Akuntansi Biaya Tenaga Kerja
Akuntansi Biaya Tenaga Kerja
Akuntansi Biaya Tenaga Kerja
Tahap 3 Setelah cek diuangkan di bank, uang gaji dan upah kemudian dimasukkan ke dalam amplop
gaji dan upah tiap karyawan. Uang gaji dan upah karyawan kemudian dibayarkan oleh juru
bayar kepada tiap karyawan yangberhak.Atas dasar daftar gaji dan upah yang telah
ditandatangani karyawan, bagian akuntansi membuat jurnal sebagai berikut :
Utang gaji dan upah xx
Kas xx
Tahap 4 Penyetoran pajak penghasilan (PPh) karyawan ke Kas Negara, dibuat juranl oleh Bagian
Akuntansi sebagai berikut :
Utang PPh karyawan xx
Kas xx
Contoh :
Perusahaan ABC hanya mempekerjakan 2 orang karyawan : Amin dan Badu. Berdasarkan
kartu hadir minggu pertama bulan April 2001, bagian pembuat daftar gaji dan upah membuat
daftar gaji dan upah untuk periode yang bersangkutan. Menurut kartu hadir, karyawan Amin
bekerja selama seminggu sebanyak 40 jam dengan upah per jam Rp. 10.000,00
sedangkan karyawan Badu selama periode yang sama bekerja 40 jam dengan tarif upah Rp.
7.500,00 per jam. Menurut kartu jam kerja, penggunaan jam hadir masing-masing karyawan
tersebut disajikan dalam tabel 1 berikut ini :
Tabel 1 Data Jam Kerja Karyawan
Penggunaan Waktu Kerja Amin Badu
Untuk pesanan # 103 15 Jam 20 jam
Untuk pesanan # 188 20 Jam 10 Jam
Untuk menunggu persiapan pekerjaan 5 Jam 10 jam
Dengan demikian upah karyawan tersebut dihitung sebesar Rp. 700.000,0 (40 jam x Rp.
10.000,00 ditambah 40 Jam x Rp. 7.500,00) dan didistribusikan seperti dalam tabel 2 :
Tabel 2 Distribusi Upah Tenaga kerja Langsung
Distribusi Biaya Tenaga Kerja Amin Badu
Dibebankan sebagai biaya tenaga kerja
langsung Rp. 150.000,00 Rp. 150.000,00
Pesanan # 103 Rp. 200.000,00 Rp. 75.000,00
Pesanan# 188 Rp. 50.000,00 Rp. 75.000,00
Dibebankan sebagai biaya overhead pabrik Rp. 400.000,00 Rp. 300.000,00
Jumlah upah minggu pertama bulan April 2001
PPh yang dipotong oleh perusahaan 15% dari Rp. 60.000,00 Rp. 45.000,00
upah minggu pertama bulan April 2001
Jumlah upah bersih yang diterima karyawan Rp. 340.000,00 Rp. 255.000,00
Akuntansi biaya gaji dan upah atas dasar data tersebut di atas dilakukan sebagai berikut :
Tahap 1 Berdasarkan atas rekapitulasi gaji danupah, Bagian Akuntansi kemudian membuat jurnal
distribusi gaji dan upah sebagai berikut :
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Rp. 575.000,00
Biaya Overhead Pabrik Rp. 125.000,00
Gaji danUpah Rp. 700.000,00
Tahap 2. Atas dasar bukti kas keluar tersebut, Bagian Akuntansi membuat Jurnal sebagai berikut :
Gaji dan upah Rp. 700.000,00
Utang PPh karyawan Rp. 105.000,00
Utang Gaji dan Upah Rp. 595.000,00
Tahap 3 Atas dasar daftar gaji dan upah yang telah ditandatangani karyawan, Bagian Akuntansi
membuat jurnal sebagai berikut :
Utang gaji dan upah Rp. 595.000,00
Kas Rp. 595.000,00
Tahap 4 Penyetoran pajak penghasilan (PPh) karyawan ke Kas Negara, dibuat juranl oleh Bagian
Akuntansi sebagai berikut :
Utang PPh karyawan Rp. 105.000,00
Kas Rp. 105.000,00
Dalam hubungannya dengan gaji dan upah, perusahaan memberikan insentif kepada karyawan
agar dapat bekerja ebih baik. Insentif dapat didasarkan atas waktu kerja, hasil yang diproduksi
atau kombinasi di antara keduanya.
Ada dua cara pemberian insentif, yaitu ;
a. Insentif satuan dengan jam minimum (straight piecework with a guaranteed
hourly minimum plan)
Karyawan dibayar atas dasar tariff per jam untuk mnghasilkan jumlah satuan keluaran (output0
standar. Untuk hasil produksi yang m,elebihi jumlah standar tersebut, karyawan menerima
jumah upah tambahan sebesar jumlah kelebihan satuan keluaran di atas standar kali tariff
upahper satuan. Tariff upah per satuan dihitung dengan cara membagi upah standar per jam
dengan satuan keluaran standar per jam.
Contoh ;
Jika menurut penyelidikan waktu, dibutuhkan 5 menit untukmenghasilkan satuanproduk,maka
jumlah keluaran standar per jam adalah 12 satuan. Jika upah pokok sebesar Rp. 6.000,00 per
jam, maka tarif upah per satuan adalah Rp.500,00 (Rp.6.000,00 : 12). Karyawan yang tidak
dapat menghasilkan jumlah standar per jam, tetap dijamin mendapatkan upah Rp. 6.000,00 per
jam. Tetapi apabila ia dapat menghasilkan 14 satuan per jam (ada kelebihan 2 satuan dari
jumlah satuan standar per jam) maka upahnya dihitung sebagai berikut :
Upah dasar per jam Rp. 6.000,00
Insentif: 2 x Rp. 500,00 (Rp. 6.000,00 : 12) Rp. 1.000,00
Upah yang diterima pekerja per jam Rp. 7.000,00
b. Taylor Differential Piece Rate Plan
Cara pemberian insentif ini adalah semacam straight piece rate plan yang menggunakan tarif
tiap potong untuk jumlah keluaran rendah per jam dan tarif tiap potong yang lain untuk jumlah
keluaran tinggi per jam.
Contoh :
Karyawan dapat menerima upah Rp. 42.000,00 per hari (untuk 7 jam kerja). Misalkan rata-rata
seorang karyawan dapat menghasilkan 12 satuan per jam, sehingga upahnya per satuan Rp.
500,00 {upah per hari dibagi dengan jumlah dihasilkan per hari Rp4.200/(12 x 7)). Dalam
Taylor plan ini, misalnya ditetapkan tarif upah Rp. 450,00 per satuan untuk karyawan yang
menghasilkan 14 satuan atau kurang per jam dan Rp. 650,00 per satuan untuk karyawan yang
menghasilkan 16 satuan per jam, maka upah per jam karyawan dihitung sebagai berikut : Rp.
650,00 x 16 = Rp.10.400,00 per jam. Sedang bila karyawan hanya menghasilkan 12 satuan
per jam, maka upah per jam dihitung sebagai berikut: Rp. 450,00 x 12 = Rp. 5.400,00
2. Premi lembur
Dalam perusahaan, jika karyawan bekerja lebih dari 40 Jam satu minggu, maka mereka berhak
menerima uang lembur dan premi lembur. Misalnya, dalam satu minggu seorang karyawan
bekerja selama 44 jam dengan tarif upah (dalam jam kerja biasa maupun lembur) Rp. 6.000,00.
Premi lembur dihitung sebsar 50% dari tariff upah. Upah karyawan tersebut dihitung sebagai
berikut :
Jam biasa 40 x Rp. 6.000,00 Rp. 240.000,00
Lembur 4 x Rp. 6.000,00 Rp. 24.000,00
Premi lmbur 4 x Rp. 6.000,00 Rp. 12.000,00
Jumlah upah karyawan tersebut satu minggu Rp. 276.000,00
Perlakuan terhadap premi lembur tergantung atas alasan-alasan terjadinya lembur tersebut.
Premi lembur ditambahkan pada upah tenaga kerja langsung dan dibebankan pada pekrjaan
atau departemen tempat terjadinya lembur tersebut. Perlakuan ini dapat dibenarkan apabila
pabrik telah bekerja pada kapasitas penuh dan pemesan mau menerima beban tambahan karena
lembur tersebut.
Premi lembur dapat diperlakukan sebagai unsure biaya overhead pabrik atau dikeluarkan sama
sekali dari harga pokok produk dan dianggap sebagai biaya periode. Perlakuan yang terakhir
ini dapat dibenarkan jika lembur tersebut terjadi karena ketidakefisienan atau pemborosan
waktu kerja.
RANGKUMAN
Akuntansi biaya tenaga kerja adalah melalui empat tahap: pencatatan distribusi biaya
tenaga kerja, pencatatan utang upah, pencatatan pembayaran upah kepada karyawan yang
berhak, dan penyetoran pajak penghasilan karyawan ke Kas Negara