Kti Izmart Revisi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 67

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stres adalah suatu reaksi fisik dan psikis terhadap setiap tuntutan yang

menyebabkan ketegangan dan mengganggu stabilitas kehidupan sehari hari.

Menurut WHO (dalam Priyoto,2014), stres adalah reaksi / respon tubuh

terhadap stressor psikososial (tekanan mental/beban kehidupan). Stres

merupakan masalah umum yang terjadi dalam kehidupan umat manusia.

Kupriyanov dan Zhdanov (dalam Gaol L, 2016) mengatakan bahwa stres yang

ada saat ini adalah sebuah atribut kehidupan modern karena stres sudah

menjadi bagian hidup yang tidak bisa terpisahkan. Stres bisa terjadi dimana

saja dan dialami oleh siapa saja termasuk anak-anak, remaja, dewasa atau

yang sudah lanjut usia. Yang menjadi masalah adalah apabila jumlah stres itu

begitu banyak dan berdampak pada kondisi fisik dan mentalnya. Menjadi

single mother disebut Ellison (dalam Yenjeli Lusi, 2012) sebagai situasi yang

khusus sekaligus ekstrim dan menantang bagi seorang wanita. Hal ini karena

umumnya individu menjadi single mother terlebih dulu melewati masa yang

penuh stres,ketakutan dan rasa bersalah dari kejadian traumatis yang

dialaminya baru kemudian menyesuaikan diri dengan kehidupan yang baru

dan bertanggung jawab besar kepada keluarganya. Menurut Papalia dkk

(dalam Yenjeli Lusi, 2012) single mother adalah wanita yang ditinggalkan

suaminya atau pasangannya karena kematian atau perceraian dan memutuskan

1
untuk hidup sendiri membesarkan anaknya. Seiring dengan perkembangan

zaman kebutuhan akan tuntutan hidup semakin menigkat apalagi menjalani

peran sebagai orang tua tunggal yang masih memiliki anak yang masih kecil

atau masih sekolah. Seorang ibu memang dianugerahi untuk membesarkan

anak dengan baik namun jika ibu juga bekerja menafkahi dan memenuhi

kebutuhan keluarganya tidak menutup kemungkinan seorang ibu mengalami

stres. Hal tersebut pasti dialami oleh single mother, beban yang dipikul akan

sangat berat karena tidak adanya suami yang menemani. Kehilangan waktu

bersama anak untuk bekerja merupakan suatu permasalahan yang dialami.

Belum lagi kondisi psikologis akibat proses yang mendasari wanita menjadi

seorang single mother. Perasaan sedih atas kehilangan atau karena sakit hati

dan kecewa. Single mother hanyalah manusia biasa yang rentan mengalami

sebuah stres (kompasiana.com,2015). Apabila stres berkepanjangan dan tidak

segera ditangani maka akan berakibat buruk pada kesehatan jiwa dan bisa saja

menyebabkan seorang single mother mengalami gangguan jiwa. Dalam era

globalisasi saat ini kemajuan teknologi semakin berkembang pesat dan

memberikan perubahan secara umum dibidang kesehatan terutama di bidang

kesehatan jiwa. Kesehatan jiwa menjadi masalah kesehatan yang serius dan

memprihatinkan maka dari itu Kementrian Kesehatan RI dalam acara

peringatan Hari Kesehatan Jiwa sedunia tanggal 10 Oktober 2015 mengangkat

tema “Dignity in Mental Health atau Martabat Kesehatan Jiwa”. Tema ini

memberikan makna bahwa kesehatan jiwa itu selalu melekat pada kesehatan

setiap individu atau dengan kata lain belum dikatakan sehat jika jiwanya

2
belum sehat (dalam Pratama SAF,2016) Gangguan jiwa itu sendiri merupakan

kumpulan keadaan yang tidak normal,baik yang berhubungan dengan fisik

maupun mental menurut Yosep ( dalam Fahanani GF,2010). Menurut data

World Health Organization (WHO) (dalam Pratama FS, 2016) masalah

gangguan jiwa diseluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat

serius.

Fenomena single mother di dunia semakin meningkat, dari data Badan

Kependudukan Keluarga Nasional (BKKN) menyatakan bahwa pada tahun

2013 Indonesia termasuk negara dengan tingkat perceraian tertinggi se-Asia

Pasifik (dalam Sari DN,2019). Mengacu pada hasil Survey Penduduk Antar

Sensus pada tahun 2005, single parent atau orang tua tunggal wanita sudah

menjadi suatu kelompok didalam masyarakat diketahui dengan jumlah

8.926.387 wanita menjadi orang tua tunggal dikarenakan perceraian dan

kematian suami menurut Miranti (dalam Hamid dkk,2012). Hasil pendataan

dari Badan Pusat Statistik (BPS,2010 dalam Hasanah U,2016) terdiri dari

11.168.460 (5,8%) penduduk Indonesia berstatus janda, sedangkan 2.786.460

(1,4%) berstatus duda dari keseluruhan penduduk Indonesia sejumlah

191.709.144 jiwa. Di Bojonegoro sendiri pengajuan cerai di Pengadilan

Agama (PA) tergolong cukup tinggi. Hingga pertengahan bulan Juni tahun

2019 sudah ada 1.450 pasangan suami istri yang mengajukan diri untuk

mengakhiri rumah tangga yang sudah dibina besama.

(blokBojonegoro.com.2019). Di Desa Sumberarum Kecamatan Dander

Kabupaten Bojonegoro sendiri jumlah janda saat ini mencapai 193 jiwa.

3
Ruslina (dalam Sari DN,2019) menjelaskan dalam penelitiannya yang

berkaitan dengan peran ganda dengan stres kerja pada wanita single parent

yang bekerja, pengaruhnya mencapai 1,6% yang mengalami stres kerja saat

tinggi,meliputi 33.3 % mengalami stres kerja tinggi, 35% mengalami stres

kerja sedang dan 30% mengalami stres kerja rendah. Dalam studi di Journal

of Epidemiology & Community Health, peneliti menganalisis data dari 15

negara berbeda menemukan perempuan yang beresiko buruk terhadap

kesehatannya adalah ibu tunggal di AS, Inggris, Denmark, dan Swedia.

Menurut penelitian yang di publikasi oleh Medical News Today, ibu tunggal

tidak pernah lepas dari berbagai masalah kesehatan, termasuk kardiovaskuler,

kesehatan mental yang buruk serta peningkatan moralitas (Suara.com,2019).

Selain itu,saat ini masalah kesehatan jiwa menjadi perhatian bagi masyarakat

dunia. Kurang lebih 25% dari seluruh penduduk mengalami satu atau lebih

gangguan jiwa dan perilaku dimasa hidupnya. WHO menemukan bahwa 24%

pasien yang berobat ke pelayanan kesehatan primer memiliki diagnosis

gangguan jiwa seperti depresi dan cemas, baik sebagai diagnosis tersendiri

atau komorbid dengan diagnosis fisiknya(World Health Report 2001).

Sementara itu masalah kesehatan jiwa di Indonesia cukup besar. Berdasarkan

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas,2018), data nasional untuk gangguan

mental emosional (gejala depresi dan cemas) yang terdeteksi pada usia ≥ 15

tahun atau lebih, dialami oleh 6% penduduk atau lebih dari 14 juta jiwa.

Sedangkan gangguan jiwa berat (psikotik) dialami oleh 1.7/1000 atau lebih

dari 400.000 jiwa. (kemenkes RI,2019). Untuk jumlah penderita gangguan

4
jiwa di wilayah kerja Puskesmas Dander pada tahun 2019 mencapai 53 pasien

gangguan jiwa, 12 diantaranya ada di Desa Sumberarum Kecamatan Dander

Bojonegoro.

Solis dan Lopez (dalam Sari DN,2019) menyatakan bahwa menjalani

hidup sebagai orang tua tunggal bisa sangat sibuk. Selain mengasuh dan

merawat rumah, sebagian besar mungkin ada yang bekerja, disisi lain

mengasuh anak, memenuhi kebutuhan dan biaya hidup akan mengurangi

waktu berkualitas bersama anak, untuk itu antara kerja dengan tugas rumah

haruslah seimbang. Bahkan meskipun beberapa tekanan sangat membantu

bagi individu dalam tantangan baru, stres yang terus menerus tinggi dan tiada

henti dapat menyebabkan psikologis,fisik dan perilaku sakit kesehatan.

Banyaknya individu yang mengalami stres dimana stres sebagai keadaan

ketegangan fisik atau mental menyebabkan perubahan pada sistem saraf

otomatis sehingga stres itu adalah bentuk tekanan,ketegangan sekaligus

perhatian dari luar dan dalam lingkungan yang menyebabkan perubahan

fisiologis, psikologis, fisik, ekspresi dan kebiasaan. Individu yang stres merasa

sulit beradaptasi dalam banyak situasi dan membutuhkan usaha untuk

mencapai keseimbangan didalam diri dan lingkungannya. Stres fisik dan

mental dapat menimbulkan reaksi yang berbahaya bagi kesehatan tubuh

(Thangal dan Yusof,2016 dalam Sari DN,2019). Koping adalah suatu cara

untuk bertahan atau menghadapi suatu keadaan atau stressor. Bila kopingnya

sudah tidak efektif dan menyerah pada keadaan masalah yang ada pada dirinya

hal ini dapat memicu gangguan kejiwaan seseorang (kompasiana.com,2017).

5
Selain harus bekerja dan mengurus anak dalam waktu yang bersamaan,

dukungan dari keluarga dan lingkungan/masyarakat yang kurang baik juga

dapat menjadikan seorang single mother merasakan hanya hidup sendiri dan

berpotensi menyebabkan stres. Apabila seseorang telah mengalami stres tidak

menutup kemungkinan akan berdampak pada kesehatan jiwanya. Stres yang

menumpuk dan tidak bisa menanganinya dengan baik akan berdampak pada

kesehatan baik fisik maupun mental dan lebih buruknya lagi bisa menjadi

gangguan jiwa.

Upaya untuk mengatasi stres pada single mother salah satunya adalah

menghindari stres yang berkepanjangan dengan cara tetap sabar dan iklas

bahwa semua yang terjadi dalam diri bukanlah sebuah beban dan yakin

mampu menghadapi dengan semangat yang tinggi. Keluaraga berperan

penting untuk selalu mendukung single mother dalam menjalankan kehidupan

rumah tanggannya. Dukungan sosial yang baik dari sahabat, atau

lingkungansekitar/masyarakat serta pemerintah menjadi energi positif bagi

orang tua single mother. Dukungan sosial bisa berupa dukungan emosional

atau instrumental, seperti yang dikemukakan oleh Sarason (1990). Dukungan

emosional, ditandai dengan perhatian simpatik terhadap orang lain yang

mengalami stres. Tujuannya untuk mengurangi emosi negatif dari seseorang.

Dukungan instrumental, ditandai dengan bantuan yang lebih nyata atau

berwujud. Misalnya, memberikan nasehat kepada single mother yang

mengalami stres dengan mengubah persepsi terhadap sumber penyebab stres,

menyelesaikan masalah yang ada serta mengubah lingkungan yang dapat

6
memicu timbulnya stres (kompasiana.com,2015). Tidak hanya itu, pada tahun

2014 pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang (UU) nomor 18 tentang

Kesehatan Jiwa. Semangat yang ingin dicapai adalah menciptakan sinergi

antara pemerintah dan masyarakat dalam pencegahan dan penanganan

masalah kejiwaan Indonesia (kompasiana.com,2016). Dalam hal ini

masyarakat maupun pemerintah berupaya meminimalisasi kasus gangguan

jiwa dengan mengenali gejala awal seseorang mengalami gangguan jiwa salah

satunya adalah stres.

Berdasarkan uraian diatas jumlah ibu single mother di Desa Sumberarum

cukup banyak tidak menutup kemungkinan seorang single mother tersebut

mengalami stres yang jika tidak segera ditangani bisa berlanjut ke gangguan

jiwa untuk mencegah hal diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Stres ibu Single Mother dengan

Deteksi Dini Gangguan Jiwa di Desa Sumberarum Kecamatan Dander

Kabupaten Bojonegoro tahun 2020”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan perumusan

masalah sebagai berikut: Apakah ada hubungan tingkat stres pada ibu single

mother dengan deteksi dini gangguan jiwa di Desa Sumberarum Kecamatan

Dander Kabupaten Bojonegoro tahun 2020

7
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis hubungan tingkat stres ibu single motherdengan deteksi dini

gangguan jiwa di Desa Sumberarum Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro

tahun 2020.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat stres pada ibu single mother di Desa Sumberarum

Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro.

2. Mengidentifikasi deteksi gangguan jiwa pada ibu single mother di Desa

Sumberarum Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro.

3. Menganalisa hubungan tingkat stres pada ibu single mother dengan deteksi

dini gangguan jiwa di Desa Sumberarum Kecamatan Dander Kabupaten

Bojonegoro.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 ManfaatTeoritis

1. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman bagi para peneliti dalam melakukan penelitian dan

mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang keperawatan jiwa yang diperoleh

dari pendidikan dengan keadaan di masyarakat.

2. Bagi Responden

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi ibu single mother

tentang hubungan tingkat stres dengan deteksi dini gangguan jiwa serta

manajemen stres yang baik agar tidak berlanjut ke gangguan kejiwaan.

8
1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai masukan dan informasi

untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam keperawatan jiwa.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat memberikan tambahan wawasan dan tambahan pustaka bagi

pendidikan dan digunakan sebagai bahan bacaan untuk penelitian sejenis

selanjutnya.

9
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan diuraikan beberapa konsep yang berhubungan dengan

penelitian yaitu konsep stres, konsep single mother, konsep deteksi dini gangguan

jiwa, kerangka konsep dan hipotesis.

2.1 Konsep Stres

2.1.1 Pengertian

Stres adalah suatu reaksi fisik dan psikis terhadap setiap tuntutan yang

menyebabkan ketegangan dan mengganggu stabilitas kehidupan sehari hari.

Menurut WHO (2003), stres adalah reaksi/respon tubuh terhadap stressor

psikososial (tekanan mental/beban kehidupan) menurut Sriati, 2008 (dalam

Priyoto,2014).

Menurut Richard (dalam Santy RI,2017) stres adalah suatu proses yang

menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, ataupun

membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada level fisiologis,

emosional, kognitif dan perilaku. Peristiwa yang memunculkan stres dapat saja

positif (misalnya merencanakan perkawinan) atau negatif (contoh : kematian

keluarga). Sesuatu didefinisikan sebagai peristiwa yang menekan (stressful event)

atau tidak, bergantung pada respon yang diberikan oleh individu terhadapnya.

Menurut Dilawati (dalam Syahabuddin, 2010) stres adalah suatu perasaan

yang dialami apabila seseorang menerima tekanan. Tekanan atau tuntutan yang

diterima mungkin datang dalam bentuk mengekalkan jalinan perhubungan,

10
memenuhi harapan keluarga dan untuk pencapaian akademik. Lazarus dan

Folkman (dalam Evanjeli, 2012) yang menjelaskan stres sebagai kondisi individu

yang dipengaruhi oleh lingkungan. Kondisi stres terjadi karena

ketidakseimbangan antara tekanan yang dihadapi individu dan kemampuan untuk

menghadapi tekanan tersebut. Individu membutuhkan energi yang cukup untuk

menghadapi situasi stres agar tidak mengganggu kesejahteraan mereka.

2.1.2 Sumber Stres

Kondisi stres dapat disebabkan oleh berbagai penyebab atau sumber, dalam

istilah yang lebih umum disebut stressor. Stresor adalah keadaan atau situasi,

objek atau individu yang dapat menimbulkan stres. Secara umum stresor dapat

dibagi menjaditiga yaitu stresor fisik, sosial, dan psikologis.

1. Stresor fisik

Bentuk dari stresor fisik adalah suhu (panas dan dingin), suara bising,

polusi udara, keracunan, obat obatan (bahan kimiawi)

2. Stresor sosial

a. Stresor sosial, ekonomi dan politik, misalnya tingkat inflasi yang tinggi,

tidak ada pekerjaan, pajak yang tinggi, perubahan teknologi yang cepat,

dan kejahatan.

b. Keluarga misalnya peran seks, iri, cemburu, kematian anggota keluarga,

masalah keuangan, perbedaan gaya hidup dengan pasangan atau anggota

keluarga lain.

c. Jabatan dan karir, misalnya kompetisi dengan teman, hubungan yang

kurang baik dengan atasan atau sejawat, pelatihan, dan aturan kerja.

11
d. Hubungan interpersonal dan lingkungan, misalnya harapan sosial yang

terlalu tinggi, pelayanan yang buruk, hubungan sosial yang buruk.

3. Stresor psikologis

a. Frustasi

Frustasi adalah tidak tercapainya keinginan atau tujuan karena ada

hambatan

b. Ketidakpastian

Apabila seseorang sering berada dalam keraguan dan merasa tidak

pasti mengenai masa depan atau pekerjaannya. Atau merasa selalu

bingung dan tertekan, rasa bersalah, perasaan khawatir dan

inferior.(Priyoto, 2014)

2.1.3 Gejala Stres

Gejala terjadinya stres secara umum terdiri dari 2 gejala yaitu:

1. Gejala fisik

Beberapa bentuk gangguan fisik yang sering muncul pada stres adalah

nyeri dada, diare selama beberapa hari, sakit kepala, mual, jantung berdebar,

lelah, sukar tidur, dan lain-lain.

2. Gejala psikis

Sementara bentuk gangguan psikis yang sering terlihat adalah cepat marah,

ingatan melemah, tak mampu berkonsentrasi menyelesaikan tugas, perilaku

impulsive, reaksi berlebihan terhadap hal sepele, daya kemampuan berkurang,

tidak mampu santai pada saat yang tepat, tidak tahan terhadap suara atau

gangguan lain dan emosi tidak terkendali.

12
Peristiwa yang tidak dapat dikendalikan dan tidak dapat diprediksi, atau

yang menentang pandangan kita terhadap diri sendiri, cenderung dianggap

atau dirasakan sebagai stres. Terdapat tiga kategori dasar mengapa sebagian

orang menilai suatu peristiwa sebagai stres, yaitu :

a. Psichoanalytic Theori

Kecemasan neurotik yaitu kecemasan yang tidak proposional terhadap bahaya

aktual. Freud yakin bahwa kecemasan neurotik berasal dari konflik bawah sadar di

dalam seorang individu antara impuls id yang tidak dapat diterima dan batasan –

batasan yang diberikan oleh ego dan superego. Menurut teori psikoanalitik, kita

semua memiliki suatu konflik bawah sadar.

b. Behavioral Theory

Sementara itu Freud memandang konflik bawah sadar sebagai sumber

internal respon stres, ahli behavioris telah memfokuskan pada cara dimana

individu belajar mengasosiasikan respon stres dengan situasi tertentu.

c. Cognitive Theory

Ketidakberdayaan yang dipelajari yang diajukan oleh Abramson dan

sejawatnya (1978) memfokuskan pada satu tipe gaya kepribadian. Para peneliti

tersebut berpendapat bahwa jika seseorang mempertalikan peristiwa negatif

dengan penyebab internal pada dirinya (ini salah saya) mereka paing mungkin

menunjukkan respon ketidakberdayaan dan terdepresi terhadap peristiwa yang

negatif. Abramson dan sejawatnya menyatakan bahwa orang memiliki gaya

yang konsisten untuk membuat atribusi suatu peristiwa dalam kehiduapannya

yang dinamakan gaya atribusional. ( Priyoto, 2014 : 3)

13
2.1.4 Tahapan Stres

1. Stres Tahap I

Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya

disertai perasaan-perasaan sebagai berikut : ( Priyoto, 2014 : 5-8 )

a Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)

b Penglihatan tajam tidak seperti biasanya

c Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya namun tanpa

disadari cadangan energi dihabiskan all out disertai rasa gugup pula

d Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat,

namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.

2. Stres Tahap II

Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan” seperti

yang diuraikan pada tahap I mulai menghilang da timbul keluhan-keluhan

yang disebabkan karena cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari

karena tidak cukup waktu untuk istirahat. Istirahat antara lain dengan tidur

yang cukup bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang

mengalami defisit. Keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang

berada pada tahap II adalah sebagai berikut:

a. Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang searusnya merasa segar

b. Merasa mudah lelah sesudah makan siang.

c. Lekas capek menjelang sore

d. Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman.

14
e. Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar)

f. Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang

g. Tidak bisa santai

3. Stres Tahap III

Bila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa

menghiraukan keluhan-keluhan yang telah diuraikan pada stres tahap II, maka

yang bersangkutan akan menunjukkan keluhan yang semakin nyata dan

mengganggu, yaitu :

a. Gangguan lambung dan usus semakin nyata misalnya keluhan maag

(gastritis), buang air besar tidak teratus (diare).

b. Ketegangan otot-otot semakin terasa

c. Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat

d. Gangguan pola tidur (insomnia)

e. Koordinasi tubuh terganggu (badan serasa oyong serasa mau pingsan).

4. Stres Tahap IV

Tidak jarang seseorang pada waktu memerisakan diri ke dokter

sehubungan dengan keluhan stres tahap III diatas, oleh dokter dinyatakan

tidak sakit karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik pada organ

tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan yang bersangkutan terus memaksakan diri

untuk bekerja tanpa mengenal istirahat maka gejala stres tahap IV akan

muncul :

a. Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit

15
b. Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan

menjadi membosankan dan terasa lebih sulit

c. Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan

untk merespon secara memadai (adequate)

d. Ketidakmampuan untuk melakasanakan kegiatan rutin sehari-hari

e. Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi mimpi yang menegagkan

f. Daya konsentrasi dan daya ingat menurun

g. Timbul prasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa

penyebabnya.

5. Stres Tahap V

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V

yang ditandai dengan hal-hal berikut:

a. Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam

b. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang

ringan dan sederhana

c. Gangguan sistem pencernaan semakin berat

d. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat,

mudah bingung dan panik.

6. Stres Tahap VI

Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan

panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang

mengalami stres tahap VI ini berulang kali dibawa ke Unit Gawat Darurat

16
bahkan ke ICCU, meskipun pada akhirya dipulangkan karena tidak ditemukan

kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut

a. Debaran jantung teramat keras

b. Susah bernafas (sesak dan megap-megap)

c. Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran

d. Ketiadaan tenaga unluk hal-hal yang ringan

e. Pingsan atau kolaps.

2.1.5 Tingkat dan Bentuk Stres

Stress sudah menjadi bagian hidup masyarakat. Mungkin tidak ada

manusia biasa yang belum pernah merasakan stress. Stress kini menjadi

manusiawi selama tidak berlarut-larut berkepanjangan. Berdasarkan gejalanya,

stress dibagi menjadi tiga tingkat yaitu :

1. Stress ringan

Stres ringan adalah stresor yang dihadapi setiap orang secara teratur,

seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu-lintas, kritikan dari atasan. Situasi

seperti ini biasanya berlangsung beberapa menit atau jam. Stresor ringan

biasanya tidak disertai timbulnya gejala. Ciri-cirinya yaitu semangat

meningkat, penglihatan tajam, energi meningkat namun cadangan energinya

menurun, kemampuan menyelesaikan pelajaran meningkat, sering merasa

letih tanpa sebab, kadang-kadang terdapat gangguan sistem seperti

pencernaan, otot, perasaan tidak santai. Stress yang ringan berguna karena

dapat memacu seseorang untuk berpikir dan berusaha lebih tangguh

menghadapi tantangan hidup.

17
2. Stres sedang

Berlangsung lebih lama dari beberapa jam sampai beberapa hari.

Situasi perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan, anak yang sakit,

atau ketidakhadiran yang lama dari anggota keluarga merupakan penyebab

stres. Ciri-cirinya yaitu sakit perut, mules, otot-otot terasa tegang, perasaan

tegang, gangguan tidur, badan terasa ringan.

3. Stress berat

Adalah situasi yang lama dirasakan oleh seseorang dapat berlangsung

beberapa minggu sampai beberapa bulan, seperti perselisihan perkawinan

secara terus menerus, kesulitan financial yang berlangsung lama karena tidak

ada perbaikan, berpisah dengan keluarga, berpindah tempat tinggal

mempunyai penyakit kronis dan termasuk perubahan fisik, psikologis, sosial

pada usia lanjut. Makin sering dan makin lama situasi stres, makin tinggi

okesehatan yang ditimbulkan. Stres yang berkepanjangan dapat

mempengaruhi kemampuan untuk meyelesaikan tugas perkembangan. Ciri-

cirinya yaitu sulit beraktivitas, gangguan hubungan sosial, sulit tidur,

negativistik, penurunan konsentrasi, takut tidak jelas, keletihan meningkat,

tidak mampu melakukan pekerjaan sederhana, gangguan sistem meningkat,

perasaan takut meningkat.

Istilah stres yang digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari

umumnya mengacu pada perasaan atau reaksi negatif terhadap sualu peristiwa.

Sebenarnya stres bukan hanya sesuatu hal yang "buruk" karena hal yang

"baik" pun, Istilah yang dapat membedakan tipe stres, yaitu:

18
a. Distress merupakan stres yang berbahaya dan merusak keseimbangan

fisik, psikis atau sosial individu,

b. Eustress merupakan stres yang menguntungkan dan konstruktif bagi

kesejahteraan individu. Anthonovsky (dalam Sherridan dan Radhmacher,

1992) menambahkan bahwa stres juga dapat bersifat netral yaitu tidak

memberikan efek buruk maupun baik. Ini terjadi bila intensitas atau durasi

stresor sangat kecil atau kemampuan adaptasi individu sangat baik sehingga

stresor dapat dikendalikan.

Dampak akibat stres, faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap stresor

adalah sebagai berikut.

a. Pengalaman sebelumnya. Seseorang yang pernah mengalami situasi

stressfull pada umumnya mampu menghadapi dengan baik jika situasi

yang menyebabkan stres

b. Muncul lagi.

c. Informasi. Informasi mengenai suatu peristiwa stressfull dapat

memberikan persiapan kepada seseorang untuk menerima keadaan

tersebut sehingga mengurangi intensitas dari stres

d. Perbedaan individu. Sebagian orang berusaha untuk melindungi diri

mereka dari dampak stres seperti penyangkalan atau melepaskan diri

dari situasi tersebut.

e. Dukungan sosial. Dampak dari peristiwa stres dipengaruhi sistem

sosial. Dukungan dan empati dari orang lain sangat membantu

mengurangi tingkat stres

19
f. Kontrol. Kepercayaan seseorang untuk mengontrol situasi yang

menyebabkan stres dapat mengendalikan situasi akibat stres.( Priyoto,

2014 : 8 )

2.1.6 Faktor yang Mempengaruhi Stres

Banyak faktor baik besar maupun kecil yang dapat menghasilkan

stres dalam kehidupan individu. Pada beberapa kasus kejadian-kejadian

yang ekstrim seperti perang, kecelakaan dan lain sebagainya dapat

menyebabkan stres

Sementara kejadian sehari hari, kondisi kesehatan fisik tekanan

baik dari luar maupun dari dalam individu dan lain sebagainya juga dapat

mempengaruhi stres. Berikut ini adalah beberapa faktor yang

mempengaruhi stres menurut Santrok, yaitu

1. Faktor lingkungan

Stres muncul karena suatu stimulus menjadi semakin berat dan

berkepanjangan sehingga individu tidak lagi bisa menghadapinya. Ada 3 tipe

konflik yaitu mendekat-mendekat (approach - approach), menghindar –

menghindar (avoidance avoidance) mendekat-menghindar dan

(approachavoidance). Frustasi terjadi jika individu tidak dapat mencapai

tujuan yang diinginkan. Stres dapat muncul akibat kejadian besar dalam hidup

maupun gangguan sehari-hari dalam kehidupan individu.

2. Faktor Kognitif

Lazarus percaya bahwa stres pada individu tergantung pada bagaimana

mereka membuat penilaian secara kognitif dan menginterpretasi suatu

20
kejadian. Penilaian kognitif adalah istilah yang digunakan Lazarus untuk

menggambarkan interpretasi individu terhadap kejadian-kejadian dalam hidup

mereka sebagai suatu yang berbahaya, mengancam, atau menantang (penilaian

primer) dan keyakinan mereka apakah mereka memiliki kemampuan untuk

menghadapi suatu kejadian dengan efektif (penilaian skunder). Strategi

"pendekatan" biasanya lebih baik dari pada strategi "menghindar".

3. Faktor Kepribadian

Pemilihan strategi mengatasi masalah yang digunakan individu

dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian seperti kepribadian optimis dan

pesimis. Menurut Carver dkk (1989) individu yang memiliki kepribadian

optimis lebih cenderung menggunakan strategi mengatasi masalah yang

berorientasi pada masalah yang dihadapi. Individu yang memiliki rasa optimis

yang tinggi lebih mensosiasikan dengan penggunaan strategi coping yang

efektif. Sebaliknya, individu yang dengan penggunaan strategi coping yang

efektif. Sebaliknya, individu yang pesimis cenderung bereaksi dengan

perasaan negatif terhadap situasi yang menekan dengan cara menjauhkan diri

dari masalah dan cenderung menyalahkan diri sendiri.

4. Faktor Sosial-Budaya

Akulturasi mengacu pada perubahan kebudayaan yang merupakan

akibat dari kontak yang sifatnya terus menerus antara dua kelompok

kebudayaan yang berbeda. Stres alkuturasi adalah konsekuensi negatif dari

akulturasi. Anggota kelompok etnis minoritas sepanjang sejarah telah

mengalami sikap permusuhan, prasangka, dan ketiadaan dukungan yang

21
efektif selama krisis, yang menyebabkan pengucilan, isolasi sosial, dan

meningkatnya stres.

(ethesis.uinmalang.ac.id)

2.1.7 Dampak Stress

Dampak stres dibedakan dalam 3 kategori, yakni, dampak fisiologik,

behavioral. dampak psikologik, dan dampak perilaku :

1. Dampak Fisiologik

Secara umum orang yang mengalami stress mengalami sejumlah gangguan

fisik seperti mudah masuk angin, mudah pening-pening, kejang otot (kram),

mengalami kegemukan atau menjadi kurus yang tidak dapat dijelaskan, juga

bisa menderita penyakit yang lebih serius seperti cardiovasculer, hipertensi,

dst.

Secara rinci dapat diklasifikasi sebagai berikut

a. Gangguan pada organ tubuh hiperaktif dalam salah satu system tertentu

1. muscle myopathy : otot tertentu mengencang/melemah

2. tekanan darah naik : kerusakan jantung dan arteri

3. sistem pencernaan : maag, diare

b. Gangguan pada sistem reproduksi

1. Amenorrhea : tertahannya menstruasi

2. kegagalan ovulasi pada wanita, impoten pada pria

3. kehilangan gairah seks

c. Gangguan lainnya, seperti pening (migrane), tegang otot, rasa bosan, dst

22
2. Dampak Psikologik:

a. Keletihan emosi, jenuh, penghayatan ini merupakan tanda pertama dan

punya peran sentral bagi terjadinya burn -out'

b. Kewalahan/keletihan emosi, kita dapat melihat ada kecenderungan yang

bersangkutan

c. Pencapaian pribadi yang bersangkutan menurun, sehingga berakibat pula

menurunnya rasa kompeten & rasa sukses.

3. Dampak Perilaku

a. Manakala stress menjadi distress, prestasi belajar menurun dan sering

terjadi tingkah laku yang tidak berterima oleh masyarakat

b. Level stress yang cukup tinggi berdampak negatif pada mengingat

informasi, mengambil keputusan, mengambil langkah tepat.

c. Stress yang berat seringkali banyak membolos atau tidak aktif mengikuti

kegiatan pembelajaran. ( Priyoto, 2014 : 10 )

2.1.8 Adaptasi Stres

Adaptasi stress adalah perubahan anatomi, fisiologis dan serius psikologis di

dalam diri seseorang sebagai reaksi terhadap stress.

Adaptasi terhadap stress dapat berupa :

1. Adaptasi Fisiologis

Adaptasi fisiologis merupakan proses penyesuaian tubuh secara

alamiah atau secara fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan dan

berbagai faktor yang menimbulkan atau mempengaruhi keadaan menjadi tidak

23
seimbang contohnya masuknya kuman penyakit, maka secara fisiologis tubuh

berusaha untuk mempertahankan baik dari pintu masuknya kuman atau sudah

masuk dalam tubuh. Adaptasi secara fisiologis dapat dibagi menjadi dua yaitu,

apabila kejadiannya atau proses adaptasi bersifat lokal, maka itu disebut

dengan LAS (local adaptation syndroma) seperti ketika daerah tubuh atau

kulit terkena infeksi, maka di daerah kulit tersebut akan terjadi kemerahan,

bengkak, nyeri, panas dan lain-lain yang sifatnya lokal atau pada daerah

sekitar yang terkena. Akan tetapi apabila reaksi lokal tidak dapat diatasi dapat

menyebabkan gangguan secara sistemik tubuh akan melakukan proses

penyesuaian seperti panas seluruh tubuh, berkeringat dan lain-lain, keadaan ini

disebut sebagai GAS (general adaption syndroma).

2. Adaptasi secara Psikologis

Adaptasi psikologis merupakan proses penyesuaian secara psikologis

akibat stresor yang ada, dengan memberikan mekanisme pertahanan dari

dengan harapan dapat melindungi atau bertahan diri dari serangan atau hal-hal

yang tidak menyenangkan. Dalam adaptasi secara psikologis terdapat dua

cara untuk mempertahankan diri dari berbagai stresor yaitu dengan cara

melakukan koping atau penanganan diantaranya berorientasi pada tugas (task

oriented) yang di kenal dengan problem solving strategi dan ego oriented atau

mekanisme pertahanan diri.

Riset lain telah memfokuskan pada orang yang paling tahan terhadap

stress yang tidak mengalami gangguan fisik atau emosional walaupun

menghadapi peristiwa stress berat, Karakteristik kepribadian individu yang

24
tahan stress atau tabah diringkaskan dalam pengertian "komitmen","kendali".

Rasa mampu mengendalikan peristiwa kehidupan mencerminkan perasaan

kompetensi dan juga mempengaruhi penilaian terhadap peristiwa stress. Ahli

kardiologi mendefinisikan kumpulan perilaku (pola tipe A) yang tampaknya

menjadi karakter orang dengan penyakit jantung koroner. Orang yang

menunjukan pola perilaku A sangat kompetitif dan berorientasi pada

pencapaian; mereka merasa waktu selalu mendesak, merasa sulit untuk santai,

dan menjadi tidak sabar,mereka akan marah saat berhadapan dengan orang-

orang yang mereka anggap kurang atau tidak kompeten. Orang tipe B mampu

santai tanpa merasa bersalah dan bekerja tanpa menjadi bernafsu, mereka

merasa tidak harus tergesa-gesa yang menyebabkan ketidaksabaran, dan tidak

mudah marah.

Contohnya : Apakah anda merasa tergesa-gesa atau berada dalam

tekanan apakah anda makan secara cepat? Pewawancara menyela dengan nada

dan gaya yang menantang, dan melempar pertanyaan yang tidak berkaitan

dengan pertanyaan yang sebelumnya. Wawancara dinilai lebih berdasarkan

cara subjek menjawab ketimbang pada jawaban itu sendiri. Tipe A berbicara

dengan lantang yang meledak-ledak, dan meminta pewawancara agar tidak

menyela. Tipe pria B klasik duduk dalam cara yang santai, berbicara lambat

dan tenang, lebih mudah disela dan sering tersenyum.

Tipe A berkorelasi dengan keparahan sumbatan arteri koroner yang

diketahui dari otopsi atau pemeriksaan sinar-X bagian dalam pembuluh darah

koroner.

25
Berita baik tentang pola perilaku Tipe A adalah pola ini dapat

dimodifikasikan melalui program terapi, dan orang yang mampu menurunkan

perilaku tipe A nya menunjukan penurunan resiko penyakit jantung koroner.

3. Adaptasi Sosial Budaya

Adaptasi sosial budaya merupakan cara untuk mengadakan perubahan

dengan melakukan proses penyesuaian perilaku yang sesuai dengan norma

yang berlaku di masyarakat, berkumpul dalam masyarakat dalam kegiatan

kemasyarakatan.

Strategi bersahabat dengan Stress. Proses yang digunakan seseorang

untuk menangani tuntutan yang menimbulkan stres dinamakan coping

(kemampuan mengatasi masalah), dan memiliki dua bentuk utama, yaitu :

a. Problem- Facused Coping

Strategi terfokus masalah, dimana orang dapat memfokuskan pada

masalah atau situasi spesifik yang telah terjadi, sambil mencoba menemukan

cara untuk mengubahnya atau menghindarinya di kemudian hari. Strategi

untuk memecahkan masalah antara lain adalah:

Menentukan masalah dan menciptakan pemecahan alternatif.

Menimbang-nimbang alternatif berkaitan dengan biaya dan manfaat.

Bagaimana cakapnya individu menerapkan strategi tersebut tergantung pada

pengalamannya dan kapasitasnya untuk mengendalikan diri. Selain itu terapi

mengajar orang depresi untuk menggunakan strategi terfokus masalah adalah

efektif dalam membantu mereka mengatasi depresinya dan bereaksi secara

lebih adaptif stressor.

26
Contohnya : Orang yang cenderung menggunakan strategi terfokus

masalah dalam situasi stress menunjukan tingkat depresi yang lebih rendah

baik selama maupun setelah situasi stress.

b. Berfokus pada Emosi

Strategi terfokus emosi, dimana seseorang juga dapat berfokus untuk

menghilangkan emosi yang berhubungan dengan situasi stres walaupun situasi

sendiri tidak dapat diubah. Orang menggunakan strategi terfokus emosi untuk

mencegah emosi negatif menguasai dirinya dan mencegah mereka untuk

melakukan tindakan untuk memecahkan masalahnya. Terdiri dari :

1. Strategi Perenungan: antara lain mengisolasi diri untuk memikirkan betapa

buruknya perasaan kita.

2. Strategi Pengalihan : antara ainl melibatkan diri dalam aktivitas yang

menyenangkan. Contohnya dengan menonton bioskop bersama teman-

teman, tujuannya adalah untuk menjauhkan diri dari masalah dan

mendapatkan kembali perasaan menguasai masalah.

3. Strategi Penghindaran Negatif : aktifitas yang dapat mengalihkan kita dari

mood. Contohnya adalah minum-minuman sampai mabuk, ngebut-

ngebutan di jalanan.

Strategi perenungan dan strategi penghindaran cenderung meningkatkan dan

memperpanjang mood yang terdepresi, sedangkan strategi pengalihan

cenderung menurunkan dan mempersingkat mood yang terdepresi. Penelitian

longitudinal yang lebih naturalistic juga telah menunjukan bahwa strategi

perenungan dan penghindaran masalah memperpanjang depresi sedangkan

27
strategi pengalihan membantu menurunkannya. Sekelompok peneliti di

Stanford University baru saja menilai kecenderungan strategi terfokus emosi

dan tingkal depresi pada sejumlah kelompok siswa dua minggu sebelum

gempa bumi mengguncang San Francisco Bay Area pada tahun 1989.

( Priyoto, 2014 : 11 )

2.1.9 Pengukuran Tingkat Stres

Tingkat stres adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stres yang

dialami seseorang. Tingkatan stres ini bisa diukur dengan banyak skala salah

satunya Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42) atau lebih diringkaskan

sebagai Depression Anxiety Stres Scale 21 (DASS 21) oleh Lovibond & Lovibond

(1995).

Psychometric Properties of The Depression Anxiety Stres Scale 42

(DASS) terdiri dari 42 item dan Depression Anxiety Stres Scale 21 terdiri dari 21

item. DASS adalah seperangkat skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur

status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres. DASS 42 dibentuk

tidak hanya untuk mengukur secara konvensional mengenai status emosional,

tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian, dan

pengukuran yang berlaku di manapun dari status emosional, secara signifikan

biasanya digambarkan sebagai stres. DASS dapat digunakan baik itu oleh

kelompok atau individu dengan tujuan penelitian (Lovibond & Lovibond,

1995).

28
Tingkatan stres pada instrumen ini berupa normal, ringan, sedang, berat,

sangat berat. Psychometric Properties of The Depression Anxiety Stres Scale 42

(DASS) terdiri dari 42 item, mencakup :

1. Skala depresi terdapat pada pernyataan nomor 3, 5, 10, 13, 16, 17, 21, 24,

26, 31, 34, 37, 38, 42.

2. Skala kecemasan terdapat pada pernyataan nomor 2, 4, 7, 9, 15, 19, 20, 23,

25, 28, 30, 36, 40, 41.

3. Skala stress terdapat pada pernyataan nomor 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27,

29, 32, 33, 35, 39.

Setelah responden menjawab pernyataan maka skor dijumlahkan dan

pengkategoriannya adalah :

Depresi Kecemasan Stres


Normal 0-9 0-7 0-14
Ringan 10-13 8-9 15-18
Sedang 14-20 10-14 19-25
Berat 21-27 15-19 26-33
Sangat berat > 28 > 20 > 34
Sumber : lovibond & lovibond (1995)

29
DASS Nama : Tanggal :
Silahkan baca setiap pernyataan dan melingkari skor 0, 1, 2 atau 3 yang
menunjukkan berapa banyak pernyataan yang Anda terapkan selama seminggu
terakhir. Tidak ada jawaban benar atau salah.
Jangan menghabiskan waktu terlalu banyak pada pernyataan apapun.
Ketentuan skor sebagai berikut:
0 = Tidak berlaku untuk saya sama sekali
1 = Diterapkan kepada saya untuk beberapa waktu
2 = Diterapkan kepada saya dengan waktu yang sebagian
3 = Diterapkan untuk saya dengan waktu yang sangat banyak, atau sebagian besar
NO. PERNYATAAN SKOR

0 1 2 3

1. 1. Saya menemukan diri saya menjadi marah


oleh hal-hal sepele yang
2. 2. Saya menyadari keringnya mulutku
3. 3. Saya tidak bisa menampakkan perasaan
positif pada semua pengalaman
4. 4. Saya mengalami kesulitan bernapas
(misalnya, bernapas terlalu cepat, kesulitan
bernafas dalam ketiadaan fisik tenaga )
5. 5. Tampaknya saya tidak bisa cuek
6. 6. Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap
situasi
7. 7. Saya punya perasaan goyang ( misalnya
dalam menentukan arah)
8. 8. Saya merasa sulit untuk bersantai
9. 9. Saya menemukan diri saya dalam situasi yang
membuat saya begitu cemas ketika mereka
berakhir
10. 10. Saya merasa bahwa saya punya apa-apa untuk
melihat ke depan
11. 11. Saya dapati diri saya menjadi mudah marah
12. 12. Saya merasa bahwa saya menggunakan
banyak energy
13. 13. Saya merasa sedih dan tertekan
14. 14. Saya menemukan diri saya yang tidak sabar
ketika saya terlambat di suatu jalan ( misalnya
di lift , lampu lalu lintas, yang harus

30
menunggu )
15. 15. Aku punya perasaan akan pingsan
16. 16. Saya merasa bahwa saya telah kehilangan
minat untuk semuanya
17. 17. Saya merasa tidak pantas sebagai seorang
individu
18. 18. Saya merasa bahwa saya agak sensitif
19. 19. Saya mudah berkeringat ( misalnya, pada
tangan) walaupun cuaca tidak panas atau
aktivitas fisik
20. 20. Saya merasa takut tanpa alasan yang baik
21. 21. Saya merasa bahwa hidup tidak berharga
22. 22. Saya merasa sulit bangkit
23. 23. Saya mengalami kesulitan dalam menelan
24. 24. Saya tidak bisa merasakan kepuasan atau
menikmati apapun dari hal yang saya lakukan
25. 25. Saya sadar bahwa perasaan saya tanpa adanya
latihan fisik ( misalnya, sensasi meningkatnya
denyut jantung)
26. 26. Aku merasa jatuh dan biru
27. 27. saya menemukan bahwa saya sangat marah
28. 28. Saya merasa dekat mudah panik
29. 29.. Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuati
memarahi saya
30. 30. Saya takut bahwa saya akan " dibuang " oleh
hal-hal yang sepele atau tidak dikenal
31. 31. Saya tidak antusias tentang apa pun
32. 32. Saya merasa sulit untuk mentolerir gangguan
dengan ada pada hal yang saya lakukan
33. 33. Saya berada dalam keadaan ketegangan saraf
34. 34. Saya merasa cukup berharga
35. 35. Saya tidak toleran terhadap apa pun yang
membuat saya getting on terhadap apa yang
saya lakukan
36. 36. Saya merasa takut
37. 37. Aku bisa melihat tidak ada satupun yang bisa
diharapkan dari sekitar
38. 38. Saya merasa bahwa kehidupan ini berarti
39. 39. Saya mendapati diriku semakin gelisah

31
40. 40. Saya sangat khawatir tentang situasi di mana
saya mungkin panik dan memalukan diriku
sendiri
41. 41. Saya mengalami gemetar ( misalnya , di
tangan )
42. 42. Saya merasa sulit untuk berinisiatif
melakukan sesuatu pekerjaan
(http://dewisusilawati39.blogspot.com/2014/08/konsep-stres-dan-perubahan-

perubahan.html).

2.2 Konsep Single Mother

2.2.1 Pengertian Single Mother

Menurut Papalia dkk, 2002 (dalam Yenjeli L,2012) single mother adalah

wanita yang ditinggalkan oleh suami atau pasangan hidupnya baik karena

terpisah, bercerai atau meninggal dunia untuk kemudian memutuskan untuk

tidak menikah melainkan membesarkan anak-anaknya seorang diri.

Sedangkan Anderson dkk (1998) mengartikan single mother sebagai

wanita dewasa yang memilih untuk hidup sendiri tanpa pendamping

dikarenakan perpisahan atau perceraian. Exter (dalam Anderson dkk. 1998)

mengatakan bahwa menjadi single mother merupakan pilihan hidup yang

dijalani oleh individu yang berkomitmen untuk tidak menikah atau menjalin

hubungan intim dengan orang lain.

Single mother dapat pula diartikan sebagai sosok yang menjadi tulang

punggung keluarga, baik karena bercerai, kematian atau karena pernikahan

yang tidak harmonis (Anderson dkk. 1998). Saund (dalam Papalia dkk. 2002)

menjelaskan bahwa individu yang telah terikat serta dengan figur suaminya

namun karena suatu hal kehilangan partner untuk bertukar pikiran, mengurus

32
rumah tangga dan membesarkan anak-anak dapat disebut sebagai single

mother.

Berdasarkan definisi diatas maka pengertian single mother adalah wanita

yang ditinggal mati suami , bercerai atau ditinggalkan pasangan hidupnya

yang tanpa ada ikatan pernikahan dan berperan sebagai tulang punggung

keluarga dimana tanggung jawab atas finansial, emosinal maupun masa depan

keluarga dipegang sepenuhnya oleh individu tersebut. Pada penelitiaan ini,

single mother yang dijadikan subjek penelitian adalah single mother yang

membesarkan anaknya tanpa disertai kehadiran dan tanggung jawab

pasanganya. ( http://xcontohmakalah.blogspot.com/2013)

2.2.2 Penyebab terjadinya Single Mother

Menurut Perlmutter & Hall (1992) (dalam Yenjeli L, 2012) ada beberapa

sebab mengapa seseorang sampai menjadi single mother, yaitu :

1. kematiaan suami

2. perceraian atau perpisahan,

3. mempunyai anak tanpa nikah.

2.2.3 Tahapan yang dilalui Single Mother

Ketika individu kehilangan seseorang yang dicintainya maka individu

tersebut biasanya merasakan sakit yang begitu dalam, rasa frustasi dan

kehilangan yang mungkin baru akan hilang setelah melalui waktu yang cukup

lama (Papalia dkk. 2002). Menurut Kubler-Ross (dalam papalia dkk. 2002)

individu yang mengalami hal yang demikian memerlukan waktu untuk dapat

menyesuaikan diri dengan kehidupan baru tanpa seorang pendamping.

33
Biasanya wanita yang ditinggal mati oleh suaminya dan menjadi single mother

pada awalnya akan mengalami beberapa tahapan, yaitu :

( http://xcontohmakalah.blogspot.com/2013)

1. Shock and disbeliefe

Tahap pertama ini terjadi sampai beberapa minggu setelah kematiaan

pasangan hidup. Umunya individu yang ditinggalkan merasa kehilangan,

bingung serta tidak percaya pada apa yang terjadi. Perasaan hampa seringkali

dirasakan ketika individu merasa ada yang hilang dari kehidupanya dan sering

terlihat menangis.

2. Preoccupation wiht the memory of deaht person

Tahap kedua ini terjadi kurang lebih enam bulan setelah kematiaan. Individu

yang ditinggalkan umumnya telah berusaha menjalani hidup dengan normal

namun belum bisa sepenuhnya menerima kenyataan. Sesekali individu masih

terlihat menangis dan tetap merasa bahwa sang suami masih mendampinginya,

mendengar suaranya, merasakan kehadiranya atau sering memimpikanya.

3. Resolution

Tahap terakhir ini terjadi ketika individu menemukan kembali semangat untuk

menjalani hidup seperti sebelum peristiwa tragis terjadi. Kenagan akan suami

tercinta biasanya akan membawa rasa sedih namun tidak begitu menyebabkan

luka yang mendalam. Hal ini karena individu menyadari bahwa meski dirinya

tidak lagi memiliki pendamping namun hidup harus tetapa berjalan.

34
2.2.4 Problematika yang dialami oleh Single Mother

Parkes (dalam Kirana, 2002 ) menyatakan problematika yang dihadapi

oleh single mother : ( http://xcontohmakalah.blogspot.com/2013)

Menjadi single mother disebut oleh Ellison (2003) sebagai situasi yang

khusus sekaligus ekstim dan menantang bagi seorang wanita. Hal ini karena

umumnya individu menjadi single mother terlebih dahulu melewati masa-

masa yang penuh stres, ketakutan dan rasa bersalah dari kejadiaan-kejadian

traumatis yang dilaminya, baru kemudian menyesuaikan diri dengan

kehidupan yang baru serta tanggung jawab yang lebih besar terhadap

keluarganya. Terkadang konflik internal muncul saat single mother harus

memainkan peran sebagai ibu sekaligus ayah bagi anak-anaknya. Hal ini

karena di satu sisi individu harus mengurus keperluan rumah tangga namun di

sisi lain, individu juga harus bekerja untuk menafkahi keluarganya. Bila

individu cenderung memainkan satu peranan saja maka akan mengorbankan

hal-hal yang sesungguhnya penting.

Selain konflik batin antara bekerja dan mengurus rumah, Moss dan Moss

(dalam Kirana, 2002) menambahkan bahwa kepergiaan salah satu orangtua

baik ayah atau ibu akan membawa masalah baru bagi keluarga tersebut, yaitu :

a. Berubahnya cara pandang anak terhadap orangtua.

b. Hilangnya ikatan yang telah terjalin anatara anak dan orangtua

sehingga menyebabkan perlakuan yang berbeda terhadap pola asuh

anak.

35
c. Meninggalkan rasa bersalah orangtua terhadap kelangsungan keluarga

terutama masa depan anak-anak.

d. Ketidakseimbangan dan ketegangan antara orangtua-anak

e. Hilangnya dukungan sosial maupun instrumental untuk temapat

sharing atau meminta bantuan.

2.3 Konsep Deteksi Dini Gangguan Jiwa

2.3.1 Pengertian

American Psycatric Association (1994) mendefinisikan gangguan

jiwa sebagai sindrom atau pola psikologis atau pola prilaku yang penting

secara klinis, yang terjadi pada individu dan sindrom itu dihubungkan

dengan adanya distress (misalnya, gejala nyeri, menyakitkan) atau

disabilitas (ketidakmampuan pada salah satu bagian atau beberapa fungsi

penting) atau disertai peningkatan resiko secara bermagna untuk mati,

sakit, ketidakmampuan, atau kehilangan kebebasan (Notosoedirdjo,

Lalipun, 2007 dalam Prabowo Eko, 2014 : 1: 7)

Deteksi dini gangguan jiwa adalah upaya sedini mungkin mengenal

gangguan mental atau jiwa dilakukan dengan mengenali gejala-gejala

abnormalitas (ketidakwajaran) pada mental atau pada jiwa. Pendekatan

diagnosis ini dilakukan untuk mencegah kekalutan mental yang lebih

parah yang dapat merusak kepribadian. Hal tersebut membantu individu

dalam mengembangkan cara berfikir, cara berperasaan, dan cara

berperilaku yang baik dan benar sehingga keberadaan seseorang bisa

36
diterima dalam ligkungan sebagai sosok insan yang sempurna.

(Muhfahrudi, 2006).

2.3.2 Tujuan Deteksi Dini pada Gangguan Jiwa

1. Memberikan pengetahuan dan pemahaman serta perhatian terhadap kondisi

psikologis, yakni kondisi mental dan jiwa spiritual yang ada dalam diri

individu untuk menghindari dan menanggulangi akan terjadinya gangguan

jiwa (mental).

2. Sebagai bentuk preventive ( pencegahan ) sejak awal terhadap indikasi-

indikasi akan terjadinya gangguan mental dan kejiwaan. Karena manusia itu

memiliki tanggung jawab yang benar terhadap relasi dalam berhubungan, baik

yang brkaitan dengan Tuhannya, individu dengan dirinya sendri, keluarganya,

lingkungan sosialnya dan lingkungan alam sekitarnya. (Muhfahrudi, 2006).

2.3.3 Manfaat Deteksi Dini pada Gangguan Jiwa

Deteksi dini ini juga memberikan manfaat yaitu :

1. Mengembangkan nilai dan sikap secara menyeluruh serta perasaan sesuai

peerimaan diri ( self acceptance ).

Membantu memahami tingkah laku manusia dan membantu manusia

untuk memperoleh kepuasan pribadi dan dalam penyesuaian diri secara

maksimum terhadap masyarakat serta membantu individu untuk hidup seimbang

dalam berbagai aspek, fisik, mental, dan sosial. (Muhfahrudi, 2006).

37
2.3.4 Ciri- ciri Sehat Jiwa

a. Ciri Sehat Jiwa menurut WHO adalah.

1. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun

kenyataan itu buruk baginya

2. Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya

3. Merasa lebih puas memberi daripada menerima

4. Secara relatif bebas dari rasa tegang (stress)

5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling

memuaskan

6. Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran di kemudian

hari.

7. Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan

konstruktif

8. Mempunyai rasa kasih sayang yang besar (Hawari, 2002)

b. Ciri Sehat Jiwa Menurut Maslow-Mittlemenn

1. Rasa aman yang memadai

Perasaan aman dalam hubungannya dengan pekerjaan, sosial dan

keluarganya Kemampuan menilai diri sendiri yang memadai yang

mencakup: harga diri yang memadai, ada nilai yang sebanding pada diri

sendiri dan prestasinya, memiliki perasaan yang berguna.

2. Memiliki spontanitas dan perasaan yang memadai dengan orang lain

seperti hubungan persahabatan, cinta, berekspresi yang cukup pada

ketidaksukaan tanpa kehilangan control kemampuan memahami dan

38
membagi rasa kepada orang lain, kemampuan menyenangi diri sendiri dan

tertawa.

3. Mempunyai kontak yang efisien dengan realitas sedikitnya mencakup 3

aspek: fisik, sosial dan diri sendiri/internal.

Ditandai dengan:

a) tiadanya fantasi yang berlebihan,

b) mempunyai pandangan yang realistis dan pandangan yang luas

c) kemampuan untuk berubah jika situasi eksternal tidak dapat

dimodifikasi.

4. Keinginan-keinginan jasmani yang memadai dan kemampuan untuk

memuaskannya, ditandai dengan:

a) sikap yang sehat terhadap fungsi jasmani.

b) kemampuan meperoleh kenikmatan kebahagiaan dari dunia fisik dalam

kehidupan.

c) kehidupan seksual yang wajar.

d) kemampuan bekerja dan

e) tidak adanya kebutuhan yang berlebihan.

5. Mempunyai pengetahuan yang wajar termasuk di dalamnya:

a) cukup mengetahui tentang: motif, keinginan, tujuan, ambisi, hambatan,

kompensasi, perasaan rendah diri.

39
b) penilaian yang realistis terhadap milik dan kekuarangan.

6. Kepribadian yang utuh dan konsisten, maknanya.

a) cukup baik perkembangannya, kepandaiannya, berminat dalam berbagai

aktivitas.

b) memiliki prinsip moral dan kata hati yang tidak berbeda dengan

pandangan kelompok.

c) mampu berkonsentrasi.

d) tidak ada konflik besar dalam kepribadiannya.

7. Memiliki tujuan hidup yang wajar, hal ini berarti:

a) memiliki tujuan yang sesuai dan dapat dicapai

b) mempunyai usaha yang cukup dan tekun mencapaí tujuan

c) tujuan bersifat baik untuk diri sendiri dan masyarakat

8. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman

Tidak hanya mengumpulkan pengetahuan dan kemahiran ketrampilan,

tetapi juga kemauan menerima hal baru yang baik.

9. Kemampuan memuaskan tuntutan kelompok, individu harus :

a) tidak terlalu menyerupai anggola kelompok yang lain;

b) terinformasi secara memadai, menerima cara yang berlaku

dikelompoknya

40
c) kemauan dan dapat menghambat dorongan dan hasrat yang dilarang

kelompoknya.

10. Mempunyai emansipasi yang memadai dari kelompok atau budaya, hal ini

mencakup :

a) kemampuan menganggap sesuatu itu baik dan yang lain jelek

b) dalam beberapa hal tergantung dari pandangan kelompok

c) menghargai perbedaan budaya (Notosoedirdjo, 2005).

c. Ciri Sehat jiwa menurut JAHODA

1. Sikap positif terhadap diri sendiri:

a. Menerima diri

b. Sadar diri

c. Objektif

d. Merasa berarti

2. Mampu tumbuh dan berkembang serta mencapai aktualisasi

a. Berfungsi optimal

b. Adaptif

3. Mampu mengatasi stres atau perubahan pada dirinya:

a. Ekspresi dan represi

b. Ego yang kuat (stres dan koping)

c. Luar dan dalam (konflik dan dorongan)

4. Bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakan yang diambil:

a. Tergantung dan mandiri seimbang

41
b. Tanggungjawab terhadap diri sendiri

c. Menghargai otonomi orang lain

4. Mempunyai persepsi yang realistik dan menghargai perasaan serta sikap orang

lain.

a. Mau berubah sesuai pengetahuan baru

b. Empati dan menghargai sikap dan perasaan orang lain

6. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan:

a. Sukses

b. Adaptif terhadap lingkungan

c. Dapat mengatasi: kesepian, agresif, frustasi.

d. Sehat jiwa menurut JOHNSON

a. Otonomi dan kemandirian,

b. Memaksimalkan potensi diri,

c. Mentoleransi kelidakpastian hidup,

d. Mampu mengelola stres kehidupan,

e. Menguasai lingkungan,

f. Orientasi realitas, dan

g. Harga diri realilas (Videbeck, 2008).

( Prabowo Eko ,2014 : 2-5 ).

2.3.5 Jenis Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua

bagian yaitu gangguan psikiatrik organik dan gangguan fungsional.

Gangguan psikiatrik organik terbagi menjadi dua macam yaitu, gangguan

42
organik seperti karsinoma, gangguan endokrin, dan lain-lain, serta

gangguan penggunaan zat psikoaktif seperti penggunaan alkohol, obat-

obatan terlarang, dan lain-lain. Gangguan fungsional juga terbagi menjadi

dua macam yaitu, psikosis seperti skizofrenia, gangguan mood, dan

gangguan psikotik lainnya, serta neurosis seperti gangguan obsesif

kompulsif, fobia, dan sebagainya (Puri, Laking, & Treasaden, 2012).

Maramis & Maramis (2009) membagi gangguan jiwa ke dalam dua

golongan, yaitu :

1). Gangguan jiwa berat / penyakit mental (Psikosis)

Psikosis merupakan gangguan jiwa serius yang dapat ditimbulkan

oleh penyebab organik maupun emosional. Gejala yang ditunjukkan

diantaranya gangguan kemampuan berpikir, bereaksi secara emosional,

berkomunikasi, mengingat, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai

dengan kenyataan itu, sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari menjadi sangat terganggu.

Gangguan jiwa berat berupa gangguan psikotik dan gangguan jiwa

skizofrenia merupakan bentuk gangguan fungsi pikiran berupa

disorganisasi isi pikiran yang ditandai dengan gejala gangguan

pemahaman berupa delusi dan waham, gangguan persepsi berupa

halusinasi atau ilusi, terganggunya daya nilai realitas yang

dimanifestasikan dengan perilaku bizzare atau aneh (Efendi & Makhfudli,

2009).

43
2). Gangguan jiwa ringan/ gangguan mental (Neurosis)

Neurosis merupakan penyesuaian diri yang salah secara emosional

karena tidak dapat diselesaikannya konflik tak sadar. Neurosis menurut

gejalanya dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu neurosis cemas, neusrosis

histerik, neurosis fobik, neurosis obsesif kompulsif, neurosa depresif,

neurosa nerastenik, dan neurosa depersonalisasi .Gangguan jiwa neurotik,

yaitu gangguan kejiwaan dimana penderitanya akan menunjukkan gejala

mudah lelah, kecemasan yang berlebih, insomnia, kelumpuhan, depresi,

dan gejala-gejala lainnya yang berhubungan dengan tekanan jiwa (Nasir &

Muhith, 2011).

Gangguan mental emosional juga merupakan bagian dari gangguan

jiwa yang bukan disebabkan oleh kelainan organik otak atau lebih

didominasi oleh gangguan emosi (Dictionary reference dalam Suyoko,

2012). Gangguan mental emosional adalah gejala orang yang menderita

karena memiliki masalah mental atau jiwa, lalu jika kondisi tersebut tidak

segera ditangani maka akan menjadi gangguan yang lebih serius (Idaiani,

2010). Selain itu, gangguan mental emosional juga disebut dengan istilah

distres psikologik atau distres emosional (Idaiani, Suhardi, & Kristanto,

2009). Pada keadaan tertentu gangguan ini dapat diderita oleh semua

orang namun dapat pulih kembali seperti keadaan semula jika dapat diatasi

oleh individu tersebut atau berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan

tetapi jika tidak dapat diatasi maka akan berlanjut menjadi gangguan yang

lebih serius (Kemenkes RI, 2013).

44
Gangguan mental emosional ditandai dengan menurunnya fungsi

individu pada ranah keluarga, pekerjaan atau pendidikan, danmasyarakat

atau komunitas, selain itu gangguan ini berasal dari konflik alam bawah

sadar yang menyebabkan kecemasan. Depresi dan gangguan kecemasan

merupakan jenis gangguan mental emosional yang lazim ditemui di

masyarakat. Sedangkan gangguan jiwa berat yang lazim ditemui di

masyarakat yaitu skizofrenia dan gangguan psikosis. Skizofrenia

merupakan gangguan jiwa berat yang prevalensinya paling tinggi dialami

oleh msyarakat (Kurniawan & Sulistyarini, 2016).

2.3.6 Tanda dan Gejala Timbulnya Gangguan Jiwa

Menurut Nasir dan Muhith (2011) beberapa tanda dan gejala gangguan

jiwa, yaitu sebagai berikut :

1). Gangguan kognitif

Kognitif merupakan proses mental di mana terdapat hubunganyang

disadari dan dipertahankan olehindividu dengan lingkungannya. Proses

kognitifmeliputi sensasi dan persepsi, perhatian, ingatan, asosiasi,

pertimbangan, pikiran, serta kesadaran.

2). Gangguan perhatian

Perhatian merupakan pemusatan dan konsentrasi energi.

3). Gangguan ingatan

Ingatan merupakan tanda-tanda kesadaran serta kemampuan untuk

menyimpan, mencatat, dan memproduksi isi.

45
4). Gangguan asosiasi

Asosiasi merupakan kesan atau gambaran ingatan yang ditimbulkan oleh

suatu perasaan, kesan, atau gambaran ingatan dalam suatu proses mental.

5). Gangguan pertimbangan

Pertimbangan atau penilaian merupakan suatu proses mental untuk

memberikanpertimbangan atau penilaian terhadap suatu maksud dan tujuan

dari aktivitas.

6). Gangguan pikiran

Pikiran merupakan bagian dari pengetahuan seseorang.

7). Gangguan kesadaran

Kesadaran merupakan kemampuan seseorang untuk mengadakan suatu

hubungan maupun pembatasan antara dirinya dengan lingkungan melalui

pancaindra.

8). Gangguan kemauan

Kemampuan merupakan suatu proses keinginan yang dilaksanakan untuk

mencapai tujuan setelah dilakukan pertimbangan dan kemudian diputuskan.

9). Gangguan emosi dan afek

Emosi merupakan pengalaman sadar dan berpengaruh terhadap aktivitas

tubuh yang menghasilkan sensasi kinetis maupun organik. Afek merupakan

kehidupan perasaan atau nada perasaan emosional seseorang, menyenangkan

46
atau tidak, yang menyertai suatu pikiran, biasa berlangsung lamadan jarang

disertai komponen fisiologis.

10). Gangguan psikomotor

Psikomotor merupakan gerakan tubuh yang dipengaruhi oleh keadaan

jiwa.

2.3.7 Pengukuran Deteksi Gangguan Jiwa

Self Reporting Questionnaire (SRQ) merupakan alat untuk mengukur

kondisi mental seseorang yang memiliki batasan waktu 30 hari (Idaiani,

Sapardin, & Susilowati, 2015). SRQ juga merupakan kuesioner yang biasa

digunakan untuk skrining masalah kesehatan jiwa masyarakat yang memiliki

jawaban “ya atau tidak” sehingga memudahkan masyarakat untuk

menjawabnya(Suyoko, 2012). Pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner SRQ

mengarah pada gejala cemas,depresi, kognitif, somatik, dan gejala penurunan

energi (Qonitah & Isfandari, 2015). SRQ mungkin tidak dapat mendeteksi

kondisi kesehatan jiwa individu yang memiliki riwayat penyakit mental atau

kejiwaan, ataupun sedang menderita gangguan jiwa (Idaiani, Saparadin, &

Sulistiowati, 2015). SRQ digunakan untuk menilai gangguan mental

emosional di dalam riskesdas 2013. SRQ teridiri dari 20 butir pertanyaan, di

mana kuesioner tersebut memiliki nilai batas 6, yaitu jika responden

menjawab “ya” sebanyak enam pertanyaan atau lebih, maka responden

tersebut diindikasikan mengalami gangguan mental emosional (Kemenkes

RI,2013). Gangguan mental emosional atau tertekan tersebut memiliki potensi

untuk menjadi gangguan mental jika diperiksa lebih lanjut oleh psikiater

47
(WHO, 1994 dalam Idaiani, 2010).Rincian butir pertanyaan dalam SRQ yaitu

sebagai berikut, gejala depresi terdapat pada butir nomor 6, 9, 10, 14, 15, 16,

17; gejala cemas pada butir nomor 3, 4, 5; gejala somatik pada butirnomor 1,

2, 7, 19; gejala kognitif pada butir nomor 8,12, 13; dan gejala penurunan

energi pada butir nomor 8, 11, 12, 13, 18, 20 (Chereian, Peltzer, & Cherian

(1998) dalam Idaiani, Suhardi, & Kristanto 2009.)

48
Self-Reporting Questionnaire-20

Petunjuk: Bacalah petunjuk ini seluruhnya sebelum mulai mengisi. Pertanyaan

berikut berhubungan dengan masalah yang mungkin mengganggu Anda selama

30 hari terakhir. Apabila Anda menganggap pertanyaan itu Anda alami dalam 30

hari terakhir, berilah tanda silang (X) pada kolom Y (berarti Ya). Sebaliknya,

Apabila Anda menganggap pertanyaan itu tidak Anda alami dalam 30 hari

terakhir, berilah tanda silang (X) pada kolom T (Tidak). Jika Anda tidak yakin

tentang jawabannya, berilah jawaban yang paling sesuai di antara Y dan T. Kami

tegaskan bahwa jawaban Anda bersifat rahasia dan akan digunakan hanya untuk

membantu pemecahan masalah Anda.

NO. PERTANYAAN Y T
1. Apakah Anda sering merasa sakit kepala?
2. Apakah Anda kehilangan nafsu makan?
3. Apakah tidur Anda tidak nyenyak?
4. Apakah Anda mudah merasa takut?
5. Apakah Anda merasa cemas, tegang, atau khawatir?
6. Apakah tangan Anda gemetar?
7. Apakah Anda mengalami gangguan pencernaan?
8. Apakah Anda merasa sulit berpikir jernih?
9. Apakah Anda merasa tidak bahagia?
10. Apakah Anda lebih sering menangis?
11. Apakah Anda merasa sulit untuk menikmati aktivitas sehari-
hari?
12. Apakah Anda mengalami kesulitan untuk mengambil
keputusan?
13. Apakah aktivitas/tugas sehari-hari Anda terbengkalai?
14. Apakah Anda merasa tidak mampu berperan dalam
kehidupan ini?
15. Apakah Anda kehilangan minat terhadap banyak hal?
16. Apakah Anda merasa tidak berharga?

49
17. Apakah Anda mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup
Anda?
18. Apakah Anda merasa lelah sepanjang waktu?
19. Apakah Anda merasa tidak enak di perut?
20. Apakah Anda mudah lelah?

Interpretasi:

1. Apabila terdapat jawaban YA pada no 6, 9, 10, 14, 15, 16,17 berarti

terdapat gejala depresi

2. Apabila terdapat jawaban YA pada No. 3, 4, 5 berarti terdapat gejala

cemas

3. Apabila terdapat satu atau lebih jawaban YA dari no. 1, 2, 7,19 berarti

terdapat gejala somatik

4. Apabila terdapat jawaban YA pada No. 8, 12, 13 berarti gejala kogmitif

5. Apabila terdapat jawaban YA pada No. 8, 11 ,12, 13,18,20berarti gejala

kognitif berarti terdapat gejala penurunan energi

( Kemenkes RI,2018)

50
2.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah konsep yang dipakai landasan

berfikiralam kegiatan ilmu. (Nursalam, 2016 : 49).

Penyebab terjadinya
single mother :

1. Kematian suami
2. Perceraian/perpisahan
3. Mempunyai anak
tanpa menikah

Ibu Single Mother di Desa


Dander Kecamatan
Sumberarum Kabupaten
fFaktor yang Bojonegoro
mempengaruhi Variable Independent
tingkat stres : Tingkat stres dengan
1. lingkungan alat ukur skala DASS
2. kognitif Variable Dependent
3. kepribadian 1. Stres normal Deteksi dini Gangguan jiwa
4. sosial- Dengan alat ukur SRQ
2. Stres ringan
budaya 3. Stres sedang
4. Stres berat
5. Stresberat 1. Skor < 6 tidak ada
sekali gejala gangguan
jiwa
2. Skor > 6 ada gejala
gangguan jiwa

1. Skor (0-14) stres normal

2. Skor (15-18) stres ringan

3. Skor (19-25) stres sedang


Gangguan mental yang
4. Skor (26-33) stres berat timbul :

1. Gejala depresi
5. Skor (> 34) stres berat sekali
2. Gejala cemas
3. Gejala somatik
4. Gejala kognitif
5. Gejala penurunan
energi

51
Gambar 2.1 kerangka konsep Hubungan Tingkat Stres Ibu Single Mother dengan

Deteksi Dini Gangguan Jiwa di Desa Dander Kecamatan Dander.

Keterangan :

: variabel yang di teliti

: variabel yang tidak di teliti

: berpengaruh

2.5 Hipotesa

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atas pertanyaan

penelitian (Nursalam, 2016: 50).

Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang digunakan untuk pengukuran

statistik dan interprestasi hasil statistik (Nursalam, 2016: 53).

Hipotesis alternatif (Ha/H1) adalah hipotesa penelitian. Hipotesa ini menyatakan

adanya suatu hubungan, pengaruh dan perbedaan antara dua atau lebih variabel

(Nursalam, 2016: 53).

Hipotesa dalam penelitian ini adalah (H1): Ada hubungan tingkat stres pada

ibu single mother dengan deteksi dini gangguan jiwa di Desa Sumberarum

Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro tahun 2020.

52
BAB 3

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2016: 2). Pada bab ini akan diuraikan

tentang desain penelitian, lokasi dan waktu penelitian, kerangka kerja, populasi

dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, pengumpulan dan analisis

data, dan etika penelitian.

3.1. Desain penelitian

Desain penelitian adalah hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat

oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan

(Nursalam, 2016: 157).

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik atau korelasional

(hubungan/asosiasi) yaitu mengkaji hubungan antara variabel. Peneliti dapat

mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, dan menguji berdasarkan

teori yang ada. Sampel perlu mewakili seluruh rentang nilai yang ada. Penelitian

korelasional bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel.

Hubungan korelatif mengacu pada kecenderungan bahwa variasi suatu variabel

diikuti oleh variasi variabel yang lain. Dengan demikian, pada rancangan

penelitian korelasional peneliti melibatkan minimal dua variabel. (Nursalam,

2016: 162)

Peneliti menggunakan pendekatan cross sectional, yang menekankan waktu

pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali

53
pada satu saat. Pada jenis ini, variabel independen dependen dinilai secara

simultan pada suatu saat,jadi tidak ada tindak lanjut. Tentunya tidak semua subjek

penelitian harus diobservasi pada hari atau pada waktu yang sama, akan tetapi

baik variabel independen maupun variabel dependen dinilai hanya satu kali saja.

Dengan studi ini, akan diperoleh prevalensi atau efek suatu fenomena (variabel

independen) di hubungkan dengan penyebab (variabel dependen). (Nursalam,

2016 : 163)

Pada dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat

stres single mother di Desa Sumberarum Kabupaten Bojonegoro tahun 2020.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai bulan Maret tahun

2020.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Sumberarum Kecamatan Dander Kabupaten

Bojonegoro.

54
3.3 Kerangka Kerja

Kerangka kerja adalah langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah, mulai dari

penetapan populasi, sampel dan seterusnya yaitu kegiatan sejak awal dilaksanakan

penelitian (Nursalam, 2016: 49).

Populasi:sssaSeluruh single mother di Desa Sumberarum Kecamatan Dander Kabupaten


Bojonegoro tahun 2020 sebanyak 193 orang.

Sampel: Sebagian lansia di Desa Sumberarum Kecamatan Dander Kabupaten


Bojonegoro tahun 2020 sebanyak 128 orang.

Sampling yang digunakan Probability Sampling dengan


teknik Simple Random Sampling

Variabel independent: Variabel dependent:


Tingkat stres single Deteksi dini gangguan jiwa
mother

Alat Ukur DASS Alat Ukur SRQ


HARTH

Pengolahan data dengan editing, coding,


scoring, tabulating

Analisa data dengan menggunakan uji statistik


Spearman Rho

Interpretasi hasil

Ada hubungan Tidak ada hubungan

Gambar 3.1 Kerangka kerja hubungan tingkat stres ibu single mother dengan

deteksi dini gangguan jiwa di Desa Sumberarum Kecamatan Dander

Kabupaten Bojonegoro tahun 2020

55
3.4 Populasi, Sampel, dan Sampling

3.4.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia ; klien) yang

memenu hi kriteria yang telah ditetapkan(Nursalam, 2016 : 169). Dalam

penelitian ini adalah seluruh ibu single mother di Desa Sumberarum Kecamatan

Dander Kabupaten Bojonegoro tahun 2020 sebanyak 193 orang.

3.4.2 Sampel

Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subyek penelitian melalui sampling. Sampel yang representatif

adalah sampel yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2016:

171). Sampel pada penelitian ini adalah sebagian ibu single mother di Desa

Dander Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro tahun 2020 yang

ditentukan dengan penghitungan besar sampel.

Dengan jumlah populasi sebanyak 193 maka peneliti akan menghitung besar

sampel dengan rumus:

NZ 21 / 2 P(1  P)
n=
( N  1)d 2  Z 21 / 2 P(1  P)

Keterangan :

n = besar sampel minimum

N = besar populasi

Z1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu

P = harga porposi di populasi

d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir (Hidayat A, 2013: 72).

56
= 193 x (1.96)² x 0.5 x 0.5

(0.005)² (193-1)+ (1.96)² x 0.5 x 0.5

= 128.6

= 128 responden.

Jadi besar sampel pada penelitian ini adalah 128 ibu single mother di Desa

Sumberarum Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro tahun 2020.

3.4.3 Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi unit yang diobservasi dari keseluruhan

populasi yang akan diteliti sehingga kelompok yang diobservasi dapat digunakan

untuk membuat kesimpulan atua membuat inferensi tentang populasi tersebut.

Tujuan dari sampling adalah untuk melakukan generalisir terhadap keseluruhan

populasi penelitian (Swarjana IK, 2015: 98). Pada penelitian ini sampling yang

digunakan adalah probability sampling dengan cara simple random sampling yang

merupakan jenis probabilitas yang paling sederhana, untuk pencapaian sampel ini

setiap elemen diseleksi secara acak (Nursalam, 2016: 173). Peneliti melakukan

pengambilan sampel dengan cara menulis nama responden pada kertas ditaruh

dalam kotak diaduk dan diambil secara acak sebesar jumlah sampel yang telah

ditentukan.

3.5 Identifikasi Variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Nursalam, 2016: 177). Variabel

dalam penelitian ini adalah variabel independen dan variabel dependen.

57
3.5.1. Variabel Independen

Variabel independent adalah variabel yang mempengaruhi variabel yang

lain. Variabel bebas biasanya dimanipulasi,diamati, dan diukur untuk

diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain. (Nursalam,

2016:177). Pada penelitian ini variabel independen adalah tingkat stres ibu

single mother.

3.5.2. Variabel dependen

Variabel dependent adalah variabel yang di pengaruhi oleh variabel lain.

Dengan kata lain, variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur

untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas.

(Nursalam, 2016: 178). Pada penelitian ini variabel dependen adalah deteksi

dini gangguan jiwa.

3.6. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2016 : 181).Definisi

operasional pada penelitian ini akan diuraikan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 3.1 Definisi operasional hubungan tingkat stres ibu single mother dengan

deteksi dini gangguan jiwa di Desa Sumberarum Kecamatan Dander

Bojonegoro tahun 2020

58
Definisi
Variabel Parameter Alat Ukur Skala Skor
Operasional
Variabel Pengukuran tingkat Unsur yang Kuesioner Ordinal 1. Skor (0-14) stres
independen : stres dengan dinilai dapat normal
Tingkat stres menggunakan skala menggunakan 2. Skor (15-18) stres
sing DASS skoring,dengan ringan
ketentuan 3. Skor (19-25) stres
le mother
penilaian sebagai sedang
berikut: 4. Skor (26-33) stres
0 = Tidak berlaku berat
untuk saya sama 5. Skor (> 34) stres
sekali berat sekali
1 = Diterapkan
kepada saya untuk
beberapa waktu
2 = Diterapkan
kepada saya
dengan waktu
yang sebagian
3 = Diterapkan
untuk saya
dengan waktu
yang sangat
banyak, atau
sebagian besar

Variabel Pengukuran deteksi Jika responden Kuisoner Ordinal Skor > 6 kali ada
dependen : dini gangguan jiwa menjawab gangguan menta
Deteksi menggunakan SRQ pertanyaan emosional
gangguan “Ya” nilai = 1 Skor < 6 kali
“Tidak” nilai= 0 Tidak ada gangguan
jiwa
mental emosional

59
3.7. Pengumpulan data dan Teknik Analisa Data

Proses pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek

dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu

penelitian. (Nursalam, 2016: 191).

3.7.1. Proses pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan

proses pengumpulan karakteristik subyek yang dikumpulkan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2016: 191).

1. Alur birokrasi perijinan

Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan rekomendasi dari

Direktur Stikes Rajekwesi Bojonegoro peneliti meminta izin dari Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro, ke Kepala Puskesmas Dander

Bojonegoro. Selanjutnya peneliti mengajukan permohonan ke Instansi tempat

penelitian, dalam penelitian ini adalah meminta ijin dari Kepala Desa Dander

Kecamatan Dander Bojonegoro untuk melakukan survei awal dan

mendapatkan surat balasan dari instansi terkait. Setelah mendapatkan surat

balasan dari instansi terkait peneliti melanjutkan untuk menyusun proposal

penelitian dan untuk dipresentasikan kepada dosen penguji.

2. Cara pengumpulan data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan setelah dinyatakan

lulus sidang proposal, peneliti kemudian melanjutkan untuk melakukan

penelitian tentang hubungan tingkat stres ibu single mother dengan deteksi

dini gangguan jiwa. Pelaksanaan penelitian diawali dengan menentukan

60
responden sebagai subjek penelitian dengan melakukan pengambilan sesuai

kriteria sampel yang telah ditentukan peneliti dan dilanjutkan dengan bertanya

kepada calon responden untuk berpartisipasi dalam penelitian. Sesudah

mendapatkan persetujuan dari responden, peneliti menjelaskan tentang latar

belakang dan tujuan penelitian, alasan mengapa terpilih menjadi responden,

tata cara prosedur penelitian, kerahasiaan identitas, hak responden, dan

informasi lain terkait dengan prosedur penelitian. Kemudian peneliti

melakukan wawancara kepada responden. Wawancara terdiri dari beberapa

item pertanyaan tentang tingkat stres dan deteksi dini gangguan kejiwaan.

3. Tindakan jika ada kesulitan dalam pengumpulan data

Dalam proses pengumpulan data, apabila terdapat hambatan atau kesulitan

maka peneliti meminta bantuan kepada aparatur Desa Sumberarum

Kecamatan Dander Bojonegoro.

3.7.2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo S, 2012: 87). Instrumen dalam penelitian ini

menggunakan kuesioner tentang skala DASS pada single mother pada variabel

independen dan pengukuran deteksi gangguan jiwa dengan menggunakan

SRQ pada single mother pada variabel dependen. Kuisioner adalah jenis

pengukuranpeneliti mengumpulkan data secara formal kepada subjekuntuk

menjawab pertanyaan secara tertulis (Nursalam,2016 : 188). Dalam penelitian

ini menggunakan kuesioner pertanyaan tertutup (close ended question)

61
3.7.3 Pengolahan Data

1. Editing

Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui

kuesioner perlu disunting (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing

adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir

atau kuesioner tersebut apakah lengkap,dalam arti semua pertanyaan sudah

terisi (Notoatmodjo S, 2012: 176).

2. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

peng“kode”an atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan (Notoatmodjo S, 2012: 177). Setiap

responden diberi kode sesuai dengan nomor urut.

Untuk mempermudah pengolahan, sebaiknya semua variabel diberi

kode, dan dilakukan sesudah pengumpulan data dilakukan. Pada penelitian ini

diberi kode sebagai berikut :

Variabel independen tingkat stres

Kode 1 : stres normal.

Kode 2 : stres ringan .

Kode 3 : stres sedang.

Kode 4 : stres berat

Kode 5 : stres berat sekali

Variabel dependen deteksi dini gangguan jiwa

Kode 1 : ada gejala gangguan jiwa

62
Kode 2 : tidak ada gejala gangguan jiwa

4. Scoring

Scoring adalah penentuan jumlah skor, dalam penelitian ini

menggunakan skala ordinal (Nursalam, 2016: 200).

a. Pada variabel penelitian tentang tingkat stres kuesioner terdiri dari 42

pertanyaan. Setelah data terkumpul, kemudian ditabulasi dan

dikelompokkan, kemudian diberi penilaian sebagai berikut:

Nilai 0 = Tidak berlaku untuk saya sama sekali

Nilai 1 = Diterapkan kepada saya untuk beberapa waktu

Nilai 2 = Diterapkan kepada saya dengan waktu yang sebagian

Nilai 3 = Diterapkan untuk saya dengan waktu yang sangat banyak, atau

sebagian besar

Dengan kriteria :

1. Skor (0-14) stres normal

2. Skor (15-18) stres ringan

3. Skor (19-25) stres sedang

4. Skor (26-33) stres berat

5. Skor (> 34) stres berat sekali

b. Pada variabel penelitian tentang deteksi dini gangguan jiwa kuesioner

terdiri dari 20 pertanyaan. Setelah data terkumpul, kemudian ditabulasi

dan dikelompokkan, kemudian diberi penilaian sebagai berikut:

Nilai 0 = jawaban “tidak”

63
Nilai 1 = jawaban “ya”

Dengan kriteria :

1. Skor > 6 = Ada gangguan mental emosional

2. Skor < 6 = Tidak ada gangguan mental emosional.

5. Tabulating

Tabulasi (tabulating) adalah membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan

penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo S, 2012: 176).

Setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisis deskriptif (univariate)

yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap

variabel penelitian (Notoatmodjo S, 2012: 182). Salah satu pengamatan yang

dilakukan pada tahap analisis deskriptif adalah pengamatan pada tabel

frekuensi. Tabel frekuensi terdiri dari kolom-kolom yang menurut frekuensi

dan prosentase untuk setiap kategori dengan rumus:

f
p x 100%
n

Keterangan: p: Prosentase

n: Jumlah seluruh observasi.

f: Frekuensi

64
Hasil prosentase tersebut dapat diinterpretasikan dengan menggunakan

kriteria kualitatif sebagai berikut:

a. 90% - 100 % : Mayoritas

b. 70% - 89% : Sebagian besar

c. 51% - 69% : Lebih dari sebagian

d. 50% : Sebagian

e. < 50% : Kurang dari sebagian (Nursalam, 2016: 210).

Data variabel independen dan variabel dependen yang terkumpul kemudian

akan disajikan dalam bentuk tabel bivariate. Tabel bivariate adalah suatu tabel

yang menyajikan data dari dua variabel secara silang. Tabel ini sering disebut

tabel silang atau cross tabulation (Notoatmodjo S, 2012: 190).

3.9 Teknik Analisa Data

3.9.1 Analisis Univariate (Analisis deskriptif)

Analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian.Bentuk analisis univariate tergantung

dari jenis datanya.Untuk data numerik digunakan nilai mean atau rata-

rata,median dan standar deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini

menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel

(Notoatmodjo S, 2012: 182).

3.9.2 Analisis bivariate

Analisis bivariate yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo S, 2012: 183). Dalam penelitian ini

variabel motivasi lansia dan variabel keaktifan lansia dalam posyandu lansia .

65
Setelah data terkumpul pada lembar kuesioner kemudian dilakukan

analisa data statistik korelasi Spearman Rho dengan tehnik komputerisasi

SPSS 17.0 apabila hasilnya menunjukkan tingkat signifikasi < = 0,05, H1

diterima maka H1 yang berarti ada hubungan tingkat stres dengan deteksi dini

gangguan jiwa di Desa Sumberarum Kecamatan Dander Kabupaten

Bojonegoro. Pada penelitian ini menggunakan uji statistik Spearman Rho

dikarenakan spearman rho ini digunakan ketika minimal satu dari dua variabel

berskala ordinal (Swarjana IK, 2015: 165).

3.10 Etika Penelitian

Masalah etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam

penelitian, pada penelitian ini berhubungan langsung dengan manusia maka segi

etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara

lain adalah sebagai berikut:

3.11. Lembar Persetujuan atau Informed Consent

Responden harus mendapatkan informasi yang lengkap tentang tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan. Setiap calon responden mempunyai hak untuk

berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Jika setuju maka responden harus

menandatangani lembar inform consent, jika menolak maka peneliti tidak akan

memaksa (Hidayat AAA, 2013: 93).

3.12 Tanpa nama atau anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data. Peneliti cukup

66
memberi nama inisial atau kode pada masing-masing lembar tersebut (Hidayat

AAA, 2013: 94).

3.13 Kerahasiaan atau confidentiality

Informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijaga kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya data yang berhubungan dengan penelitian yang akan disajikan

atau dilaporkan dalam karya tulis ilmiah (Hidayat AAA, 2013: 95).

67

Anda mungkin juga menyukai