Bab 1-4 GJR
Bab 1-4 GJR
Bab 1-4 GJR
A. Tujuan Tugas
Tugas desain untuk membuat kompetensi mahasiswa untuk dapat
mendesain geometri jalan raya dan menghitung volume galian dan timbunan
sesuai dengan kaidah keilmuan dan standar yang berlaku.
B. Rincian Pekerjaan
1. Perancangan diawali dengan rencana trase jalan
2. Menghitung alinyemen hoizontal dan alinyemen vertikal
3. Menggambar alinyemen horizontal, alinyemen vertikal, diagram
superelevasi dan potongan melintang jalan.
C. Waktu Penyelesaian
Perancangan geometri jalan ini dimulai dikerjakan pada minggu ke 4
sampai minggu ke 11. Setiap kelompok terdiri dari 5 sampai dengan 6 orang
yang bertanggung jawab atas penyelesaian perancangan geometri jalan ini.
D. Keterangan Penyelesaian
1. Perancangan geometri jalan dikerjakan secara team work beranggotakan
5 sampai dengan 6 orang dengan 1 sebagai ketua kelompok, sesuai
ketentuan yang diberikan oleh dosen pengampu.
2. Perencanaan harus dikerjakan pada waktu yang mudah dikerjakan atau
di tentukan oleh dosen pengampu.
3. Perlengkapan dan referensi yang sekiranya di perlukan disiapkan sendiri
oleh setiap kelompok.
4. Pemikiran aktivitas perancangan dilakukan terhadap keaktifan dan
produktifitas individu maupun kelompok, kerja sama kelompok, serta
kelengkapan hasil perancangan geometri jalan.
Penyusun
1.3 Permasalahan
a. Segi Keamanan
Jalan tidak terlalu berbahaya, karena walaupun melewati gunung tetapi
tidak terlalu berbahaya karena dilengkapi bangunan pelengkap jalannya
yang memadai, serta elevasinya tidak terlalu tinggi.
b. Segi Kenyamanan
Jalan cukup nyaman dilewati bagi pengendara karena tikungan tidak
terlalu curam dan tidak menanjak tinggi.
c. Segi Ekonomi
Walaupun pembuatan menambahkan jembatan tetapi pengerjaan
dikerjakan semaksimal dan dengan biaya seminimal mungkin.
Perbukitan ( B ) 3 sampai 25 %
PI
Δ
Tc E Tc
Lc
TC CT
Rc ½ Rc
Δ
E
TS Xs
SC
CS
k
θc
θs θs
Δ
TS ST
Keterangan :
R = Jari-jari lengkung minimum (m)
SC=C
S
TS
k
k
θs θs
Rc Rc
TS ST
3. Penentuan Superelevasi
Ada tiga cara untuk mengubah superelevasi yaitu :
1. Profil sumbu (as jalan) sebagai sumbu putar, umum dipakai di Indonesia.
2. Tepi dalam sebagai sumbu putar.
3. Tepi luar sebagai sumbu putar.
e
TL TD TL TD TL TD
Cara A Cara B Cara C
Gambar 2.4 Diagram Kemiringan Melintang
Diagram superelevasi menggambarkan pencapaian superelevasi dari lereng
normal ke superelevasi penuh, sehingga dengan mempergunakan diagram
superelevasi dapat ditentukan bentuk penampang melintang pada setiap titik di
suatu lengkung horizontal yang direncanakan. Diagram superelevasi digambar
berdasarkan elevasi tepi luar sebagai sumbu putar. Elevasi tepi perkerasan pada saat
kemiringan penuh, diberi tanda negatif. Pada saat kemiringan normal, tepi
perkerasan sebelah dalam selalu bertanda negatif.Pencapaian kemiringan normal
(en) ke kemiringan penuh (emak relatif) dapat dilakukan sebagai berikut :
Walaupun tikungan circle tidak mempunyai lengkung peralihan, akan tetapi
tetap diperlukan adanya suatu lengkung peralihan fiktif ( LS’).
LS’ = B . em.m
Keterangan :
LS’ = Lengkung peralihan fiktif ( m )
B = Lebar perkerasan ( m )
em = Kemiringan melintang maksimal relatif
(superelevasi maksimal pada tikungan)
m = Kelandaian relatif maksimal antar tepi perkerasan
(harga ini tergantung kecepatan rencana)
TC em CT
0%
en
LS Lc LS
TS SC em CS ST
TL
en
0%
TD
em
TS ST
TL
en 0%
TD
SC = CS
LS LS
S
m
A B
R’ R’
R’ R’
O S<L
Gambar 2.8 Jarak Pandang pada Lengkung Horizontal
Jarak Pandang pada lengkung horizontal untuk S ≤ L
Rumus-Rumus :
M = R’ – R’ cos
m =R’ ( 1 – cos )
S = R’ : 90
= 90 S : R’
= 28,65 S : R ‘
28,65 S
m = R’ (1 – cos )
R'
Keterangan :
Garis AB = Garis pandang
Lengkung AB = Jarak pandang
m = Jarak dari penghalang ke sumbu lajur sebelah dalam (m)
= Setengah sudut pusat lengkung sepanjang L
S = Jarak pandang (m)
L = Panjang busur lingkaran
R’ = Radius sumbu lajur sebelah dalam (m)
g1 = - g2 = + g1 = + Ev = - g2 = -
Ev = +
g1 = - Ev = + g2 = +
g2 = - g1 = +
g2 = + g1 = -
Ev= - Ev = -
g1 = + g2 = -
g1 PTV
A’ g2 %
Ev B
g1% P
Y
L
PLV A
X
0,5/ L
Titik A, titik peralihan dari bagian tangen ke bagian lengkung vertikal. Biasa
diberi simbol PLV (Peralihan lengkung vertikal). Titik B, titik peralihan dari bagian
lengkug vertikal ke bagian tangen di beri simbol PTV (Peralihan tangen vertikal).
Titik perpotongan kedua bagian tangen diberi nama titik PPV (Pusat perpotongan
vertikal). Letak titik-titik pada lengkung vertikal dinyatakan dengan ordinat Y dan
X terhadap sumbu koordinat yang melalui titik A. Pada penurunan rumus lengkung
vertikal terdapat beberapa asumsi yang dilakukan, yaitu :
a. Panjang lengkung vertikal sama dengan panjang proyeksi lengkung pada
bidang horisontal = L.
b. Perubahan garis singgung tetap (d2Y/dx2 = r).
c. Besarnya kelandaian bagian tangen dinyatakan dengan g1 % dan g2 %.
Kelandaian diberi tanda positif jika pendakian, dan diberi tanda negatif jika
penurunan.
Rumus umum parabola dy2/dx2 = r (konstanta)
dY/dx = rx + C
x=0 dY/dx = g1 C = g1
x=L dY/dx = g2 rL + g1 = g2
r = (g2 - g1)/L
dy ( g 2 g1 ) .x g1
=
dx L
PPV
g1 g2
PLV EV PTV
h1 L/2 h2
L
S
100h1/g1 100 h2/g2
L/2
200 h1 ( h1 h2 ) 200 h2 ( h1 h2 )
L = 2S - -
A x h1 A x h2
( 1,20 1,20 2 )
L = 2 S - 200
A
2 S C1
L=
A
C1= Konstanta garis pandangan untuk lengkung vertikal cembung
dimana S > L
Panjang lengkung vertikal cembung berdasarkan kebutuhan akan drainase
yakni diperoleh dengan :
L = 50 A
b. Lengkung Vertikal Cekung
Disamping bentuk lengkung yang berbentuk parabola sederhana, panjang
lengkung vertikal cekung juga harus ditentukan dengan memperhatikan :
1. Jarak penyinaran lampu kendaraan.
2. Jarak pandang bebas dibawah bangunan.
3. Persyaratan drainase.
4. Kenyamanan mengemudi.
5. Keluwesan bentuk.
1. Jarak penyinaran lampu kendaraan
Jangkauan lampu depan kendaraan pada lengkung vertikal cekung
merupakan batas jarak pandangan yang dapat dilihat oleh pengemudi pada malam
hari. Di dalam perencanaan umumnya tinggi lampu depan diambil setinggi 60 cm,
dengan sudut penyebaran sebesar 1.
Letak penyinaran lampu dengan kendaraan dapat dibedakan atas 2 keadaan
yaitu :
1. Jarak pandangan akibat penyinaran lampu depan < L
2. Jarak penyinaran akibat penyinaran lampu depan > L
AxS 2
L=
120 3,50 S
S
B’
B
60 cm 1 A/100
V D’ D
O
L/2 S - L/2
Gambar 2.14 Lengkung Vertikal Cekung, Jarak Penyinaran Lampu > L
Rumus :
AV 2
L=
380
Konst. Atas
Garis Pandang ( h1 + h2 ) : 2
h1 L C h2
E
g1 % S g2 %
E m
PPV
Konst. Atas
G aris Pandang ( h1 + h2 ) : 2
h1 S h2
E
g1 % L g2 %
PLV E m PTV
PPV
Gambar 2.16 Jarak Pandangan S > L
Rumus :
800 C 400 (h1 h2 )
L= 2S-
A
Jika h1 = 1,80 m, h2 = 0,50 m dan C = 5,50 m, maka persamaan menjadi :
3480
L = 2S
A
Lajur pendakian
+ g1
A
- g2
ditentukan berdasarkan :
1. Syarat pandangan henti dan drainase (Grafik III “SSPGJLK”).
2. Syarat pandangan menyiap (Grafik IV “SSPGJLK”).
Rumus untuk lengkung vertikal cembung :
(AxL)
y’ = Ev =
800
A = g2 - g1
Masalah yang timbul pada lengkung cembung adalah penyediaan
jarak pandang yang tidak memadai.
- g1 + g2 - g1 + g2
A A
A + g1
- g2
2.6 Stasioning
Stasioning (penomoran) panjang jalan pada tahap perencanaan adalah
memberikan nomor pada interval-interval tertentu dari awal pekerjaan. Nomor jalan
(Sta jalan) dibutuhkan sebagai sarana komunikasi untuk dengan cepat mengenal
lokasi yang sedang dibicarakan, selanjutnya menjadi panduan untuk lokasi suatu
tempat. Nomor jalan ini sangat bermanfaat pada saat pelaksanaan dan perencanaan.
Laporan Tugas Besar Geometri Jalan Raya 41
Universitas Teknologi Yogyakarta
Di samping itu dari penomoran jalan tersebut diperoleh informasi tentang panjang
jalan secara keseluruhan. Setiap Sta jaln dilengkapi dengan gambar potongan
melintangnya. Nomor jalan atau Sta jalan ini sama fungsinya dengan patok km di
sepanjang jalan. Perbedaannya adalah :
1. Patok km merupakan petunjuk jarak yang diukur dari patok km 0, yang
umumnya terletak di ibukota provinsi atau kota madya.
Patok Sta merupakan petunjuk jarak yang diukur dari awal pekerjaan
(proyek) sampai dengan khir pekerjaan.
2. Patok km berupa patok permanen yang dipasang dengan ukuran standar
yang berlaku.
Patok Sta merupakan patok sementara selama masa pelaksanaan ruas jalan
tersebut.
2.6.1 Perhitung stasioning
Tikungan 1
Sta A = 0+000 m
Sta Ts1 = Sta A + Jarak – Ts1
Sta Sc1 = Sta Ts1 + Ls
Sta B = Sta A + Jarak
Sta Cs1 = Sta Sc1 + Lc1
Sta St1 = Sta Cs1 +Ls
Tikungan 2
Sta B = 0 + 670,820 m
Sta Ts2 = Sta St1 + Jarak – ( Ts1 + Ts2)
Sta Sc2 = Sta Ts2 + Ls
Sta C = Sta B + Jarak
Sta Cs2 = Sta Sc2 + Lc2
Sta St2 = Sta Cs2 +Ls
Tikungan 4
Sta D = 2 + 062,751 m
Sta Ts4 = Sta St3 + Jarak – ( Ts3 + Ts4)
Sta Sc4 = Sta Ts4 + Ls
Sta E = Sta D + Jarak
Sta Cs4 = Sta Sc4 + Lc4
Sta St4 = Sta Cs4 +Ls
Sta F = Sta E + Jarak
Start
Alinyemen vertikal :
Alinyemen horizontal :
Kelandaian
Lengkung vertikal Bagian lurus
Tikungan
Jari-jari minimum
Bentuk lengkung
peralihan
Survey elevasi
Penggambaran :
Pelebaran di tikungan
Peta ikhtisar Jarak pandang henti
Peta planimetri Jarak pandang menyiap
Penempang memanjang
Penampang horizontal
Identifikasi titik tetap
Koordinat alinyemen
Start
Awal : IP0
Akhir : IPt
𝐷 = √(𝑥 − 𝑥1 )2 + (𝑦 − 𝑦2 )2
𝐷1 = √(𝑥 − 𝑥1 )2 + (𝑦 − 𝑦1 )2
𝐷1 = √(−600)2 + (600)2
𝐷1 = √360000 + 360000
𝐷1 = √720000
𝐷1 = 848,528 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝐷2 = √(𝑥1 − 𝑥2 )2 + (𝑦1 − 𝑦2 )2
𝐷2 = √(−700)2 + (500)2
𝐷2 = √490000 + 250000
𝐷2 = √740000
𝐷2 = 860,233 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝐷3 = √(𝑥2 − 𝑥3 )2 + (𝑦2 − 𝑦3 )2
𝐷3 = √(−500)2 + (−700)2
Laporan Tugas Besar Geometri Jalan Raya 47
Universitas Teknologi Yogyakarta
𝐷3 = √250000 + 490000
𝐷3 = √740000
𝐷3 = 860,233 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝐷4 = √(𝑥3 − 𝑥4 )2 + (𝑦3 − 𝑦4 )2
𝐷4 = √(−700)2 + (300)2
𝐷4 = √490000 + 90000
𝐷4 = √580000
𝐷4 = 716,577 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝐷5 = √(𝑥4 − 𝑥5 )2 + (𝑦4 − 𝑦5 )2
𝐷5 = √(−500)2 + (−0)2
𝐷5 = √250000 + 0
𝐷5 = √250000
𝐷5 = 500 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝑦3 − 𝑦2
𝛼3 = 90° ± 𝐴𝑟𝑐 𝑇𝑔𝑛 | |
𝑥3 − 𝑥2
1300 − 600
𝛼3 = 90° − 𝐴𝑟𝑐 𝑇𝑔𝑛 | |
2800 − 2300
700
𝛼3 = 90° − 𝐴𝑟𝑐 𝑇𝑔𝑛 | |
500
𝛼3 = 90° − 𝐴𝑟𝑐 𝑇𝑔𝑛 |1,4|
𝛼3 = 90° − 𝐴𝑟𝑐 𝑇𝑔𝑛 1,4
𝛼3 = 90° − 54,462°
𝛼3 = 35,538°
𝑦4 − 𝑦3
𝛼4 = 90° ± 𝐴𝑟𝑐 𝑇𝑔𝑛 | |
𝑥4 − 𝑥3
1000 − 1300
𝛼4 = 90° ± 𝐴𝑟𝑐 𝑇𝑔𝑛 | |
3500 − 2800
−300
𝛼4 = 90° ± 𝐴𝑟𝑐 𝑇𝑔𝑛 | |
700
𝛼4 = 90° ± 𝐴𝑟𝑐 𝑇𝑔𝑛 |−0,429|
𝛼4 = 90° − 𝐴𝑟𝑐 𝑇𝑔𝑛 − 0,429
𝛼4 = 90° − (−23,199°)
𝛼4 = 113,199°
β2 = |𝛼3 − 𝛼2 |
β2 = |35,538° − 125,538°|
β2 = |−90,000°|
β2 = 90,000°
β3 = |𝛼4 − 𝛼3 |
β3 = |113,199° − 35,538°|
β3 = |77,661°|
β3 = 77,661°
β4 = |𝛼5 − 𝛼4 |
β4 = |90,000° − 113,199°|
β4 = |23,199°|
β4 = 23,199°
𝐷𝑡𝑒𝑟𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘 − 20
𝑑=
2
848,528 − 20
𝑑1 =
2
828,528
𝑑1 =
2
𝑑1 = 414,264 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
860,233 − 20
𝑑2 =
2
840,233
𝑑2 =
2
𝑑2 = 420,116 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
761,577 − 20
𝑑3 =
2
741,557
𝑑3 =
2
𝑑3 = 370,789 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
500,000 − 20
𝑑4 =
2
480,000
𝑑4 =
2
𝑑4 = 240,000 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
500,000 − 20
𝑑5 =
2
480,000
𝑑5 =
2
𝑑5 = 240,000 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
b. Menentukan Rc
Rc ditentukan dengan mengalikan 2 Rmin sehingga:
𝑅𝑐 = 2 × 𝑅𝑚𝑖𝑛
𝑅𝑐 = 2 × 112,04
𝑅𝑐 = 224,08 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
Nilai Rc digunakan untuk menentukan nilai LS, dan e, dengan
menggunakan pembacaan tabel yang mendekati 224,08 m dipilih
nilai Rc = 287m, dengan LS = 50m, dan e = 0,062.
e. Menghitung Lc
𝜃𝑐
𝐿𝑐 = × 𝜋 × 𝑅𝑐
180
𝜃𝑐1
𝐿𝑐1 = × 𝜋 × 𝑅𝑐
180
70,56 22
𝐿𝑐1 = × × 287
180 7
𝐿𝑐1 = 0,392 × 901,637
𝐿𝑐1 = 353,42 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝐿𝑆 2
𝑃 = 6×287 − 287 × (1 − cos(4,99))
502
𝑃 = 6×287 − 287 × (1 − 0,9962)
2500
𝑃 = 1722 − 287 × (0,0038)
𝑃 = 1,4518 − 1.0906
𝑃 = 0,36
2) Nilai K
𝐿𝑆 3
𝐾 = 𝐿𝑆 − ( ) − 𝑅𝑐 × sin 𝜃𝑠
40 × 𝑅𝑐 2
g. Menghitung Nilai Ec
1
𝐸𝑐 = (𝑅𝑐 + 𝑃) × sec ( 𝛽) − 𝑅𝑐
2
1
𝐸𝑐1 = (𝑅𝑐 + 𝑃) × sec ( 𝛽1 ) − 𝑅𝑐
2
1
𝐸𝑐1 = (287 + 0,36) × sec ( 80,538) − 287
2
𝐸𝑐1 = (287,36) × sec(40,269) − 287
𝐸𝑐1 = 287,36 × 1,3106 − 287
𝐸𝑐1 = 376,614 − 287
𝐸𝑐1 = 89,614 𝑚
h. Menghitung Ts
1
𝑇𝑠 = (𝑅𝑐 + 𝑃) × tan 𝛽 + 𝐾
2
1
𝑇𝑠1 = (𝑅𝑐 + 𝑃) × tan 𝛽1 + 𝐾
2
1
𝑇𝑠1 = (287 + 0,36) × tan 80,538 + 24,99
2
𝑇𝑠1 = (287,36) × tan 40,269 + 24,99
𝑇𝑠1 = (287,36) × 0,8471 + 24,99
𝑇𝑠1 = 243,4227 + 24,99
𝑇𝑠1 = 268,427 𝑚
2) Kontrol Jarak
𝑑1 − 𝑇𝑠1 > 20
414,264 − 268,427 > 20
145,837 > 20 (ok)
2. Tikungan 2
a. Menentukan jari-jari minimal (Rmin)
𝑉𝑅2
𝑅𝑚𝑖𝑛 =
127 × (𝑒 + 𝑓)
602
𝑅𝑚𝑖𝑛 =
127 × (0,1 + 0,153)
3600
𝑅𝑚𝑖𝑛 =
127 × (0,253)
3600
𝑅𝑚𝑖𝑛 =
32,131
𝑅𝑚𝑖𝑛 = 112,041 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
Keterangan :
Kecepatanrencana (VR) = 60 Km/Jam
e max = 0,1
f = 0,153
e. Menghitung Lc
𝜃𝑐
𝐿𝑐 = × 𝜋 × 𝑅𝑐
180
𝜃𝑐2
𝐿𝑐2 = × 𝜋 × 𝑅𝑐
180
90,000 22
𝐿𝑐2 = × × 287
180 7
𝐿𝑐2 = 0,5 × 902
𝐿𝑐2 = 450,82 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝐿𝑆 2
𝑃 = 6×287 − 287 × (1 − cos(4,993))
502
𝑃 = 6×287 − 287 × (1 − 0,9962)
2500
𝑃 = 1722 − 287 × (0,0038)
𝑃 = 1,4518 − 1,0906
𝑃 = 0,361
2) Nilai K
𝐿𝑆 3
𝐾 = 𝐿𝑆 − ( ) − 𝑅𝑐 × sin 𝜃𝑠
40 × 𝑅𝑐 2
503
𝐾 = 50 − ( ) − 287 × sin(4,993)
40 × 2872
125000
𝐾 = 50 − ( ) − 287 × 0,087
40 × 82369
𝐾 = 50 − 0,0379 − 24,9787
𝐾 = 24,99 𝑚
g. Menghitung Nilai Es
1
𝐸𝑆 = (𝑅𝑐 + 𝑃) × sec ( ∆) − 𝑅𝑐
2
1
𝐸𝑆2 = (𝑅𝑐 + 𝑃) × sec ( ∆2 ) − 𝑅𝑐
2
1
𝐸𝑆2 = (287 + 0,36) × sec ( 35,538) − 287
2
𝐸𝑆2 = (287,36) × sec(17,769) − 287
𝐸𝑆2 = (287,36 × 1,050) − 287
𝐸𝑆2 = 301,728 − 287
𝐸𝑆2 = 14,728 𝑚
i. Checking
Karena nilai e max <= 3%; tikungan adalah jenis lengkung F-C
1) Syarat lengkung
2 × 𝑇𝑠2 > Ltotal
𝜃
𝑐2
2 × 𝑇𝑠2 > 180 × 𝜋 × 𝑅𝑐
90,000 22
2 × 287,000 > × × 287
180 7
2) Kontrol Jarak
𝑑2 − 𝑇𝑠2 > 20
420,116 − 287,000 > 20
133,116 > 20 (ok)
3. Tikungan 3
a. Menentukan jari-jari minimal (Rmin)
𝑉𝑅2
𝑅𝑚𝑖𝑛 =
127 × (𝑒 + 𝑓)
602
𝑅𝑚𝑖𝑛 =
127 × (0,1 + 0,153)
3600
𝑅𝑚𝑖𝑛 =
127 × (0,253)
b. Menentukan Rc
Rc ditentukan dengan mengalikan 2 Rmin sehingga:
𝑅𝑐 = 2 × 𝑅𝑚𝑖𝑛
𝑅𝑐 = 2 × 112,041
𝑅𝑐 = 244,082 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
Nilai Rc digunakan untuk menentukan nilai LS, dan e, dengan
menggunakan pembacaan tabel yang mendekati 244,082 dipilih nilai
Rc = 287, dengan LS = 50, dan e = 0,062.
𝐿𝑆 2
𝑃 = 6×287 − 287 × (1 − cos(4,993))
502
𝑃 = 6×287 − 287 × (1 − 0,996)
2500
𝑃 = 1722 − 287 × (0,0038)
𝑃 = 1,451 − 1,090
𝑃 = 0,364 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
2) Nilai K
𝐿𝑆 3
𝐾 = 𝐿𝑆 − ( ) − 𝑅𝑐 × sin 𝜃𝑠
40 × 𝑅𝑐 2
503
𝐾 = 50 − ( ) − 287 × sin(4,993)
40 × 2872
125000
𝐾 = 50 − ( ) − 287 × 0,087
40 × 82369
𝐾 = 50 − 0,0379 − 24,9787
𝐾 = 24,99 𝑚
g. Menghitung Nilai Es
1
𝐸𝑆 = (𝑅𝑐 + 𝑃) × sec ( ∆) − 𝐵𝑒𝑡ℎ𝑎
2
h. Menghitung Ts
1
𝑇𝑠 = (𝑅𝑐 + 𝑃) × tan ∆ + 𝐾
2
1
𝑇𝑠3 = (𝑅𝑐 + 𝑃) × tan ( ∆3 ) + 𝐾
2
1
𝑇𝑠3 = (287 + 0,36) × (tan 77,661) + 24,99
2
𝑇𝑠3 = (287,36) × (tan 38,830) + 24,99
𝑇𝑠3 = (287,36) × 0,804 + 24,99
𝑇𝑠3 = 231,295 + 25,032
𝑇𝑠3 = 256,327 𝑚
i. Checking
Karena nilai LC > 20; tikungan adalah jenis lengkung S-C-S
1) Syarat lengkung
2 × 𝑇𝑠3 > Ltotal
2 × 𝑇𝑠3 > 2𝐿𝑠 + 𝐿𝑐3
2 × 256,327 > (2 × 50) + 339,011
512,583 > 100 + 339,011
512,583 > 439,011 (ok)
2) Kontrol Jarak
𝑑3 − 𝑇𝑠3 > 20
370,789 − 512,583 > 20
114,497 > 20 (ok)
Keterangan :
Kecepatanrencana (VR) = 70 Km/Jam
e max = 0,1
f = 0,147
b. Menentukan Rc
Rc ditentukan dengan mengalikan 2 Rmin sehingga:
𝑅𝑐 = 2 × 𝑅𝑚𝑖𝑛
𝑅𝑐 = 2 × 156,21
𝑅𝑐 = 312,41 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
Nilai Rc digunakan untuk menentukan nilai LS, dan e, dengan
menggunakan pembacaan tabel yang mendekati 244,082 dipilih nilai
Rc = 358, dengan LS = 144,95 dan e = 0,068.
e. Menghitung Lc
𝜃𝑐
𝐿𝑐 = × 𝜋 × 𝑅𝑐
180
𝜃𝑐1
𝐿𝑐4 = × 𝜋 × 𝑅𝑐
180
0,00 22
𝐿𝑐4 = × × 358
180 7
𝐿𝑐4 = 0 × 1125,14
𝐿𝑐4 = 0 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
144,95²
𝑃= − 358 × (1 − cos(11,60))
6×358
21010,50
𝑃= − 358 × (0,020)
2148
𝑃 = 9,781 − 7,312
𝑃 = 2,47
2) Nilai K
𝐿𝑆 4
𝐾 = 𝐿𝑆 − ( ) − 𝑅𝑐 × sin 𝜃𝑠
40 × 𝑅𝑐 2
144,953
𝐾 = 144,95 − ( ) − 358 × sin(11,60)
40 × 3582
3045472,337
𝐾 = 144,95 − ( ) − 358 × 0,2010
40 × 128164
𝐾 = 144,95 − 0,5940 − 71,958
𝐾 = 72,38 𝑚
h. Menghitung Ts
1
𝑇𝑠 = (𝑅𝑐 + 𝑃) × tan ∆ + 𝐾
2
1
𝑇𝑠4 = (𝑅𝑐 + 𝑃) × tan ∆4 + 𝐾
2
1
𝑇𝑠4 = (358 + 2,47) × tan 23,119 + 72,38
2
𝑇𝑠4 = (360,47) × tan 11,559 + 72,38
𝑇𝑠4 = (360,47) × 0,204 + 72,38
𝑇𝑠4 = 73,535 + 72,38
𝑇𝑠4 = 146,365 𝑚
i. Checking
Karena nilai LC < 20; tikungan adalah jenis lengkung S-S
1) Syarat lengkung
2 × 𝑇𝑠4 > Ltotal
2 × 𝑇𝑠4 > 2𝐿𝑠
2 × 146,365 > (2 × 144,95)
292,73 > 289,9
292,73 > 289,9 (ok)
2. STA B = STA I
= 0+ 848,528 m
3. STA C = STA II
= 1+ 708,761 m
STA TS3 = Sta C +DA2-A3- TS2
= 1+ (708,761+860,233- 256,292)
= 2+ 603,941 m
STA SC3 = STA TS3+LS
= 2+ (603,941+50)
= 2+ 653,941 m
STA III = STA C+DA2-A3
= 1+ (1360,233+360,233)
= 2+ 720,466 m
STA CS3 = STA SC3+LCD3
= 2+ (653,941+360,233)
= 2+ 992,952 m
STA ST3 = STA CS3+LS
= 2+ 992,952+50)
= 2+ 1042,952 m
5. STA E = STA IV
= 2+ 1865,417 m
STA V = STA E+(S t4+DA4-B- TS4 -Ts5
= 2+ (1691,775+0-146,365-0)
= 3+ 1545,410 m
= 0,393
D4 = 2 124,54 128,6955 m
3
JPM = D1 + D2 + D3 + D4
= 65,214 + 193,0432 + 65 + 128,6955
= 451,9527 m
0,676
= 120 - ( ) . (120 – 120)
0,676+0,41969
= 120 m
𝑋₂
Rumija kanan = elv. Atas - (𝑋 ) . (elv. Atas – elv. Bawah)
2 + 𝑋₁
0,41969
= 120 - ( ) . (120 - 120)
0,41969+0,69047
= 120 m
𝐸𝑙𝑣 𝑅𝑢𝑚𝑖𝑗𝑎 𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛+𝑒𝑙𝑣 𝑅𝑢𝑚𝑖𝑗𝑎 𝑘𝑖𝑟𝑖
Elv. Muka tanah asli = 2
120+120
=
2
= 120 m
Selanjutnya ditabelkan terlampir dilampiran.
Perhitungan kelandaian
𝑒𝑙𝑣 𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛−𝑒𝑙𝑣 𝑘𝑖𝑟𝑖
gn = 𝑠𝑡𝑎 𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛−𝑠𝑡𝑎 𝑘𝑖𝑟𝑖 .100%
120,000−120,000
g1 = .100%
0−100
= 0,556 %
122,500−118,115
g3 = .100%
550−1075
= 0,835 %
118,115−118,261
g4 = .100%
1075−1325
= 0,058 %
118,261−131,107
g5 = .100%
1325−1825
= 2,569 %
131,107−135,341
g6 = .100%
1825−2125
= 1,411 %
135,341−138,863
g7 = .100%
2125−2775
= 0,542 %
138,863−140,661
g8 = .100%
2775−3375
= 0,300 %
140,661−146,010
g9 = .100%
3375−3525
= 3,566 %
140,661−0
g9 = .100%
3525−0
= 4,142 %
∆₁
LV1 = JPH2 398
(5,000)
= (67,408)2 398
= 17,775 m
∆1
EV1 = 800 LV1
(0,556)
= .(6,343)
800
= 0,004
PPV1
Jarak A – PPV1 = STA PPV1 – STA A
= 100 – 0
= 100
Beda elevasi (AT1) = Elv PPV1 – Elv A
= 120 – 120
=0
X1 = √(𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝐴 − 𝑃𝑃𝑉1)2 − (𝐴𝑇₁)2
= √(100)2 − (0)2
0,000 2
= √(100,000)2 + ( 100 . 100,000)
= 100 m
𝑔1
Elevasi PPV1 = Elv A + (100.X1)
0,000
=120 + ( 100 . 100)
= 120
STA PPV1 = STA A+ (Jarak A-PPV1)
= 0 + 100
= 100
PLV1
𝑔1
Elevasi PLV1 = Elv PPV1 – ( ½ LV1.100)
0,000
= 120 – (½ .6,343(- 100 ))
= 0 + 120
STA PLV1 = STA PPV1 – ( ½ LV1)
= 100 – (½..6,343)
= 0 + 96,829
PTV1
𝑔2
Elevasi PTV1 = Elv PPV1 + ( ½ LV1 . 100)
0,556
= 120 + (½ .( 6,343).( 100 )
= 0 + 120,018
STA PTV1 = STA PPV1 + ( ½ LV1)
= 100 + (½ . 6,343)
= 0 + 103,171
b. Lengkung II ( Cekung )
= 8,949 m
∆₂
EV2 = 800 LV2
(0,280)
= .(3,193)
800
= 0,001
PPV2
Jarak PPV1 – PPV2 = STA PPV2 – STA PPV1
= 550,000 – 100,000
= 450,000
Beda elevasi (AT2) = Elv PPV2 – Elv PPV1
= 122,500 – 120,000
= 2,500
Xi2 = √(𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑃𝑃𝑉1 − 𝑃𝑃𝑉2)2 − (𝐴𝑇₂)2
= √(450,00)2 − (2,500)2
= 449,993 m
𝑔2 2
Kontrol jarak = √(𝑋₂)2 + (100 . 𝑋₂)
2
0,556
= √(449,993)2 + (( 100 ) . (449,993))
= 450,00 m
𝑔2
Elevasi PPV2 = Elv PPV1 + (100.X2)
= 122,500
STA PPV2 = STA PPV1 + (Jarak PPV1-PPV2)
= 100 + 450,000
= 0 + 550,000
PLV2
𝑔2
Elevasi PLV2 = Elv PPV2 – ( ½ LV2. 100)
0,556
= 122,500 – (½.(3,193).( )
100
= 122,491
STA PLV2 = STA PPV2 – ( ½ LV2)
= 550,000– (½.(3,193)
= 0 + 548,403
PTV2
𝑔3
Elevasi PTV2 = Elv PPV2 + ( ½ LV2 . 100)
0,556
= 122,500 + (½. 3,193).( )
100
= 122,513
STA PTV2 = STA PPV2 + ( ½ LV2)
= 550,000 + (½.3,193)
= 0+ 551,597
(0,012)
LV3 = (67,408)2 398
= 24,855 m
∆₃
EV3 = 800 LV3
(0,777)
= .(8,869)
800
= 0,009
PPV3
Jarak PPV2 – PPV3 = STA PPV3 – STA PPV2
= 1075,000 - 550,000
= 525,000
Beda elevasi (AT3) = Elv PPV3 – Elv PPV2
= 118,115 – 122,500
= -4,385
X3 = √(𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑃𝑃𝑉2 − 𝑃𝑃𝑉3)2 − (𝐴𝑇₃)2
= √(525,000)2 − (−4,385)2
= 524,982 m
𝑔3 2
Kontrol jarak = √(𝑋₃)2 − (100 . 𝑋₃)
0,835
= √(524,982)2 − ( 100 . 524,982)
= 525,000 m
𝑔3
Elevasi PPV3 = Elv PPV2 + (100.X3)
= 126,885
STA PPV3 = STA PPV2 + (Jarak PPV2-PPV3)
= 550,000 + 525,000
= 1+075,000
PLV3
𝑔3
Elevasi PLV3 = Elv PPV3 – ( ½ LV3. 100)
0,835
= 126,885 – (½.(8,869).( )
100
= 126,885
STA PLV3 = STA PPV3 – ( ½ LV3)
= 1075 – (½.(8,869)
= 1+070,566
PTV3
𝑔4
Elevasi PTV3 = Elv PPV3 + ( ½ LV3 . 100)
0,058
= 126,885+ (½.(8,869).( ))
100
= 126,887
STA PTV3 = STA PPV3 + ( ½ LV3)
= 1075,000 + (½.(8,869)
= 1+079,434
d. Lengkung IV ( Cekung )
(2,474)
LV4 = (67,408)2 398
= 0,090
PPV4
Jarak PPV3 – PPV4 = STA PPV4 – STA PPV3
= 1325,000- 1075,000
= 250,000
Beda elevasi (AT4) = Elv PPV4 – Elv PPV3
= 118,261 – 126,885
= 0,146
X4 = √(𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑃𝑃𝑉3 − 𝑃𝑃𝑉4)2 − (𝐴𝑇4)2
= √(250,000)2 − ( 0,146 )2
= 250,000 m
𝑔4 2
Kontrol jarak = √(𝑋4)2 − (100 . 𝑋4)
0,058
= √(250,000)2 − ( 100 . 250,000)
= 250,000 m
𝑔4
Elevasi PPV4 = Elv PPV3 + (100.X4)
0,058
= 118,115 + ( 100 ).(250,000)
= 118,261
STA PPV4 = STA PPV3 + (Jarak PPV3-PPV4)
= 1075,000 + 250,000
= 1+325,000
PLV4
𝑔4
Elevasi PLV4 = Elv PPV4 – ( ½ LV4. 100)
0,058
= 118,261 – (½.(28,665).( )
100
= 118,253
STA PLV4 = STA PPV4 – ( ½ LV4)
= 118,629
STA PTV4 = STA PPV4 + ( ½ LV4)
= 1325,000 + (½.(28,665)
= 1 + 339,333
e. Lengkung V ( Cembung )
(1,158)
LV5 = (67,408)2 398
= 37,047 m
∆5
EV5 = 800LV5
(1,158)
= .(13,219)
800
= 0,019
PPV5
Jarak PPV4 – PPV5 = STA PPV5 – STA PPV4
= 1825,000 - 1325,000
= 500,000
= √(500,000)2 − (12,846)2
= 499,835 m
𝑔5 2
Kontrol jarak = √(𝑋5)2 − (100 . 𝑋5)
37,047
= √(499,835)2 − ( . 274,996)2
100
= 500,000 m
𝑔5
Elevasi PPV5 = Elv PPV4 + (100.X5)
2,569
= 188,261 + ( 100 ).(499,835)
= 131,107
STA PPV5 = STA PPV4 + (Jarak PPV4-PPV5)
= 1325,000 + 500,000
= 1 + 825,000
PLV5
𝑔5
Elevasi PLV5 = Elv PPV5 – ( ½ LV5. 100)
2,569
= 131,103 – (½.(13,219).( )
100
= 130,937
STA PLV5 = STA PPV5 + ( ½ LV5)
= 1825,000 + (½.(13,219)
= 1+818,390
PTV5
𝑔6
Elevasi PTV5 = Elv PPV5 + ( ½ LV5 . 100)
1,411
= 131,103 + (½.(13,219).( ))
100
= 131,200
f. Lengkung VI ( Cembung )
(0,870)
LV6 = (67,408)2 398
= 27,820 m
∆6
EV6 = 800LV6
(0,869)
= .(9,927)
800
= 0,011
PPV6
Jarak PPV5 – PPV6 = STA PPV6 – STA PPV5
= 2125,000 – 1825,000
= 300,000
Beda elevasi (AT6) = Elv PPV6 – Elv PPV5
= 135,341 – 131,107
= 4,234
X6 = √(𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑃𝑃𝑉5 − 𝑃𝑃𝑉6)2 − (𝐴𝑇6)2
= √(300,000)2 − (4,234)2
= 299,970 m
𝑔6 2
Kontrol jarak = √(𝑋6)2 − (100 . 𝑋6)
= 300,000 m
𝑔6
Elevasi PPV6 = Elv PPV5 + (100.X6)
1,411
= 131,107 + ( 100 ).(299,970)
= 135,341
STA PPV6 = STA PPV5 + (Jarak PPV5-PPV6)
= 1825,000 + 300,000
= 2 + 125,000
PLV6
𝑔6
Elevasi PLV6 = Elv PPV6 – ( ½ LV6. 100)
1,411
= 135,341 – (½.(9,927).( )
100
= 135,271
STA PLV6 = STA PPV6 + ( ½ LV6)
= 2125,000 + (½.(9,927)
= 2 + 120,037
PTV6
𝑔7
Elevasi PTV6 = Elv PPV6 + ( ½ LV6 . 100)
0,542
= 135,341+ (½.9,927).( ))
100
= 135,367
STA PTV6 = STA PPV6 + ( ½ LV6)
= 2125,000+ (½.(9,927)
= 2 + 129,963
= 7,749 m
∆7
EV7 = 800LV7
(0,242)
= .(2,765)
800
= 0,001
PPV7
Jarak PPV6 – PPV7 = STA PPV7 – STA PPV6
= 2775,000 – 2125,000
= 650,000
Beda elevasi (AT7) = Elv PPV7 – Elv PPV6
= 138,863 – 135,341
= 3,522
Xi7 = √(𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑃𝑃𝑉6 − 𝑃𝑃𝑉7)2 − (𝐴𝑇7)2
= √(650,000)2 − (3,522)2
= 649,990 m
𝑔7 2
Kontrol jarak = √(𝑋7)2 + (100 . 𝑋7)
2
0,542
= √(649,990)2 + (( 100 ) . (649,990))
= 650,000 m
𝑔7
Elevasi PPV7 = Elv PPV6 + (100.X7)
= 138,863
STA PPV7 = STA PPV6 + (Jarak PPV6-PPV7)
= 2125,000 + 650,000
= 2 + 775,000
PLV7
𝑔7
Elevasi PLV7 = Elv PPV7 – ( ½ LV7. 100)
0,542
= 138,863 – (½.(4,258).( )
100
= 138,851
STA PLV7 = STA PPV7 – ( ½ LV7)
= 2775,000 – (½.(4,258)
= 2 + 772,871
PTV7
𝑔8
Elevasi PTV7 = Elv PPV7 + ( ½ LV7 . 100)
0,300
= 138,863 + (½. 4,258).( )
100
= 138,869
STA PTV7 = STA PPV7 + ( ½ LV7)
= 2775,000 + (½.4,258)
= 2 + 777,129
= 104,508 m
∆8
EV8 = 800LV8
(3,266)
= .(37,291)
800
= 0,152
PPV8
Jarak PPV8 – PPVB = STA PPVB – STA PPV8
= 3525,000 – 3375,000
= 149,905
Beda elevasi (AT8) = Elv PPVB – Elv PPV8
= 146,010 – 140,661
= 5,349
Xi8 = √(𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑃𝑃𝑉8 − 𝑃𝑃𝑉𝐵)2 − (𝐴𝑇8)2
= √(150,000)2 − (5,349)2
= 149,905 m
𝑔8 2
Kontrol jarak = √(𝑋8)2 + (100 . 𝑋8)
2
0,300
= √(149,905)2 + (( 100 ) . (149,905))
= 149,905 m
𝑔8
Elevasi PPV8 = Elv PPV7 + (100.X8)
0,300
= 138,863 + ( 100 ).(149,905)
= 140,661
STA PPV8 = STA PPV7 + (Jarak PPV7 - PPV8)
= 2775,000 + 600,000
= 3 + 375,000
= 140,575
STA PLV8 = STA PPV8 – ( ½ LV8)
= 3375,000 – (½.(57,424)
= 3 + 346,288
PTV8
𝑔9
Elevasi PTV8 = Elv PPV8 + ( ½ LV8 . 100)
3,566
= 140,661 + (½.57,424).( )
100
= 141,685
STA PTV8 = STA PPV8 + ( ½ LV8)
= 3375 + (½.57,424)
= 3 + 403,712
Stasiun Lengkung
- STA lengkung 1 = STA PLV1 + x1
= 96,829 + (0,000)
= 0 + 96,829
- STA lengkung 2 = STA PLV2 + x2
= 548,403 + 0,993
= 0 + 549,39
- STA lengkung 3 = STA PLV3 + x3
= 1070,566 + (0,538)
= 1 + 071,203
- STA lengkung 4 = STA PLV4 + x4
= 1310,667 + 0,012
= 1 + 310,679
- STA lengkung 5 = STA PLV5 + x5
= 1818,390 + (1,109)
= 1 + 819,500
= 0,152
Pias Volume (M 3 )
NO Keterangan
(STA) Galian Timbunan
1 0+000
2 0+050
3 0+100
4 0+150 2,7935
5 0+200 17,7477
6 0+250 23,8449
7 0+300 24,4722
8 0+350 16,5451
9 0+400 6,1663
10 0+450 0,4228 2,4814
11 0+500 13,1445
12 0+550 11,6944
13 0+600 16,8149
14 0+625 16,7833
15 0+650 16,6159
16 0+675 17,9619
17 0+700 12,7116 0,5607
18 0+725 3,5982
19 0+750 2,1550
20 0+775 1,8803
31 1+075 14,2894
32 1+125 8,2082
33 1+175 16,1982
34 1+225 20,7906
35 1+275 22,5164
36 1+325 9,1776
37 1+375 2,6450 0,2852
38 1+400 8,6393
39 1+425 14,6813
40 1+450 12,5527
41 1+475 16,2114
42 1+500 20,8052
43 1+525 21,8136
44 1+550 24,4079
45 1+575 23,4737
46 1+600 24,2732
47 1+625 25,7912
48 1+650 27,9440
49 1+675 22,0429
50 1+700 20,3987
51 1+725 16,5264
52 1+750 5,6861
53 1+775 4,5397 0,6873
54 1+825 16,1839
55 1+875 16,7022
56 1+925 32,3456
57 1+975 30,2165
58 2+025 27,5779
59 2+075 27,9865
60 2+125 12,9390
77 2+575 6,4450
78 2+625 11,7243
79 2+675 14,9980
80 2+725 17,1420
81 2+775 8,8270
82 2+825 4,3671
83 2+875 15,1097
84 2+925 2,8192 7,8838
85 2+950 25,6148
86 2+975 2,1249 2,8845
87 3+000 7,9720
88 3+025 8,4410
89 3+050 13,2653
90 3+075 17,7822
91 3+100 27,5687
92 3+125 33,3205
93 3+150 37,2102
94 3+175 37,0356
95 3+225 57,5823
96 3+275 32,2686
97 3+325 2,2268 10,7130
98 3+375 9,5803
99 3+425 11,3870
100 3+475 2,4588 5,0051
101 3+525 8,2787
TOTAL 572,2492 878,0460
4.1 Kesimpulan
Setelah dilaksanakan analisa dari data-data yang ada dan dilakukan
perhitungan, maka kami dapat menarik kesimpulan yaitu:
1. Klasifikasi medan perbukitan.
2. Perencanaa alinyemen horizontal diencankan 4 tikungan yaitu :
Data Tikungan I Tikungan II Tikungan III Tikungan IV
Bentuk S-C-S F-C S-C-S S-S
Vr 60 km/jam 60 km/jam 60 km/jam 70 km/jam
θS 4.991 - 4,991 11,600
θC 70,556 90,00 67,680 0
Ls 50 m 50 m 50 m 144,951 m
Lc 353,421 m 450,819 m 339,011 m 00,000 m
Ts 268,427 m 287,00 m 256,292 m 146,365 m
Ec 89,614 m 118,879 m 81,886 m 9,982 m
K 24,994 m 24,990 m 24,994 m 72,380 m
P 0.364 m 0,36 m 0,364 m 2,47 m
X 49,962 m 49,962 m 49,962 m 144,357 m
Y 1.452 m 1,452 m 1,452 m 9,782 m
Rc 287 m 287 m 287 m 358 m
E 6,20% 6,20% 6,20% 6,80%
En 2% 2% 2% 2%
3. Perencanaan alinyemen vertikal ada 8 lengkung vertikal :
a. PPV I : Cekung
b. PPV II : Cekung
c. PPV III : Cembung
d. PPV IV : Cekung
e. PPV V : Cembung
f. PPV VI : Cembung
g. PPV VII : Cembung
h. PPV VIII : Cekung
4. a. Jumlah galian : 572,2492 m3
b. Jumlah timbunan : 878,0460 m3
4.3 Saran
Demi kesempurnaan Laporan Geometri Jalan Raya maka kami menyarankan:
1. Pengawasan dari asisten dosen, sehingga pengerjaan Laporan Geometri Jalan
Raya berjalan dengan lancar dan memperkecil adanya kesalahan.
2. Ketelitian dalam peembacaan dan perhitungan rencana trase jalan, alinyemen,
Superelevasi dan potongan melintang jalan.
3. Setiap anggota kelompok harus menguasai materi, sehingga penyusunan
laporan dapat berjalan dengan lancar dan mendapat hasil yang maksimal.