KMB Tingkat Kesadaran
KMB Tingkat Kesadaran
KMB Tingkat Kesadaran
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Itu tingkat Kesadaran ?
2. Bagaimana Pengkajiannya?
3. Bagaimana Prosedure Tingkat Kesadaran?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui tingkat Kesadaran
2. Untuk Mengetahu Bagaimana Pengkajiannya
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Prosedure Tingkat Kesadaran
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pusat menentukan kualitas kesadaran. Input susunan saraf pusat dapat
dibedakan menjadi input yang bersifat spesifik dan yang bersifat
nonspesifik.
Pengertian spesifik itu merujuk pada perjalanan impuls aferen yang
khas dan kesadaran yang dilahirkan oleh impuls aferen itu yang khas juga.
Hal ini berlaku bagi semua lintasan aferen impuls perasaan protopatik,
proprioseptif, dan perasaan pancaindra. Lintasan yang digunakan impuls-
impuls tersebut dapat disebut lntasan yang menghubungkan suatu titik pada
tubuh dengan suatu titik di daerah korteks perseptif primer. Oleh karena itu
penghantaran impuls spesifik itu dikenal sebagai penghantaran impuls
aferen dari titik ke titik. Setibanya impuls aferen spesifik di tingkat korteks
terciptalah suatu kesadaran akan suatu modalitas perasaan, yaitu perasaan
nyeri di kaki atau di wajah atau suatu penglihatan, penciuman, atau
pendengaran tertentu
Pengertian input yang bersifat nonspesifik itu adalah sebagian dari
impuls aferen spesifik yang disalurkan melalui lintasan aferen nonspesifik.
Lintasan ini terdiri atas serangkaian neuron-neuron di substansia retikularis
medula spinalis dan batang otak yang menyalurkan impuls aferen ke
talamus, yaitu ke inti intralaminaris.
Impuls aferen spesifik sebagian disalurkan melalui cabang
kolateralnya ke rangkaian neuron-neuron substansia retikularis dan impuls
aferen itu selanjutnya bersifat nonspesifik oleh karena cara penyalurannya
ke talamus berlangsung secara multisinaptik, unilateral, dan bilateral dan
setibanya di nukleus intralaminaris akan membangkitkan inti tersebut untuk
memencarkan impuls yang menggiatkan seluruh korteks secara difus dan
bilateral. Lintasan aferen yang nonspesifik itu lebih dikenal sebagai diffuse
ascending reticular sistem.
Dengan adanya dua lintasan aferen itu, maka terbentuk penghantaran
aferen yang pada prinsipnya berbeda. Lintasan spesifik (jaras spino-
talamik,lemniskus medialis, jaras genikulo-kalkarina dan sebagainya)
menghantarkan impuls dari satu alat reseptor ke satu titik pada korteks
perseptif primer Sebaliknya, lntasan aferen nonspesifik menghantarkan
4
setiap impuls dari titik manapun dari tubuh ke titik-titik di bagian seluruh
korteks serebri.
Neuron-neuron di seluruh korteks serebri yang dibangkitkan oleh
impuls aferen nonspesifik disebut neuron pengemban kewaspadaan, oleh
karena bergantung pada jumlah neuron-neuron tersebut yang aktif, maka
derajat kesadaran bisa tinggi atau rendah. Aktivasi neuron-neuron tersebut
dilakukan oleh neuron-neuron yang menyusun inti talamik yang disebut
nukleus intralaminaris. Apabila terjadi gangguan sehingga kesadaran
menurun sampai tingkat yang terendah, maka koma yang dihadapi dapat
terjadi karena neuron pengemban kewaspadaan sama sekali tidak berfungsi
disebut koma kortikal bihemisferik atau oleh karena neuron pembangkit
kewaspadaan tidak berdaya untuk mengaktifkan neuron pengemban
kewaspadaan disebut koma diensefalik yang dapat bersifat supratentorial
atau infratentorial (Priguna Sidharta, 1985)
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar
dan penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat keterjagaan klien dan
respons terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi
sistem persarafan. Beberapa sistem digunakan untuk membuat peringkat
perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan. Istilah-istilah seperti
letargi, stupor dan semikomatosa adalah istilah yang umum (dapat dilihat
pada Tabel 2-1)
TABEL 2.1. Responsivitas Tingkat Kesadaran
Tingkat Klinis
Responsivitas
Terjaga Normal
Sadar Dapat tidur lebih dari biasanya atau sedikit bingung saat
pertama kali terjaga, tetapi berorientasi sempurna ketika
bangun.
Letangi Mengantuk tetapi dapat mengikuti perintah sederhana
ketika dirangsang.
Stupor Sangat sulit untuk diabngunkan, tidak konsisten dapat
5
mengikuti perintah sederhana atau berbicara satu kata atau
frase pendek.
Semikomatosa Gerak bertujuan ketika dirangsang; tidak mengikuti
perintah atau bicara koheren.
Koma Dapat berespons dengan postur secara refleks ketika
distimulasi atau tidak berespons pada setiap stimulus.
6
Tidak ada 1
4. Bagi pasien koma, kaji apakah pasien memiliki respons atau tidak
terhadap stimulus nyeri dan apa respons yang mereka berikan. (Lihat
Glasgow Coma Scale di halaman selanjutnya.)
7
bangun dengan stimulasi yang adekuat
8
5. Jika pasien tidak dapat menjawab secara akurat, tanyakan hal yang
kurang spesifik, seperti di mana menurutnya ia sedang berada atau
bulan apa saat ini.
6. Catat apa yang pasien katakan untuk memberikan gambaran yang lebih
detail mengenai status mental mereka.
Penjelasan Orientasi
Perilaku Deskripsi
9
Disorientasi Pasien tidak menjawab secara tepat atau
tidak menjawab sama sekali saat ditanya
namanya. Tidak mampu mengikuti
perintah. Dapat timbul agitasi atau
halusinasi.
Agitasi.
Agitasi merupakan gejala dari adanya masalah serius yang mendasari dan
kemungkinan pasien dalam kondisi krisis. Pasien dapat menjadi agitasi
akibat sejumlah alasan, meliputi:
1. Penurunan curah jantung dan aliran darah serebral.
2. Hipoksemia atau peningkatan CO2
3. Ketidakseimbangan cairan dan/atau elektrolit.
4. Cedera otak, stroke, tumor.
5. Reaksi obat yang merugikan atau putus obat/alkohol.
Pasien yang mengalami agitasi sering kali diobati dengan sedatif pada
awal terapi, meliputi:
Benzodiazepin, seperti lorazepam (Ativan) atau diazepam (Valium).
Antipsikotik, seperti haloperidol (Haldol) atau risperidon (Risperdal).
Sedatif harus diresepkan secara hati-hati dan dapat digunakan secara
berlebihan atau bahkan mencapai kadar toksik akibat adanya penyakit hati
atau ginjal.
Pasien yang diberikan sedatif harus dikaji secara teratur terkait respons
yang diinginkan (penurunan agitasi) dan diobservasi terhadap tanda
overdosis:
1. Tidur berlebihan dan sulit dibangunkan.
10
Deskripsi Agitasi-
Sedasi
Deskripsi Perilaku
Sangat sedatif Sulit bangun dan tetap bangun hanya untuk beberapa
detik.
11
dibangunkan
12
Pemeriksaan respons pupil
1. Kaji ukuran, bentuk, dan simetri setiap pupil. Ketiga hal ini harus sama
2. Gunakan penlight, sinari secara cepat ke setiap pupil, pupil harus
konstriksi secara cepat dan sama
Glasgow Coma Scale (GCS)
GCS merupakan instrumen pengkajian tingkat kesadaran.
Spons 4
Dengan perintah 3
Dengan nyeri 2
Skor:_____
Bingung 4
Tidak sesuai 3
Skor _____
Mengikuti perintah 6
Melokalisasi nyeri 5
13
Menarik diri dari nyeri 4
Fleksi abnormal 3
Ekstensi abnormal 2
Tidak respons 1
Skor _________
GCS = 9/15 (E = 2, V= 3, M= 4)
Rumus diatas dibaca sebagai “Glasgow Coma Score = 9 dari 15, mata
terbuka skor 2, respons verbal skor 3, respons motorik skor 4.”
Mengkaji penglihatan
perifer.
14
III Reaksi pupil Mengkaji pupil terhadap
kesamaan dan reaktivitas
Okulomotoriks
terhadap cahaya
15
menimbulkan refleks
muntah.
16
Menunjukan tiga Sebutkan tiga objek 1 poin untuk
objek secara perlahan dan setiap bagian
jelas. Minta pasien yang diulang
untuk dengan benar.
mengulanginya.
17
Pemeriksaan Status Mental Mini (Lanjutan)
18
sebuah kalimat subjek dan kata
kerja sehingga
memiliki arti.
19
6. Dokumentasi keadaan pasien, panggilan telepon ke dokter atau perawat,
dan respons dokter atau perawat.
Pengkajian Terfokus
1. Kaji kepatenan jalan napas dan adanya lender/sumbatan
2. Kaji pernapasan dan oksigenasi.
3. Kaji frekuensi dan keteraturan denyut jantung
4. Kaji tingkat kesadaran (lihat GCS dalamtabel ini), reaksi dan ukuran
pupil, respons motorik terbaik, dan orientasi.
5. Kaji respons terhadap stimulus verbal atau stimulus nyeri. Catatan:
Apakah pasien berespons terhadap stimulus verbal? Jika tidak, apakah
pasien berespons terhadap stimulus yang lembut (menggoyangkan
lengan) atau hanya terhadap stimulus nyeri (missal,mencubit otot
pektoralis)? Apakah ada respons motoric terhadap stimulus tertentu
(menghilangkan stimulus atau menarik diri dari stimulus)?
6. Kaji defisit neurologis terkait, seperti kelemahan atau kebas pada satu
bagian tubuh.
7. Kaji catatan pemberian obat-obatan terkait adanya obat yang dapat
menyebabkan perubahan tingkat kesadaran.
Stabilisasi dan Pemantauan
1. Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk menangani penyebab utama
(seperti overdosis obat) jika ada.
2. Pantau TTV, pernapasan, dan oksigenasi secara ketat.
3. Pantau status neurologis.
Bersiap untuk
1. Membantu penatalaksanaan jalan napas atau intubasi jika perlu.
2. Mulai pemberian akses IV
3. Memberikan medikasi
4. Merencanakan pemeriksaan laboratorium
5. Memindahkan pasien ke ruang ICU
Kemungkinan Etiologi
20
1. Lesi otak/gangguan dalam aliran darah, gangguan metabolisme
(hipoglikemia, hipoksia), gangguan psikiatrik, kadar pengobatan
toksik/overdosis obat, peningkatan TIK, distrimia.
PEMERIKSAAN KESADARAN
KEPERAWATAN
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
21
Prosedur Prosedur Tindakan
A. Tahap Pra Interaksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Menempatkan alat didekat pasien
3. Mencuci Tangan
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien
dan keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum
pemeriksaan dilakukan
C. Tahap Kerja
Melakukan uji :
1. Respon membuka mata
2. Respon verbal dengan mengajak bicara dan menilai
respon
3. Respon motorik dengan memberikan rangsang nyeri
dan menilai respon pasien
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Kontrak untuk tindakan selanjutnya
3. Berpamitan
4. Membereskan alat alat
5. Mencuci tangan
6. Mendokumentasikan dalam lembar pemeriksaan
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesadaran mempunyai arti yang luas. Kesadaran dapat didefinisikan
sebagai keadaan yang mencerminkan pengintegrasian impuls eferen dan
aferen. Keseluruhan dari impuls aferen dapat disebut input susunan saraf
pusat dan keseluruhan dari impuls eferen dapat disebut output susunan saraf
pusat (Priguna Sidharta, 1985)
Pengertian kualitas dan tingkat kesadaran dapat diartikan bahwa jumlah
(kuantitas) input susunan saraf pusat menentukan tingkat kesadaran. Cara
pengolahan input itu yang melahirkan pola-pola output susunan saraf pusat
menentukan kualitas kesadaran. Input susunan saraf pusat dapat dibedakan
menjadi input yang bersifat spesifik dan yang bersifat nonspesifik.
3.2 Saran
Tingkat kesadaran seseorang bisa dinilai dari tiga indikator, yaitu mata,
kemampuan berbicara, serta gerakan tubuh. Perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan bersama pasien selama 24 jam tahu akan setiap perubahan atau
penurunan kesadaran yang dapat terjadi pada pasien. Maka dari itu
Mahasiswa Perawat perlu mempelajari sistem Neurologi terkait tingkat
Kesadaran
23
Daftar Pustaka
Muttaqin, Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan . Jakarta : Salemba Medika
Hopkins, Tracey. 2013. Medikal Bedah : buku praktik klinik. Jakarta : EGC
Https://www.academia.edu/28768187/STANDAR_OPERASIONAL_PROSEDU
RE
24