Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Pertanyaan Mahasiswa
1. Apakah sama obat antikejang pada kejang pada neonatus dan epilepsi ?
Jawab :
Perbedaan obat antikejang pada kejang neonatus dan epilepsi terdapat
pada pilihan obat yang digunakan.
Epilepsi
1. Konvulsif
32
2. Non Konvulsif
3. Refrakter
33
2. Apakah semua pasien dengan kejang pada neonatus dilakukan evaluasi
metabolik ?
Jawab :
Langkah awal dalam penatalaksanaan kejang pada neonatus adalah
stabilisasi keadaan neonatus, menghentikan kejang, identifikasi dan pengobatan
faktor etiologi serta suportif untuk kejang berulang.
Evaluasi metabolik dilakukan jika terdapat tanda-tanda gangguan
metabolik. Penanganan kejang pada neonatus dengan gangguan hipoglikemia dan
tanpa hipoglikemia dapat dilihat pada tabel .
34
Pertanyaan dr. Rurin Dwi Septiana, Sp.A., M. Biomed.
1. Bagaimana pencegahan kejang pada neonatus ?
Jawab :
Pencegahan kejang dapat dilakukan dengan melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yaitu :
1. Anamnesis. Anamnesis dapat diketahu dari riwayat kejang dalam keluarga,
riwayat kehamilan/ prenatal, riwayat persalinan dan riwayat pascanatal.
2. Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaan fisik secara umum dan spesifik untuk
menentukkan klasifikasi kejang. Dibagi menjadi kejang subtle, kejang
tonik, kejang klonik dan kejang mioklonik.
3. Pemeriksaan penunjang. Dilakukan untuk mengetahui etiologi (penyebab)
kejang pada neonatus.
2. Jitterness
Jitterness adalah fenomena yang sering terjadi pada BBL normal dan
harus dibedakan dengan kejang. Jitterness lebih sering pada bayi yang lahir dari
35
ibu yang menggunakan mariyuana, dapat menjadi tanda dari sindroma abstinensia
BBL. Bentuk gerakan adalah tremor simetris dengan frekuensi yang cepat 5-6 kali
per detik. Jitterness tidak termasuk wajah (tidak seperti kejang subtle) merupakan
akibat dari sensitifitas terhadap stimulus dan akan mereda jika anggota gerak
ditahan.1 Perbedaan jitterness dan kejang dapat dilihat pada Tabel 3.
3. Hiperekpleksia
36
kondisi yang terlambat meskipun tertangani akan dapat meninggalkan sekuele
pada sistem saraf. Selain mengatasi kejang, kemungkinan diagnosis lain juga
dipertimbangkan, seperti :4
- Hipoglikemia. Timbul saat lahir sampai dengan hari ke-3 dengan riwayat ibu
diabetes. Pada BBL terdapat: Kejang, tremor, letargi atau tidak sadar; bayi
kecil (berat lahir < 2500 gram atau umur kehamilan < 37 minggu); bayi sangat
besar (berat lahir > 4000 gram); Kadar glukosa darah kurang dari 45 mg/dl (2.6
mmol/L). 4
- Tetanus neonatorum. Dalam anamnesis ditemukan: Ibu tidak diimunisasi
tetanus toksoid, bayi malas minum sesudah minum normal sebelumnya, timbul
pada hari ke-3 sampai 14, riwayat lahir di rumah dengan lingkungan kurang
higienis dan pengolesan bahan tidak steril pada tali pusat. Gejala berupa
spasme dan sering kali terlihat infeksi pada tali pusat. 4
- Meningitis. Biasanya timbul pada hari ke-2 dengan gejala kejang, tidak sadar,
ubun-ubun besar dan membonjol, letargi. 4
- Asfiksia neonatorum dan/atau trauma. Riwayat resusitasi pada saat lahir atau
bayi tidak bernapas minimal satu menit sesudah lahir. Timbul pada hari ke-1
sampai ke-4. Persalinan dengan penyulit (misal partus lama atau gawat janin).
Pada BBL ditemukan kejang atau tidak sadar, letargi, gangguan napas, dan
suhu tidak normal. 4
- Perdarahan intraventrikular. Biasanya timbul pada hari ke-1 sampai ke-7.
Kondisi bayi mendadak memburuk dan mendadak pucat. Pada BBL
ditemukan: kejang atau tidak sadar; bayi kecil (berat lahir < 2500 g atau umur
kehamilan < 37 minggu); gangguan napas berat. 4
- Ensefalopati bilirubin (kern ikterus). Terdapat ikterus hebat yang tidak atau
terlambat diobati yang timbul pada hari ke-2 dan ensefalopati timbul pada hari
3-7. Gejalanya dapat berupa kejang atau opistotonus dan pada pemeriksaan
Coombs hasilnya positif. 4
37
Pertanyaan dr. Arieta R Kawengian, Sp.A.
3. Mengapa kejang sering pada neonatus ?
Jawab :
Kejang pada neonatus berkaitan dengan generalisasi aktivitas listrik
terhambat pada neonatus karena kurangnya mielinasi dan pembentukan dendrit
dan sinapsis yang tidak lengkap di otak. Hal inilah yang menyebabkan kejang
sering pada neonatus.
38
(1) Pemeriksaan neurologi, jika pada saat bayi pulang terdapat kelainan dalam
pemeriksaan neurologi maka risiko berulangnya kejang sebesar 50%,
(2) Penyebab kejang itu sendiri, etiologi asfiksia beresiko sebesar 30%
sedangkan disgenesis korteks beresiko 100% terhadap berulangnya kejang,
(3) Gambaran EEG, jika irama dasar memperlihatkan kelainan minimal atau
ringan maka tidak dapat risiko terjadi epilepsi, jika terdapat kelainan yang
berat maka risiko meningkat menjadi 41%.
39