Laporan Farmakoterapi Parkinson Fix
Laporan Farmakoterapi Parkinson Fix
Laporan Farmakoterapi Parkinson Fix
KASUS PARKINSON
DI SUSUN OLEH :
(SC119002)
(SC119013)
PRODI S1 FARMASI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat serta
petunjuknya sehingga laporan FARMAKOTERAPI II yang berjudul " PARKINSON
" dapat terselesaikan dengan baik.Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah fitokimia.Penulis makalah ini tak lepas dari bantuan dari beberapa pihak. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Ibu Apt. Andriani Noerlita S.Farm., M.Sc selaku dosen pengampu mata kuliah
Farmakoterapi II .
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih ada kekurangan, untuk itu
penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini dan bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. Dasar Teori.........................................................................................
B. Definisi Parkinson..............................................................................
C. Epidemologi Parkinson......................................................................
E. Etiologi...............................................................................................
F. Patofisiologi.......................................................................................
G. Manifestasi klinis...............................................................................
I. Komplikasi.........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................
A. Diagnosis............................................................................................
B. Tata laksana........................................................................................
C. Pemeriksaan diagnostic......................................................................
D. Diagnosis banding..............................................................................
E. Prognosis............................................................................................
F. Guideline terapi
Kesimpulan...............................................................................................................
Daftar Pustaka.........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. DEFINISI PARKINSON
B. EPIDIMOLOGI PARKINSON
Menurut data dari Global Burden of Disease, Injuries, and Risk Factors
Study (GBD) (2015), Parkinson merupakan penyakit dengan 6 prevalensi,
disabilitas, dan kematian yang peningkatannya paling cepat diantara
penyakit neurologi lainnya, seperti Alzheimer. Menurut studi analisis
sistematik menyatakan bahwa pada tahun 2016, terdapat 6,1 juta orang
dengan penyakit Parkinson di seluruh dunia. Jumlah penderita Parkinson
sebanyak 6,1 juta mengalami peningkatan sebanyak 2,4 kali lipat
dibandingkan tahun 1990 dimana penderita berjumlah hanya 2,5 juta orang
di seluruh dunia.
Penderita Parkinson yang berjenis kelamin pria lebih banyak
dibandingkan wanita, penderita pria berjumlah 3,2 juta orang dan wanita
berjumlah 2,9 juta orang. Di antara seluruh jumlah penderita Parkinson
pada 2016, 2,1 juta orang berasal dari negara dengan indeks
sosiodemografik tinggi, 3,1 juta berasal dari negara dengan indeks
sosiodemografik menengah, dan 0,9 juta berasal dari negara dengan indeks
sosiodemografik rendah. Prevalensi penyakit Parkinson meningkat seiring
pertambahan umur setelah umur 50 tahun, dengan puncak yaitu umur 85-
89 tahun dan menurun setelah umur 89 tahun. Pada tahun 2002, WHO
memperkirakan penyakit Parkinson menyerang 876.665 orang Indonesia
dari total jumlah penduduk sebesar 238.452.952. Berdasarkan hasil studi di
6 negara Asia, yaitu China, India, Indonesia, Pakistan, Bangladesh, dan
Jepang, terdapat 2,57 juta orang penderita penyakit Parkinson pada tahun
2005. Jumlah ini 7 diperkirakan akan terus meningkat menjadi 6,17 juta
orang pada tahun 2030.
C. FAKTOR RESIKO PARKINSON
A. Faktor Genetik
Genetik sangat berpengaruh terutama pada parkinson yang didiagnosis
sebelum usia 50 tahun, beberapa mutasi genetik ditemukan pada penderita
Parkinson yang berhubungan dengan protein α-synuclein yang merupakan
protein komponen mayor dari Lewy bodies. Penyakit Parkinson yang
diturunkan secara autosomal dominan diakibatkan oleh point mutation yang
terjadi pada N terminal pada α-synuclein, sedangkan gejala menyerupai
penyakit Parkinson disebabkan misfolding atau agregasi α-synuclein yang
telah bermutasi.
B. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor yang berperan sangat penting
terhadap penyakit Parkinson. Penelitian menyebutkan tidak hanya logam
berat, namun juga pestisida, herbisida dan insektisida. Dua jenis pestisida yang
diketahui memiliki peran penting dalam perkembangan penyakit Parkinson
adalah Rotenone dan Paraquat. Keduanya berpotensi menimbulkan gangguan
pada fungsi mitokondria sel sehingga mengganggu fungsi respirasi sel dan
menyebabkan stres oksidatif.
D. ETIOLOGI
Mekanisme bagaiman kerusakan itu belum jelas benar. Beberapa hal yang
diduga bisa menyebabkan parkinson adalah sebagai berikut:
a. Usia
Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200
dari 10.000 penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi
mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan neurona, terutama pada
substansi nigra, pada penyakit parkinson.
b. Geografi
Faktor resiko yang mempengaruhi perbedaan angka secara geografis ini
termaksud adanya perbedaan genetik, kekebalan terhadap penyakit dan
paparan terhadap faktor lingkungan.
c. Periode
Flukultasi jumlah penderita pnyakit arkinson tiap periode mungkin
berhubungan dengan hasil pemaparan lingkungan yang episodik, misalnya
proses infeksi, indistrialisasi ataupun gaya hidup.
d. Genetik
Adanya riwayat penyakit parkinson pada keluarga meningkatkan faktor
resiko penderita menderita penyakit parkinson sebesar 8,8 kali pada usia
lebih dari 70 tahun dan 2,8 kali pada usia lebih dari 70 tahun, Meskipun
sangat jarang. jika disebakan oleh keturunan, gejala parkinsonisme tampak
pada usia relatif muda.
e. Faktor lingkungan.
Xenobiotik berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat
menimbulkan kerusan mitokondria.
f. Pekerjaan Lebih banyak orang dengan paparan mental yang lebih tinggi
dan lama.
g. Infeksi
Paparan virus influensa intrautero turut menjadi faktor faktor presdiposis
penyakit parkinson melalui kerusakan substansia nigra.
h. Diet
Komsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif, salah
satu mekanisma kerusakan neuronal pada penyakit parkinson. Sebaliknya
kopi merupakan neuroprotektif.
i. Trauma kepala
Cidera kranio serebral bisa menyebakan penyakit parkinson, meski
perannya masih belum jelas benar.
j. Stress dan depresi
Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului gejala
motorik. Depresi dan stress dihubungkan dengan penyakit parkinson
karena pada stress dan depresi terjadi peningkatan turnover kotekolamin
yang memacu stress oksidati.
Sebagian besar penyebab kasus ini dianggap tidak diketahui atau idiopatik.
Parkinsonisme idiopatik adalah penyakit parkison atau paralisis agitans.
Merupakan suatu penyakit progresif lambat yang menyerang usia pertengahan
tahun atau lanjut, dengan awitan (onset) khas pada usia 50an dan 60an. Tidak
ditemukan sebab genetik yang jelas dan tidak ada pengobatan yang dapat
menyembuhkannya. Beberapa kasus oleh penggunaan phenothiazine, virus
atau gangguan sistem vaskular.
E. PATOFISIOLOGI
Menurut Hall dan Guiton, (2008). Lesi utama tampak menyebabkan hilangnya
neuron pigmen, terutama neuron didalam substansia nigra pada otak.
Substansia nigra merupakan kumpulan nukleus otak tengah yang
memproyeksikan, serabut-serabut korpus striatum). Salah satu neurotransmiter
mayor didaerah otak ini dan bagian-bagian lain pada sistem persarafan pusat
adalah dopamin, yang mempunyai fungsi penting dalam menghambat gerakan
pada pusat kontrol gerakan. Walaupun dopamin normalnya ada dalam
konsentrasi tinggi dibagian-bagian otak tertentu, pada penyakit parkinson
dopamin menipis dalam substansia nigra dan korpus striatum. Penipisan kadar
dopamin dalam basal ganglia berhubungan dengan adanya bradikinesia,
kekakuan, dan tremor. Aliran darah serebral regional menurun pada klien
dengan penyakit parkinson, dan ada kejadian demensia yang tinggi. Data
patologik dan biokimia menunjukan bahwa klien demensia dengan penyakit
parkinson mengalami penyakit penyerta Alzheimer.
Salah satu neuro transmitter mayor didaerah otak ini dan bagian-bagian lain
pada sistem sarap pusat adalah dopamine, yang mempunyai fungsi penting
dalam menghambat gerakan pada pusat control gerakan. Secara normal
dopamine memiliki konsentrasi yang tinggi dibagian-bagian otak tertentu,
namun pada penyakit Parkinson konsentrasi dopamine menipis dalam
substansia nigra dan korpus stiatum. Penipisan kadar dopamine dalam basal
ganglia yang berhubungan dengan adanya bradikinesia, kekakuan dan tremor.
Aliran darah selebri regional menurun pada klien dengan penyakit Parkinson
dan ada kejadian demensia yang tinggi. Data patologis dan biokimia
menunjukan bahwa klien demensia dengan penyakit Parkinson mengalami
penyakit penyerta alzaimer. Pada kebanyakan klien, penyebab penyakit
tersebut tidak diketahui. Parkinsonisme atetiosklerosis terlihat lebih sering
terjadi pada kelompok usia lanjut. Kondisi ini menyertai ensepalitis,
keracunan, atau toksisitas (mangan, karbonmonoksida), hipoksia atau dapat
akibat pengaruh obat.
F. MANIFESTASI KLINIS
Karakteristik lain penyakit ini mempengaruhi wajah, sikap tubuh, dan gaya
berjalan. Terdapat kehilangan ayunan tangan normal. Akhirnya ekstremitas
kaku dan menjadi terlihat lemah. Karena hal ini menyebabkan keterbatasan
otot, wajah mengalami sedikit ekspresi dimana saat bicara wajah seperti
topeng (sering mengedipkan mata), raut wajah yang ada muncul sekilas.
Terdapat kehilangan refleks postural, dan pasien berdiri dengan kepala
cenderung ke depan dan berjalan seperti didorong. Kesukaran dalam berputar
dan hilangnya ke seimbangan (salah satunya kedepan atau kebelakang) dapat
menimbulkan sering jatuh.
e. Berdiri kaku.
g. Akinesia.
A. GEJALA MOTORIK
a. Tremor/bergetar
Gejala penyakit parkinson sering luput dari pandangan awam,
dan dianggap sebagai suatu hal yang lumrah terjadi pada orang tua.
Salah satu ciri khas dari penyakit parkinson adalah tangan tremor
(bergetar) jika sedang beristirahat. Namun, jika orang itu diminta
melakukan sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang disebut
resting tremor, yang hilang juga sewaktu tidur.
Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi
metakarpofalangis, kadang-kadang tremor seperti menghitung uang
logam atau memulung-mulung (pil rolling). Pada sendi tangan fleksi-
ekstensi atau pronasi-supinasi pada kaki fleksi-ekstensi, kepala fleksi-
ekstensi atau menggeleng, mulut membuka menutup, lidah terjulur-
tertarik. Tremor ini menghilang waktu istirahat dan menghebat waktu
emosi terangsang (resting/ alternating tremor).
Tremor tidak hanya terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa
juga terjadi pada kelopak mata dan bola mata, bibir, lidah dan jari
tangan (seperti orang menghitung uang). Semua itu terjadi pada saat
istirahat/tanpa sadar. Bahkan, kepala penderita bisa bergoyang-goyang
jika tidak sedang melakukan aktivitas (tanpa sadar). Artinya, jika
disadari, tremor tersebut bisa berhenti. Pada awalnya tremor hanya
terjadi pada satu sisi, namun semakin berat penyakit, tremor bisa
terjadi pada kedua belah sisi
b. Rigiditas/kekakuan
Tanda yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan
tangan yang tremor tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara
perlahan ke atas bertumpu pada pergelangan tangan, terasa ada tahanan
seperti melewati suatu roda yang bergigi sehingga gerakannya menjadi
terpatah-patah/putus-putus. Selain di tangan maupun di kaki, kekakuan
itu bisa juga terjadi di leher. Akibat kekakuan itu, gerakannya menjadi
tidak halus lagi seperti break-dance. Gerakan yang kaku membuat
penderita akan berjalan dengan postur yang membungkuk. Untuk
mempertahankan pusat gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya
menjadi cepat tetapi pendek-pendek.
Adanya hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni
seluruh gerakan, hal ini oleh karena meningkatnya aktifitas
motorneuron alfa, adanya fenomena roda bergigi (cogwheel
phenomenon)
c. Akinesia/Bradikinesia
Kedua gejala di atas biasanya masih kurang mendapat perhatian
sehingga tanda akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita
menjadi serba lambat. Dalam pekerjaan sehari-hari pun bisa terlihat
pada tulisan/tanda tangan yang semakin mengecil, sulit mengenakan
baju, langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik
sehingga penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu.
Wajah menjadi tanpa ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang,
suara menjadi kecil, refleks menelan berkurang, sehingga sering keluar
air liur.
a. Gerakan volunter menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak
asosiatif, misalnya sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai
berjalan, lambat mengambil suatu obyek, bila berbicara gerak lidah
dan bibir menjadi lambat. Bradikinesia mengakibatkan berkurangnya
ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan yang berkurang,
misalnya wajah seperti topeng, kedipan mata berkurang, berkurangnya
gerak menelan ludah sehingga ludah suka keluar dari mulut.
d. Tiba-tiba Berhenti atau Ragu-ragu untuk Melangkah
Gejala lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau
mulai melangkah, sedang berjalan, atau berputar balik; dan start
hesitation, yaitu ragu-ragu untuk mulai melangkah. Bisa juga terjadi
sering kencing, dan sembelit. Penderita menjadi lambat berpikir dan
depresi. Bradikinesia mengakibatkan kurangnya ekspresi muka serta
mimic muka. Disamping itu, kulit muka seperti berminyak dan ludah
suka keluar dari mulut karena berkurangnya gerak menelan ludah.
e. Mikrografia
Tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada
beberapa kasus hal ini merupakan gejala dini
f. Langkah dan gaya jalan (sikap Parkinson)
Berjalan dengan langkah kecil menggeser dan makin menjadi
cepat (marche a petit pas), stadium lanjut kepala difleksikan ke dada,
bahu membengkok ke depan, punggung melengkung bila berjalan.
g. Bicara monoton
Hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita
suara, otot laring, sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata
yang monoton dengan volume suara halus ( suara bisikan ) yang
lambat
h. Dimensia
Adanya perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya
dengan deficit kognitif.
i. Gangguan behavioral
Lambat-laun menjadi dependen ( tergantung kepada orang lain ),
mudah takut, sikap kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon
terhadap pertanyaan lambat (bradifrenia) biasanya masih dapat
memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu yang cukup.
j. Gejala Lain
Kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan
diatas pangkal hidungnya (tanda Myerson positif)
H. KOMPLIKASI
1. Gangguan motorik
3. Gangguan autonom
4. Dimensia
5. Depresi
5. Kekurangan nutrisi
6. Sulit BAB
7. Dementia (pikun)
10. Kematian
BAB II
PEMBAHASAN
A. DIAGNOSIS
B. TATA LAKSANA
C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
DIAGNOSIS BANDING
• Tremor esensial
• Penyakit Bingswanger
• Hidrosefalus bertekanan normal
• Degenerasi striatonigra
IDENTITAS PASIEN
SUBJEKTIF
a) Keluhan Utama : berjalan sulit berhenti, sering gemetaran jika istirahat.
b) Riwayat Penyakit Sekarang : berjalan sulit berhenti, sering gemetaran jika istirahat.
THP 3 x 2 mg ✓ ✓ -
Levaside 2x1 ✓ ✓ ✓
IVFD RL 20 tpm ✓ ✓ ✓
OBYEKTIF
a) Pemeriksaan Fisi: -
b) Pemeriksaan Laboratorium
Ht 35-45 28 Anemia
ALOGARITMA TERAPI
ASSESMENT
Subyektif Obyektif Terapi Analisis/Assesment DTP
berjalan sulit Hb : 9,5 Inj Dosis kalmeco sudah sesuai
berhenti, : Kalmeco(iv) 3x1amp/minggu
Anemia drip
sering gemetaran
jika istirahat. Ht : 28 : (3x1 amp)
Anemia
MCV : 62,7 :
Anemia
MCH : 21,1 :
Anemia
Penggunaan Obat
Lampiran 2. Tabel Pengkajian Obat
Dosis :
Rute : po
Frekuensi pemberian :
Rute : po
Frekuensi pemberian :
Indikasi terapi
Durasi terapi
Rute :
Frekuensi pemberian :
Dosis : 0,5mg/kg/hari
Rute : po
Frekuensi pemberian :
Indikasi terapi
Durasi terapi
Dosis :
Rute :
Frekuensi pemberian :
Rute : po
Frekuensi pemberian :
Indikasi terapi
Durasi terapi
PENUTUP
KESIMPULAN
Penyakit Parkinson merupakan gangguan yang umum ditemukan dan berpotensi untuk
menimbulkan kecacatan. Tindakan yang sesuai hendaknya dilakukan untuk mendapatkan
diagnosis yang akurat, melakukan edukasi dan komunikasi yang baik mengenai prognosis
penyakit pada pasien dan keluarga, dan menentukan intervensi terapi yang terbaik. Terdapat
banyak kemajuan terutama dalam bidang terapi pada penyakit Parkinson seperti diantaranya
DBS, namun diagnosis dari penyakit Parkinson sendiri masih bergantung pada kemampuan
klinis dan anamnesa penyakit, yang makin menunjukkan betapa pentingnya pengetahuan klinis
yang baik mengenai penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA
Black, 2009. Medical surgical nursing: clinical managementfor continuity of care, 8th ed
philadepia: W. B. Sunders Company. http://www.depkes.go.id/
Bulechek, G.M, et al, 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi keenam. Indonesia
: CV. Mocomedia
Depkes RI. 2005. Pedoman Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Dirjen Keperawatan
dan Ketekhnisian Medik
Smeltzer, S. & Bare, B., 2013. Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi ke 8. Vol 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta:
Salemba Medika
Ganong, Wiliam F. 2000. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi ke-17. Jakarta: EGC