Laporan Puskesmas

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PUSKESMAS

“ANALISA SWOT P2 IMUNISASI”


DI UPTD PUSKESMAS MULYOREJO SURABAYA

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3


1. RIFMA YUNIAR M.W,S.Kep (20194663064)
2. ADI PRASETYO,S.Kep (20194663032)
3. AHMAD HUMAIDI,S.Kep (20194663079)
4. ZINATUL WIDAD,S.Kep (20194663076)

PROGRAAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan Laporan Analisa SWOT P2 Imunisasi di UPTD Puskesmas Mulyorejo,
periode 20 – 26 Januai 2020. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat dalam mencapai
kompetensi Program Ners pada Program Studi Pendidikan Ners Universitas Muhammadiyah
Surabaya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu hingga
laporan akhir ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada:
1. dr Riana Restuti selaku Kepala Puskesmas Mulyorejo yang telah memberikan
fasilitas dan kesempatan kepada kami dalam melaksanakan Praktik Profesi
Keperawatan Komunitas di UPTD Puskesmas Mulyorejo
2. Anis Rosyiatul Husna, S.Kep., Ns., M.Kes dan Dr. Pipit Festy,SKM. M.Kes selaku
dosen pembimbing atas semua masukan, nasehat, saran, bimbingan, dan kritik
dalam menjalankan program praktik keperawatan komunitas.
3. Siti Jumaiyah,Amd.Kep dan Bayu Dian Adisetyatama A,Amd.Kep selaku
pembimbing klinik atas semua masukan, nasehat, saran,bimbingan, dan kritik
dalam menjalankan program praktik keperawatan komunitas
4. Teman-teman Profesi Ners Program A11, terima kasih atas dukungan, semangat,
dan kerja sama dalam menyelesaikan laporan ini
Penulis berharap laporan akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya
dan bagi dunia keperawatan pada khususnya. Demi kesempurnaan laporan ini, dengan senang
hati kami akan menerima segala kritik dan saran yang membangun.

Surabaya,5 Februari 2020

Penul
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB 2 LANDASAN TEORI 2
A. Pengertian Puskesmas 2
B. Visi Dan Misi Puskesmas 2
C. Tujuan Puskesmas 2
D. Fungsi Puskesmas 3
E. Program Pokok Puskesmas 3
F. Kedudukan Puskesmas 4
G. Jangkauan Pelayanan Kesehatan 4
H. Pogram P2 Imunisasi 4
BAB 3 PEMBAHASAN 10
A. Gambaran Puskesmas Secara Umum 23
B. Gambaran P2 Imunisasi 31
C. Gambaran Analisa 5M 42
BAB 4 PENUTUP 44
A. Kesimpulan 44
B. Saran 44
DAFTAR PUSTAKA
45

1
4

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengembangan Program Imunisasi (PPI) merupakan program pemerintah
dalam bidang imunisasi guna mencapai komitmen internasional Universal Child
Immunization (UCI) pada akhir 1990. Tujuan program imunisasi dalam komitmen
internasional (ultimate goal) adalah eradikasi polio (ERAPO), eliminasi tetanus
neonatorum (ETN), serta reduksi campak, yang akan dicapai pada tahun 2000.
Sedangkan target UCI 80-80-80 merupakan tujuan antara (intermediate goal)
berarti cakupan imunisasi untuk BCG, DPT, polio, campak dan hepatitis B, harus
mencapai 80% baik di tingkat nasional, propinsi, kabupaten bahkan di setiap desa
(Ismael, 2001).
Pada saat ini imunisasi sendiri sudah berkembang cukup pesat, ini terbukti
dengan menurunnya angka kesakitan dan angka kematian bayi. Angka kesakitan
bayi menurun 10% dari angka sebelumnya, sedangkan angka kematian bayi
menurun 5% dari angka sebelumnya menjadi 1,7 juta kematian setiap tahunnya di
Indonesia (Depkes RI/2009). Apabila Imunisasi dasar belum pernah diberikan
pada usia yang seharusnya tetapi belum mencapai usia 8 tahun, perlu diberikan 4
dosis DPT (1-3 berselang 1-2 bulan dan yang ke-4 diberikan enam bulan
kemudian). Apabila umur anak sudah menginjak lebih dari 8 tahun, dapat
diberikan Td (ADT=adult) vaksin difteri untuk dewasa), sebagai pengganti DT
yang diberikan 3 dosis intrv, al 1-2 bulan dengan booster TD maupun TT sepuluh
tahun kemudian (Ranuh, 2001).
Pada hakekatnya masalah imunisasi tidak luput dari perhitungan untung rugi.
Dengan imunisasi anak pasti dapat mencapai keuntungan bukan kerugian.
Keuntungan pada imunisasi tidak terlihat dalam bentuk materi. Anak yang tidak
mendapat imunisasi mempunyai resiko tinggi terjangkit penyakit infeksi dan
menular.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran program Imunisasi di Puskesmas Mulyorejo?
1.3 Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi masalah dengan analisa SWOT yang terdapat pada
pelaksanaan program Imunisasi di Puskesmas Mulyorejo.
5

1.4 Tujuan Khusus


Agar mahasiswa memperoleh kemampuan, ketrampilan dan pelayanan
tentang berbagai bentuk program pendidikan di Puskesmas sehingga mahasiswa
mampu mengaplikasikan teori yang diberikan dalam kuliah dengan praktek
lapangan melalui tahap-tahap:
a. Mengidentifikasi program puskesmas P2 Imunisasi
b. Mengidentifikasi Analisa Swot Imunisasi
1.5 Manfaat Laporan Puskesmas
Agar dapat digunakan sebagaiu informasi tambahan mengenai Analisa SWOT
Imunisasi puskesmas Mulyorejo
6

BAB 2
LANDASAN TEORI

A. Definisi Puskesmas
Menurut Depkes 1991, Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional
yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina
peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk
kegiatan pokok.
Puskesmas adalah UPTD Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Kepmenkes
RI No.128/Menkes/SK/II/2004).
B. Visi dan Misi Puskesmas
1. Visi Puskesmas:
Tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya indonesia sehat 2015.
Masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara
adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
2. Misi Puskesmas:
● Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya.
● Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya.
● Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakannya.
● Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.
C. Tujuan Puskesmas
Mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni;
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas.
D. Fungsi Puskesmas
1. Pusat pembangunan berwawasan kesehatan.
2. Mengupayakan program-program pembangunan yang berwawasan
kesehatan,yaitu:
7

● Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah


kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan
kesehatan.
● Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.
● Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.
3. Pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat.
4. Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga, dan
masyarakat:
● Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat.
● Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk
pembiayaan.
● Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan
program kesehatan.
5. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama yaitu menyelenggarakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan yang meliputi:
● Pelayanan kesehatan masyarakat (public goods)
● Pelayanan kesehatan perorangan (private goods)
E. Program Pokok Puskesmas
Puskesmas XX melaksanakan 6 program wajib yaitu:
1. Promosi Kesehatan
2. Upaya Kesehatan Lingkungan
3. Upaya Perbaikan Gizi
4. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB
5. Upaya Pemberantasan Penyakit Menular
6. Upaya Pengobatan
Ditambah dengan Program Pengembangan, yaitu:
1. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
2. Upaya Pemberantasan Penyakit tidak menular
3. Upaya kesehatan Usia Lanjut (USILA)
4. Upaya Laboratorium Sederhana
F. Kedudukan Puskesmas
1. Kedudukan secara administratif : puskesmas bertanggung jawab secara
teknis maupun administratif kepada Dinkes Dati II
2. Kedudukan dalam Hirarki pelayanan kesehatan adalah membantu Dinkes
Dati II
G. Jangkauan Pelayanan Kesehatan
8

Sesuai dengan keadaan geografis luas wilayah, sarana yang berhubungan dan
kepadatan penduduk dalam wilayah kerja puskesmas, semua penduduk mudah
mengakses pelayanan kesehatan. Agar jangkauan lebih merata diadakan
puskesmas pembantu, penempatan bidan-bidan di desa dengan pelayanan yang
ada termasuk puskesmas keliling. Selain itu ada pula pergerakan peran serta
masyarakat untuk mengelola posyandu yang dapat menunjang pelayanan
kesehatan.
H. Konsep Program P2 Imunisasi
1. Defenisi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit
dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap
penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. (blog-
indonesia, 2008).
Istilah imunisasi dan vaksinasi seringkali diartikan sama. Imunisasi pasif
adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif. Vaksinasi adalah
imunisasi aktif dengan pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang
pembentukan imunitas (antibodi) oleh sistem imun di dalam tubuh.
Kekebalan tubuh dapat dimiliki secara pasif maupun aktif. Keduanya dapat
diperoleh secara alami maupun buatan. Kekebalan pasif yang didapatkan secara
alami adalah kekebalan yang didapatkan transplasenta, yaitu antibodi diberikan
ibu kandung secara pasif melalu plasenta kepada janin yang dikandungnya.
Sedangkan, kekebalan pasif (buatan) adalah pemberian antibodi yang sudah
disiapkan dan dimasukkan ke dalam tubuh anak.
Kekebalan aktif dapat diperoleh pula secara alami maupun buatan. Secara
alami, kekebalan tubuh didapatkan apabila anak terjangkit suatu penyakit, yang
berarti masuknya antigen yang akan merangsang tubuh anak membentuk antibodi
sendiri secara aktif dan menjadi kebal karenanya. Sedangkan, kekebalan aktif
(buatan) adalah pemberian vaksin yang merangsang tubuh manusia secara aktif
membentuk antibodi dan kebal secara spesifik terhadap antigen yang diberikan.
Pengelolaan rantai adalah pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk
menjaga vaksin tersimpan pada suhu dan kondisi yang ditetapkan. Dalang lingkup
ini, proses pembuatan vaksin di pabrik tidak dimasukan dalam petunjuk teknis
9

karena telah memiliki prosedur tersendiri dari pabrik, sesuai dengan ketentuan
WHO dan persyaratan dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Vaksin adalah suatu produk biologik yang terbuat dari kuman, komponen
kuman atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan dan berguna
untuk merangsang kekebalan tubuh seseorang. Rantai vaksin adalah suatu
prosedur yang digunakan untuk menjaga vaksin pada suhu tertentu yang telah
ditetapkan agar memiliki potensi yang baik mulai dari pembuatan vaksin sampai
pada saat pemberiannya (disuntikkan atau diteteskan) kepada sasaran
2. Tujuan Program
1. Meningkatkan kualitas program imunisasi melalui penerapan pengelolaan
vaksin dan rantai vaksin yang memenuhi standar yang telah ditetapkan
2. Memberikan pedoman bagi petugas pengelolaan program imunisasi
dalam:
a. memelihara kualitas vaksin sejak diterima di propinsi hingga saat
diberikan kesasaran melalui rantai vaksin yang benar
b. menggunakan dan merawat peralatan rantai vaksin disemua tingkatan
administrasi
c. mencegah terjadinya kerusakan vaksin akibat pembekuan bagi vaksin
yang peka terhadap pembekuan, serta akibat paparan panas berlebihan
bagi vaksin yang peka terhadap paparan panas.
d. Melaksanakan pemantauan serta pengawasan terhadap seluruh proses
pengelolaan vaksin, mulai dari perencanaan, penerimaan, perdistribusi,
penyimpanaan, dan penggunaan vaksin.
3. Kebijakan Operasional
Penyelenggaraan imunisasi telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 42 tahun 2013. Berbagai kebijakan telah ditetapkan untuk meningkatkan
cakupan imunisasi dengan kualitas yang tinggi yaitu:
1. Penyelenggaraan imunisasi dilaksanakan oleh pemerintah, swasta dan
masyarakat, dengan mempertahankan prinsip keterpaduan antara pihak
terkait.
2. Mengupayakan pemerataan jangkauan pelayanan imunisasi dengan
melibatkan berbagai sektor terkait.
3. Mengupayakan kualitas pelayanan yang bermutu.
4. Mengupayakan kesinambungan penyelenggaraan melalui perencanaan
program dan anggaran terpadu.
10

5. Perhatian khusus diberikan untuk wilayah rawan sosial, rawan penyakit


(KLB) dan daerah-daerah sulit secara geografis.
4. Kegiatan Imunisasi
1. Kegiatan Operasional Rutin
Kegiatan pelayanan imunisasi terdiri dari kegiatan operasional rutin dan
khusus. Dengan semakin mantapnya unit pelayanan imunisasi, maka posi
kegiatan imunisasi khusus semakin kecil. Imunisasi Dasar pada Bayi
(BCG, DPT, Polio, Hepatitis B, dan Campak)
Jadwal Pemberian Imunisasi
Selang
Pemberian
Vaksin waktu Umur Keterangan
Imunisasi
Pemberian
0-11
BCG 1x
bulan
3x 2-11
DPT 6 minggu
(DPT 1,2,3) bulan
4x
0-11
Polio (Polio, 6 minggu
bulan
1,2,3,4)
9-11
Campak 1x
bulan
Untuk bayi yang lahir di
3x RS/Pusk/RB/Rumah oleh nakes HB
Hepatitis 0-11
(Hep.B 6 minggu segera diberikan dalam 24 jam pertama
B bulan
1,2,3) kelahiran, BCG, Polio diberikan
sebelum bayi pulang kerumah

2. Kegiatan Operasional Khusus


Kegiatan operasional khusus hanya dilakukan atas dasar ditemukannya
masalah dari hasil pemantauan, dan atau evaluasi. Meskipun beberapa
diantaranya telah memiliki langkah-langkah yang baku, namun karena
ditujukan untuk mengatasi masalah tertentu maka tidak dapat diterapkan
secara rutin.
Kegiatan operasional khusus ini meliputi :
- Sweeping di desa dengan cakupan yang rendah dalam 2 bulan terakhir
- BLF di desa non UCI 2 tahun berturut-turut
Merupakan upaya aktif untuk melengkapi imunisasi dasar pada anak
yang berumur di bawah 3 (tiga) tahun. Kegiatan ini diprioritaskan untuk
dilaksanakan di desa yang selama 2 (dua) tahun berturut-turut tidak
mencapai UCI
11

- Crash di desa non UCI 3 tahun berturut-turut


Kegiatan ini ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi secara
cepat untuk mencegah terjadinya KLB. Kriteria pemilihan daerah yang
akan dilakukan crash program adalah:
1. Angka kematian bayi akibat PD3I tinggi
2. Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang
3. Desa yang selama 3 tahun berturut-turut tidak mencapai UCI
Crash program bisa dilakukan untuk satu atau lebih jenis imunisasi,
misalnya campak, atau campak terpadu dengan polio
- Massal (untuk antigen tertentu misalnya MNTE, Catch up Campaign
Campak disekolah)
Merupakan suatu upaya untuk memutuskan transmisi penularan virus
campak pada anak usia sekolah dasar. Kegiatan ini dilakukan dengan
pemberian imunisasi campak secara serentak pada anak sekolah dasar
dari kelas satu hingga kelas enam SD atau yang sederajat, serta anak usia
6 - 12 tahun yang tidak sekolah, tanpa mempertimbangkan status
imunisasi sebelumnya. Pemberian imunisasi campak pada waktu catch
up campaign campak di samping untuk memutus rantai penularan, juga
berguna sebagai booster atau imunisasi ulangan (dosis kedua).
- Outbreak Respons
Pedoman pelaksanaan imunisasi dalam penanganan KLB disesuaikan
dengan situasi epidemiologis penyakit masing-masing.
- PIN (Pekan Imunisasi Nasional)
Merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara serentak di
suatu negara dalam waktu yang singkat. PIN bertujuan untuk
memutuskan mata rantai penyebaran suatu penyakit (misalnya polio).
Imunisasi yang diberikan pada PIN diberikan tanpa memandang status
imunisasi sebelumnya.
- Sub PIN
Merupakan kegiatan serupa dengan PIN tetapi dilaksanakan pada
wilayah wilayah terbatas (beberapa provinsi atau kabupaten/kota).
5.Target Sasaran
Setiap sasaran mengunjungi tempat pelayanan imunisasi, mereka sebaiknya
diperiksa dan diberi semua vaksin yang layak merak terima. Tentukan usia dan
12

status imunisasi terlebih dahulu sebelum diputuskan dosis vaksin mana yang
diberikan.
1. Menentukan usia bayi
 Lihat kartu imunisasi bayi untuk menentukan usia bayi
 Jika bayi tidak memiliki kartu imunisasi, tanyakan pada ibu berapa usia
bayinya
 Jika ibu tidak tau usia bayi, perkiran usia bayi denga menanyakan
apakah bayi dilahirkan bersamaan dengan kejadian penting misalnya
selama musim atau perayaaan tertentu. Ini akan memberikan Anda
informasi yang lebih baik untuk mengetahui usia bayi. Bayi-bayi dengan
usia diatas 1 tahun dan belum diberi vaksinasi secara lengkap sebaiknya
tetap menerima dosis-dosis yang belum diterima
2. Menetukan vaksin-vaksin mana yang telah diterima oleh bayi
 Lihat kartu imunisasi bayi untuk mengetahui vaksin-vaksin mana yang
telah ia terima
 Jika bayi tidak memiliki kartu imunisasi, tanyakan kepada ibu vaksin-
vaksin mana yang telah diterima oleh bayinya
 Periksa buku register dimana Anda mungkin mendapatkan catatan
tentang dosis-dosis vaksin yang telah diterima bayi sebelumnya.
 Jika ibu tidak tahu jika bayinya belum di imunisasi, atau jika tidak ada
catatan dalam buku register, berikan dosis dari semua vaksin yang layak
 Bekas luka pada lengan kanan atas bayi menujukan bahwa bayi telah
menerima vaksin BCG. Jika tidak ada bekas luka pada bayi dan Anda
tidak dapat menetukan apakah dosis BCG telah diterima oleh bayi,
berikan imunisasi vaksin BCG kepada bayi.
3. Menentukan semua vaksin yang cocok untuk bayi
Tentukan vaksin-vaksin mana yang cocok untuk bayi sesuai jadwal
nasional. Ikuti beberapa petunjuk umum dibawah ini :
 Jika bayi memenuhi syarat untuk menerima lebih dari 1 jenis vaksin,
vaksin-vaksin dapat diberikan semua pada pelayanan imunisasi yang
sama, tetapi ditempat-tempat suntikan yang berbeda.
 Jangan pernah coba memberikan lebih dari 1 dosis yang sama vaksin
yang sama dalam 1 waktu.
 Jika penundaan anatar dosis dalam penundaan minimal, jangan memulai
lagi dari awal. Sediakan saja dois yang dibutuhkan selanjutnya secara
berurutan. Misalnya, bayi dengan usia 8 bulan yang telah menerima
13

vaksin BCG, OPV1 dan DPT1 saja sebaiknya menerima OPV2, DPT2,
Campak. Beritahukan kepada ibu pentingnya membawa bayi kefasilitas
kesehatan dalam 4 minggu juntuk menerima vaksin OPV3 dan DPT3.\
 Jika penundaan dalam memulai vaksinasi primer, berikan imunisasi
kepada bayi sementara menjaga waktu pemberian dosis yang
direkomendasikan.
Perencanaan harus disusun secara berjenjang mulai dari puskesmas,
kabupaten/kota, provinsi dan pusat (bottom up). Perencanaan merupakan kegiatan
yang sangat penting sehingga harus dilakukan secara benar oleh petugas yang
profesional. Kekurangan dalam perencanaan akan mengakibatkan terhambatnya
pelaksanaan program, tidak tercapainya target kegiatan, serta hilangnya
kepercayaan masyarakat. Sebaliknya kelebihan dalam perencanaan akan
mengakibatkan pemborosan keuangan negara. Perencanaan imunisasi wajib,
meliputi:
1. Penentuan Sasaran
a. Sasaran Imunisasi Rutin
1) Bayi pada imunisasi dasar
Jumlah bayi baru lahir dihitung/ditentukan berdasarkan angka yang
dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) atau sumber resmi yang
lain. Dapat juga dihitung dengan rumus CBR dikalikan jumlah
penduduk. Sasaran ini digunakan untuk menghitung imunisasi
Hepatitis B-0, BCG dan Polio1.

Bayi = CBR X Jumlah Penduduk


Jumlah bayi yang bertahan hidup (Surviving Infant)
dihitung/ditentukan berdasarkan jumlah bayi baru lahir dikurangi
dengan jumlah kematian bayi yang didapat dari Infant Mortality Rate
(IMR) dikalikan dengan jumlah bayi baru lahir. Sasaran ini digunakan
untuk menghitung imunisasi yang diberikan pada bayi usia 2-11 bulan.

Surviving Infant (SI) = Jumlah bayi – (IMR x Jumlah bayi)

Jumlah batita dihitung/ditentukan berdasarkan jumlah Surviving infant


(SI).
6. Pencatatan dan Pelaporan
14

Pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan posyandu setiap bulannya sesuai


dengan tabel pencatatan yang ada. Pencatatan hasil kegiatan di setiap posyandu
dibantu oleh kader posyandu. Namun kader yang ada di setiap posyandu kurang
jika dibandingkan jumlah sasaran yang ada disetiap desa.
Pencatatan dan pelaporan dalam manajemen imunisasi wajib memegang
peranan penting dan sangat menentukan. Selain menunjang pelayanan imunisasi
juga menjadi dasar untuk membuat keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan
maupun evaluasi.
A. Pencatatan
Untuk masing-masing tingkat administrasi perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Tingkat Desa
a. Sasaran Imunisasi
Pencatatan bayi dan ibu hamil untuk persiapan pelayanan imunisasi
meliputi nama, orang tua dan tanggal lahir. Petugas
mengompilasikan data sasaran tersebut ke dalam buku pencatatan
hasil imunisasi bayi dan ibu. Status imunisasi juga dicatat dalam
buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang dibawa oleh sasaran,
rekam medis, dan/atau kohort.
b. Hasil Cakupan Imunisasi
Pencatatan hasil imunisasi untuk bayi (BCG, DPT, Polio, Campak,
Hepatitis B) dibuat oleh petugas imunisasi di buku kuning/kohort
bayi. Satu buku biasanya untuk 1 desa. Untuk masing-masing bayi,
imunisasi yang diberikan pada hari itu dicatat di buku KIA.
c. Pencatatan hasil imunisasi TT untuk WUS termasuk ibu hamil dan
calon pengantin menggunakan buku catatan imunisasi WUS atau
dicatat buku kohort ibu. Imunisasi TT hari itu juga dicatat dalam
buku KIA. Untuk pencatatan imunisasi anak sekolah, imunisasi
DT, campak atau Td yang diberikan, dicatat pada format pelaporan
BIAS dan 1 kopi diberikan kepada sekolah. Bila pada waktu bayi
terbukti pernah mendapat DPT-HB, maka DPT-HB2 dicatat
sebagai T1 dan DPT-HB3 dicatat sebagai T2 pada kartu TT,
sehingga pemberian DT/Td di sekolah dicatat sebagai T3. Bila
tidak terbukti pernah mendapat suntikan DPT-HB pada waktu bayi,
maka DT dicatat sebagai T1.
15

2. Tingkat Puskesmas
a. Hasil Cakupan Imunisasi
1. Hasil kegiatan imunisasi di lapangan dicatat di buku kuning
dan merah) ditambah laporan dari puskesmas pembantu di
rekap di buku pencatatan imunisasi puskesmas (buku biru).
2. Hasil imunisasi anak sekolah di rekap di buku hasil imunisasi
anak sekolah.
3. Hasil kegiatan imunisasi di komponen statik dicatat untuk
sementara di buku bantu, pada akhir bulan direkap ke buku
kuning atau merah sesuai dengan desa asal sasaran.
4. Laporan hasil imunisasi di balai pengobatan swasta dicatat di
buku biru dari bulan yang sesuai.
5. Setiap catatan dari buku biru ini dibuat rangkap dua. Lembar ke
2 dibawa ke kabupaten sewaktu mengambil vaksin/konsultasi.
6. Dalam menghitung persentase cakupan, yang dihitung hanya
pemberian imunisasi pada kelompok sasaran dan periode yang
dipakai adalah tahun anggaran mulai dari 1 Januari sampai
dengan 31 Desember pada tahun tersebut.
b. Pencatatan Vaksin
Keluar masuknya vaksin terperinci menurut jumlah nomor batch
dan tanggal kadaluwarsa harus dicatat ke dalam kartu stok. Sisa
atau stok vaksin harus selalu dihitung pada setiap kali penerimaan
dan pengeluaran vaksin. Masing-masing jenis vaksin mempunyai
kartu stok tersendiri. Selain itu kondisi VVM sewaktu menerima
dan mengeluarkan vaksin juga perlu dicatat di SBBK (Surat Bukti
Barang Keluar).
c. Pencatatan Suhu Lemari Es
Temperatur lemari es yang terbaca pada termometer yang
diletakkan di tempat yang seharusnya, harus dicatat dua kali sehari
yaitu pagi waktu datang dan sore sebelum pulang. Pencatatan harus
dilakukan dengan upaya perbaikan:
1. Bila suhu tercatat di bawah 2 C, harus mencurigai vaksin
Hepatitis B, DPT-HB, DT, TT, dan Td telah beku. Lakukan
uji kocok, jangan gunakan vaksin yang rusak dan buatlah
catatan pada kartu stok vaksin.
2. Bila suhu tercatat diatas 8 C, segera pindahkan vaksin ke
cold box, vaccine carrier atau termos yang berisi cukup
16

cold pack (kotak dingin beku). Bila perbaikan lemari es


lebih dari 2 hari, vaksin harus dititipkan di puskesmas
terdekat atau kabupaten. Vaksin yang telah kontak dengan
suhu kamar lebih dari periode waktu tertentu, harus
dibuang setelah dicatat di kartu stok vaksin.
d. Pencatatan Logistik Imunisasi
Disamping vaksin, logistik imunisasi lain seperti cold chain harus
dicatat jumlah, keadaan, beserta nomor seri serta tahun (lemari es,
mini freezer, vaccine carrier, container) harus dicatat ke dalam
kolom keterangan. Untuk peralatan habis pakai seperti ADS, safety
box dan spare part cukup dicatat jumlah dan jenisnya.
3. Tingkat Kabupaten/Kota
a. Hasil cakupan imunisasi
Kompilasi laporan hasil imunisasi dari semua puskesmas dan RSU
kabupaten maupun rumah sakit swasta dilakukan setiap bulan dan
dicatat di buku hasil imunisasi kabupaten/Kota. Setiap catatan dari
buku ini dibuat dalam rangkap dua. Lembar ke 2 dibawa ke
provinsi pada waktu mengambil vaksin/konsultasi.
b. Pencatatan vaksin
Penerimaan dan pengeluaran vaksin terperinci menurut jumlah,
nomor batch dan tanggal kadaluwarsa harus dicatat dalam buku
stok vaksin. Sisa atau stok vaksin harus dihitung pada setiap kali
penerimaan atau pengeluaran vaksin. Masing-masing jenis vaksin
mempunyai buku stok tersendiri. Selain itu kondisi VVM sewaktu
menerima dan mengirimkan vaksin ke puskesmas juga perlu
dicatat pada buku stok dan SBBK (Surat Bukti Barang Keluar).
c. Pencatatan logistik imunisasi
Disamping penerimaan dan pengeluaran vaksin juga dicatat nomor
seri untuk sarana cold chain (lemari es, freezer, vaccine carrier)
dan keadaan sarana dicatat ke dalam kolom keterangan. Untuk
peralatan habis pakai seperti ADS perlu juga dicatat nomor seri/lot
masa kadaluwarsa, jumlah dan merk, safety box cukup dicatat
jumlah dan jenisnya.
4. Tingkat Provinsi
a. Hasil Cakupan Imunisasi
17

Kompilasi laporan hasil imunisasi dari semua kabupaten/kota


dilakukan setiap bulan dan dicatat di buku hasil vaksinasi provinsi.
Setiap catatan di buku ini dibuat dalam rangkap dua. Lembar ke 2
dikirimkan ke pusat.
b. Pencatatan Vaksin
Keluar masuknya vaksin terperinci menurut jumlah, nomor batch
dan tanggal kadaluwarsa harus dicatat ke dalam buku stok vaksin.
Sisa atau stok vaksin harus selalu dihitung pada setiap kali
penerimaan atau pengeluaran vaksin. Masing-masing jenis vaksin
mempunyai buku stok tersendiri. Keluar masuknya barang
termasuk vaksin harus dicatat di buku umum. Jenis vaksin, nomor
batch dan kondisi VVM saat diterima atau dikeluarkan untuk
vaksin
c. Pencatatan Barang Imunisasi
Disamping vaksin sarana cold chain (lemari es, freezer, vaccine
carrier, container) harus dicatat nomor seri, tahun dan keadaan ke
dalam format pencatatan. Untuk peralatan seperti jarum, syringe
dan spare part cukup dicatat jumlah dan jenisnya.
B. Pelaporan
Hasil pencatatan imunisasi yang dilakukan oleh setiap unit yang
melakukan kegiatan imunisasi, mulai dari puskesmas pembantu,
puskesmas, rumah sakit umum, balai imunisasi swasta, rumah sakit
swasta, klinik swasta disampaikan kepada pengelola program masing-
masing tingkat administrasi dan dilaporkan secara berjenjang ke tingkat
atasnya sesuai waktu yang telah ditetapkan. Sebaliknya, umpan balik
laporan. Dikirimkan secara berjenjang dari tingkat atas ke tingkat lebih
bawah.
7. Peran Serta Masyarakat
Merupakan upaya untuk pelayanan imunisasi dapat berjalan optimal dan
timbul rasa memiliki dari masyarakat terhadap pelayan imunisasi. Agar
pelayanan imunisasi menjadi pelayanan yang dapat di terima,sesuai dengan
kebutuhan dan mendapat dukungan masyarakat. Maka perlu adanya kegiatan
sebagai berikut
1. Mengadakan pertemuan dengan masyarakat guna membangun dukungan
untuk pelayanan imunisasi
2. Merencanakan pelayanan imunisasi yang tepat
18

3. Memobilisasi masyarakat dengan menggunakan metode dan pesan yang


tepat
4. Mengadapi rumor dan informasi yang salah
A. Pertemuan dengan masyarakat untuk membangun dukungan bagi
pelayanan imunisasi
Pertemuan ini dapat dilakukan secara bersamaan dengan kegiatan
pertemuan rutin yang telah ada seperti pertemuan rapat koordinasi di
tingkat kecamatan, pertemuan evaluasi bulanan di puskesmas maupun
melalui pertemuan – pertemuan yang bersifat khusus di luar pertemuan
rutin. Dalam pertemuan dapat dilakukan KIE ( komunikasi , Informasi dan
Edukasi) tentang perkembangan dan terobasan terbaru dalam pelayan
imunisasi seperti: pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi usia 0 – 7
hari, pengenalan imunisasi DPT – HB Kombo dll.
1. Pertemuan dengan tokoh masyarakat
Dalam pertemuan dapat digali informasi dari tokoh masyarakat
tentang:
 Apa yang telah mereka ketahui tentang imunisasi
 Setiap keprihatinan yang mungkin dirasakan oleh tokoh
masyarakat tentang imunisasi
 Mitos-mitos tentang penyakit dan imunisasi
 Jumlah keluarga atau rumah tangga dalam masyarakat
 Jumlah kelahiran baru , kelompok khusus dan lainya dalam
masyarakat
 Waktu dan tempat pelayanan imunisasi yang tepat
 Siapa yang bisa membantu selama pelayan imunisasi
 Apakah mereka sudah memotivasi orang tua untuk menghadiri
pelayan imunisasi
 Berbagai gagasan tentang bagaimana agar lebih bayak sasaran
imunisasi mendapatkan imunisasi
2. Pertemuan dengan tokoh agama
Pada kasus yang tertentu, para tokoh agama menyarankan keluarga
untuk tidak menerima imunisasi. Membangun hubungan yang baik
dengan tokoh agama dari setiap kelompok dalam masyarakat terlebih
dahulu adalah sangat penting dan akan memberikan banyak manfaat
kepada program untuk beberapa tahun kedepan. Selain sejumlah
persoalan untuk tokoh masyarakat secara umum, dapatkan informasi
dari tokoh agama:
 Keyakinan agama khusus tentang penyakit tentang imunisasi
19

 Kebiasaan agama yang mungkin menjadi hambatan imunisasi


 Upaya-upaya khusus yang bisa dilakukan untuk memberikan
pelayanan imunisasi kepada kelompok keagamaan ini
 Apakah mereka mempromosikan pelayan imunisasi secara tetap
pada pertemuan keagamaan
 Apakah ada kelompok sukarelawan yang mau membantu upaya-
upaya imunisasi
3. Pertemuan dengan orang tua
Pertemuan dengan orang tua yang mengunjungi pusat kesehatan dan
mintalah informasi tentang pengalaman mereka baik dan buruk dengan
pelayan imunisasi yang di berikan. Wawancarai ibu-ibu yang hadir di
pelayanan kesehatan terlebih dahulu karena mereka sudah siap dan
seringkali mau di ajak bicara tentang pelayanan imunisasi. Jika
mengadakan pertemuan dengan orang tua dapatkan informasi tentang:
 Apa yang telah mereka ketahui tentang imunisasi
 Keprihatinan apa saja yang mungkin mereka rasakan tentang
imunisasi
 Mitos –mitos tentang mengenai penyakit dan imunisasi
 apakah waktu dan tempat pelayanan imunisasi sudah tepat
 bagaimana meningkatkan pelayanan
4. Pertemuan dengan guru
Jika mengadakan pertemuan dengan guru, dapatkan informasi tentang:
 Kegiatan imunisasi apa saja yang telah melibatkan mereka
 Keprihatinan apa saja yang mungkin mereka rasakan tentang
imunisasi
 Apakah para siswa dapat di dorong untuk mengingatkan orang tua
tentang imunisasi bila hadir bayi baru dalam keluarga
 Gagasan yang dapat mereka sumbangkan lebih lanjut bagi
perbaikan tingkat pelayanan imunisasi dalam masyarakat
5. Pertemuan dengan kelompok lain ( LSM,Dokter swasta,dll)
Pertemuan dengan organisasi profesi , organisasi sosial masyarakat dan
kelompok masyarakat lainya dapat membantu meningkatakan
pelayanan. Hal ini akan tergantung pada kebutuhan dan target sasaran
yang ingin di capai oleh puskesmas, bisa meliputi kelompok –
kelompok seperti dukun, dokter swasta, asosiasi medis lokal,
kelompok sukarelawan dan LSM.
6. Pertemuan dengan kelompok khusus
Beberapa contoh kelompok khusus:
 Kelompok nomadik
20

 Pekerja migran
 Kelompok etnik atau kelompok minoritas lainnya
 Keluarga yang takut berhubungan dengan pemerintah
 Kelompok yang mengalami kesulitan akses pisik
 Pengungsi
 Gelandangan atau keluarga yang tinggal di daerah perkotaan yang
padat
 Anak jalanan
B. Advokasi untuk memperoleh dukungan
Sasaran advokasi:
 Masyarakat
 Umum termasuk orang tua dan anak-anak
 Kelompok khusus : petugas kebersihan, pemulung, LSM, kader
masyarakat, pemuka agama, penyandang dana.
 Petugas kesehatan
 Keterlibatan langsung: vaksinator, bidan, dokter privat maupun publik
 Media
8. Kekebalan
Dalam tubuh bayi atau anak ada 2 (dua) jenis kekebalan yang bekerja yaitu:
1) Kekebalan aktif
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh untuk
menolak terhadap suatu penyakit tertentu dimana prosesnya lambat tetapi
dapat bertahan lama.
a. Kekebalan aktif alamiah
Dimana tubuh anak membuat kekebalan sendiri setelah mengalami atau
sembuh dari suatu penyakit misalnya anak telah menderita campak. Setelah
sembuh anak tidak akan terserang campak lagi, karena tubuhnya telah
membuat zat penolakan terhadap penyakit tersebut.
b. Kekebalan aktif buatan
Kekebalan yang dibuat tubuh setelah mendapat vaksin (imunisasi),
misalnya anak diberikan vaksinasi BCG, DPT, HB, Polio dan lainnya.
9. Kekebalan pasif
Kekebalan pasif yaitu tubuh anak tidak membuat zat anti body sendiri tetapi
kekebalan tersebut diperoleh dari luar setelah memperoleh zat penolakan,
sehingga proses cepat tetapi tidak tahan lama. Kekebalan pasif ini terjadi dengan
2 cara :
a. Kekebalan pasif alamiah/ kekebalan pasif bawaan kekebalan yang
diperoleh bayi sejak lahir dari ibunya. Kekebalan ini tidak berlangsung
21

lama (kira-kira hanya sekitar 5 bulan setelah bayi lahir) misalnya difteri,
morbili dan tetanus.
b. Kekebalan pasif buatan dimana kekebalan ini diperoleh setelah mendapat
suntikan zat penolakan.
10. Tujuan Pemberian Imunisasi
a Untuk mencegah terjadinya infeksi tertentu
b Apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah
gejala yang dapat menimbulkan cacat atau kematian.
11. Syarat Pemberian Imunisasi
a Bayi dalam keadaan sehat
b Bayi umur 0-11 bulan
12. Tujuh macam penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi:
Adapun 7 (tujuh) macam penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
adalah sebagai berikut :
a. TBC
b. Polio myelitis (kelumpuhan)
c. Difteri
d. Pertusis
e. Tetanus
f. Hepatitis
g. Campak
13. Macam-macam Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan
memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang
sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang diantaranya adalah :
1) BCG
Gunanya : memberikan kekebalan terhadap penyakit tuberkolosis (TBC).
Kekebalan yang diperoleh anak tidak mutlak 100%, jadi kemungkinan
anak akan menderita penyakit TBC ringan, akan tetapi terhindar dari TBC
berat-ringan. Tempat penyuntikan : pada lengan kanan atas.
Kontra indikasi :
 Anak yang sakit kulit atau infeksi kulit ditempat penyuntikan.
 Anak yang telah menderita penyakit TBC.
Efek samping :
22

Reaksi normal
1. Setelah 2-3 minggu pada tempat penyuntikan akan terjadi
pembengkakan kecil berwarna merah kemudian akan menjadi luka
dengan diameter 10 mm.
2. Hal ini perlu diberitahukan kepada ibu agar tidak memberikan apapun
pada luka tersebut dan diberikan atau bila ditutup dengan menggunakan
kain kasa kering dan bersih.
3. Luka tersebut akan sembuh sendiri dan meninggalkan jaringan parut
(scar) dengan diametr 5-7 mm.
Reaksi berat
1. Kadang-kadang terjadi peradangan setempat yang agak berat/abces
yang lebih luas.
2. Pembengkakan pada kelenjar limfe pada leher atau ketiak.
2) DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus)
1. Gunanya : Memberikan kekebalan terhadap penyakit dipteri, pertusis, tetanus.
2. Tempat penyuntikan : Di paha bagian luar
Kontra indikasi :
 Panas diatas 38º C
 Reaksi berlebihan setelah pemberian imunisasi DPT sebelumnya
seperti panas tinggi dengan kejang, penurunan kesadaran dan syok.
Efek samping :
Reaksi lokal
1. Terjadi pembengkakan dan rasa nyeri pada tempat penyuntikan disertai
demam ringan selama 1-2 hari.
2. Pada keadaan pertama (reaksi lokal) ibu tidak perlu panic sebab panas
akan sembuh dan itu berarti kekebalan sudah dimiliki oleh bayi.
Reaksi Umum
1. Demam tinggi, kejang dan syok berat.
2. Pada keadaan kedua (reaksi umum atau reaksi yang lebih berat)
sebaiknya ibu konsultasi pada bidan atau dokter.
3) Hepatitis B
a. Gunanya : memberi kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis
b. Tempat penyuntikan : Di paha bagian luar
c. Kontra indikasi : tidak ada
23

d. Efek samping : Pada umumnya tidak ada


4) Polio
a. Gunanya : memberikan kekebalan terhadap penyakit polio nyelitis
b. Cara pemberian : Diteteskan langsung kedalam mulut 2 tetes
c. Kontra indikasi:
- Anak menderita diare berat
- Anak sakit panas
d. Efek samping :
 Reaksi yang timbul bisaanya hampir tidak ada, kalaupun ada hanya
berak-berak ringan.
 Efek samping hampir tidak ada,bila ada hanya berupa kelumpuhan
pada anggota gerak dan tertular kasus polio orang dewasa.
 Kekebalan yang diperoleh dari vaksinasi polio adalah 45-100%.
5) Campak
a) Gunakan : memberi kekebalan terhadap penyakit campak.
b) Tempat penyuntikan : Pada lengan kiri atas
c) Kontra indikasi :
- Panas lebih dari 38ºC
- Anak yang sakit parah
- Anak yang menderita TBC tanpa pengobatan
- Anak yang defisiensi gizi dalam derjat berat
- Riwayat kejang demam
d) Efek samping :
- Panas lebih dari 38ºC
- Kejang yang ringan dan tidak berbahaya pada hari ke 10-12
- Dapat terjadi radang otak dalam 30 hari setelah penyuntikan tetapi
kejadian ini jarang terjadi.
14. Jadwal Pemberian Imunisasi
Tabel 2.3
Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi
No Jenis Jadwal
1 BCG diberikan 1 kali (pada usia 1 bulan)
2 DPT diberikan 3 kali (pada usia 2,3,dan 4 bulan)
3 Polio diberikan 4 kali (pada usia 1,2,3, dan 4 bulan)
4 Campak diberikan 1 kali (pada usia 9 bulan)
5 Hepatitis B diberikan 1 kali (pada usia 0-7 hari)
24

BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Puskesmas Mulyorejo


A. Keadaan Geografi
Letak Geografis Puskesmas Mulyorejo berada di antara 07° 38.5” lintang
selatan dan 112° 47’05,2” bujur timur. Luas wilayah kerja Puskesmas Mulyorejo
6,35 km² yang terdiri dari 3 Kecamatan, yakni :
1. Kel. Mulyorejo : Dataran rendah Luas : 3,01
km²
2. Kel. Kejawan Putih Tambak : Dataran rendah Luas :
2,21 km²
3. Kel. Manyar Sabrangan : Dataran Rendah Luas : 1,13
km²
Puskesmas Mulyorejo terletak di daerah yang strategis sehingga dengan
mudah dijangkau melalui jalur darat. Puskesmas Mulyorejo dibatasi oleh
wilayah sebagai berikut :
A. Utara : Kelurahan Kalijudan dan Dukuh Sutorejo
B. Selatan : Kecamatan Sukolilo
C. Barat : Kecamatan Tambaksari dan Kecamatan Gubeng
D. Timur : Kelurahan Kalisari dan Selat Madura
B. KEPENDUDUKAN
Data kependudukan sangat penting dan mempunyai arti yang strategis dalam
pembangunan pada umumnya dan kesehatan pada khususnya, sebab hampir
semua kegiatan pembangunan kesehatan obyek sasarannya adalah
masyarakat/penduduk. Jumlah penduduk wilayah Kecamatan Puskesmas
Mulyorejo adalah sekitar 40.541 jiwa dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1
Jumlah penduduk wilayah Puskesmas Mulyorejo
NO Golongan Umur (Tahun) Jumlah
1 0-<1 598
2 1-4 2.437
3 5-9 2.988
25

4 10-14 2.651
5 15-19 3.084
6 20-24 3841
7 25-29 3823
8 30-34 3691
9 35-39 3554
10 40-44 3056
11 45-49 2631
12 50-54 2312
13 55-59 1996
14 60-64 1451
15 65-69 1133
16 70-74 652
17 75+ 643
JUMLAH 40.541
Pembagian penduduk berdasarkan kelurahan & jenis kelamin wilayah kerja
Puskesmas Mulyorejo :
Tabel 1.2
Pembagian Penduduk Berdasarkan Kelurahan Dan Jenis Kelamin Wilayah
Kerja Puskesmas Mulyorejo

No Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Mulyorejo 8.503 8.711 17.214


2 Kejawan PT 3.278 3.336 6.614
3 Manyar Sabrangan 8.250 8.463 16.713
Jumlah 20.031 20.510 40.541
Data kependudukan tidak lepas dengan data pendidikan. Kondisi pendidikan
merupakan salah satu indikator yang kerap dijadikan pertimbangan dalam
mengukur tingkat pembangunan suatu daerah. Melalui pengetahuan, tingkat
pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan
yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus
yang berperan dalam mempengaruhi seseorang untuk berperilaku hidup sehat.
C. GAMBARAN UMUM
Pengertian Puskesmas adalah suatu Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
bagian dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Dengan
26

perkataan lain Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas


pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya yang terdiri dari
Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Usaha Kesehatan Perorangan (UKP).
Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan
keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam
menentukan wilayah kerja Puskesmas. Sasaran penduduk yang dilayani oleh
sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk. Untuk perluasan jangkauan
pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan
kesehatan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas Pembantu dan
Puskesmas Keliling.Adapun identitas Puskesmas Mulyorejo adalah sebagai
berikut;
Nama Puskesmas : Mulyorejo
Nomor Kode Puskesmas : 3578090201
Alamat
 Jalan : Jl. Mulyorejo Utara No. 201 belakang
 Kecamatan : Mulyorejo
 Kode Pos : 60115
Nomor Telepon : 031 – 3816885
Tahun Berdiri : 1987
Tipe Puskesmas : Perkotaan dengan Rawat Inap Persalinan
Email : [email protected]
Koordinat Map : -7.260705, 112.784769

Gambar Tampak Atas Puskesmas Mulyorejo


27

A. VISI , MISI, MOTTO, TUJUAN ,TATA NILAI DAN BUDAYA


KERJA
1. Visi
Menjadi pusat pelayanan kesehatan yang terdepan dan berkualitas
2. Misi
a. Memberikan Pelayanan yang Berorientasi pada Kepuasan
Masyarakat
b. Meningkatkan Pemerataan Pelayanan Kesehatan kepada
Masyarakat
c. Meningkatkan Kinerja Sumber Daya Manusia
d. Meningkatkan Sarana dan Prasarana Kesehatan untuk Mencapai
Pelayanan yang Optimal
3. Motto
“Masyarakat Sehat Tujuan Kami”
4. Tujuan
Meningkatkan kesadaran, kamuan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas
Mulyorejo agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
5. Tata Nilai
a. Masyarakat
Kami Selalu Berusaha Mengedepankan Kesehatan Masyarakat
b. Unggul
Kami Memiliki Program Unggulan Puskesmas
c. Loyal
Kami Senantiasa Mendukung Program Kesehatan
d. Integritas
Kami Dapat Dipercaya dalam Memberikan Pelayanan
e. Aktif
Kami Aktif Bekerja Sama dengan Lintas Sektor
6. Budaya Kerja
a. Tangguh dalam menjalankan upaya kesehatan
b. Tanggap dalam menanggapi umpan balik masyarakat
c. Tulus dalam memberikan pelayanan
E. PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN PUSKESMAS
MULYOREJO
Program Kerja Puskesmas Mulyorejo tahun 2017 terdiri dari program dan
kegiatan yang sesuai dengan pembangunan Rencana Pembangunan Jangka
28

Menengah Daerah (RPMJD) Kota Surabaya tahun 2016 – 2021 bidang


kesehatan yakni meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan sasaran;
1. Program
Peningkatan aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan
masyarakat bagi warga miskin
Program ini bertujuan untuk memberikan kemudahan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat miskin dengan indikator sasaran presentase
masyarakat miskin yang memiliki jaminan kesehatan. Tolak ukur dari
keberhasilan dari program ini adalah meningkatnya cakupan pelayanan
dasar masyarakat miskin.
2. Program
Peningkatan kualitas layanan kesehatan ibu dan anak
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil, bayi
dan balita. Di Puskesmas Mulyorejo ada program unggulan yakni poli
pre eklampsia yang bertujuaan melakukan kegiatan skreening ibu hamil
untuk deteksi dini pre eklampsi. Sasaran peningkatan kesehatan ibu dan
anak memiliki tolak ukur keberhasilan berupa peningkatan presenatse
kunjungan pertama ibu hamil (K1), presentase cakupan komlikasi
kebidanan yang ditangani, presentase kunjungan neonatus
pertama(KN1), presentase cakupan neonatus dengan komplikasi yang
ditangani serta peningkatan status gizi pada balita dengan tolak ukur
cakupan balita 6-59 bulan yang mendapatkan vitamin A.
3. Program
Peningkatan kualitas sarana, prasarana serta tata kelola layanan
kesehatan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan
kesehatan, baik pelayanan primer dan pelayanan rujukan dengan
memberi pelayanan sore hari , Puskesmas Pembantu, Puskemas Keliling,
Poskeskel, Posyandu Balita dan Lansia, Posbindu, Prolanis, Pelayanan
Rawat Inap Persalinan. Program ini memiliki sasaran berupa
peningkatan mutu puskesmas dan akses pelayanan kesehatan di
Puskesmas melalui akreditasi puskesmas serta peningkatan kualitas
29

sumber daya manusia (SDM) Kesehatan melalui indikator presentase


SDM Kesehatan yang berizin, peningkatan kinerja pengelolaan sarana
prasarana serta administrasi perkantoran juga menjadi sasaran
pembangunan Puskesmas Mulyorejo.
4. Program
Mewujudkan lingkungan sehat di masyarakat
Tercapainya masyarakat yang mandiri dan hidup sehat dengan indikator
sasaran peresentase cakupan kelurahan mengalami KLB yang ditangani
<24 jam serta presentase penderita Demam Berdarah Dengue (DBD)
yang ditangani.
F. SASARAN PEMBANGUNAN KESEHATAN DI PUSKESMAS
MULYOREJO
Sasaran adalah hasil yang diharapkan dari suatu tujuan dan menggambarkan
hal-hal yang ingin dicapai, diformulasikan secara terukur , spesifik , mudah
dicapai melalui tindakan-tindakan yang akan dilakukan. Berdasarkan hal
tersebut sasaran pembangunan kesehatan di Puskesmas Mulyorejo
ditetapkan sebagai berikut;
a. Meningkatnya pelayanan kesehatan khususnya bagi penduduk miskin
b. Meningkatnya kesehatan ibu dan anak
c. Meningkatnya status gizi pada masyarakat terutama balita
d. Meningkatnya mutu puskesmas dan akses pelayanan kesehatan di
puskesmas
e. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia kesehatan.
f. Mengelola sarana dan prasarana serta administrasi perkantoran
perangkat daerah demi memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.
g. .Melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan untuk mendukung
keberhasilan program
h. Tercapainya masyarakat yang mandiri dan hidup sehat.
30

G. STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS MULYOREJO


31

3.2 GAMBARAN UMUM P2 IMUNISASI PUSKESMAS MULYOREJO

1. Pengertian Program Imunisasi


Dari hasil wawancara dengan pemegang program imunisasi Puskesmas
Mulyorejo imunisasi adalah pemberian vaksin yang dapat merangsang
pembentukan imunitas di dalam tubuh anak.
2. Kebijakan Program
Menurut pemegang program penyelenggaraan imunisasi telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 tahun 2013
3. Tujuan Program
Dari hasil wawancara dengan pemegang program imunisasi puskesmas
Perawatan Pantoloan, tujuan dari program imunisasi adalah untuk mencapai
program pemerintah agar anak mendapatkan imunisai lengkap sesuai
peraturan kemenkes.
4. Kegiatan Program
1) Kegiatan operasional rutin
Menurut pemegang program imunisasi Puskesmas Mulyorejo, imunisasi
dasar diberikan pada bayi sesuai kebutuhan vaksin dan umur bayi.
2) Kegiatan operasional khusus
a. Sweeping dilakukann bila imunisasi tidak tercapai.
b. Crash dilakukan bila terjadi kejadian luar biasa
c. Sebelum melakukan PIN petugas puskesmas melakukan sosialisasi
tentang PIN ke masyarakat.
3.3 Analisis 5M
A. Man
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemegang program imunisasi di
Puskesmas Mulyorejo didapatkan bahwa yang memegang program
imunisasi hanya 1 petugas kesehatan saja yaitu Pendidikan terakhir beliau
DIII Kebidanan. Beliau sudah pernah mendapatkan pelatihan mengenai
imunisasi.
B. Money
32

Dari hasil wawancara dengan pemegang program imunisasi Puskesmas


Mulyorejo bahwa anggaran dana imunisasi di dapatkan dari biaya
operasional kesehatan (BOK) dan jaminan kesehatan nasional (JKN).
Anggaran dana imunisasi menurut pemegang program untuk kebutuhan
imunisasi di anggap cukup dan tidak ada anggaran dana dari pihak lain.
Kegiatan imunisasi dilaksanakan secara gratis tanpa dipungut biaya. Adanya
keterlambatan pencairan dana transport untuk Imunisasi dari dana BOK
(Bantuan Operasional Kesehatan).
C. Method
Dari hasil wawancara dengan pemegang program puskesmas Perawatan
Pantoloan didapatkan setiap kegiatan imunisasi petugas puskesmas dibantu
oleh bidan desa untuk memberikan vaksin pada bayi di posyandu di setiap
desa. Untuk pencatatan hasil posyandu dilakukan oleh kader posyandu di
setiap desa. Rata-rata petugas kader berjumlah 5 orang di setiap posyandu.
Sasaran atau bayi yang akan di imunisasi datang ke posyandu dengan
membawa kartu imunisasi bayi yang bersangkutan. Dalam menentukan usia
bayi petugas puskesmas melihat kartu imunisasi bayi atau menanyakan pada
ibu berapa usia bayinya. Untuk menentukan vaksin yang telah diterima atau
vaksin apa yang akan diberikan pada bayi petugas melihat kartu imunisasi
bayi atau menanyakan pada ibu tentang vaksin yang telah di berikan pada
bayi. Kegiatan posyandu dilakukan langsung ketempat sasaran dengan
melibatkan Pustu dan Bidan Desa. Pelaksanaan pelayanan kesehatan sesuai
dengan tugas para petugas kesehatan. Letak Puskesmas Mulyorejo strategis
sehingga masyarakat mudah untuk menjangkaunya Jadwal kegiatan
posyandu tidak ada di Puskesmas, namun jadwal posyandu di setiap desa
tidak sama setiap bulannya. Jadwal imunisasi dilaksanakan setiap tanggal 1-
23/ bulan untuk wilayah cakupan Puskesmas Mulyorejo. Jadwal kegiatan
penyuluhan kesehatan terhadap kader tidak terjadwal di Puskesmas. Setiap
kegiatan posyandu selalu ada petugas puskesmas yang datang hadir dalam
kegiatannya. Kegiatan posyandu hanya dihadiri oleh pemegang program dan
dibantu oleh kader-kader posyandu. Pelaksanaan posyandu di wilayah
Puskesmas Mulyorejo sama seperti pelaksanaan posyandu biasanya yaitu di
awali dengan pendaftaran, penimbangan, pencatatan kms, pemberian
33

imunisasi dan penyuluhan kesehatan. Pencatatan di posyandu di lakukan


dalam buku kuning, namun sekarang menggunakan buku biru yang
digunakan sebagai buku register imunisasi untuk dilaporkan ke Puskesmas.
Ada salah satu pelayanan kesehatan swasta yang melakukan kegiatan
imunisasi dan masih dalam cakupan wilayah Puskesmas Mulyorejo tetapi
kadang tidak melaporkan hasil pencatatan kegiatan imunisasi tersebut ke
Puskesmas Mulyorejo. Pihak puskesmas sudah meminta pelaporan tersebut
tetapi sampai saat ini pihak yang bersangkutan tidak melaporkan hasil
kegiatan imunisasinya ke Puskesmas Mulyorejo. Kurangnya kerjasama
lintas sektor mengenai kegiatan imunisasi. Sistem pelaporan hasil imunisasi
dari desa ke Puskesmas menggunakan softcopy yang langsung diberikan ke
bagian pelaporan di Puskesmas. Sedangkan pelaporan hasil imunisasi dari
Puskesmas ke Dinas Kesehatan ada dua cara yaitu yang pertama
menggunakan PWS yang dilampirkan secara softcopy dan diberikan di
Dinas Kesehatan secara langsung. Cara yang kedua secara sistem online,
dimana pemegang program imunisasi yang langsung mengirimkan hasil
pelaporan pada situs online Dinas Kesehatan.
D. Machine
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemegang program imunisasi di
Puskesmas Mulyorejo kendaraan untuk pengambilan vaksin menggunakan
mobil dinas Puskesmas Perawatan Pantoloan, akan tetapi apabila pada saat
pengambilan vaksin mobil dinas sedang digunakan untuk keperluan
puskesmas yang lain, maka pengambilan vaksin menggunakan kendaraan
pribadi. Selain itu jarak tempuh yang tidak terlalu jauh dalam pengambilan
vaksinnya. Bahan dan alat yang dibutuhkan untuk posyandu sesuai dengan
kebutuhan imunisasi dan sudah ada petugas yang mengambil penyediaan
vaksin di dinas kesehatan daerah.
E. Material
Berdasarkan hasil wawancara dari pemegang program imunisasi di dapatkan
data bahwa vaksin yang di gunakan setiap bulan di Puskesmas Mulyorejo
yaitu, BCG sebanyak 35 vial, Polio sebanyak 50 vial, Campak 44 vial, TT
sebanyak 22 vial, Hb Uniject sebanyak 100 vial, dan Penta Bio sebanyak 90
vial. Pemegang program imunisasi mengatakan bahwa Pemakaian vaksin di
atas setiap bulan tidak sama, bisa berkurang atau lebih dari tersebut diatas
34

karena sesuai vaksin masuk dari dinas kesehatan. Untuk spuit yang di
gunakan mengikuti jumlah bayi yang akan di berikan vaksin di setiap
posyandu.
❖ Analisis SWOT Program P2 Imunisasi.

NO ANALISIS SWOT BOBOT RATING BOBOT x RATING


1. M1 (KETENAGAAN)
Internal Factor (IFAS)

STRENGHT
1. Adanya tugas, peran dan 0,2
wewenang yang jelas bagi 3 0,6
karyawan
2. Dalam kegiatan imunisasi, 0,5
pemegang program dibantu oleh
4 bidan desa dan kader di masing- 2 1
masing posyandu di setiap desa. 0,3
3. Petugas penangung jawab S-W
program imunisasi di Puskesmas 3 0,9 = 2,5-2,2
Mulyorejo satu orang dengan 1 = 0,3
latar belakang DIII Kebidanan

TOTAL 2,5

WEAKNESS
1. Pemegang program imunisasi 0,3
baru memegang program
imunisasi di Puskesmas
Mulyorejo baru satu tahun 2 0,6
2. Pemegang program imunisasi 0,2
belum mendapat pelatihan
mengenai imunisasi dan hanya
mengikuti pertemuan mengenai
vaksin polio 0,5 2 0,4
3. Adanya petugas dari
puskesmas induk yang datang
ke posyandu bersama bidan 1
desa dan kader. 3 1,5

TOTAL
Ekternal Faktor (EFAS)
0,5 2,2
OPPORTUNITY
1. Bidan posyandu melaksanakan 0,2
dengan baik tugas-tugasnya.
2. Adanya kerjasama antara 0.3
perawat, bidan dan kader.
35

3. Banyak warga yang bersedia 2 1


meluangkan waktu untuk O-T
membawa anak-anaknya ke 1 2 0.4 = 2-2
posyandu. =0
TOTAL 2 0.6
0,3
THREATENED
1. Ada tuntutan dari ibu balita 0,4
untuk pelayanan yang lebih
profesional. 0,3 2
2. Makin tingginya kesadaran
masyarakat akan pentingnya 1
kesehatan. 2 0,6
2. 3. Kebijakan pemerintah tentang
BPJS 2 0.8

TOTAL 2 0.6

0,3 2
M2 (SARANA PRASARANA)
Internal Faktor (IFAS)
0,3
STRENGHT
1. Pengiriman vaksin 0,2
dilakukan satu bulan sekali.
2. Vaksin dan BHP (bahan abis 0,2
pakai) yang digunakan 3 0,9
untuk imunisasi sesuai 1 S-W
dengan jumlah yang = 2,6-2
dibutuhkan = 0,6
3. Tempat penyimpanan vaksin 0,5 3 0,9
sudah tersedia dan memadai
4. Tempat penyelengaraan : 2 0,4
balai RW, rumah kader 0,5
TOTAL 2 0,4

WEAKNESS 1
1. Promosi kesehatan pada 2,6
posyandu masih kurang optimal
2. Jumlah vaksin yang sudah
ditentukan oleh dinas kesehatan 0,5 2 1
sehingga jumlah vaksin yang
masuk perbulan tidak sama 0,5
TOTAL 2 1
Ekternal Faktor (EFAS) 1

OPPORTUNITY 2
1. Pengambilan vaksin rutin setiap 1
36

bulan.
2. Vaksin dan BHP diberikan secara
gratis dari dinas kesehatan.
TOTAL
2 1
THREATENED O–T
1. Bangunan puskesmas sudah 3 1.5 = 2,5 – 2
sesuai dengan kebutuhan = 0,5
pelaksanaan program imunisasi 2.5
TOTAL

1 2 2

3. M3-METODE
Internal Faktor (IFAS)

STRENGTH
1. Puskesmas memiliki visi,
misi dan motto sebagai acuan 0,1 2 0.2
melaksanakan kegiatan
pelayanan.
2. Terlaksananya komunikasi 0,1 2 0.2
yang adekuat antar tenaga
kesehatan dan kader posyandu
3. Mempunyai Protap untuk 0,1 2 0,2
setiap tindakan.
4. Kegiatan posyandu 0.1 2 0.2 S–W
Dilakukan langsung ketempat = 2,1 – 2
sasaran dengan melibatkan = 0,1
Pustu dan Bidan Desa
5. Adanya kebijakan 0,2 3 0,6
pemerintah terkait dengan
pemberian imunisasi lengkap 0,1 2 0,2
kepada setiap bayi dan anak
6. Pencatatan dan pelaporan 0,1 2 0,2
hasil imunisasi sudah melalui
sistem online dan manual. 0.1 2 0.2
7. Jumlah posyandu di wilayah
cakupan UPT Puskesmas 0.1 1 0.1
Mulyorejo sebayak 35
posyandu 1
8. Setiap ada vaksin baru selalu
di sosialisasikan kepada 2.1
masyarakat dan kader
TOTAL 0,5 2 1

WEAKNESS
37

1. Jadwal imunisasi di puskesmas 0,5 2 1


tidak ada
2. Jadwal penyuluhan kesehatan
terhadap kader tidak terjadwal di 1 2
Puskesmas
TOTAL

Ekternal Faktor (EFAS)


0,4 2 0,8
OPPORTUNITY
1. Adanya kebijakan Puskesmas
terhadap profesionalisasi tenaga O–T
kesehatan. 0,1 3 0.3 = 2.6 – 2
2. Adanya mahasiswa Ners = 0,6
keperawatan melaksanakan
praktek Komunitas 0,2 3 0,6
3. Adanya informasi mengenai
imunisasi yang di dapatkan oleh
masyarakat melalui televise, 0,3 3 0.9
spanduk dan internet
4. Letak Puskesmas Mulyorejo 1 2.6
yang strategis sehingga
masyarakat mudah untuk
menjangkaunya 0.3 2 0.6
TOTAL
0.4 2 0.8
THREATENED
1. Persaingan program antar
Puskesmas yang semakin ketat.
1. Adanya tuntutan masyarakat 0.3 2 0.6
yang semakin tinggi terhadap
peningkatan pelayanan
keperawatan yang lebih 1 2
profesional
2. Makin tinggi kesadaran
masyarakat akan hukum.
TOTAL
4. M4 (MONEY)
Internal Faktor (IFAS)

STRENGTH
1. Dana operasional Puskesmas 0,4 3 1,2 S–W
diperoleh dari Pemerintah Kota = 3 – 2,5
2. Dana fasilitas kesehatan 0,4 3 1,2 = 0,5
diperoleh dari Puskesmas
3. Dana kesejahteran pegawai 0,2 3 0,6
diperoleh dari Puskesmas dan
sebagian dari pemerintah.
38

TOTAL 1 3

WEAKNESS
1. Tidak adanya sumber dana/atau 0,5 2 1
bantuan dari pihak lain untuk
pelaksanaan kegiatan imunisasi
di Puskesmas Mulyorejo 0,5 3 1,5
2. Sistem administrasi terpusat
1 2,5
TOTAL

Ekternal Faktor (EFAS)

OPPORTUNITY 1 3 3
1. Kegiatan imunisasi dilaksanakan
secara gratis tanpa di pungut
biaya. 1 3 O–T
TOTAL = 3 – 2.5
= 0.5
TREATHENED
1. Adanya tuntutan dari 0,5 4 2
masyarakat untuk pelayanan
yang lebih profesional
2. Adanya keterlambatan pencairan 0,5 1 0.5
dana transport untuk Imunisasi
dari dana BOK TOTAL
1 2.5
5. M5 (Marketing)
Internal Faktor (IFAS)

STRENGTH
1. Kegiatan posyandu berjalan 1 3 3 S–W
dengan baik. =3–2
TOTAL 1 3 =1

WEAKNESS
1. Target 92% dalam setahun 1 2 2
namun belum maksimal, hanya
76,93 sampai bulan oktober. 1 2
TOTAL

Ekternal Faktor (EFAS)

OPPORTUNITY 0,5 3 1,5


1. Ada Mahasiswa profesi
bidan/perawat yang 0,5 3 1,5
melaksanakan praktek . O–T
2. Kerjasama yang baik antara 1 3 = 3–2
39

bida/perawat dan mahasiswa =1


TOTAL

TREATHENED
1. Adanya peningkatan standart 0,5 2 1
masyarakat yang harus
dipenuhi
2. Persaingan program puskesmas 0,5 2 1
dalam memberikan pelayanan
keperawatan
TOTAL 1 2

2.2 Diagram Layang O


1
3
2
1,1 M5
1 (1,1)
0,9
0,8
0,7 M3
(0.1:0,6)
0,6 M2
M4
0,5 (0,6:0,5)
(0,5.0,5)
0,3
M1 S
0,1 (0,3:0)
S
W
-1,1 -1 -0,9 -0,8 -0,7 -0,6 -0,5 -0,4 -0,3 -0,2 -0,1 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 1,1 1,2
-0,1
-0,2
-0,3
-0,4
-0,5
40

-0,6
-0,7
4 -0,8 2
-0,9
-1,1
-1
-2,2

Gambar 2.12 Diagram Layang Analisis SWOT

Interpretasi :
Kuadran 1 menggambarkan bahwa situasi yang sangat baik karena ada kekuatan
yang dimanfaatkan untuk meraih peluang yang menguntungkan. Untuk itu dapat
digunakan alternatif strategi 1 yakni pengembangan ( strategi agresif ).

Kuadran 2 menggambarkan situasi bahwa meskipun ruangan


menghadapi ancaman, namun ada kekuatan yang dapat diandalkan. Untuk itu
oruangan dapat menggunakan alternatif strategi 2 yakni strategi diversifikasi atau
strategi inovasi.

Kuadran 3 menggambarkan bahwa ruangan mengalami kelemahan


dalam berbagai hal ( internal ), sehingga peluang yang menguntungkan sulit
dicapai. Untuk itu strategi yang tepat digunakan adalah alternatif strategi 3
yakni konsolidasi, perbaikan, mengubah cara pandang serta menghilangkan
penyebab masalah agar ancaman dapat dihindari.

Kuadran 4 menggambarkan situasi ruangan sangat buruk, karena


disamping berbagai kelemahan internal timbul ancaman dari luar. Untuk itu
alternatif strategi yang digunakan alternatif 4, yaitu strategi defensif
misalnya perampingan, pengurangan atau efisiensi dalam semua bidang kegiatan.

Prioritas Masalah
41

1. M2/Fasilitas
2. M1/Tenaga kesehatan

Rencana dan strategi


1. Meningkatkan dan mempertahankan program-program puskesmas
2. Pertahankan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat mengenai
kesehatan dan ukuran keberhasilan layanan kesehatan
3. Inventarisasi kebutuhan sarana untuk melaksanakan program

BAB 4
PENUTUP

A. Kesimpulan
Program pelayanan kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu
prioritas utama pembangunan kesehatan dan menjadi masalah nasional
karena sangat menetukan kualitas sumber daya manusia (SDM) pada
generasi mendatang. Program ini bertanggung jawab terhadap pelayanan
kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi neonatal. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa masalah yang ada pada posyandu balita ini dapat
menggambarkan bahwa organisasi mengalami kelemahan dalam segi
42

fasilitas yang masih kurang karena keterbatasan tempat juga sehingga cara
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pelayanannya adalah
dengan memperbaiki, mengubah cara, menghilangkan penyebab masalah
agar ancaman dapat dihindari.
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami sebagai mahasiswi dan
pembaca untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai analisa
SWOT terutama dalam analisa SWOT puskesmas.

DAFTAR PUSTAKA

Puskesmas mulyorejo. 2017. Profil puskesmas mulyorejo. Mulyorejo


Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2012. Kesehatan Masyarakat

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Penyelenggaraan Imunisasi. Permenkes

No. 42/2013. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2013

Meiliyana Wijaya, Elsye Angella Wanda, Nelly Tina Widjaja. 2013. Pengaruh

Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Ibu Terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar

Pada Bayi Di Kecamatan Penjaringan, Jakarta. Damianus Journal Of

Medicine;Vol.12 No.1Februari 2013: Hlm.25-32


43

Ranuh Dkk. Buku Imunisasi Di Indonesia. Jakarta : Satgas Imunisasi Idai,2011

Departemen Kesehatan R.I. Pedoman Pemantauan Dan Penaggulangan Kejadian

Ikutan Pasca Imunisasi. Jakarta : Depkes RI, 2009.

Anda mungkin juga menyukai