gila,
adalah penyakit yang di sebabkan oleh agen non konvensional yang disebut prion. Pada infeksi ini,
perubahan neuropatologik khas terjadi, tetapi tidak ada respon imun atau inflamasi yang
dicetuskan.
Gambar 5.6 Infeksi virus pada janin (atas ijin dari L Catalano dan J Sever)
Sumber : Jawetz, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 25. Jakarta. Penerbit EGC.
2014.
Tabel. 5.5 Terjadinya infeksi virus perinatal signifikan
Frekuensi Waktu Infeksi
Virus Pranatal (Dalam Natal Pascanatal Insiden Neonatal (Per
Rahim) (Selama (Setelah 1000 Kelahiran
Persalinan) Persalinan) Hidup)
Rubella + - Jarang 0,1 – 0,7
Cytomegalovirus + ++ + 5 – 25
Herpes simplex + ++ + 0,03 – 0,5
Varicella-zoster + Jarang Jarang Jarang
Hepatitis B + ++ + 0–7
Enterovirus + ++ + Tidak umum
HIV + ++ Jarang Bervariasi
Parvovirus B19 + - Jarang Jarang
Sumber : Jawetz, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 25. Jakarta. Penerbit EGC.
2014.
Ya
Trifluridin Herpes simpleks,
Ya cytomegalovirus, vaccinia
Valasiklovir Herpesvirus
Ya
Vidarabin Herpesvirus, vaccinia, HBV
Ya
Zalcitabine (ddC) HIV-1, HIV-2, HBV
Ya
Zidovudine (AZT) HIV-1, HIV-2, HTV-1
Sumber : Jawet, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 25. Jakarta. Penerbit EGC.
2014.
a. Analog nukleosida
Mayoritas agen yang tersedia adalah analog nukleosida, Agen ini menghambat replikasi asam
nukleat dengan cara menghambat polimerase yang digunakan untuk replikasi asam nukleat. Selain
itu. beberapa analog juga dapat dimasukkan ke dalam asam nukleat dan menghambat sintesis
lebih lanjut mengganggu fungsinya.
Analog dapat menghambat enzim seluler sebagaimana enzim penyandi virus. Analog yang paling
efektif adalah yang dapat secara spesifik menghambat enzim penyandi virus, dengan hambatan
minimal terhadap enzim sel pejamu yang sejalan. Varian virus yang resisten terhadap obat
biasanya muncul suatu ketika, biasanya sangat cepat. Penggunaan kombinasi Obat antivirus dapat
menghambat munculnya varian yang resisten (mis, terapi "kombinasi tiga obat" yang digunakan
untuk terapi infeksi HIV). Contoh analog nukleosida adalah asiklovir (asikloguanosin), lamivudin
(3TC), ribavirin, vidarabin (adenin arabinosida), dan zidovudin (azidotimidin; AZT).
b. Analog nukleotida
Analog nukleotida berbeda dari analog nukleosida dalam hal grup fosfat yang terikat.
Kemampuannya menetap di dalam sel untuk periode waktu yang lama meningkatkan potensinya.
Contohnya adalah Sidofovir (HPMPC).
d. Inhibitor protease
Saquinavir adalah inhibitor protease pertama yang disetujui untuk terapi infeksi HIV. Ini adalah
agen peptidomimetik yang dirancang menggunakan model komputer sebagai sebuah molekul yang
cocok dengan situs aktif enzim protease HIV. Obat seperti ini menghambat protease virus yang
diperlukan pada tahap akhir siklus replikatif untuk memotong gag virus dan prekursor polipeptida
gag pol sehingga membentuk selubung virion matur dan mengaktifkan reverse transcriptase yang
akan digunakan pada siklus infeksi selanjutnya. Penghambatan protease menghasilkan partikel
virus noninfeksius. Contoh inhibitor protease adalah indinavir, ritonavir dan yang lainnya tidak
dicantumkan di sini. (ACIP, 2006).
e. Inhibitor fusi
Fuzeon adalah sebuah peptida besar yang menghalangi terjadinya peleburan antara virus dan
membran seluler yang terlibat dalam masuknya HIV- I ke dalam sel.
2. Interferon
IFN adalah protein yang disandi pejamu yang merupakan anggota famili sitokin yang besar dan
menghambat replikasi virus. IFN dihasilkan sangat cepat (dalam hitungan jam) sebagai respons
terhadap infeksi virus atau penginduksi lainnya serta merupakan salah satu respons pertahanan
tubuh yang pertama dalam menghadapi infeksi virus. INF adalah sitokin pertama yang dikenali. IFN
merupakan suatu respons imun antivirus alami. IFN juga mengatur imunitas seluler dan humoral
serta mempunyai aktivitas pengaturan pertumbuhan Sel yang luas, tetapi di sini akan difokuskan
pada efek antivirusnya.
a. Sifat lFN
Terdapat banyak spesies IFN yang terbagi dålam tiga kelompok utama, yaitu IFN-a, IFN- p, IFN-Y
(Tabel 5.7). Baik IFN-a maupun IFN-p dianggap tipe I atau IFN virus, sedangkan IFN-Y adalah tipe Il
atau IFN imun. Famili IFN-a dikode oleh minimal 20 gen pada genom manusia: IFN-P dan IFN -y
dikode oleh masing-masing satu gen. Ketiga famili gen ini berbeda sehingga sekuens koding tidak
berhubungan erat. Ketiga kelas IFN memiliki ukuran yang hampir sama tetapi berbeda secara
antigenik. IFN-O dan IFN-F resisten terhadap pH rendah. IFN-F dan IFN-Y terglikosilasi, gula tidak
penting untuk aktivitas biologik, jadi klon yang dihasilkan bakteri bersifat aktif secara biologi
dendritik adalah penghasil IFN yang potensial tantangan virus yang sama, sel dendritik dapat mel
IFN 1000 kali lebih banyak dibandingkan fibroblas.
b. Sintesis IFN
IFN diproduksi oleh semua spesies vertebrata. sel normal secara umum tidak mensintesis IFN
Sampai sel tersebut terinduksi untuk melakukannya. Infeksi Virus
merupakan pengganggu poten yang menyebabkan induksi; virus RNA menginduksi IFN lebih kuat
dibandingkan dengan virus DNA. IFN juga dapat diinduksi oleh RNA untai ganda, endotoksin
bakteri, dan molekul kecil seperti tiloron. IFN-y tidak terinduksi oleh sebagian besar virus tetapi
terinduksi oleh stimulasi mitogen.
IFN kelas yang berbeda dihasilkan oleh jenis sel yang berbeda. IFN-α dan IFN- disintesis oleh
banyak jenis sel, tetapi IFN-y dihasilkan terutama oleh limfosit, khususnya sel T dan sel natural
killer (NK). Sel dendritik merupakan penghasil IFN poten; di bawah kondisi tantangan virus yang
sama, sel dendritik dapat mensekresi IFN 1000 kali lebih banyak dibandingkan dengan fibroblas.
Tipe
Sifat Alfa Beta Gamma
Nomenklatur saat ini IFN-α IFN- IFN-
Penamaan terdahulu Leukosit Fibroblas Interferon imun
Tipe interferon Tipe I Tipe I Tipe II
Jumlah gen yang ≥ 20 1 1
menyandi famili
Sumber sel utama Sebagian besar jenis Sebagian besar jenis Limfosit
sel sel
Agen penginduksi Virus ; dsRNA Virus ; dsRNA Mitogen
Stabilitas pada pH Stabil Stabil Labil
2,0
Glikosilasi Tidak Ya Ya
Intron dalam gen Tidak Tidak Ya
Homologi dengan 80–95% 30% <10%
IFN-α
Lokasi kromosom 9 9 12
gen
Ukuran protein yang 165 166 143
disekresikan (jumlah
asam amino)
Reseptor IFN IFNAR IFNAR IFNGR
Lokasi kromosom 21 21 6
gen reseptor IFN
Tabel 5.7 Sifat interferon manusia
Sumber : Jawet, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 25. Jakarta. Penerbit EGC.
2014.
c. Aktivitas antivirus dan efek biologik Iainnya
IFN pertama kali dikenal karena kemampuannya mengganggu infeksi virus pada sel yang dikultur.
IFN dapat dideteksi segera setelah terjadi infeksi virus pada hewan yang intak, dan kemudian
produksi virus berkurang (Gambar 5.7). Antibodi tidak tampak di dalam darah hewan hingga
beberapa hari setelah produksi virus berkurang. Hubungan sementara ini
Virologi 230
menunjukkan bahwa IFN mempunyai peran utama dalam pertahanan nonspesifik pejamu terhadap
infeksi virus. Kesimpulan ini juga didukung oleh observasi bahwa orang-orang yang menderita
agamaglobulinemik biasanya sembuh dari infeksi virus primer sebagaimana halnya orang normal.
IFN tidak melindungi sel terinfeksi-virus yang menghasilkannya, dan IFN sendiri bukanlah agen
antivirus. Sebaliknya, IFN menginduksi keadaan antivirus sel lainnya dengan mendorong sintesis
protein lain untuk menghambat replikasi virus. Molekul IFN berikatan dengan reseptor permukaan
sel spesifik pada sel target. IFN-α dan IFN- mempunyai reseptor yang sama, sedangkan IFN-y
mengenali reseptor yang berbeda. Pengikatan resepor memicu fosforilasi tirosin dan aktivasi faktor
transkripsi (protein dan nukleus) memerantarai transkripsi gen-gen yang dapat menginduksi IFN
(yang terjadi dalam hitungan menit setelah pengikatan IFN). Ini mengakibatkan sintesis beberapa
enzim yang dipercaya menjadi instrumen dalam perkembangan antivirus.
Beberapa jalur yang tampak terlibat, termasuk yang berikut. (1) protein kinase dependen ds-DNA,
PKR yang memfosforilasi dan menginaktifkan faktor infiltrasi seluler elF-2 dan dengan demikian
mencegah pembentukan kompleks inisiasi yang diperlukan untuk sintesis protein virus; (2)
oligonukleotida sintetase, 2-5A sintetase yang mengaktifkan endonuklease seluler, RNase L yang
selanjutnya mendegradasi mRNA; (3) fosfodiesterase yang menghambat elongasi rantai peptida
dan (4) nitrat oksida sintetase yang diinduksi oleh IFN-Y di makrofag. Akan tetapi, penjelasan ini
gagal menyingkap mengapa kondisi antivirus ini bekerja secara selektif terhadap mRNA virus dan
tidak terhadap mRNA seluler. Fase replikasi virus yang lain juga dapat dihambat oleh INF.
Gambar 5.7 Ilustrasi kinetik sintesis interferon dan antibodi setelah infeksi
virus pernapasan
Sumber : Jawetz, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 25. Jakarta. Penerbit EGC.
2014.
IFN juga hampir selalu berfungsi spesifik terhadap spesies pejamu tertentu, tidak spesifik terhadap
suatu virus tertentu. Replikasi berbagai macam virus DNA dan RNA dapat dihambat. Ketika IFN
ditambahkan ke sel-sel sebelum terjadinya infeksi, terjadi inhibisi
replikasi virus yang bermakna, tetapi dengan fungsi sel yang hampir normal. IFN sangat poten, jadi
untuk kerjanya diperlukan jumlah yang sangat kecil. Kurang dari 50 molekul IFN per sel
diperkirakan cukup untuk menginduksi kondisi antivirus.
e. Penelitian klinis
Pada awalnya, interferon diharapkan dapat menjadi jawaban untuk mencegah banyak penyakit
virus, seperti penyakit pernapasan yang kemungkinan disebabkan oleh berbagai jenis virus.
Namun, penggunaannya berubah menjadi tidak praktis karena supaya efektif maka dosis besar
harus diberikan sebelum terpajan oleh virus atau pada awal infeksi (sebelum munculnya tanda
klinis penyakit). Rekombinan IFN-α bermanfaat dalam mengontrol infeksi virus hepatitis B dan
hepatitis C pada hati, walaupun relaps setelah penghentian terapi umum terjadi. IFN topikal pada
mata dapat menangani keratitis herpetik dan mempercepat penyembuhan. Beberapa sediaan IFN
disetujui untuk penggunaan klinis. IFN menyebabkan banyak efek samping, yang paling umum
adalah sistemik dan hematologik. (CA Bonjardim, 2005).
3. Vaksin Virus
Tujuan vaksin virus adalah memanfaatkan respons imun pejamu untuk mencegah penyakit virus.
Beberapa vaksin telah terbukti sangat efektif dalam menurunkan insidens tahunan penyakit virus
(gambar 5.8). Vaksinasi merupakan metode yang paling cost-effective dalam pencegahan virus
yang berbahaya.
a. Prinsip umum
Imunitas terhadap infeksi virus berdasarkan pada kembangan respons imun terhadap antigen
spesifik yang berlokasi pada permukaan partikel virus atau sel-sel terinfeksi virus. Untuk virus yang
berselubung, antigen yang penting adalah glikoprotein yang ada di permukaan. Walaupun hewan
yang terinfeksi dapat mengembangkan antibodi terhadap protein selubung virion atau protein
nonstruktural yang terlibat dalam replikasi virus, tetapi respons imun tersebut dipercaya tidak
berperan atau mempunyai peran yang kecil dalam perkembangan resistensi terhadap infeksi.
Vaksin tersedia untuk pencegahan beberapa penyakit manusia yang penting. Vaksin yang sekarang
tersedia (Tabel 5.8) digambarkan secara detil pada bab yang berhubungan dengan famili virus
spesifik dan penyakit.
232 Virologi
Patogenesis infeksi virus tertentu memengaruhi tujuan imunoprofilaksis. Imunitas mukosa (IgA
lokal) berperan penting dalam menahan infeksi virus yang bereplikasi dalam membran mukosa
(rhinovirus, virus influenza, rotavirus) atau menginvasi melalui mukosa (papilomavirus). Virus yang
mempunyai cara penyebaran viremia (polio, hepatitis A dan B, yellow fever, varicella, mumps,
campak) dikendalikan oleh antibodi serum. Imunitas seluler juga terlibat dalam perlindungan
terhadap infeksi sistemik (campak, herpes).
Karakteristik tertentu sebuah virus atau penyakit virus dapat menyulitkan pembuatan sebuah
vaksin yang efektf. Adanya banyak serotipe, seperti rhinovirus, dan reservoir hewan yang banyak,
seperti virus influeza, membuat produksi vaksin menjadi sulit. Rintangan lain meliputi integrasi
DNA virus ke DNA kromosom pejamu (retrovirus) dan infeksi sel sistem imun pejamu (HIV). (S
Virgin, 2007)
Manfaat vaksin inaktivasi adalah tidak terdapat pengembalian virulensi ke keadaan semula oleh
virus vaksin dan vaksin tersebut tetap dapat dibuat walaupun virus yang dilemahkan tidak tersedia.
Kerugian vaksin virus mati:
1. Dibutuhkan ketelitian yang luar biasa dalam pembuatannya untuk memastikan bahwa
tidak ada sisa virus virulen hidup yang terdapat di dalam vaksin.
2. Imunitas yang terbentuk hanya bertahan dalam waktu singkat saja dan harus ditambah,
tidak hanya melibatkan masalah logistik untuk menjangkau orang yang memerlukan
imunisasi pengulangan, tetapi juga menimbulkan masalah tentang efek yang mungkin
terjadi (reaksi hipersensitivitas) dengan pemberian protein asing yang berulang.
3. Walaupun pemberian parenteral vaksin virus mati menstimulasi antibodi bersirkulasi
(IgM, IgG) ke tingkat yang memuaskan, terkadang tidak memberikan perlindungan yang
cukup karena resistensi lokal (IgA) tidak diinduksi secara adekuat pada pintu masuk
alaminya atau pada situs primer multiplikasi infeksi virus liar mis, nasofaring untuk virus
pernapasan, saluran cerna untuk poliovirus.
4. Respons imun seluler terhadap vaksin inaktif umumnya jelek.
5. Beberapa vaksin virus mati justru menginduksi hipersensitivitas terhadap infeksi
selanjutnya, kemungkinan disebabkan terhadap respons imun yang tidak seimbang
terhadap antigen permukaan virus yang gagal meniru infeksi dengan virus alami.
Gambar 5.9 Respon serum dan antibodi sekretori terhadap pemberian oral vaksin polio hidup yag
dilemahkan dan terhadap inokulasi intramuskular
vaksin polio yang mati
Sumber : Jawetz, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 25. Jakarta. Penerbit EGC.
2014.
c. Vaksin virus yang dilemahkan
Vaksin virus hidup menggunakan virus mutan yang antigennya hampir mirip dengan virus tipe liar,
tetapi beberapa tahapan dalam patogenesis penyakitnya dibatasi (Tabel 5.9).
Dasar genetik untuk melemahkan sebagian besar vaksin virus tidak diketahui, karena diseleksi
secara empiris melalui multiplikasi serial pada hewan atau kultur sel (biasanya dari spesies berbeda
pada pejamu alami). Seperti yang telah dipelajari bahwa gen virus yang terlibat dalam patogenesis
penyakit merupakan kandidat vaksin yang dilemahkan dan dapat dirancang di laboratorium.
Vaksin virus hidup yang dilemahkan mempunyai keuntungan menyerupai infeksi alami dilihat dari
segi imunitasnya. Virus tersebut bermultiplikasi di dalam pejamu dan cenderung untuk
merangsang produksi antibodi jangka panjang, untuk menginduksi respons imun seluler yang
bagus, dan untuk menginduksi produksi antibodi serta resistensi pada port d'entree infeksi
(Gambar 5.9).
Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman saudara mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan jelas dengan hanya
menuliskanesensinya saja !
1) Sebutkan 8 faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit virus ?
2) Apa yang dimaksud dengan patogenesis virus ?
3) Apa nama penyakit pencernaan untuk jangka pendek dengan gejala yang berkisar dari
ringan, diare encer sampai penyakit demam berat yang ditandai oleh muntah, dan
lemas. Rotavirus, virus Norwalk, dan Calicivirus adalah penyebab utama penyakit ini.
Bayi dan anak-anak paling sering terkena.
4) Sebutkan tiga macam interferon yang anda ketahui ?
Petunjuk Jawaban Latihan
Untuk membantu saudara dalam mengerjakan soal latihan tersebut silakan pelajari kembali materi
tentang :
1) Pengertian infeksi virus
2) Prinsip-prinsip infeksi virus
3) Gambaran infeksi virus saluran pencernaan
4) Pencegahan dan terapi infeksi virus
Ringkasan
Pengertian Infeksi Virus
Virus dapat menginfeksi inangnya dan menyebabkan berbagai akibat bagi inangnya. ada yang
berbahaya, namun juga ada yang dapat ditangani oleh sel imun dalam tubuh sehingga akibat yang
dihasilkan tidak terlalu besar. Infeksi akut merupakan infeksi yang berlangsung dalam jangka waktu
cepat namun dapat juga berakibat fatal. Infeksi kronis merupakan infeksi virus yang
berkepanjangan sehingga ada risiko gejala penyakit muncul kembali.
Penyakit virus timbul mengikuti satu dari ketiga pola umum; pengenalan agen baru, peningkatan
penyakit yang mendadak yang disebabkan oleh suatu agen endemik, dan invasi pada populasi
inang baru.Contoh terbaru dari merebaknya infeksi virus pada bagian dunia yang berbeda antara
lain adalah virus Ebola, penyakit paru-paru hantavirus, infeksi HIV, demam berdarah dengue,
demam Lassa, demam Rift valley, dan ensefalopati spongioform bovinum.
Prinsip-prinsip infeksi virus
Proses dasar infeksi virus adalah sildus replikatif virus. Prinsip-prinsip penting menyangkut infeksi
virus adalah sebagai berikut: (1) banyak infeksi virus bersifat subklinis;
(2) infeksi yang sama dapat disebabkan oleh berbagai virus; (3) virus yang sama dapat
menyebabkan berbagai infeksi; (4) infeksi yang diakibatkan tidak berhubungan dengan morfologi
virus; dan (5) keluaran pada kasus apapun ditentukan oleh faktor virus, pejamu, dan dipengaruhi
oleh gen masing-masing.
Langkah-langkah patogenesis virus
a. Proses masuk dan replikasi primer
b. Kerusakan sel dan penyakit
c. Pemulihan dari infeksi
d. Pelepasan virus
e. Respons imun pejamu
Perbandingan Patogenesis Penyakit Virus
a. Pada kulit & sistem saraf pusat : Infeksi bersifat akut saat virus pertama kali menginfeksi
pejamu yang rentan. Infeksi virus biasanya sembuh sendiri
b. Gambaran umum infeksi virus saluran pencernaan: Banyak virus memulai infeksi
melalui saluran pencernaan. Virus terpajan dari saluran pencernaan sampai elemen
keras yang terlibat dalam pencernaan makanan asam, garam empedu (deterjen), dan
enzim proteolitik.
c. Gambaran umum infeksi virus kulit: Kulit merupakan sawar yang kuat dan impermeabel
terhadap masuknya virus. Beberapa virus mendapatkan jalan masuk melalui abrasi kecil
pada kulit (poxvirus, papilomavirus, herpesvirus simpleks).
d. Gambaran umum infeksi virus sistem saraf pusat : Virus dapat memperoleh akses ke
otak melalui dua rute: melalui aliran darah (penyebaran hematogen) dan melalui serabut
saraf perifer (penyebaran neuronal).
e. Gambaran umum infeksi virus kongenital : Beberapa virus menyebabkan penyakit pada
janin manusia. Sebagian besar infeksi virus maternal tidak menyebabkan viremia dan
keterlibatan janin. Akan tetapi, jika virus menembus plasenta dan terjadi infeksi
intrauteri, kerusakan yang serius dapat terjadi pada janin.
Tes 2
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!
1. Interferon adalah bagian yang penting dari pertahanan pejamu terhadap infeksi virus.
Apa prinsip utama cara kerja interferon?
Virologi 240
A. Interferon terdapat di dalam serum individu sehat, memberikan peran surveilans
virus
B. Interferon menyelubungi partikel virus dan menghambat penempelannya ke sel
C. Interferon menginduksi sintesis satu atau lebih protein seluler yang menghambat
translasi atau transkripsi
D. Interferon melindungi sel-sel terinfeksi virus yang menghasilkannya dari kematian sel
E. Interferon terdapat di dalam serum individu sehat, memberikan peran sebagai
antibodi terhadap virus
2. Seorang bayi perempuan berusia 9 bulan dibawa ke ruang gawat darurat karena demam
dan batuk persisten. Pada pemeriksaan fisik terdengar ronkhi di dada kirinya. Pada foto
thoraks tampak infiltrat di paru kirinya. Didiagnosis pneumonia. Apa penyebab yang
paling mungkin?
A. Rotavirus
B. Rhinovirus
C. Adenovirus
D. Repiratory syncytial virus
E. Coxackievirus
3. Manakah berikut ini yang merupakan prinsip dasar yang menyebabkan penyakit
virus?
A. Satu jenis virus menginduksi sindrom penyakit tunggal
B. Banyak infeksi virus bersifat subklinis dan tidak menyebabkan penyakit klinis Banyak
infeksi virus bersifat subklinis dan menyebabkan penyakit klinis
C. Jenis penyakit yang disebabkan oleh virus dapat diprediksi melalui morfologi virus
tersebut
D. Sebuah sindrom penyakit tertentu disebabkan virus tunggal
E. Banyak infeksi virus bersifat subklinis dan tidak menyebabkan penyakit klinis
4. Kulit adalah barier yang tidak dapat ditembus untuk masuknya virus, tetapi
beberapa virus mampu menerobos barier ini dan menginfeksi pejamu. Manakah berikut
ini yang merupakan contoh virus yang masuk melalui abrasi kulit?
A. Adenovirus
B. Rotavirus
C. Rhinovirus
D. Papilomavirus
E. Poliovirus
5. Seorang laki-laki 40 tahun mempunyai ciri-ciri HIV/ AIDS berupa kadar CD4 yang
rendah dan viral load yang tinggi. Pasien ini akan diberikan highly active antiretroviral
therapy (HAART). Salah satu Obat yang dipertimbangkan adalah analog nukleosida yang
menghambat reverse transcriptase virus dan aktif terhadap HIV dan HBV. Obat tersebut
adalah
A. Acyclovir
B. Amantadine
C. Ribavirin
D. Amoxicillin
E. Lamivudine
7. Seorang wanita berusia 63 tahun dirawat di rumah sakit untuk terapi leukemia.
Satu hari setelah mengalami menggigil, demam, batuk, sakit kepala, dan mialgia. la
mengatakan bahwa suaminya mempunyai penyakit yang mirip beberapa hari
sebelumnya. Terdapat kekhawatiran besar tentang Wabah virus pernapasan pada
stafbangsal kemoterapi dan pada pasien di bangsal. sebuah amin sintetik yang
menghambat virus influenza dengan memblok pelepasan selubung virus dipilih untuk
terapi profilaktik bagi stafdan para pasien. Obat tersebut adalah...
A. Acyclovir
B. Riboflavin
C. Ribavirin
D. Saquinavir
E. Amantadine
8. Manakah pernyataan berikut ini yang menyatakan manfaat vaksin virus mati
melebihi dari vaksin yang dilemahkan?
A. Vaksin virus mati menginduksi respons imun yang lebih luas daripada vaksin virus
hidup yang dilemahkan
B. Vaksin virus mati lebih menyerupai infeksi alami daripada vaksin virus hidup yang
dilemahkan
C. Vaksin virus mati tidak mempunyai risiko bahwa virus vaksin dapat ditularkan ke
kontak yang peka
D. Vaksin virus mati manjur terhadap infeksi virus pernapasan karena ia menginduksi
imunitas mukosa yang baik
E. Vaksin virus mati tidak berbahaya dibandingkan dengan vaksin yang dilemahkan.
9. Jenis vaksin hepatitis B apa yang saat ini digunakan di Amerika Serikat?
A. Vaksin peptida sintetik
B. Vaksin virus mati
242 Virologi
C. Vaksin virus hidup yang dilemahkan
D. Vaksin subunit yang dihasilkan oleh DNA rekombinan
E. Vaksin polipeptida sintetik
10. Manakah kalimat berikut ini yang secara akurat menerangkan antibodi netralisasi virus?
A. Langsung berhadapan dengan penentu protein virus pada bagian luar partikel virus
B. Tampak pada pejamu lebih segera setelah infeksi virus dibandingkan dengan
interferon
C. Langsung berhadapan dengan sekuens asam nukleat virus
D. Diinduksi hanya oleh virus penyebab penyakit
E. Diinduksi oleh berbagai virus penyebab penyakit
11. Banyak virus menggunakan saluran pernapasan sebagai jalur masuk untuk memulai
infeksi. Manakah kelompok virus berikut yang tidak ?
A. Adenovirus
B. Coronavirus
C. Hepadnavirus
D. Paramiksovirus
E. SARS
12. Manakah vaksin virus berlisensi berikut adalah vaksin subunit yang dibuat menggunakan
teknologi DNA rekombinan?
A. Campak, mumps, rubella
B. Varicella
C. Hepatitis A
D. Papiloma
E. Polio
13. Penyebab infeksi kulit virus apa yang manifestasi kliniknya bersifat makulopapular ?
A. Molluscum countagonium
B. Dengue
C. Variola
D.Varicella zoster
E. Herpes simplex
14. Penyebab infeksi virus apa pada bayi yang menderita ikterus pada waktu lahir atau
setelah lahir ?
A. Hepatitis A virus
B. Hepatitis B virus
C. Arbovirus
D. Rubella virus
E. Echovirus
15. Virus rabies menghasilkan inklusion bodies dalam sitoplasma sel yang bernama ?
A. Pachen bodies
B. Guarnierri bodies
C. Negri bodies
D. Lilie bodies
E. Elementary bodies
Cocokkanlah jawaban saudara dengan Kunci Jawaban Tes 2 yang terdapat di bagian akhir Bab 5
ini.
Kunci Jawaban Tes
Test Formatif 1
1. C
2. C
3. D
4. A
5. B
6. E
7. B
8. E
9. C
10. E
11. A
12. D
13. E
14. A
15. A
Test Formatif 2
1. C
2. D
3. E
4. D
5. E
6. D
7. E
8. C
9. D
10. A
11. C
12. D
13. C
14. B
15. C
Glosarium
Abrasi : cedera, termasuk luka dangkal yang terjadi akibat goresan
antara kulit dengan permukaan kasar.
Adekuat : memenuhi syarat; memadai; sama harkatnya.
Analog : bersangkutan dengan analogi; sama; serupa.
Anomali : 1 ketidaknormalan; penyimpangan dari normal;
kelainan;2 penyimpangan atau kelainan, dipandang dari sudut konvensi gramatikal atau semantis
suatu bahasa; 3 penyimpangan dari keseragaman sifat fisik, sering menjadi perhatian ekplorasi
(misalnya anomali waktu-lintas, anomali magnetik).
Anoreksia : keadaan kehilangan selera makan.
Arthopoda : filum yang paling besar dalam dunia hewan dan mencakup
serangga, laba-laba, udang, lipan, dan hewan sejenis lainnya. Artropoda biasa ditemukan di laut, air
tawar, darat, dan lingkungan udara, termasuk berbagai bentuk simbiosis dan parasit.
Asimtomatik : Infeksi virus yang tidak menyebabkan gejala apapun (tidak
menyadari gejala apapun) pada pejamu/pasien.
Autoantibodi : antibodi patologik yang terbentuk akibat sistem imun tubuh tidak
dapat membedakan antara “self ” dan “nonself ”.
Bulbar : batang otak (otak tengah, pons, dan medula), penyakit yang
ditandai dengan kelemahan atau paralisis dari otot-otot yang dipersarafi oleh motor nukleus dari
batang otak bagian bawah (bulbar palsy), Calicivirus adalah penyebab utama gastroenteritis.
Cost-Effective : biaya yang efektif; menghasilkan yang terbaik dengan nilai uang
tertentu.
Defek : kesalahan atau kekurangsempurnaan yang berarti pada produk.
Definitif : sudah pasti (bukan untuk sementara).
Dilatasi : pengembangan (pemuaian) suatu ruangan, rongga, dan sebagainya.
Ekologi : merupakan ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme
hidup dan lingkungan mereka.
Fenomena : 1 hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra dan dapat
diterangkan serta dinilai secara ilmiah (seperti fenomena alam); gejala: 2 sesuatu yang luar biasa;
keajaiban: 3 fakta; kenyataan.
Ganglia : merupakan kumpulan badan sel saraf yang membentuk simpul-
simpul saraf dan di luar sistem saraf pusat.
Gastroenteritis akut : bentuk penyakit pencernaan untuk jangka pendek dengan gejala yang
berkisar dari ringan; diare encer sampai penyakit demam berat yang ditandai oleh hepatosit sel
parenkimal utama pada hati yang berperan dalam banyak lintasan metabolisme, dengan bobot
sekitar 80% dari massa hati, dan inti sel baik tunggal maupun ganda.
Immunoglobulin : senyawa protein yang digunakan untuk melawan kuman penyakit
(virus, bakteri, racun bakteri dll.), ada di dalam darah, orang sering menyebutnya antibodi/
Antibodi merupakan suatu fraksi plasma
(serum) yang bereaksi secara khusus dengan antigen yang merangsang produksinya.
Imunodulator : senyawa tertentu yang dapat meningkatkan mekanisme pertahanan
tubuh baik secara spesifik maupun non spesifik, dan terjadi induksi non spesifik baik mekanisme
pertahanan seluler maupun humoral.
Imunoprofilaksis : pencegahan terjadinya penyakit/infeksi dengan memproduksi
sistem imun atau meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu antigen baik secara aktif
maupun secara pasif, sehingga kelak jika ia terpajan pada antigen yang serupa tidak tejadi
penyakit.
Imunosupresan : kelompok obat yang digunakan untuk menekan respon imun seperti
pencegah penolakan transpalansi, mengatasi penyakit autoimun dan mencegah hemolisis rhesus
dan neonatus. Sebagain dari kelompok ini bersifat sitotokis dan digunakan sebagai antikanker.
Inflamasi : reaksi tubuh terhadap mikroorganisme dan benda asing yang
ditandai oleh panas, bengkak, nyeri, dan gangguan fungsi organ tubuh.
Inhibitor : zat yang berfungsi menghambat (menghentikan) reaksi, misalnya
dengan mengotori permukaan katalis.
Interferon : protein yang disandi pejamu yang merupakan anggota famili sitokin
yang besar dan menghambat replikasi.
Intermiten : berhenti untuk sementara waktu pada fase laten.
Intradigital : (anatomi) antara jari tangan atau kaki.
Keropeng : kerak (kotoran) yang mengering pada luka (kudis dan sebagainya).
Lesi : keadaan jaringan yang abnormal pada tubuh. Hal ini dapat terjadi
karena proses beberapa penyakit seperti trauma fisik, kimiawi, dan elektris; infeksi, masalah
metabolisme, dan autoimun.
Malaise : kondisi umum yang lemas, tidak nyaman, kurang fit atau merasa
sedang sakit. Malaise ini bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu gejala dari penyakit.
Morbiditas : tingkat yang sakit dan yang sehat dalam suatu populasi.
Mukus : lendir.
Multifokal : penyakit ini ditemukan di berbagai tempat sekaligus.
Mutan : Individu yang memperlihatkan perubahan sifat (fenotipe) akibat
mutasi.
Nefron : unit fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri atas tubulus
kontortus proximal, tubulus kontortus distal dan duktus koligentes.
Neuronal : penyebaran melalui serabut saraf perifer.
Nodula : suatu masa jaringan padat yang tebal.
Pajanan : peristiwa yang menimbulkan risiko penularan.
Patogenesis penyakit : suatu bagian dari kejadian selama infeksi yang menyebabkan
manifestasi penyakit pada pejamu.
Patogenesis virus : proses yang terjadi ketika virus menginfeksi pejamu.
Penyakit virus : suatu abnormalitas berbahaya yang disebabkan oleh infeksi virus
pada organisme pejamu.
Perinhalasi : cara penularan infeksi melalui udara pernafasan.
Petekie : merupakan perdarahan di kulit atau membran mukosa yang
diameternya kurang dari 2 mm.
Port d’entree : tempat masuknya bibit penyakit.
Prion : pembawa penyakit menular yang hanya terdiri dari protein.
Rekurensi : gejala penyakit yang timbul kembali (kambuh).
Reseptor : komponen permukaan sel tempat bagian permukaan virus (kapsid
atau selubung) dapat berinteraksi secara spesifik dan mengawali terjadinya infeksi.
Reservoar : tempat penampungan sementara.
Sawar : pertahanan.
Sekuens : sebuah seri huruf-huruf mewakilkan struktur primer dari molekul
DNA atau "strand" nyata atau hipotetis.
Sel glia : sel-sel yang mendukung tidak bersemangat dari sistem saraf.
Sitokin sitotoksik : senyawa yang dapat bersifat toksik untuk menghambat dan
menghentikan pertumbuhan sel.
Sporadik : suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya
penyakit) yang ada di suatu wilayah tertentu frekuensinya berubah- ubah menurut perubahan
waktu.
Transmisi : penyebaran penyakit.
Transovarial : penyebaran virus melalui sel telur.
Tropisme : pergerakan dalam pertumbuhan sel (umumnya pada sel tumbuhan)
yang menyebabkan pergerakan organ tumbuhan utuh menuju atau menjauhi sumber rangsangan
(stimulus).
Ulserasi : proses atau fakta adanya luka terbuka yang mungkin sulit untuk
sembuh.
Vektor : organisme yang tidak menyebabkan penyakit tetapi
menyebarkannya dengan membawa patogen dari satu inang ke yang lain.
Vertebrata : semua hewan yang memiliki tulang belakang yang tersusun dari
vertebra. vertebrata dapat dimasukkan semua jenis ikan (kecuali remang, belut jeung, "lintah laut",
atau hagfish), amfibia, reptil, burung, serta hewan menyusui.
Vesika urinaria : kandung kemih merupakan kantong musculomembranosa yang
berfungsi untuk menampung air kemih (urin).
Vesikel : sebuah ruang pada sel yang dikelilingi oleh membran sel.
Viremia : adanya virus di dalam darah.
Virion : partikel virus lengkap, yang utuh secara struktural dan menular.
Xenograft : (xenotransplantasi) transplantasi organ atau jaringan dari spesies
yang berbeda.
Daftar Pustaka
Ada, G. (2001). Vaccines and vaccination. (pp.345:1042). [PMID: 115869581].N Engl : J Med.
Bonjardim CA. (2005). Interferons (IFNs) are key cytokines in both innate and adaptive antiviral
immune responses and viruses counteract IFN action. Microbes and Infection. (pp. 7:569). [PMID:
15792636].
Bonthius DJ, Perlman S. (2007). Congenital viral infections of the brain : Lessons learned from
lymphocytic choriomeningitis virus in the neonatal rat. Pathogens (pp.3:e149). [PMID: 180525271].
Brooks F Geo,Carrol C Karen, Butel S Janet, Morse A Stephen, Adelberg's, Melnick, Jawetz. (2014).
Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Centers for Disease Control and Prevention. (2006). General recommendations on immunization.
Recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP). Rep;55(No. RR-
15).MMWR Morb Mortal Wkly.
Centers for Disease Control and Prevention. (2006). Recommended childhood and adolescent
immunization schedule UnitedStates. Rep:54 (Nos. 51 & 52).MMWR Morb Mortal Wkly.
Chiu W, Burnett RM, Garcea RL (editors). (1997). Structural Biology of Viruses. United Kingdom :
Oxford University Press.
Collier, Leslie & Oxford, John. (2006). Human Virology Second Edition. Hong Kong : Oxford
University Press.
Entjang, Indan. (2009).Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. FKUI.
(1994). Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Revisi. Jakarta : Binarupa Aksara.
Preventing emerging infectious diseases. (1998). A strategy for the 21st century. Overview of the
updated CDC plan. (Rep;47).MM WR Morb Mortal Wkly.
Randall RE, Goodbourn S. (2008). Interferons and viruses: An interplay between induction,
signalling, antiviral responses and virus countermeasures. (pp.89:1). (PMID: 180897271).J Gen
Virol.
Virgin S. Knipe DM et al (editors). (2007). Pathogenesis of viral infection. In: Fields Virology, 5th ed.
Lippincott Williams & Wilkins.
Virologi 250