Sistem Fire Alarm
Sistem Fire Alarm
Sistem Fire Alarm
php
Peralatan utama yang menjadi pengendali sistem ini disebut Main Control Fire Alarm
(MCFA) atau Fire Alarm Control Panel (FACP) yang berfungsi menerima sinyal masukan
(input signal) semua detektor dan komponen pendeteksi lainnya, Cara kerja MCFA yaitu
jika detektor mendeteksi adanya kebakaran ataupun sprinkler, automatic fire
extinguisher, dan hydrantbekerja maka sinyal itu akan dikirimkan ke control
panel MCFA sebagai data masukan (input data). Kemudian control panel akan
mengolah, menyeleksi, dan mengevaluasi data tersebut yang hasilnya merupakan data
keluaran (output data) yang berisi informasi tentang lokasi zona kebakaran yang
ditampilkan pada announciator dan secara otomatis akan mengaktifkan atau
membunyikan bel/alarm.
Dampak luas akan mengancam announciator dan MCFA sebagai akibat tidak adanya
sistem proteksi arus lebih bahkan saat terjadi short circuit akibat lonjakan listrik atau
terbakarnya tahanan pada end off line( EOL ) zona detektor. Sistem instalasi juga harus
terlindungi dari arus ground akibat kesalahan sistem looping yang bersentuhan dengan
besi atau bahan konduktor lain. Kesalahan atau munculnya ground short circuit dapat
merusak ke tingkat MCFA. Sistem instalasi juga harus mampu melindungi modul dari
short circuit dan overcurrent baik pada terminal power supplay module ataupun terminal
input looping. Jika tidak modul anda akan rusak dan berdampak besar pada kerusakan
sistem MCFA.
2. Sebagai petugas ruang kontrol saya mengalami kesulitan saat mengarahkan titik
evakuasi dan memberikan informasi titik kebakaran karena saya tidak tahu letak
ruangannya. Hanya kode dan lampu di panel yang kurang jelas.
3. Sulit bagi saya untuk menguasai evakuasi dan memahami kerja alarm dan saya juga
mengalami kesulitan menangani permasalahan kebakaran. Panel Alarm tidak melibatkan
saya untuk cepat menguasai permasalahan fire alarm.
Pemilihan perangkat dimulai dari pemilihan detektor, sifat dan karakteristik ruang, jumlah
zona, dan pemilihan kontrol utama. Pada ruang dengan tingkat kepulan asap tinggi maka
dipasang smoke detektor seperti ruangan-ruangan konveksi, gudang kain, atau dimana
terdapat ruangan yang atapnya tinggi. Pada ruangan dengan tingkat panas yang tinggi
seperti ruang trafo, power panel room, atau ruang genset sebaiknya dipasang kombinasi
antara smoke detektor ( sebagai pendeteksi kebakaran kabel listrik ) dan sensor panas heat
detektor ( sebagai pendeteksi panas ruangan trafo ). Namun kadangkala menyesuaikan
dengan design ruangan yang akan dipasang sistem fire alarm. Sebagai contoh jika dalam
ruang trafo, power room sistem instalasi udaranya baik, maka dianjurkan untuk untuk
memasang detektor temperatur ( temperatur controller / temperatur transmitter ) sehingga
temperatur ruangan bisa diatur sesuai dengan standart operasi trafo atau panel room atau
genset room. Jadi yang mana anda pilih tergantung bagaimana sifat dan karakteristik
ruangan yang akan dimonitor.
Perangkat sistem fire alarm terdiri atas perangkat hardware dan software. Namun faktor
keamanan dan kemudahan dan kemudahan operasional serta monitoring dan
controlling tetap akan menjadi pilihan utama dalam pembuatan sistem fire alarm.
Sistem fire alarm tidak saja hanya memberikan sinyal dini kebakaran berupa bell alarm
kepada petugas, namun hendaknya juga kemudahan monitoring kondisi sebenarnya
kejadian kebakaran di lapangan .
Pemilihan modul dan konfigurasi controller sangat mempengaruhi
sistem yang akan dirancang. Hal ini disebabkan beberapa kendala
dalam pemilihan modul controller secara tepat, effisien dalam
pemasangan dan instalasinya. Detektor dengan tegangan 24Vdc
sebagai sensor akan memberikan sinyal digital kepada kontroler pada
saat munculnya asap atau panas. Sedangkan tidak semua modul
controller di lapangan mampu menerima lebih dari satu sinyal
lapangan. Produk lama hanya mampu menerima paling banyak 2 sinyal
input dalam satu modulnya. Selain itu juga tidak semua modul
controller sistem lama mampu terintegrasi dan berkomunikasi dengan
standart protocol komunikasi data.
Penggunaan modul analog dan digital telah menjadikan sistem yang lebih sederhana dan mudah dalam
sistem monitoring baik pengkabelan maupun pemrograman telah menjadi pilihan banyak industri dan
komersial untuk mendapatkan fleksibilitas dan kemampuan sistem kontrol dan monitoring. Beberapa
produk controller terakhir didesain dan dibuat untuk beberapa channel input dan atau output dalam satu
modulnya. Maka dalam hal sistem instalasi akan lebih effisien baik biaya dan pengkabelannya.
Dengan menggunakan beberapa module digital dan komputer sebagai pengganti dari master control fire
alarm yang sudah ada sebelumnya, dan dengan tambahan software berbasis komputer maka didapatkan
sistem dengan kelebihan yang tidak didapat pada sistem control panel fire alarm sebelumnya. Kelebihan
pembuatan sistem tersebut adalah sebagai berikut :
Sedangkan penggunaan modul controller untuk sistem ini mempunyai kelebihan dalam beberapa hal
berikut :
1. Dapat diaplikasikan untuk sistem lain dengan protocol komunikasi modbus / RTU Protocol.
2. Mampu menerima sinyal input detektor lebih dari 8 channel. Dimana untuk 1 channel mewakili
satu input detektor atau satu zona detektor. Sehingga lebih effisien dalam sistem pengkabelan
dan harga.
3. Memungkinkan untuk memonitor aliran komunikasi data secara remote
4. Memiliki kemampuan menerima data digital maupun analog yang bisa dikontrol lewat komputer.
5. Dapat dihubungkan lewat jaringan Ethernet sehingga memungkinkan dilakukan integrasi
komunikasi data dengan unit lain melalui modem, hub, atau controller lain.
Beberapa kelemahan yang dijumpai saat akan menggunakan sistem Addressable telah
diantisipasi dengan sistem dan produk yang lebih baik yaitu bahwa :
Jumlah modul dan instalasi kabel yang lebih banyak karena satu detektor alan
memiliki satu address tersendiri. Sehingga biaya akan lebih besar.
Kesulitan dalam menentukan secara pasti dimana lokasi ruangan dan posisi di
lapangan yang sebenarnya. Indikasi lampu alarm pada panel announciator tidak
sepenuhnya bisa mewakili posisi sebenarnya tentang titik kejadian kebakaran di
lapangan.
Sistem komputer merupakan sistem baru kontrol monitoring fire alarm dimana Main Control
Fire Alarm ( MCFA ) digantikan oleh sebuah perangkat komputer. Dalam hal ini komputer
bertindak sebagai pusat pengolahan data kejadian kebakaran dan mengolah serta
memerintahkan unit anounciator atau modul controller untuk mengaktifkan lampu flash dan
alarm bell atau sekedar menghidupkan pompa kebakaran.
Salah satu kelebihan utama sistem komputer dibanding dengan sistem
dengan MCFA nya adalah dalam hal monitoring dan controlling. Sistem
komputer dengan tingkat flexibilitas dan kegunaannya, mempunyai
nilai lebih memonitor secara real time, transparan, dan mampu
menyediakan berbagai keinginan desain dalam bentuk gambar, grafik,
animasi, yang menyerupai aslinya. Oleh karena itu dibanding dengan
sistem MCFA maka sistem komputer merupakan solusi keterbatasan
dalam transparansi monitoring sesungguhnya sesuai keadaan
lapangan, juga menjadi salah satu penyedia sistem kontrol yang
terintegrasi dengan sistem-sistem kontrol lain seperti kontrol
temperatur, tekanan, atau lainnya dengan hanya menggunakan satu
komputer untuk kemudian dijadikan pusat pengendali yang terintegrasi
dengan unit kontrol lainnya.
Langkah Kerja Pembuatan Sistem Fire Alarm
1. Persiapan Perangkat Peralatan dan Support Sistem
Beberapa perangkat peralatan dalam sistem fire alarm yang perlu adalah seperti
diuraikan dalam tabel
seperti berikut .
NO URAIAN PEKERJAAN dan MATERIAL
I PEKERJAAN ELEKTRONIKA
A PEKERJAAN FIRE ALARM
1 PEKERJAAN UTAMA
1 Desk Komputer/pc Merk DELL Optiplex 390nMT
- Intel Core i3- 2120, 2GB DDR3
- Widescreen Flat Panel Monitor 19”
-
2. Software HMI - SCADA
- Microsoft Operating System ( 32 / 64 bit )
- Wndows Xp, Vista, windows 7
3 Module Controller
- Digital Input/ Output for status
- Control Relay Module for output
- Converter RS232/482
4. Power Supply 24 Vdc dan UPS
2 KABEL DISTRIBUSI
1 Kabel dari MCFP ke :
- TBFA - Zone A
Twisted Shielded 2 x AWG 18 dalam PVC Conduit 20 mm²
FRC 3 x 2,5 mm² dalam PVC Conduit 20 mm²
- TBFA - Zone B
Twisted Shielded 2 x AWG 18 dalam PVC Conduit 20 mm²
FRC 3 x 2,5 mm² dalam PVC Conduit 20 mm²
- TBFA - Zone C
Twisted Shielded 2 x AWG 18 dalam PVC Conduit 20 mm²
FRC 3 x 2,5 mm² dalam PVC Conduit 20 mm²
Instalasi FRC 2 x 1,5 mm² dalam PVC Conduit 20 mm² :
Smoke Extract Fan
Pressure Fan
Automatic Door
Sound System
PDTR
Genset Monitoring
Hydrant Pump Monitoring
DPK dan PABX
3 INSTALASI FIRE ALARM
ZONE A
- Rate of Rise Detector
- Jack Fireman Intercom
- Indicator Flashing Lamp
- Alarm Bell
- Break Glass
- Instalasi Detector FRC 2 x 1,5 mm² dalam Conduit
- Instalasi Bell + Indicator Lamp : NYA 2 x 1,5 mm²
- Instalasi Jack Fireman Intercom : FRC 2 x 1,5 mm²
- Instalasi Break Glass : Twisted Shielded AWG 18
- Instalasi Flow Switch : NYA 2 x 1.5 mm²
ZONE B
- Rate of Rise Detector
- Jack Fireman Intercom
- Indicator Flashing Lamp
- Alarm Bell
- Break Glass
- Instalasi Detector FRC 2 x 1,5 mm² dalam Conduit
- Instalasi Bell + Indicator Lamp : NYA 2 x 1,5 mm²
- Instalasi Jack Fireman Intercom : FRC 2 x 1,5 mm²
- Instalasi Break Glass : Twisted Shielded AWG 18
- Instalasi Flow Switch : NYA 2 x 1.5 mm²
ZONE C
- Rate of Rise Detector
- Jack Fireman Intercom
- Indicator Flashing Lamp
- Alarm Bell
- Break Glass
- Instalasi Detector FRC 2 x 1,5 mm² dalam Conduit
- Instalasi Bell + Indicator Lamp : NYA 2 x 1,5 mm²
- Instalasi Jack Fireman Intercom : FRC 2 x 1,5 mm²
- Instalasi Break Glass : Twisted Shielded AWG 18
- Instalasi Flow Switch : NYA 2 x 1.5 mm²
2. Langkah kerja berikutnya adalah penentuan lokasi Hydrant Box dan Panel
Announciator / Junction Box. Penentuan lokasi Hidrant Box ini didasarkan atas tingkat
kepadatan pengunjung atau luasnya bangunan yang akan dipasang. Hal ini penting
mengingat faktor kekerasan bunyi alarm bell dan tingkat cahaya yang ditimbulkan oleh
nyala flashing dari lampu flash. Pilih flash lamp dengan cahaya berkedip ( bukan sekedar
menyala ) agar pada saat lampu ruangan dimatikan nyala lampu flash begitu jelas.
Panel announciator berfungsi sebagai panel penerima sinyal lapangan dari detektor.
Hendaknya panel announciator terletak dalam ruang yang bertemperatur cukup dingin
(seperti diruang AHU) untuk ketahanan modul elektronik. Juga dibutuhkan sistem wiring
yang rapi dan simple untuk memudahkan troubleshooting dan perbaikan. Panel
announciator berisi modul kontrol yang menerima sinyal kebakaran dari detektor, push
button dan flow switch atau tamper switch yang aktif saat sprinkler pecah.
Jika diperkirakan di area tersebut saat awal terjadi kebakaran lebih didominasi
hembusan hawa panas ketimbang kepulan asap, maka tempatkanlah Heat Detector.
Contoh: ruang trafo, power room atau ruang genset. Namun kombinasi smoke detector
dan heat detector juga dimungkinkan mengingat ruang trafo atau power room terdapat
kabel-kabel yang sewaktu-waktu bisa terbakar, sehingga penempatan smoke detektor
bersamaan dengan heat detector bisa juga dilakukan. Untuk ruangan Trafo dengan
Blower Fan yang baik, maka pemasangan smoke detektor tidak akan effektif, sehingga
bisa dikombinasikan antara fixed heat detector dan sensor temperatur ( temperatur
transmitter ). Temperatur transmiter dipergunakan sebagai kontrol temperatur ruangan
trafo yang akan mengatur kerja on/off fan secara terpadu untuk effisiensi energi listrik.
Sebaliknya jika didominasi asap, sebaiknya memasang Smoke. Contoh: ruangan no
smoking area yang beralas karpet (kecuali kamar hotel), gudang kertas, gudang kapas,
gudang ban, gudang makanan-minuman (mamin) dan sejenisnya.
4. Penarikan Kabel FRC ( Fire Resistance Cable ) atau kabel khusus untuk instalasi
kebakaran. Penarikan kabel haruslah dilakukan secara baik yaitu dengan memberikan
code jalur penarikan. Hal ini untuk memudahkan pengecekan dan perbaikan kabel di
suatu hari saat kesalahan input detektor ke alamat modul controller. Lakukan penarikan
kabel data ( kabel komunikasi mondul controller dengan sistem komputer ) bersamaan
dengan penarikan kabel FRC berdasar route penarikan yang sudah ditentukan.
5. Pengetesan jalur kabel dan alamat program detektor. Pada saat melakukan penarikan
kabel FRC, secara bersamaan hendaknnya dilakukan pengetesan sinyal input detektor
yang ada pada modul controller. Hal ini harus dilakukan bersamaan dengan penarikan
kabel FRC agar dapat dilakukan perbaikan secepatnya apabila ditemukan kesalahan jalur
penarikan atau penyambungan kabel FRC ke semua detektor. Hidupkan power 24 Vdc
dan setting alamat input detektor akan segera diketahui benar tidaknya ke terminal
modul controller lewat program komputer.
6. Membuat sistem integrasi dimana sistem fire alarm akan menjadi bagian dari
building management yang terintegrasi dengan sistem monitoring dan controlling
lainnya secara otomatis.
Sedangkan sistem konfigurasi yang dipilih sebagai desain pembuatan fire alarm
adalah
seperti digambarkan berikut :
Dengan pemilihan beberapa module controller yang ada di pasaran maka setiap detektor akan
berfungsi sebagai sinyal digital yang mengaktifkan input module yang kemudian akan ditampilkan
pada layar komputer. Beberapa informasi penting dan urgent yang bisa ditampilkan di layar
komputer dipilih sebagai indikasi alarm tentang status, kejadian dari semua aktifitas
kejadian atau aktivitas gedung, mall, pabrik atau apartemen dapat dibuat sesuai dengan
keinginan. Yang dapat dibuat seperti beberapa model berikut :
Detektor Zona 12 Lantai 2 Gudang Utama Aktif
Jocky Pump Unit 2 Aktif
Unit AHU Lantai 2 TRIP
OverTemperatur
98 Celcius
Apabila pada zona tertentu terindikasi ada sinyal detector aktif maka system otomatis akan
memberitahukan adanya sinyal tersebut dengan informasi berupa perubahan status non-
aktif menjadi aktif dengan ditandai oleh “ bunyi bell alarm” serta perubahan warna status
bar dari warna hijau menjadi merah pada layar komputer. seperti gambar berikut.
Kelebihan lain dalam pembuatan sistem fire alarm dengan menggunakan komputer
adalah kemampuan integrasi dari beberapa kontrol fasilitas / utility dalam satu
pengolahan data secara menyeluruh dengan bentuk manajemen gedung. Sistem
terintegrasi menjadi pilihan dari sentraliasasi kegiatan yang memadukan aktivitas unit
utility ( seperti fire pump, compressor, genset, boiler ), unit administrasi, unit
pembelajaan dan unit maintenance secara menyeluruh. Meskipun pada awalnya hanya
sebagai sistem kontrol fire alarm, maka sistem komputerisasi dari fire alarm bisa
diupgrade dalam sistem yang lebih luas melalui penggunaan software dan utility
ketingkat yang lebih luas seperti digambarkan dalam gambar.
Fire Alarm Building management merupakan tindakan integrasi sistem informasi yang
dipilih untuk mendapatkan sistem penataan keamanan gedung yang berdampak dalam
peningkatan efektifivitas operasional, transparansi informasi, dan kemudahan
maintenance. Operator bisa dengan mudah mengoperasikan dan mengendalikan sistem
fire alarm dalam bentuk dan kondisi sebenarnya ( real time ) dalam bentuk gambar
kejadian alarm di layar komputer. Operator dengan cepat memahami secara visual
tentang lokasi kebakaran yang sesungguhnya.
Oleh karena kemudahan visual dalam melihat kejadian dan lokasi kebakaran dengan
layar komputer tersebut, maka pemakaian Fire Alarm secara visual sekarang telah
menjadi pilihan dengan pertimbangan kecepatan dan kemudahan pencarian titik
kebakaran. Kelebihan lain dari system visual ini adalah kemampuan untuk
menggabungkan sistem fire alarm dengan banyak utility lain dalam gedung secara
terkoordinasi dan terintegrasi.
Salah satu bentuk integrasi tersebut adalah termasuk monitoring dan controlling seluruh
aset gedung baik perangkat lunak berupa data maupun perangkat keras berupa
komponen bangunan gedung seperti kontrol jockey pump, electric pump, diesel pump,
dan sistem lainnya seperti power room, genset room, dan trafo room. Seperti
digambarkan sebagai berikut
Atau dikenal dengan sistem integrasi. Perancangan fire alarm terintegrasi meliputi
tahapan berikut :
Implementasi dari Integrated Building System yang dirancang antara lain dapat
digunakan untuk memonitor kegiatan operasional fire alarm dan pemeliharaan sejumlah
perangkat alarm, maintenance, serta perbaikan sistem secara menyeluruh. Sistem Fire
Alarm dengan komputer dikembangkan dengan beberapa tampilan sesuai dengan hak
akses yang diberikan kepada masing masing pengguna yakni user, admin, eksekutor
dan engineer, yang didalamnya terdapat database hak akses untuk editing program,
operasi, atau setting parameter. Integrated Building System telah mampu mengurangi
terjadinya human error pada proses manajemen kebakaran secara real time,
transparansi kejadian, aktivitas secara fleksibel.
Unit Fire Pump merupakan unit vital yang berperanan dalam proses pemadaman
kebakaran yang terjadi. Unit Fire Pump yang adalah gabungan dari jockey pump, main
electric pump dan Fire Diesel bekerja secara terintegrasi setelah menerima perintah aktif
dari fire alarm MCFA sebagai pusat pengendali penanganan kebakaran. Fungsi dari tiap-tiap
unit tersebut dapat dijelaskan berikut :
Pipa Hydrant
Instalasi pipa hydrant berfungsi untuk mengatasi dan menaggulangi kebakaran secara
manual dengan menggunakan hydrant box , hydrant box ini tersedia pada setiap lantai
dengan beberapa zone /tempat.
Pada hydrant box terdapat fire hose[ selang ] ,nozzle, valve, juga terpasang alat bantu
control manual call point, alarm bell serta indicating lamp dan untuk diluar gedung [ area
taman / parkir ] terpasang hydrant pillar serta hose reel cabinet.
Jocky Fire Pump
Digunakan untuk menstabilkan tekanan air pada pipa dan pressure tank. Pada saat
splinker pecah, maka secara otomatis sinyal flow switch akan diterima sebagai input dan
sekaligus diolah sebagai sinyal output modul controller untuk mengaktifkan jockey pump.
Pada saat air terdistribusi ke area kebakaran maka secara otomatis tekanan pipa header
akan turun dan memaksa jockey pump menaikkan tekanan. Jika tekanan tidak bisa
dipertahankan pada jockey pump 1, maka secara otomatis keadaan ini akan memaksa
jockey pump 2 dan seterusnya untuk mentransfer air ke lokasi pecahnya splinker. Jika pada
tekanan header jockey pump masih tidak mampu mempertahankan tekanannya maka kerja
pompa akan dibantu oleh fire pump.
Main Fire Pump
Digunakan sebagai pompa utama , bila tekanan / pressure tank turun setelah jocky
pump tidak sanggup lagi mengatasi [ jocky pump akan mati sesuai dengan setting pressure
tank ] maka main fire pump akan bekerja. Dan pada saat tekanan header tidak bisa
dipertahankan oleh main fire pump maka secara otomatis kerja pemompaan akan dibantu
oleh diesel pump.
Diesel Fire Pump
Digunakan bila terjadi kebakaran dan pompa mengalami kerusakkan atau gagal
operasional [listrik padam] dan pompa main pump serta jocky pump berhenti bekerja
mensupply air maka diesel fire pump akan melakukan start secara otomatis berdasarkan
pressure switch . Bekerjanya diesel fire pump secara otomatis menggunakan panel diesel
stater, panel ini juga melakukan pengisian accu/me-charger accu dan dapat bekerja secara
manual dengan kunci stater pada diesel tersebut .
Untuk perawatan pada diesel fire pump ini dilakukan pemanasan setiap minggu
[2xpemanasan] ,sebelum dilakukan pemanasan diesel dilakukan pemeriksaan pada accu,
pendingin air [air radiator] dan peng-checkkan pada pelumas mesin [oli mesin].
Siemense Conection
Digunakan bila terjadi kebakaran dan pompa [diesel fire pump, fire main pump dan
jocky pump] tidak bisa di operasional / gagal bekerja maka dilakukan pengisian air kedalam
jaringan pipa dari mobil pemadam kebakaran/ pompa cadangan lain untuk menggantikan
fungsi peralatan yang ada dalam keadaan emergency , siemese conection dipasang pada
instalasi pipa sprinkler dan hydrant.
Maksud Utama Monitoring dan Kontrol Fire Pump
Sistem monitoring dan kontrol fire pump juga menjadi pertimbangan utama
pembuatan sistem fire alarm. Hal ini menjadi penting ketika sistem pemadaman kebakaran
menjadi salah satu tindakan proteksi kebakaran. Sistem monitoring fire pump secara dasar
dapat dibuat untuk memonitor status beban fire pump diantaranya elektric pump trip, disel
engine trip, water pressure, level water tank, batteray voltage, valve status dan oil
temperatur. Tujuan utama pembuatan sistem monitoring dan kontrol fire pump adalah
untuk mendapatkan kondisi sistem fire pump yang handal kapanpun fire pump dijalankan.
Tujuan lainnya adalah juga untuk menjaga kondisi semua pompa dan sistem bekerja
dengan baik kapanpun dibutuhkan dengan pengendalian dan monitoring secara otomatis.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka dilakukan pembuatan sistem yang akan
berfungsi sebagai inspection tool, testing tool dan maintenance tool.
1. Inspection : merupakan langkah pengecekan secara visual sehingga diperoleh kondisi
operasi yang baik, serta terhindarnya kerusakan phisik.
2. Testing : merupakan tindakan pengetesan sistem, dan bagiannya, untuk meyakinkan dan
membuktikan sistem atau bagian bekerja secara baik dan sesuai dengan standart operasi.
3. Maintenance : pekerjaan yang terorganisasi untuk menjaga dan memperbaiki peralatan
pada kondisi operasi yang direncanakan.
Berpedoman pada 3 hal tersebut maka dibuatlah beberapa prosedure inspeksi
berikut testing terhadap sistem dengan melakukan pengukuran dan pengetesan dalam hal :
1. Melakukan pengetesan dan pengukuran tekanan pada jockey pump, electric pump dan
diesel pump pada saat start dan stop dalam rentang waktu pengetesan secara manual. Hal
ini dilakukan melalui panel lokal maupun dari kontrol komputer. Pada test ini diharapkan
diketahui setting atau kalibrasi tekanan tiap pompa pada saat nanti beroperasi.
contoh :
Tes mingguan terdiri dari kondisi churn (tanpa aliran air) dan observasi visual yang
bersangkutan. Tes harus dilakukan dengan menjalankan pompa secara otomatik selama
minimum 10 menit untuk pompa berpenggerak motor listrik dan minimum 30 menit untuk
pompa berpenggerak mesin diesel. Tes tahunan harus dilakukan dengan aliran minimum,
nominal (rated) dan maksimum.
2. Melakukan pengetesan kerja valve dari sistem secara keseluruhan bekerja dengan baik
saat kondisi normal, ataupun saat kondisi beroperasi.
3. Memastikan semua sistem kelistrikan bekerja optimal seluruh pompa untuk mengetahui
kondisi overload dan overcurrent serta kepastian sistem bekerja baik saat peak load.
contoh :
3.1. Prosedure tekanan sistem untuk menjalankan pompa joki secara otomatik,
3.2. Prosedure operasi valve saat kebakaran terjadi saat start, pengaturan tekanan saat terjadinya
kebakaran, sampai proses mematikan pompa secara manual.
REALISASI PEMBUATAN SISTEM MONITORING PUMP DAN FIRE
ALARM
Kontrol Pada Unit Fire Pump
Berikut adalah beberapa kontrol yang dibuat untuk mendapatkan sistem kontrol dan
monitoring yang mewakili kerja sistem yang sesungguhnya sehingga nantinya didapatkan
kinerja sistem fire pump yang optimal. Kontrol dan monitoring tersebut adalah :
1. Kontrol dan monitoring Level dari Tangki Air
2. Kontrol Status Jokey Pump, Electric Pump dan Diesel Pump
3. Pressure Load Monitoring pada saluran Header
4. Kontrol operasi semua pompa ( Start dan Stop, Auto Manual Operation )
5. Monitoring Temperatur Oli Diesel, dan Oil Pressure.
Dari beberapa kontrol yang dibutuhkan tersebut maka dibuatlah sistem monitoring dan
kontrol pada layar komputer seperti digambarkan berikut :
Sedangkan sistem monitoring terintegrasi untuk Fire Pum dan Fire Alarm terbagi atas
beberapa kontrol yang menggabungkan fungsi-fungsi berikut :
1. Fungsi Signalling. Yaitu peralatan detektor maupun sensor yang akan berfungsi sebagai
sinyal input yang memicu perangkat bell / alarm dan fire pump. Sinyal ini digerakkan dari
modul controller berupa sinyal digital dari detektor, flow switch, tekanan pompa yang
terintegrasi dalam layar monitor.
2. Fungsi Monitoring. Yaitu perangkat software yang menampilkan sinyal input dalam
bentuk animasi gambar, graphic, atau tabel data kejadian setiap waktu.
3. Fungsi Controlling. Yaitu peralatan yang berguna sebagai kontrol beberapa fungsi
otomatis yang mengendalikan kerja sistem secara keseluruhan. Control ini menggunakan
beberapa modul Controller Analog yang mengukur parameter-parameter tekanan, suhu
yang sering berubah yang mempengaruhi sistem.
Seperti Apakah Model Sistem Monitoring Anda ?
Masukkan alamat E-mail Anda untuk Informasi
Perencanaan Fire Alarm !!
Subscribe
Apapun yang Anda lakukan dan sedang Anda alami, Anda bisa menentukan sendiri
bagaimana bentuk management monitoring dan kontrol yang Anda inginkan.