LAPORAN PRAKTIKUM CRP Fix

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

IMUNOSEROLOGI I
PEMERIKASAAN C-REACTIVE PROTEIN

OLEH
Nama : Thesa Alonika Gombo
Nim : 18071021
Prodi : Teknologi Laboratorium Medik
Hari / Tanggal :
Dosen Penggampu :

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABOLATORIUM MEDIK


UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
DENPASAR
2019
PRAKTIKUM IV
PEMERIKSAAN C-REACTIVE PROTEIN

II. TUJUAN
Mengetahui ada tidaknya peningkatan C Reaktif Protein secara
kualitatif didalam serum pasien.

III. PRINSIP
Reverse passive aglutination yaitu terjadi aglutinasi antara serum
penderita yang menganfung CRP dengan partikel lateks yang telah
dilapisi dengan anti human CRP antibodi. Hasil postif apabila kadar crp
dalam serum > 6 mg/L.

IV. DASAR TEORI


C-reactive protein merupakan molekul polipeptida dari kelompok
pentraxins yang merupakan protein fase akut (Puspa Dewi, 2018). CRP
diproduksi di hati dan produksinya dikontrol oleh sitokin khususnya
interleukin-6 (Puspa Dewi, 2018). CRP diproduksi di dalam hepatosit
saat terjadi reaksi inflamasi. Banyak penelitian telah menggunakan CRP
sebagai pertanda prognosis karena CRP memiliki nilai sensitifitas yang
tinggi. CRP meningkat 4-6 jam setelah stimulus; konsentrasinya
meningkat 2 kali lipat setiap 8 jam; dan mencapai puncak dalam 36-50
jam. Waktu paruh CRP 19 jam sehingga bahkan dengan hanya 1 stimulus
membutuhkan beberapa hari untuk kembali ke kadar awal. Walaupun
termasuk protein fase akut, kadar CRP juga berubah selama proses
inflamasi kronis (Afina,2014).
Dalam jurnal penelitian oleh Alfina, et all dibahas tentang
penggunaan kadar CRP pada awal pemeriksan pasien pneumonia anak
untuk menentukan prognosis. Diharapkan kadar CRP dapat digunakan
sebagai pertanda prognosis pada pasien pneumonia anak (Puspa Dewi,
2018). Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem
pernapasan dimana alveoli mikroskopik udara mengisi kantong dari paru
yang bertanggung jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer menjadi
radang dengan penimbunan cairan (Afina, 2014).

Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan


mortalitas anak berusia di bawah lima tahun (balita). Diperkirakan
hampir seperlima kematian anak di seluruh dunia (±2 juta anak balita),
utamanya di Afrika dan Asia Tenggara, terjadi akibat pneumonia.
Menurut Survey Kesehatan Nasional (SKN) 2001, 27,6 % kematian bayi
dan 22,8 % kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit sistem
respirasi, terutama pneumonia. Saat ini masih belum ada pemeriksaan
baku yang dapat dipakai untuk menilai prognosis pada penyakit
pneumonia anak. Prognosis biasanya diperkirakan dengan gambaran
awal saat pasien dating. Penelitian sebelumnya melaporkan tentang
penggunaan alat baku untuk menentukan prognosis pasien pneumonia.
Penggunaan alat tersebut kebanyakan pada pasien pneumonia dewasa,
belum ada alat baku yang menentukan prognosis penyakit pneumonia
pada anak (Coruoan,2000).

V. METODELOGI

A. Alat :
1. Rotator
2. Lempeng laca/ slide
3. Tip kuning
4. Mikropipet 50 ul
5. Batang pengaduk

B. Bahan :
1. Latex yang telah dilekati dengan anti CRP
2. Kontrol positif
3. Kontrol negatif

C. Prosedur kerja :
1) Letakan slide pada posisi horizontal dan rata
2) Botol reagen berisi latex di goyang perlahan agar latex
homogen
3) Ambil 50 ul, masukan kedalam slide
4) Ambil urin sebanyak 50 ul dan teteskan disamping latex
yang telah diletakan dislide
5) Campur serum dengan latex perlahan-lahan dengan batang
pengaduk
6) Goyang slide dirotator perlahan-lahan selama kurang lebih 5
menit
7) Baca hasil dengan melihat ada tidaknya aglutinasi.
VI. DATA PENGAMATAN

Sampel Positif Negatif


Serum - 
Interprestasi hasil :
Hasil negatif CRP tidak terlihat adanya aglutinasi

VII. PEMBAHASAN
C-Reactive Protein (CRP) adalah salah satu protein
fase akut yang terdapat dalam serum normal walaupun dalam
konsentrasi yang amat kecil. Dalam keadaan tertentu dengan
reaksi inflamasi atau kerusakan jaringan baik yang
disebabkan oleh penyakit infeksi maupun yang bukan
infeksi, konsentrasi CRP dapat meningkat sampai 100 kali.
Sehingga diperlukan suatu pemeriksaan yang dapat
mengukur kadar CRP. C-reactive protein (CRP) ialah protein
fase akut dengan struktur homopentamer dan memiliki
tempat ikatan kalsium yang spesifik terhadap
phosphocholin-Creactive Protein (CRP) bersama dengan
serum amyloid P component (SAP) merupakan anggota dari
protein golongan pentraxins. Protein ini terdiri dari lima
subunit yang identik (homopentamer) dengan berat subunit
kurang lebih 23 kDa yang berikatan secara non-kovalen dan
tersusun secara simetris (Gunawan, 2012).

CRP merupakan salah satu petanda inflamasi


sistemik akut yang dihasilkan oleh hati dan sering ditemukan
banyak penyakit dan berhubungan dengan kejadian DM dan
cardiovascular event, bagaimana mekanisme sebenarnya
belum diketahui secara pasti. Dalam waktu yang relatif
singkat (6-8 jam) setelah terjadinya reaksi radang
akut/kerusakan jaringan, sintesis, dan sekresi dari CRP
meningkat dengan tajam, dan hanya dalam waktu 24-48 jam
telah mencapai nilai puncaknya. Kadar dari CRP akan
menurun dengan tajam pula bila proses inflamasi/kerusakan
jaringan telah mereda. Dalam waktu sekitar 24-48 jam telah
dicapai nilai normalnya kembali (Afina,2014).

CRP memiliki 206 residu asam amino. Dengan


menggunakan mikroskop elektron, terlihat gambaran cincin
(anular) molekul berbentuk donat. Struktur pentamer CRP
memiliki sifat stabilitas molekul yang tinggi dan ketahanan
terhadap serangan enzimatik. Berdasarkan prinsip dari
pemeriksaan ini adalah serum, yang mana plasma tidak dapat
dipakai untuk pemeriksaan CRP karena plasma mengandung
fibrinogen yang akan menyebabkan aglutinasi non spesifik
dari partikel latex (Handojo,1982).

Dari hasil percobaan CRP yang telah dilakukan


dengan pemeriksaan secara kualitatif yang bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya peningkatan C Reaktif protein
secara kualitatif didalam serum pasien didapatkan hasil
negative tidak terlihat adanya aglutinasi.

VII. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa pada pemeriksaan secara kualitatif
praktikan memperoleh hasil negative tidak terlihat adanya
aglutinasi hal ini disebabkan karena reagen yang digunakan
dalam praktikum ini telah kadarluarsa sehingga
mengakibatkan hasil negatif.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Afina, N. 2014. Kadar C-Reactive Protein ( CRP ) Serum
sebagai Pertanda Prognosis pada Pasien Pneumonia Anak
. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Coruoan, J. 2000. patofisiologi. EGC: Jakarta

Gunawan Lusari, J. 2012. Analisis C-Reactive Protein pada


Penderita Jantung Koroner dengan Periodontitis. https://
id. scirbd. com

Lerever. 1997. Buku Saku Pemeriksaan Laboratorium dan


Diagnostik Edisi 2. Jakarta:EGC.
IX. LAMPIRAN

Gambar 1 . hasil pemeriksaan aglutinasi CRP

Gambar 2. Hasil dilihat dibawah mikroskop dengan


perbesaran 40x

Anda mungkin juga menyukai