Ibu Hamil DM
Ibu Hamil DM
Ibu Hamil DM
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes merupakan salah satu gangguan kesehatan dengan jumlah penderita yang
cukup besar didalam populasi penduduk dunia. Diabetes merupakan suatu bentuk kelainan
atau gangguan metabolisme tubuh, dimana tubuh penderita diabetes mengalami gangguan
mengolah karbohidrat dikarenakan kurangnya hormon insulin atau mengalami kekurangan
transporter glukosa. Adapun penanganan diabetes melitus pada ibu hamil memerlukan
perhatian yang serius karena menyangkut 2 nyawa yaitu : nyawa sang ibu serta janin yang
tengah dikandung. Ibu hamil memiliki resiko mengalami diabetes gestational yang biasanya
diakibatkan karena obesitas dan hipertensi.
Semua ibu hamil pada suatu waktu dalam masa kehamilannya akan menjalani
pemeriksaan untuk men-screeningdiabetes gestasional. terutama pada ibu hamil yang usianya
diatas 35 tahun, berat badan berlebih, atau yang memiliki riwayat diabetes dalam keluarga
dapat menjalani pemeriksaan ini lebih awal dan lebih sering. Ibu hamil yang sebelum masa
kehamilan tidak menderita diabetes melitus juga berisiko untuk menderita diabetes
melitus gestasional pada masa kehamilan.
Mengalami gangguan diabetes disaat hamil dapat mengakibatkan dampak buruk bagi
sang ibu dan juga janin yang tengah dikandungnya. Melakukan pemeriksaan teratur guna
mengecek kondisi gula darah merupakan tindakan yang sangat dianjurkan dan juga teratur
mengunjungi dokter guna menjalani konsultasi medis. Adapun penangan diabetes melitus
pada ibu hamil sebagai usaha menjaga kestabilan kondisi tubuh seperti melakukan
pengaturan pola makan guna mengurangi resiko terjadinya hipoglikemia.
Sekitar 2-5% ibu hamil dapat mengalami diabetes gestasional dengan peningkatan
hingga 7-9% pada populasi dengan ibu yang memiliki faktor risiko. Biasanya pemeriksaaan
untuk screeningpenyakit ini dilakukan pada masa antara kehamilan minggu ke-24 dan ke-28
karena pada saat ini plasenta memproduksi hormon dalam yang dapat mengakibatkan
resistensi insulin dalam jumlah banyak. Jika hasil pemeriksaan didapatkan kadar yang
meningkat, pemeriksaan selanjutnya perlu dilakukan untuk konfirmasi diagnosis diabetes
gestasional.
1.2 Rumusan Masalah
1.Apa itu kehamilan?
2. Apa itu penyakit Diabetes Mellitus (DM)?
3. Apa kaitan Diabetes Mellitus (DM) dengan Ibu Hamil?
4. Bagaimana Asuhan Kebidanan ibu hamil dengan penyakit Diabetes Mellitus?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengertian dari kehamilan, Diabetes
Mellitus (DM) serta kaitan Diabetes Mellitus (DM) dengan ibu hamil
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami asuhan kebidanan ibu hamil dengan penyakit
Diabetes Mellitus (DM)
1.3.2 Tujuan Khusus
Mampu menerapkan asuhankebidanan ibu hamil dengan penyakit Diabetes Mellitus sebagai
upaya meningkatkan kualitas kesehatan.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kehamilan
2. Mengetahui apa yang dimaksud Diabetes Mellitus (DM)
3. Dapat menjelaskan kaitan Diabetes Mellitus (DM) dengan Ibu Hamil
4. Mampu menerapakan asuhan kebidanan ibu hamil dengan penyakit Diabetes
Mellitus sebagai upaya meningkatkan kualitas kesehatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.2 Etiologi
Penyakit diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena
kurangnya jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubuh yang dibutuhkan untuk membawa
glukosa melewati membran sel.
2.1.3 Patofisiologi
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasukan makanan bagi janin serta persiapan menyusui. Glukosa dapat difusi
secara tetap melalui plasenta pada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir
menyerupai kadar dalam darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga kadar
gula ibu yang mempengaruhi kadar dalam janin. Pengendalian yang utama dipengaruhi oleh
insulin, disamping beberapa hormon lain yaitu estrogen, steroid, plasenta laktogen. Akibat
lambatnya reabsorbsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan menuntut
kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat mencapai 3 kali dari
keadaan normal yang disebut: tekanan diabetogenik dalam kehamilan. Secara fisiologis telah
terjadi retensi insulin yaitu bila ditambah dengan estrogen eksogen ia tidak mudah menjadi
hipoglikemia. Yang menjadi masalah bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi
insulin sehingga relatif hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia / diabetes kehamilan.
Retensi insulin juga disebabkan oleh adanya hormon estrogen, progesteron, kortisol,
prolaktin dan plasenta laktogen yang mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga
mengurangi fungsi insulin. keadaan yang disebut hiperglikemia, sehingga dapat
menyembuhkan kondisi kompensasi tubuh seperti meningkatkan rasa haus (polidipsi)
mengekskresikan cairan (poliuri), mudah lapar (polifagi)
2.1.6 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinis patogenesis Diabetes Melitus menurut Mansjoer, (2000), yaitu sebagai
berikut :
1. Polifagia.
2. Poliuria
3. Polidipsi
4. Lemas
5. BB menurun
6. Kesemutan
7. Gatal.
8. Mata kabur
9. Pruritus vulva.
10. Ketonemia
11. Glikosuria
12. Gula darah 2 jam pp > 200 mg/dl.
13. Gula darah sewaktu > 200 mg/dl
14. Gula darah puasa > 126 mg/dl.
Kejadian penyakit gula dalam kehamilan sering memberikan pengaruh yang kurang
menguntungkan dan dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Pengaruh kehamilan, persalinan, dan nifas terhadap penyakit gula diantaranya:
a. Keadaan pre-diabetes lebih jelas menimbulkan gejala pada kehamilan, persalinan, dankala
nifas.
b. Penyakit diabetes (gula) makin berat.
c. Saat persalinan, karena meerlukan tenaga yang besar, dapat terjadi koma diabetikum.
2. Pengaruh penyakit gula terhadap kehamilan diantaranya:
a. Dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin dalam rahim: terjadi keguguran, persalinan
premature, kematian dalam rahim, lahir mati atau bayi yang besar.
b. Dapat terjadi hidramnion.
c. Dapat menimbulkan pre-eklampsia-eklampsia.
3. Pengaruh penyakit terhadap persalinan diantaranya:
a. Gangguan kontraksi otot rahim yang menimbulkan persalinan lama atau terlantar.
b. Janin besar dari sering memerlukan tindakan opersai.
c. Gangguan pembuluh darah plasenta yang menimbulkan asfiksia sampai lahir mati.
d. Perdarahan postpartum karena gangguan kontraksi otot rahim.
e. Post partum mudah terjadi infeksi.
f. Bayi mengalami hipoglisemia post partum dan dapat menimbulkan kematian.
4. Pengaruh penyakit gula terhadap kala nifas diantaranya:
a. Mudah terjadi infeksi postpartum.
b. Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah menyebar.
5. Pengaruh penyakit terhadap janin (bayi) diantaranya:
a Dapat terjadi keguguran, persalinan prematuritas, kematian janin dalam rahim (setelah minggu
36) dan lahir mati.
b Bayi dengan dismaturitas.
c Bayi dengan cacat bawaan.
d Bayi yang potensial mengalami kelainan saraf dan jiwa.
e Bayi yang dapat menjadi potensial mengidap penyakit gula.
2.1.9Manajemen Terapeutik
Manajemen terapeutik yang diberikan bertujuan untuk kemungkinan timbulnya
komplikasi pada ibu dan mempertinggi angka keselamatan bayi (salvage fetal rate).
Ada tiga tujuan utama pengobatan diabetes melitus gestational sebagai berikut :
1. Mencegah timbulnya ketosis dan hipodlikemia
2. Mencegah hiperglikemia dan glikosuria seminimal mungkin
3. Mencapai usia kehamilan seoptimal mungkin
Diet ibu diabetes dalam kehamilan tidak berbeda dengan diabetes lainnya, kecuali
penambahan kalori total untuk mencapai penambahan berat badan 10-12 kg selama hamil dan
menjaga asupan karbohidrat tidak kurang dari 200 gr/hari. Diperhatikan diet yang teratur dan
asupan kalori total yang tepat diselingi dengan makanan kecil (4-6 kali sehari).
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air putih
tanpa gula tetap diperbolehkan
3. Diperiksa kadar glukosa darah puasa
4. Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa), atau 1,75 g/Kg BB (anak-anak), dilarutkan dalam
250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
6. Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
7. Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi criteria normal atau DM, maka dapat digolongkan
ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa
Terganggu) dari hasil yang diperoleh.
TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 – 199 mg/dl
GDPT : glukosa darah puasa antara 100 – 125mg/dl.
Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu
dilakukan di klinik. Hasil yang (+) menunjukkan adanyaglukosuria. Beberapa hal yang perlu
diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah:
1. Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining, bukan untuk menegakkan
diagnosis
2. Nilai (+) sampai (++++)
3. Jika reduksi (+): masih mungkin oleh sebab lain, seperti: renal glukosuria, obat-obatan, dan
lainnya
4. Reduksi (++) kemungkinan KGD: 200 –300 mg%
5. Reduksi (+++) kemungkinan KGD: 300 – 400 mg%
6. Reduksi (++++) kemungkinan KGD: 400 mg%
7. Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
8. Bila ada gangguan fungsi ginjal, tidak bisa dijadikan pedoman.
2.1.11 Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Diet
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur
glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronik. Jika klien berhasil
mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia.
Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik,
diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus adalah tiga
J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J 3 :jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).
Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain :
Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %, protein 20
%.
Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal.
Sifat-sifat diet B2
1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi mengandung
protein kurang.
2. Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 %
protein dan 20 % lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino esensial.
3. Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100 – 2300
kalori / hari. Karena bila tidak maka jumlah perhari akan berubah.
Diet B3 (Diberikan pada penderita nefropati diabetik dengan gagal
ginjal kronik yang klibers kreatininnya kurang dari 25 MI/mt)
Sifat diet B3
1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).
2. Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein 40
gram/hari.
3. Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3 2100
kalori dan 2300 / hari. (bila tidak akan merubah jumlah protein).
4. Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
5. Dipilih lemak yang tidak jenuh. Semua penderita diabetes
mellitus dianjurkan untuk latihan ringan yang dilaksanakan secara
teratur tiap hari pada saat setengah jam sesudah makan. Juga
dianjurkan untuk melakukan latihan ringan setiap hari, pagi dan sore
hari dengan maksud untuk menurunkan BB. Penyuluhan kesehatan,
untuk meningkatkan pemahaman maka dilakukan penyuluhan melalui
perorangan antara dokter dengan penderita yang datang. Selain itu juga
dilakukan melalui media-media cetak dan elektronik.
2. Terapi Insulin
Menurut Prawirohardjo, (2002) yaitu sebagai berikut : Daya tahan terhadap insulin
meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin
plasenta. Penderita yang sebelum kehamilan sudah memerlukan insulin diberi insulin dosis
yang sama dengan dosis diluar kehamilan sampai ada tanda-tanda bahwa dosis perlu
ditambah atau dikurangi. Perubahan-perubahan dalam kehamilan memudahkan terjadinya
hiperglikemia dan asidosis tapi juga menimbulkan reaksi hipoglikemik. Maka dosis insulin
perlu ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-hati dengan pedoman pada 140 mg/dl.
Insulin yang dapat digunakan untuk terapi diantaranya:
a). Humulin
Komposisi : Humulin R Reguler soluble humaninsulin (rekombinant DNA origin). Humulin
N isophane human insulin (rekombinant DNAorigin). Humulin 30/70 reguler soluble human
insulin 30% & human insulin suspensi 70% (rekombinant DNA origin).
Indikasi : IDDM
Dosis : Dosis disesuaikan dengan kebutuhan individu. Diberikan secara injeksi SK, IM,
Humulin R dapat diberikan secara IV. Humulin R mulai kerja ½ jam, lamanya 6-8 jam,
puncaknya 2-4 jam. Humulin N mulai kerja 1-2 jam, lamanya 18-24 jam, puncaknya 6-12
jam. Humulin 30/70 mulai kerja ½ jam, lamanya 14-15 jam, puncaknya 1-8 jam.
Kontraindikasi : Hipoglikemik.
Peringatan : Pemindahan dari insulin lain, sakit atau gangguan emosi, diberikan bersama
obat hiperglokemik aktif.
Efek sampinng : Jarang, lipodistropi, resisten terhadap insulin, reaksi alergi local atau
sistemik.
Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
b). Insulatard Hm/ Insulatard Hm Penfill
Komposisi : Suspensi netral isophane dari monokomponen insulin manusia. Rekombinan
DNA asli.
Indikasi : DM yang memerlukan insulin
Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya diberikan 1-2x/hari (SK). Onset: ½
jam. Puncak: 4-12 jam. Terminasi: setelah 24 jam. Penfill harus digunakan dengan Novo pen
3 dengan jarum Novofine 30 G x 8mm.
Kontraindikasi : Hipoglikemia.
Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
c. Actrapid Hm/Actrapid Hm Penfill
Komposisi : Larutan netral dari monokomponen insulin manusia. Rekombinan DNA asli
Indikasi : DM
Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal, biasanya diberikan 3 x atau lebih sehari.
Penfill SK, IV, IM. Harus digunakan dengan Novo Pen 3 & jarum Novofine 30 G x 8 mm.
Tidak dianjurkan untuk pompa insulin. Durasi daya kerja setelah injeksi SK: ½ jam, puncak:
1-3 jam. Terminasi setelah 8 jam.
Kontraindikasi : hipoglikemia, insulinoma. Pengunaan pada pompa insulin.
Peringatan : Stres psikis, infeksi atau penyakit lain yang meningkatkan kebutuhan insulin.
Hamil.
Efek samping : Jarang, alergi & lipoatrofi.
Interaksi obat : MAOI, alcohol, bloker meningkatkan efek hipoglikemik. Kortikosteroid,
hormon tiroid, kontrasepsi oral, diuretic meningkatkan kebutuhan insulin.
Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
d. Humalog/Humalog Mix 25
Komposisi : Per Humalog insulin lispro. Per Humalog Mix 25 insulin lispro 25%, insulin
lispro protamine suspensi 75%.
Indikasi : Untuk pasien DM yang memerlukan insulin untuk memelihara homeostasis normal
glukosa. Humalog stabil awal untuk DM, dapat digunakan bersama insulin manusia kerja
lama untuk pemberian pra-prandial
Dosis : Dosis bersifat individual. Injeksi SK aktivitas kerja cepat dari obat ini, membuat obat
ini dapat diberikan mendekati waktu makan (15 menit sebelum makan)
Kontraindikasi : hipoglikemia. Humalog mix 25 tidak untuk pemberian IV.
Peringatan : Pemindahan dari terapi insulin lain. Penyakit atau gangguan emosional. Gagal
ginjal atau gagal hati. Perubahan aktivitas fisik atau diet. Hamil.
Efek samping : Hipoglikemia, lipodisatrofi, reaksi alergi local & sistemik.
Interaksi obat : Kontrasepsi oral,kortikosteroid, atau terapi sulih tiroid dapat menyebabkan
kebutuhan tubuh akan insulin meningkat. Obat hipoglikemik oral, salisilat, antibiotik sulfa,
dapat menyebabkan kebutuhan tubuh akan insulin menurun.
Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
e. Mixtard 30 Hm/Mixtard Hm Penfill
Komposisi : Produk campuran netral berisi 30% soluble HM insulin & 70% isophane HM
insulin (monokomponen manusia). Rekombinan DNA asli.
Indikasi : DM yang memerlukan terapi insulin.
Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya diberikan 1-2 x/hari. Onset: ½ jam.
Puncak 2-8 jam. Terminasi setelah 24 jam. Penfill harus digunakan dalam Novo Pen 2
dengan jarum Novofine 30 G x 8 mm.
Kontraindikasi : Hipoglikemia, insulinoma.
Peringatan : Stres psikis, infeksi atau penyakit yang dapat meningkatkan kebutuhan insulin.
Hamil.
Efek samping : Jarang, alergi & lipoatrofi.
Interaksi obat : MAOI, alkohol, ? bloker meningkatkan efek hipoglikemik. Kortikosteroid,
hormon tiroid, kontrasepsi oral, diuretic meningkatkan kebutuhan insulin.
Faktor resiko : pada kehamilan kategori B.
3. Olahraga
Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai direkomendasikan untuk
memperbaiki sensitivitas insulin dan kemungkinan memperbaiki toleransi glukosa. Olahraga
juga dapat membantu menaikkan berat badan yang hilang dan memelihara berat badan yang
ideal ketika dikombinasi dengan pembatasan intake kalori.
0
BAB III
GAMBARAN KASUS
2. Data Subjektif
a). Alasan Datang/ Dirawat :
Ibu mengatakan ingin memeriksakan keadaanya.
b). Keluhan utama
Ibu mengeluh sering merasa haus, merasa lapar dan sering BAK
c). Riwayat kesehatan dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah atau sedang menderita penyakit menular seperti PMS,
HIV/AIDS, TBC, penyakit menurun seperti DM, Hipertensi, jantung, dan penyakit menahun
seperti Asma, jantung, dan Hipertensi. Dan Ibu mengatakan dulu pernah melakukan operasi
sesar.
d). Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan keluarga ibu maupun keluarga suami tidak pernah/sedang menderita
penyakit menular seperti PMS, HIV/AIDS, TBC, penyakit menurun seperti DM, Hipertensi,
jantung, dan penyakit menahun seperti Asma, jantung, dan Hipertensi.
e). Riwayat Kehamilan Sekarang :
a. HPM : 4-9-2019 HPL : 11-6-2020
b. ANC pertama umur kehamilan : 6minggu
c. Kunjungan ANC
Trimester I
Frekuensi : 6 Minggu
Keluhan : mual muntah
Komplikasi : tidak ada
Terapi : belum diberikan
Trimester II
Frekuensi : 2x
Keluhan : pusing
Komplikasi : DMG
Terapi : tablet Fe, Lico Calk,
Trimester III
Frekuensi : 2x
Keluhan : sering haus, lapar, BAK
Komplikasi : DMG
Terapi : tablet fe
d. Imunisasi TT:
TT 1 : TT Caten
TT 2 : tanggal 25 September 2007
TT 3 : tanggal 28 Oktober 2007
TT 4 : tanggal
TT 5 : tanggal
2. Data Objektif
a) .Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Status emosional : stabil
Tanda vital :
Tekanan darah : 120/80mmhg Nadi : 72x/menit
Pernafasan : 25x/menit Suhu : 36.50c
BB : 68kg TB : 150cm
b). Pemeriksaan Fisik
Kepala : messocepal. Tidak ada benjolan, bersih, tidak berketombe
Wajah : simetris, tidak ada odema, ada cloasma gravidarum
Telinga : simetris, terdapat lubang telinga
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih
Hidumg : simetris, tidak polip, tidak ada sekret
Mulut : simetris, tidak labioskisis/palatoskisis, tidak karies gigi
Leher : tidak ada pmbesaran vena jugularis, kelenjar parotis/limfe
Dada : simetris, tidak retraksi dinding dada.
Payudara : simetris, putting menonjol, colustrum(-), hyperpigmentasi
Abdomen : linea(+), striae(+), tfu 3 jari atas pusat.
Palpasi
Leopold I : pada bagian fundus teraba bulat, lunak, dan ridak melenting yaitu bokong janin.
Leopold II : pada bagian kanan ibu teraba panjang, datar, keras yaitu punggung janin, pada bagian kiri
Auskultasi
DJJ : 144x/menit
Ekstremitas atas : Simetris, tidak ada udema,jari lengkap
Ekstermitas bawah : Simetris, tidak ada udema,jari lengkap
Genitalia luar : bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi
Pemeriksaan panggul : tidak dilakukan
c). Pemeriksaan penunjang tanggal: 31-3-2020 jam: 09.30WIB
Cek GDS = 220 mg/dl
d). Data penunjang
GDP: 120 mg/dl
2 jam sesudah makan: 140mg/dl
HbA1c : 7%
e). System pengindraan
1) Sistem penglihatan
Inspeksi : bentuk mata dan bola mata simetris, reflek pupil klien baik, saat ada
rangsangan cahaya miosis, konjungtiva tak anemis, sclera tidak ikterik, gerakan bola mata
baik.
Palpasi : tidak terdapat lesi atau oedema, tidak dirasakan nyeri tekan.
2) Sistem pendengaran
Bentuk dan letak simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran cukup baik karena klien
mampu mengerjakan apa saja yang diperintahkan.
3) Sistem penciuman
Bentuk dan letak simetris, klien di tes dengan mengguanakan alcohol dan kopi disertai
dengan tulisan alcohol dan kopi, klien dapat menunjuk dengan tepat bau yang dirasakan.
4) Sistem pengecapan
Keadaan lidah sedikit kotor, klien dites dengan menggunakan garam dan gula disertai tulisan
garam dan gula, klien dapat menunjuk dengan tepat apa yang dirasakan.
5) Sistem integument
Gastisitas/turgor kulit baik walaupun saat di tarik kulit klien kembali ke semuala +/- 3-5 detik
karena proses penuaan, tidak ada lesi, warna kulit putih,tidak ada masa, tampilan umum kulit
bersih, kulit kepala bersih, distribusi rambut merata.
6) Sistem pencernaan
Bentuk mulut simetris, gigi utuh mukosa bibir kering, reflek menelan ada, auskultasi pada
bising usus 10x/menit.
7) Sistem pernafasan
Bentuk hidung simetris, tidak tampak polip, tidak aa pernafasan cuping hidung, retraksi dada
negative, tidak ada nyeri tekan pada adda, tidak ada benjolan pada dada, terdengar suara
sonor pada dada sebelah kiri dan kanan, tidak ada wheezing.
8) Sistem kardiovaskuler
Tachicardi, cyanotic negative pada akral bibir klien, tidak terdapat peningakatan vena
juularis, tidak ada bunyi tambahan.
9) Sistem perkemihan
Eliminasi urine tidak sering, ketok CVA tidak dirasaka nyeri, tidak ada nyeri pada aderah
supra pubis, blas tidak teraba keras dan saat di palpasi tidak terasa nyeri.
10) System persarafan
N1 (olfaktorius) : klien dapat membedakan bau minyak kayu putih
: lapang pandang klien agak berkurang behubungan dengan penuaan
ius) : normal (bila terkena cahaya miosis dan midriasis bila tidak terkena cahaya)
N4 (trakelis) : mata masih terkoordinasi sesuai perintah.
: reflek mengunyah ada, kelopak mata(+), rahang dapat mengatup secara simetris
: klien dapat menggerakan bola mata ke kiri dan ke kanan.
N7 (fasialis) : klien dapat menggerakan muka.
N8 (cochlealis) : pendengaran baik.
N9 (glosopharingeus) : ada reflek menelan.
N10 (vagus) : kemampuan menelan baik.
: kedua bahu masih mampu mengatasi tahanan dengan cukup baik.
N12 (hipoglosus) : pergerakan lidah normal.
B. Diagnosa Kebidanan
1. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
2. Resiko cedera berhubungan dengan hipoglikemia atau hiperglikemia
3. Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal,
perubahan pada sirkulasi.
4. Resiko tinggi terhadap trauma, gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan
ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra
uterin.
C. Intervensi
N Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
o Keperawatan
muntah dapat
mengakibatka
n defisiensi
karbohidrat
yang dapat
4. - Ajarkan pasien mengakibatka
tentang metode n metabolisme
finger stick untuk lemak dan
memantau glukosa terjadinya
sendiri. ketosis.
4.
- Kebutuhan
Pembagian
-
Latihan fisik
-
dan kepatuhan
diet dan stres
sangat
berpengaruh
pada kondisi
ibu maupun
janin, maka
dari itu
perlunya
membatasi
kegiatan fisik
yang berlebih
dan kepatuhan
diet sangat
berperan
dalam
menjaga
kondisi ibu
dan janin.
3 Resiko Tinggi Setelah Menunjukan 1. - Observasi contro 1. -Pengontrolan
cidera janin dilakukan reaksi Non l diabetik secara ketat
berhubungan tindakan stress test dan sebelum sebelum
dengan keperawat Oxytocin konsepsi. konsepsi
peningkatan an tidak Challenge Test membantu
kadar glukosa terjadi negative atau menurunkan
maternal, resiko Construction resiko
perubahan cidera Stress Test mortalitas
pada sirkulasi. janin. secara normal. janin dan
abnormal
konginental.
2. -
Observasigerakan 2. - Terjadi
janin dan denyut insufisiensi
janin setiap plasenta dan
kunjungan. ketosis
maternal
mungkin
secara negatif
mempengaruh
i gerakan
3. - Observasi tinggi janin dan
fundus uteri denyut
setiap kunjungan. jantung janin.
-Tinjau ulang
i bermanfaat
dalam
memastikan
tanggal
gestasi dan
membantu
dalam
evaluasi
retardasi
pertumbuhan
intra uterin.
4 Resiko tinggi Setelah 1. -Kehamilan 1. - Tinjau ulang 1.
terhadap dilakukan cukup bulan. riwayat pranatal -Hiperglikemi
6. - Tacikardi,
bradikardi
atau deselerasi
lambat pada
penurunan
variabilitas
menandakan
kemungkinan
hipoksia janin.
D. Evaluasi
Dari hasil intervensi yang tertulis, evaluasi yang diharapkan:
agnosa 1 : Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
valuasi : Pasien mampu mempertahankan nutrisi adekuat
agnosa 2 : Resiko cedera berhubungan dengan hipoglikemia atau hiperglikemia
valuasi : Cidera tidak terjadi
agnosa 3 : Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal,
perubahan pada sirkulasi.
valuasi : Cidera terhadap janin tidak terjadi
agnosa 4 : Resiko tinggi terhadap trauma, gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan
ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra
uterin.
valuasi : Trauma tidak terjadi
BAB IV
PENUTUP
4.1Kesimpulan
1. Diabetes melitus pada kehamilan dapat mengakibatkan dampak buruk bagi sang ibu dan juga
janin yang tengah dikandungnya.
2. Penyakit diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena kurangnya jumlah
insulin yang dihasilkan oleh tubh yang dibutuhkan untuk membawa glukosa melewati
membran sel.
3. Faktor resiko ibu hamil dengan diabetes melitus adalahRiwayat keluarga dengan diabetes
melitus, Glukosuria dua kali berturut-turut, Obesitas, Keguguran kehamilan yang tidak bisa
dijelaskan (abortus spontan), Adanya hidramnion, Kelahiran anak sebelumnya besar, Umur
mulai tua, Herediter.
4. Hal yang terpenting dari penanganan diabetes gestasional adalah mengontrol kadar gula dalam
darah.
4.2 Saran
Bagi ibu hamil hendaknya mengatur pola makan dan porsi makan dengan benar,
menhindari makan dan minuman yang mengandung glukosa berlebih, rutin berolahraga, serta
selalu rajin untuk control gula darah, agar jika terdapat peningkatan gula darah yang berlebih,
segera mendapatkan penangan dari petugas kesehatan.
5.
DAFTAR PUSTAKA
Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta. Salemba Medika
Bobak, lowdermik, dan Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus Gede dan I N Chandranita Manuaba. 2007.Pemgantar Kuliah Obstetri.
Jakarta: EGC
Purwaningsih, Wahyu dan Siti Fatmawati. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jogjakarta :
Nuha Medika