Makalah Aspek Legal Etik Pada Lansia
Makalah Aspek Legal Etik Pada Lansia
Makalah Aspek Legal Etik Pada Lansia
Disusun Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini. Penulis sadar makalah
ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat dibutuhkan. Semoga makalah ini bisa
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan
kesehatan dan tindakan yang manusiawi semakin meningkat, sehingga
diharapkan adanya pemberi pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan
yang aman, efektif dan ramah terhadap mereka. Jika harapan ini tidak
terpenuhi, maka masyarakat akan menempuh jalur hukum untuk
membelahak-haknya.
Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang
tepat untuk mendapatkan persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan
yang dilaksanakan. Institusi telah membentuk berbagai komite etik untuk
meninjau praktik profesional dan memberi pedoman bila hak-hak klien
terancam. Perhatian lebih juga diberikan pada advokasi klien sehingga
pemberi pelayanan kesehatan semakin bersungguh-sungguh untuk tetap
memberikan informasi kepada klien dan keluarganya bertanggung jawab
terhadap tindakan yang dilakukan.
Selain dari pada itu penyelenggaraan praktik keperawatan
didasarkan pada kewenangan yang diberikan karena keahlian yang
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kesehatan masyarakat,
perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan globalisasi. Terjadinya
pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan dari model
medikal yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan
pengobatan ke paradgima sehat yang lebih holistic yang melihat penyakit
dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai focus pelayanan (Cohen,
2006), maka perawat berada pada posisi kunci dalam reformasi kesehatan
ini. Hal ini ditopang oleh kenyataan bahwa 40%-75% pelayanan di rumah
sakit merupakan pelayanan keperawatan (Gillies, 2014), Swansburg dan
Swansburg, 2009) dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun di tatanan pelayanan
kesehatan lain dilakukan oleh perawat. Hasil penelitian Direktorat
Keperawatan dan PPNI tentang kegiatan perawat di Puskesmas, ternyata
lebih dari 75% dari seluruh kegiatan pelayanan adalah kegiatan pelayanan
keperawatan (Depkes, 2015) dan 60% tenaga kesehatan adalah perawat
yang bekerja pada berbagai sarana/tatanan pelayanan kesehatan dengan
pelayanan 24 jam sehari, 7 hari seminggu, merupakan kontak pertama
dengan sistem klien.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian legal etik ?
2. Apa saja prinsip legal etik keperawatan gerontik?
3. Bagaiman pemecahan masalah etik
4. Bagaimana aspek hukum / landasan hukum lansia di Indonesia?
5. Apa saja permasalahan yang terjadi pada keperawatan gerontik?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui pengertian legal etik.
2. Mahasiswa mengetahui prinsip legal etik keperawatan gerontik.
3. Mahasiswa mengetahui pemecahan masalah etik
4. Mahasiswa mengetahui aspek hukum / landasan hukum lansia di
Indonesia.
5. Mahasiswa mengetahui permasalahan yang terjadi pada keperawatan
gerontik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Aspek Legal dan Etik Keperawatan Gerontik
1. Definisi Aspek Legal dan Etik Keperawatan Gerontik
Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas.
Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannya. (WHO, 2009 dalam Kurniati
Azlinda, 2010).
Etika keperawatan (nursing ethic) merupakan bentuk ekspresi
bagaimana perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika
keperawatan diatur dalam kode etik keperawatan. Aspek legal etik
keperawatan adalah aspek aturan keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada
berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur
dalam undang-undang keperawatan. (Budi Sampurna, 2006 dalam dalam
Kurniati Azlinda, 2010)
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulan bahwa
aspek legal etik keperawatan gerontik adalah suatu aturan yang mendasari
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap lansia sesuai
lingkup wewenang dan tanggung jawab perawat.
2. Prinsip etik
a. Respect (Hak untuk dihormati)
Perawat harus menghargai hak-hak pasien/klien.
b. Autonomy (hak pasien memilih)
Hak pasien untuk memilih treatment terbaik untuk dirinya.
c. Beneficence (Bertindak untuk keuntungan orang lain/pasien)
Kewajiban untuk melakukan hal yang tidak membahayakan
pasien/pasien dan secara aktif berkontribusi bagi kesehatan dan
kesejahteraan pasien.
d. Non-Maleficence (utamakan tidak mencederai orang lain)
Kewajiban perawat untuk tidak menimbulkan kerugian/cidera.
Prinsip : jangan membunuh, menghilangkan orang lain, jangan
membuat nyeri atau penderitaan pada orang lain, dan jangan melukai
perasaan orang lain.
e. Confidentiality (hak kerahasiaan)
Menghargai kerahasiaan terhadap semua informasi tentang
pasien/klien yang sudah dipercayakan kepada perawat.
f. Justice (keadilan)
Kewajiban untuk berlaku adilkepada semua orang/pasien/klien. Kata
adil disini yaitu berarti tidak memihak.
g. Fidelity (loyalty/ketaatan)
1) Kewajiban untuk setia terhadap kesepakatan dan
bertanggungjawab terhadap kesepakatan yang telah diambil.
2) Era modern, pelayanan kesehatan : Upaya Tim (tanggungjawab
tidak hanya pada satu profesi). 80% kebutuhan dipenuhi perawat.
3) 1.1.7.3. Masing-masing profesi memiliki aturan tersendiri yang
berlaku
4) Memiliki keterbatasan peran dan berpraktik dengan menurut aturan
yang disepakati.
h. Veracity (Truthfullness & honesty)
Kewajiban untuk mengatakan kebenaran
1) Terkait erat dengan prinsip otonomi, khususnya terkait informed-
consent
2) Prinsip veracity mengikat pasien dan perawat untuk selalu
mengutarakan kebenaran
a. Area Prioritas
Bila ditinjau dari aspek hukum dan etika, dapat disebabkan oleh faktor,
seperti berikut :
1. Produk Hukum
Walaupun telah diterbitkan dalam jumlah banyak, belum semua
produk hukum dan perundang-undangan mempunyai Peraturan
Pelakisanaan. Begitu pula, belum diterbitkan Peraturan Daerah, Petunjuk
Pelaksanaan serta Ptunjuk Teknisnya, sehingga penerapannya di lapangan
sering menimbulkan permasalahan. Undang-undang terakhir yang
diterbitkan yaitu Undang-undang Nomor 13 tahun 1998, baru mengatur
kesejahteraan sosial Lanjut Usia, sehingga perlu dipertimbangkan
diterbitkannya undang-undang lainnya yang dapat mengatasi
permasalahan Lanjut Usia secara spesifik.
2. Keterbatasan prasarana
Prasarana pelayanan terhadap Lanjut Usia yang terbatas di tingkat
masyarakat, pelayanan tingkat dasar, pelayanan rujuikan tingkat I dan
tingkat II, sering menimbulkanpermasalahan bagi para Lanjut Usia.
Demikian pula, lembaga sosial masyarakat dan ortganisasi sosial dan
kemsyarakatan lainnya yang menaruh minat pada permasalahan ini
terbatas jumlahnya. Hal ini mengakibatkan para Lanjut Usia tak dapat
diberi pelayanan sedini mungkin, sehingga persoalannya menjadi berat
pada saat diberikan pelayanan.
3. Keterbatasan sumber daya manusia
Terbatasnya kuantitas dan kualitas tenaga yang dapat memberi
pelayanan serta perawatan kepada Lanjut Usia secara bermutu dan
berkelanjutan mengakibatkan keterlambatan dalam mengetahui tanda-
tanda dini adanya suatu permasalahan hukum dan etika yang sedang
terjadi. Dengan demikian, upaya mengatasinya secara benar oleh tenaga
yang berkompeten sering dilakukan terlambat dan permasalahan sudah
berlarut. Tenaga yang dimaksud berasal dari berbagai disiplin ilmu, antara
lain :
a) Tenaga ahli gerontologi.
b) Tenaga kesehatan : dokter spesalis geriatrik, psikogeriatri,
neurogeriatri, dokter spesialis dan dokter umum terlatih,
fisioterapis, perawat terlatih.
c) Tenaga sosisal : sosiolog, petugas yang mengorganisasi kegiatan
(case managers), petugas sosial masyarakat, konselor.
d) Ahli hukum: sarjana hukum terlatih dalam gerontologi, pengacara
terlatih, jaksa penunutut umum, hakim terlatih.
e) Ahli psikolog : psikolog terlatih dalam gerontologi, konselor.
f) Tenaga relawan : kelompok masyarakat terlatih seperti sarjana,
mahasiswa, pramuka, pemuda, ibu rumah tangga, pengurus
lembaga ketahanan masyarakat desa, Rukun Warga/RW, Rukun
Tetangga/RT terlatih.
4. Hubungan Lanjut Usia dengan Keluarga
Menurut Hardiwinoto (2010), berbagai isu hukum dan etika yang
sering terjadi pada hubungan Lanjut Usia dengan keluarganya adalah :
a) Pelecehan dan ditentarkan (abuse and neglect)
b) Tindak kejahatan (crime)
c) Pelayanan perlindungan (protective services)
d) Persetujuan tertulis (informed consent)
e) Kualitas kehidupan dan isu etika (quality of life and related ethical
issues)
BAB III
ANALISIS VIDEO
23. Video 1
Penerapan Legal Etik Keperawatan Gerontik Dalam Pelayanan
a) Kelalaian
Kelalaian dapat diartikan sebagai tindakan Seorang perawat
bersalah karena kelalaian jika mencederai pasien dengan cara tidak
melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan ataupun tidak
melakukan tugas dengan hati-hati sehingga mengakibatkan pasien jatuh
dan cedera.
b) Penyerangan dan pemukulan
Penyerangan dapat diartikan sebagai dengan sengaja berusaha
untuk menyentuh tubuh orang lain atau bahkan mengancam untuk
melakukannya. Pemukulan berarti secara nyata menyentuh orang lain
tanpa ijin.Perawatan yang kita berikan selalu atas ijin pasien atau
informed consent. Ini berarti pasien harus mengetahui dan menyetujui
apa yang kita rencanakan dan kita lakukan.
c) Penganiayaan
Penganiayaan dapat diartikan sebagai menganiaya pasien
melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat anda terikat secara hukum
untuk menanggung tuntutan hukum. Standar etik meminta perawat
untuk tidak melakukan sesuatu yang membahayakan pasien. Setiap
orang dapat dianiaya, tetapi hanya orang tua dan anak-anaklah yang
paling rentan. Biasanya,pemberi layanan atau keluargalah yang
bertanggung jawab terhadap penganiayaan ini. Mungkin sulit
dimengerti mengapa seseorang menganiaya ornag lain yang lemah atau
rapuh, tetapi hal ini terjadi. Beberapa orang merasa puas bisa
mengendalikan orang lain. Tetapi hampir semua penganiayaan berawal
dari perasaan frustasi dan kelelahan dan sebagai seorang perawat perlu
menjaga keamanan dan keselamatan pasiennya.
A. Kesimpulan
Semakin meningkatnya populasi lansia berdampak pula pada
peningkatan permasalahan etik dan legal pada lansia.Penggunaan prinsip
etika dan nilai - nilai etik memberi pengaruh yang besar dalam
keperawatan gerontik. Adanya pengaruh etik dalam perawatan lansia yaitu
tiga kategori diidentifikasi berupa pertimbangan, hubungan, dan
perawatan. Kategori-kategori ini membentuk dasar kategori inti yaitu
''Penguatan'' sehingga hal tersebut dapat meningkatkan etika asuhan
keperawatan dan kenyamanan bagi pasien lansia.
Terlepas dari pengaruh etika tersebut, tentunya membutuhkan cara
yang tepat dalam mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan etik
dan legal dalam perawatan lansia. Oleh karena itu, berdasarkan hasil
penelitian beberapa jurnal merekomendasikan cara untuk mengatasi
permasalahan etik berupa pasien lansia harus dianggap sebagai populasi
yang rentang dan memerlukan dukungan hukum terkait hak mereka.
Pasien lansia merupakan fokus utama dalam melakukan asuhan
keperawatan gerontik. Penerapan nilai - nilai etik dan prinsip etik dapat
meningkatkan kepekaan terhadap lansia. Selain itu, mengembangkan
unsur keterbukaan dan musyawarah antara penyedia pelayanan, tenaga
kesehatan, keluarga dan masyarakat akan membentu dalam mengatasi
masalah etis terkait moral yang mucul sehari-hari. Sehingga dapat
diterapkan unsur keadilan pada pasien lansia.
B. Saran
Seorang perawat sudah seharusnya mempertimbangkan aspek legal
etik dalam praktik keperawatan pada lansia sehingga tidak akan ada
kejadian malpraktik yang dapat merugikan. Disamping itu perawat yang
taat terhadap hukum akan terhindar dari jeratan hukum yang dapat
merugikan diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia Nindy. 2013. Prinsip Etika Keperawatan. Yogyakarta: D-Medika.
Darmojo, Boedhi, dan Martono, Hadi. (2009). Buku Ajar Geriatri (ilmu
Kesehatan Usia Lanjut) Edisi 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Gelles, R. J., & Straus, M.A. (2009). Intimate violence : The Causes and
Consequences of Abuse in The American Family. New York : Simon &
Schuster.
Mickey & Patricia. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. EGC.
Jakarta:Buku Kedokteran.