Laporan Pendahuluan Halusinasi
Laporan Pendahuluan Halusinasi
Laporan Pendahuluan Halusinasi
I. Masalah Utama
A. Definisi
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata,
artinya klien menginterpretasikan yang nyata tanpa stimulus/rangsangan dari luar (Direja,
2011). Menurut Trimelia (2011) halusinasi adalah persepsi klien yang salah terhadap
lingkungan yang nyata member persepsi yang salah atau pendapat tentang sesuatu tanpa
objek/rangsangan yang nyata dan hilangnya kemampuan manusia untuk membedakan
rangsangan internal pikiran dan eksternal pikiran.
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari
suara sederhana sampai suara berbicara mengenai pasien sehingga pasien berespon
terhadap suara atau bunyi tersebut (Nanda, 2012).
B. Etiologi
Menurut Stuart (2013) faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah :
1. Faktor Predisposisi
a. Teori Biologi dan genetik
Abnormalitas perkembangan syaraf berhubungan dengan respon neorologis yang
maladaftif baru mulai dipahami, ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian sebagai
berikut :
1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak yang lebih luas
dalam perkembangan skizofren.
2) Beberapa zat kimia diotak seperti dopamin neorotransmiter yang berlebihan.
3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukan terjadinya atropi
yang signifikan pada otak manusia.
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan pasien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis pasien. Salah satu sikap atau keaadan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang
hidup pasien.
c. Sosial Budaya
Kondisi ini mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti : kemiskinan, perang,
kerusuhan, bencana alam dan kehidupan yang terisolasi.
2. Faktor Presipitasi
Secara fisik pasien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan
tidak berdaya. Penilaian induvidu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasi kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006). Faktor presipitasi terjadinya
gangguan halusinasi adalah :
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi
serta abnomalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak akibat ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
b. Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap sress yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan prilaku.
c. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
D. Jenis Halusinasi
Menurut Stuart (2009), halusinasi terdiri dari dua jenis :
a. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering mendengar suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang
pasien, bahkan sampai ada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami
halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana pasien mendengar perkataan bahwa pasien
disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
b. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun,
bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan biasa yang menyenangkan atau
menakutkan seperti melihat monster.
c. Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan
yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang atau
dimensia.
d. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
e. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidak nyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tesentrum
listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
f. Cenestetik
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan
atau pembentukan urine.
g. Kinistetik
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
E. Intervensi
1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis : Penotizin
b. Obat anti depresi : Amitripilin
c. Obat anti ansietas : Diasepam, Bromozepam, Clobozam
d. Obat anti insomnia : Phneobarbital
2. Terapi
a. Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien dengan
memberikan perhatian :
1) BHSP
2) Jangan memancing emosi klien
3) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
4) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat
5) Dengarkan , bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah yang
dialaminya
b. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, ketrampilan sosial, atau aktivitas lain
dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan keadaan klien karena masalah
sebagian orang merupkan perasaan dan tingkah laku pada orang lain.
c. Terapi musik
Dengan musik klien terhibur, rileks dan bermain untuk mengembalikan kesadaran
pasien.
d. Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk mengurangi tingkat kecemasan,
kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan
pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau
bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau
emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan
pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien
di beritahu tindakan yang akan di lakukan.
e. Di ruangan itu hendaknya disediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan
mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding,
gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
f. Melaksanakan program terapi dokter, sering kali pasien menolak obat yang di
berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan
sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang
di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
g. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada. Setelah
pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah pasien
yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah
yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau
orang lain yang dekat dengan pasien.
h. Memberi aktivitas pada pasien misalnya pasien di ajak mengaktifkan diri untuk
melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan.
Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk
hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih
kegiatan yang sesuai.
i. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan. Keluarga pasien dan
petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada kesatuan pendapat
dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalnya dari percakapan dengan
pasien diketahui bila sedang sendirian pasien sering mendengar laki-laki yang
mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas.
Sebaiknya perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan
diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di
beritahukan pada keluarga pasien dan petugas lain agar tidak membiarkan pasien
sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan (Sheila, 2008).
V. Daftar Pustaka
Intervensi :
Membina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi
terapeutik
Menyapa dengan ramah klien
memperkenalkan diri dengan sopan
Bertanya nama lengkap klien
Menjelaskan tujuan pertemuan
Jujur dan tepat janji
Menunjunjukkan sikap empati
Memberi perhatian pada klien
Membantu klien mengenal halusinasi
Mendiiskusikan dengan klien situasi yang menimbulkan halusinasi
Mengidentifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
Memberi pujian pada klien. Mendiiskusikan cara lain untuk memutus halusinasi