Pendidikan Multikultural Dalam Membentuk Karakter

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 10 (1) (2018): 52-56

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial


Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jupiis

Pendidikan Multikultural Dalam Membentuk Karakter


Bangsa Indonesia
Nana Najmina*
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia

Diterima Pebruari 2018; Disetujui April 2018; Dipublikasikan Juni 2018


Abstrak
Pendidikan Multikulturalisme di Indonesia harusnya menggali nilai SARA dan kebudayaan peserta didik sebagai keyakinan
mereka yang mengajarkan kalau perbedaan adalah takdir Tuhan. Dalam perbedaan rasa cinta dan kasih sayang sesama harus
terus dikembangkan. Pendidikan mampu menciptakan sikap toleransi, saling menolong dengan pembelajaran yang memiliki visi
dan tindakan pembiasaan di semua satuan pendidikan. Pendidikan Multikultural berpusat pada karakter ke Indonesiaan, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran Mmultikultural ini dilakukan dengan pembentukan pola pikir, sikap, tindakan, dan pembiasaan
sehingga muncullah kesadaran nasional yang berkarakter. Terwujudnya karakter keindonesiaan menjadi landasan sebagai ciri
khas manusia Indonesia. Kekuatan keindonesiaan menjadi energi untuk menjadi Indonesia sebagai bangsa besar di tengah
percaturan bangsa-bangsa didunia. Bangsa besar hanya dapat diwujudkan melalui karakter manusia yang kuat. Karakter
keindonesiaan melalui pendidikan multikulturalisme salah satu harapan menuju Indonesia besar di masa depan dengan
keyakinan kolektif sebagai bangsa. Tujuan artikel ini mendiskripsikan pendidikan multikultural dalam membentuk karakter
bangsa. Metode yang digunakan adalah kajian pustaka.
Kata Kunci : Karakter, Multikulturalisme, dan Pendidikan Multikultural

Abstract
Multicultural education in Indonesia should explore the value of SARA and the culture of learners as their belief that teaches that the
difference is the destiny of God. In the different love and affection of others must be developed. Education is able to create an attitude
of tolerance, helping each other with learning that has a vision and act of habituation in all units of education. Multicultural
education centered on character to Indonesiaan, it can be concluded that this Mmultikultural learning done with the formation of
mindset, attitude, action, and habituation so that emerging national awareness of character. The realization of Indonesian-
Indonesian character becomes the foundation as characteristic of Indonesian man. The power of Indonesian-ness became the energy
to become Indonesia as a great nation in the world of the nations. Great nations can only be manifested through a strong human
character. The character of Indonesian-ness through multicultural education is one of the hopes for a great future in Indonesia with
a collective belief as a nation. The purpose of this article describes multicultural education in shaping the character of the nation.
The method used is literature review.
Keywords: Character, Multiculturalism, and Multicultural Education

How to Cite: Najmina, N. (2018). Pendidikan Multikultural Dalam Membentuk Karakter Bangsa Indonesia. Jurnal
Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 10 (1): 52-56.

*Corresponding author: ISSN 2085-482X (Print)


E-mail: [email protected] ISSN 2407-7429 (Online)

52
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 10 (1) (2018): 52-56

PENDAHULUAN masih banyak orangtua, guru dan para pemimpin


Masyarakat Indonesia merupakan negara yang melakukan tindakan tidak terpuji dan
yang memiliki banyak kebudayaan, serta memiliki menghilangkan rasa hormat anak pada mereka dan
wilayah yang sangat luas. Wilayah yang luas masih banyak lagi masala yang terjadi di negara ini.
tersebut menyebabkan interaksi dan integrasi Problem dan permasalahan yang kompleks
ekonomi sulit merata, sehingga terdapat tummpang itu memerlukan jalan keluar dan tindakan yang
tindih kesejahteraan masyarakat. Ini sangat rentan nyata. Karakter bangsa yang terpuji, kecerdasan
sebagai awal rasa ketidakpuasan yang berpotensi warga yang prima, nasionalisme Indonesia yang
menjadi konflik. Kondisi tersebut di atas dilengkapi kuat, kemampuan hidup dalam masyarakat dan
pula dengan sistem pemerintahan yang kurang budaya yang multikultural, sangat perlu menjadi
memperhatikan pembangunan kemanusiaan para fokus pengembangan pribadi setiap warga bangsa.
era terdahulu, kebijakan Negara Indonesia Hal tersebut dapat dicapai melalui proses
didominasi oleh kepentingan ekonomi dan pendidikan, pembudayaan dan pelatihan baik
stabilitas nasional. Sektor pendidikan politik dan secara formal melalui lembaga sekolah maupun
pembinaan bangsa kurang mendapat perhatian. secara informal melalui lembaga kemasyarakatan,
Perbedaan suku, agama, RAS, dan antargolongan kelompok-kelompok kerja, organisasi-organisasi
(SARA) sebagai kondisi nyata yang diwarisi turun masyarakat dan dimulai sejak usia dini sampai
temurun, yang merupakan unsur-unsur kekayaan dewasa ini bahkan sampai tua, antara lain melalui
yang mewarnai khasanah budaya bangsa, menjadi pendidikan multikulutral.
momok yang menakutkan, sekaligus ancaman Tujuan dalam tulisan ini memuat pendidikan
potensial bagi eksistensi bangsa dan menipisnya multikultural dalam membentuk karakter bangsa
rasa nasionalisme. dan implikasi pendidikan multikultural di
Rasa nasionalisme dapat membangkitkan sekolahan.
bangsa Indonesia terbebas dari penjajah.
Nasionalisme inilah yang dapat membangkitkan PEMBAHASAN
bangsa Indonesia yang masih sangat besar Haviland mengatakan bahwa multikultural
menyukai sesuatu yang berbau negara lain, selain dapat diartikan sebagai pluralitas kebudayaan dan
itu negara kita masih bergantung dengan negara agama. Memelihara pluralitas akan tercapai
lain dalam hal ekonomi, politik, dan sebagainya. kehidupan yang ramah dan menciptakan
Untuk menjadi bangsa yang benar-benar memiliki kedamaian. Pluralitas kebudayaan adalah interaksi
independensi (kemandirian) memerlukan proses sosial dan politik antara orang-orang yang berbeda
yang lama, sekarang ini rasa nasionalisme kita cara hidup dan berpikirnya dalam suatu
mulai menipis karena banyaknya budaya-budaya masyarakat. Secara ideal, pluralisme kebudayaan
diluar negara kita yang masuk dan lebih menarik. multikulturalisme berarti penolakan terhadap
Menurut Thomas Lickona (1992), ada kefanatikan, purbasangka, rasialisme, tribalisme,
sepuluh tanda dari perilaku manusia yang dan menerima secara inklusif keanekaragaman
menunjukkan arah kehancuran suatu bangsa, yaitu: yang ada (Haviland, 1988).
1) Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, 2) Sikap saling menerima, menghargai nilai-
Ketidakjujuran yang membudaya, 3) Semakin nilai, keyakinan, budaya, cara pandang yang
tingginya rasa tidak hormat kepada orangtua, guru berbeda tidak otomatis akan berkembang sendiri.
dan pemimpin, 4) Pengaruh peergroup terhadap Apalagi karena dalam diri seseorang ada
tindak kekerasan, 5) Meningkatnya kecurigaan dan kecenderungan untuk berharap orang lain menjadi
kebencian, 6) Penggunaan bahasa yang memburuk, seperti dirinya (Ruslan Ibrahim, 2008). Sikap saling
7) Penurunan etos kerja, 8) Menurunnya rasa menerima dan menghargai akan cepat berkembang
tanggung jawab sosial individu dan warga negara, bila dilatihkan, dididikkan, dibudayakan agar
9) Meningginya perilaku merusak diri, 10) Semakin menginternalisasi/terhayati dan ditindakkan pada
hilangnya pedoman moral. generasi muda penerus bangsa. Dengan pendidikan
Dari sepulah yang disebutkan diatas, dan pembudayaan, sikap penghargaan terhadap
sebenarnya sudah terlihat dan terjadi di Indonesia. perbedaan direncanakan dengan baik, generasi
Misalnya saja perkelahian pelajar dan mahasiswa; muda dilatih dan disadarkan akan pentingnya

53
Nana Najmina, Pendidikan Multikultural dalam Membentuk Karakter Bangsa Indonesia

penghargaan pada orang lain dan budaya lain luas. Membentuk kerangka dasar untuk
bahkan dilatihkan dalam kehidupan sehari-hari, menciptakan organisasi sosial yang harus
sehingga setelah dewasa mereka sudah punya menyadari bahwa semua adalah bagian dari
sikap dan perilaku tersebut. Fay (1998) suprastuktur. Satu sama lain saling berkaitan dan
mengatakan dalam dunia multikultural harus harus selalu bekerja sama berdasarkan prinsip
mementingkan adanya bermacam perbedaan gotong-royong dan kekeluargaan. Inilah yang
antara yang satu dengan yang lain dan adanya disebut sebagai karakter bangsa, prinsip gotong-
interaksi sosial di antara mereka. Oleh sebab itu royong dan kekeluargaan sebagai sebuah identitas
para multikulturalis memfokuskan pada nasional. Pada akhirnya, output yang dihasilkan
pemahaman dan hidup bersama dalam konteks oleh pendidikan model ini diharapkan akan mampu
sosial budaya yang berbeda. memberikan kekuatan dalam memulai dan
Banks (2001) berpendapat bahwa membangun sebuah bangsa yang bersumber pada
pendidikan multikultural merupakan suatu sejarah sebagai sumber pembelajaran, kebudayaan
rangkaian kepercayaan (set of beliefs) dan sebagai, nilai dan penerapan iptek dalam
penjelasan yang mengkaji dan menilai pentingnya menghadapi tantangan masa depan.
keragaman budaya dan etnis di dalam membentuk Pendidikan diharapkan mampu
gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi, mentransformasikan peserta didik dari belum
kesempatan pendidikan dari individu, kelompok dewasa mejadi dewasa. Ciri manusia dewasa adalah
maupun negara. Banks mendefinisikan pendidikan manusia yang memiliki karakter. Karena itu setiap
multikultural adalah ide, gerakan pembaharuan orang dewasa memiliki karakter sebagaimana
pendidikan dan proses pendidikan, yang tujuan dirinya sendiri. Pendidikan karenanya mendorong
utamanya adalah merubah struktur lembaga seseorang menjadi diri sendiri. Wuryanano (2011)
pendidikan supaya siswa baik pria dan wanita, menyatakan bahwa karakter dapat dibentuk
siswa berkebutuhan khusus, dan siswa yang melalui tahapan pembentukan pola pikir, sikap,
merupakan anggota dari kelompok ras, etnis, dan tindakan, dan pembiasaan.
budaya (kultur) yang bermacam-macam itu akan Karakter merupakan nilai-nilai yang
memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai melandasi perilaku manusia berdasarkan norma
prestasi (Banks, 1993). agama, kebudayaan, hukum atau konstitusi, adat
Melalui pendidikan multikultural sejak dini istiadat, dan estetika. Jika dikaitkan dengan
diharapkan anak mampu menerima dan memahami pendidikan, pendidikan karakter adalah upaya
perbedaan budaya yang berdampak pada yang terencana untuk menjadikan peserta didik
perbedaan usage (cara-cara), folkways (kebiasaan), mengenal, peduli dan menginternalisasi nilai-nilai
mores (tata kelakukan), customs (adat istiadat) sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan
seseorang. Dengan pendidikan multikultural kamil. Dalam rumusan lain dapat didefinisikan
seseorang sejak dini mampu menerima perbedaan, bahwa pendidikan karakter adalah suatu sistem
kritik, dan memiliki rasa empati, toleransi pada penanaman nilai-nilai perilaku atau karakter
sesama tanpa memandang status, kelas sosial, kepada warga belajar yang meliputi pengetahuan,
golongan, gender, etnis, agama maupun kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
kemampuan akademik (Farida Hanum, 2005). melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang
Melalui pendidikan multikultural inilah Mahaesa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun
sebenarnya nilai-nilai ditransformasikan dari kebangsaan sehingga menjadi insan kamil. Definisi
generasi ke generasi. Kemudian pendidikan tersebut mengamanatkan bahwa dengan segala
multikultural diselenggarakan dalam upaya perbedaan bangsa Indonesia, pendidikan di
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam Indonesia bertujuan menjadikan warga belajar
memandang kehidupan dari berbagai perspektif memiliki empat karakter pokok: manusia
budaya yang berbeda dengan budaya yang mereka beragama, manusia sebagai pribadi, manusia sosial,
miliki. Memiliki sikap positif terhadap perbedaan dan manusia sebagai warga bangsa.
(SARA) sehingga mampu membawa individu- Berdasarkan empat karakter pokok tersebut
individu ke dalam komunitas dan membawa dalam praktik pendidikan di Indonesia, lembaga
komunitas ke dalam masyarakat dunia yang lebih pendidikan diharapkan mengembangkan

54
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 10 (1) (2018): 52-56

pembiasaan berpikir dan bertindak dengan pendidikan sebagai berikut: 1) Membangun


berfokus delapan belas nilai kehidupan. paradigma keberagamaan inklusif di lingkungan
Penanaman nilai-nilai tersebut diharapkan dapat sekolah; 2) Menghargai keragaman bahasa di
membentuk karakter peserta didik. Kedelapan sekolah; 3) Membangun sikap sensitif gender di
belas karakter tersebut adalah sebagai berikut: sekolah; 4) Membangun pemahaman kritis dan
religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, empati terhadap ketidakadilan serta perbedaan
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, sosial; 5) Membangun sikap antideskriminasi etnis;
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai 6) Menghargai perbedaan kemampuan.; 7)
prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, Menghargai perbedaan umur.
peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung Rohidi (2002) menegaskan bahwa
jawab. Nilai-nilai pembentuk karakter yang harus pendidikan dengan pendekatan multikultural
dikembangkan di setiap lembaga pendidikan sangat tepat diterapkan di Indonesia untuk
tersebut pada dasarnya merupakan pembentuk pembentukan karakter generasi bangsa yang kokoh
karakter insan kamil secara universal. Di tengah berdasar pengakuan keragaman. Kemudian dalam
keragaman bangsa-bangsa di dunia, manusia penerapannya harus luwes, bertahap, dan tidak
Indonesia haruslah memiliki karakter indoktriner menyesuaikan dengan situasi dan
keindonesiaan. Inilah sebagai penanda bangsa kondisi sekolah. Pendekatan multikulturalisme erat
Indonesia yang memiliki identitas diri yang dengan nilai-nilai dan pembiasaan sehingga perlu
berbeda dengan bangsa lain. wawasan dan pemahaman yang mendalam untuk
Karakter keindonesiaan melalui penanaman diterapkan dalam pembelajaran, tauladan, maupun
nilai kebangsaan dapat dilakukan dengan perilaku harian yang mampu mengembangkan
penanaman sikap kepada peserta didik dalam kepekaan rasa, apresiasi positif, dan daya kreatif.
bentuk penanaman kesadaran nasional. Sebagai Kompetensi guru menjadi sangat penting sebagai
bangsa yang memiliki sejarah panjang, bentuk- motor pendidikan dengan pendekatan multikulural.
bentuk kesadaran nasionalis Indonesia berupa:
kesadaran kebanggaan sebagai bangsa, SIMPULAN
kemandiriaan dan keberanian sebagai bangsa, Pendidikan multikulturalisme harus
kesadaran kehormatan sebagai bangsa, kesadaran diterapkan dalam proses pemelajaran melalui
melawan penjajahan, kesadaran berkorban demi proses pembiasaan, pembelajaran multikultural
bangsa, kesadaran nasionalisme bangsa lain, dan dilakukan dengan pembentukan pola pikir, sikap,
kesadaran kedaerahan menuju kebangsaan. Sejalan tindakan, dan pembiasaan sehingga muncul
dengan konsep karakter keindonesiaan di atas, kesadaran nasional keindonesiaan. Karakter
Tilaar (2003) menyatakan bahwa pendidikan keindonesiaan tersebut meliputi: kesadaran
multikultural diharapkan dapat mempersiapkan kebanggaan sebagai bangsa, kemandiriaan dan
anak didik secara aktfi sebagai warga negara yang keberanian sebagai bangsa, kesadaran kehormatan
secara etnik, kultural, dan agama beragam, menjadi sebagai bangsa, kesadaran melawan penjajahan,
manusia-manusia yang menghargai perbedaan, kesadaran berkorban demi bangsa, kesadaran
bangga terhadap diri sendiri, lingkungan, dan nasionalisme bangsa lain, dan kesadaran
realitas yang majemuk. kedaerahan menuju kebangsaan. Terwujudnya
Pendidikan multikultural juga memiliki karakter keindonesiaan tersebut menjadi landasan
kaitan yang signifikan dalam perkembangan dunia kuat sebagai ciri khas manusia Indonesia yang kuat.
global. Keragaman bangsa-bangsa di dunia Kekuatan keindonesiaan ini menjadi energi besar
menuntut warga dunia mengenal perbedaan untuk menjadi Indonesia sebagai bangsa besar di
agama, kepercayaan, ideologi, etnik, ras, warna tengah percaturan bangsa-bangsa di dunia. Bangsa
kulit, gender, seks, kebudayaan, dan kepentingan besar hanya dapat diwujudkan melalui karakter
(Yaqin, 2005). manusia yang kuat. Karakter keindonesiaan melalui
Strategi pendidikan multikultural pendidikan multikulturalisme inilah salah satu
selanjutnya perlu dijabarkan dalam implikasi di harapan menuju Indonesia besar di masa depan.
sekolah. Dari para ahli maka pendidikan
multikultural dapat diimplikasikan dalam dunia

55
Nana Najmina, Pendidikan Multikultural dalam Membentuk Karakter Bangsa Indonesia

DAFTAR PUSTAKA _____________. (2017), Pemahaman Siswa Tentang Konsep


Banks, J. (1993). Multicultural Education: Historical Demokrasi Dalam Pendidikan Kewarganegaraan,
Development, Dimension, and Practice. Review of dalam Prosiding Seminar Nasional Tahunan
Research in Education. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan
Burnett. (1994). Varieties of Multicultural Education: An Tahun 2017 Vol. 1 No. 1 2017, Hal. 530-53.
Introduction. Eric Clearinghouse on Urban Suparlan, P. (2005). Sukubangsa dan hubungan antar
Education: Digest. sukubangsa. Jakarta: Yayasan Pengembangan
Kuper, A. & Kuper, J. (2000). Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Kajian Ilmu Kepolisian.
Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suseno, F.M. (2000). “Pendidikan Pluralisme” dalam
Naim, N. & Sauqi, A. (2008). Pendidikan Multikultural: Suara Pembaharuan.
Konsep dan Aplikasi. Yokyakarta: Ar-Ruzz Media. Tilaar, H.A.R. (2003). Kekuasaan dan Pendidikan: Suatu
Nasution, A.R. (2016). Urgensi Pendidikan Tinjauan dari Perspektif Kultural. Magelang:
Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Karakter Indonesia Tera.
Bangsa Indonesia melalui Demokrasi, HAM dan Wuryanano. (2011). Mengapa Doa Saya Selalu
Masyarakat Madani, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Dikabulkan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sosial, 8 (2) (2016): 201-21 Yaqin, M. Ainul. (2011) Pendidikan Multikultural: Cross-
Suharyanto, A. (2013). Peranan Pendidikan Cultural Understanding untuk Demokrasi dan
Kewarganegaraan Dalam Membina Sikap Keadilan. Yogyakarta: Pilar Media.
Toleransi Antar Siswa, Jurnal Ilmu Pemerintahan
dan Sosial Politik, 2 (1): 192-203.

56

Anda mungkin juga menyukai