Aaskep Keracunan Tumbuhan Laut
Aaskep Keracunan Tumbuhan Laut
Aaskep Keracunan Tumbuhan Laut
Oleh
KELOMPOK V
WA ODE RAKHMAWATI
INRIANI
SITI NURFIATI
IRMAYANTI
VIVI YUSNIAR
NILA OSTARINA LIANDA
NI MADE PITA LOKA
SRI LESTARI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Toksin atau racun biasanya terdapat dalam tubuh hewan, tumbuhan bakteri
dan makhluk hidup lainnya, merupakan zat asing bagi korbannya atau bersifat
racun merupakan usaha untuk mengetahui bahan, zat, atau obat yang diduga
dapat dilakukan dengan tepat, cepat dan akurat. Dalam menghadapi peristiwa
keracunan, kita berhadapan dengan keadaan darurat yang dapat terjadi dimana
dan kapan saja serta memerlukan kecepatan untuk bertindak dengan segera
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan
berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat
bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan
keracunan.
.Oleh sebab itu, penanganan dini sangat diperlukan karena keracunan
pada ikan dan tumbuhan laut dapat menyebabkan kondisi yang dapat
sehingga hal ini juga dapat menganggu kenyamanan dan nyawa pasien, maka
dari itu asuhan keperawatan yang tepat dan cepat kepada klien sangat
diperlukan.
B. Rumusan Masalah
tumbuhan laut)?
C. Tujuan Penulisan
LANDASAN TEORI
1. Pengertian
fisiologis yang kuat. Adapun batasan dari toksin adalah substansi tersebut
lainnya, merupakan zat asing bagi korbannya atau bersifat anti gen dan
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam tubuh melalui
mulut, hidung (inhalasi), serta suntikan dan absorbsi melalui ,kulit, atau di
gunakan terhadap organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak
kehidupan dan mengganggu dengan serius fungsi satu atau lebih organ atau
jaringan.
tubuh ikan yang mengkonsumsi alga tersebut atau melalui rantai makanan
dari toksin ini adalah tidak dapat dihilangkan atau tidak rusak dengan
proses pemasakan. Oleh karena itu sangat penting pengetahuan terhadap
a. Ciguatoxin
ikan karang herbivora dan karnivora yang beracun. Adanya racun pada
ikan karnivora.
(“barracuda”)
SCHEUER (dari Universitas Hawaii) yang memberi nama
toksisitas ciguatoxin pada bagian tubuh ikan dari yang tertinggi adalah
anticholinesterase.
dinoflagelata yang beracun yang disebut pasang merah atau ‘red tide’.
Jika dilihat dari sifat kimianya, saxitoxin bersifat larut dalam air
dan methil alkohol, sedikit larut dalam ethyl alkohol dan asam asetat
dengan asam, stabil terhadap panas dan tidak rusak dengan proses
kerangan.
3. Menurunnya toksisistas pada remis Patinopecten yessoensin terjadi
racun tersebut.
3. Patofisiologi
a. Cara pertama disebut istilah Ciguatera poisoning, hal ini terjadi pada
saat anda makan ikan atau tumbuhan laut yang disebut dengan ikan
baru karang atau reef yaitu ikan yang tinggal di air tropis yang hangat
yang telah memakan makanan beracun tertentu. Racun tidak mau pergi
histamin yang terbentuk didalam beberapa ikan dan tumbuhan laut pada
infeksi atau peradangan atau benda asing menyerang bagian tubuh anda.
Jika anda makan ikan yang tidak dengan layak atau dengan baik
dalam jaringan otot ikan yang hidup di perairan tropis dan subtropis.
terlalu lama diluar air setelah kematian dan tidak cukup pendinginannya
segera setelah di atas kapal. Histidin pada suhu di atas 16°C (60°F) pada
enzim dekarboksilase histidin yang dihasilkan oleh bakteri yang ada dalam
insang dan usus, antara lain bakteri Morganella morganii. Kondisi inilah
yang merupakan salah satu alasan mengapa ikan harus disimpan pada suhu
rendah.
Produksi histamin pada ikan dapat terjadi cukup cepat. Dalam suatu
kejadian, tingkat ambang racun yang dicapai hanya setelah tiga sampai
empat jam penyimpanan pada suhu kamar. Semakin besar suhu, semakin
impor ditolak jika mengandung histamin lebih dari 10 mg per 100 g daging
ikan.
oleh suhu memasak secara normal, sehingga ikan yang dimasak dengan
ikan yang lebih besar memakan waktu lebih lama untuk mendinginkan dari
pada ikan yang kecil. Pengeluaran isi perut (pengangkatan usus) dari ikan
yang lebih besar adalah cara yang baik untuk membantu menghilangkan
Pastikan rongga perut diisi dengan media pendingin agar bagian kritis
pada ikan ini dapat lebih cepat dingin. Pengeluaran isi perut harus
dilakukan dengan hati-hati agar tidak mencemari daging atau bagian ikan
lainnya.
Bahkan pada ikan yang berbau normalpun, histamin masih bisa terjadi
dan menyebabkan penyakit jika ikan belum didinginkan dengan cepat, dan
4. Manifestasi Klinik
Serangan yang cepat inilah yang merupakan salah satu alasan mengapa
berlangsung sekitar tiga jam, tetapi ada yang mengalami sampai beberapa
hari. Dalam kasus yang jarang terjadi, keracunan ini dapat menyebabkan
kematian.
5. Penalaksanaan
muntah dan diare, obat untuk menghentikan muntah, obat untuk reaksi
alergi yang parah (jika diperlukan), dan bantuan pernapasan (dalam kasus
b. Resusitasi
pernafasan dan nadi. Infus dextrose 5% kec.15 – 20, nafas buatan, O2,
valve – mask.
c. Identifikasi penyebab
d. Mengurangi absorbsi
basa atau asam, dosis multipel karbon aktif, dialisis dan hemoperfus
laut sejak di tempat pertama kali diambil adalah dengan mencegah produksi
racun. Untuk itu harus dilakukan pendinginan pada suhu 4oC (40oF)
dengan suhu diatas 4oC, dan ikan segar harus segera digunakan atau
memakan ikan yang biasanya menjadi carier atau pembawa racun. Yang
telur), king mackerel (ikan air tawar), barracuda and belut moray. Racun
yang ada dalam ikan lebih terkonsentrrasi di dalam organ dalam ikan,
G. Komplikasi
a. Kejang
b. Koma
c. Henti jantung
e. Syok
H. Penatalaksanaan
untuk muntah.
tidak tersedak.
a) Tindakan emergency
inkubasi
b) Resusitasi.
3) Eliminasi
dengan pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus
fatal.
BAB III
A.Pengkajian
1. Pengkajian Primer
hipersaliva
dan dalam
banyak.
pucat, hipersaliva
a. Data Subjektif
b. Data Objektif
trombositopenia.
atau hipokalsemia
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
membantu.
barbiturate.
3) Pemeriksaan toksikologi :
repertum”
lambung yang pertama (100 ml), Urine sebanyak 100 ml, darah
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
jaringan
NO DIAGNOSA INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan 1. Monitor vital sign
jalan napas berhubungan 2. Pelihara kepatenan jalan nafas
dengan hipersaliva 3. Lakukan suction untuk menghilangkan hipersaliva
4. Berikan bronkodilator bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
6. Monitor respirasi dan status O2
7. Berikan infus dextrose 5 %
2. Ketidakefektifan pola napas 1. Buka jalan napas menggunakan tekhnik jaw thrust
berhubungan dengan disstres 2. Berikan oksigen therapy 4-6 liter menggunakan
pernafasan nasal kanul atau sesuai instruksi
3. Monitor aliran oksigen
4. Monitor vital sign
5. Auskultasi suara napas
2. Kekurangan volume cairan 1. Monitor TTV
berhubungan dengan mual, 2. Lakukan kumbah lambung apabila keracunan
muntah bukan disebabkan zat korosif
3. Berikan antidot untuk menghilangkan efek racun
4. Berikan penggantian nasogastrik sesuai output
5. Kolaborasikan pemberian cairan IV
BAB III
I. PENGKAJIAN
A. Data Biografi
1. Identitas Klien
b) Umur : 26 Tahun
c) Alamat : Anduonohu
f) Suku/Bangsa : Buton
g) Agama : Islam
h) Pendidikan Terakhir : S1
i) Pekerjaan : Swasta
b) Umur : 33 Tahun
c) Alamat : Anduonohu
f) Telp : 0823xxxxxxxx
23
B. Riwayat Kesehatan
sudah 5 kali setelah makan ikan laut, terasa sesak dan dingin.
Klien datang ke UGD sekitar pukul 15.30 WITA dengan keluhan sesak
nafas mual dan muntah. Tekanan darah : 100/70 mmHg, Suhu : 360C ,
tts/mnt.
sebelumnya.
5. Kebiasaan
√ Merokok Obat-obatan
Alkohol Ketergantungan
Obat/Alkohol
6. Riwayat Alergi
Tidak ada
7. Riwayat Kehamilan : -
24
8. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram 3 Generasi)
X X X X Generasi I
60
Generasi II
X X X 63 57 ? ? 60 58
Generasi III
35 33 26
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Hubungan pernikahan
: Hubungan saudara
: Pasien
: Tinggal serumah
X : Meninggal dunia
3. Nadi : 80 x/menit
4. Pernapasan : 28 x/menit
5. Suhu : 35˚C
25
D. Pengkajian
1. Pemeriksaan fisik
a. Perubahan Sensori
1) Penglihatan
a) Inspeksi
Reaksi : Normal
Diplopia :-
Potopobia :-
b) Palpasi
TIO :-
Pemerikasaan Opthalmoscopy : -
2) Pendegaran
membersihkan telinganya
26
Tanda-tanda infeksi : tidak ada
3) Penciuman
a) Polip :-
b) Perdarahan :-
c) Peradangan : -
d) Sinus : Normal
4) Pengecapan
d) Lesi :-
5) Taktil peraba
a) Kemerahan :-
b) Bengkak :-
c) Nyeri :-
d) Sensasi :-
b. Respirasi
1) Inspeksi
27
b) Frekuensi pernapasan : 28x/menit
c) Irama : Normal
f) Retraksi : Ada
2) Palpasi
e) Deviasi trchea :-
3) Perkusi
4) Auskultasi
a) Bunyi napas
28
c) Kardiovaskuler
1) Inspeksi
e) Edema tungkai :-
f) clubbing finger :-
g) saturasi oksigenasi : -
2) Palpasi
b) Pitting edema :-
c) Nyeri tekan :-
d) Akral dingin :-
3) Perkusi
4) Auskultasi
a) S1 : Normal (Lub)
b) S2 : Normal (Dub)
29
e) Denyut jantung : 80x/menit (Normal)
d) Gastrointestinal
1) Inspeksi
d) Pendarahan/lesi :-
g) Masalah menelan :-
i) Terpasang NGT :-
l) Pembesaran abdomen :-
o) Hemmorhoid eksternal/internal : -
2) Palpasi
c) Massa :-
30
d) Hepar : Normal, tidak ada
pembengkakan
3) Perkusi
a) Penimbunan cairan : -
b) Penimbunan udara :-
4) Auskultasi
b) Gerakan vaskuler : -
e) Perkemihan
1) Inspeksi
a) Pembesaran ginjal :-
c) Asites :-
2) Palpasi
a) Pembesaran ginjal :-
b) kandung kemih :-
3) Perkusi
a) Ginjal : Normal
urine)
31
4) Auskultasi
f) Reproduksi
1) Payudara
c) Perubahan bentuk :-
d) Massa :-
e) Nyeri :-
2) Genitalia
Inspeksi
b) Laki-laki
Sircum :
Scorotum :Normal
1) Inspeksi
b) Ptekie :-
2) Palpasi
b) Pembesaran limpa :-
32
h) Neurologi
2) Status mental
a) Atensi : Baik
d) Perhatian : Kurang
3) Sistem motorik
a) Keseimbangan : Normal
b) Fibrasi : Normal
c) Rasa interoseptif :-
5) Reflek patologis
a) Babinsky :-
6) Refleks fisiologi
a) Biseps : Normal
b) Triseps : Normal
33
c) Patella : Normal
d) Achiles : Normal
7) Pemeriksaan Nervus
a) Nervus I : Normal
b) Nervus II : Normal
d) NervusIV : Normal
e) Nervus V : Normal
f) Nervus VI : Normal
i) Nervus IX : Normal
j) Nervus X : Normal
k) Nervus XI : Normal
i) Muskuloskeletal
1) Inspeksi
a) Deformitas :-
b) Postur : Normal
c) ROM :
34
2) Palpasi
a) Edema :-
b) Krepitasi :-
c) Nyeri tekan :-
d) Perubahan suhu :-
j) Integumen
1) Inspeksi
a) Edema :-
b) Diaforesis :-
e) Drainase :-
f) Balutan :-
g) Ulkus/luka :-
i) Kelainan kuku :-
2) Palpasi
a. Suhu : Normal
b. Turgor : baik
1. Nutrisi
a. Kebiasaan
35
2) Frekuensi makan : 3x/hari
9) Berat badan : 63 kg
8) Jenis minuman yang disukai dan yang tidak disukai : teh panas
9) Berat badan : 60 kg
36
2. Eliminasi
1)Kebiasaan :
padat
1) Kebiasaan : .
Amoniak
instrument
37
b. gosok gigi/hari : 2x/hari saat mandi
dipercayai/terdekat : ya
bersama istri
4 Kesehatan Sosial
5. Kegiatan Keagamaan
38
KLASIFIKASI DATA
ANALISA DATA
39
mmHg,
- Suhu : 370C
- Nadi : 88 kali/menit,
- Pernafasan : 36 kali/menit,
- Terpasang infus RL 20
tts/mnt.
40
kali/menit,
- Terpasang infus RL 20
tts/mnt.
41
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
DATA NOC NIC
KEPERAWATAN
Data Pendukung Masalah
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
Kesehatan
DS : 00030 Hambatan Setelah dilakukan tindakan 3350 Monitor pernapasan
- Klien mengatakan terasa pertukaran keperawatan selama 2 x 24 jam : Aktifitas Keperawatan :
sesak gas masalah teratasi. 1. Monitor kecepatan irama,
DO : 0411 Respon ventilasi mekanik :
kedalaman dan kesulitan bernapas
- Klien nampak lemah Dewasa
Skala 1 : deviasi dari berat kisaran 4584 2. Monitor suara napas tambahan
- Klien nampak sesak
normal, skala 2 : deviasi yang Manajemen jalan napas
- Klien nampak pucat
- Tekanan darah : 100/70 cukup dari berat kisaran normal, Aktifitas Keperawatan :
mmHg, skala 3 : deviasi sedang dari berat 1. Posisikan pasien untuk
- Suhu : 370C kisaran normal, skala 4 : deviasi memaksimalkan ventilasi
- Nadi : 88 kali/menit, ringan dari berat kisaran normal, 2. Lakukan fisioterapi dada
- Pernafasan : 36 kali/menit, Skala 5 : tidak ada deviasi dari
sebagaimana mestinya
- Terpasang infus RL 20 berat kisaran normal, dengan
kriteria : Terapi oksigen
tts/mnt.
041102 1. Tingkat pernapasan (skala 2 3320 Aktifitas Keperawatan :
- Takipnea
menjadi 4) 1. Berikan oksigen tambahan sesuai
041103 2. Irama pernapasan (skala 2 yang diperintahkan
menjadi 4) 2. Monitor aliran oksigen
42
DS : 00027 Defisiensi Setelah dilakukan tindakan 4120 Manajemen cairan
- Klien mengatakan mual volume keperawatan selama 2 x 24 jam : Aktifitas Keperawatan :
- Klien mengatakan muntah cairan masalah teratasi. 1. Monitor status hidrasi (misalnya
sudah 5 kali membrane mukosa lembab, denyut
- Klien mengatakan habis 0602 Hidrasi
Skala 1 : sangat terganggu, skala 2 : nadi kuat)
makan ikan laut
DO : besarly compromised, skala 3 : 2. Monitor TTV pasien
- Klien nampak lemah cukup terganggu, skala 4 : sedikit 3. Berikan terapi IV sesuai yang
- Klien nampak pucat terganggu, Skala 5 : tidak ditentukan
- Akral dingin terganggu, dengan kriteria : 4. Berikan cairan yang tepat
- Turgor kulit jelek 060201 1. Turgor kulit (skala 2 menjadi 5) 4180 Manajemen hipovolemi
- Tekanan darah : 100/70 060202 2. Membrane mukosa lembab
Aktifitas Keperawatan :
mmHg, (skala 2 menjadi 5)
060215 3. Intake cairan (skala 2 menjadi 5) 1. Monitor adanya tanda-tanda
- Suhu : 370C
060211 4. Output urine (skala 2 menjadi 5) dehidrasi
- Nadi : 88 kali/menit,
- Pernafasan : 36 kali/menit, 2. Monitor adanya tanda-tanda
- Terpasang infus RL 20 hipotensi, pusing saat berdiri
tts/mnt. 3. Monitor sumber kehiangan cairan
sepertia diare, muntah, keringat
berlebihan dan takipnea
4. Dukung asupan cairan oral
5. Instruksikan kepada keluarga untuk
mencatat input dan output cairan
dengan tepat
43
IV. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tanggal/ Diagnosa
Tindakan Evaluasi
Jam Keperawatan
21 November Kode : 00030 1. Memonitor kecepatan irama, kedalaman dan kesulitan S:-
2019 Diagnosa : bernapas O:
Pkl 11.00 WITA Hambatan Hasil : napas takipnea, RR : 36x/i napas takipnea, RR : 36x/i
pertukaran gas tidak terdengar suara napas tambahan
2. Memonitor suara napas tambahan
klien posisi semifowler
Hasil : tidak terdengar suara napas tambahan klien dilakukan fisioterapi dada
3. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi klien diberikan oksigen 2 lpm
Hasil : klien posisi semifowler aliran oksigen lancar
3. Lakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya
Hasil : klien dilakukan fisioterapi dada A : Masalah belum teratasi
4. Memberikan oksigen tambahan sesuai yang diperintahkan
P : Lanjutkan intervensi
Hasil : klien diberikan oksigen 2 lpm
5. Memonitor aliran oksigen
Hasil : aliran oksigen lancar
22 November Kode : 00027 1. Memonitor status hidrasi (misalnya membrane mukosa S:-
2019 Diagnosa : lembab, denyut nadi kuat) O:
Pkl 11.00 WITA Defisiensi volume Hasil : Membran mukosa kering, nadi teraba lemah Membran mukosa kering, nadi teraba
cairan lemah
2. Memonitor TTV pasien
TD : 100/70 mmHg, RR : 20x/mnt, S :
Hasil : TD : 100/70 mmHg, RR : 20x/mnt, S : 36,2oC, N : 36,2oC, N : 80x/mnt
80x/mnt Klien terpasang cairan RL 20 tts/mnt
44
3. Memberikan terapi IV sesuai yang ditentukan Klien diberikan intake air putih
Hasil : Klien terpasang cairan RL 20 tts/mnt Mukosa bibir kering
4. Memberikan cairan yang tepat TD = 100/70 mmHg, tidak pusing saat
berdiri
Hasil : Klien diberikan intake air putih
Klien masih muntah
5. Memonitor adanya tanda-tanda dehidrasi Menyemangati klien untuk
Hasil : Mukosa bibir kering mengingkatkan asupan cairan
6. Memonitor adanya tanda-tanda hipotensi, pusing saat Keluarga nampak mencatat masukan
berdiri dan keluaran cairan pasien
Hasil : TD = 100/70 mmHg, tidak pusing saat berdiri
7. Memonitor sumber kehiangan cairan sepertia diare, muntah, A : Masalah belum teratasi
keringat berlebihan dan takipnea
P : Lanjutkan intervensi
Hasil : Klien masih muntah
8. Mendukung asupan cairan oral
Hasil : Menyemangati klien untuk mengingkatkan asupan
cairan
9. Menginstruksikan kepada keluarga untuk mencatat input
dan output cairan dengan tepat
Hasil : Keluarga nampak mencatat masukan dan keluaran
cairan pasien
45
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang
pada ikan ataupun organisme aquatik lainnya mengakibatkan keracunan bagi yang
mengkonsumsinya. Keracunan ikan dan tumbuhan laut, terutama yang ringan, sering
terlewatkan karena menyerupai atau rancu dengan reaksi alergi. Timbulnya gejala
keracunan histamin cukup cepat, biasanya terjadi dalam waktu 10 menit sampai 4 jam
toksis (keracunan ikan dan tumbuhan laut) sangat komprehensif meliputi pengkajian,
B. Saran
keperawatan professional sesuai dengan yang telah direncanakan. Bagi para nelayan dan
46
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1 Media Aesculapius. FKUI
: Jakarta
Nanda Internasional I. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran.:EGC.
Suzanne C. Brenda G.2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EG
Bulechek, GM, Butcher, HK, Dochterman, JM, Wagner, CM, 2016. Nursing Interventions
Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia. Elsivier
Moorhead, S, Johnson, M, Maas, ML, Swanson, E. 2016. Nursing Outcome Classifications
Edisi Bahasa Indonesia. Elsivier
47