Praktikum Aik
Praktikum Aik
Praktikum Aik
Oleh:
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan
yang mengeras karena mengalami lignifikasi (pengayuan).Kayu digunakan
untuk berbagai keperluan, mulai dari memasak, membuat perabot (meja,
kursi), bahan bangunan (pintu, jendela, rangka atap), bahan kertas, dan
banyak lagi.Kayu juga dapat dimanfaatkan sebagai hiasan-hiasan rumah
tangga dan sebagainya.Penyebab terbentuknya kayu adalah akibat
akumulasi selulosa dan lignin pada dinding sel berbagai jaringan di
batang.
Tumbuhan berkayu dapat dibedakan menjadi dua golongan
berdasarkan ada tidaknya pori pada tumbuhan tersebut, yaitu kayu daun
lebar (hardwood) dan kayu daun jarum (softwood). Istilah hardwood dan
softwood ini tidak menginterpretasi secara langsung kekuatan dari kayu
tersebut. Bukan berarti hardwood merupakan jenis kayu yang kuat dan
bukan pula softwood berarti jenis kayu yang lunak. Golongan tumbuhan
yang termasuk kayu daun jarum adalah Gymnospermae, yakni tumbuhan
berbiji terbuka (konifer), biasanya dicirikan dengan warna daunnya yang
selalu hijau, bentuk tajuknya yang kerucut dan bentuk batang yang
silindris. Sedangkan golongan tumbuhan yang termasuk kayu daun lebar
adalah Angiospermae yakni tumbuhan berbiji tertutup, biasanya dicirikan
dengan bentuk tajuk yang melebar dan banyaknya cabang-cabang pohon.
Kayu memiliki ciri makroskopis dan mikroskopis.Ciri makroskopis
kayu adalah ciri kayu yang dapat dilihat langsung secara kasat mata atau
dengan bantuan lup pada bidang anisotropiknya. Ciri makroskopis kayu
meliputi bau, warna, tekstur, kilap dan lain-lain, sementara ciri
mikroskopis adalah ciri kayu yang hanya dapat diketahui dengan bantuan
mikroskop saja yang meliputi susunan pori, parenkim, saluran resin, dan
lain-lain. Untuk dapat memperoleh ciri mikroskopis kayu, maka kayu
harus disayat.Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui sifat makroskopis
dan mikroskopis kayu, sehingga jenis suatu kayu akan teridentifikasi.
B. Tujuan
Untuk melihat sifat makroskopis kayu (sel-sel penyusun kayu
secara makroskopis)
Bab II
Tinjauan Pustaka
Menurut Tsoumis (1991), sel pembuluh atau pori hanya terdapat pada kayu
daun lebar. Dalam batang, sejumlah sel pori tersusun secara bertingkat
membentuk satu kesatuan ke arah longitudinal menyerupai pipa (saluran) yang
panjangnya bervariasi. Jaringan yang demikian lebih dikenal sebagai jaringan
pembuluh.
Sel-sel pembuluh tampak jelas dengan bantuan lup berkekuatan pembesaran
10x, berbentuk seperti pori-pori pad a penampang lintang batang kayu. Pada sel
yang cukup besar, pembuluh dapat dilihat dengan mata telanjang, sedangkan pada
penampang radial dan tangensial tampak seperti goresan-goresan ke arah
longitudinal. Ciri pada pembuluh dapat berbeda dari satu jenis kayu ke jenis yang
lain, sehingga berguna untuk keperluan identifikasi. Ciri yang dimaksud meliputi:
sebaran, susunan, diameter, frekuensi, bentuk bidang perforasi, dan isi.
1. Sebaran pembuluh
Kebanyakan kayu di Indonesia mempunyai pembuluh yang tersebar atau
baur, artinya terpenear tanpa pola nyata pad a penampang lintang kayu. Hanya
beberapa jenis kayu yang diketahui mempunyai pembuluh yang tersebar
menurut pola tata lingkar. Ciri dari pembuluh tatalingkar adalah: pembuluh
yang berdiameter besar tersusun dalam deret konsentrik pada awal lingkar
tumbuh, sedangkan pembuluh yang keeil tersusun dalam deret konsentrik pada
akhir lingkartumbuh. Pada jenis kayu lainnya pembuluh dapat berbaris atau
berkelompok di tempattempat tertentu, sedangkan di tempat lain tidak terdapat
pembuluh, atau sangat jarang. Pengelompokkan pembuluh dapat menjurus ke
berbagai arah: radial, tangensial, atau diagonal. Pembuluh dikatakan berbaris
atau berkelompok diagonal jika arah pengelompokannya membentuk sudut
terhadap arah jari-jari.
2. Susunan pembuluh
Pembuluh dapat tersebar secara sol iter atau dapat pula berupa gandaan
dua pembuluh atau lebih. Arah penggandaan dapat ke arah radial,
tangensial,diagonal atauvdapat pula ke berbagai arah. Pembuluh dikatakan
soliter jika berdiri sendiri. Pembuluh dikatakan berganda jika dua atau lebih
pembuluh bersinggungan sedemikian rupa, sehingga dinding singgung tampak
datar. Gandaan dua buah pembuluh sering juga disebut berpasangan.
Pembuluh dikatakan berpasangan atau berganda radial jika tersusun searah
dengan arah jari-jari, dikatakan pasangan atau gandaan diagonal jika arah
penggandaan membentuk sudut terhadap arah jari-jari ; dikatakan pasangan
atau gandaan tangensial jika arah penggandaan tegak lurus terhadap arah jari-
jari; apabila penggandaan terjadi ke berbagai arah dikatakan bergerombol.
Perbandingan antara jumlah pembuluh sol iter dengan pembuluh berganda
dapat merupakan penciri dalam pengenalan kayu
3. Pengelompokan pori
a. Pori hampir seluruh soliter, yaitu pori secara keseluruhan terpisah satu
dengan lainnya karena dikelilingi oleh jaringan lain, misalnya 90% atau
lebih tidak berhubungan antar pori.
b. Kebanyakan berkelompok secara radial dari empat atau lebih, yaitu pori
yang saling berdekatan bergabung empat atau lebih.
c. Kebanyakan membentuk cluster, yaitu pori sering terlihat membentuk
grup-grup dari tiga atau lebih dan terjadi kontak baik pada bidang radial
maupun tangensial.
4. Diameter pembuluh
Diameter pori diukur pada bidang lintang. Pembuluh yang diukur harus
mewakili semua ukuran sel pembuluh yang ada. Diameter tangensial lumen
pembuluh-pembuluh termasuk dinding selnya diukur pada bagian terlebar
dari terowongan pembuluh. Nilai diameter pembuluh merupakan nilai dari
rataan sebanyak minimal 25 serat.
A. Hasil
B. Pembahasan
Bab V
Penutup
A. Kritik
B. Saran