Kimia Dalam Proses Pembuatan Semen
Kimia Dalam Proses Pembuatan Semen
Kimia Dalam Proses Pembuatan Semen
Semen berasal dari bahasa latin caementum yang berarti bahan perekat.
Secara sederhana, Definisi semen adalah bahan perekat atau lem, yang bisa
merekatkan bahan – bahan material lain seperti batu bata dan batu koral hingga bisa
membentuk sebuah bangunan. Sedangkan dalam pengertian secara umum semen
diartikan sebagai bahan perekat yang memiliki sifat mampu mengikat bahan –
bahan padat menjadi satu kesatuan yang kompak dan kuat. (Bonardo Pangaribuan,
Holcim)
Jenis-Jenis Semen
1. Semen Abu atau semen Portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan,
dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah
dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi Semen ini biasa digunakan sebagai
perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan presentase kandungan
penyusunannya terdiri dari 5 tipe, yaitu tipe I sampai tipe V.
2. Semen Putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan
digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau pengisi.
Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
3. Oil Well Cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan
dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun dilepas
pantai.
4. Mixed & Fly Ash Cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly
ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara
yang mengandung amorphous silica, aluminium oksida, besi oksida dan oksida lainnya
dalam variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat beton,
sehingga menjadi lebih keras.
Macam-Macam Semen Portland
1. Semen Portland tipe I
Adalah perekat hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling klinker yang kandungan utamanya kalsium
silikat dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium
sulfat. Komposisi senyawa yang terdapat pada tipe ini adalah:
55% (C3S); 19% (C2S); 10% (C3A); 7% (C4AF); 2,8% MgO; 2,9% (SO3); 1,0% hilang dalam pembakaran, dan 1,0%
bebas CaO.
51% (C3S); 24% (C2S); 6% (C3A); 11% (C4AF); 2,9% MgO; 2,5% (SO3); 0,8% hilang dalam pembakaran, dan 1,0%
bebas CaO.
57% (C3S); 19% (C2S); 10% (C3A); 7% (C4AF); 3,0% MgO; 3,1% (SO3); 0,9% hilang dalam pembakaran, dan 1,3%
bebas CaO.
4. Semen Portland tipe IV
Dipakai untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan tekan tinggi pada fase permulaan setelah
pengikatan terjadi, misal untuk pembuatan jalan beton, bangunan-bangunan bertingkat, bangunan-bangunan
dalam air. Komposisi senyawa yang terdapat pada tipe ini adalah:
28% (C3S); 49% (C2S); 4% (C3A); 12% (C4AF); 1,8% MgO; 1,9% (SO3); 0,9% hilang dalam pembakaran, dan 0,8%
bebas CaO.
38% (C3S); 43% (C2S); 4% (C3A); 9% (C4AF); 1,9% MgO; 1,8% (SO3); 0,9% hilang dalam pembakaran, dan 0,8%
bebas CaO.
Semakin baik mutu semen, maka semakin lama mengeras atau membatunya jika dicampur dengan air, dengan
angka-angka hidrolitas yang dapat dihitung dengan rumus:
Angka hidrolitas ini berkisar antara <1/1,5 (lemah) hingga >1/2 (keras sekali). Namun demikian dalam industri
semen angka hidrolitas ini harus dijaga secara teliti untuk mendapatkan mutu yang baik dan tetap, yaitu antara
1/1,9 dan 1/2,15.
Proses Pembuatan Semen
1. Proses Basah
Pada proses basah semua bahan baku yang ada dicampur dengan air, dihancurkan dan
diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan bakar minyak, bakar (bunker crude
oil). Proses ini jarang digunakan karena masalah keterbatasan energi BBM.
2. Proses kering
Pada proses kering digunakan teknik penggilingan dan blending kemudian dibakar
dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap pengelolaan yaitu :
1. Proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal.
2. Proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan campuran yang
homogen.
3. Proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker: bahan setengah jadi
yang dibutuhkan untuk pembuatan semen).
4. Proses pendinginan terak.
5. Proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan cement mill.
Dari proses pembuatan semen diatas akan terjadi penguapan karena pembakaran dengan suhu
mencapai 900 derajat Celcius sehingga menghasilkan: residu (sisa) yang tak larut, sulfur trioksida, silika
yang larut, besi dan alumunium oksida, oksida besi, kalsium, magnesium, alkali, fosfor, dan kapur bebas.
Garis Besar Proses Produksi Semen
1. Penambangan dan penyimpanan bahan mentah
Semen yang paling umum yaitu semen portland memerlukan empat komponen bahan kimia yang utama
untuk mendapatkan komposisi kimia yang sesuai. Bahan tersebut adalah kapur (batu kapur), silika (pasir
silika), alumina (tanah liat), dan besi oksida (bijih besi). Gipsum dalam jumlah yang sedikit
ditambahkan selama penghalusan untuk memperlambat pengerasan.
b. Zona Transisi
Pada zona ini proporsi CaO akan semakin besar, sebaliknya proporsi CaCO3 semakin kecil dan sempurna
habis pada temperatur sekitar 900 ºC, pada temoeratur tersebut proporsi C2S semakin meningkat sampai
temperatur bahan sekitar 1200 ºC sedang oksida besi mulai mengikat campuran oksida kalsium dan
oksida alumina membentuk campuran C2 (A,F0 dengan meningkatnya temperatur maka oksida kalsium
(CaO) bergabubg dengan kalsium alumina dan C2 (A,F) masing-masing membentuk C3A dan C4AF yang
terjadi pada temperatur sekitar 1000 – 1200 ºC.
c. Zona Pembakaran
- Bagian CaO yang tidak bereaksi dengan oksida oksida alumina besi dan silika biasanya dalam
bentuk CaO bebas tau free lime, kebanyakan presentase dibatasi dibawah 1% .
- Pada temperatur tinggi ini sisa unsur CaO mengikat C2S untuk membuat C3S.
d. Zona Pendinginan
Didaerah ini campuran kalsium alumina ferrrit yang berbentuk cairan bentuk fisisnya berubah mengkristal
setelah pendinginan didalam cooler. Temperatur dalam zona ini sekitar 1350 – 800 ºC, sehingga material
keluar kiln mempunyai suhu sekitar 800 ºC. Dinding zona ini dilapisi dengan batu tahan api.
Terak yang keluar dari kiln didinginkan mendadak menjadi 82 ºC di Rotary Grate Cooler yang menggunaka udara
sebagai pendingin dengan tujuan sebagai berikut:
- Agar terak menjadi amorf dan rapuh sehingga mudah digiling
- Agar lebih tahan terhadap sulfat
- Untuk mencegah terbentuknya kristal MgO
- Untuk menghalangi perubahan C3S menjadi C2S
Setelah itu material dibawa ke Finish Mill untuk dijadikan powder (bubuk) lagi dan ditambah bahan additive seperti
gypsum, pozzolan dan trash. Setelah itu material ditampung di bin sillo dan bisa disebut “semen”.