Laporan Puskesmas
Laporan Puskesmas
Laporan Puskesmas
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan Laporan Analisa SWOT P2 Imunisasi di UPTD Puskesmas Mulyorejo,
periode 20 – 26 Januai 2020. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat dalam mencapai
kompetensi Program Ners pada Program Studi Pendidikan Ners Universitas Muhammadiyah
Surabaya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu hingga
laporan akhir ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada:
1. dr Riana Restuti selaku Kepala Puskesmas Mulyorejo yang telah memberikan
fasilitas dan kesempatan kepada kami dalam melaksanakan Praktik Profesi
Keperawatan Komunitas di UPTD Puskesmas Mulyorejo
2. Anis Rosyiatul Husna, S.Kep., Ns., M.Kes dan Dr. Pipit Festy,SKM. M.Kes selaku
dosen pembimbing atas semua masukan, nasehat, saran, bimbingan, dan kritik
dalam menjalankan program praktik keperawatan komunitas.
3. Siti Jumaiyah,Amd.Kep dan Bayu Dian Adisetyatama A,Amd.Kep selaku
pembimbing klinik atas semua masukan, nasehat, saran,bimbingan, dan kritik
dalam menjalankan program praktik keperawatan komunitas
4. Teman-teman Profesi Ners Program A11, terima kasih atas dukungan, semangat,
dan kerja sama dalam menyelesaikan laporan ini
Penulis berharap laporan akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya
dan bagi dunia keperawatan pada khususnya. Demi kesempurnaan laporan ini, dengan senang
hati kami akan menerima segala kritik dan saran yang membangun.
Penul
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB 2 LANDASAN TEORI 2
A. Pengertian Puskesmas 2
B. Visi Dan Misi Puskesmas 2
C. Tujuan Puskesmas 2
D. Fungsi Puskesmas 3
E. Program Pokok Puskesmas 3
F. Kedudukan Puskesmas 4
G. Jangkauan Pelayanan Kesehatan 4
H. Pogram P2 Imunisasi 4
BAB 3 PEMBAHASAN 10
A. Gambaran Puskesmas Secara Umum 23
B. Gambaran P2 Imunisasi 31
C. Gambaran Analisa 5M 42
BAB 4 PENUTUP 44
A. Kesimpulan 44
B. Saran 44
DAFTAR PUSTAKA
45
1
4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengembangan Program Imunisasi (PPI) merupakan program pemerintah
dalam bidang imunisasi guna mencapai komitmen internasional Universal Child
Immunization (UCI) pada akhir 1990. Tujuan program imunisasi dalam komitmen
internasional (ultimate goal) adalah eradikasi polio (ERAPO), eliminasi tetanus
neonatorum (ETN), serta reduksi campak, yang akan dicapai pada tahun 2000.
Sedangkan target UCI 80-80-80 merupakan tujuan antara (intermediate goal)
berarti cakupan imunisasi untuk BCG, DPT, polio, campak dan hepatitis B, harus
mencapai 80% baik di tingkat nasional, propinsi, kabupaten bahkan di setiap desa
(Ismael, 2001).
Pada saat ini imunisasi sendiri sudah berkembang cukup pesat, ini terbukti
dengan menurunnya angka kesakitan dan angka kematian bayi. Angka kesakitan
bayi menurun 10% dari angka sebelumnya, sedangkan angka kematian bayi
menurun 5% dari angka sebelumnya menjadi 1,7 juta kematian setiap tahunnya di
Indonesia (Depkes RI/2009). Apabila Imunisasi dasar belum pernah diberikan
pada usia yang seharusnya tetapi belum mencapai usia 8 tahun, perlu diberikan 4
dosis DPT (1-3 berselang 1-2 bulan dan yang ke-4 diberikan enam bulan
kemudian). Apabila umur anak sudah menginjak lebih dari 8 tahun, dapat
diberikan Td (ADT=adult) vaksin difteri untuk dewasa), sebagai pengganti DT
yang diberikan 3 dosis intrv, al 1-2 bulan dengan booster TD maupun TT sepuluh
tahun kemudian (Ranuh, 2001).
Pada hakekatnya masalah imunisasi tidak luput dari perhitungan untung rugi.
Dengan imunisasi anak pasti dapat mencapai keuntungan bukan kerugian.
Keuntungan pada imunisasi tidak terlihat dalam bentuk materi. Anak yang tidak
mendapat imunisasi mempunyai resiko tinggi terjangkit penyakit infeksi dan
menular.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran program Imunisasi di Puskesmas Mulyorejo?
1.3 Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi masalah dengan analisa SWOT yang terdapat pada
pelaksanaan program Imunisasi di Puskesmas Mulyorejo.
5
BAB 2
LANDASAN TEORI
A. Definisi Puskesmas
Menurut Depkes 1991, Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional
yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina
peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk
kegiatan pokok.
Puskesmas adalah UPTD Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Kepmenkes
RI No.128/Menkes/SK/II/2004).
B. Visi dan Misi Puskesmas
1. Visi Puskesmas:
Tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya indonesia sehat 2015.
Masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara
adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
2. Misi Puskesmas:
● Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya.
● Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya.
● Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakannya.
● Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.
C. Tujuan Puskesmas
Mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni;
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas.
D. Fungsi Puskesmas
1. Pusat pembangunan berwawasan kesehatan.
2. Mengupayakan program-program pembangunan yang berwawasan
kesehatan,yaitu:
7
Sesuai dengan keadaan geografis luas wilayah, sarana yang berhubungan dan
kepadatan penduduk dalam wilayah kerja puskesmas, semua penduduk mudah
mengakses pelayanan kesehatan. Agar jangkauan lebih merata diadakan
puskesmas pembantu, penempatan bidan-bidan di desa dengan pelayanan yang
ada termasuk puskesmas keliling. Selain itu ada pula pergerakan peran serta
masyarakat untuk mengelola posyandu yang dapat menunjang pelayanan
kesehatan.
H. Konsep Program P2 Imunisasi
1. Defenisi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit
dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap
penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. (blog-
indonesia, 2008).
Istilah imunisasi dan vaksinasi seringkali diartikan sama. Imunisasi pasif
adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif. Vaksinasi adalah
imunisasi aktif dengan pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang
pembentukan imunitas (antibodi) oleh sistem imun di dalam tubuh.
Kekebalan tubuh dapat dimiliki secara pasif maupun aktif. Keduanya dapat
diperoleh secara alami maupun buatan. Kekebalan pasif yang didapatkan secara
alami adalah kekebalan yang didapatkan transplasenta, yaitu antibodi diberikan
ibu kandung secara pasif melalu plasenta kepada janin yang dikandungnya.
Sedangkan, kekebalan pasif (buatan) adalah pemberian antibodi yang sudah
disiapkan dan dimasukkan ke dalam tubuh anak.
Kekebalan aktif dapat diperoleh pula secara alami maupun buatan. Secara
alami, kekebalan tubuh didapatkan apabila anak terjangkit suatu penyakit, yang
berarti masuknya antigen yang akan merangsang tubuh anak membentuk antibodi
sendiri secara aktif dan menjadi kebal karenanya. Sedangkan, kekebalan aktif
(buatan) adalah pemberian vaksin yang merangsang tubuh manusia secara aktif
membentuk antibodi dan kebal secara spesifik terhadap antigen yang diberikan.
Pengelolaan rantai adalah pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk
menjaga vaksin tersimpan pada suhu dan kondisi yang ditetapkan. Dalang lingkup
ini, proses pembuatan vaksin di pabrik tidak dimasukan dalam petunjuk teknis
9
karena telah memiliki prosedur tersendiri dari pabrik, sesuai dengan ketentuan
WHO dan persyaratan dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Vaksin adalah suatu produk biologik yang terbuat dari kuman, komponen
kuman atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan dan berguna
untuk merangsang kekebalan tubuh seseorang. Rantai vaksin adalah suatu
prosedur yang digunakan untuk menjaga vaksin pada suhu tertentu yang telah
ditetapkan agar memiliki potensi yang baik mulai dari pembuatan vaksin sampai
pada saat pemberiannya (disuntikkan atau diteteskan) kepada sasaran
2. Tujuan Program
1. Meningkatkan kualitas program imunisasi melalui penerapan pengelolaan
vaksin dan rantai vaksin yang memenuhi standar yang telah ditetapkan
2. Memberikan pedoman bagi petugas pengelolaan program imunisasi
dalam:
a. memelihara kualitas vaksin sejak diterima di propinsi hingga saat
diberikan kesasaran melalui rantai vaksin yang benar
b. menggunakan dan merawat peralatan rantai vaksin disemua tingkatan
administrasi
c. mencegah terjadinya kerusakan vaksin akibat pembekuan bagi vaksin
yang peka terhadap pembekuan, serta akibat paparan panas berlebihan
bagi vaksin yang peka terhadap paparan panas.
d. Melaksanakan pemantauan serta pengawasan terhadap seluruh proses
pengelolaan vaksin, mulai dari perencanaan, penerimaan, perdistribusi,
penyimpanaan, dan penggunaan vaksin.
3. Kebijakan Operasional
Penyelenggaraan imunisasi telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 42 tahun 2013. Berbagai kebijakan telah ditetapkan untuk meningkatkan
cakupan imunisasi dengan kualitas yang tinggi yaitu:
1. Penyelenggaraan imunisasi dilaksanakan oleh pemerintah, swasta dan
masyarakat, dengan mempertahankan prinsip keterpaduan antara pihak
terkait.
2. Mengupayakan pemerataan jangkauan pelayanan imunisasi dengan
melibatkan berbagai sektor terkait.
3. Mengupayakan kualitas pelayanan yang bermutu.
4. Mengupayakan kesinambungan penyelenggaraan melalui perencanaan
program dan anggaran terpadu.
10
status imunisasi terlebih dahulu sebelum diputuskan dosis vaksin mana yang
diberikan.
1. Menentukan usia bayi
Lihat kartu imunisasi bayi untuk menentukan usia bayi
Jika bayi tidak memiliki kartu imunisasi, tanyakan pada ibu berapa usia
bayinya
Jika ibu tidak tau usia bayi, perkiran usia bayi denga menanyakan
apakah bayi dilahirkan bersamaan dengan kejadian penting misalnya
selama musim atau perayaaan tertentu. Ini akan memberikan Anda
informasi yang lebih baik untuk mengetahui usia bayi. Bayi-bayi dengan
usia diatas 1 tahun dan belum diberi vaksinasi secara lengkap sebaiknya
tetap menerima dosis-dosis yang belum diterima
2. Menetukan vaksin-vaksin mana yang telah diterima oleh bayi
Lihat kartu imunisasi bayi untuk mengetahui vaksin-vaksin mana yang
telah ia terima
Jika bayi tidak memiliki kartu imunisasi, tanyakan kepada ibu vaksin-
vaksin mana yang telah diterima oleh bayinya
Periksa buku register dimana Anda mungkin mendapatkan catatan
tentang dosis-dosis vaksin yang telah diterima bayi sebelumnya.
Jika ibu tidak tahu jika bayinya belum di imunisasi, atau jika tidak ada
catatan dalam buku register, berikan dosis dari semua vaksin yang layak
Bekas luka pada lengan kanan atas bayi menujukan bahwa bayi telah
menerima vaksin BCG. Jika tidak ada bekas luka pada bayi dan Anda
tidak dapat menetukan apakah dosis BCG telah diterima oleh bayi,
berikan imunisasi vaksin BCG kepada bayi.
3. Menentukan semua vaksin yang cocok untuk bayi
Tentukan vaksin-vaksin mana yang cocok untuk bayi sesuai jadwal
nasional. Ikuti beberapa petunjuk umum dibawah ini :
Jika bayi memenuhi syarat untuk menerima lebih dari 1 jenis vaksin,
vaksin-vaksin dapat diberikan semua pada pelayanan imunisasi yang
sama, tetapi ditempat-tempat suntikan yang berbeda.
Jangan pernah coba memberikan lebih dari 1 dosis yang sama vaksin
yang sama dalam 1 waktu.
Jika penundaan anatar dosis dalam penundaan minimal, jangan memulai
lagi dari awal. Sediakan saja dois yang dibutuhkan selanjutnya secara
berurutan. Misalnya, bayi dengan usia 8 bulan yang telah menerima
13
vaksin BCG, OPV1 dan DPT1 saja sebaiknya menerima OPV2, DPT2,
Campak. Beritahukan kepada ibu pentingnya membawa bayi kefasilitas
kesehatan dalam 4 minggu juntuk menerima vaksin OPV3 dan DPT3.\
Jika penundaan dalam memulai vaksinasi primer, berikan imunisasi
kepada bayi sementara menjaga waktu pemberian dosis yang
direkomendasikan.
Perencanaan harus disusun secara berjenjang mulai dari puskesmas,
kabupaten/kota, provinsi dan pusat (bottom up). Perencanaan merupakan kegiatan
yang sangat penting sehingga harus dilakukan secara benar oleh petugas yang
profesional. Kekurangan dalam perencanaan akan mengakibatkan terhambatnya
pelaksanaan program, tidak tercapainya target kegiatan, serta hilangnya
kepercayaan masyarakat. Sebaliknya kelebihan dalam perencanaan akan
mengakibatkan pemborosan keuangan negara. Perencanaan imunisasi wajib,
meliputi:
1. Penentuan Sasaran
a. Sasaran Imunisasi Rutin
1) Bayi pada imunisasi dasar
Jumlah bayi baru lahir dihitung/ditentukan berdasarkan angka yang
dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) atau sumber resmi yang
lain. Dapat juga dihitung dengan rumus CBR dikalikan jumlah
penduduk. Sasaran ini digunakan untuk menghitung imunisasi
Hepatitis B-0, BCG dan Polio1.
2. Tingkat Puskesmas
a. Hasil Cakupan Imunisasi
1. Hasil kegiatan imunisasi di lapangan dicatat di buku kuning
dan merah) ditambah laporan dari puskesmas pembantu di
rekap di buku pencatatan imunisasi puskesmas (buku biru).
2. Hasil imunisasi anak sekolah di rekap di buku hasil imunisasi
anak sekolah.
3. Hasil kegiatan imunisasi di komponen statik dicatat untuk
sementara di buku bantu, pada akhir bulan direkap ke buku
kuning atau merah sesuai dengan desa asal sasaran.
4. Laporan hasil imunisasi di balai pengobatan swasta dicatat di
buku biru dari bulan yang sesuai.
5. Setiap catatan dari buku biru ini dibuat rangkap dua. Lembar ke
2 dibawa ke kabupaten sewaktu mengambil vaksin/konsultasi.
6. Dalam menghitung persentase cakupan, yang dihitung hanya
pemberian imunisasi pada kelompok sasaran dan periode yang
dipakai adalah tahun anggaran mulai dari 1 Januari sampai
dengan 31 Desember pada tahun tersebut.
b. Pencatatan Vaksin
Keluar masuknya vaksin terperinci menurut jumlah nomor batch
dan tanggal kadaluwarsa harus dicatat ke dalam kartu stok. Sisa
atau stok vaksin harus selalu dihitung pada setiap kali penerimaan
dan pengeluaran vaksin. Masing-masing jenis vaksin mempunyai
kartu stok tersendiri. Selain itu kondisi VVM sewaktu menerima
dan mengeluarkan vaksin juga perlu dicatat di SBBK (Surat Bukti
Barang Keluar).
c. Pencatatan Suhu Lemari Es
Temperatur lemari es yang terbaca pada termometer yang
diletakkan di tempat yang seharusnya, harus dicatat dua kali sehari
yaitu pagi waktu datang dan sore sebelum pulang. Pencatatan harus
dilakukan dengan upaya perbaikan:
1. Bila suhu tercatat di bawah 2 C, harus mencurigai vaksin
Hepatitis B, DPT-HB, DT, TT, dan Td telah beku. Lakukan
uji kocok, jangan gunakan vaksin yang rusak dan buatlah
catatan pada kartu stok vaksin.
2. Bila suhu tercatat diatas 8 C, segera pindahkan vaksin ke
cold box, vaccine carrier atau termos yang berisi cukup
16
Pekerja migran
Kelompok etnik atau kelompok minoritas lainnya
Keluarga yang takut berhubungan dengan pemerintah
Kelompok yang mengalami kesulitan akses pisik
Pengungsi
Gelandangan atau keluarga yang tinggal di daerah perkotaan yang
padat
Anak jalanan
B. Advokasi untuk memperoleh dukungan
Sasaran advokasi:
Masyarakat
Umum termasuk orang tua dan anak-anak
Kelompok khusus : petugas kebersihan, pemulung, LSM, kader
masyarakat, pemuka agama, penyandang dana.
Petugas kesehatan
Keterlibatan langsung: vaksinator, bidan, dokter privat maupun publik
Media
8. Kekebalan
Dalam tubuh bayi atau anak ada 2 (dua) jenis kekebalan yang bekerja yaitu:
1) Kekebalan aktif
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh untuk
menolak terhadap suatu penyakit tertentu dimana prosesnya lambat tetapi
dapat bertahan lama.
a. Kekebalan aktif alamiah
Dimana tubuh anak membuat kekebalan sendiri setelah mengalami atau
sembuh dari suatu penyakit misalnya anak telah menderita campak. Setelah
sembuh anak tidak akan terserang campak lagi, karena tubuhnya telah
membuat zat penolakan terhadap penyakit tersebut.
b. Kekebalan aktif buatan
Kekebalan yang dibuat tubuh setelah mendapat vaksin (imunisasi),
misalnya anak diberikan vaksinasi BCG, DPT, HB, Polio dan lainnya.
9. Kekebalan pasif
Kekebalan pasif yaitu tubuh anak tidak membuat zat anti body sendiri tetapi
kekebalan tersebut diperoleh dari luar setelah memperoleh zat penolakan,
sehingga proses cepat tetapi tidak tahan lama. Kekebalan pasif ini terjadi dengan
2 cara :
a. Kekebalan pasif alamiah/ kekebalan pasif bawaan kekebalan yang
diperoleh bayi sejak lahir dari ibunya. Kekebalan ini tidak berlangsung
21
lama (kira-kira hanya sekitar 5 bulan setelah bayi lahir) misalnya difteri,
morbili dan tetanus.
b. Kekebalan pasif buatan dimana kekebalan ini diperoleh setelah mendapat
suntikan zat penolakan.
10. Tujuan Pemberian Imunisasi
a Untuk mencegah terjadinya infeksi tertentu
b Apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah
gejala yang dapat menimbulkan cacat atau kematian.
11. Syarat Pemberian Imunisasi
a Bayi dalam keadaan sehat
b Bayi umur 0-11 bulan
12. Tujuh macam penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi:
Adapun 7 (tujuh) macam penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
adalah sebagai berikut :
a. TBC
b. Polio myelitis (kelumpuhan)
c. Difteri
d. Pertusis
e. Tetanus
f. Hepatitis
g. Campak
13. Macam-macam Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan
memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang
sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang diantaranya adalah :
1) BCG
Gunanya : memberikan kekebalan terhadap penyakit tuberkolosis (TBC).
Kekebalan yang diperoleh anak tidak mutlak 100%, jadi kemungkinan
anak akan menderita penyakit TBC ringan, akan tetapi terhindar dari TBC
berat-ringan. Tempat penyuntikan : pada lengan kanan atas.
Kontra indikasi :
Anak yang sakit kulit atau infeksi kulit ditempat penyuntikan.
Anak yang telah menderita penyakit TBC.
Efek samping :
22
Reaksi normal
1. Setelah 2-3 minggu pada tempat penyuntikan akan terjadi
pembengkakan kecil berwarna merah kemudian akan menjadi luka
dengan diameter 10 mm.
2. Hal ini perlu diberitahukan kepada ibu agar tidak memberikan apapun
pada luka tersebut dan diberikan atau bila ditutup dengan menggunakan
kain kasa kering dan bersih.
3. Luka tersebut akan sembuh sendiri dan meninggalkan jaringan parut
(scar) dengan diametr 5-7 mm.
Reaksi berat
1. Kadang-kadang terjadi peradangan setempat yang agak berat/abces
yang lebih luas.
2. Pembengkakan pada kelenjar limfe pada leher atau ketiak.
2) DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus)
1. Gunanya : Memberikan kekebalan terhadap penyakit dipteri, pertusis, tetanus.
2. Tempat penyuntikan : Di paha bagian luar
Kontra indikasi :
Panas diatas 38º C
Reaksi berlebihan setelah pemberian imunisasi DPT sebelumnya
seperti panas tinggi dengan kejang, penurunan kesadaran dan syok.
Efek samping :
Reaksi lokal
1. Terjadi pembengkakan dan rasa nyeri pada tempat penyuntikan disertai
demam ringan selama 1-2 hari.
2. Pada keadaan pertama (reaksi lokal) ibu tidak perlu panic sebab panas
akan sembuh dan itu berarti kekebalan sudah dimiliki oleh bayi.
Reaksi Umum
1. Demam tinggi, kejang dan syok berat.
2. Pada keadaan kedua (reaksi umum atau reaksi yang lebih berat)
sebaiknya ibu konsultasi pada bidan atau dokter.
3) Hepatitis B
a. Gunanya : memberi kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis
b. Tempat penyuntikan : Di paha bagian luar
c. Kontra indikasi : tidak ada
23
BAB 3
PEMBAHASAN
4 10-14 2.651
5 15-19 3.084
6 20-24 3841
7 25-29 3823
8 30-34 3691
9 35-39 3554
10 40-44 3056
11 45-49 2631
12 50-54 2312
13 55-59 1996
14 60-64 1451
15 65-69 1133
16 70-74 652
17 75+ 643
JUMLAH 40.541
Pembagian penduduk berdasarkan kelurahan & jenis kelamin wilayah kerja
Puskesmas Mulyorejo :
Tabel 1.2
Pembagian Penduduk Berdasarkan Kelurahan Dan Jenis Kelamin Wilayah
Kerja Puskesmas Mulyorejo
karena sesuai vaksin masuk dari dinas kesehatan. Untuk spuit yang di
gunakan mengikuti jumlah bayi yang akan di berikan vaksin di setiap
posyandu.
❖ Analisis SWOT Program P2 Imunisasi.
STRENGHT
1. Adanya tugas, peran dan 0,2
wewenang yang jelas bagi 3 0,6
karyawan
2. Dalam kegiatan imunisasi, 0,5
pemegang program dibantu oleh
4 bidan desa dan kader di masing- 2 1
masing posyandu di setiap desa. 0,3
3. Petugas penangung jawab S-W
program imunisasi di Puskesmas 3 0,9 = 2,5-2,2
Mulyorejo satu orang dengan 1 = 0,3
latar belakang DIII Kebidanan
TOTAL 2,5
WEAKNESS
1. Pemegang program imunisasi 0,3
baru memegang program
imunisasi di Puskesmas
Mulyorejo baru satu tahun 2 0,6
2. Pemegang program imunisasi 0,2
belum mendapat pelatihan
mengenai imunisasi dan hanya
mengikuti pertemuan mengenai
vaksin polio 0,5 2 0,4
3. Adanya petugas dari
puskesmas induk yang datang
ke posyandu bersama bidan 1
desa dan kader. 3 1,5
TOTAL
Ekternal Faktor (EFAS)
0,5 2,2
OPPORTUNITY
1. Bidan posyandu melaksanakan 0,2
dengan baik tugas-tugasnya.
2. Adanya kerjasama antara 0.3
perawat, bidan dan kader.
35
TOTAL 2 0.6
0,3 2
M2 (SARANA PRASARANA)
Internal Faktor (IFAS)
0,3
STRENGHT
1. Pengiriman vaksin 0,2
dilakukan satu bulan sekali.
2. Vaksin dan BHP (bahan abis 0,2
pakai) yang digunakan 3 0,9
untuk imunisasi sesuai 1 S-W
dengan jumlah yang = 2,6-2
dibutuhkan = 0,6
3. Tempat penyimpanan vaksin 0,5 3 0,9
sudah tersedia dan memadai
4. Tempat penyelengaraan : 2 0,4
balai RW, rumah kader 0,5
TOTAL 2 0,4
WEAKNESS 1
1. Promosi kesehatan pada 2,6
posyandu masih kurang optimal
2. Jumlah vaksin yang sudah
ditentukan oleh dinas kesehatan 0,5 2 1
sehingga jumlah vaksin yang
masuk perbulan tidak sama 0,5
TOTAL 2 1
Ekternal Faktor (EFAS) 1
OPPORTUNITY 2
1. Pengambilan vaksin rutin setiap 1
36
bulan.
2. Vaksin dan BHP diberikan secara
gratis dari dinas kesehatan.
TOTAL
2 1
THREATENED O–T
1. Bangunan puskesmas sudah 3 1.5 = 2,5 – 2
sesuai dengan kebutuhan = 0,5
pelaksanaan program imunisasi 2.5
TOTAL
1 2 2
3. M3-METODE
Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Puskesmas memiliki visi,
misi dan motto sebagai acuan 0,1 2 0.2
melaksanakan kegiatan
pelayanan.
2. Terlaksananya komunikasi 0,1 2 0.2
yang adekuat antar tenaga
kesehatan dan kader posyandu
3. Mempunyai Protap untuk 0,1 2 0,2
setiap tindakan.
4. Kegiatan posyandu 0.1 2 0.2 S–W
Dilakukan langsung ketempat = 2,1 – 2
sasaran dengan melibatkan = 0,1
Pustu dan Bidan Desa
5. Adanya kebijakan 0,2 3 0,6
pemerintah terkait dengan
pemberian imunisasi lengkap 0,1 2 0,2
kepada setiap bayi dan anak
6. Pencatatan dan pelaporan 0,1 2 0,2
hasil imunisasi sudah melalui
sistem online dan manual. 0.1 2 0.2
7. Jumlah posyandu di wilayah
cakupan UPT Puskesmas 0.1 1 0.1
Mulyorejo sebayak 35
posyandu 1
8. Setiap ada vaksin baru selalu
di sosialisasikan kepada 2.1
masyarakat dan kader
TOTAL 0,5 2 1
WEAKNESS
37
STRENGTH
1. Dana operasional Puskesmas 0,4 3 1,2 S–W
diperoleh dari Pemerintah Kota = 3 – 2,5
2. Dana fasilitas kesehatan 0,4 3 1,2 = 0,5
diperoleh dari Puskesmas
3. Dana kesejahteran pegawai 0,2 3 0,6
diperoleh dari Puskesmas dan
sebagian dari pemerintah.
38
TOTAL 1 3
WEAKNESS
1. Tidak adanya sumber dana/atau 0,5 2 1
bantuan dari pihak lain untuk
pelaksanaan kegiatan imunisasi
di Puskesmas Mulyorejo 0,5 3 1,5
2. Sistem administrasi terpusat
1 2,5
TOTAL
OPPORTUNITY 1 3 3
1. Kegiatan imunisasi dilaksanakan
secara gratis tanpa di pungut
biaya. 1 3 O–T
TOTAL = 3 – 2.5
= 0.5
TREATHENED
1. Adanya tuntutan dari 0,5 4 2
masyarakat untuk pelayanan
yang lebih profesional
2. Adanya keterlambatan pencairan 0,5 1 0.5
dana transport untuk Imunisasi
dari dana BOK TOTAL
1 2.5
5. M5 (Marketing)
Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Kegiatan posyandu berjalan 1 3 3 S–W
dengan baik. =3–2
TOTAL 1 3 =1
WEAKNESS
1. Target 92% dalam setahun 1 2 2
namun belum maksimal, hanya
76,93 sampai bulan oktober. 1 2
TOTAL
TREATHENED
1. Adanya peningkatan standart 0,5 2 1
masyarakat yang harus
dipenuhi
2. Persaingan program puskesmas 0,5 2 1
dalam memberikan pelayanan
keperawatan
TOTAL 1 2
-0,6
-0,7
4 -0,8 2
-0,9
-1,1
-1
-2,2
Interpretasi :
Kuadran 1 menggambarkan bahwa situasi yang sangat baik karena ada kekuatan
yang dimanfaatkan untuk meraih peluang yang menguntungkan. Untuk itu dapat
digunakan alternatif strategi 1 yakni pengembangan ( strategi agresif ).
Prioritas Masalah
41
1. M2/Fasilitas
2. M1/Tenaga kesehatan
BAB 4
PENUTUP
A. Kesimpulan
Program pelayanan kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu
prioritas utama pembangunan kesehatan dan menjadi masalah nasional
karena sangat menetukan kualitas sumber daya manusia (SDM) pada
generasi mendatang. Program ini bertanggung jawab terhadap pelayanan
kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi neonatal. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa masalah yang ada pada posyandu balita ini dapat
menggambarkan bahwa organisasi mengalami kelemahan dalam segi
42
fasilitas yang masih kurang karena keterbatasan tempat juga sehingga cara
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pelayanannya adalah
dengan memperbaiki, mengubah cara, menghilangkan penyebab masalah
agar ancaman dapat dihindari.
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami sebagai mahasiswi dan
pembaca untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai analisa
SWOT terutama dalam analisa SWOT puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA
Meiliyana Wijaya, Elsye Angella Wanda, Nelly Tina Widjaja. 2013. Pengaruh