Tugas Pendahuluan Fisika Dasar
Tugas Pendahuluan Fisika Dasar
Tugas Pendahuluan Fisika Dasar
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Modulus Elastisitas
Sifat elastis adalah sifat bahan yang cenderung kembali ke bentuk semua
setelah gaya yang bekerja pada benda dihilangkan. Ambil sebuah pegas, lalu
regangkan. Tampak bahwa panjang pegas bertambah. Namun, begitu dilepaskan,
pegas kembali ke panjang semula. Sebaliknya, jika pegas ditekan dari dua ujungnya
maka panjang pegas berkurang. Namun, begitu tekanan dihilangkan, pegas akan
kembali ke panjang semula. Sifat pegas yang kembali ke keadaan semula setelah
gaya yang bekerja padanya dihilangkan disebut sifat elasis.
Namun, besar tarikan atau tekanan yang diberikan tidak boleh terlalu besar.
Jika pegas ditarik cukup jauh, bisa terjadi setelah tarikan dihilangkan, panjang akhir
pegas lebih besar daripada panjang semula. Begitu pula jika pegas ditekan cukup
jauh, bisajadi panjang akhir pegas lebih kecil daripada panjang semula. Kondisi ini
terjadi karena pegas telah melampaui batas elastisitasnya.
Sifat elastis tidak hanya dimiliki oleh pegas, tetapi juga oleh bahan lainnya.
Hampir semua bahan memperlihatkan sifat elastisitas. Ada bahan yang sangat elastis
seperti karet dan ada yang kurang elastis seperti keramik. Sifat elastis adalah sifat
bahan yang cenderung kembali ke bentuk semula ketika gaya yang bekerja pada
benda dihilangkan. Kawat besi yang ditarik dengan gaya tertentu mengalami
pertambahan panjang, dan jika gaya yang bekerja pada kawat tersebut dilepaskan,
maka panjang kawat besi kembali ke semula.
Ada benda yang sangat mudah diubah-ubah panjangnya, dan ada yang sangat
sulit diubah panjangnya. Benda yang bentuknya mudah diubah oleh gaya dikatakan
lebih elastis.
Pada kenyataannya, semua objek dapat dideformasi.Artinya, dimungkinkan
untuk mengubah bentuk atau ukuran suatu objek (atau keduanya) dengan
menerapkan kekuatan eksternal. Saat perubahan ini terjadi, bagaimanapun, kekuatan
internal diobjek menolak deformasi.
Modulus elastis karena itu didefinisikan sebagai rasio tegangan terhadap
regangan yang dihasilkan:
Modulus elastis secara umum menghubungkan apa yang dilakukan pada benda padat
(gaya diterapkan) dengan bagaimana benda itu merespons (ia berubah bentuk sampai
batas tertentu). Ini mirip dengan konstanta pegas k dalam hukum Hooke yang
menghubungkan gaya yang diterapkan pada pegas dan deformasi resultan pegas,
diukur dengan ekstensi atau kompresinya. Ada tiga jenis deformasi dalam
menentukan modulus elastis antara lain:
1. Modulus Young, yang mengukur resistansi padatan terhadap perubahan
panjangnya
2. Modulus geser, yang mengukur tahanan terhadap gerakan bidang geser padat
yang melewati satu sama lain
3. Modulus curah, yang mengukur ketahanan padatan atau cairan terhadap
perubahan volumenya
L L …………………………………………………………………. (2.1.2)
L L ………………………………………………………………. (2.1.3)
𝐹
𝐴
…………………………………………………………………. (2.1.4)
Dari hasil percobaan yang dilakukan orang pada sejumlah besar bahan
diamati sifat yang menarik, yaitu perbandingan tekanan dan regangan untuk
suatu benda selalu konstan. Pernyataan ini dapat diungkapkan dengan
persamaan berikut ini
Y = Konstan ………………………………………………………. (2.1.5)
𝐹/𝐴
Y ……………….………………………………………………. (2.1.6)
𝐿/𝐿
Atau,
𝑌𝐴
k= ……………….……………………………………………….... (2.1.8)
𝐿
L L ……………….………………………………………………. (2.1.8)
L L …………….………………………………………………. (2.1.9)
Tekanan geser agak berbeda dengan tekanan yang mengubah panjang benda. Pada
perhitungan tekananan geser, arah gaya sejajar dengan arah permukaan. Sedangkan
pada saat membahas perubahan panjang benda, arah gaya yang bekerja tegak lurus
permukaan. Berdasarkan eksperimen untuk sejumlah besar bahan diperoleh
hubungan yang menarik, yaitu Perbandingan antara tegangan geser dan
regangan geser selalu konstan,
G = Konstan ……………….………………………….……. (2.1.11)
𝐹/𝐴
Y …………….………………………………………………. (2.1.12)
𝐿/𝐿
𝐺𝐴
k …………….………………………………………………... (2.1.13)
𝐿
Modulus geser disebut juga modulus puntir, dan hanya terjadi pada
zat padat. Modulus puntir adalah cara untuk mengetahui benda-benda dan
gaya-gaya apa saja yang mempengaruhi benda-benda tersebut yang bias
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
(a)
(f)
(e)
(g)
10 | P a g e Modulus Puntir
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1. Pertanyaan
1. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang modulus puntir beserta dengan
persamaan matematisnya!
2. Jelaskan perbedaan gerak vertikal dan gerak horizontal beserta dengan
gambar!
3. Jelaskan pengaruh gaya gravitasi terhadap besarnya gaya normal serta
tuliskan persamaan matematisnya!
4. Jelaskan faktor-faktor yang berlaku pada percobaan modulus puntir!
5. Jelaskan mekanisme terjadinya puntiran!
6. Jelaskan perbedaan gerak sentrifugal dan sentripetal!
7. Suatu kendaraan bergerak dari keadaan diam hingga mencapai
kecepatan v1 km/jam, dimana kemiringan tanjakan jalan yang dilewati
sebesar 27o tanjakan. Hitunglah berapa kecepatan akhir kendaraan
tersebut setelah melewati tanjakan tersebut!
4.2. Jawaban
1. Modulus puntir adalah cara untuk mengetahui benda-benda dan
gaya-gaya apa saja yang mempengaruhi benda-benda tersebut yang bisa
berputar. Modulus puntir disebut juga Modulus geser, dan hanya terjadi
pada zat padat. Modulus puntir merupakan suatu besaran yang menentukan
kelebaman benda. Semakin besar modulus puntirnya, maka benda akan semakin
sulit berdeformasi apabila diberi tegangan memuntir. Untuk menentukan
modulus puntir dari suatu benda, dapat digunakan persamaan :
𝐹 𝐿0
G ..……….…………………………………………………. (4.1.1)
𝐴 𝐿
2. Gerak vertikal merupakan gerak benda yang arahnya vertikal tegak lurus dengan
bidang horizontal. Lintasannya berupa garis lurus ke atas. Sedangkan gerak
horizontal merupakan gerak arahnya tegak lurus terhadap arah vertikal dengan
lintasan berupa garis lurus ke samping.
11 | P a g e Modulus Puntir
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
12 | P a g e Modulus Puntir
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
d) Jari-jari benda
5. Secara umum puntiran terjadi bila balok atau kolom mengalami
perputaran terhadap sumbunya. Perputaran demikian dapat diakibatkan
oleh beban dengan titik kerja yang tidak terletak pada sumbu simetri. Bila
balok mengalami puntiran, maka lapisan-lapisan pada penampang balok
cenderung bergeser satu dengan yang lain. Karena kohesi maka bahan
akan melawan pergeseran tersebut sehingga timbullah tegangan geser
puntir pada balok. Hal ini dapat ditunjukkan dengan memuntir sebatang
rokok pada sumbu memanjang, akan timbul kerutan kerutan berbentuk
spiral pada permukaan rokok, kerutan ini menunjukkan garis geseran
yang terjadi. Contoh lain adalah sebatang kapur tulis yang dipuntir pada
sumbu memanjang, kapur akan terputus, bidang patahan adalah bidang
geser puntir.
6.
13 | P a g e Modulus Puntir