Jurnal

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 6

KARAKTERISTIK PENDERITA GRAVE’S OPHTHALMOPATHY

DI PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO


BANDUNG

Shanti F Boesoirie, Mayasari W Kuntorini, Ayuning D Noorsanti, Kautsar Boesoirie,


Rinaldi Dahlan, Angga Kartiwa
Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung

ABSTRACT
Introduction
Grave’s ophthalmopathy, known as thyroid eye disease, is the most common autoimmune
disorder as extra thyroid manifestation of Grave’s disease.
Objective
To describe the characteristics of patients with Grave’s ophthalmopathy in National Eye
Centre Cicendo Eye Hospital Bandung
Methods
This report is a descriptive retrospective study. Data were obtained from medical records
of 76 patients (125 eye) diagnosed as grave’s ophthalmopathy during periode of January
2010 until December 2011. Demographical data, visual acuity, clinical featured, thyroid
status and their treatment were documented.
Results
Among 76 patients with Grave’s Ophthalmopathy; 25 (32.9%) male, 51 (67.1%) female,
37 (28.9%) patients with range of age 41-50 years, visual acuity >6/18 in 74 (97.37%)
patients, the commonest ocular manifestations is proptosis 96.05% and eye lid
retraction 50%, bilaterally occured in 49 (64.5%) patients, 89.5% patients had
hyperthyroidism and 10.5% patients had euthyroidism, 51 patients (67.1%) was treated
by propyltiouracil and 25 patients (32.9%) treated by propyltiouracil combined with
methylprednisolone.
Conclusions
Proptosis, eyelid retraction and bilateral involvement was the most common clinical
featured of Grave’s Ophthalmopathy in National Eye Centre Cicendo Eye Hospital
Bandung. Larger prospective study are suggested to evaluate both prevalence and
correlation between onset of thyroid disease and eye disease.

Keywords: Grave’s ophthalmopathy,clinical feature

PENDAHULUAN yang disebabkan oleh penyakit autoimun


Grave’s orbitopathy/ kronik (Hashimoto’s tiroiditis).
ophthalmopathy (GO), juga dikenal Gejala dan tanda klinis biasanya
sebagai penyakit tiroid mata (PTM), berupa kasus ringan, terdiri dari iritasi
merupakan gangguan autoimun yang okular dengan gejala kemerahan dan
paling sering dan paling penting sebagai berair, mata yang membelalak yang
manifestasi ekstratiroid dari penyakit disebabkan retraksi kelopak dan
Grave’s. Kelainan ini dapat terjadi pada eksoftalmos serta pembengkakan
penderita tanpa hipertiroid (eutiroid) atau periorbita. Sekitar 3-5% Grave’s
dengan riwayat hipertiroid sebelumnya ophthalmopathy merupakan kasus berat
ataupun pada penderita dengan hipotiroid yang disertai keratopati atau neuropati
optik yang dapat menyebabkan hilangnya

1
penglihatan. Onset dan progresivitas 0,92-2,33 nmol/L, T4 60-120 nmol/L,
Grave’s ophthalmopathy dipengaruhi dan TSH 0,25-5,0 uIU/ml. Hipotiroid jika
oleh beberapa faktor seperti merokok, nilai T3 <0,92 nmol/L, T4 < 60 nmol/L,
disfungsi tiroid dan modalitas terapi dan TSH >7 uIU/ml. Dilakukan
hipertiroid sebelumnya.1,2,3 pengambilan data demografi, meliputi
Penyakit Grave memiliki insidensi jenis kelamin dan usia, karakteristik
pada wanita sekitar 16/100.000 populasi klinis meliputi tanda klinis, lateralitas
per tahun dan pada pria sekitar 3/100.000 dan kadar hormon tiroid, serta data
populasi per tahun, dengan keterlibatan mengenai terapi yang diberikan sebagai
okular sekitar 25%-50%, Grave’s data tambahan. Data rekam medik yang
ophthalmopathy merupakan penyebab tidak lengkap tidak diikutsertakan dalam
tersering dari eksoftalmos bilateral yaitu penelitian ini.
sekitar 85% kasus. Grave’s Data dianalisis secara deskriptif
ophthalmopathy juga dapat timbul terhadap seluruh variabel menggunakan
sebagai eksoftalmos unilateral yaitu Microsoft Excel 2007 dan disajikan
sekitar 15% - 28% kasus. Merokok dalam bentuk tabel. Penelitian dilakukan
merupakan salah satu faktor resiko di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit
terkuat untuk berkembangnya Grave’s Mata Cicendo pada bulan November
ophthalmopathy. Beberapa penelitian 2012 hingga Januari 2013.
menunjukkan, di antara penderita
Grave’s ophthalmopathy, para perokok HASIL
memiliki manifestasi pada mata yang Selama periode Januari 2010 hingga
lebih berat.1,2,3 Desember 2011 didapatkan 76 kasus
Data mengenai Grave’s Grave’s Ophthalmopathy.
ophthalmopathy yang dipublikasikan di
Indonesia masih sangat terbatas, oleh Tabel 1. Karakteristik penderita GO
karena itu peneliti tertarik untuk meneliti Karakteristik Jumlah Persentase
tentang karakteristik penderita Grave’s kasus
(n=76)
ophthalmopathy di Pusat Mata Nasional
Rumah Sakit Mata Cicendo yang Jenis kelamin
meliputi data demografi, gambaran klinis Laki-laki 25 32,9%
dan terapi. Perempuan 51 67,1%
Rentang usia
10-20 tahun 5 6,6%
METODE 21-30 tahun 19 25%
Studi ini merupakan studi 31-40 tahun 18 23,6%
observasional deskriptif. Data diambil 41-50 tahun 22 28,9%
secara retrospektif dari rekam medik 51-60 tahun 6 7,89%
penderita Grave’s Ophthalmopathy yang 61-70 tahun 6 7,89%
datang ke unit Rekonstruksi Okuloplasti
dan Onkologi Pusat Mata Nasional Karakteristik penderita Grave’s
Rumah Sakit Mata Cicendo dalam kurun ophthalmopathy sebagian besar penderita
waktu 1 Januari 2010 hingga 31 adalah wanita sebanyak 51 orang
Desember 2011. (67,1%). Rentang usia terbanyak adalah
Kriteria inklusi penelitian ini adalah 41-50 tahun sebanyak 22 penderita
penderita yang didiagnosis Grave’s (28,9%) (tabel 1).
Ophthalmopathy berdasarkan gejala Pada penelitian ini sebagian besar
klinis dan pemeriksaan kadar hormon tajam penglihatan penderita Grave’s
tiroid. Dikategorikan hipertiroid jika nilai ophthalmopathy adalah >6/18 sebanyak
T3 >2,33 nmol/L, T4 >120 nmol/L, dan 74 (97,37%) penderita. Temuan klinis
TSH <0,15 uIU/ml. Eutiroid jika nilai T3 pada 48 orang penderita Grave’s
ophthalmopathy didapatkan lebih dari 1

2
tanda klinis dan pada 28 penderita yang ruang retrobulbar. Infiltrasi limfosit
didapatkan 1 tanda klinis saja. Tujuh memicu aktivasi sitokin dan sel inflamasi
puluh tiga penderita (96,05%) datang serta edema interstisial pada otot-otot
dengan keluhan proptosis, empat puluh ekstraokular. Sekresi glikosaminoglikan
sembilan penderita (64,5%) dengan yang berlebihan oleh fibroblas orbital
keterlibatan okular bilateral dan dua diduga merupakan faktor penting yang
puluh tujuh penderita (35,5%) dengan ikut berkontribusi, akibatnya terjadi
keterlibatan okular unilateral. Status penambahan volume otot-otot
tiroid terbanyak adalah hipertiroid ekstraokular, lemak retrobulbar serta
sebanyak 68 penderita (89,5%) dan jaringan ikat. Perubahan yang sama juga
eutiroid sebanyak 8 penderita (10,5%). terjadi pada kelopak mata dan jaringan
periorbita anterior.1,2,3
Tabel 2. Gambaran Klinis, Pemeriksaan Pada penelitian ini, yang melibatkan
Penunjang dan Terapi 76 penderita , Grave’s ophthalmopathy
Karakteristik Jumlah Persentase ditemukan lebih banyak pada wanita.
Kasus(n=76) Pada penelitian oleh Razavi dkk4, rasio
Tajam penglihatan wanita banding pria adalah 64% wanita
>6/18 74 97,37%
6/18-6/60 2 2,63% dan 36% pria, sedangkan penelitian oleh
Gambaran klinis Tari dkk5 memberikan hasil 53,3%
Retraksi 38 50% wanita dan 46,6% pria. Durairaj dkk6
Proptosis 73 96,05% melaporkan pada wanita sebanyak 77,1%
Hambatan gerak
bola mata 11 14,47%
dan pria 22,9%. Pada penelitian ini
Lagoftalmos 9 11,84% adalah 67,1% wanita dan 32,9% pria.
Exposure Keratitis 2 2,63% Menurut literatur kecenderungan pada
Lateralitas wanita 2,5-6 kali lebih sering daripada
Bilateral 49 64,5% pria.1
Unilateral 27 35,5%
Status tiroid Rentang usia terbanyak pada kasus
Hipertiroid 68 89,5% Grave’s ophthalmopathy pada penelitian
Eutiroid 8 10,5% oleh Razavi dkk adalah pada wanita
CT scan 17 22,36% dengan usia rata-rata 34,8 tahun dan pada
Terapi
PTU 51 67,1%
pria dengan usia rata-rata 44,3 tahun.
PTU+MP 25 32,9% Pada penelitian oleh Tari dkk usia
puncak adalah pada dekade ke 4 dan ke
Penderita Grave’s ophthalmopathy yang 5.4,5 Pada penelitian ini rentang usia
menjalani pemeriksaan CT scan hanya 17 terbanyak adalah usia 41-50 tahun
penderita (22,36%). Lima puluh satu sebanyak 28,9% dan pada rentang usia
penderita (67,1%) mendapat terapi 21-30 tahun sebanyak 25%. Menurut
propiltiourasil (PTU) dan dua puluh lima literatur, Grave’s ophthalmopathy banyak
penderita (32,9%) mendapat terapi terjadi pada rentang usia 30-50 tahun,
kombinasi PTU dan metilprednisolon. dengan kasus yang berat lebih sering
terjadi pada usia lebih dari 50 tahun.1
PEMBAHASAN Manifestasi okular yang timbul pada
Patofisiologi yang mendasari Grave’s ophthalmopathy dapat berupa
Grave’s ophthalmopathy adalah adanya mata kering, proptosis, retraksi kelopak
reaksi imun yang dimediasi oleh antibodi mata, diplopia, lid lag, exposure keratitis,
yang menyerang reseptor TSH dengan lakrimasi, nyeri, compressive optic
modulasi fibroblas orbita oleh sel T neuropathy dan glaukoma.7
limfosit. Sel T limfosit bereaksi Razavi dkk4, melaporkan 64,2%
menyerang sel folikel tiroid yang penderita mengalami retraksi kelopak
berikatan dengan epitop antigenik pada mata, proptosis 53%, lagoftalmus 28,1%,

3
exposure keratitis 25%, dan hambatan kebanyakan kasus bersamaan dengan
gerak bola mata 19,1%. Tari dkk, onset hipertiroid, tetapi keluhan pada
melaporkan dalam penelitiannya bahwa mata dapat mendahului ataupun terjadi
gambaran klinis penderita Grave’s setelah onset hipertiroid. Fase inflamasi
ophthalmopathy adalah 87% retraksi awal dapat progresif dan terjadi sampai
kelopak mata, 77,6% proptosis, 74% 6-24 bulan, tetapi pada keadaan tertentu
pembesaran otot ekstraokular, 29% dapat mencapai 5 tahun, sebelum fase
restrictive extraocular myopathy, dan stabil terjadi, biasanya sekitar 1-3 tahun,
5,8% exposure keratitis. 5 Pada penelitian yang kemudian diikuti oleh resolusi dari
ini gambaran klinis yang paling banyak inflamasi dan fase akhir yang tidak aktif.
adalah proptosis sebanyak 96,05%, Pada penelitian ini tidak didapatkan data
retraksi kelopak mata 50%, hambatan mengenai onset hipertiroid.1,4
gerak bola mata 14,47%, lagoftalmus Grave’s Ophthalmopathy
11,84% dan exposure keratitis sebanyak merupakan penyebab tersering dari
2,63%. Proptosis dan retraksi kelopak proptosis aksial bilateral dan unilateral
dapat terjadi pada fase manapun dari pada usia muda dan dewasa, Tari dkk5
penyakit Grave’s ophthalmopathy. melaporkan keterlibatan okular secara
Retraksi kelopak yang dikenal sebagai bilateral sebanyak 89% dan keterlibatan
Dalrymple’s sign terjadi sekitar 37%- okular yang unilateral sebanyak 11%.
92% pada penderita Grave’s Pada penelitian ini penderita grave’s
ophthalmopathy dan dapat terjadi ophthalmopathy dengan keterlibatan
bersamaan dengan eksoftalmos.1 okular bilateral sebanyak 64,5% dan
Hambatan gerak bola mata unilateral sebanyak 35,5%. Menurut
merupakan konsekuensi langsung dari penelitian oleh Tari dkk interval antara
perubahan patologis yang mempengaruhi onset penyakit tiroid dengan keluhan
otot-otot ekstraokular. Otot rektus proptosis lebih pendek pada proptosis
inferior adalah otot yang paling sering unilateral sehingga dapat disimpulkan
terlibat, kemudian diikuti oleh otot rektus unilateral GO merupakan fase awal
medial dan rektus superior. Komplikasi penyakit.5 Pada penelitian ini tidak
hilangnya penglihatan jarang terjadi dan didapatkan data mengenai onset penyakit
biasanya akibat dari compressive optic tiroid, sehingga sulit untuk mencari
neuropathy atau kerusakan kornea yang hubungan antara onset penyakit tiroid
dapat terjadi pada 3-5 % penderita dengan onset keluhan pada mata.4,7
Grave’s ophthalmopathy. Compressive Pencitraan dengan CT scan atau
optic neuropathy dapat terlihat dari MRI dapat memperlihatkan adanya
pemeriksaan CT scan yang menunjukkan penebalan otot dengan sparing tendon,
suatu gambaran crowding dilatasi vena oftalmika superior, dan
phenomenon.1,2,3,11,12,13,14 nervus optikus yang meregang.1 Pada
Bartley dkk, melaporkan 90% penelitian ini sebagian besar penderita
penderita memiliki hipertiroid, 0,8% tidak menjalani pemeriksaan CT scan
hipotiroid, 3,3% hashimoto tiroiditis, dan kemungkinan disebabkan kendala biaya,
5,8% eutiroid. Penelitian sebelumnya dan hanya 17 (22,36%) penderita yang
oleh Tari dkk melaporkan 92% penderita menjalani pemeriksaan CT scan, dimana
dengan hipertiroid, 2,9% hipotiroid, dan semua penderita yang menjalani
4,8% eutiroid.5 Pada penelitian ini pemeriksaan CT scan ini memiliki
mendapatkan hasil yang hampir sama asuransi kesehatan. Hasil ekspertise CT
dengan penelitian-penelitian sebelumnya scan dari 17 penderita ini dua diantaranya
yaitu penderita dengan hipertiroid mengalami pembesaran otot-otot
sebanyak 89,5% dan eutiroid sebanyak ekstraokular pada otot rektus medial,
10,5%. Onset oftalmopati pada inferior dan superior, sedangkan 15

4
penderita lainnya memiliki hasil dalam sedangkan untuk kasus yang mengancam
batas normal. Hal ini dapat disebabkan penglihatan segera diberikan
15
oleh kualitas pencitraan yang kurang kortikosteroid intravena. Pada
optimal. penelitian ini 67,1% penderita mendapat
Penatalaksanaan penderita Grave’s terapi PTU dan 32,9% penderita
ophthalmopathy meliputi mendapat terapi PTU dan
medikamentosa, radioterapi maupun metilprednisolon. Pada penelitian ini
pembedahan. Untuk mengevaluasi penderita tidak dapat diklasifikasikan
keberhasilan terapi dapat digunakan menggunakan NOSPECS ataupun CAS
klasifikasi berdasarkan gejala dan tanda karena keterbatasan data.
klinis (NOSPECS) dan Clinical activity Penderita Grave’s ophthalmopathy
score (CAS). NOSPECS ditujukan untuk di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit
menilai beratnya penyakit serta Mata Cicendo paling banyak adalah
keberhasilan terapi, penilaian meliputi wanita, rentang usia 41-50 tahun dengan
ada tidaknya keterlibatan jaringan lunak, gambaran klinis terbanyak adalah
proptosis, keterlibatan otot ekstraokular, proptosis dan retraksi kelopak mata serta
keterlibatan kornea dan hilangnya keterlibatan okular secara bilateral.
penglihatan, sedangkan CAS ditujukan Ketidaktersediaan data yang memadai
untuk menilai aktivitas penyakit, baik dari gejala subjektif, onset penyakit
penilaian meliputi rasa nyeri dan durasi tiroid, data objektif dari temuan klinis,
nyeri, kemerahan pada kelopak, dan pemeriksaan penunjang baik pada
pembengkakan beserta durasinya serta saat awal datang maupun kontrol
gangguan fungsi baik fungsi penglihatan merupakan keterbatasan dalam penelitian
maupun pergerakan bola mata. ini. Sebaiknya pemeriksaan terhadap
Penelitian sebelumnya oleh Razavi penderita Grave’s ophthalmopathy
dkk, 76,7% mendapat terapi metimazole, dilakukan secara komprehensif dan
11,7% levotiroksin, terapi dengan iodine dilakukan pencatatan data yang lebih
radioaktif sebanyak 23,3%. Gerding dkk baik untuk penegakkan diagnosa,
melaporkan bahwa pemberian evaluasi klinis dan penilaian keberhasilan
kortikosteroid intravena memiliki terapi.
keuntungan yang sedikit lebih besar
dibandingkan dengan pemberian DAFTAR PUSTAKA
kortikosteroid oral dan menimbulkan 1. Bodh SA, Kanal S. Thyroid associated
efek samping yang lebih kecil.4 Efikasi ophthalmopathy. Delhi journal
radioterapi orbita sebagai terapi tunggal ophthalmology.2012;22(4):249-255
masih belum jelas, namun kombinasi 2. Jack Rootman, Peter J Dolman. Thyroid
Orbithopathy.2nd edition. USA,
radioterapi dengan kortikosteroid
lippincots. 2003; 169-212
memiliki efikasi yang lebih baik 3. Rebecca S Bahn,M.D. Mechanism of
dibandingkan dengan radioterapi saja disease Grave’s ophthalmopathy.
atau kortikosteroid saja.8,10 N.England journal med.2010;362:726-
Berdasarkan konsensus European 328
Group on Grave’s Orbitopathy 4. Razavi ME, Abotoraby RB, Kakhki RD
(EUGOGO) terapi pada penderita et al. Clinical evaluation of Grave’s
Grave’s ophthalmopathy bergantung ophthalmopathy in north-east Islamic
pada derajat penyakitnya, untuk kasus Republik of Iran. Eastern Mediterranean
yang ringan dilakukan observasi saja, Health Journal, Vol.14, No.4,2008
5. Tari AS, Rajabi MT, Hamzedust K etal.
untuk kasus sedang sampai berat
Clinical features of Grave’s
diberikan kortikosteroid intravena jika ophthalmopathy in Iran. Int Journal
dalam fase aktif, dan dilakukan tindakan Ophthalmology, Vol.1, No. 2, June 18,
bedah rehabilitasi jika dalam fase inaktif, 2008

5
6. Durairaj VD, Bartley GB, Garruty JA.
Clinical features and treatment of
Grave’s Ophthalmopathy in Pediatric
Patients. Ophthalmic Plastic and
Reconstructive Surgsery. Vol.22, No.1,
pp 7-12. 2006
7. Yash Shah. Thyroid Ophthalmopathy.
Supplement TO JAPI, January 2011
8. Kalish HS, Robeshtoy E,
Hasanreinsoghu M et al. Treatment
modalities for Grave’s ophthalmopathy:
systematic review and meta analysis.
Journal clinic endocrinology matabolik
94: 2708-2716,2010
9. Milos Zarcovic. The role of oxidative
stress on the pathogenesis of Grave’s
disease. Journal of the research.Volume
2012
10. Abboud M, Arabi A, Saiti I Geana F.
Outcome of Thyroid Associated
Ophthalmopathy treated by radiaton
therapy. Radiation oncology 2011, 6:46
11. Chong K. Thyroid eye disease: a
comprehensive review. University of
Hongkong. October 2010.Vol 15, No.10
12. Jankauskiene J, Jarusaitine D.
Assesment of visual acuity, refraction
changes, and proptosis in different ages
of patients with Thyroid Disease.
Inernational Journala of
endocrinology.2012, page 4.
13. Maheswari R, Ezekiel. Thyroid
associated orbithopathy. Indian journal
of ophthalmology. 2011.Vol 60,No.2.
14. Daumerie C. Epidemiology. Department
of endocrinology, university catholique
de Louvain, Brussels, Belgium.
Wiersinga WM, Kahaly GJ (eds):
Grave’s Orbithopathy: a
Multidisciplinary approach. Basel,
Karger, 2010,pp33-39.
15. Bartalena L, Bladeschi L, Dickinson AJ,
eickstein A et al. Consensus Statement
of the European Groiup on Grave’s
Orbitopathy (EUGOGO) on
Management of Grave’s
Orbitopathy.Thyroid.Volume 18, No.3,
2008

Anda mungkin juga menyukai