1 PB

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

Perubahan Individu dalam Organisasi Puskesmas:Studi Kasus Revitalisasi

Puskesmas di Kabupaten Sumedang

Nina Triana,1 Elsa Pudji Setiawati,2 Insi Farisa Desy Arya,2 Deni K Sunjaya,2 Dadi S Argadiredja,2
Dewi Marhaeni Diah Herawati2

1
Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang Indonesia, 2Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadajaran

Abstrak

Revitalisasi Puskesmas merupakan upaya Kementerian Kesehatan RI untuk meningkatkan kinerja Puskesmas
melalui berbagai perubahan dalam penyelenggaraan Puskesmas. Perubahan-perubahan tersebut sejalan dengan
semangat reformasi pembangunan khususnya reformasi otonomi daerah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
manajemen perubahan oleh individu Puskesmas. Metode Desain penelitian yang dipergunakan adalah kualitatif
dengan paradigma konstruktivism dan strategi studi kasus. Metode analisis yang digunakan adalah tematik. Subyek
penelitian ini adalah tenaga Puskesmas Situ dan Puskesmas Paseh di Kabupaten Sumedang. Hasil model manajemen
perubahan ADKAR mendukung hasil yang menunjukkan bahwa konstruk perubahan individu Puskesmas didasari
oleh tahap-tahap yang harus berurutan. Perubahan oleh individu dalam revitalisasi Puskesmas tidak terbangun secara
utuh sehingga memengaruhi pencapaian perubahan yang diharapkan. Simpulan Sadar, mau, mencari tahu, mampu,
dan siap dalam perubahan adalah keputusan individu yang merupakan hasil keterampilan menyelesaikan persaingan
dorongan dalam dirinya. Keputusan-keputusan itulah yang merupakan motif individu untuk melakukan perilaku
perubahan yang terhimpun dalam aktifitas perubahan untuk apapun bentuk perubahan organisasi yang dilakukan.

Kata kunci: ADKAR, Manajemen Perubahan, Revitalisasi Puskesmas

Individual Change in PHC Organization a Case Study on PHC Revitalization


in Sumedang District
Abstract

Revitalization of PHC is an effort of the Indonesia’s Ministry of Health to improve the performance of health centers
through various changes in the implementation of PHC reforms. The changes are in line with the spirit of development
reform, especially reform of the district autonomy. This study aims to explore the management of change in PHC
revitalization undertaken by the Sumedang District Government through the District Department of Health and
analyze the management of change by PHC staff. Method This research used qualitative design with konstruktivism
paradigm and case study strategies. The analytical method used was thematic. The subjects of this study is the PHC
staff at Puskesmas Situ and Puskesmas Paseh in Sumedang District. Results the change management model ADKAR
support results show that construct individual changes PHC constituted by stages that must be sequential. Changes
by individual in the PHC revitalization in Sumedang District was not fully awakened to affect the achievement of
the expected changes. Discussion conscious, want to find out, able, and ready to change is an individual decision
that is the result of solving skill competition urge in him. Decisions that is what is the motive of individuals to make
the behavior changes that accumulate in the activities of changes to any form of organizational change undertaken.

Keywords: ADKAR, Change Management, PHC Revitalization

Korespondensi:
Nina Triana
Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang
Jl. Kutamaya No. 21 Sumedang 45312
Mobile : 085221589655
Email : [email protected]

106 JSK, Volume 1 Nomor 3 Tahun 2016


Nina Triana : Perubahan Individu dalam Organisasi Puskesmas : Studi Kasus Revitalisasi Puskesmas di Kabupaten Sumedang

Pendahuluan sesuai nilai-nilai dasar dalam KMK Nomor


128 Tahun 2004. Kebijakan ini mengarahkan
Perubahan yang terjadi pada penyelenggaraan Puskesmas agar menetapkan visi dan misi yang
Puskesmas merupakan wujud dari desentralisasi, sesuai dengan fungsi Puskesmas sesungguhnya.
otonomi daerah dan reformasi pembangunan di KMK juga mengatur kedudukan, organisasi
Indonesia yang lebih luas, nyata, dan bertanggung dan tata kerja di Puskesmas untuk mendukung
jawab. Hal ini telah memungkinkan daerah untuk berbagai upaya kesehatan yang diselenggarakan di
menjalankan insiatif dan prakarsa sendiri dalam Puskesmas sesuai dengan fungsinya pada KMK.
melaksanakan pembangunan tanpa intervensi dan Hal ini ditunjang dengan manajemen Puskesmas
kontrol yang berlebihan dari pemerintah pusat. berupa rangkaian kegiatan yang bekerja secara
Desentralisasi bidang kesehatan bertujuan secara sistematik dan berkesinambungan.1
agar program pembangunan kesehatan lebih Hasil evaluasi Pada Tahun 2006 menunjukkan
efektif dan efisien serta menyentuh kebutuhan bahwa revitalisasi Puskesmas masih merupakan
masyarakat sehingga keberhasilan desentralisasi wacana di tingkat nasional dan belum diterima
sangat tergantung pada kesiapan daerah untuk sepenuhnya oleh petugas Puskesmas. Dalam hal
menerapkannya.1 Hasil evaluasi setelah 5 (lima) ini, petugas Puskesmas belum dapat menjabarkan
tahun implementasi reformasi otonomi daerah apa yang harus direvitalisasi pada puskesmas
dalam sektor kesehatan di Indonesia yang sehingga penyelenggaraannya menjadi tidak
mengacu pada UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU taat azas.1,7 Implementasi reformasi kebijakan
Nomor 25 Tahun 1999 masih menujukkan adanya desentralisasi sejak Tahun 2001 baru sampai
permasalahan. Salah satu contohnya adalah masih pada tahap reorganisasi Puskesmas melalui
terdapat dana bagi berbagai proyek kesehatan penyederhanaan program pokok dan belum
yang tidak diimbangi dengan dana operasional.2 sampai pada pengembangan peran Puskesmas.
Ketidaksiapan berbagai daerah saat kebijakan Akibatnya, pola pelayanan Puskesmas masih
otonomi daerah diberlakukan, berdampak kurang fokus pada pengobatan sehingga staf Puskesmas
menguntungkan bagi puskesmas, antara lain lebih banyak memanfaatkan waktu kerjanya
kurangnya biaya operasional puskesmas sehingga menunggu pasien di dalam gedung Puskesmas
berdampak pada penurunan kinerja Puskesmas.3 dan puskesmas pembantu dibandingkan proaktif
Puskesmas yang seharusnya lebih mengutamakan mendampingi keluarga dan kelompok-kelompok
upaya promotif dan preventif sebagai bagian dari masyarakat memelihara kesehatannya sendiri.4
Upaya Kesehatan Masyarakat, menjadi lebih Di Kabupaten Sumedang, perubahan pada
memprioritaskan upaya kuratif sebagai bagian penyelenggaraan Puskesmas di era reformasi
dari Upaya Kesehatan Perorangan (UKP).1 Di otonomi daerah terjadi sejak Tahun 2001 yang
pihak lain, berdasarkan konsep Puskesmas yang ditandai dengan perubahan organisasi Puskesmas
diperkenalkan pada tahun 1968 puskesmas tidak menjadi Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD).
semata-mata hanya sebagai balai pengobatan Berdasarkan laporan kinerja Puskesmas yang
untuk warga yang sakit, melainkan sebagai pusat belum sesuai harapan, terdapat indikasi adanya
sosialisasi gaya hidup sehat di masyarakat.4 permasalahan dalam pelaksanaan revitalisasi
Berbagai permasalahan yang terjadi pada Puskesmas di Kabupaten Sumedang. Salah
puskesmas di awal implementasi desentralisasi, satunya adalah berdasarkan indikator kinerja UKP
ditindaklanjuti oleh Departemen Kesehatan Puskesmas dari Tahun 2008 sampai Tahun 2012
RI dengan menerbitkan Keputusan Menteri jumlah kunjungan pasien ke Puskesmas terus
Kesehatan (KMK) Nomor 128 Tahun 2004 tentang mengalami penurunan. Fakta lain yang semakin
Kebijakan Dasar Puskesmas. KMK ini merupakan menguatkan adanya permasalahan revitalisasi
pedoman yang diperuntukkan bagi pemerintah Puskesmas di Kabupaten Sumedang adalah tidak
kabupaten/kota agar dapat menyelenggarakan adanya Badan Penyantun Puskesmas (BPP)
Puskesmas sesuai dengan konsep dasarnya, sebagai bentuk realisasi dari azas pemberdayaan
sehingga diharapkan puskesmas akan memiliki masyarakat yang dilakukan oleh Puskesmas.
kinerja yang lebih baik.5 Kebijakan ini juga Melalui kebijakan dasar tersebut, Puskesmas
merupakan bentuk dukungan bagi pelaksanaan sebagai organisasi yang memiliki kinerja yang tidak
revitalisasi Puskesmas dalam membangun optimal diharuskan berubah menjadi organisasi
fondasi reformasi kesehatan di Indonesia.6 yang memiliki kinerja optimal. Pengetahuan
Pada Tahun 2005, Direktorat Jenderal Bina tentang alasan bagi terjadinya perubahan dan
Kesehatan Masyarakat Depkes RI mengusulkan bagaimana cara memperoleh hasil perubahan
revitalisasi Puskesmas dan rencana aksinya, memerlukan penjelasan teori perubahan.8
dengan tujuan mengembalikan fungsi Puskesmas Unuk dapat melakukan perubahan diperlukan
kepada konsep awal, ketenagaan Puskesmas dan langkah-langkah yang mendasar berdasarkan
pemenuhan sarana dan peralatan di Puskesmas model-model perubahan yang telah ada. Reformasi

107 JSK, Volume 1 Nomor 3 Tahun 2016


Nina Triana : Perubahan Individu dalam Organisasi Puskesmas : Studi Kasus Revitalisasi Puskesmas di Kabupaten Sumedang

atau perubahan bertujuan mengubah manusia dan dan tidak bersedia. Paradigma penelitian adalah
bukan mengubah organisasi. Padahal, berubah konstruktivisme sosial dengan desain penelitian
bukanlah suatu hal yang mudah bagi manusia deskriptif kualitatif dan strategi studi kasus
karena harus berpindah dari zona kenyamanan Pengumpulan data dilakukan dengan teknik
ke zona ketidaknyamanan.9 Drummon-Hay dan wawancara mendalam terhadap 6 (enam) orang
Bramford menemukan banyak sekali “subyek responden dan observasi terhadap situasi lokasi
hidup” yang merupakan agen bagi perubahan penelitian termasuk kegiatan lokakarya mini di
dalam pelayanan kesehatan di United Kingdom.10 Puskesmas. Selain itu dilakukan pengumpulkan
Kinerja organisasi sangat ditentukan oleh dokumen, buku, dan laporan yang terkait.
kinerja sumber daya manusia yang berada dalam Selanjutnya dilakukan editing, reduksi, koding,
organisasi tersebut.11 Pengabaian terhadap manusia kategorisasi, dan interpretasi data. Analisis
sebagai pelaku perubahan dalam organisasi dapat dilakukan secara tematik menurut model
merupakan salah satu penyebab ketidakberhasilan manajemen perubahan ADKAR.
perubahan organisasi. Terdapat sebuah model
manajemen perubahan yang dianggap efektif A Awareness : Kesadaran akan perlunya
karena mengedepankan sisi manusia dalam perubahan
melakukan perubahan yaitu ADKAR (Awareness,
Desire, Knowledge, Ability, dan Reinforcement).12 D Desire : Keinginan mendukung dan
Model ini berhasil mengukur kompetensi berpartisipasi dalam perubahan
manajemen perubahan yang terjadi pada setiap K Knowledge : Pengetahuan mengenai cara
individu dalam suatu organisasi.13 Model melakukan perubahan
manajemen perubahan ini adalah model yang A Ability : Kemampuan untuk
modern hasil pengembangan Jeffrey M. Hiatt mengimplementasikan perubahan
seorang CEO pada lembaga penelitian bernama
Prosci Research Foundation sejak Tahun 1996. R Reinforcement : Penguatan untuk
mempertahankan perubahan
Hiatt mengemukakan model perubahan yang
berorientasi pada tujuan/hasil yaitu keberhasilan
perubahan individu dalam organisasi sebagai Gambar 1 Model Manajemen Perubahan
keberhasilan perubahan organisasi. Dalam hal ini, ADKAR
keberhasilan perubahan organisasi tidak cukup
dengan mengikuti fase-fase perubahan budaya
perubahan organisasi, tetapi perlu juga difokuskan Hasil
pada fase-fase perubahan yang terjadi di dalam
setiap individu yang ada pada suatu organisasi. Hasil analisis data penelitian ini meliputi 35
Model ADKAR telah banyak digunakan untuk halaman transkrip wawancara, 115 koding
mengidentifikasi kesenjangan yang terjadi dalam dan 19 sub kategori yang ditampilkan dalam
proses perubahan dengan mendiagnosis resistensi 2 tema yaitu motivasi perubahan internal dan
karyawan untuk berubah, mendukung transisi motivasi perubahan eksternal. Untuk menjamin
karyawan dalam melalui proses perubahan, trustworthiness penelitian ini maka dilakukan
menetapkan rencana aksi dan prestasi, dan beberapa metode seperti yang disarankan oleh
mengembangkan rencana manajemen perubahan Guba.15 Sebelum dilaksanakan penelitian ini telah
bagi karyawan. Identifikasi terhadap faktor-faktor mendapatkan ethical clearance dari Komisi Etik.
pembangun dan penghambat dalam ADKAR Bangunan perubahan individu pada revitalisasi
merupakan langkah nyata dalam upaya mencapai Puskesmas menunjukkan bahwa urutan paling
keberhasilan perubahan.14 atas adalah blok reinforcement,yang merupakan
Tujuan Penelitian adalah melakukan analisis tahap awal dalam membangun kesiapan individu
manajemen perubahan individu dalam revitalisasi untuk menghadapi perubahan dan kemudian
Puskesmas di Kabupaten Sumedang. melaksanakan tugas perubahan berikutnya. Inilah
yang merupakan hasil dari perubahan individu
sebagai fokus dari manajemen perubahan
ADKAR.16
Metode Knowledge, dan ability merupakan blok-blok
yang melengkapi bangunan perubahan individu
Penelitian dilakukan pada Bulan Februari-Maret setelah awareness dan merupakan penopang
2015 di Puskesmas Situ dan Puskesmas Paseh bagi blok reinforcement. Pada tahap knowledge,
Kabupaten Sumedang. Subyek penelitian adalah individu tidak hanya menjadi tahu cara melakukan
tenaga Puskesmas dengan kriteria inklusi PNS perubahan dan perilaku yang dibutuhkan
dan memiliki masa kerja>5 tahun sedangkan untuk hal tersebut melainkan sesungguhnya
kriteria eksklusi adalah tidak berada di tempat mendapatkan fondasi bagi perubahan yang harus

108 JSK, Volume 1 Nomor 3 Tahun 2016


Nina Triana : Perubahan Individu dalam Organisasi Puskesmas : Studi Kasus Revitalisasi Puskesmas di Kabupaten Sumedang

dilakukan. Membangun knowledge sesungguhnya paling memengaruhi bagi ability individu.13


juga membangun awareness. Ketika organisasi Fondasi bagi bangunan perubahan individu
melakukan perubahan, sebenarnya sebagian adalah blok awareness yang merupakan bentuk
besar individu tidak mempunyai pengetahuan pemahaman setiap individu terhadap perubahan
dasar tentang alasan perubahan.12 penyelenggaraan yang terjadi di puskesmas
“Kebetulan saya kuliah, dapat informasi yang yang harus dilakukan. Pemahaman ini terbangun
lebih tentang apa sih sebenarnya, Puskesmas itu sebagai dampak adanya momen perubahan
harus seperti apa.” (Inf.05) pembiayaan Puskesmas, pengamatan individu
Ability individu dalam revitalisasi Puskesmas terhadap berbagai peningkatan yang dialami
lebih banyak terbangun dengan adanya dukungan Puskesmas, dan komunikasi yang dilakukan
terutama yang berkaitan dengan mentoring. individu tentang perubahan-perubahan yang
Individu dengan knowledge yang sebenarnya terjadi di Puskesmas.
tidak memadai dapat cukup cakap melaksanakan “Kalau eu ada perubahannya eu waktu
perubahan setelah intens mendapatkan kontak Puskesmas ini ada eu bebas biaya. Jadi kelihatan
dengan pihak penanggung jawab perubahan. gitu ada perubahannya. Itu otomatis juga kan yah
Dalam hal ini pembinaan merupakan aplikasi enggak yang di pelayanan juga kan tapi semua
dari keterampilan komunikasi pimpinan yang program. Itu kan mungkin itu disambut juga oleh

Gambar 2 Peta Konsep Bangunan Perubahan Individu dalam Revitalisasi Puskesmas


di Kabupaten Sumedang

109 JSK, Volume 1 Nomor 3 Tahun 2016


Nina Triana : Perubahan Individu dalam Organisasi Puskesmas : Studi Kasus Revitalisasi Puskesmas di Kabupaten Sumedang

masyarakat. Jadi kelihatan ya waktu itu karena fungsi manajemen merupakan peluang bagi
pasiennya banyak ya waktu itu sampai sampai terjadinya proses pendidikan, pelatihan dan praktek
kita itu sampai jam berapa gitu yah kita melayani perubahan individu di Puskesmas. Pada akhirnya
sampai penuh pokoknya.”(Inf.06). reinforcement bagi keberhasilan perubahan dan
Kesediaan individu (desire) untuk turut kesiapan individu menyongsong perubahan
berpartisipasi dalam suatu perubahan Puskesmas berikutnya dapat diperoleh dari fungsi evaluasi
sangat tergantung pada kerja tim yang berlaku dan umpan balik oleh organisasi. Pengukuran
dalam berbagai perubahan yang harus dilakukan. kinerja yang jelas bagi setiap individu dengan
Team work telah mendorong individu untuk menggunakan instrument penilaian pekerjaan
mau ataupun tidak mau tetap melakukan tugas oleh suatu organisasi merupakan salah bentuk
perubahan. Kerja sama dalam tim merupakan hal penguatan keberhasilan perubahan yang terjadi.
utama dalam menciptakan desire individu yang Seluruh fungsi manajemen perubahan oleh
harus berubah.13 organisasi akan membawa perubahan bagi setiap
individu dalam suatu organisasi. Hal tersebut
tergantung pada gaya perubahan yang dilakukan
Pembahasan oleh pimpinan organisasi. Pola komunikasi yang
terbuka dan gaya perubahan partisipatif cenderung
Perubahan individu merupakan hasil dari akan menekan berbagai faktor penghambat dan
manajemen perubahan organisasi yang akan sekaligus memperkuat faktor-faktor pembangun
menentukan keberhasilan perubahan organisasi, perubahan individu dalam revitalisasi Puskesmas.
dengan tujuan terjadinya peningkatan kinerja Pada peta konsep manajemen perubahan
organisasi. Sadar, mau, mencari tahu, mampu, dan individu, terlihat bahwa sikap permisif yang
siap dalam perubahan adalah keputusan individu terjadi dalam organisasi dapat mengkonstruksi
yang merupakan hasil keterampilan menyelesaikan kenyamanan individu sehingga menghambat
persaingan dorongan dalam dirinya. Berbagai fondasi dan keputusan pribadi bagi perubahannya.
keputusan tersebut merupakan motif individu Kondisi tersebut, ditambah dengan situasi SDM
untuk melakukan perilaku perubahan yang yang tidak sesuai akan menyebabkan seolah-olah
terhimpun dalam berbagai aktifitas perubahan organisasi mengizinkan individu untuk melakukan
untuk mendukung bentuk perubahan organisasi tugas hanya didalam lingkup kompetensinya
yang dilakukan. Terjadinya perbedaan aktifitas atau bahkan diluar lingkup kompetensinya.
yang ditunjukkan oleh individu-individu di Dalam perjalanan perubahan yang terjadi
organisasi, saat melakukan perubahan disebabkan di Puskesmas, Dinas Kesehatan kabupaten
karena adanya perbedaan keterampilan individu selanjutnya menyerahkan perubahan tersebut
dalam mengelola dorongan. Ketrampilan tersebut kepada Kepala Puskesmas selaku bawahan.
dipengaruhi oleh norma sosial, keberagaman Pengetahuan tentang perubahan Puskesmas
nilai dan pengalaman yang dimiliki individu.17 kemudian menjadi milik Kepala Puskesmas
Gaya perubahan kemudian menjadi hal yang pun demikian halnya tugas membangun ability
menentukan keterampilan mengelola dorongan dan reinfoercement bagi individu Puskesmas.
individu. Norma sosial yang mendorong setiap Perubahan kepemimpinan Puskesmas yang
individu dalam melakukan aktifitas perubahan terjadi di puskesmas pada akhirnya makan
merupakan bentuk dari gaya perubahan yang merupakan perubahan pada struktur pola
dilakukan oleh pimpinan organisasi. Dengan gaya komunikasi yang diterapkan di dalam organisasi
perubahan pula maka keberagaman nilai-nilai Puskesmas. Bangunan perubahan yang terjadi
pribadi dan pengalaman individu dimunculkan pada individu dapat terbangun sejak dari fondasi
untuk mengelola dorongan perubahan yang terjadi. dengan penerapan struktur pola komunikasi yang
Keberagaman merupakan salah satu tren perilaku terbuka dan demokratis oleh kepala Puskesmas.
organisasi yang tidak dapat dikesampingkan dalam Dengan struktur ini, semua anggota kelompok
mengelola akselerasi perubahan di tempat kerja.17 mendapat porsi komunikasi yang seimbang.18
Perubahan individu sebagai suatu hasil Setiap individu yang bekerja di Puskesmas
pada akhirnya benar-benar terjadi pada periode dengan pengalaman struktur pola komunikasi
perubahan. Fungsi implementasi pada manajemen tersebut diatas, dapat membangun awareness,
perubahan organisasi sebagai bagian dari periode desire, knowledge dan ability serta mendapatkan
perubahan merupakan motivasi eksternal bagi reinforcement perubahan yang memadai. Mutasi
knowledge dan ability individu untuk tahu kepemimpinan Puskesmas dapat menciptakan
dan berperilaku yang sesuai dalam menangani struktur pola komunikasi yang beragam bagi
berbagai masalah dalam masa transisi perubahan. individu sehingga peningkatan kinerja individu
Kebijakan sumber daya manusia (SDM) dan tidak menjadi luaran perubahan Puskesmas.
kepemimpinan pada tahap implementasi dari Teori substantif yang dihasilkan melalui

110 JSK, Volume 1 Nomor 3 Tahun 2016


Nina Triana : Perubahan Individu dalam Organisasi Puskesmas : Studi Kasus Revitalisasi Puskesmas di Kabupaten Sumedang

penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan pelayanan kesehatan Puskesmas dan


individu sebagai hasil dari manajemen perubahan jaringannya dalam rangka peningkatan
mendahului perubahan organisasi. Perubahan kualitas pelayanan kesehatan. Surabaya:
organisasi membutuhkan perubahan manusia Departemen Kesehatan R.I;2006.
pengelola baik dalam hal jumlah maupun kualitas.19 2. Sunjaya DK, Raksanagara AS, Setiawati
Penelitian dilakukan secara cross sectional EP, Pancari AD, editor. Seminar Nasional
sehingga hasil penelitian menunjukkan proses Reformasi Sektor Kesehatan Dalam
perubahan hanya terlihat pada saat penelitian Desentralisasi Di Indonesia: Tahun Kelima
berlangsung. Triangulasi terhadap sumber data Pelaksanaan Kebijakan Desentralisasi Sektor
hanya dilakukan dalam lingkup unit penelitian Kesehatan Di Indonesia. Bandung: Program
sehingga data manajemen perubahan organisasi Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
tidak berasal langsung dari perencana reformasi Program Pascasarjana Universitas
sektor kesehatan yang berada di level pemerintah Padjadjaran; 2006.
pusat. Peneliti tidak melakukan pendampingan 3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
perubahan dan penelitian ini bersifat restropektif Laporan akhir puskesmas era desentralisasi
sehingga hanya melihat proses perubahan yang dalam pengembangan sistem kesehatan
sudah dilakukan. Konteks penelitian ini adalah kabupaten/kota (Tahap I : analisis situasi).
penyelenggaraan revitalisasi Puskesmas sebelum Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2002.
terbitnya Permenkes No. 75 Tahun 2014 tentang 4. Muninjaya AG. Konsep revitalisasi pelayanan
Puskesmas. kesehatan dasar. [diunduh 9 Oktober 2014].
Simpulan, Manajemen perubahan individu Tersedia dari: muninjaya.com.
Puskesmas di Kabupaten Sumedang terbangun 5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
secara tidak utuh sehingga perubahan individu Indonesia tentang Kebijakan Dasar
yang sudah terjadi menjadi rentan untuk Puskesmas, 128, (2004).
menghadapi berbagai tugas perubahan berikutnya. 6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Perubahan perilaku organisasi Puskesmas Membangun fondasi reformasi kesehatan:
lebih dahulu terjadi dibandingkan perubahan rekaman pembangunan kesehatan periode
perilaku individu Puskesmas.Hasil penelitian 1999-2004. Jakarta: Departemen Kesehatan
menunjukkan bahwa, perubahan yang terjadi RI; 2004.
pada staf Puskesmas merupakan tanggung jawab 7. Sopacua E, Handayani L. Potret pelaksanaan
penuh Kepala Puskesmas sebagai perpanjangan revitalisasi puskesmas. J Manajemen
tangan dari Dinas Kesehatan Kabupaten. Indivdu Pelayanan Kesehatan. 2008 [dunduh 10
dengan knowledge yang kurang memadai Oktober 2014]; 11:27-31. Tersedia dari:
dapat cukup trampil untuk melakukan aktifitas http://jurnal.ugm.ac.id.
perubahan dengan pendampingan dan penerapan 8. Clark H, Anderson AA. Theories of change
teknik komunikasi yang tepat. Perubahan pada and logic models: telling them apart; 2004
organisasi Puskesmas sangat ditentukan oleh [diunduh 4 November 20142014]. Tersedia
fokus fungsi manajemen perubahan yang terjadi dari: http://www.theoryofchange.org.
dan dilakukan oleh Dinas Kesehatan dalam 9. Kasali R. Change. Jakarta: PT Gramedia
periode pra perubahan yang juga merupakan titik Pustaka Utama; 2007.
kritis keberhasilan perubahan individu. Setiap 10. Drummond-Hay R, Bamford D. A case
individu di puskesmas perlu menyadari adanya study into planing and change management
suatu perubahan, untuk selanjutnya setiap individu within the UK national health service. The
di puskesmas membuat keputusan pribadi dan International J of Public Sector Management.
bersedia untuk ikut serta melakukan perubahan. 2009 [diunduh 10 Oktober 2014]; 22(4):324-
Saran, bagi sumber daya manusia di Puskesmas 3. Tersedia dari : http://www.emeraldinsight.
perlu aktif mencari informasi dan pengetahuan com.
tentang berbagai hal baru yang harus dilakukan 11. Setiawati EP. Nadeak W, Sendjaja TP,
di Puskesmas serta berpartisipasi dalam proses Djajasudarma F, Kurnani BA, Hariyadi D,
perencanaan pembangunan kesehatan mulai Wahya, Sobarna C, Indira D, editor. Peranan
dari tingkat desa, tingkat Kecamatan, dan dalam sumber daya terhadap pencapaian kinerja
kegiatan perencanaan Puskesmas. program penanggulangan Tuberkulosis.
Bandung: UNPAD Press; 2010.
12. Khatri P, Gulati K. Implanting Change
Daftar Pustaka in Organization Successfully. Asian J
of Management Research. Review. 2010
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. [diunduh 10 Oktober 2014]; 1 NO 1:130-8.
Laporan akhir penelitian upaya revitalisasi Tersedia dari : ipublishing.co.in.

111 JSK, Volume 1 Nomor 3 Tahun 2016


Nina Triana : Perubahan Individu dalam Organisasi Puskesmas : Studi Kasus Revitalisasi Puskesmas di Kabupaten Sumedang

13. Kiani A, Shah H. An Application of ADKAR making the change; 2014 [diunduh 21
Change Model for the Change Management Oktober 2014]: Tersedia dari: http://www.
Competencies of School Heads in Pakistan. change-management.com/tutorial-adkar-
J of Managerial Sciences. 2014 [diunduh 10 overview-mod3.htm.
Oktober 2014]; VIII No. 1:77-95. Tersedia 17. McShane SL, Von Glinow, MA.
dari : www.qurtuba.edu.pk. Organizational Behavior. Edisi ke-4. New
14. Brand, CGM. Factors Influencing Change York: McGraw-Hill;2008.
Management In A Selected Hospital In Saudi 18. Hersey P, Blanchard K. Manajemen perilaku
Arabia. [Tesis]. 2013 [diunduh 10 Oktober organisasi : Pendayagunaan sumberdaya
2014]. Tersedia dari : scholar.sun.ac.za. manusia. Jakarta; Erlangga; 1994.
15. Shenton, AK. Strategies for ensuring 19. Sunjaya DK. Perubahan organisasional dinas
trustworthiness in qualitative research kesehatan, Studi kasus peningkatan fungsi
projects. J Education For Information. 2004 regulasi Dinas Kesehatan Kota Bandung
[diunduh 20 Oktober 2014]; 22:63. Tersedia dan Kota Yogyakarta. Program Doktor
dari : http://www.crec.co.uk. Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Fakultas
16. Prosci. Knowledge, ability, and reinforcement kedokteran Universitas Gadjah Mada;2010.

112 JSK, Volume 1 Nomor 3 Tahun 2016

Anda mungkin juga menyukai