Dita Latisha Savira - DR - Toni Referat Word
Dita Latisha Savira - DR - Toni Referat Word
Dita Latisha Savira - DR - Toni Referat Word
PENURUNAN KESADARAN
Oleh :
Pembimbing :
BANDAR LAMPUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Kesadaran mempunyai arti yang luas sekali. Maka dari itu, tidak mungkin untuk
membuat definisi yang singkat dan tepat. Sebagai teori kerja dalam bidang ilmu kedokteran,
eferen dan aferen. Semua impuls aferen dapat disebut input dan semua impuls eferen dapat
Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran yang berada dikedua hemisfer serebri
dan Ascending Reticular Activating System (ARAS) dibatang otak. Jika terjadi kelainan pada
kedua sistem ini, baik yang melibatkan sistem anatomi maupun fungsional akan mengakibatkan
System rangkaian atau network system merupakan suatu yang dari kaudal berasal dari medulla
spinalis menuju rostral yaitu diensefalon melalui brainstem sehingga kelainan yang mengenai
lintasan ARAS tersebut berada diantara medulla, pons, mesencephalon menuju ke subthalamus,
yang berperan pada ARAS antara lain neurotransmitter kolinergik, mono aminergik dan gamma
Respon gangguan kesadaran pada kelainan di ARAS ini merupakan kelainan yang
berpengaruh kepada sistem arousal yaitu respon primitive yang merupakan manifestasi rangkaian
inti – inti dibatangotak dan serabut – serabut saraf pada susunan saraf. Korteks serebri
merupakan bagian yang terbesar dari susunan saraf pusat dimana kedua korteks ini berperan
dalam kesadaran akan diri terhadap lingkungan atau input – input rangsangan sensoris, hal ini
1
disebut juga sebagai awareness. Jika terjadi kelainan pada kedua sistem ini, baik yang
Penurunan kesadaran merupakan suatu kegawatdaruratan neurologi akut dengan ciri khas
adanya gangguan otak yang bermakna yang memerlukan cara pendekatan diagnostik, evaluasi
serta penatalaksanaan yang cepat. Para klinisi yang menghadapi pasien seperti ini harus segera
melakukan pemeriksaan dan penatalaksanaan yang serentak, menyeluruh, tetapi singkat yang
dimulai dari penilaian ABC (airway, breathing, corculation), dilanjutkan dengan penilaian tingkat
kesadaran pasien. Pemeriksaan fisik umum berguna sebagai petunjuk menemukan etiologi
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kesadaran adalah suatu keadaan dimana seseorang sadar penuh atas dirinya sendiri dan
lingkungan sekitarnya. Komponen yang dapat dinilai dari suatu keadaan sadar yaitu kualitas
kesadaran itu sendiri dan isinya. Isi kesadaran menggambarkan keseluruhan dari fungsi cortex
serebri, termasuk fungsi kognitif dan sikap dalam merespon suatu rangsangan. Pasien dengan
gangguan isi kesadaran biasanya tampak sadar penuh, namun tidak dapat merespon dengan baik
beberapa rangsangan - rangsangan, seperti membedakan warna, raut wajah, mengenali bahasa
Penurunan kesadaran atau koma menjadi petunjuk kegagalan fungsi integritas otak dan
sebagai “final common pathway” dari gagal organ seperti kegagalan jantung, nafas dan sirkulasi
akan mengarah kepada gagal otak dengan akibat kematian. Jadi, bila terjadi penurunan kesadaran
maka terjadi disregulasi dan disfungsi otak dengan kecenderungan kegagalan seluruh fungsi
tubuh. Dalam hal menilai penurunan kesadaran, dikenal beberapa istilah yang digunakan diklinik
yaitu kompos mentis, somnolen, stupor atau sopor, koma ringan dan koma. Terminologi tersebut
bersifat kualitatif. Sementara itu, penurunan kesadaran dapat pula dinilai secara kuantitatif,
Kompos mentis berarti kesadaran normal, menyadari seluruh asupan panca indera (aware
atau awas) dan bereaksi secara optimal terhadap seluruh rangsangan dari luar maupun
dari dalam (arousal atau waspada), atau dalam keadaaan awas dan waspada.
3
Somnolen atau keadaan mengantuk. Kesadaran dapat pulih penuh bila dirangsang.
Somnolen disebut juga sebagai : latergi, obtudansi. Tingkat kesadaran ini ditandai oleh
rangsang nyeri.
Sopor atau stupor berarti kantuk yang dalam. Penderita masih dapat dibangunkan dengan
rangsang yang kuat, namun kesadarannya segera menurun lagi. Ia masih dapat mengikuti
suruhan yang singkat, dan masih terlihat gerakan spontan. Dengan rangsang nyeri
penderita tidak dapat dibangunkan sempurna. Reaksi terhadap perintah tidak konsisten
dan samar. Tidak dapat diperoleh jawaban verbal dari penderita. Gerak motorik untuk
Koma ringan (semi-koma). Pada keadaan ini tidak ada respon terhadap rangsang verbal.
Reflex (kornea, pupil dan lain sebagainya) masih baik. Gerakan terutama timbul sebagai
Koma (dalam atau komplit). Tidak ada gerakan spontan tidak ada jawaban sama sekali
Untuk mengikuti perkembangan tingkat kesadaran dapat digunakan skala koma Glasgow
yang memperhatikan tanggapan (respons) penderita terhadap rangsang dan memberikan nilai
4
Mata:
Motorik:
Verbal:
5
Penilaian Glasgow Coma Scale (GCS)
Dua skala yang lebih sederhana ACDU (alert, confused, drowsy, unresponsive), dan AVPU
(alert, respon to voice, respon to pain, unresponsive). Skala AVPU adalah cara mudah dan cepat
untuk menilai tingkat kesadaran. Pemeriksaan ini ideal sebagai penilaian awal dan cepat, yaitu
terdiri dari:
Alert
Penurunan kesadaran
AVPU termasuk ke dalam beberapa sistem skor peringatan dini untuk pasien – pasien kritis,
sebagai cara yang lebih sederhana dibanding dengan GCS, tetapi tidak cocok untuk observasi
jangka panjang.
Etiologi penurunan kesadaran secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu: gangguan
1. Gangguan metabolik/fungsional
6
Gangguan ini antara lain berupa keadaan hipoglikemik/hiperglikemik, gangguan fungsi hati,
a. Lesi supratentorial
tuberkuloma
b. Lesi infratentorial
Penurunan kesadaran merupakan bentuk disfungsi otak yang melibatkan hemisfer kiri
ataupun kanan atau struktur - struktur lain dari dalam otak atau keduanya. Penurunan kesadaran
disebabkan oleh gangguan pada korteks secara menyeluruh misalnya pada gangguan metabolik,
dan dapat pula disebabkan oleh gangguan ARAS dibatang otak, terhadap formasio retikularis di
Ascendence Retricular Activating System). Sistem ini mencakup daerah-daerah di tengah batang
otak, meluas mulai dari otak tengah sampai hipotalamus dan ralamus, dan menjabarkan bahwa
7
struktur-struktur tersebut mengirimkan transmisi efek-efek fisiologis difus ke korteks baik secara
langsung maupun tidak langsung, dalam peranannya terhadap arousal kesadaran. Bilamana
ARAS binatang yang sedang tidur dirangsang secara langsung dengan elektrode maka akan
menampilkan desinkronlsasi gelombang EEG dan binatang ini segera akan menjadi bangun.
Sebaliknya bila ARAS digelombang EEG akan melambat dan terjadi koma (balikan walaupun
Secara anatomik, letak lesi yang menyebabkan penurunan kesadaran dapat dibagi
menjadi dua, yaitu : supratentorial (15%), infratentorial (15%)., dan difus (70%) misalnya pada
1. Koma diensefelik
Koma akibat gangguan fungsi atau lesi struktural formasio retikularis di daerah mesensefalon
dan diensefalon (pusat penggalak kesadaran) disebut koma diensefalik. Secara anatomik, koma
diensefalik dibagi menjadi dua bagian utama, ialah koma akibat lesi supratentorial dan lesi
infratentorial.
a. Lesi supratentorial pada umumnya berbentuk proses desak ruang atau space occupying
process, misalnya gangguan peredaran darah otak (GPDO atau stroke) dalam bentuk perdarahan,
neoplasma, abses, edema otak, dan hidrosefalus obstruktif. Proses desak ruang tadi menyebabkan
tekanan intrakranial meningkat dan kemudian menekan formasio retikularis di mesensefalon dan
b. Lesi infratentorial meliputi dua macam proses patologik dalam ruang infratentorial (fossa
kranii posterior).pertama, proses diluar batang otak atau serebelum yang mendesak sistem
retikularis, dan yang kedua merupakan proses di dalam batang otak yang secara langsung
mendesak dan merusak sistem retikularis batang otak. Proses yang timbul berupa:
8
i. penekanan langsung terhadap tegmentum mesensefalon (formasio retikularis)
ii. herniasi serebelum dan batang otak ke rostral melewati tentorium serebeli yang kemudian
iii. herniasi tonsilo-serebelum ke bawah melalui foramen magnum dan sekaligus menekan
medula oblongata.
2. Koma kortikal-bihemisferik
oksigen. Pada individu sehat dengan konsumsi okesigan otak kurang lebih 3,5ml/100gr
otak/menit maka aliran darah otak kurang lebih 50ml/100gr otak/menit. Bila aliran darah otak
menurun menjadi 25-50ml/gr menit/otak, mungkin akan terjadi kompensasi dengan menaikkan
ekstraksi oksigen dari aliran darah. Apabila aliran darah turun lebih rendah lagi maka akan
Glukosa merupakan satu-satunya substrat yang digunakan otak dan teroksidasi menjadi
karbondioksida dan air. Untuk memelihara integritas neuronal, diperlukan penyediaan ATP yang
konstan untuk mengeluarkan ion natrium dari dalam sel dan mempertahankan ion kalium di
dalam sel. Apabila tidak ada oksigen maka terjadilah glikolisis anaerob untuk memproduksi ATP.
Glukosa dapat berubah menjadi laktat dan ATP, tetapi energi yang ditimbulkannya kecil.
Dengan demikian oksigen dan glukosa memegang peranan yang sangat penting dalam
memelihara keutuhan kesadaran. Namun demikian, walaupun penyediaan oksigen dan glukosa
tidak terganggu, kesadaran individu dapat terganggu oleh adanya gangguan asam basa darah,
kongestif, infeksi sistemik, serta kemampuan respiratorik yang tidak efektif lagi. Dasar
9
mekanisme terjadinya gangguan kesadaran apda hipoventilasi belum diketahui secara jelas.
Hipoksia merupakan faktor potensial untuk terjadinya ensefalopati, tetapi bukan faktor tunggal
karena gagal jantung kongestif masih mempunyai toleransi terhadap hipoksemia dan pada
kenyataannya tidak menimbulkan ensefalopati. Retensi CO2 malahan berhubungan erat dengan
gejala neurologik. Sementara itu, munculnya gejala neurologiuk bergantung pula pada lamanya
kondisi hipoventilasi. Sebagai contoh, penderita dengan hiperkarbia kronis tidak menunjukkan
gejala neurologik kronis dan penderita yang mengalami hiperkarbia akut akan segera mengalami
b. Anoksia iskemik adalah suatu keadaan dimana darah masih cukup atau dapat pula kurang
cukup membwa oksigen tetapi aliran darah otak tak cukup untuk memberi darah ke otak.
Penyakit yang mendasari biasanya menurunkan curah jantung, misalnya: infark jantung, aritmia,
renjatan dan refleks vasofagal, atau penyakit yang meningkatkan resistensi vaskular serebral
misalnya oklusi arterial atau spasme. Iskemia pada umumnya lebih berbahaya daripada hipoksia
c. Anoksia anoksik merupakan gambaran tidak cukupnya oksigen masuk kedalam darah.
Dengan demikian baik isi maupun tekanan ioksigen dalam darah menurun. Keadaan demikian ini
terdapat pada tekanan oksigen lingkungan yang rendah (tempat yang tinggi atau adanya gas
nitrogen) atau oleh ketidakmampuan oksigen untuk mencapai dan menembus membran kapiler
alveoli.
d. Anoksia anemik disebabkan oleh jumlah hemoglobin yang mengikat dan membawa
oksigen dalam darah menurrun. Sementara oksigen yang m,asuk ke dalam darah cukup. Keadaan
10
e. Hipoksi atau iskemia difus akut disebabkan oleh dua keadaan, ialah kadar oksigen dalam
darah menurun cepat sekali atau aliran darah otak menurun secara mendadak. Penyebab
utamanya antara lain: obstruksi jalan napas, obstruksi serebral secara masif, dan keadaan yang
menyebabkan menurunnya curah jantung secara mendadak. Trombosis atau emboli termasuk
akut, malaria falsiparum, dan emboli lemak, semuanya mampu menimbulkan iskemia multifokal
yang luas dan secara klinis akan memberi gambaran iskemia serebral difus akut.
laktat. Diabetes melitus tidak mengangggu otak secara langsung. Stupor dan koma biasanya
g. Gangguan keseimbangan asam basa meliputi asidosis metabolik dan respoiratorik serta
alkalosis respiratorik dan metabolik. Dari 4 jenis gangguan asam basa tadi, hanya asidosis
respiratorik yang bertindak sebagai penyebab langsung timbulnya stupor dan koma. Asidosis
bingung dan perasaan tidak enak di kepala. Satu alasan mengapa gangguan keseimbangan asam
basa sistemik sering tidak mengganggu otak, ialah karena adanya mekanisme fisiologik dan
h. Uremia sering kali mengganggu kesadaran penderita. Namun demikian, walaupun telah
dilakukan penelitian yang cukup luas, penyebab pasti disfungsi otak pada uremia belum
diketahui. Urea itu sendiri bukan bahan toksik untuk otak, karena infus dengan urea tidak
11
i. Koma hepatik sering dijumpai di klinik. Defisiensi atau bahan-bahan toksik diperkirakan
sebagai penyebab potensial koma hepatik, tetapi tidak satupun yang memberi kejelasan tentang
patofisiologinya. Meningkatnya kadar amonia dalam darah di otak dianggap sebagai faktor
utama terjadinya koma hepatik. Amonia, dalam kadara yang tinggi dapat bersifat toksik langsung
terhadap otak.
j. Defisiensi vit. B sering kali mengakibatkan demensia dan mungkin pula stupor.
Defisiensi tiamin dianggap yang paling serius dalam diagnosis banding koma. Defisiensi tiamin
menimbulkan penyakit Wernicke, suatu kompleks gejala yang disebabkan oleh kerusakan neuron
Untuk mendiagnosis penurunan kesadaran tidaklah sulit. Yang menjadi masalah apa yang
menjadi penyebab penurunan kesadaran tadi dan bagaimana situasi koma yang sedang
12
dihadapinya (tenang, herniasi otak). Pendekatan diagnostik tidak berbeda dengan kasus-kasus
yang lainnya, yaitu melalui urutan anamnesa, pemeriksaan fisik neurologik, dan pemeriksaan
Tanyakan pada pasien atau pada pengantar tentang lingkungan sekeliling saat awitan terjadi serta
Usia pasien merupakan bagian penting dari anamnesis. Pada pasien yang sebelumnya sehat, usia
muda, penurunan kesadarannya terjadi tida-tiba, kemungkinan penyebabnya bisa keracunan obat,
perdarahan subarachnoid, atau trauma kepala. Sedangkan pada usia tua, penurunan kesadaran
yang tiba-tiba lebih mungkin disebabkan oleh perdarahan serebral atau infark.
pusing, muntah, atau kejang), gejala-gejala fokal seperti sulit bicara, tidak bisa membaca,
perubahan memori, disorientasi, baal atau nyeri, kelemahan motorik, berkurangnya enciuman,
keseimbangan, tremor.
2. Pemeriksaan fisik
a. Tanda vital
13
Pemeriksaan tanda vital: perhatikan jalan nafas, tipe pernafasannya dan perhatikan tentang
sirkulasi yang meliputi: tekanan darah, denyut nadi dan ada tidaknya aritmia.
Bau nafas dapat memberi petunjuk adanya proses patologik tertentu misalnya uremia,
ketoasidosis, intoksikasi obat, dan bahkan proses kematian yang sedang berlangsung.
c. Pemeriksaan kulit
Pada pemeriksaan kulit, perlu diamati tanda – tanda trauma, stigmata kelainan hati dan stigmata
lainnya termasuk krepitasi dan jejas suntikan. Pada penderita dengan trauma, kepala pemeriksaan
leher itu, harus dilakukan dengan sangat berhati – hati atau tidak boleh dilakukan jikalau diduga
adanya fraktur servikal. Jika kemungkinan itu tidak ada, maka lakukan pemeriksaan kaku kuduk
d. Kepala
14
e. Leher
Perhatikan kaku kuduk dan jangan manipulasi bila dicurigai fraktur servikal (jejas, kelumpuhan
Pemeriksaan fisik neurologis bertujuan menentukan kedalaman koma secara kualitatif dan
kuantitatif serta mengetahui lokasi proses koma. Pemeriksaan neurologis meliputi derajat
1). Umum
3). Pupil
15
Simetris/reaktivitas cahaya normal, petunjuk bahwa integritas mesensefalon baik.Pupil
reaksi normal, reflek kornea dan okulosefalik(-), dicurigai suatu koma metabolik
Pupil bilateral ƒixed dan dilatasi, herniasi sentral, hipoksik – iskemi global, keracunan
barbiturat.
Funduskopi
perdarahan, dan eksudasi, serta bagaimana keadaan pembuluh darah Tekanan intrakranlal yang
meninggi dapat menyebabkan terjadinya edema papli. Pada perdarahan subarakhnoid dapat
Pergerakan bola mata untuk melirik dan memfokuskan pandangan diatur oleh nervus
okulomotorius. Nuclei nervus oculomotor mendapat impuls aferen dari cortical, tectal, dan
tegmental sistem oculomotor, serta impuls langsung dari sistem vestibular dan vestibule
cerebellum. Reflex okulovestibuler diperiksa dengan menolehkan kepala pasien, namun harus
hati-hati pada pasien trauma yang dicurigai adanya fraktur atau dislokasi dari tulang cervical.
Selain dengan menolehkan kepala pasien, dapat juga tes kalori. Respon normal dari gerakan
yang menimbulkan impuls pada vestibular menuju sistem okulomotor dan membuat mata
berputar berlawanan arah dengan gerakan yang diberikan pemeriksa. Pada pasien sadar, refleks
16
memfokuskan pandangan menutupi reflex tesebut, sehingga pemeriksaan doll’s eye tidak
dilakukan pada pasien sadar, namun pada pasien dengan penurunan kesadaran.
Refleks okuloauditori, bila dirangsang suara keras penderita akan menutup mata maka gangguan
di pons. Sedangkan pada refleks okulovestibular bila meatus autikus eksteernus dirangsang air
reflekscahaya negatif.
• lesi di pons →kedua mata di tengah, gerakan bola mata tidak ada, pupil kecil,
• lesi di serebellum→kedua mata ditengah, besar, bentuk pupil normal, refleks cahaya
positif normal
ptosis
Perhatikan adanya gerakan pasien, apakah asimetrik (ada paresis). Gerak mioklonik dapat
dijumpai pada ensefalopati metabolik (mininya pada gagal hepar, uremta. htpoksia). demikian
juga gerak astcriksis Kejang miofokal dapat dijumpai pada gangguan metaboik. Sikap
dekortikasi (lengan dalam keadaan fleksi dan aduksi. Sedangkan tungkai dalam keadaan
okstensi) menandakan lesi yang dalam pada hemisfer atau tepat di alas mesensefalon. Sikap
deserebrasl (lengan dalam keadaan ekstensi, aduksi dan endorotasl, sedangkan tungkai dalam
17
sikap ekstensi) dapat dijumpai pada lesi batang otak bagian atas. di antara nukleus ruber dan
nukleus vestibular.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium ada yang bersifat segera, ada yang bersifat terencana.
Pemeriksaan laboratorium yang bersifat segera pada umumnya meliputi pemeriksaan glukosa
darah, jumlah leukosit, kadar hemoglobin, hematokrit, dan analisis gas darah. Pada kasus tertentu
EKG. Pemeriksaan eko-ensefalografi bersifat noninvasif, dapat dikerjakan dengan mudah, tetapi
manfaat diagnostiknya terbatas. Apabila ada CT scan maka pemeriksaan ekoensefalografi tidak
perlu dikerjakan. Pemeriksaan elektroensefalografi terutama dikerjakan pada kasus mati otak
(brain death).
c. Pemeriksaan radiologik dalam penanganan kasus koma tidak selamanya mutlak perlu. CT
scan akan sangat bermanfaat pada kasus-kasus GPDO, neoplasma, abses, trauma kapitis, dan
hidrosefalus. Koma metabolik pada umumnya tidak memerlukan pemeriksaan CT scan kepala.
18
2.5 Penatalaksanaan penurunan kesadaran dasar
1) Pernapasan
b.Posisiyang baik adalah miring dengan kepala lebih rendah dari badan supaya darah atau cairan
2) Tekanan darah
a. Harus diusahakan agar tekanan darah cukup tinggi untuk memompa darah ke otak
3) Otak
4) Vesika urinaria
5) Gastro-intestinal
b. Pemasangan nasogastric tube berperan ganda: untuk memasukkan makanan dan obat-obatan
serta untuk memudahkan pemeriksaan apakah ada perdarahan lambung (stress ulcer)
c. Periksalah apakah ada tumpukan skibalaPerawatan pasien koma harus bersifat intensif dengan
pemantauan yang ketat dan sistematik. Pemberian oksigen, obat-obatan tertentu maupu tindakan
2.6 Prognosis
19
Prognosis penurunan kesadaran bersifat luas tergantung kepada penyebab, kecepatan
serta ketepatan dari pengobatan yang diberikan. Sehingga pemeriksaan dan penegakan diagnosis
pada kasus penurunan kesadaran harus dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah timbulnya
Prognosis jelek bila didapatkan gejala-gejala adanya gangguan fungsi batang otak, seperti
doll’s eye, refleks kornea yang negatif, refleks muntah yang negatif; Pupil lebar tanpa adanya
refleks cahaya; dan GCS yang rendah (1-1-1) yang terjadi selama lebih dari 3 hari.
BAB III
RINGKASAN
20
Kesadaran adalah suatu keadaan dimana seseorang sadar penuh atas dirinya sendiri dan
lingkungan sekitarnya. Komponen yang dapat dinilai dari suatu keadaan sadar yaitu kualitas
kesadaran itu sendiri dan isinya. Isi kesadaran menggambarkan keseluruhan dari fungsi cortex
serebri, termasuk fungsi kognitif dan sikap dalam merespon suatu rangsangan. Penurunan
kesadaran atau koma menjadi petunjuk kegagalan fungsi integritas otak dan sebagai “final
common pathway” dari gagal organ seperti kegagalan jantung, nafas dan sirkulasi akan mengarah
kepada gagal otak dengan akibat kematian. Jadi, bila terjadi penurunan kesadaran maka terjadi
disregulasi dan disfungsi otak dengan kecenderungan kegagalan seluruh fungsi tubuh. Dalam hal
menilai penurunan kesadaran, dikenal beberapa istilah yang digunakan diklinik yaitu kompos
mentis, somnolen, stupor atau sopor, koma ringan dan koma. Terminologi tersebut bersifat
kualitatif. Sementara itu, penurunan kesadaran dapat pula dinilai secara kuantitatif, dengan
Etiologi penurunan kesadaran secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu: gangguan
metabolik/fungsional dan gangguan struktural. Secara anatomik, letak lesi yang menyebabkan
penurunan kesadaran dapat dibagi menjadi dua, yaitu : supratentorial (15%), infratentorial
(15%)., dan difus (70%) misalnya pada intoksikasi obat dan gangguan metabolik.
Langkah pertama yang harus diperhatikan saat melakukan penilaian pada pasien dengan
penurunan kesadaran baik etiologi yang mendasarinya seperti kelainan struktural maupun
metabolik kondisi medis utama yaitu kondisi jalan napas, pola pernafasan, dan sirkulasi untuk
serta ketepatan dari pengobatan yang diberikan. Sehingga pemeriksaan dan penegakan diagnosis
21
pada kasus penurunan kesadaran harus dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah timbulnya
Prognosis jelek bila didapatkan gejala-gejala adanya gangguan fungsi batang otak, seperti
doll’s eye, refleks kornea yang negatif, refleks muntah yang negatif; Pupil lebar tanpa adanya
refleks cahaya; dan GCS yang rendah (1-1-1) yang terjadi selama lebih dari 3 hari.
DAFTAR PUSTAKA
22
Mardjono M, Sidharta P. 2012. Kesadaran dan fungsi luhur dalam neurologi klinis dasar.
Cavanna AE, Shah S, Eddy CM. 2011. Conscioussnes : A neurological perspective. IOS
press. UK
PlumF, PosnerJB, SaperCB, SchiffND. 2007. Plum and Posner’s Diagnosis of Stupor
Lumbantobing SM. 2010. Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental. Balai penerbit
FKUI. Jakarta.
Kelly JP. 2016. Loss of Consciousness: Pathophysiology and Implications in Grading and
Yogyakarta.
23