Analisa Struktur PDF
Analisa Struktur PDF
Analisa Struktur PDF
3 ANALISA STRUKTUR
Analisia strtuktur yang dilakukan pada pekerjaan review desain jembatan andara ini
meliputi:
1. Desain I Girder Beton Prategang
2. Desain sambungan Girder
3. Desain pelat lantai jembatan
4. Desain pier head
Elemen-elemen struktur di atas ini merupakan elemen yang terpengaruh akibat
adanya review desain jembatan andara ini.
3.1 DATA MATERIAL
-
-1
3.1.3 Mutu Material Baja Prategang
PCI girder menggunakan baja prategang diameter 6”, dengan tegangan tarik putus
1860 Mpa dan tegangan leleh 1670 Mpa serta Jacking force 80%.
3.2 PERENCANAAN GELAGAR JEMBATAN
Analisis girder ini terdiri dari pengecekan tegangan, pengecekan gaya ultimate,
pengecekan deformasi, analisis diafragma, analisis angkur dan analisis bearing.
Pengecekan tegangan balok prategang atau PCI I-Girder dilakukan pada tahap
konstruksi dan setelah dikonstruksi. Pada tahap konstruksi pengecekan tegangan
dilakukan ketika slab belum mengeras dan setelah slab mengeras (komposit). Adapun
gaya-gaya yang bekerja pada masing-masing tahapan diperlihatkan pada tabel
berikutnya.
Pengecekan tegangan-tegangan yang yang terjadi selama konstruksi dan pasca
konstruksi dilakukan pada lokasi-lokasi berikut:
Tegangan ijin untuk gelagar beton prategang dengan mutu beton K-500 (fc’=41.5
MPa) dan pelat lantai jembatan dengan mutu beton K-350 (fc’=29.5 MPa) adalah
sebagai berikut:
Tegangan ijin beton K-500 untuk kondisi transfer adalah sebagai berikut:
Tekan : 0.6 x (0.8fc’) = 19920 kPa
Tarik : 0.5 x sqrt(0.8fc’) = 2881 kPa
Tegangan ijin beton K-500 untuk kondisi setelah transfer adalah sebagai berikut:
- -2
Tekan : 0.45 x fc’ = 18675 kPa
Tarik : 0.5 x sqrt(8fc’) = 3221 kPa
Untuk tegangan ijin tekan pada beton K-350 pelat lantai jembatan adalah sebagi
berikut:
Tekan : 0.45 x fc’ = 13073 kPa
Tarik : 0.5 x sqrt(8fc’) = 2695 kPa
TAHAPAN
BEBAN KETERANGAN
KONSTRUKSI
Tahap-1 - Berat sendiri - Slab belum dicor
- Beban prestress
- Efek creep & Shrinkage
Tahap-2 - Berat sendiri - Slab belum mengeras
- Beban prestress - Penampang belum komposit
- Efek creep & Shrinkage
- Berat RC Plate
- Beban Slab
- Beban Difragma
Tahap-3 - Berat sendiri - Slab sudah mengeras
- Beban prestress - Penampang komposit
- Efek creep & Shrinkage
- Berat RC Plate
- Beban Slab
- Beban Difragma
Tahap-4 - Berat sendiri - Slab sudah mengeras
- Beban prestress - Penampang komposit
- Efek creep & Shrinkage t = 1000
day - t = 10000 day untuk
- Berat RC Plate
- Beban Slab
- Beban Difragma
Post - Berat sendiri Kombinasi Beban Service
Construction 1.3DL + 1.0PT + 1.0CS + 2.0SDL + 1.8LL +
- Beban prestress
1.8PDS
- Efek creep & Shrinkage t = 1000
day - Beban Permanen (DL)
- Berat RC Plate - Beban Mati Tambahan (SDL)
- Beban Slab - Beban Prestress (PT)
- Beban Difragma - Beban Efek Creep dan Shrinkage (CS)
- Beban trotoar - Beban Lalu Lintas (LL)
- Beban lalu lintas - Beban pejalan kaki (PDS)
- Beban pejalan kaki
- -3
Perencanaan jembatan ini dibantu dengan menggunakan program MIDAS Civil.
Perhitungan struktur jembatan dilakukan dengan menggunakan metode staging
analisis, dimana analisa dilakukan berdasarkan sesuai dengan metode pelaksanaan
yang nantinya dilakukan pada saat pekerjaan fisik dilaksanakan.
a. Stage -1
tahap-1 yaitu erection girder, girder yang sudah di stressing kemudian diletakan
pada pilar dan abutment, dimana balok girder masih tertumpu sederhana
(perletakan masing-masing girder fix dan move). Beban yang harus dapat
diakomodir oleh gelagar yaitu berat sendiri gelagar, beban prestress tahap 1 dan
efek creep dan shrinkage.
b. Stage-2
Tahap-2 yaitu pegecoran connection girder/ girder cast in situ, girder yang
sudah diletakan pada pilar dan abutment, dimana balok girder masih tertumpu
sederhana (perletakan masing-masing girder fix dan move) kemudian
disambungkan dengan girder cast in situ. Pada tahap ini Tendon continous pada
tahap ini masih belum aktif. Beban yang harus dapat diakomodir oleh gelagar
yaitu berat sendiri gelagar, beban prestress tendon 1 dan efek creep dan
shrinkage.
c. Stage-3
Tahap -3 yaitu tahap dimana gelagar antar gelagar sudah monolit, sehingga
dilanjutkan dengan stressing tendon continuous, pengecoran pelat lantai dan
pemasangan diafragma dilaksanakan, pada kondisi ini beton basah (wet concrete)
masih bersifat sebagai beban, gelagar sudah terjadi ikatan sehingga perletakan
girder berubah dari balok sederhana (fix-Move-fix-move-fix-move) menjadi
- -4
continuous (move-fix-move-move-move-move). Beban yang harus dapat
diakomodir oleh pilar pada tahap ini yaitu beban akibar berat sendiri pilar berat
gelagar dan berat beton basah (wet concrete),.sedangkan beban yang harus dapat
diakomodir oleh gelagar yaitu berat sendiri gelagar dan berat beton basah (Wet
concrete), beban prestress tendon 1 dan tendon continuous dan efek creep dan
shrinkage
d. Stage-4
Pada tahap 4 struktur atas tahap dimana gelagar sudah menyatu dengan slab
(composite) dan girder sudah terjadi continounitas dengan bentang lainnya.
e. Stage-5
Pada tahap 5 seluruh tahapan pekerjaan dan tahapan pekerjaan telah diselesaikan,
kemudian girder diberi beban creep dan shrinkage 10000 hari.
Dari Hasil Analisis jumlah tendon yang diperlukan pada girder yaitu :
- -5
Dengan jumlah tendon yang terpasang didapatkan tegangan yang terjadi pada
girder tidak melampaui tegangan ijin yang disyaratkan.
3.2.1 Pengecekan Tegangan Gelagar Eksterior
A. Tegangan Tahap 1 (Slab Belum di Cor)
Diagram tegangan gelagar tahap 1 dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.9 Tegangan Tahap I pada Serat Atas Gelagar Bentang 30.8 m Elemen
Part-1
Gambar 3.10 Tegangan Tahap I pada Serat Bawah Gelagar Bentang 30.8 m
Elemen Part-1
- -6
B. Tegangan Tahap 2 (cor connection girder/girder cast in situ)
Diagram tegangan gelagar tahap 2 dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.11 Tegangan Tahap 2 pada Serat Atas Gelagar Bentang 30.8 m Elemen
Part-1
Gambar 3.12 Tegangan Tahap 2 pada Serat Bawah Gelagar Bentang 30.8 m
Elemen Part-1
- -7
C. Tegangan Tahap 3 (slab masih basah, girder belum komposit)
Diagram tegangan gelagar tahap 3 dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.13 Tegangan Tahap 3 pada Serat Atas Gelagar Bentang 30.8 m Elemen
Part-1
Gambar 3.14 Tegangan Tahap 3 pada Serat Bawah Gelagar Bentang 30.8 m
Elemen Part-1
- 8
D. Tegangan Tahap 4 (slab sudah mengeras dan penampang sudah komposit)
Diagram tegangan gelagar tahap 4 dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.15 Tegangan Tahap 4 pada Serat Atas Gelagar Bentang 30.8 m Elemen
Gambar 3.16 Tegangan Tahap 4 pada Serat Bawah Gelagar Bentang 30.8 m
Elemen Part-1
- -9
Gambar 3.17 Tegangan Tahap 4 pada Serat Atas Gelagar Bentang 30.8 m Elemen
Part 2
Gambar 3.18 Tegangan Tahap 4 pada Serat Bawah Gelagar Bentang 30.8 m
Elemen Part-2
- -10
E. Tegangan Tahap 5 (slab sudah mengeras dan penampang sudah komposit dan
diberi efek creep dan shrinkage 10000 hari)
Diagram tegangan gelagar tahap 5 dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.19 Tegangan Tahap 5 pada Serat Atas Gelagar Bentang 30.8 m Elemen
Part-1
Gambar 3.20 Tegangan Tahap 5 pada Serat Bawah Gelagar Bentang 30.8 m
Elemen Part-1
- -11
Gambar 3.21 Tegangan Tahap 5 pada Serat Atas Gelagar Bentang 30.8 m Elemen
Part 2
Gambar 3.22 Tegangan Tahap 5 pada Serat Bawah Gelagar Bentang 30.8 m
Elemen Part-2
- -12
F. Tegangan Tahap Post CS (kondisi layan)
Diagram tegangan gelagar tahap Post CS dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.23 Tegangan Tahap Post CS pada Serat Atas Gelagar Bentang 30.8 m
Elemen Part-1
Gambar 3.24 Tegangan Tahap Post CS pada Serat Bawah Gelagar Bentang 30.8 m
Elemen Part-1
- -13
Gambar 3.25 Tegangan Tahap Post CS pada Serat Atas Gelagar Bentang 30.8 m
Elemen Part 2
Gambar 3.26 Tegangan Tahap Post CS pada Serat Bawah Gelagar Bentang 30.8 m
Elemen Part-2
- -14
3.2.2 Pengecekan Tegangan Girder Interior A1-P3
A. Tegangan Tahap 1 (Slab Belum di Cor)
Diagram tegangan gelagar tahap 1 dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.27 Tegangan Tahap I pada Serat Atas Gelagar Bentang 30.15m – 30.5m
– 30.15m Elemen Part-1 Max = -3310 kN/m2
Gambar 3.28 Tegangan Tahap I pada Serat Bawah Gelagar Bentang 30.15m –
30.5m – 30.15m Elemen Part-1 Max = -6633 kN/m2
- -15
B. Tegangan Tahap 2 (cor connection girder/girder cast in situ)
Diagram tegangan gelagar tahap 2 dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.29 Tegangan Tahap 2 pada Serat Atas Gelagar Bentang 30.15m –
30.5m – 30.15m Elemen Part-1 Max = -3337 kN/m2
Gambar 3.30 Tegangan Tahap 2 pada Serat Bawah Gelagar Bentang 30.15m –
30.5m – 30.15m Part-1 MaxComp = -6709 kN/m2, Maxtens= 557 kN/m2
- -16
C. Tegangan Tahap 3 (girder sudah monolit, beton belum mengeras)
Diagram tegangan gelagar tahap 3 dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.31 Tegangan Tahap 3 pada Serat Atas Gelagar Bentang 30.15m –
30.5m – 30.15m Elemen Part-1 MaxComp = -7626 kN/m2
Gambar 3.32 Tegangan Tahap 3 pada Serat Bawah Gelagar Bentang 30.15m –
30.5m – 30.15m Elemen Part -1 MaxComp = -10952 kN/m2
- -17
D. Tegangan Tahap 4 (slab sudah mengeras dan penampang sudah komposit)
Gambar 3.33 Tegangan Tahap 4 pada Serat Atas Gelagar Bentang 30.15m –
30.5m – 30.15m Elemen Part-1MaxComp = -7547 kN/m2
Gambar 3.34 Tegangan Tahap 4 pada Serat Bawah Gelagar Bentang 30.15m –
30.5m – 30.15m Elemen Part -1 MaxComp = -10980 kN/m2
- -18
E. Tegangan Tahap 5 (slab sudah mengeras dan penampang sudah komposit
dengan t=10000 day)
Gambar 3.35 Tegangan Tahap 5 pada Serat Atas Gelagar Bentang 30.15m –
30.5m – 30.15m Elemen Part-1MaxComp = -6739 kN/m2
Gambar 3.36 Tegangan Tahap 5 pada Serat Bawah Gelagar Bentang 30.15m –
30.5m – 30.15m Elemen Part -1 MaxComp = -9345 kN/m2
- -19
F. Tegangan Post CS (beban service bekerja)
Diagram tegangan gelagar tahap Post CS (beban service bekerja) dapat dilihat
pada gambar berikut.
Gambar 3.37 Tegangan Tahap Post CS pada Serat Atas Gelagar Bentang 30.15m –
30.5m – 30.15m Elemen Part-1 MaxComp = -8220 kN/m2, MaxTens =787 kN/m2
Gambar 3.38 Tegangan Tahap Post CS pada Serat Bawah Gelagar A1 – P3 Bentang
25.8m MaxTekan = -12062 kN/m2
- -20
Tabel 3.1 Resume Tegangan Girder
Berdasarkan hasil analisa, tegangan yang terjadi pada gelagar interior maupun
eksterior jembatan Andara masih di bawah tegangan yang diijinkan. Tetapi pada
slab terdapat tegangan yang melebihi tegangan ijin pada daerah tumpuan, sehingga
kelebihan tegangan pada slab ditangani dengan menambah tulangan pelat lantai.
Berikut ini adalah sket layout tendon perencanaan girder untuk jembatan Andara :
- -21
3.3 PERENCANAAN SAMBUNGAN GELAGAR (CAST IN SITU)
Sambungan gelagar pada jembatan andara ini terdapat 2 buah sambungan, dimana
sambungan gelagar ini dilakukan dengan menggunakan system cast in situ dan
system strukturnya tidak dimonolitkan dengan pier head, sehingga perlu dilakukan
perencanaan struktur pada sambungan gelagar ini. Perhitungan sambungan gelagar
cast in situ dapat dijelaskan seperti berikut.
- -22
Gambar 3.41 diagram Bidang Geser akibat kombinasi beban Env_ULS
Pada daerah sambungan diperoleh nilai momen lentur dan gaya geser sebagai
berikut
Momen lentur P1 dan P2 = 8674 kN.m
Gaya geser P1 = 4951 kN
Gaya Geser P2 = 4874 kN
- -23
Perhitungan tulangan sambungan dapat dilihat pada calculation sheet seperti
berikut.
- -24
3.4 PERENCANAAN PELAT LANTAI JEMBATAN
Aplikasi beban pada model struktur pelat lantai jembatan dapat dilihat pada gambar
berikut.
- -25
Gambar 3.46 Aplikasi beban UDL dan KEL 3
- -26
Gambar 3.50 Doagram bidang Geser Pelat Lantai Jembatan
- -27
Berdasarkan hasil analisa, tulangan pelat lantai lapangan dan tumpuan
diperlukan tulangan D16-100.
- -28
3.4.4 Cek Shear Punch Pelat Lantai Jembatan
Analisa cek shear punch akibat beban roda truk dapat dilihat pada calculation sheet
seperti berikut:
- -29
Gambar 3.51 Model struktur pier head
Reaksi Beban
Girder/No Girder Girder Slab Aspal Parapet UDL KEL
(kN) (kN) (kN) (kN) (kN) (kN)
Eksterior G1 316.78 255.06 77.616 47.95 211.37 135.49
G2 316.78 308 77.616 47.95 318.78 146.51
G3 316.78 308 77.616 47.95 318.78 146.51
Interior
G4 316.78 308 77.616 47.95 318.78 146.51
G5 316.78 308 77.616 47.95 318.78 146.51
Eksterior G6 316.78 255.06 77.616 47.95 211.37 135.49
- -30
3.5.3 Aplikasi Beban
Beban-beban yang sudah direncanakan bekerja pada pier head kemudian
diaplikasikan kedalam model struktur seperti pada gambar berikut:
- -31
Gambar 3.55 Aplikasi Reaksi Beban lalulintas (RLL)
- -32
Gambar 3.57 Diagram Bidang Geser Pier Head Kombinasi Env_ULS
Gambar 3.58 Diagram Bidang Momen Torsi Pier Head Kombinasi Env_ULS
- 33
2. Perencanaan Tulangan
Tulangan Tumpuan
- -34
Tulangan Lapangan
- -35
Gambar 3.59 Sket Tulangan Pier Head P1 dan P2
- -36