Draf Buku Instrumen PKP

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 184

PEDOMAN INSTRUMEN PKP

KATA PENGANTAR

Puskesmas adalah unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/


Kota , yang merupakan ujung tombak penyelenggara pelayanan
kesehatan dasar bagi masyarakat di wilayah kerjanya. Dalam rangka
mendukung penyelenggaraan Puskesmas perlu pengelolaan melalui
pencapaian manajemen Puskesmas secara optimal.

Manajemen Puskesmas yang terdiri dari Perencanaan (P1),


Pelaksanaan - Pengendalian (P2), dan Pengawasan –
pertanggungjawaban (P3) tertuang dalam Buku Pedoman
Manajemen Puskesmas yaitu :
1. Buku Seri 1 : Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas
2. Buku Seri 2 : Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas
3. Buku Seri 3 : Pedoman Penilaian Kinerja Puskesmas.
Ketiga seri buku tersebut dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Bina
Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI, tahun 2006.

Buku Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa


Barat ini, disusun sebagai pengembangan instrumen pada buku seri 3
Pedoman Penilaian Kinerja Puskesmas yang disesuaikan dengan
perkembangan :
- Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
- Reformasi Kebijakan Dasar Puskesmas
- Kebutuhan program sesuai kondisi di Provinsi Jawa Barat.

Buku ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi Puskesmas dalam


evaluasi kinerja penyelenggaraan pelayanan dan kegiatannya, dan
hasilnya juga dapat dipergunakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota, serta Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat dalam menetapkan
kebijakan dan menyusun perencanaan tingkat Kabupaten/ kota dan
Provinsi.

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 1


Mengingat buku ini disusun pada tingkat Provinsi, dan diyakini masih
terdapat program lokal spesifik yang tidak memungkinkan untuk
dimasukkan karena ke-spesifikannya, dibuka peluang untuk
mengembangkannya dan menyesuaikannya pada tingkat Kabupaten/
Kota.

Ucapan terima kasih kami sampaikan pada tim penyusun buku ini
yang melibatkan hampir semua pemegang program di tingkat Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat, juga masukan dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Kota.

Akhir kata, kami menyadari masih banyak kekurangan yang ada di


dalam buku ini, untuk itu saran dan masukan untuk
menyempurnakannya sangat diharapkan.

KEPALA DINAS KESEHATAN


PROVINSI JAWA BARAT,

dr.Hj.ALMA LUCYATI,M.Kes,MSi,MH.Kes

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 2


Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 3
BAB I PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Dengan mempertimbangkan Kebijakan Kesehatan Nasional baik


dalam UU Kesehatan no. 36 tahun 2009 dan Sistim Kesehatan
Nasional serta Kebijakan Kesehatan Provinsi Jawa Barat yang
dituangkan dalam Sistem Kesehatan Provinsi memberikan peran
besar terhadap keberadaan Puskesmas dan upaya pelayanan
kesehatan dasar, terhadap tewujudnya upaya kesehatan yang :
 Berkesinambungan dan Paripurna,
 Bermutu,
 Aman dan sesuai Kebutuhan,
 Adil dan merata,
 Non diskriminataif, terjangkau,
 Tehnologi tepat guna
 Bekerja dalam tim secara cepat dan tepat.
Dengan segala keterbatasan, peluang, kekuatan serta permasalahan
yang ada, keberadaan puskesmas khususnya dan upaya pelayanan
kesehatan dasar lainnya dalam mensukseskan pembangunan
kesehatan mempunyai posisi sangat strategis. Bersama dengan
adanya UU NO. 8 Th. 1999 tentang Perlindungan Konsumen UU
Praktek Kedokteran no.29 tahun 2004, UU Pelayanan Publik no. 25
tahun 2009 yang menuntut profesionalisme pelayanan di semua
sarana pelayanan publik.

Reformasi Kebijakan Dasar Puskesmas mengamanahkan 4 (empat)


fungsi Puskesmas yaitu 1) Pusat pembangunan wilayah berwawasan
kesehatan 2) Pusat pemberdayaan masyarakat 3) Pusat pelayanan
kesehatan masyarakat primer dan 4) Pusat pelayanan kesehatan
perorangan primer. Dalam penyelenggaraannya mengharuskan
didukung dengan pelaksanaan manajemen yang dapat menjadikan
rangkaian kegiatan dapat bekerja secara sistematik untuk

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 4


menghasilkan luaran yang efektif dan efisien. Manajemen Puskesmas
yang saat ini dilaksanakan terdapat 3 (tiga) kegiatan pokok yang
meliputi Perencanaan (P1) ; Pelaksanaan – Pengendalian (P2);
Pengawasan – Pertanggungjawaban (P3).

Pada pedoman manajemen Puskesmas kegiatan Pengawasan-


Pertanggungjawaban (P3) dilengkapi dengan istrumen yang
sebelumnya dikenal dengan stratifikasi Puskesmas. Dengan
penyempurnaan yang disesuaikan otonomi daerah, stratifikasi
Puskesmas diubah yang selanjutnya digunakan istilah Penilaian
Kinerja Puskesmas.

II. PENGERTIAN PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS

Penilaian Kinerja Puskesmas adalah suatu upaya untuk melakukan


penilaian hasil kerja/ prestasi Puskesmas. Pelaksanaan penilaian
dimulai dari tingkat Puskesmas sebagai istrumen mawas diri karena
setiap Puskesmas melakukan penilaian kinerja secara mandiri, yang
dilanjutkan kemudian Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota melakukan
verifikasi hasilnya.

Aspek penilaian yang akan dilihat adalah aspek capaian kegiatan


pelayanan; aspek manajemen pelayanan; aspek mutu pelayanan.
Dari ketiga aspek penilaian tersebut dan setelah verifikasi Dinas
Kesehatan Kabupaten Kota bersama Puskesmas dapat ditetapkan
Puskesmas dalam kelompok I; II; III sesuai dengan pencapaian
kinerjanya.

Dari hasil pengelompokan, Dinas Kesehatan Kabupaten Kota dapat


melakukan analisa, sehingga diperoleh urutan pencapaian kinerja.
Data capaian kinerja dapat dipergunakan sebagai bahan pembinaan,
dan inventaris permasalahan yang ada disetiap program yang dapat
dilakukan rencana tindak lanjut kegiatan tingkat Puskesmas,
Kabupaten/ Kota maupun Provinsi.

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 5


III. TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan Umum :
Tercapainya tingkat kinerja Puskesmas yang berkualitas secara
optimal dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan
kesehatan kabupaten/ kota.

Tujuan Khusus :
- Mendapatkan gambaran tingkat pencapaian hasil cakupan dan
mutu kegiatan serta manajemen Puskesmas pada akhir tahun
kegiatan.
- Mengetahui tingkat kinerja Puskesmas pada akhir tahun
berdasarkan urutan peringkat kategori kelompok Puskesmas.
- Mendapatkan informasi analisis kinerja Puskesmas dan bahan
masukan dalam penyusunan rencana kegiatan Puskesmas dan
Dinas Kesehatan kabupaten/ Kota untuk tahun yang akan datang.

Manfaat Penilaian Kinerja Puskesmas :


- Puskesmas mengetahui tingkat pencapaian (prestasi) kunjungan
dibandingkan dengan target yang harus dicapai.
- Puskesmas dapat melakukan identifikasi dan analisis masalah,
mencari penyebab dan latar belakang serta hambatan masalah
kesehatan di wilayah kerjanya berdasarkan adanya kesenjangan
pencapaian kinerja Puskesmas (out put dan out come).
- Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dapat
menetapkan tingkat urgensi suatu kegiatan untuk dilaksanakan
segera pada tahun yang akan datang berdasarkan prioritasnya.
- Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dapat menetapkan dan
mendukung kebutuhan sumberdaya Puskesmas dan urgensi
pembinaan Puskesmas.

IV. RUANG LINGKUP PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 6


Secara garis besar lingkup penilaian kinerja Puskesmas tersebut
berdasarkan pada upaya - upaya Puskesmas dalam penyelenggaraan:

1. Cakupan Upaya Pelayanan


a. Upaya Kesehatan Wajib
 Promosi Kesehatan
 Kesehatan Lingkungan
 Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana
 Perbaikan Gizi Masyarakat
 Penanggulangan Penyakit
 Pengobatan dan penanganan kegawatdaruratan
b. Upaya Kesehatan Pilihan
 Pelayanan Keperawatan kesehatan
 Pelayanan Kesehatan Jiwa
 Pelayanan Kesehatan Sekolah
 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
 Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
 Pelayanan Kesehatan Olah Raga
 Pelayanan Kesehatan Kerja
 Pelayanan Kesehatan Mata
 Pembinaan Pengobatan Tradisional
2. Manajemen Pelayanan
a. Manajemen Operasional
b. Manajemen Alat dan Obat
c. Manajemen Keuangan
d. Manajemen Ketenagaan
e. Manajemen Pengendalian Penyakit
f. Manajemen JPKM (Jamkesmas)
3. Mutu Pelayanan
a. Drop out pelayanan ANC (K1-K4)
b. Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
c. Akseptor KB MJP Aktif dengan Komplikasi
d. Akseptor KB MJP Aktif dengan Kegagalan

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 7


e. Error rate pemeriksaan BTA
f. Kepatuhan terhadap standar ANC
g. Kepatuhan terhadap standar pemeriksaan TB Paru
h. Tingkat Kepuasan Pasien terhadap pelayanan Puskesmas
i. ALOS (Puskesmas DTP)
j. BOR (Puskesmas DTP)
k. Ratio Pencabutan dan Penambalan Gigi

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 8


BAB II CAKUPAN KEGIATAN

Merupakan kegiatan upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh


Puskesmas yang terdiri dari kelompok pelayanan kesehatan wajib dan
kelompok pelayanan kesehatan pilihan.

I. UPAYA KESEHATAN WAJIB


1.A. UPAYA PROMOSI KESEHATAN

PROMOSI KESEHATAN DALAM GEDUNG

1.A.1. Cakupan Komunikasi Interpersonal dan Konseling (KIP/K)

Pengertian :
- KIP/K adalah upaya pemberdayaan individu dan keluarga oleh
petugas puskesmas melalui proses pembelajaran pemecahan
masalah dengan sasaran individu.

Definisi Operasional :
Cakupan Komunikasi Interpersonal dan Konseling (KIP/K) di
Puskesmas adalah Jumlah pengunjung yang mendapat KIP/K di
klinik khusus atau klinik terpadu KIP/K sebagai tentang Gizi, P2M,
sanitasi, PHBS dan lain-lain sesuai kondisi/masalah pengunjung
sebanyak 5% pengunjung Puskesmas.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Seluruh pengunjung Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 9


Target :
5%

Cara Perhitungan :
Jumlah pengunjung puskesmas yang
Cakupan
mendapat KIP/K dalam kurun waktu
Komunikasi
= satu tahun x 100%
Interpersonal dan
Jumlah seluruh pengunjung puskesmas
Konseling (KIP/K)
dalam kurun waktu satu tahun

Pembuktian /Sumber Data :


- Catatan lengkap (menjawab 5W 1H)
- Klinik khusus/terpadu KIP/K

Rujukan :
- Kep. Menkes RI No. 585/ Menkes/ SK/ V/2007, Pedoman
Pelaksanaan Promkes di Puskesmas, Pusat Promkes Depkes –
Jakarta.
- Panduan Promkes dalam Peningkatan PHBS di Puskesmas,
Pusat Promkes, 2006.

1.A.2. Cakupan Penyuluhan kelompok oleh petugas di dalam


gedung Puskesmas

Pengertian :
- Penyampaian informasi kesehatan kepada masyarakat
pengunjung Puskesmas (5-30 orang) di tempat khusus/ruang
tunggu, dengan waktu ± 10-15 menit dengan materi sesuai
issu aktual / masalah kesehatan setempat dengan didukung
alat bantu / media penyuluhan

Definisi Operasional :
Cakupan Penyuluhan kelompok oleh petugas di dalam gedung
Puskesmas adalah penyampaian informasi kesehatan kepada

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 10


sasaran pengunjung Puskesmas (5- 30 orang) yang dilaksanakan
oleh petugas, dilaksanakan 96 kali dalam satu tahun atau rata-
rata 8 kali dalam setiap bulan.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
96 kali penyuluhan kelompok di dalam gedung puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun

Target :
100%

Cara Perhitungan :
Jumlah penyuluhan kelompok di
Cakupan
dalam gedung puskesmas dalam
Penyuluhan
kurun waktu satu tahun
kelompok oleh = x 100%
96 kali penyuluhan kelompok di
petugas di dalam
dalam gedung puskesmas dalam
gedung Puskesmas
kurun satu tahun

Pembuktian Sumber Data :


- Catatan lengkap (daftar hadir, materi, pembicara)
- Register penyuluhan
- Jadwal

Rujukan :
- Kep. Menkes RI No. 585/ Menkes/ SK/ V/2007, Pedoman
Pelaksanaan Promkes di Puskesmas., Pusat Promkes Depkes–
Jakarta.
- Panduan Promkes dalam Peningkatan PHBS di Puskesmas.
Pusat Promkes, 2006.

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 11


1.A.3. Cakupan Institusi Kesehatan ber-PHBS

Pengertian :
- Institusi Kesehatan adalah Puskesmas dan jaringannya
(Puskesmas Pembantu)
- Pengkajian dan pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) di tatanan institusi kesehatan (Puskesmas dan
jaringannya) dengan melihat 6 indikator PHBS ( menggunakan
air bersih, menggunakan jamban, membuang sampah pada
tempatnya, tidak merokok di institusi pelayanan kesehatan,
tidak meludah sembarangan, memberantas jentik nyamuk)
yang telah dilakukan.

Definisi Operasional :
Cakupan Institusi Kesehatan yang ber-PHBS adalah persentase
institusi kesehatan yang ber-PHBS yang ada di wilayah kerja
Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Seluruh institusi kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas
dalam kurun waktu satu tahun

Target :
100% (Seluruh institusi kesehatan ber-PHBS)

Cara Perhitungan :
Cakupan Jumlah institusi kesehatan ber-PHBS di
Pengkajian dan wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
Pembinaan PHBS waktu satu tahun
= x 100%
di Tatanan Jumlah seluruh institusi kesehatan di
Institusi wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
Kesehatan waktu satu tahun

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 12


Pembuktian/Sumber Data :
- Hasil pendataan PHBS

Rujukan :
- Petunjuk Teknis PHBS Tatanan Institusi Kesehatan.,Promkes
Jabar 2009, Dinkes Jabar, Bandung.

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 13


PROMOSI KESEHATAN LUAR GEDUNG

1.A.4. Cakupan Pengkajian dan Pembinaan PHBS di Tatanan Rumah


Tangga

Pengertian :
- Pengkajian dan pembinaan PHBS di tatanan Rumah tangga
dengan melihat 10 indikator perilaku di rumah tangga
- 10 indikator perilaku di rumah tangga :
1. Persalinan dengan Tenaga Kesehatan
2. Memberi ASI Eksklusif
3. Menimbang bayi dan Balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah
8. Makan sayur dan buah setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah

Definisi Operasional :
Cakupan rumah tangga ber-PHBS adalah presentase rumah
tangga yang melaksanakan 10 indikator PHBS rumah tangga di
wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Seluruh rumah tangga yang ada di wilayah kerja Puskesmas
dalam kurun waktu satu tahun

Target :
65% rumah tangga ber-PHBS

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 14


Cara Perhitungan :
Jumlah rumah tangga ber-PHBS di
Cakupan
wilayah kerja Puskesmas dalam
Pengkajian dan
kurun waktu satu tahun
Pembinaan = x 100%
Jumlah seluruh rumah tangga yang
PHBS di Tatanan
ada di wilayah kerja Puskesmas
Rumah Tangga
dalam kurun waktu satu tahun

Pembuktian/Sumber Data :
- Hasil pendataan PHBS

Rujukan :
- Petunjuk Teknis PHBS Tatanan Institusi Kesehatan.,Promkes
Jabar 2009, Dinkes Jabar, Bandung.

1.A.5. Cakupan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penyuluhan


Kelompok Oleh Petugas di Masyarakat

Pengertian :
- Penyampaian informasi kesehatan kepada masyarakat (5-30
orang) di tempat khusus/tempat pertemuan masyarakat,
dengan waktu ± 10-15 menit dengan materi sesuai issu aktual/
masalah kesehatan setempat dengan didukung alat bantu/
media penyuluhan.

Definisi Operasional :
Cakupan Penyuluhan kelompok oleh petugas di masyarakat
adalah penyampaian informasi kesehatan kepada
sasaran/masyarakat (5-30 orang) yang dilaksanakan oleh
petugas, dilaksanakan 1 kali sebulan di setiap RW/ Posyandu di
wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun (Jumlah
RW/ Posyandu x 12 kali).

Satuan :
Persen (%)

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 15


Sasaran :
Jumlah RW/ Posyandu di wilayah kerja Puskesmas x 12 kali
dalam kurun waktu satu tahun

Target :
100%

Cara Perhitungan :
Cakupan Jumlah penyuluhan kelompok
Pemberdayaan di masyarakat RW/Posyandu
Masyarakat Melalui dalam kurun waktu satu tahun
Penyuluhan = Jumlah RW/ Posyandu di x 100%
Kelompok oleh wilayah kerja Puskesmas x 12
Petugas di kali dalam kurun waktu satu
Masyarakat tahun

Pembuktian/Sumber Data :
- Catatan
- Register Penyuluhan

Rujukan :
- Kep. Menkes RI No. 585/ Menkes/ SK/ V/2007, Pedoman
Pelaksanaan Promkes di Puskesmas., Pusat Promkes Depkes –
Jakarta.
- Panduan Promkes dalam Peningkatan PHBS di Puskesmas.
,Pusat Promkes, 2006.

1.A.6. Cakupan Pembinaan UKBM Dilihat Melalui Persentase


Posyandu Purnama dan Mandiri

Pengertian :
- Pembinaan posyandu dilaksanakan secara terpadu melalui
Pokja posyandu yang ada di desa/kelurahan dengan tujuan

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 16


agar posyandu dapat menyelenggarakan kegiatannya dan
mencapai tujuan yang diharapkan
- Posyandu adalah Salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna
memberdayakan masyarakat dan memberi kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan
dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan
bayi.
- Posyandu Purnama adalah Posyandu yang dapat
melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan
rata-rata jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih, cakupan
kelima kegiatan utamanya lebih dari dana sehat yang dikelola
oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang
dari 50% kepala keluarga di wilayah kerja posyandu.
- Posyandu mandiri adalah posyandu yang dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah
kader sebanyak 5 orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan
utamanya lebih dari 50% mampu menyelenggarakan program
terbesar serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari
dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya
lebih dari 50% kepala keluarga yang bertempat tinggal di
wilayah kerja posyandu.

Definisi Operasional :
Cakupan Pembinaan UKBM Dilihat Melalui Persentase
(%)_Posyandu Purnama dan Mandiri adalah persentase jumlah
posyandu Purnama dan Mandiri yang ada di wilayah kerja
Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun.

Satuan :
Persen (%)

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 17


Sasaran :
Jumlah seluruh Posyandu di wilayah kerja Puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun

Target :
65% Purnama dan Mandiri

Cara Perhitungan :
Cakupan
Pembinaan Jumlah Posyandu Purnama dan
UKBM Dilihat Mandiri di wilayah kerja Puskesmas
Melalui dalam kurun waktu satu tahun
= x 100%
Persentase Jumlah seluruh Posyandu di wilayah
Posyandu kerja Puskesmas dalam kurun
Purnama dan waktu satu tahun
Mandiri

Pembuktian/Sumber Data :
- Catatan
- Register Penyuluhan

Rujukan :
- Pengelolaan Posyandu., Depkes RI, Jakarta

1.A.7. Cakupan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat Dilihat


Melalui Persentase (%) Desa Siaga Aktif (untuk Kabupaten)/
RW Siaga Aktif (untuk kota)

Pengertian :
- Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan
sumber daya dan kemampuan untuk mencegah dan
mengatasi masalah kesehatan secara mandiri. Pengertian desa
ini dapat berarti kelurahan atau nagari atau istilah-istilah lain
bagi satuan administrasi pemerintahan setingkat desa.

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 18


Definisi Operasional :
Cakupan Desa/RW Siaga Aktif adalah desa/RW yang telah
melaksanakan minimal 5 indikator yaitu (1) Forum masyarakat
desa berperan sebagai penggerak pemberdayaan masyarakat, (2)
masyarakat akses ke sarana pelayanan kesehatan dasar
(Poskesdes/UKBM lain/sarana kesehatan lainnya) yang buka
setiap hari, (3) masyarakat akses ke tenaga kesehatan di desa
(minimal seorang bidan), (4) terlaksananya surveilans berbasis
masyarakat tentang KIA, gizi, penyakit, faktor risiko lingkungan,
faktor risiko perilaku, dan lain-lain.), (5) kesiagaan
kegawatdaruratan dan bencana.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Seluruh desa siaga di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
waktu satu tahun.

Target :
60% desa/RW siaga

Cara Perhitungan :
Cakupan Pembinaan
Pemberdayaan Jumlah desa/RW siaga aktif di
Masyarakat Dilihat wilayah kerja Puskesmas dalam
Melalui Persentase = kurun waktu satu tahun x 100%
(%) Desa Siaga Aktif Jumlah seluruh desa/RW siaga di
(Kabupaten)/RW wilayah kerja Puskesmas dalam
Siaga Aktif (Kota) kurun waktu satu tahun

Pembuktian/Sumber Data :
- Catatan
- Register Penyuluhan
- Pemetaan desa siaga

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 19


Rujukan :
- Pengembangan Desa Siaga melalui Kabupaten/ Kota., Promkes
Jabar., Dinkes Jabar., Bandung

1.A.8. Cakupan Pemberdayaan Individu/ Keluarga melalui


Kunjungan Rumah

Pengertian :
- Kunjungan rumah merupakan kegiatan yang di lakukan oleh
petugas kesehatan sebagai tindak lanjut upaya promosi
kesehatan di dalam gedung puskesmas yang telah di lakukan
kepada pasien/keluarga atau dilakukan terhadap keluarga
yang karena masalahnya memerlukan pembinaan.

Definisi Operasional :
Cakupan kunjungan rumah adalah persentase kegiatan KIP/K
yang dilakukan petugas Puskesmas terhadap individu/keluarga
yang dilakukan di rumahnya di wilayah kerja Puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Seluruh sasaran yang mendapatkan KIP/K di klinik khusus/klinik
sehat di Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun (lihat 1.A.1.)

Target :
50% pengunjung klinik khusus/sasaran Puskesmas.

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 20


Cara Perhitungan :
Jumlah rumah yang dikunjungi
Cakupan
oleh Petugas Puskesmas di
Pemberdayaan
wilayah kerja Puskesmas dalam
Individu/ Keluarga
kurun waktu satu tahun x 100%
melalui Kunjungan =
Jumlah seluruh sasaran KIP/K di
Rumah
wilayah kerja Puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun

Pembuktian/Sumber Data :
- Catatan
- Register penyuluhan

Rujukan :
- Kep. Menkes RI No. 585/ Menkes/ SK/ V/2007, Pedoman
Pelaksanaan Promkes di Puskesmas., Pusat Promkes Depkes –
Jakarta.
- Panduan Promkes dalam Peningkatan PHBS di
Puskesmas.,Pusat Promkes, 2006.

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 21


1.B. UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN

1.B.1. Cakupan Pengawasan Rumah Sehat

Pengertian :
- Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat
tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.
- Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi
syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban sehat,
sarana air bersih, pembuangan sampah, sarana pembuangan
air limbah, ventilasi yang baik, kepadatan hunian rumah yang
sesuai dan lantai yang tidak terbuat dari tanah (kedap air).
- Syarat rumah sehat:
1. Pencahayaan : cukup, terang di semua ruangan untuk
membaca
2. Atap : tidak bocor
3. Dinding : bersih, kering dan kuat
4. Tersedia jamban keluarga yang sehat
5. Tersedia air bersih
6. Pengudaraan : segar, banyak udara yang masuk
7. Lantai : bersih, teratur, rapih, ada dinding
pemisah, bebas tikus dan nyamuk
8. Ada sarana pembuangan air limbah

Difinisi Operasional :
Cakupan rumah sehat adalah persentase jumlah rumah sehat
yang ada di wilayah kerja Puskesmas pada kurun waktu 1 tahun.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah rumah penduduk yang ada di wilayah kerja Puskesmas
dalam kurun waktu satu tahun.

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 22


Target :
75%

Cara Penghitungan :
Cakupan Jumlah rumah sehat di suatu wilayah kerja
Pengawasan Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun
= x 100%
Rumah Sehat Jumlah rumah yang ada di wilayah kerja
Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber Data :


- Buku catatan kegiatan di lapangan
- Buku Kunjungan Lapangan
- Register Kesehatan Lingkungan
- Register Penyuluhan
- Laporan LB4, LSD

Rujukan :
- Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/II/1999 Tentang Kesehatan
Perumahan
- Pedoman SP3
- Buku Pedoman Kerja Puskesmas Kegiatan Kesehatan
Lingkungan Jilid IV
- Pedoman Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

1.B.2. Cakupan Pengawasan Sarana Air Bersih

Pengertian :
- Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari, seperti minum/masak serta mandi/cuci dll.
- Air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari yang
dalam penggunaannya harus dimasak dahulu (masak dan
minum)
- Persyaratan fisik air bersih : jernih, tidak berbau dan tidak
berasa

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 23


- Persyaratan bakteriologis : tidak mengandung E. Coli.
- Air bersih dapat diperoleh dari sarana air berupa sarana air
bersih berupa: nonperpipaan seperti SGL (sumur gali), sumur
pompa tangan (SPT), sarana air bersih perpipaan (seperti: kran
umum, hidran umum, terminal air), penampungan mata air
(PAH),dll.

Difinisi Operasional :
Cakupan pengawasan sarana air bersih adalah persentase jumlah
sarana air bersih yang diperiksa di wilayah kerja Puskesmas pada
kurun waktu satu tahun.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Sarana air bersih yang ada di wilayah kerja Puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun

Target :
80%

Cara Perhitungan :
Jumlah sarana air bersih yang diperiksa
Cakupan ada di wilayah kerja Puskesmas dalam
Pengawasan kurun waktu satu tahun
= x 100%
Sarana Air Jumlah Sarana air bersih yang ada di
Bersih wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber Data :


- Buku catatan kegiatan di lapangan
- Buku Kunjungan Lapangan
- Register Kesehatan Lingkungan
- Register Penyuluhan

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 24


- Laporan LB4, LSD

Rujukan :
- Kepmenkes RI No. 416/Kepmen./1990 Tentang Air Bersih
- Pedoman SP3
- Buku Pedoman Kerja Puskesmas Kegiatan Kesehatan
Lingkungan Jilid IV
- Pedoman Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

1.B.3. Cakupan Pengawasan Jamban

Pengertian :
- Jamban merupakan fasilitas pembuangan tinja yang
digunakan oleh keluarga ( 1 jamban untuk 5 orang ).
- Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja dan
menggunakan septic tank dengan sarana air bersih.
- Jamban terdiri dari 3 bagian: rumah jamban, lubang jamban
dan tempat penampungan tinja yang disebut septic tank.
- Kriteria jamban sehat: ruangan cukup leluasa untuk bergerak,
pencahayaan dan ventilasi cukup, lantai tidak licin, tidak
menjadi sarang serangga, septi tank sekurang-kurangnya 10 m
dari sumber air.

Difinisi Operasional :
Cakupan pengawasan jamban adalah persentase jumlah jamban
yang diperiksa di wilayah kerja Puskesmas pada kurun waktu
satu tahun.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah sarana jamban yang ada di wilayah kerja Puskesmas
dalam kurun waktu satu tahun

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 25


Target :
75%

Cara Perhitungan :
Jumlah jamban diperiksa di wilayah kerja
Cakupan Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun
Pengawasan = Jumlah sarana jamban yang ada di wilayah x 100%
Jamban kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu
tahun

Pembuktian/ Sumber Data :


- Buku catatan kegiatan di lapangan
- Buku Kunjungan Lapangan
- Register Kesehatan Lingkungan
- Register Penyuluhan
- Laporan LB4, LSD

Rujukan :
- Kepmenkes RI No. 852/Menkes/SK/IX/2008 Tentang sanitasi
Total Berbasis Masyarakat
- Pedoman SP3
- Buku Pedoman Kerja Puskesmas Kegiatan Kesehatan
Lingkungan Jilid IV
- Pedoman Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

1.B.4. Cakupan Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU)

Pengertian :
- Tempat umum adalah suatu bangunan atau tempat yang
dipergunakan untuk sarana pelayanan umum.
- Suatu tempat yang dimanfaatkan oleh masyarakat umum
seperti: hotel, terminal, pasar, rumah sakit, pertokoan, depot
air minum isi ulang, bioskop, tempat wisata, kolam renang,
tempat ibadah, restoran.

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 26


- Tempat umum yang memenuhi syarat : terpenuhinya sanitasi
dasar (seperti air, jamban, limbah, sampah), terlaksananya
pengendalian vektor, pencahayaan dan ventilasi sesuai dengan
kriteria atau persyaratan atau standar kesehatan.

Difinisi Operasional :
Cakupan pengawasan tempat-tempat umum adalah persentase
jumlah TTU yang diperiksa di wilayah kerja Puskesmas pada
kurun waktu satu tahun.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah Tempat-tempat umum yang ada di wilayah kerja
Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Target :
75%

Cara Perhitungan :
Jumlah TTU diperiksa yang ada di
Cakupan wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
Pengawasan waktu satu tahun
= x 100%
Tempat-Tempat Jumlah Tempat-tempat umum yang
Umum (TTU) ada di wilayah kerja Puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun

Pembuktian / Sumber Data :


- Buku catatan kegiatan di lapangan
- Buku kunjungan lapangan
- Register Kesehatan Lingkungan
- Register Penyuluhan
- Laporan LB4, LSD

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 27


Rujukan :
- Kepmenkes RI Tentang Rumah Sakit, Kepmenkes RI Tentang
Hotel
- Pedoman SP3
- Buku Pedoman Kerja Puskesmas Kegiatan Kesehatan
Lingkungan Jilid IV
- Pedoman Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

1.B.5. Cakupan Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan (TPM)

Pengertian :
- Tempat pengolahan makanan (TPM) merupakan suatu
bangunan yang dipergunakan untuk mengelola makanan.
- Suatu tempat yang dimanfaatkan oleh masyarakat umum
seperti : pengrajin makanan, jasaboga, pembuat kue, dll.
- TPM yang memenuhi syarat: terpenuhinya sanitasi dasar
(seperti: air, jamban, limbah, sampah), terlaksananya
pengendalian vektor, higiene sanitasi makanan minuman,
pencahayaan, dan ventilasi sesuai dengan kriteria, persyaratan
atau standar kesehatan.

Difinisi Operasional :
Cakupan pengawasan TPM adalah persentase jumlah TPM yang
diperiksa di wilayah kerja Puskesmas pada kurun waktu 1 tahun.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah TPM yang ada di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
waktu satu tahun

Target :
75%

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 28


Cara Perhitungan :
Jumlah TPM diperiksa yang ada di
Cakupan
wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
Pengawasan
waktu satu tahun
Tempat = x 100%
Jumlah TPM yang ada di wilayah kerja
Pengolahan
Puskesmas dalam kurun waktu satu
Makanan (TPM)
tahun

Pembuktian/ Sumber Data :


- Buku catatan kegiatan di lapangan
- Buku kunjungan lapangan
- Register Kesehatan Lingkungan
- Register Penyuluhan
- Laporan LB4, LSD

Rujukan :
- Kepmenkes RI No.715 Tentang Jasaboga
- Pedoman SP3
- Buku Pedoman Kerja Puskesmas Kegiatan Kesehatan
Lingkungan Jilid IV
- Pedoman Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota

1.B.6. Cakupan Pengawasan Industri

Pengertian :
- Pengawasan kesehatan lingkungan kerja perkantoran atau
industri dilaksanakan secara berkala sekurang-kurangnya 1
(satu) kali dalam setahun.
- Pengawasan kesehatan lingkungan kerja meliputi penyehatan
air, penyehatan udara, pengelolaan limbah, pencahayaan,
kebisingan, getaran, radiasi, pengendalian vector penyakit,
penyehatan ruang dan bangunan, instalasi serta pengawasan
kebersihan toilet dan lain-lain yang dianggap perlu baik secara

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 29


fisik maupun laboratories dengan menggunakan formulir
pengawasan.

Difinisi Operasional :
Cakupan pengawasan industri adalah persentase pengawasan
industri yang dilaksanakan oleh petugas Puskesmas yang ada di
wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah industri yang ada di wilayah kerja Puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun

Target :
75%

Cara Perhitungan :

Jumlah industri diperiksa oleh Petugas


Cakupan
Puskesmas yang ada di wilayah kerja
Pengawasan
= Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun x 100%
Industri
Jumlah industri yang ada di wilayah kerja
Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber Data :


- Buku catatan kegiatan di lapangan
- Buku kunjungan lapangan
- Register Kesehatan Lingkungan
- Register Penyuluhan
- Laporan LB4, LSD

Rujukan :
- Pedoman SP3

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 30


- Buku Pedoman Kerja Puskesmas Kegiatan Kesehatan
Lingkungan Jilid IV
- Profil Kesehatan

1.B.7. Cakupan Kegiatan Klinik Sanitasi

Pengertian :
- Klinik sanitasi merupakan suatu wahana masyarakat yang
dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan untuk
pemberantasan penyakit dengan bimbingan, penyuluhan dan
bantuan teknis dari petugas puskesmas.
- Klinik sanitasi bukan sebagai unit pelayanan yang berdiri
sendiri, tetap sebagai bagian integral dari kegiatan Puskesmas

Difinisi Operasional :
Cakupan konseling Klinik Sanitasi adalah persentase konseling
yang diberikan oleh petugas Puskesmas pada penderita Penyakit
Berbasis Lingkungan/ klien di Puskesmas dalam kurun waktu satu
tahun

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah penderita Penyakit Berbasis Lingkungan dan klien di
Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Target :
25%

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 31


Cara Perhitungan :
Jumlah penderita Penyakit Berbasis
Lingkungan/ klien yang mendapatkan
Cakupan konseling oleh Petugas Puskesmas di
Kegiatan Klinik = Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun x 100%
Sanitasi Jumlah penderita Penyakit Berbasis
Lingkungan/ klien di Puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber Data :


- Register/ Buku Catatan Penyakit Berbasis Lingkungan/ Klien di
klinik sanitasi
- Buku Bantu Petugas

Rujukan :
- Standar Prosedur Operasional Klinik
- Panduan Konseling bagi Petugas Klinik Sanitasi

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 32


1.C. UPAYA KIA DAN KB

KESEHATAN IBU

1.C.1. Cakupan Kunjungan ibu Hamil K4

Pengertian :
- Ibu Hamil adalah ibu yang mengandung sampai dengan usia
kehamilan 42 minggu
- Ibu Hamil K-4 adalah Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan
distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah
minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada
triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur
kehamilan.
- Kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah
Pelayanan yang mencakup minimal :
(1) Timbang badan dan ukur tinggi badan
(2) Ukur tekanan darah,
(3) Skrining status imunisasi tetatnus (dan pemberian Tetanus
Tokosid),
(4) (ukur) Tinggi fundus uteri,
(5) Pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan),
(6) Temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling),
(7) Tes Laboratorium sederhana (Hb, Protein urin) dan atau
berdasarkan indikasi (HbsAG, Sifilis, HIV, Malaria, TBC).

Difinisi Operasional :
Cakupan kunjungan Ibu Hamil K-4 adalah Cakupan ibu hamil
yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan
standar paling sedikit 4 kali di wilayah kerja Puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun.

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 33


Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah sasaran ibu hamil dihitung berdasarkan estimasi yang
ditentukan oleh BPS Kab/Kota

Target :
85,52 % (Renstra Dinkes tahun 2010)

Cara Penghitungan :
Jumlah ibu hamil yang memperoleh
pelayanan antenatal K4 di wilayah
kerja Puskesmas pada kurun waktu
Cakupan
satu tahun
Kunjungan = x 100%
Jumlah sasaran ibu hamil di wilayah
ibu Hamil K4
kerja Puskesmas dalam kurun waktu
satu tahun
Pembuktian/ Sumber Data :
- SP3 Puskesmas (LB 3)
- Kohort ibu
- Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)-KIA

Rujukan :
- Buku Pedoman Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) tahun 2008
- Buku Pegangan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal tahun 2002
- Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) tahun 2009
- Pedoman pelayanan kebidanan dasar berbasis HAM dan
keadilan gender tahun 2004
- Pedoman pemberian tablet besi -folat dan sirup besi bagi
petugas Depkes tahun 1999
- Booklet anemia Gizi dan tablet tambah darah untuk WUS
- Buku KIA tahun 2006

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 34


- Pedoman pelayanan IMS/ISR pada pelayanan Kespro terpadu
tahun 2006
- Pedoman PMTCT tahun 2006
- Pedoman pencegahan dan penanganan Malaria pada ibu
hamil tahun 2006
- Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi

1.C.2. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Pengertian :
- Pertolongan Persalinan adalah Proses pelayanan persalinan
dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan
- Tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah
Tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan klinis kebidanan
sesuai standar

Definisi Operasional :
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah
Persentase ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kopetensi
kebidanan di wilayah kerja Puskesmas pada kurun waktu satu
tahun.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah sasaran Ibu Bersalin yang dihitung melalui estimasi yang
ditentukan oleh BPS Kab/Kota

Target :
80,44 % (Renstra Dinkes tahun 2010)

Cara Perhitungan :

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 35


Jumlah ibu bersalin yang ditolong oleh
Cakupan
tenaga kesehatan di wilayah kerja
pertolongan
Puskesmas pada kurun waktu satu tahun
persalinan
= Jumlah seluruh sasaran ibu bersalin di x 100%
oleh tenaga
wilayah kerja Puskesmas pada kurun waktu
kesehatan
satu tahun
Pembuktian/ Sumber Data :
- SP3 Puskesmas (LB 3)
- Kohort ibu
- Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)-KIA
- SIRS (RSUD dan swasta)

Rujukan :
- Buku Pegangan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal tahun 2002
- Acuan Asuhan Persalinan Normal/ APN tahun 2007
- PWS – KIA tahun 2009
- SPK tahun 2003

1.C.3. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani

Pengertian :
- Komplikasi yang dimaksud adalah Kesakitan pada ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan
atau bayi
- Komplikasi dalam kehamilan :
1. Abortus
2. Hiperemesis Gravidarum
3. Perdarahan per-vaginan
- Pendarahan ante partum Hamil muda (TI) Abb, KET; Hamil Tua
(TIII) placenta previa, solucio placenta.
1. Hipertensi dalam kehamilan (preeklamsi, eklamsia)
2. Kehamilan lewat waktu
3. Ketuban pecah dini
- Komplikasi dalam persalinan :

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 36


1. Kelaianan letak/ presentasi janin
2. Partus macet/ distosia
3. Hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia, eklamsia)
4. Perdarahan pasca persalinan (dalam 24 jam pertama)
5. Infeksi berat/ sepsis
6. Kontraksi dini/ persalinan prematur
7. Kehamilan ganda
- Komplikasi dalam Nifas :
1. Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia)
2. Infeksi Nifas
3. Perdarahan Post Partum Lanjut (>24 jam)
- Ibu hamil, ibu bersalin dan Nifas dengan komplikasi yang
ditangani adalah ibu hamil, bersalin dan nifas dengan
komplikasi yang mendapat pelayanan sesuai standar pada
tingkat pelayanan dasar (Polindes, Puskesmas, PONED, dan
RB/RS) dan rujukan.

Difinisi Operasional :
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani adalah Ibu dengan
komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu yang mendapat penanganan definitif sesuai dengan
standar oleh tenaga kesehatan terlatih pada tingkat pelayanan
dasar (Polindes, Puskesmas).

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan di wilayah kerja
Puskesmas pada kurun waktu satu tahun : dihitung berdasarkan
angka estimasi 20% dari total ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas pada kurun waktu satu tahun

Target :

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 37


63,42% (Renstra Dinkes tahun 2010)

Cara Penghitungan :
Jumlah komplikasi kebidanan yang
Cakupan mendapatkan penanganan definitif di
komplikasi wilayah kerja Puskesmas pada kurun
kebidanan = waktu satu tahun x 100%
yang 20% jumlah ibu hamil yang ada di
ditangani wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber data :


- SP3 Puskesmas (LB 3)
- Kohort Ibu
- PWS KIA
- SIMPUS dan SIRS (RSUD dan swasta)

Rujukan :
- Buku Pegangan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal tahun 2002
- Buku KIA tahun 2006
- Buku Acuan pelatihan PONED tahun 2007
- Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) tahun 2003
- PWS – KIA tahun 2004
- Pedoman Pengembangan PONED tahun 2004
- Pedoman AMP tahun 2002

1.C.4. Cakupan Pelayanan Nifas

Pengertian :
- Nifas adalah Periode mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pasca
persalinan
- Pelayanan nifas sesuai standar adalah Pelayanan kepada ibu
nifas sedikitnya 3 kali, pada 6 jam pasca persalinan s.d 3 hari;
pada minggu ke-2, dan pada minggu ke-4 termasuk

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 38


pemberian Vitamin A dua kali serta persiapan dan/ atau
pemasangan KB Pasca Persalinan
- Dalam Pelaksanaan pelayanan nifas dilakukan juga pelayanan
neonatus sesuai standar sedikitnya 3 kali, pada 6-24 jam
setelah lahir, pada 3-7 hari pada 8-28 hati setelah lahir yang
dilakukan difasilitas kesehatan maupun kunjungan rumah.

Difinisi Operasional :
Cakupan pelayanan nifas adalah Pelayanan kepada ibu dan
neonatal pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca
persalinan sesuai standar.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah seluruh ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
waktu satu tahun.

Target :
84% (RPJMN)

Cara Penghitungan :
Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh 3 kali
Cakupan
pelayanan nifas sesuai standar di wilayah kerja
Pelayanan Puskesmas pada kurun waktu satu tahun
Nifas = x 100%
Seluruh ibu bersalin di wilayah kerja
Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber Data :


- SP3 Puskesmas (LB 3)
- Kohort ibu; PWS –KIA
- SIRS (RSUD dan Swasta)

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 39


Rujukan :
- Buku Pedoman Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) tahun 2008
- Buku Pegangan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal tahun 2002
- Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) tahun 2003
- PWS – KIA tahun 2004
- Pedoman pelayanan kebidanan dasar berbasis HAM dan
keadilan gender tahun 2004
- Buku Pedoman Pemberian Vit A pada ibu Nifas tahun 2005

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 40


KESEHATAN ANAK

1.C.5. Cakupan Kunjungan Neonatus 1 (KN1)

Pengertian :
- Neonatal adalah periode mulai 6 jam sampai dengan 28 hari
setelah kelahiran.
- Pelayanan KN sesuai standar adalah pelayanan kepada
Neonatus sedikitnya 3 kali, pada 6 jam s.d 48 jam setelah lahir
(KN 1); pada hari ke 3 s/d 7 (KN 2), dan hari ke 8 – 28 hari (KN
3).
- Jumlah seluruh neonatus di hitung melalui estimasi dengan
rumus: Crude Birth Rate (CBR) x Jumlah Penduduk . Angka
CBR dan jumlah penduduk Kab/Kota didapat dari data BPS
masing – masing Kab/Kota/Provinsi pada kurun waktu
tertentu.
- Pelayanan kesehatan neonatal adalah pelayanan kesehatan
neonatal dasar sesuai standar Manajemen Terpadu Bayi Muda
(MTBM) (termasuk ASI ekslusif, pencegahan infeksi berupa
perawatan mata, perawatan tali pusat, pemberian vitamin K1
injeksi bila tidak diberikan pada saat lahir, pemberian
imunisasi hepatitis B1 (bila tidak diberikan pada saat lahir).
- Pelayanan neonatal adalah pelayanan kepada neonatus pada
masa 6 jam sampai dengan 28 hari setelah kelahiran sesuai
standar di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu
tahun.

Difinisi Operasional :
Cakupan KN 1 adalah cakupan neonatus yang mendapatkan
pelayanan sesuai standar pada 6-48 jam setelah lahir di wilayah
kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun.

Satuan :

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 41


Persen (%)

Sasaran :
Jumlah sasaran bayi di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
waktu satu tahun

Target :
84 % (RPJMN)

Cara Penghitungan :
Jumlah neonatus yg telah memperoleh pelayanan
Kunjungan Neonatal pada masa 6-48 jam setelah
lahir sesuai standar di wilayah kerja Puskesmas
Cakupan
= dalam waktu satu tahun x 100%
KN 1
Seluruh sasaran bayi di wilayah kerja puskesmas
dalam kurun waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber data :


- SP3 Puskesmas (LB 3)
- Kohort Bayi
- Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)-KIA

Rujukan :
- Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit tahun 2008
- Pedoman Pemberian Injeksi Vitamin K1
- Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
- Pedoman Pelaksanaan Program Imunisasi
- Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) tahun 2003;
- PWS – KIA tahun 2009

1.C.6. Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap (KN Lengkap)

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 42


Pengertian :
- Neonatal adalah periode mulai 6 jam sampai dengan 28 hari
setelah kelahiran.
- Pelayanan KN sesuai standar adalah pelayanan kepada
Neonatus sedikitnya 3 kali, pada 6 jam s.d 48 jam setelah lahir
(KN 1); pada hari ke 3 s/d 7 (KN 2), dan hari ke 8 – 28 hari (KN
3).
- Jumlah seluruh neonatus di hitung melalui estimasi dengan
rumus: Crude Birth Rate (CBR) x Jumlah Penduduk . Angka
CBR dan jumlah penduduk Kab/Kota didapat dari data BPS
masing – masing Kab/Kota/Provinsi pada kurun waktu
tertentu.
- Pelayanan kesehatan neonatal adalah pelayanan kesehatan
neonatal dasar sesuai standar manajemen terpadu bayi muda
(MTBM) (termasuk ASI ekslusif, pencegahan infeksi berupa
perawatan mata, perawatan tali pusat, pemberian vitamin K1
injeksi bila tidak diberikan pada saat lahir, pemberian
imunisasi hepatitis B1 (bila tidak diberikan pada saat lahir).
- KN 1 = Jumlah neonatus yang telah memperoleh 1 kali
pelayanan Kunjungan Neonatal pada 6-48 jam sesuai standar
di wilayah kerja puskesmas dalam satu tahun.
- Pelayanan neonatal adalah pelayanan kepada neonatus pada
masa 6 jam sampai dengan 28 hari setelah kelahiran sesuai
standar di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu
tahun.

Difinisi Operasional :
Cakupan KN Lengkap adalah cakupan neonatus yang telah
memperoleh 3 kali pelayanan Kunjungan Neonatal pada 6-48
jam, 3-7 hari, 8-28 hari sesuai standar (3 kali pelayanan) di
wilayah kerja puskesmas dalam waktu satu tahun

Satuan :

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 43


Persen (%)

Sasaran :
Jumlah sasaran bayi di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
waktu satu tahun

Target :
80 % (RPJMN)

Cara Penghitungan :
Jumlah neonatus yang telah memperoleh 3 kali
pelayanan Kunjungan Neonatal (KN) pada 6-48
jam, 3-7 hari, 8-28 hari sesuai standar di wilayah
Cakupan
= kerja puskesmas dalam waktu satu tahun X 100%
KN Lengkap
Seluruh sasaran bayi di wilayah kerja puskesmas
dalam kurun waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber data :


- SP3 Puskesmas (LB 3)
- Kohort Bayi
- Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)-KIA

Rujukan :
- Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit tahun 2008
- Pedoman Pemberian Injeksi Vitamin K1
- Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
- Pedoman Pelaksanaan Program Imunisasi
- Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) tahun 2003;
- PWS – KIA tahun 2009

1.C.7. Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang ditangani

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 44


Pengertian :
- Neonatus adalah bayi berumur 0 – 28 hari.
- Neonatus dengan komplikasi adalah neonatus dengan
penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan,
kecacatan dan kematian. Neonatus dengan komplikasi seperti
asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum,
infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (bayi berat lahir rendah <
2500 gr ), sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital
maupun yang termasuk klasifikasi kuning pada MTBM/MTBS.
- Neonatus dengan komplikasi yang ditangani adalah neonatus
komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan
yang terlatih, dokter, bidan dan perawat di sarana pelayanan
kesehatan.
- Perhitungan sasaran neonatus dengan komplikasi : dihitung
berdasarkan 15% dari jumlah bayi baru lahir.
- Sarana Pelayanan Kesehatan adalah polindes, praktek bidan,
puskesmas, puskesmas perawatan/PONED, rumah bersalin
dan rumah sakit pemerintah/swasta.
- Penanganan definitif adalah pemberian tindakan akhir pada
setiap kasus komplikasi neonatus yang pelaporannya dihitung
satu kali pada masa neonatal. Kasus komplikasi yang ditangani
adalah seluruh kasus yang ditangani tanpa melihat hasilnya
(hidup atau mati).

Difinisi Operasional :
Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani adalah
neonatus dengan komplikasi di wilayah kerja puskesmas pada
kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh
tenaga kesehatan terlatih di sarana pelayanan kesehatan.

Satuan :
Persen (%)

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 45


Sasaran :
Sasaran neonatus dengan komplikasi : dihitung berdasarkan 15%
dari jumlah sasaran bayi

Target :
34,93 % (Renstra Dinkes 2010)

Cara Penghitungan :
Cakupan Jumlah neonatus dengan komplikasi yang
neonatus ditangani di wilayah kerja Puskesmas
dengan dalam kurun waktu satu tahun x 100%
=
komplikasi 15% dari sasaran bayi yang ada di
yang wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
ditangani waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber Data :


- SIMPUS
- Laporan pelaksanaan audit Maternal dan perinatal.

Rujukan :
- Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), tahun 2008;
- Modul Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), tahun
2006;
- Modul Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir, tahun 2006;
- Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), tahun 2009;
- Pedoman pelaksanaan program imunisasi di Indonesia;
- Pedoman Pemantauan Wilayah setempat (PWS-KIA), tahun
2004;

1.C.8. Cakupan Kunjungan Bayi

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 46


Pengertian :
- Bayi adalah anak berumur 29 hari – 11 bulan.
- Cakupan kunjungan bayi adalah Cakupan kunjungan bayi umur
29 hari – 11 bulan di sarana pelayanan kesehatan
(polindes/poskesdes, pustu, puskesmas) maupun di luar
gedung (rumah, posyandu) oleh tenaga kesehatan.
- Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali
yaitu satu kali pada umur 29 hari - 2 bulan, 1 kali pada umur 3-
5 bulan, 1 kali pada umur 6-8 bulan, dan 1 kali pada umur 9-
11 bulan.
- Pelayanan Kesehatan tersebut meliputi pemberian imunisasi
dasar (BCG, DPT/ HB1-3, Polio 1-4, Campak), Stimulasi Deteksi
Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) bayi dan
penyuluhan perawatan kesehatan bayi
- Penyuluhan perawatan kesehatan bayi meliputi : konseling ASI
eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI sejak usia 6
bulan, perawatan dan tanda bahaya bayi sakit (sesuai MTBS),
pemantauan pertumbuhan dan perkembangan, serta
pemberian vitamin A kapsul biru pada usia 6 – 11 bulan.

Difinisi Operasional :
Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan bayi yang memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh dokter, bidan,
dan perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan, paling
sedikit 4 kali di wilayah kerja puskesmas dalam kurun waktu
satu tahun.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 47


Jumlah seluruh bayi lahir hidup di wilayah kerja Puskesmas
dalam kurun waktu satu tahun

Target :
80,85 % (Renstra Dinkes 2010)

Cara Penghitungan :

Jumlah bayi yang memperoleh pelayanan


Cakupan kesehatan sesuai standar disatu wilayah kerja
kunjungan = pada kurun waktu tertentu x 100%
bayi Jumlah seluruh sasaran bayi di wilayah kerja
puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber Data :


- SIMPUS (Kohort bayi, PWS KIA)

Rujukan :
- Modul manajemen terpadu balita sakit (MTBS) tahun 2008.
- Buku KIA tahun 2009
- Pedoman pelaksanaan program imunisasi di Indonesia tahun
2005
- Modul Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK) Anak tahun 2006.
- Pedoman pelatihan konseling menyusui tahun 2007

1.C.9. Cakupan Pelayanan Anak Balita

Pengertian :
- Anak balita adalah anak berumur 12 – 59 bulan
- Setiap anak balita memperoleh pelayanan pemantauan
pertumbuhan minimal 8 x dalam setahun, pemantauan
perkembangan minimal 2 x setahun, pemberian vitamin A 2 x
setahun yang tercatat di Kohort Anak Balita dan Pra Sekolah,
Buku KIA/KMS, atau buku pencatatan dan pelaopran lainnya.

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 48


Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau
berat badan anak balita di bawah garis merah harus dirujuk ke
sarana pelayanan kesehatan untuk menentukan status gizinya
dan upaya tindak lanjut.
- Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan setiap anak
usia 12 – 59 bulan dilaksanakan melalui pelayanan Stimulasi
Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan) dan tercatat pada
Kohort Anak Balita dan Prasekolah atau pencatatan pelaporan
lainnya. Pelayanan SDIDTK dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan
petugas sektor lain yang dalam menjalankan tugasnya
melakukan stimulasi dan deteksi dini penyimpangan tumbuh
kembang anak di Posyandu, Taman Bermain, Pos PAUD, Taman
Penitipan Anak dan Taman Kanak-Kanak, serta Raudatul Athfal
dll.
Pemantauan pertumbuhan meliputi pengukuran berat badan
pertinggi/panjang badan (BB/TB). Pemantauan perkembangan
meliputi penilaian perkembangan gerak kasar, gerak halus,
bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian,
pemeriksaan daya dengar, daya lihat. Jika ada keluhan atau
kecurigaan terhadap anak, dilakukan pemeriksaan untuk
gangguan mental emosional, autisme serta gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktifitas.
Bila ditemukan penyimpangan atau gangguan perkembangan
harus dilakukan rujukan kepada tenaga kesehatan yang lebih
memiliki kompetensi.
- Setiap anak balita usia 12 – 59 bulan memperoleh Vitamin A
dosis tinggi (200.000 IU) diberikan 2 kali pertahun (Bulan
Februari dan Agustus).

Difinisi Operasional :

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 49


Cakupan pelayanan anak balita adalah anak balita (12 – 59
bulan) yang memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan
minimal 8 x setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 x
setahun, pemberian Vitamin A 2 x setahun.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah seluruh anak balita di wilayah kerja Puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun

Target :
90 % (Renstra Dinkes 2010)

Cara Penghitungan :

Jumlah anak balita yang memperoleh


Cakupan pelayanan kesehatan sesuai standar disuatu
pelayanan = wilayah kerja pada kurun waktu tertentu x 100%
anak balita Jumlah seluruh anak balita di wilayah kerja
puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber Data :


- Kohort Anak Balita dan Pra-Sekolah
- Laporan rutin SKDN
- Buku KIA
- KMS
- Pencatatan pada Pos PAUD (Pemantauan Anak Usia Dini),
Taman Bermain, Taman Penitipan Anak, Taman Kanak-Kanak,
Raudatul Athfal dll.

Rujukan :
- Buku Standar Pemantauan Pertumbuhan
- Buku Pedoman Pelaksanaan SDIDTK anak

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 50


- Buku KIA
- Buku Pedoman Pemberian Vitamin A bagi Petugas
- Buku Pedoman Pendampingan Keluarga

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 51


KELUARGA BERENCANA
1.C.10. Cakupan Peserta KB Aktif

Pengertian :
- Peserta KB aktif adalah pasangan Usia Subur (PUS) yang salah
satu pasangannya masih menggunakan kontrasepsi dan
terlindungi oleh kontrasepsi tersebut
- PUS adalah pasangan suami istri , yang istrinya berusia 15-49
tahun

Difinisi Operasional :
Cakupan peserta KB Aktif adalah jumlah peserta KB Aktif
dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur (PUS) di
wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Seluruh pasangan usia subur di wilayah kerja Puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun

Target :
57,55% (Renstra Dinkes 2010)

Cara Penghitungan :
Jumlah PUS yang mengguanakan kontrasepsi di
wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu
Cakupan
tahun
Peserta KB = x 100%
Seluruh PUS di wilayah kerja Puskesmas dalam
Aktif
kurun waktu satu tahun

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 52


Pembuktian/ Sumber data :
- SP3 Puskesmas (LB 3)
- Form F2 KB

Rujukan :
- Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi (BP3K), 2007
- Panduan Baku Klinis Program Pelayanan KB
- Pedoman Penanggulangan efek samping/ komplikasi
kontrasepsi
- Pedoman Pelayanan Kontrasepsi Darurat
- Penyeliaan fasilitatif pelayanan KB, 2007
- Instrumen kajian materi mandiri pelayanan KB, 2007
- Panduan Audit Medik KB, 2004

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 53


1.D. UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

1.D.1. Cakupan Keluarga Sadar Gizi

Pengertian :
- Keluarga Sadar Gizi adalah Keluarga yang mampu mengenal,
mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap agotanya dan
berperilaku gizi baik yang dicirikan minimal dengan 5 (lima)
indikator sbb :
1. Menimbang berat badan secara teratur;
2. Memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir s/d umur 6
bulan;
3. Makan beraneka ragam;
4. Menggunakan garam beryodium;
5. Minum suplemen gizi (TTD, Vit.A dosis tinggi) sesuai
anjuran.

Definisi Operasional :
Cakupan keluarga Sadar Gizi adalah cakupan keluarga dengan
karekteristik keluarga sbb :
1. Bila Keluarga mempunyai ibu hamil, bayi 0 – 6 bulan, balita 6
– 59 bulan, indikator yang berlaku adalah indikator no 1 s/d 5
dan indikator ke 5 yang digunakan adalah balita mendapat
kapsul vitamin A;
2. Bila Keluarga mempunyai 0 – 6 bulan, balita 6 – 59 bulan,
indikator yang digunakan adalah indikator no 1 s/d 5;
3. Bila Keluarga mempunyai ibu hamil, balita 6 - 59 bulan
indikator yang digunakan adalah indikator no. 1, 2, 4 dan 5
dan indikator ke-5 yang digunakan adalah balita mendapat
kapsul vitamin A;
4. Bila Keluarga mempunyai ibu hamil, indikator yang digunakan
adalah no 3 s/d 5 dan indikator ke-5 yang digunakan adalah
ibu hamil mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) 90 tablet ;

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 54


5. Bila Keluarga mempunyai bayi 0-6 bulan, indikator yang
berlaku no. 1 s/d 5 dan indikator yang ke-5 yang digunakan
adalah ibu nifas mendapat suplemen gizi;
6. Bila keluarga mempunyai balita 6 - 59 bulan, indikator yang
berlaku adalah no. 1, 3,4,5;
7. Bila keluarga tidak mempunyai bayi, balita dan ibu hamil,
indikator yang berlku no.3 dan4

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Seluruh keluarga sesuai dengan karakteristik di atas di wilayah
kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Target :
100%

Cara Penghitungan :
Jumlah Keluarga yang Sadar Gizi di
wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
Cakupan
waktu satu tahun
keluarga Sadar = x 100%
Jumlah sasaran keluarga yang ada di
Gizi
wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber data :


- Laporan khusus pendataan PHBS tingkat puskesmas

Rujukan :
- Buku Pedoman Strategi KIE Kadarzi, Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 747/ Menkes/ SK/
VI/2007 tentang Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi Di
Desa Siaga

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 55


1.D.2. Cakupan Balita Ditimbang (D/S)

Pengertian :
- Balita adalah Anak berusia 0 - 59 bulan
- Ditimbang adalah Proses menimbang balita yang dilakukan
secara rutin setiap bulan di posyandu yang ada di suatu
wilayah kerja

Definisi Operasional :
Cakupan Balita Ditimbang (D/S) adalah Cakupan balita (0-59
bulan) yang datang ditimbang dibandingkan dengan jumlah
balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu
satu tahun.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Seluruh jumlah balita umur 0 – 59 bulan yang ada di wilayah
kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Target :
80%

Cara Penghitungan :
Jumlah balita yang datang ditimbang di
wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
Cakupan Balita
waktu satu tahun
Ditimbang = x 100%
Jumlah sasaran balita yang ada di
(D/S)
wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber data :


- Laporan LB3 Gizi tingkat Puskesmas

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 56


Rujukan :
- Buku Pedoman Pengisian SP3, PWS Gizi, SPM Bidang
Kesehatan bagi Kabupaten/Kota

1.D.3. Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A Bagi Bayi (6 - 11 bulan)

Pengertian :
- Cakupan Distribusi adalah Proporsi (%) bayi yang dapat kapsul
Vit.A satu kali dengan dosis 100.000 SI (kapsul warna biru)
- Kapsul Vitamin A adalah Kapsul Vitamin A dengan dosis
100.000 SI berwarna biru
- Bayi 6 - 11 Bulan adalah Anak usia 6 - 11 bulan

Definisi Operasional :
- Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A Bagi Bayi (6 - 11 bulan)
pada tahun (selama setahun) adalah cakupan bayi (6 - 11
bulan) yang mendapat kapsul vit.A dosis 100.000 SI (kapsul
warna biru) di wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Seluruh anak umur 6 – 11 bulan di wilayah kerja Puskesmas
dalam kurun waktu satu tahun

Target :
100%

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 57


Cara Penghitungan :
Cakupan Jumlah bayi umur 6 - 11 bulan yang
Distribusi dapat kapsul satu kali dengan dosis
Kapsul 100.000 SI (kapsul berwarna biru) selama
Vitamin A = 1 (satu) tahun di wilayah kerja Puskesmas x 100%
Bagi Bayi (6 – Jumlah sasaran bayi (0 - 11 bulan) selama
11 bulan) 1 (satu) tahun di wilayah kerja Puskesmas

Pembuktian/ Sumber data :


- Laporan LB3 Gizi tingkat Puskesmas
- Laporan khusus Distribusi Kapsul Vitamin A

Rujukan :
- Buku Pedoman Distribusi Kapsul Vitamin A

1.D.4. Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A Bagi Anak Balita (12 - 59


bulan)

Pengertian :
- Cakupan Distribusi adalah Proporsi (%) bayi yang dapat kapsul
Vit.A satu kali dengan dosis 100.000 SI (kapsul warna biru)
- Kapsul Vitamin A adalah Kapsul Vitamin A dengan dosis
100.000 SI berwarna biru
- Anak Balita adalah Anak usia 12 - 59 bulan

Definisi Operasional :
- Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A Bagi Anak Balita Bayi
(12 - 59 bulan) selama 1 (satu) tahun adalah Cakupan
(proporsi) anak balita (12 - 59 bulan) yang mendapat kapsul
vit.A dengan dosis 200.000 SI (kapsul warna merah) selama 1
(satu) tahun ( pada bulan Februari dan Agustus) yang ada di
wilayah kerja Puskesmas, untuk cakupan diambil yang
terendah antara Februari / Agustus.

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 58


- Cakupan Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A Bagi Anak
Balita Bayi (12 - 59 bulan) pada bulan Februari atau Agustus
adalah Cakupan (proporsi) anak balita (12 - 59 bulan) yang
mendapat kapsul vit.A dengan dosis 200.000 SI (kapsul warna
merah) pada bulan Februari atau Agustus di wilayah kerja
Puskesmas

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Seluruh anak balita usia 12 – 59 bulanyang ada di wilayah kerja
Puskesmas atau berdasarkan estimasi sasaran BPS Kabupaten/
Kota

Target :
90%

Cara Penghitungan :
Jumlah anak balita (umur 12 - 59 bulan)
Cakupan
yang mendapat kapsul Vit.A 200.000 SI
Distribusi
(kapsul warna merah) pada bulan
Kapsul
Februari dan Agustus yang ada di
Vitamin A
= wilayah kerja Puskesmas x 100%
Bagi Anak
Jumlah sasaran anak balita (12 - 59
Balita Bayi
bulan) yang ada di wilayah kerja
(12 - 59
Puskesmas dalam kurun waktu satu
bulan)
tahun

Pembuktian/ Sumber Data :


- Laporan LB3 Gizi tingkat Puskesmas
- Laporan khusus Distribusi Kapsul Vitamin A

Rujukan :
- Laporan khusus Distribusi Kapsul Vitamin A

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 59


1.D.5. Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A bagi Ibu Nifas

Pengertian :
- Cakupan Distribusi adalah Proporsi (%) ibu nifas dapat kapsul
Vit.A 2 (dua) kali dengan dosis @ 200.000 SI (kapsul warna
merah) yang masing-masing sebaiknya diberikan sesaat
setelah melahirkan dan 24 jam berikutnya setelah pemberian
yang pertama, di wilayah kerja Puskesmas
- Kapsul Vitamin A adalah Kapsul Vitamin A dengan dosis
200.000 SI berwarna merah
- Ibu Nifas adalah Ibu bersalin pada periode mulai 6 (enam) jam
sampai dengan 42 hari pasca persalinan

Definisi Operasional :
Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A bagi Ibu Nifas adalah
Cakupan (proporsi) ibu nifas (0 - 42 hari) yang mendapat 2 x 1
kapsul Vit.A 200.000 SI di wilayah kerja Puskesmas

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
- Seluruh ibu nifas yang ada di wilayah kerja (estimasi
perhitungan dari BPS Kab/Kota) atau
- Cara menghitung sasaran ibu Nifas : 1,05 x Crude Birth (CBR) x
Jumlah Penduduk

Target :
100%

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 60


Cara Penghitungan :
Jumlah ibu nifas yang mendapat 2 (dua)
Cakupan kapsul vitamin A dosis tinggi dalam
Distribusi wilayah kerja Puskesmas dalam waktu satu
Kapsul = tahun x 100%
Vitamin A Jumlah ibu nifas yang ada di wilayah kerja
bagi Ibu Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun
Nifas

Pembuktian/Sumber Data :
- Laporan LB3 Gizi tingkat Puskesmas /laporan khusus
Distribusi Kapsul Vitamin A

Rujukan :
- Buku Pedoman Distribusi Kapsul Vitamin A

1.D.6. Cakupan Distribusi Tablet Fe 90 tablet pada ibu hamil

Pengertian :
- Cakupan Distribusi adalah cakupan ibu hamil dapat tablet Fe
sebanyak 90 tablet selama kehamilan
- Ibu Hamil adalah Ibu hamil dengan umur kehamilan s/d 9
bulan

Definisi Operasional :
Cakupan Distribusi Tablet Fe 90 tablet pada ibu hamil adalah
cakupan Ibu hamil yang telah mendapat minimal 90 TTD (Fe3)
selama periode kehamilannya di wilayah kerja Puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun

Satuan :
Persen (%)

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 61


Sasaran :
Seluruh ibu hamil yang ada di wilayah kerja berdasarkan
perhitungan estimasi sasaran BPS Kabupaten/Kota atau Cara
Perhitungan : 1,1 x CBR x Jumlah penduduk

Target :
90%

Cara Penghitungan :
Cakupan Jumlah ibu hamil yang mendapat 90 TTD
Distribusi (Fe3) sampai dengan bulan berjalan
Kapsul (kumulatif) di wilayah kerja Puskesmas
= x 100%
Vitamin A Jumlah sasaran ibu hamil di wilayah kerja
bagi Ibu Puskesmas sampai dengan bulan berjalan
Nifas (jumlah sasaran/12 x bulan ke-..._)

Pembuktian/ Sumber data :


- Laporan LB3 Gizi tingkat Puskesmas
- PWS KIA
- Laporan khusus distribusi Tablet Tambah Darah

Rujukan :
- Buku Pedoman Distribusi Tablet Tambah Darah
- Buku PWS KIA
- SPM Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota berdasarkan
Peraturan Menkes RI Nomor 741/Menkes/PER/VII/2008

1.D.7. Cakupan Distribusi MP-ASI Baduta Gakin

Pengertian :
- Gakin adalah Kriteria dan keluarga miskin ditetapkan oleh
pemerintah setempat (kabupaten/kota)
- Baduta Gakin adalah Anak usia 6 - 11 bulan dan anak usia 6 -
24 bulan dari keluarga miskin (gakin)

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 62


- MP-ASI pabrikan adalah Berupa bubuk instan untuk bayi usia 6
- 11 bulan dan biskuit anak usia 12 - 24 bulan

Definisi Operasional :
Cakupan Distribusi MP-ASI Baduta Gakin adalah Cakupan
pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24
bulan dari keluarga miskin selama 90 hari

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Seluruh anak berusia 6 s/d 24 bulan dari keluarga miskin yang
ada di wilayah kerja berdasarkan perhitungan estimasi BPS
Kabupaten/Kota

Target :
100%

Cara Penghitungan :
Jumlah anak usia 6 - 24 bulan keluarga
Cakupan miskin yang mendapat MP-ASI di
Distribusi MP- wilayah kerja Puskesmas
= x 100%
ASI Baduta Jumlah seluruh anak usia 6 - 24 bulan
Gakin keluarga miskin yang ada di wilayah
kerja Puskesmas

Pembuktian/ Sumber data :


- LB3 Gizi Puskesmas
- R .1/ Laporan khusus MP-ASI

Rujukan :
- Juknis Pemberian MP-ASI

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 63


1.D.8. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan

Pengertian :
- Balita adalah Anak usia di bawah 5 tahun (0 s/d 4 tahun 11
bulan) yang ada di wilayah kerja Puskesmas

Definisi Operasional :
Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan adalah Balita
gizi buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai
tatalaksana gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas pada kurun
waktu satu tahun

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah seluruh balita gizi buruk yang ditemukan di wilayah kerja
Puskesmas pada kurun waktu satu tahun

Target :
100%

Cara Penghitungan :
Jumlah balita gizi buruk mendapat
Cakupan perawatan di sarana pelayanan kesehatan di
Distribusi wilayah kerja Puskesmas pada kurun waktu
MP-ASI = satu tahun x 100%
Baduta Jumlah seluruh balita gizi buruk yang
Gakin ditemukan di wilayah kerja Puskesmas pada
kurun waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber data :


- Laporan khusus kasus balita gizi
- Laporan LB3 Gizi Puskesmas

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 64


Rujukan :
- Buku Tata Laksana Gizi Buruk
- Buku SKD KLB Gizi

1.D.9. Cakupan ASI Eksklusif

Pengertian :
- ASI (Air Susu Ibu) Eksklusif adalah Pemberian ASI saja sampai
dengan anak umur 6 bulan (kecuali obat)

Definisi Operasional :
Cakupan ASI Eksklusif adalah Cakupan Bayi usia 6 bulan yang
mendapat ASI saja sampai dengan umur 6 bulan di satu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Seluruh bayi usia 6 bulan yang ada di wilayah kerja Puskesmas
pada kurun waktu satu tahunsesuai dengan perhitungan estimasi
BPS Kabupaten/Kota

Target :
90%

Cara Penghitungan :
Jumlah bayi umur 6 bulan dengan ASI
Esklusif di wilayah kerja Puskesmas pada
Cakupan ASI kurun waktu satu tahun
= x 100%
Eksklusif Jumlah bayi umur 6 bulan yang ada di
wilayah kerja Puskesmas pada kurun
waktu satu tahun

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 65


Pembuktian/ Sumber data :
- Laporan kohort bayi
- Laporan LB3 Gizi Puskesmas

Rujukan :
- PWS KIA
- Standar Pelayanan Kebidanan
- Buku Pedoman P4K tahun 2009
- Buku pegangan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 66


1.E. UPAYA PENCEGAHAN PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR

PELAYANAN IMUNISASI DASAR

1.E.1. Cakupan BCG

Pengertian :
- Bayi adalah anak berumur 0 - 11 bulan
- Cakupan adalah Proporsi (%) dari satu indikator
- Imunisasi BCG adalah Pemberian imunisasi BCG kepada bayi
usia 0 - 11 bulan di sarana pelayanan kesehatan (polindes,
Pustu, Puskesmas, Rumah Bersalin, RS dan Unit Pelayanan
Swasta) maupun di Posyandu di wilayah kerja

Difinisi Operasional :
Cakupan BCG adalah persentase bayi usia 0-11 bulan yang
mendapatkan imunisasi BCG di wilayah kerja Puskesmas pada
kurun waktu satu tahun

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Bayi 0 - 11 bulan di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu
satu tahun

Target :
98 %

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 67


Cara Penghitungan :
Jumlah bayi yang mendapat imunisasi
BCG di wilayah kerja Puskesmas pada
kurun waktu satu tahun
Cakupan BCG = x 100%
Jumlah sasaran bayi 0 - 11 bulan di
wilayah Puskesmas dalam kurun waktu
satu tahun

Pembuktian/ Sumber data :


- Laporan konsultasi Imunisasi

Rujukan :
- KepMenkes 1611/2005
- PWS Program Imunisasi
- SPM Bidang Kesehatan di Kab/Kota

1.E.2. Cakupan DPTHB 1

Pengertian :
- Bayi adalah anak berumur 0 - 11 bulan
- Cakupan adalah Proporsi (%) dari satu indikator
- Imunisasi DPTHB 1 adalah Pemberian imunisasi DPTHB1
kepada bayi usia 2 - 11 bulan di sarana pelayanan kesehatan
(polindes, Pustu, Puskesmas, Rumah Bersalin, RS dan Unit
Pelayanan Swasta) maupun di Posyandu di wilayah
Puskesmas.

Difinisi Operasional :
Cakupan DPTHB 1 adalah Jumlah bayi usia 2- 11 bulan yang
mendapatkan imunisasi DPTHB ke-satu di wilayah kerja
Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Satuan :
Persen (%)

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 68


Sasaran :
Bayi 0 - 11 bulan

Target :
98 %

Cara Penghitungan :
Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPTHB
yang ke-satu di wilayah kerja Puskesmas
Cakupan dalam kurun waktu satu tahun
= x 100%
DPTHB 1 Jumlah sasaran bayi 0 - 11 bulan di wilayah
kerja di wilayah Puskesmas dalam kurun
waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber data :


- Laporan konsultasi Imunisasi

Rujukan :
- KepMenkes 1611/2005
- PWS Program Imunisasi
- SPM Bidang Kesehatan di Kab/Kota

1.E.3. Cakupan DPTHB 3

Pengertian :
- Bayi adalah anak berumur 0 - 11 bulan
- Cakupan adalah Proporsi (%) dari satu indikator
- Imunisasi DPTHB 3 adalah Pemberian imunisasi DPTHB yang
ke tiga kepada bayi usia 4 - 11 bulan di sarana pelayanan
kesehatan (polindes, Pustu, Puskesmas, Rumah Bersalin, RS,
dan Unit Pelayanan Swasta) maupun di Posyandu di wilayah
kerja Puskesmas.

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 69


Difinisi Operasional :
Cakupan DPTHB 3 adalah Jumlah bayi usia 4 - 11 bulan yang
mendapatkan imunisasi DPTHB ke-3 di wilayah Puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Bayi 0 - 11 bulan

Target :
90 %

Cara Penghitungan :
Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPTHB
yang ke tiga di wilayah kerja Puskesmas dalam
Cakupan
= kurun waktu satu tahun x 100%
DPTHB 3
Jumlah sasaran bayi 0 - 11 bulan di wilayah
kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber data :


- Laporan konsultasi Imunisasi

Rujukan :
- KepMenkes 1611/2005
- PWS Program Imunisasi
- SPM Bidang Kesehatan di Kab/Kota

1.E.4. Cakupan Polio 4

Pengertian :
- Bayi adalah anak berumur 0 - 11 bulan
- Cakupan adalah Proporsi (%) dari satu indikator

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 70


- Imunisasi Polio 4 adalah Pemberian imunisasi Polio ke empat
kepada bayi usia 4 - 11 bulan di sarana pelayanan kesehatan
(polindes, Pustu, Puskesmas, Rumah Bersalin, RS dan Unit
Pelayanan Swasta) maupun di Posyandu di wilayah kerja di
wilayah kerja Puskesmas

Difinisi Operasional :
Cakupan Imunisasi Polio 4 adalah Jumlah bayi usia 4 - 11 bulan
yang mendapatkan imunisasi Polio ke-empat di wilayah
Puskesmas pada kurun waktu satu tahun

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Bayi 0 - 11 bulan

Target :
90 %

Cara Penghitungan :
Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio
yang ke-empat di wilayah kerja Puskesmas
Cakupan dalam kurun waktu satu tahun
= x 100%
Polio 4 Jumlah sasaran bayi 0 - 11 bulan di wilayah
kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu
tahun

Pembuktian/ Sumber data :


- Laporan konsultasi Imunisasi

Rujukan :
- KepMenkes 1611/2005
- PWS Program Imunisasi
- SPM Bidang Kesehatan di Kab/Kota

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 71


1.E.5. Cakupan Campak

Pengertian :
- Bayi adalah anak berumur 0 - 11 bulan
- Cakupan adalah Proporsi (%) dari satu indikator
- Imunisasi Campak adalah Pemberian imunisasi Campak
kepada bayi usia 9 - 11 bulan di sarana pelayanan kesehatan
(polindes, Pustu, Puskesmas, Rumah Bersalin, RS dan Unit
Pelayanan Swasta) maupun di Posyandu di wilayah Puskesmas

Difinisi Operasional :
Cakupan Imunisasi Campak adalah jumlah bayi usia 9 - 11 bulan
yang mendapatkan imunisasi Campak di wilayah Puskesmas
dalam kurun waktu satu tahun

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Bayi 0 - 11 bulan

Target :
90 %

Cara Penghitungan :
Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Campak
di wilayah kerja Puskesmas pada kurun waktu
Cakupan satu tahun
= x 100%
Campak Jumlah sasaran bayi 0 - 11 bulan di wilayah
kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu
tahun

Pembuktian/ Sumber data :

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 72


- Laporan konsultasi Imunisasi

Rujukan :
- KepMenkes 1611/2005
- PWS Program Imunisasi
- SPM Bidang Kesehatan di Kab/Kota

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 73


PELAYANAN IMUNISASI LANJUTAN

1.E.6. Cakupan BIAS DT

Pengertian :
- BIAS adalah Bulan Imunisasi Anak Sekolah
- Cakupan adalah Proporsi (%) dari satu indikator
- BIAS DT adalah Pemberian imunisasi DT kepada seluruh siswa
kelas 1 Sekolah Dasar (SD)/MI atau yang sederajat, laki-laki
dan perempuan di wilayah kerja Puskesmas

Difinisi Operasional :
Cakupan BIAS DT adalah Jumlah siswa kelas 1 Sekolah Dasar (SD)
atau sederajat, laki-laki dan perempuan yang mendapatkan
imunisasi DT di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu
tahun.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Siswa kelas 1 SD/MI atau yang sederajat di wilayah kerja
Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Target :
95 %

Cara Penghitungan :
Jumlah anak SD/MI atau yang sederajat kelas 1
yang mendapat imunisasi DT di wilayah kerja
Puskesmas pada kurun waktu satu tahun
Cakupan
= Jumlah siswa kelas 1 Sekolah Dasar (SD) dan x 100%
BIAS DT
Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau yang sederajat
di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu
satu tahun

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 74


Pembuktian/ Sumber data
- Laporan BIAS

Rujukan :
- KepMenkes 1611/2005
- Pedoman BIAS DT BIAS TT
- SPM Bidang Kesehatan di Kab/Kota

1.E.7. Cakupan BIAS TT

Pengertian :
- BIAS adalah Bulan Imunisasi Anak Sekolah
- Cakupan adalah Proporsi (%) dari satu indikator
- BIAS TT adalah Pemberian imunisasi TT kepada seluruh siswa
kelas 2 dan 3 Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)
negeri atau yang sederajat, laki-laki dan perempuan di
wilayah kerja Puskesmas.

Difinisi Operasional :
Cakupan BIAS TT adalah jumlah siswa kelas 2 dan kelas 3
Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau yang
sederajat, laki-laki dan perempuan yang mendapatkan imunisasi
TT di wilayah kerja Puskesmas pada kurun waktu satu tahun

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
siswa kelas 2 dan kelas 3 Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) atau yang sederajat di wilayah kerja Puskesmas
pada kurun waktu satu tahun

Target :

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 75


95 %

Cara Penghitungan :
Jumlah anak SD/MI atau yang sederajat kelas
2 dan kelas 3 yang mendapat imunisasi TT di
wilayah kerja Puskesmas pada kurun waktu
Cakupan satu tahun
= x 100%
BIAS TT Jumlah siswa kelas 2 dan kelas 3 Sekolah Dasar
(SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau yang
sederajat di wilayah kerja Puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber data :


- Laporan BIAS

Rujukan :
- KepMenkes 1611/2005
- Pedoman BIAS DT
- BIAS TT
- SPM Bidang Kesehatan di Kab/Kota

1.E.8. Cakupan BIAS Campak

Pengertian :
- BIAS adalah Bulan Imunisasi Anak Sekolah
- Cakupan adalah Proporsi (%) dari satu indikator
- BIAS Campak adalah pemberian imunisasi Campak kepada
seluruh siswa kelas Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) atau yang sederajat, laki-laki dan perempuan
di wilayah kerja Puskesmas.

Difinisi Operasional :
Cakupan BIAS Campak adalah Jumlah siswa kelas 1 Sekolah
Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau yang sederajat,

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 76


laki-laki dan perempuan yang mendapat imunisasi campak di
wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Siswa kelas 1 SD/MI atau yang sederajat di wilayah kerja
Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Target :
95 %

Cara Penghitungan :
Jumlah anak SD/MI atau yang sederajat kelas 1
yang mendapat imunisasi Campak di wilayah
kerja Puskesmas pada kurun waktu satu tahun
Cakupan
= Jumlah siswa kelas 1 Sekolah Dasar (SD) dan x 100%
BIAS
Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau yang sederajat di
Campak
wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu
satu tahun

Pembuktian/ Sumber data :


- Laporan BIAS

Rujukan :
- KepMenkes 1611/2005
- Pedoman BIAS DT BIAS TT
- SPM Bidang Kesehatan di Kab/Kota

1.E.9. Cakupan Pelayanan Imunisasi Ibu Hamil TT 2 +

Pengertian :
- Ibu hamil (IH) adalah ibu yang mengandung sampai usia
kehamilan 42 minggu

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 77


- Cakupan adalah Proporsi (%) dari satu indikator
- Imunisasi TT2 + IH adalah pemberian imunisasi TT ke dua atau
ketiga atau keempat atau kelima kepada ibu hamil sesuai
dengan statusnya di sarana pelayanan kesehatan (polindes,
Pustu, Puskesmas, Rumah Bersalin, RS dan Unit Pelayanan
Swasta) maupun di Posyandu di wilayah kerja Puskesmas.

Difinisi Operasional :
Cakupan Imunisasi TT2 + Ibu Hamil adalah jumlah ibu hamil
yang mendapatkan imunisasi TT ke-dua atau ke-tiga, atau ke-
empat atau ke-lima di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
waktu satu tahun

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
waktu satu tahun

Target :
90 %

Cara Penghitungan :
Jumlah ibu hamil yang mendapat imunisasi
TT2, TT 3, TT4, TT5 di wilayah kerja
Cakupan
Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun
Pelayanan = x 100%
Jumlah sasaran ibu hamil
Imunisasi TT
di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
2 + Ibu Hamil
waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber data :


- Laporan konsultasi Imunisasi

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 78


Rujukan :
- KepMenkes 1611/2005
- PWS Program Imunisasi
- SPM Bidang Kesehatan di Kab/Kota

1.E.10. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization


(UCI)

Pengertian :
- Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat
daerah kabupaten dan atau daerah kota (UU No. 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah)
- Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional
dan berada di bawah kabupaten
- UCI (Universal Child Immunization) adalah Tercapainya
imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0 - 11 bulan)
- Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi 1 dosis BCG, 3
dosis DPTHB, 4 dosis Polio, 1 dosis Hepatitis PID, 1 dosis
Campak
- Cakupan adalah Proporsi (%) dari satu indikator
- Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
adalah Desa/Kelurahan dimana ≥ 80 % dari jumlah bayi yang
ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap
dalam waktu satu tahun

Difinisi Operasional :
Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
adalah Desa/Kelurahan dimana ≥ 80 % dari jumlah bayi yang ada
di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap dalam
waktu satu tahun

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 79


Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah seluruh Desa/Kelurahan di wilayah kerja Puskesmas
dalam kurun satu tahun

Target :
100 %

Cara Penghitungan :
Jumlah Desa/Kelurahan UCI di satu
wilayah kerja Puskesmas di wilayah
Cakupan
kerja Puskesmas pada kurun waktu satu
Desa/Kelurahan
= tahun x 100%
Universal Child
Jumlah seluruh Desa/Kelurahan di
Immunization
wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
(UCI)
waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber data :


- Laporan konsultasi Imunisasi

Rujukan :
- KepMenkes 1611/2005
- PWS Program Imunisasi
- SPM Bidang Kesehatan di Kab/Kota

1.E.11. Cakupan Sistem Kewaspadaan Dini

Pengertian :
- Sistem Kewaspadaan Dini adalah Sistem surveilans
epidemiologi terhadap penyakit berpotensi KLB beserta
faktor-faktor yang mempengaruhinya yang dimanfaatkan
untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 80


upaya pencegahan dan tindakan penanggulang-an kejadian
luar biasa yang cepat dan tepat

Difinisi Operasional :
Cakupan Sistem Kewaspadaan Dini adalah Pengamatan/
mengidentifikasi Penyakit menular potensi KLB (dengan
menggunakan alat Form W2)

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
jumlah minggu dalam 1 tahun atau 52 minggu

Target :
90 %

Cara Penghitungan :
Jumlah laporan W2 yang dilaporkan
Cakupan Sistem
Puskesmas dalam kurun waktu satu
Kewaspadaan = x 100%
tahun
Dini
52 minggu

Pembuktian/ Sumber data :


- Laporan Kelengkapan/ Ketepatan laporan W2

Rujukan :
- Permenkes NO.949 /Menkes /SK /VIII/2004

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 81


1.E.12. Cakupan Surveilans Terpadu Penyakit

Pengertian :
- Sistem Terapadu Penyakit adalah Penyelenggaraan Surveilans
Epidemiologi terhadap beberapa kejadian, permasalahan dan
faktor risiko masalah penyakit menular dan tidak menular

Difinisi Operasional :
Cakupan Surveilans Terpadu Penyakit adalah cakupan
pelaksanaan Surveilans Epidemiologi penyakit menular yang
bersumber data Puskesmas, RS.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
12 bulan dalam satu tahun

Target :
100 %

Cara Penghitungan :
Jumlah STP yang dilaporkan
Cakupan
Puskesmas, RS pada kurun waktu satu
Surveilans Terpadu = x 100%
tahun
Penyakit
12 bulan

Pembuktian/ Sumber data :


- Laporan Kelengkapan/ Ketepatan laporan STP Puskesmas

Rujukan :
- Permenkes NO.1479/ Menkes / SK / X/2003

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 82


PENEMUAN DAN PENANGANAN PENDERITA PENYAKIT

1.E.13. Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita

Pengertian :
- Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-
paru (alveoli) yang ditandai dengan batuk disertai nafas cepat
dan atau kesukaran bernafas
- Klasifikasi ISPA :
o Kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun : Klasifikasinya dibagi atas
Pneumonia Berat, Pneumonia dan batuk bukan Pneumonia
o Kelompok umur < 2 bulan : Klasifikasinya dibagi atas
Pneumonia Berat dan batuk bukan Pneumonia
- Klasifikasi pneumonia berat didasarkan pada adanya batuk
dan/atau kesukaran bernafas disertai tarikan dinding dada
bagian bawah kedalam (TDDK) pada anak usia 2 bulan sampai
< 5 tahun. Untuk kelompok umur <2 bulan klasifikasi
Pnuemonia berat ditandai dengan TDDK kuat atau adanya
nafas berat cepat lebih atau sama dengan 60 x per menit.
- Klasifikasi batuk bukan Pneumonia mencakup kelompok
penderita Balita dengan batuk tidak menunjukan gejala
frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam. Dengan demikian klasifikasi
batuk bukan Pnemonia mencakup penyakit-penyakit ISPA lain
diluar Pneumonia seperti batuk pilek (common
cold,pharyngitis, tonsililitis,otitis)
- Diberikan tatalaksana adalah memberikan pelayanan sesuai
klasifikasinya,untuk Pneumonia diberikan antibiotika dana
Pneumonia berat dirujuk ke Sarana Kesehatan yang lebih
memadai.
- Sarana kesehatan adalah semua sarana kesehatan pelayanan
kesehatan, baik pemerintah maupun swasta.

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 83


- Jumlah perkiraan penderita pneumonia balita adalah 10% dari
jumlah balita disatu wilayah kerja dalam kurun waktu satu
tahun.

Difinisi Operasional :
Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita adalah
Persentase balita dengan Pneumonia yang ditemukan dan
diberikan tatalaksana sesuai standar di Sarana Kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
10% dari jumlah balita di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
waktu satu tahun

Target :
86%

Cara Penghitungan :
Jumlah penderita pneumonia
balita yang ditangani di satu
Cakupan balita dengan wilayah kerja pada kurun waktu
pneumonia yg = satu tahun x 100%
ditangani Jumlah perkiraan penderita
pneumonia balita di satu wilayah
kerja pada waktu yang sama

Pembuktian/ Sumber data :


- Laporan bulanan program P2 ISPA

Rujukan :
- Buku Pedoman P2 ISPA

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 84


1.E.14. Cakupan Penemuan Pasien baru TB BTA Positif

Pengertian :
- Penemuan pasien baru TB BTA positip adalah penemuan
pasien TB melalui pemeriksaan dahak sewaktu - pagi -
sewaktu (SPS) dan diobati di unit pelayanan kesehatan dalam
wilayah kerja pada waktu tertentu
- Pasien baru adalah pasien yang belum pernah diobati dengan
OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari 1 bulan (30
dosis) harian
- Diobati adalah pemberian pengobatan pada pasien baru TB
BTA positip dengan OAT selama 6 bulan

Difinisi Operasional :
Cakupan Penemuan Pasien baru TB BTA Positif adalah angka
Penemuan Pasien baru TB BTA pasitif atau Case Detection Rate
(CDR) adalah persentase jumlah penderita baru TB BTA positip
yang ditemukan dibandingkan dengan jumlah perkiraan kasus
baru TB BTA positif dalam wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
waktu 1 tahun.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
107 / 100.000 x Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas
dalam kurun waktu satu tahun

Target :
80 %

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 85


Cara Penghitungan :
Jumlah pasien baru TB BTA positif yang
Cakupan
ditemukan dan diobati di wilayah kerja
penemuan
Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun
pasien = x 100%
Jumlah perkiraan pasien baru TB BTA positif
baru TB
di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
BTA positif
waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber data :


Pelaporan TB (TB 07, 08 dan 11)

Rujukan :
Buku Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis

1.E.15. Cakupan Kesembuhan Pasien TB BTA Positif

Pengertian :
- Sembuh adalah Pasien telah menyelesaikan pengobatannya
secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak (follow-up)
hasilnya negatif pada akhir pengobatan (AP) dan pada satu
pemeriksaan follow-up sebelumnya
- Diobati adalah pemberian pengobatan pada pasien baru TB
BTA positip dengan OAT selama 6 bulan

Difinisi Operasional :
Angka Kesembuhan Pasien TB BTA pasitif atau Cure Rate (CR)
adalah persentase pasien baru TB paru BTA positif yang sembuh
setelah selesai masa pengobatan dibandingkan dengan jumlah
pasien baru TB BTA positif yang diobati di wilayah kerja
Puskesmas dalam waktu satu tahun.

Satuan :
Persen (%)

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 86


Sasaran :
Jumlah pasien baru TB BTA positif yang diobati di wilayah kerja
Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Target :
85 %

Cara Penghitungan :
Jumlah pasien baru TB BTA positif yang
Cakupan
sembuh di wilayah kerja Puskesmas dalam
kesembuhan
kurun satu tahun
pasien baru = x 100%
Jumlah pasien baru TB BTA positif yang
TB BTA
diobati di wilayah kerja Puskesmas dalam
positif
kurun satu tahun

Pembuktian/ Sumber data :


- Pelaporan TB (TB 01, 08)

Rujukan :
- Buku Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis

1.E.16. Cakupan Penderita DBD yang ditangani

Pengertian :
- Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang
ditandai dengan
 Panas mendadak berlangsung terus menerus selama 2-7
hari tanpa sebab yang jelas.
 Tanda-tanda perdarahan (sekurang-kurangnya uji torniquet
positif)
 Disertai/tanpa pembesaran hati (hepatomegali)
 Trombositopenia (Trombosit ≤ 100.000/µl)
 Peningkatan hematokrit ≥ 20%
o Penderita DBD yang ditangani sesuai standar adalah

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 87


 Penderita DBD yang didiagnosis dan diobati/dirawat sesuai
standard.
 Ditindaklanjuti dengan penanggulangan fokus (PF)
 Penanggulangan Fokus (PF) terdiri dari Penyelidikan
Epidemiologi (PE) dan Penanggulangan seperlunya
berdasarkan hasil PE tersebut.
 Penyelidikan Epidemiologi (PE) adalah kegiatan pencarian
penderita DBD atau tersangka DBD lainnya dan
pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD disekitar tempat
tinggal penderita termasuk tempat-tempat umum dalam
radius sekurang-kurangnya 100 m
 Penanggulangan seperlunya yaitu : (lihat rujukan)
 Diagnosis penderita DBD sesuai standar (lihat rujukan)
- Pengobatan/perawatan penderita DBD sesuai standar (lihat
rujukan)
- Penderita DBD adalah penderita penyakit yang memenuhi
sekurang-kurangnya 2 kriteria klinis dan 2 kriteria
laboratorium di bawah ini :
Kriteria Klinis :
o Panas mendadak 2-7 hari tanpa sebab yang jelas
o Tanda-tanda perdarahan (sekurang - kurangnya uji
Torniquet positif)
o Pembesaran hati
o Syok
Kriteria Laboratorium :
o Trombositopenia (Trombosit ≤ 100.000/µl)
o Atau penderita yang menunjukkan hasil positif pada
pemeriksaan HI test atau hasil positif pada pemeriksaan
antibodi dengan Rapid Diagnostik Test (RDT/ELISA)
- Pelayanan penderita DBD ditingkat puskesmas, adalah
kegiatan yang meliputi :
o Anamnesis
o Pemeriksaan fisik meliputi observasi tanda-tanda vital,
observasi kulit dan konjungtiva, penekanan ulu hati untuk

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 88


mengetahui nyeri ulu hati akibat adanya perdarahan
lambung, perabaan hati
o Uji Torniquet :
- Pemeriksaan laboratorium atau rujukan pemeriksaan
laboratorium (sekurang-kurangnya pemeriksaan trombosit
dan hematokrit)
- Memberi pengobatan simptomatis
- Merujuk penderita ke rumah sakit
- Melakukan pencatatan dan pelaporan (formulir S0) dan
disampaikan ke Dinkes kab/kota.

Difinisi Operasional :
Cakupan Penderita DBD yang ditangani adalah persentase
penderita DBD yang ditangani sesuai standar di wilayah kerja
Puskesmas dalam kurun waktu 1 (satu) tahun dibandingkan
dengan jumlah penderita DBD yang ditemukan/ dilaporkan
dalam kurun waktu satu tahun yang sama.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah penderita DBD yang ditemukan di wilayah kerja
Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Target :
100 %

Cara Penghitungan :

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 89


Jumlah penderita DBD yang ditangani sesuai
standar di wilayah kerja Puskesmas dalam
Penderita
kurun waktu satu tahun
DBD yang = x 100%
Jumlah penderita DBD yang ditemukan di
ditangani
wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber data :


- SIMPUS,SIRS,KDRS dan KD-DBD

Rujukan :
- Buku Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah
Dengue di Indonesia, tahun 2005
- Buku Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia,
tahun 2004

1.E.17. Cakupan Penemua Penderita Diare

Pengertian :
- Diare adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat
berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya.
- Sarana Kesehatan adalah sarana pelayanan kesehatan, baik
pemerintah maupun swasta (Puskesmas, Pustu, RS, Balai
Pengobatan, Praktek dokter)
- Angka kesakitan adalah angka kesakitan Nasional Hasil Survei
Morbiditas Diare tahun 2006 adalah 423/1000 penduduk.
- Perkiraan jumlah penderita diare yang datang ke sarana
kesehatan dan kader adalah 10% dari angka kesakitan x
jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
waktu satu tahun

Difinisi Operasional :
Cakupan Penemuan penderita diare adalah jumlah penderita
yang datang dan dilayani di Sarana Kesehatan dan Kader di
wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun.

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 90


Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Perkiraan penderita ( 423 / 1000 x jumlah penduduk) x 10% (tiap
kabupaten/ Kota berbeda).

Target :
75 %

Cara Penghitungan :
Jumlah penderita diare yang datang dan
dilayani di sarana kesehatan dan kader di
Penderita wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu
diare yang = satu tahun x 100%
ditangani Jumlah perkiraan penderita diare di wilayah
kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu
tahun (10% dari perkiraan penderita)

Pembuktian/ Sumber data :


- Laporan kader,register penderita, laporan buanan klinik

Rujukan :
- Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1216/ MENKES/SK/XI/
2001 Tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 91


1.F. UPAYA PENGOBATAN

1.F.1. Cakupan Kunjungan Rawat Jalan

Pengertian :
- Kunjungan rawat jalan adalah kunjungan seseorang yang
mendapatkan pelayanan pengobatan tanpa perlu rawat inap,
di dalam dan diluar gedung Puskesmas,yang bersumber pada
register rawat jalan umum.
- Rawat jalan adalah pelayanan kesehatan perorangan yang
meliputi yang meliputi observasi, diagnose, pengobatan,
rehab medik tanpa tinggal di ruang rawat inap

Definisi Operasional :
Cakupan Kunjungan Rawat Jalan adalah persentase kunjungan
baru pasien rawat jalan Puskesmas yang berasal dari dalam
wilayah kerja Puskesmas dan jaringannya dalam kurun waktu
satu tahun

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
15% dari jumlah penduduk di dalam wilayah kerja Puskesmas
dalam kurun waktu satu tahun.

Target :
100%

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 92


Cara Perhitungan :
kunjungan baru pasien rawat jalan
Cakupan Puskesmas dan jaringannya yang berasal
Kunjungan dari dalam wilayah kerja Puskesmas dalam
= x 100%
Rawat Jalan kurun waktu satu tahun
15% dari jumlah penduduk di wilayah kerja
Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun.

Pembuktian/Sumber Data :
- Register rawat jalan dan kartu rekam medik pasien.

Rujukan :
- Buku Pedoman Kerja Puskesmas Jilid IV Tahun 1998 & SP3

1.F.2. Cakupan Kunjungan Rawat Jalan Gigi

Pengertian :
- Kunjungan seseorang yang mendapatkan pelayanan
pengobatan gigi tanpa perlu rawat inap, di dalam dan di luar
gedung Puskesmas,yang bersumber pada register rawat jalan
gigi.

Definisi Operasional :
Cakupan Kunjungan Rawat Jalan Gigi adalah persentase
kunjungan baru pasien rawat jalan klinik Gigi Puskesmas yang
berasal dari dalam wilayah kerja Puskesmas dan jaringannya
dalam kurun waktu satu tahun.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
4% jumlah seluruh penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas
dalam kurun waktu satu tahun.

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 93


Target :
100%

Cara Perhitungan :
kunjungan baru pasien rawat jalan klinik
Cakupan Gigi Puskesmas dan jaringannya yang berasal
Kunjungan dari dalam wilayah kerja Puskesmas dalam
= x 100%
Rawat kurun waktu satu tahun
Jalan Gigi 4% jumlah penduduk dalam wilayah kerja
Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun.

Pembuktian/Sumber Data :
- Buku catatan bulanan penyakit Puskesmas

Pedoman (Pustaka) :
- Buku Pedoman Kerja Puskesmas Jilid IV Tahun 1998 & SP3

1.F.3. Cakupan Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas

Pengertian :
- Pemeriksaan laboratorium adalah pemeriksaan spesimen di
laboratorium (darah, urine, faeces, sputum, dll) yang
dilakukan untuk menunjang penegakkan Diagnosa suatu
penyakit.
- Pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium adalah:
1. Spesimen darah untuk pemeriksaan hitung eritrosit, hitung
leukosit, hitung jenis leukosit, LED, golongan darah, Hb,
malaria, filaria.
2. Spesimen urine untuk pemeriksaan volume, warna,
kejernihan, berat jenis, pH, sedimen, protein, bilirubin,
glukosa, test kehamilan.
3. Spesimen faeces untuk pemeriksaan warna, konsistensi,
lendir, darah, eritrosit, leukosit, sel epitel lemak, sisa
makanan, telur cacing, cacing, amuba.

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 94


4. Spesimen lain untuk pemeriksaan M.TBC (BTA), gonnorrhoea,
kusta (BTA), jamur.

Definisi Operasional :
Cakupan jumlah seluruh pemeriksaan laboratorium puskesmas
adalah jumlah pemeriksaan laboratorium dibandingkan dengan
jumlah kunjungan pasien ke puskesmas keseluruhan.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah kunjungan pasien ke Puskesmas dalam kurun waktu satu
tahun

Target :
20%

Cara Perhitungan :
Jumlah pasien yang melakukan
Cakupan
pemeriksaan laboratorium di Puskesmas
Pemeriksaan
= dalam kurun waktu satu tahun x 100%
Laboratorium
Jumlah kunjungan pasien ke Puskesmas
Puskesmas
dalam kurun waktu satu tahun

Pembuktian/Sumber Data :
- Register Laboratorium

Rujukan :
- Buku Pedoman Kerja Puskesmas Jilid IV Tahun 1998 & SP3

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 95


1.F.4. Cakupan Jumlah Pemeriksaan Laboratorium yang Dirujuk

Pengertian :
- Pemeriksaan laboratorium yang dirujuk adalah pemeriksaan
laboratorium yang dirujuk ke laboratorium pusat rujukan
(Labkesda atau Lab RSUD).

Definisi Operasional :
Jumlah pemeriksaan laboratorium yang dirujuk adalah jumlah
pemeriksaan yang tidak dapat dilakukan oleh laboratorium
Puskesmas dan dirujuk ke laboratorium pusat rujukan (Labkesda
atau Lab RSUD, Lab Swasta).

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Pemeriksaan laboratorium yang berasal dari pasien dari dalam
dan luar gedung Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Target :
10%

Cara Perhitungan:
Cakupan Jumlah pemeriksaan laboratorium di
Jumlah Puskesmas yang dirujuk dalam kurun
Pemeriksaan = waktu satu tahun x 100%
Laboratorium Jumlah pemeriksaan laboratorium di
yang Dirujuk Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Pembuktian/Sumber Data :
- Register Laboratorium

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 96


Rujukan :
- Buku Pedoman Kerja Puskesmas Jilid IV Tahun 1998

1.F.5. Cakupan Asuhan Keperawatan Individu Pada Pasien Rawat


Inap

Pengertian :
- Asuhan Keperawatan Individu pada Pasien Rawat Inap adalah
asuhan yang diberikan pd individu melalui proses
keperawatan meliputi pengkajian, diagnose keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.

Definisi Operasional :
Cakupan asuhan Keperawatan Individu pada Pasien Rawat Inap
adalah persentase jumlah pasien rawat inap yg mendapat asuhan
keperawatan individu di Puskesmas dalam periode waktu satu
tahun.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Seluruh pasien rawat inap di Puskesmas DTP dalam periode
waktu satu tahun .

Target :
100%

Cara Perhitungan:
Jumlah pasien rawat inap Puskesmas
Cakupan asuhan
yg mendapat asuhan keperawatan
Keperawatan
= individu dalam kurun waktu satu tahun x 100%
Individu pada
Jumlah pasien rawat inap di Puskesmas
Pasien Rawat Inap dalam kurun waktu satu tahun

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 97


Pembuktian/Sumber Data :
- Register pasien rawat inap
- Dokumen Asuhan Keperawatan

Rujukan :
- Buku Pedoman Teknis Sentra Keperawatan,Dinkes Prov Jabar
tahun2003
- Pedoman SP3

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 98


II.UPAYA KESEHATAN PENGEMBANGAN

2.A. UPAYA KESEHATAN SEKOLAH

2.A.1. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan setingkat

Pengertian :
- Penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat adalah
Pemeriksaan kesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut
siswa SD dan setingkat melalui penjaringan kesehatan
terhadap murid kelas 1 SD dan Madrasah Ibtidaiyah yang
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama guru dan dokter
kecil.

Difinisi Operasional :
Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat adalah
Cakupan siswa SD dan setingkat yang diperiksa kesehatannya
oleh tenaga kesehatan atau guru terlatih (guru UKS/ dokter kecil)
melalui penjaringan kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun
waktu satu tahun.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Siswa kelas 1 (satu) SD/ MI dan setingkat yang ada di wilayah
kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Target :
100 %

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 99


Cara Penghitungan :
Jumlah murid SD dan setingkat yang
Cakupan
diperiksa kesehatannya oleh tenaga terlatih
penjaringan
di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
kesehatan
= waktu satu tahun x 100%
siswa SD
Jumlah murid SD dan setingkat di satu
dan
wilayah kerja di wilayah kerja Puskesmas
setingkatnya
dalam kurun waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber data :


- Format laporan kegiatan Kesehatan Anak Usia Sekolah tingkat
kabupaten/ kota

Rujukan :
- Buku Pedoman Pelaksanaan UKS
- Buku Pedoman UKGS murid SD, 2006
- Buku Pedoman UKS untuk Guru di Jawa Barat, 2004
- Buku Pedoman untuk Tenaga Kesehatan UKS di Tingkat SD
2007
- Pedoman, modul dan materi Pelatihan Dokter Kecil 2003

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 100


2.B. UPAYA KESEHATAN OLAH RAGA

2.B.1. Cakupan Pembinaan Kelompok Olah Raga

Pengertian :
- Kesehatan Olahraga adalah upaya kesehatan yang
memanfaatkan olahraga atau latihan fisik untuk meningkatkan
derajat kesehatan.
- Upaya Kesehatan Olah Raga adalah upaya kesehatan yang
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
kebugaran jasmani melalui aktifitas fisik dan atau olah raga.
- Program kesehatan olahraga merupakan salah satu program
dari pokok program perilaku hidup sehat dan pemberdayaan
masyarakat.
- Kelompok olah raga adalah kelompok masyarakat yang
melakukan kegiatan olahraga untuk kesehatan, prestasi dan
rekreasi tanpa harus menggunakan tempat yang tetap, baik
didalam maupun diluar ruangan.

Definisi Operasional :
Cakupan Pembinaan Kelompok olah raga adalah Cakupan
kelompok olahraga di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
waktu satu tahun, yang mendapat pembinaan dari petugas
Puskesmas.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah seluruh kelompok olahraga yang berada di wilayah kerja
Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun.

Target :
100%

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 101


Cara Perhitungan :
Jumlah kelompok olah raga yang
mendapat pembinaan dari petugas
Cakupan
Puskesmas di wilayah kerja Puskesmas
Pembinaan
= dalam kurun waktu satu tahun x 100%
Kelompok Olah
Jumlah seluruh kelompok olah raga yang
Raga
berada di wilayah kerja Puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun

Pembuktian/Sumber Data :
- Format laporan kesehatan olah raga Puskesmas

Rujukan :
- Buku Pedoman Upaya Kesehatan Olah raga Puskesmas,
Kebijakan Dasar Kesehatan Olah raga, Pedoman Advokasi
Kesehatan Olah raga, Pedoman Penyakit Tidak Menular.

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 102


2.C. UPAYA KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

2.C.1. Cakupan Keluarga Dibina (Keluarga Rawan)

Pengertian :
- Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang
disatukan oleh ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan
yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga.
- Keluarga rawan kesehatan adalah keluarga rentan (miskin) dan
keluarga dengan kasus/masalah risiko tinggi dengan prioritas
:
a. Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan
kesehatan (Puskesmas dan jaringannya) dan belum masuk
kuota miskin.
b. Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan mempunyai masalah kesehatan terkait dengan
pertumbuhan dan perkembangan balita, kesehatan
reproduksi serta penyakit menular dan tidak menular.
c. Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah
kesehatan prioritas serta belum memanfaatkan sarana
pelayanan kesehatan.
- Keluarga rawan kesehatan yang dibina adalah keluarga yang
pernah dikunjungi oleh petugas kesehatan dan mendapatkan
asuhan keperawatan.
- Cakupan keluarga dibina adalah jumlah keluarga selesai dibina
dengan adanya maternal, bayi, balita, lansia, dan penderita
yang perlu tindak lanjut perawatan.
- Ibu hamil yang dibina dari keluarga rawan kesehatan adalah
ibu hamil yang mendapatkan pelayanan keperawatan
kesehatan.
- Bayi usia 0-11 bulan yang dibina dari keluarga rawan
kesehatan adalah Bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan
pelayanan keperawatan kesehatan.

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 103


- Anak balita usia 12-59 bulan yang dibina dari keluarga rawan
kesehatan adalah anak balita usia 12-59 bulan yang
mendapatkan pelayanan keperawatan kesehatan.
- Kasus penyakit kronis adalah kasus selain ibu hamil, bayi dan
anak balita dari keluarga rawan kesehatan yang mendapatkan
asuhan keperawatan.
- Lanjut usia yang dibina adalah jumlah lansia yang dibina di
wilayah kerja Puskesmas.
- Penderita yang perlu tindak lanjut perawatan adalah
penderita yang memerlukan asuhan keperawatan setelah
rawat inap.
- Keluarga rawan kesehatan yang selesai dibina adalah jumlah
keluarga yang telah dibina dan memperoleh asuhan
keperawatan 2 sampai dengan 6 kali kunjungan.

Definisi Operasional :
Cakupan keluarga dibina adalah persentase keluarga rawan yang
dibina di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu
tahun.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah keluarga rawan di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
waktu satu tahun

Target :
100 %

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 104


Cara Perhitungan :
Jumlah keluarga rawan yang dibina di
wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
Cakupan keluarga
waktu satu tahun
dibina (keluarga = x 100%
Jumlah keluarga rawan diwilayah kerja
rawan)
Puskesmas di kurun waktu satu satu
tahun

Pembuktian/Sumber :
- SP3/ LB4
- R1, R2

Rujukan :
- Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas
- Pedoman Kerja Puskesmas Jilid IV
- Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat

2.C.2. Cakupan Keluarga Mandiri

Pengertian :
- Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang
disatukan oleh ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan
yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga.
- Keluarga rawan adalah keluarga yang miskin dan anggota
keluarganya risti ( bumil, balita, lansia dananggota keluarga
yang mempunyai masalah kesehatan yang perlu tindak lanjut
perawatan)
- Keluarga Mandiri adalah keluarga yang sudah mencapai/
memenuhi kriteria tingkat kemandirian 1, 2, 3, atau 4.
- Keluarga mandiri adalah keluarga dengan kriteria:
1. Menerima petugas kesehatan
2. Menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana
keperawatan keluarga
3. Keluarga tahu dan dapat mengungkapkan masalah
kesehatannya secara benar

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 105


4. Memanfaatkan fasilitas yankes sesuai anjuran
5. Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
6. Melakukan tindakan pencegahan aktif
7. Melakukan tindakan promotif secara aktif
- Keterangan: KM I (1-2), KM II ( 1-4) , KM III (1-6), KM IV (1-7)

Definisi Operasional :
Cakupan Keluarga Mandiri adalah persentase keluarga rawan
yang selesai dibina oleh petugas Puskesmas di wilayah kerja
Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah keluarga rawan yang dibina di wilayah kerja Puskesmas
dalam kurun waktu satu satu tahun

Target :
100 %

Cara Perhitungan :
Jumlah keluarga rawan yang selesai dibina di
wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu
Cakupan
satu tahun
keluarga = x 100%
Jumlah keluarga rawan yang di bina di
mandiri
wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
waktu satu tahun

Pembuktian/Sumber :
- SP3/ LB4
- R1, R2

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 106


Rujukan :
- Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas
- Pedoman Kerja Puskesmas Jilid IV
- Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 107


2.D. UPAYA KESEHATAN KERJA

2.D.1. Cakupan Pembinaan Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK)

Pengertian :
- Pos UKK adalah wahana yankes kerja yang berada di tempat
kerja informal dan dikelola oleh pekerja itu sendiri (kader)
yang berkoordinasi dengan Puskesmas dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja untuk
meningkatkan produktivitas kerja.
- Pos UKK merupakan wadah dari serangkaian upaya
pemeliharaan kesehatan pekerja yang terencana, teratur dan
berkesinambungan yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk
masyarakat pekerja.
- Pos UKK sebagai bentuk kesehatan bersumber masyarakat
(UKBM) yang memberikan yankes dasar bagi masyarakat
pekerja terutama pekerja informal.
- Pos UKK dibentuk untuk meningkatkan kesehatan pekerja
sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Pelayanan
kesehatan kerja dasar adalah upaya pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat pekerja secara minimal dan paripurna
(peningkatan kesehatan kerja, pencegahan dan penyembuhan
Penyakit Akibat Kerja & Penyakit Akibat Hubungan Kerja) oleh
petugas Puskesmas.
- Pembinaan Kesehatan Kerja dalam pelayanan kesehatan bagi
pekerja yang meliputi: upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit akibat kerja, promotif, penyembuhan
penyakit, dan pemulihan kesehatan yang merupakan hak-hak
dasar pekerja.

Definisi Operasional :
Cakupan Pembinaan Pos Upaya Kesehatan Kerja adalah
persentase Pos UKK yang mendapatkan pembinaan kesehatan

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 108


kerja dari petugas Puskesmas di wilayah kerja Puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah Pos UKK yang ada di wilayah kerja Puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun

Target :
100%

Cara Penghitungan :
Jumlah Pos UKK yang mendapat pembinaan
Cakupan
kesehatan kerja dari petugas Puskesmas
Pembinaan = x 100%
Jumlah Pos UKK yang ada di wilayah kerja
Pos UKK
Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber Data :


Ada laporan/catatan kegiatan kesja (Pos UKK) di Puskesmas
sesuai kebutuhan lingkungan berupa Pembinaan kesja di Pos UKK
(promotif, preventif dan kuratif)

Rujukan :
- Buku Pedoman Pelaksanaan Upaya Kesja di Puskesmas Depkes
RI Tahun 2005
- Buku Pos UKK, Depkes RI Tahun 2006

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 109


2.D.2. Cakupan Penanganan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan
Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK)

Pengertian :
- Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah Penyakit yang diakibatkan
secara langsung dari pekerjaan secara akut/ langsung seperti
kecelakaan kerja
- Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK) adalah penyakit atau
gangguan kesehatan yang diakibatkan secara tidak langsung
atau menahun dari akibat hubungan kerja seperti tuli dan
sesak bagi penyelam dan lain-lain
- Penanganan adalah intervensi yang dilakukan oleh Puskesmas
- Cakupan Penanganan adalah hasil kegiatan yang dilakukan
oleh Puskesmas terhadap PAK dan PAHK

Definisi Operasional :
Cakupan Penanganan Penyakit Akibat Kerja adalah Presentase
Pasien dengan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Penyakit Akibat
Hubungan Kerja (PAHK) yang ditangani Puskesmas di wilayah
kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah Pasien dengan PAK dan PAHK di wilayah kerja Puskesmas
dalam kurun waktu satu tahun.

Target :
100%

Cara Penghitungan :

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 110


Jumlah Pasien yang mendapatkan
penanganan PAK & PAHK di Puskesmas
Cakupan
dalam kurun waktu satu tahun
Penanganan = x 100%
Jumlah Pasien dengan PAK dan PAHK di
PAK & PAHK
wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
waktu satu tahun.

Pembuktian/ Sumber Data :


- Rekam medik
- Buku Register Pasien

Rujukan :
- Pedoman Manajemen Kesehatan Kerja di Pedesaan , Depkes
RI 2008
- Pedoan Pelayanan Kesehatan Kerja pada Puskesmas Kawasan
Sentra Industri, Depkes RI tahun 2007

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 111


2.E. UPAYA KESEHATAN GIGI DAN MULUT

2.E.1. Cakupan PembinaanUpaya Kesehatan Gigi Masyarakat


(UKGM)

Pengertian :
- Upaya Kesehatan Gigi masyarakat adalah suatu pendekatan
edukatif yang bertujuan untuk mengingkatkan kemampuan
dan peran serta masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan
gigi, dengan mengintegrasikan upaya promotif, preventif,
kesehatan gigi pada berbagai upaya kesehatan bersumber
daya masyarakat yang berlandaskan pendekatan Primary
Health Care.
- Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat adalah upaya
kesehatan berbasis masyarakat yang terdiri dari : Posyandu,
Polindes, Poskestren, Bina Keluarga Balita, POD, UKK,
Posbindu, dll.

Definisi Operasional :
Cakupan UKGM adalah persentase UKBM yang mendapat
pembinaan dari petugas puskesmas di wilayah kerja Puskesmas
dalam kurun waktu setahun

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah UKBM yang ada di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
waktu satu tahun

Target :
60%

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 112


Cara Penghitungan :
Jumlah UKBM yang mendapat pembinaan
Cakupan di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
Pembinaan = waktu satu tahun x 100%
UKGM Jumlah UKBM yang ada di wilayah kerja
Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber Data :


- Buku catatan pembinaan ke UKGM

Rujukan :
- Pedoman Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM), Depkes
RI 2004

2.E.2. Cakupan Pembinaan Kesehatan Gigi dan Mulut di Taman


Kanak-kanak (TK)

Pengertian :
Pembinaan Kesehatan gigi dan mulut adalah kegiatan untuk
mengubah perilaku mereka dari kurang menguntungkan menjadi
menguntungkan terhadap kesehatan gigi

Definisi Operasional :
Cakupan pembinaan kesehatan gigi dan mulut di TK adalah
persentase TK yang dibina oleh petugas puskesmas di wilayah
kerja Puskesmas dalam kurun waktu setahun

Satuan :
Persen (%)

Target Sasaran :
Jumlah TK yang ada di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
waktu satu tahun

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 113


Target :
80%

Cara Penghitungan :
Cakupan Jumlah TK yang mendapatkan pembinaan
Pembinaan oleh petugas puskesmas di wilayah kerja
Kesehatan = Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun x 100%
Gigi dan Jumlah TK yang ada di wilayah kerja
Mulut di TK Puskesmas dalam kurun waktu setahun

Pembuktian/ Sumber Data :


- Buku catatan pembinaan ke TK

Rujukan :
- Pedoman Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM), Depkes
Dirjen Yanmedik
- Standar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas,
Dirjen Bina Pelayanan Medik, DEPKES tahun 2007

2.E.3. Cakupan Pembinaan Kesehatan Gigi dan Mulut di SD/MI

Pengertian :
Pembinaan Kesehatan gigi dan mulut adalah kegiatan untuk
mengubah perilaku mereka dari kurang menguntungkan menjadi
menguntungkan terhadap kesehatan gigi

Definisi Operasional :
Cakupan pembinaan kesehatan gigi dan mulut di SD/MI adalah
persentase SD/MI yang dibina oleh petugas puskesmas dalam
kurun waktu setahun

Satuan :
Persen (%)

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 114


Sasaran :
Jumlah SD/MI yang ada di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
waktu setahun

Target :
80%

Cara Penghitungan :
Cakupan Jumlah SD yang mendapatkan pembinaan
Pembinaan oleh petugas puskesmas di wilayah kerja
Kesehatan Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun
= x 100%
Gigi dan Jumlah SD/MI yang ada di wilayah kerja
Mulut di Puskesmas dalam kurun waktu setahun
SD/MI

Pembuktian/ Sumber Data :


- Catatan pembinaan yang dilakukan ke SD/MI

Rujukan :
- Pedoman Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM), Depkes
Dirjen Yanmedik
- Standar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas,
Dirjen Bina Pelayanan Medik, DEPKES tahun 2007

2.E.4. Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa TK

Pengertian :
Pembinaan Kesehatan gigi dan mulut adalah kegiatan untuk
mengubah perilaku mereka dari kurang menguntungkan menjadi
menguntungkan terhadap kesehatan gigi

Definisi Operasional :
Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan mulut siswa TK adalah
persentase siswa TK yang mendapat pemeriksaan kesehatan gigi

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 115


dan mulut dari petugas puskesmas dalam kurun waktu satu
tahun

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah siswa TK yang berada di wilayah kerja Puskesmas dalam
kurun waktu setahun

Target :
80%

Cara Penghitungan :
Jumlah siswa TK yang mendapat
Cakupan
pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut oleh
Pemeriksaan
petugas Puskesmas di wilayah kerja
Kesehatan
= Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun x 100%
Gigi dan
Jumlah siswa TK yang berada di wilayah
Mulut Siswa
kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu
TK
tahun

Pembuktian/ Sumber Data :


Buku catatan pembinaan ke TK

Rujukan :
- Pedoman Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM), Depkes
Dirjen Yanmedik
- Standar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas,
Dirjen Bina Pelayanan Medik, DEPKES tahun 2007

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 116


2.E.5. Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa SD

Pengertian :
- Usaha Kesehatan Gigi di lingkungan Sekolah Tingkat
Pendidikan Dasar adalah suatu paket pelayanan asuhan
sistematik yang ditujukan bagi semua anak sekolah tingkat
pendidikan dasar, dalam bentuk paket promotif , paket
promotif-preventif, paket paripurna

Definisi Operasional :
Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan mulut siswa SD adalah
persentase siswa SD yang mendapat pemeriksaan kesehatan gigi
dan mulut dari petugas puskesmas dalam kurun waktu satu
tahun

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah siswa SD yang berada di wilayah kerja Puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun

Target :
80%

Cara Penghitungan :
Cakupan Jumlah siswa SD yang mendapat
Pemeriksaan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut oleh
Kesehatan petugas Puskesmas di wilayah kerja
Gigi dan = Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun x 100%
Mulut Siswa Jumlah siswa SD yang berada di wilayah
SD kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu
tahun

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 117


Pembuktian/ Sumber Data :
Register pasien, buku catatan pembinaan

Rujukan :
- Pedoman Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM), Depkes
Dirjen Yanmedik
- Standar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas,
Dirjen Bina Pelayanan

2.E.6. Cakupan Penanganan Siswa TK yang Membutuhkan


Perawatan Kesehatan Gigi

Pengertian :
- Usaha Kesehatan Gigi di lingkungan Sekolah Tingkat
Pendidikan Taman kanak-kanak adalah suatu paket pelayanan
asuhan sistematik yang ditujukan bagi semua anak sekolah
tingkat pendidikan dasar, dalam bentuk paket promotif , paket
promotif-preventif, paket paripurna

Definisi Operasional :
Cakupan Penanganan Siswa TK yang Membutuhkan Perawatan
Kesehatan Gigi adalah persentase siswa TK yang mendapatkan
penanganan berupa perawatan gigi oleh Petugas di Puskesmas

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah siswa TK yang membutuhkan perawatan di wilayah kerja
Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Target :
100%

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 118


Cara Penghitungan :
Jumlah siswa TK yang mendapat
Cakupan penanganan oleh petugas Puskesmas di
Penanganan wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
Siswa TK yang waktu satu tahun
= x 100%
Membutuhkan Jumlah siswa TK yang membutuhkan
Perawatan perawatan dalam kurun waktu satu tahun
Kesehatan Gigi di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber Data :


- Catatan pembinaan ke TK

Rujukan :
- Pedoman Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM), Depkes
Dirjen Yanmedik
- Standar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas,
Dirjen Bina Pelayanan Medik, DEPKES tahun 2007

2.E.7. Cakupan Penanganan Siswa SD/MI yang Membutuhkan


Perawatan Kesehatan Gigi

Pengertian :
- Pendayagunaan tenaga perawat UKS, guru SD serta peranan
Dokter Kecil pada kegiatan UKGS merupakan alternative yang
dipilih.

Definisi Operasional :
Cakupan Penanganan Siswa SD/MI yang Membutuhkan
Perawatan Kesehatan Gigi adalah persentase siswa SD/MI yang
mendapatkan penanganan berupa perawatan gigi oleh Petugas
di Puskesmas

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 119


Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah siswa SD/ MI yang membutuhkan perawatan di wilayah
kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Target :
100%

Cara Penghitungan :
Jumlah siswa SD/ MI yang mendapat
Cakupan
penanganan oleh petugas Puskesmas di
Penanganan
wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
Siswa SD/ MI
waktu satu tahun
yang = x 100%
Jumlah siswa SD/MI yang membutuhkan
Membutuhkan
perawatan dalam kurun waktu satu tahun
Perawatan
di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
Kesehatan Gigi
waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber Data :


- Catatan pembinaan ke SD/ MI

Rujukan :
- Pedoman Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM), Depkes
Dirjen Yanmedik
- Standar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas,
Dirjen Bina Pelayanan Medik, DEPKES tahun 2007

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 120


2.F. UPAYA KESEHATAN JIWA

2.F.1. Cakupan Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Jiwa

Pengertian :
- Deteksi dini gangguan kesehatan jiwa adalah kegiatan
pemeriksaan untuk melihat adanya gejala awal gangguan
kesehatan jiwa, dengan menggunakan metoda 2 menit.
- Kesehatan jiwa adalah kondisi mental sejahtera yang
memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai bagian
yang utuh dari kualitas hidup seseorang menyebabkan adanya
gangguan pada fungsi jiwa serta menimbulkan penderitaan
pada individu dan atau hambatan.
- Jenis-jenis gangguan jiwa antara lain: gangguan Psikotik,
Neurotik, Retardasi Mental, Gangguan Kesehatan Jiwa pada
bayi dan anak remaja, penyakit jiwa lainnya ( Napza ) dan
epilepsi.

Definisi Operasional :
Cakupan Deteksi Dini gangguan kesehatan jiwa adalah
persentase pasien yang mendapatkan pelayanan deteksi dini
gangguan kesehatan jiwa di Puskesmas.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah seluruh kunjungan pasien Puskesmas dalam kurun waktu
satu tahun

Target :
100 %

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 121


Cara Penghitungan :
Jumlah pasien yang diperiksa Deteksi Dini
Cakupan Gangguan Kesehatan Jiwa di Puskesmas
Deteksi Dini dalam kurun waktu satu tahun
= x 100%
Gangguan Jumlah seluruh kunjungan pasien
Kesehatan Jiwa Puskesmas dalam kurun waktu satu
tahun

Pembuktian/Sumber Data :
- Catatan register dari jumlah kasus gangguan jiwa yang
ditemukan di dalam dan di luar Puskesmas.

Rujukan :
- Penggolongan diagnosis ke ICD-10 dari WHO tahun 1992 dan
Buku Saku Diagnosis gangguan jiwa Rujukan ringkas dari
PPDGJ – III Editor Dr. Rusdi Maslim, SpKj.
- Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa Dasar di Puskesmas
Depkes RI Tahun 2004
- SP3

2.F.2 Cakupan Penanganan Pasien Terdeteksi Gangguan Kesehatan


Jiwa

Pengertian :
- Penanganan kasus gangguan kesehatan jiwa dalam bentuk
psikofarmaka dan psikoterapi adalah penanganan pasien yang
sudah terdiagnosa gangguan jiwa ringan, sedang sampai
berat dan mendapatkan pengobatan sesuai dengan tingkatan
diagnosa. Untuk gangguan berat langsung dirujuk ke
pelayanan sekunder.
- Penanganan kasus gangguan jiwa ringan-sedang dilakukan
Puskesmas dalam bentuk pemberian obat, konseling atau
homecare bagi pasien Puskesmas, untuk kasus berat dirujuk
ke RS Jiwa atau RSUD dan rujukan balik (dari RS Jiwa / RSUD).

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 122


Definisi Operasional :
Cakupan penanganan Pasien terdeteksi gangguan kesehatan
jiwa di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah pasien yang terdeteksi gangguan kesehatan jiwa di
wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Target :
100 %

Cara Penghitungan :
Jumlah pasien terdeteksi Gangguan
Kesehatan Jiwa yang ditangani di
Cakupan
wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
Penanganan
waktu satu tahun
Pasien terdeteksi = x 100%
Jumlah pasien yang terdeteksi gangguan
Gangguan
kesehatan jiwa di wilayah kerja
Kesehatan Jiwa
Puskesmas dalam kurun waktu satu
tahun

Pembuktian/Sumber Data :
- Catatan register dari jumlah kasus gangguan jiwa yang
ditemukan di dalam dan di luar Puskesmas.

Rujukan :
- Penggolongan diagnosis ke ICD-10 dari WHO tahun 1992 dan
Buku Saku Diagnosis gangguan jiwa Rujukan ringkas dari
PPDGJ – III Editor Dr. Rusdi Maslim, SpKj.
- Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa Dasar di Puskesmas
Depkes RI Tahun 2004
- SP3

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 123


2.F.3. Cakupan Penyuluhan Kesehatan Jiwa ke Masyarakat oleh
petugas Puskesmas dan Kader

Pengertian :
- Pemberian informasi terhadap perorangan dan masyarakat
tentang kesehatan jiwa dan gangguan dini/awal kesehatan
jiwa dan dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan
program lain.
- Penyuluhan kesehatan jiwa ke masyarakat yang dilakukan oleh
petugas Puskesmas dan kader di luar gedung Puskesmas
selama 1 (satu) tahun.

Definisi Operasional :
Cakupan penyuluhan kesehatan jiwa ke masyarakat oleh petugas
Puskesmas dan kader adalah persentase jumlah penyuluhan
keswa dibandingkan jumlah penyuluhan terpadu/keseluruhan.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah keseluruhan penyuluhan kelompok yang dilakukan di
Posyandu di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu
tahun

Target :
1 x jumlah RW atau posyandu per tahun (100 %)

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 124


Cara Perhitungan :
Cakupan Jumlah penyuluhan kelompok program
penyuluhan keswa di wilayah kerja Puskesmas
kesehatan jiwa ke dalam kurun waktu satu tahun
masyarakat oleh = Jumlah keseluruhan penyuluhan x 100%
petugas kelompok yang dilakukan di Posyandu di
puskesmas dan wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
kader waktu satu tahun

Pembuktian/Sumber :
- Data dan catatan penyuluhan

Rujukan :
- Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa Dasar di Puskesmas
Depkes RI Tahun 2004
- Pedoman SP3

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 125


2.G. UPAYA KESEHATAN INDRA

2.G.1. Cakupan Kegiatan Penjaringan Penemuan Kasus Kelainan


Refraksi Di SD/MI

Pengertian :
- Penjaringan adalah pencarian kasus pada siswa SD/ MI kelas 1
(satu)
- Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak
terbentuk pada retina (makula lutea atau bintik kuning)
sehingga terjadi ketidakseimbangan sistem optik pada mata
yang menghasilkan bayangan.

Difinisi Operasioanl :
Cakupan kegiatan penjaringan kelainan refraksi pada siswa
SD/MI di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah siswa SD/MI yang berada di wilayah kerja Puskesmas
dalam kurun waktu satu tahun.

Target :
80% diperiksa siswa SD/ MI kelas 1 (satu) yang ada di wilayah
kerja Puskesmas

Cara Penghitungan :

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 126


Cakupan Jumlah siswa SD/ MI kelas 1 (satu) yang
Kegiatan dilakukan pemeriksaan refraksi di
Penjaringan wilayah kerja Puskesmas pada kurun
Penemuan = waktu satu tahun x 100%
Kasus Kelainan Jumlah siswa SD/MI kelas 1 (satu) yang
Refraksi Di berada di wilayah kerja Puskesmas pada
SD/MI kurun waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber Data :


- Rekap hasil penjaringan UKS

Rujukan :
- Standar Pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan dan
Pendengaran

2.G.2. Cakupan Penanganan Kasus Kelainan Refraksi Di SD/MI

Pengertian :
- Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak
terbentuk pada retina (makula lutea atau bintik kuning)
sehingga terjadi ketidakseimbangan sistem optik pada mata
yang menghasilkan bayangan

Difinisi Operasional :
Cakupan penanganan kasus kelainan refraksi pada siswa SD/MI
pada kegiatan penjaringan di wilayah kerja Puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 127


Jumlah siswa SD/MI ditemukan positif kelainan refraksi saat
penjaringan di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu
tahun

Target :
100%

Cara Penghitungan :
Jumlah anak yang ditemukan positif kelainan
Cakupan
refraksi saat penjaringan yang mendapatkan
Penanganan
penanganan di wilayah kerja Puskesmas
Kasus
= dalam kurun waktu satu tahun x 100%
Kelainan
Jumlah yang ditemukan positif kelainan
Refraksi di
refraksi saat penjaringan di wilayah kerja
SD/MI
Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber Data :


- Rekap hasil penjaringan UKS

Rujukan :
- Standar Pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan dan
Pendengaran

2.G.3. Cakupan Penanganan Penyakit Katarak

Pengertian :
- Katarak adalah proses degeneratif berupa kekeruhan
lensa alami bola mata sehingga menyebabkan menurunnya
kemampuan penglihatan sampai kebutaan. Keadaan ini dapat
direhabilitasi dengan melakukan tindakan bedah berupa
pengangkatan katarak dan menanam lensa intraokuler.
- Tindakan operasi katarak adalah mengeluarkan lensa yang
keruh dan menggantinya dengan lensa tanam buatan
(intraocular lens).
Difinisi Operasional :

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 128


Cakupan Penanganan Penyakit Katarak adalah cakupan
penanganan penyakit katarak di wilayah kerja Puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah Pasien terdeteksi Katarak

Target :
100 % terdeteksi katarak dioperasi

Cara Penghitungan :
Jumlah pasien katarak di wilayah kerja
Cakupan
Puskesmas yang di operasi dalam kurun
Penanganan
waktu satu tahun
Penyakit = x 100%
Jumlah pasien terdeteksi katarak di
Katarak
wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber Data :


Laporan Kegiatan Operasi katarak

Rujukan :
Standar Pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan dan
Pendengaran

2.G.4. Cakupan Kegiatan Penjaringan Penemuan Kasus Gangguan


Pendengaran di SD/MI

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 129


Pengertian :
- Penjaringan adalah pencarian kasus kesehatan pada siswa SD/
MI kelas 1 (satu).

Definisi Operasioanal :
Cakupan Kegiatan Penjaringan Penemuan Kasus Gangguan
Pendengaran di SD/MI adalah persentase kegiatan penjaringan
gangguan pendengaran pada siswa SD/MI di wilayah kerja
Puskesmas pada kurun waktu satu tahun

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah siswa SD/MI kelas 1 (satu) yang berada di wilayah kerja
Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun.

Cara Penghitungan :
Cakupan Jumlah siswa SD/ MI kelas 1 (satu) yang
Kegiatan dilakukan pemeriksaan gangguan
Penjaringan pendengaran di wilayah kerja
Penemuan Puskesmas pada kurun waktu satu tahun
= x 100%
Kasus Jumlah siswa SD/MI kelas 1 (satu) yang
Gangguan berada di wilayah kerja Puskesmas pada
Pendengaran di kurun waktu satu tahun
SD/MI

Target :
80% diperiksa siswa SD/ MI kelas 1 (satu) yang ada di wilayah
kerja Puskesmas

Pembuktian/ Sumber Data :


- Rekap hasil penjaringan UKS

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 130


Rujukan :
- Standar Pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan dan
Pendengaran

2.G.5. Cakupan Kasus Gangguan Pendengaran di SD/MI yang


ditangani

Pengertian :
- OMSK atau Congek adalah infeksi kronis telinga tengah, terjadi
perforasi pada gendang telinga, yang ditandai telinga
mengeluarkan cairan dari telinga terus menerus atau hilang
timbul sebanyak lebih kurang 8 mg.

Definisi Operasioanal :
Cakupan Kasus Gangguan Pendengaran di SD/MI yang ditangani
adalah kasus gangguan pendengaran di SD/MI dari kegiatan
penjaringan yang ditangani di Puskesmas pada kurun waktu satu
tahun

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah kasus gangguan pendengaran siswa SD/MI yang
ditemukan hasil penjaringan di wilayah kerja Puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun.

Target :
100%

Cara Penghitungan :

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 131


Cakupan Jumlah siswa SD/ MI kelas 1 (satu) yang
Kegiatan dilakukan pemeriksaan gangguan
Penjaringan pendengaran di wilayah kerja
Penemuan Puskesmas pada kurun waktu satu tahun
= x 100%
Kasus Jumlah kasus gangguan pendengaran
Gangguan siswa SD/MI yang ditemukan hasil
Pendengaran di penjaringan di wilayah kerja Puskesmas
SD/MI dalam kurun waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber Data :


- Rekap hasil penjaringan UKS
- Register Pasien

Rujukan :
- Standar Pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan dan
Pendengaran

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 132


2.H. UPAYA KESEHATAN LANJUT USIA

2.H.1. Cakupan Kesehatan Usia Lanjut

Pengertian :
- Usia lanjut atau lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih yang secara fisik terlihat berbeda dengan
kelompok umum lainnya

Difinisi Operasional :
Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut adalah persentase
Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di sarana
pelayanan kesehatan Puskesmas pada kurun waktu satu tahun

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah sasaran usia lanjut Puskesmas di wilayah kerja Puskesmas
pada kurun waktu satu tahun

Target :
70%

Cara Penghitungan :
Jumlah sasaran usia lanjut yang
Cakupan
mendapatkan Pelayanan Kesehatan di
Pelayanan
= Puskesmas selama kurun waktu satu tahun x 100%
Kesehatan
Jumlah sasaran usia lanjut di wilayah kerja
Usia Lanjut
Puskesmas selama kurun waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber data :


- Form (F1;F2;F3;F4;F5)

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 133


Rujukan :
- Buku Pedoman Pembinaan, kesehatan usia lanjut bagi petugas
kesehatan
- Buku Pedoman Puskesmas santun usia lanjut bagi petugas
kesehatan

2.H.2. Cakupan Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut pada Kelompok


Usia Lanjut

Pengertian :
- Kesehatan usia lanjut adalah Kesehatan manusia yang berusia
60 tahun atau lebih baik jasmani rohani dan sosial
- Usia prasemilis/ verlitisi adalah Seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih (UU 13 tahun 1998)
- Usia Lanjut Resiko Tinggi adalah Seseorang yang berusia 70
tahun lebih, atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan.
- Kartu Menuju Sehat (KMS) usia lanjut adalah Suatu alat untuk
mencatat kondisi kesehatan pribadi usia lanjut baik fisik
mapun mental emosional untuk memonitor dan menilai
kemajuan kesehatan usia lanjut yang dilaksanakan di
kelompok usia lanjut atau Puskesmas

Difinisi Operasional :
Cakupan Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut pada Kelompok Usia
Lanjut adalah Persentase Kelompok Usia Lanjut di wilayah kerja
Puskesmas pada kurun waktu satu tahun, yang mendapatkan
pembinaan kesehatan usia lanjut oleh petugas Puskesmas

Satuan :
Persen (%)

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 134


Sasaran :
Jumlah Kelompok usia lanjut di wilayah kerja Puskesmas pada
kurun waktu satu tahun

Target :
100%

Cara Penghitungan :
Jumlah Kelompok Usila Lanjut yang
Cakupan
mendapatkan pembinaan kes. usia lanjut
Pembinaan
di wil. kerja Puskesmas dalam kurun
Kesehatan = x 100%
waktu satu tahun
Kelompok
Jumlah Kelompok usia lanjut di wil. kerja
Usia Lanjut
Puskesmas pada kurun waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber data :


- Catatan hasil kegiatan kelompok usia lanjut

Rujukan :
- Buku Pedoman Pembinaan, kesehatan usia lanjut bagi petugas
kesehatan
- Buku Pedoman Puskesmas santun usia lanjut bagi petugas
kesehatan.

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 135


2.I. UPAYA KESEHATAN TRADISIONAL

2.I.1. Cakupan Pembinaan Upaya Kesehatan Tradisional (Kestrad)

Pengertian:
- Upaya kesehatan tradisional adalah cara menanggulangi
masalah (gangguan) kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat dengan pengobatan dan/atau perawatan dengan
cara dan obat cara lain diluar ilmu kedokteran
(tradisional/alternatif) yang mengacu pada pengalaman dan
keterampilan turun-menurun secara empiris yang dapat
dipertanggung jawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma
yang berlaku di masyarakat.
- Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan berupa
bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, campuran
dari dua bahan tersebut yang secara turun-menurun telah
digunakan untuk pengobatan dan dapat diterapkan sesuai
dengan norma yang berlaku di masyarakat.
- Pengobat Tradisional (Battra) adalah seseorang yang diakui
dan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai orang yang
mampu melakukan pengobatan secara tradisional, yang
dikelompokkan menjadi 2 yaitu berdasarkan keterampilan
dan ramuan.
- Pengobatan Tradisional dengan Ketrampilan : akupuntur,
pengobatan patah tulang, pijat urut, pijat refleksi, shiatsu, spa
terapis, bekam, dan lain-lain
- Pengobatan Tradisional dengan Ramuan : shinse, tabib, gurah,
Pengobat Tradisional ramuan asli Indonesia (jamu), aroma
terapi, pengobatan sauna, homeopathy, dan lain-lain.

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 136


Definisi Operasional :
Cakupan pembinaan Pengobat tradisional adalah cakupan
Pengobat tradisional yang dibina oleh Petugas Puskesmas yang
berada di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu
tahun

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Seluruh pengobat tradisional yang berada di wilayah kerja
Puskesmas dalam kurun waktu satu.

Target :
13 %

Cara Perhitungan :
Jumlah Pengobat Tradisional yang
Cakupan dibina petugas Puskesmas di wilayah
Pembinaan Upaya kerja Puskesmas dalam kurun waktu
Kesehatan = satu tahun x 100%
Tradisional Jumlah Pengobat Tradisional
(Kestrad) seluruhnya di wilayah Puskesmas
dalam kurun waktu satu tahun

Pembuktian/ Sumber Data :


- Register Pelayanan Kesehatan Tradisional

Rujukan :
- UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pedoman
Pembinaan Upaya Kesehatan
- Tradisional bagi Petugas Kesehatan, Kepmenkes RI No. 1076/
Menkes/ SK/ VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan
Tradisional

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 137


- PerMenkes RI No. 1109/ Menkes/ PER/IX/2007 tentang
Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer Alternatif di
Fasilitas Yankes dan Pedoman Pembinaan Yankestrad.

2.I.2. Cakupan Pengobat Tradisional Terdaftar / Berijin

Pengertian :
- Surat Terdaftar Pengobat Tradisional (STPT) adalah bukti
tertulis yang diberikan kepada pengobat tradisional yang
telah melaksanakan pendaftaran, STPT tersebut dikeluarkan
oleh Dinkes Kab/Kota.
- Surat Izin Pengobat Tradisional (SIPT) adalah bukti tertulis
yang diberikan kepada pengobat tradisional yang metodenya
telah dikaji, diteliti, dan diuji terbukti aman dan bermanfaat
bagi kesehatan, SIPT tersebut dikeluarkan oleh Dinkes
Kab/Kota.

Difinisi Operasional :
Cakupan Pengobat Tradisional Terdaftar / Berijin adalah
persentase pengobat tradisional yang terdaftar atau berijin di
wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah Pengobat Tradisional yang dibina oleh Petugas
Puskesmas yang ada di wilayah Puskesmas dalam kurun waktu
satu tahun

Target :
100%

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 138


Cara Perhitungan :
Jumlah Pengobat Tradisional yang dibina
oleh Petugas Puskesmas yang ada di
Cakupan
wilayah Puskesmas dalam kurun waktu
Pengobat
satu tahun yang mempunyai STPT/SIPT
Tradisional = x 100%
Jumlah Pengobat Tradisional yang dibina
Terdaftar /
oleh Petugas Puskesmas yang ada di
Berijin
wilayah Puskesmas dalam kurun waktu
satu tahun

Pembuktian/Sumber Data :
- Register Pelayanan Kesehatan Tradisional

Rujukan :
- UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pedoman
Pembinaan Upaya Kesehatan
- Tradisional bagi Petugas Kesehatan, Kepmenkes RI No.
1076/Menkes/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan
Pengobatan Tradisional,
- PerMenkes RI No. 1109/Menkes/PER/IX/2007 tentang
Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer Alternatif di
Fasilitas Yankes dan Pedoman Pembinaan Yankestrad.

2.I.3. Cakupan Pembinaan Kelompok Taman Obat Keluarga (TOGA)

Pengertian :
- TOGA adalah Taman Obat Keluarga yang dimanfaatkan untuk
meningkatkan kesehatan, pengobatan sederhana dan sumber
perbaikan gizi keluarga.
- Kelompok TOGA adalah kelompok keluarga yang
memanfaatkan Taman Obat Keluarga untuk meningkatkan
kesehatan, pengobatan sederhana dan sumber perbaikan gizi
keluarga.

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 139


Definisi Operasional :
Cakupan Pembinaan Kelompok TOGA adalah Cakupan Kelompok
TOGA yang dibina oleh petugas Puskesmas dalam kurun waktu
satu tahun.

Satuan :
Persen (%)

Sasaran :
Jumlah kelompok TOGA yang ada di wilayah kerja Puskesmas
dalam kurun waktu satu tahun

Target :
100%

Cara Perhitungan :
Jumlah kelompok TOGA yang mendapat
Cakupan pembinaan dari petugas Puskesmas
Pembinaan = Jumlah kelompok TOGA yang ada di x 100%
TOGA wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
waktu satu tahun

Pembuktian/Sumber Data :
- Register Pelayanan Kesehatan Tradisional

Rujukan :
- UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pedoman
Pembinaan Upaya Kesehatan
- Tradisional bagi Petugas Kesehatan, Kepmenkes RI No. 1076/
Menkes /SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan
Tradisional,
- PerMenkes RI No. 1109/ Menkes/ PER/IX/2007 tentang
Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer Alternatif di
Fasilitas Yankes dan Pedoman Pembinaan Yankestrad.

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 140


BAB III MANAJEMEN PUSKESMAS

I. MANAJEMEN OPERASIONAL PUSKESMAS

1.1. Visi Organisasi Puskesmas :


 Ada
 Makna dari Visi
 Keterkaitan dengan Visi Dinas Kesehatan Kab/Kota
 Tolok Ukur Keberhasilan Visi
 Pemahaman Staf tentang Visi (minimal 3 orang)
Nilai :
 10 = Ada, 5 Item
 8 = Ada, 4 Item
 6 = Ada, 3 Item
 4 = Ada, 2 Item
 2 = Ada, 1 Item
 0 = Tidak Ada

1.2. Misi Puskesmas :


 Ada
 Kesesuaian dengan tujuan untuk mencapai Visi
 Makna dari Misi
 Tolok Ukur Keberhasilan Misi
 Pemahaman staf tentang Misi (minimal 3 orang)
Nilai :
 10 = Ada, 5 Item
 8 = Ada, 4 Item
 6 = Ada, 3 Item
 4 = Ada, 2 Item
 2 = Ada, 1 Item
 0 = Tidak Ada

1.3. Dokumen Perencanaan Puskesmas :

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 141


 Ada
 Ada, Analisa Situasi
 Ada, Identifikasi Masalah
 Ada, Prioritas Masalah
 Ada, Upaya Pemecahan Masalah
 Ada, Prioritas Pemecahan Masalah
 Ada, Upaya Pemecahan Masalah
 Ada, Prioritas Pemecahan Masalah
 Ada, Rencana Evaluasi / Indikator Keberhasilan
 Ada, Plan Of Action (POA)
 Ada, Gant Chart
Nilai :
 10 = ada, 9 item
 8 = ada, 7-8 item
 6 = ada, 5-6 item
 4 = ada, 3-4 item
 2 = ada, 1-2 item
 0 = tidak ada

1.4. Dokumen Perencanaan Puskesmas memuat Uraian Permasalah


tentang :
 Masalah Kesehatan
 Masalah dan Pencapaian Visi Puskesmas
 Masalah dalam melaksanakan Fungsi Puskesmas
 Explorasi Akar Penyebab Masalah
 Perumusan Akar Penyebab Masalah (4 W 1 H)
Nilai :
 10 = Ada, 5 Item
 8 = Ada, 4 Item
 6 = Ada, 3 Item
 4 = Ada, 2 Item
 2 = Ada, 1 Item
 0 = Tidak Ada

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 142


1.5. Ada, Rencana Evaluasi / Indikator Keberhasilan :
Lokakarya Mini Bulanan adalah pertemuan yang
diselenggarakan setiap bulan di Puskesmasyang dihadiri oleh
seluruh staf di Puskesmas, puskesmas pembantu dan bidan di
desa serta dipimpin oleh kepala puskesmas, dengan keluaran
Rencana Kerja bulan yang akan datang.
Nilai :
 10 = 11 - 12 kali/th
 8 = 8 – 10 kali/th
 6 = 5 - 7 kali/th
 4 = 2 - 4 kali/th
 2 = 1 kali/th
 0 = Tidak Ada

1.6. Mini Lokakarya bulanan :


 Sosialisasi masalah - masalah kesehatan terkini
 Evaluasi kegiatan - kegiatan yang telah dilaksanakan
 Problem solving
 Rencana Tindak Lanjut (RTL)
 Ada notulen, daftar hadir, dan bukti fisik yang lain
Nilai :
 10 = Ada, 5 Item
 8 = Ada, 4 Item
 6 = Ada, 3 Item
 4 = Ada, 2 Item
 2 = Ada, 1 Item
 0 = Tidak Ada

1.7. Lokakarya Triwulanan :


 Dipimpin oleh camat atau sekcam
 Dihadiri minimal 5 sektor terkait : disdik, kesra, PKK, Agama,
KB

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 143


 Evaluasi kegiatan - kegiatan yang telah dilaksanakan
 Sosialisasi masalah - masalah kesehatan terkini
 Ada notulen, daftar hadir, dan bukti fisik yang lain
Nilai :
 10 = Ada, 5 Item
 8 = Ada, 4 Item
 6 = Ada, 3 Item
 4 = Ada, 2 Item
 2 = Ada, 1 Item
 0 = Tidak Ada

1.8. Laporan Bulanan Puskesmas LB 3 :


 Ada
 Terisi Lengkap
 Dilaporkan maximal tanggal 5 bulan berikutnya
 Dibuat Penyajian Data Cakupan Program (Cakupan Program
Gizi, KIA, Immunisasi, P2M)
 Ditanda tangani oleh Pengelola SP3/Program dan Kepala
Puskesmas.
Nilai :
 10 = Ada, 5 Item
 8 = Ada, 4 Item
 6 = Ada, 3 Item
 4 = Ada, 2 Item
 2 = Ada, 1 Item
 0 = Tidak Ada

1.9. Laporan Bulanan Puskesmas LB 4 :


 Ada
 Terisi Lengkap
 Dilaporkan maximal tanggal 5 bulan berikutnya
 Dibuat Penyajian Data Cakupan Program (a.l. Cakupan
Program UKS, Penyuluhan, Kes. Gigi dll)

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 144


 Ditanda tangani oleh Pengelola SP3/Program dan Kepala
Puskesmas.
Nilai :
 10 = Ada, 5 Item
 8 = Ada, 4 Item
 6 = Ada, 3 Item
 4 = Ada, 2 Item
 2 = Ada, 1 Item
 0 = Tidak Ada

1.10. Laporan Tahunan Puskesmas LSD 1 :


 Ada
 Terisi Lengkap
 Dilaporkan maximal tanggal 5 bulan berikutnya
 Dibuat Penyajian Ketersediaan Sarana dan Fasilitas
Pelayanan)
 Ditanda tangani oleh Pengelola SP3/Program dan Kepala
Puskesmas.
Nilai :
 10 = Ada, 5 Item
 8 = Ada, 4 Item
 6 = Ada, 3 Item
 4 = Ada, 2 Item
 2 = Ada, 1 Item
 0 = Tidak Ada

1.11. Laporan Tahunan Puskesmas LSD 2 :


 Ada
 Terisi Lengkap
 Dilaporkan maximal tanggal 5 bulan berikutnya
 Dibuat Penyajian Sumber Daya Manusia di Puskesmas
 Ditanda tangani oleh Pengelola SP3/Program dan Kepala
Puskesmas.

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 145


Nilai :
 10 = Ada, 5 Item
 8 = Ada, 4 Item
 6 = Ada, 3 Item
 4 = Ada, 2 Item
 2 = Ada, 1 Item
 0 = Tidak Ada

1.12. Laporan Tahunan Puskesmas LSD 3 :


 Ada
 Terisi Lengkap
 Dilaporkan maximal tanggal 5 bulan berikutnya
 Dibuat Penyajian Ketersediaan Alat Kesehatan yang ada di
Puskesmas
 Ditanda tangani oleh Pengelola SP3/Program dan Kepala
Puskesmas.
Nilai :
 10 = Ada, 5 Item
 8 = Ada, 4 Item
 6 = Ada, 3 Item
 4 = Ada, 2 Item
 2 = Ada, 1 Item
 0 = Tidak Ada

1.13. Laporan Kejadian Luar Biasa (KLB) :


 Ada W1 dan atau W2
 Dilaporkan W2 setiap seminggu sekali pada hari Senin
 Terisi Lengkap
 Ditanda tangani oleh Kepala Puskesmas dan Pengelola
Program
 Dibuat Penyajian Data Kejadian Luar Biasa/ Wabah.
Nilai :
 10 = Ada, 5 Item

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 146


 8 = Ada, 4 Item
 6 = Ada, 3 Item
 4 = Ada, 2 Item
 2 = Ada, 1 Item
 0 = Tidak Ada

1.14. Laporan Tahunan :


 Ada
 Kesesuaian dengan Perencanaan Puskesmas
 Kesesuaian dengan Data Laporan Bulanan dan Tahunan
 Indikator Keberhasilan meliputi Input, Proses, Output dan
Outcome
 Teridentifikasi Masalah pada Pelaksanaan Kegiatan dan
Pencapaian Program
 Terdapat Rencana Tindak Lanjut dan Rekomendasi
Nilai :
 5 = Ada, 5 - 6 Item
 8 = Ada, 4
 6 = Ada, 3
 4 = Ada, 2
 2 = Ada, 1
 0 = Tidak

1.15. Laporan Kegiatan :


 Ada
 Kesesuaian dengan Output Program
 Indikator Keberhasilan meliputi Input, Proses dan Output
 Dibuatnya Jadwal Kegiatan
 Terdapat Rencana Tindak Lanjut dan atau Rekomendasi
Nilai :
 10 = Ada, 5 Item
 8 = Ada, 4 Item
 6 = Ada, 3 Item

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 147


 4 = Ada, 2 Item
 2 = Ada, 1 Item
 0 = Tidak Ada

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 148


II. MANAJEMEN ALAT DAN OBAT

Pengelolaan Obat di Gudang Obat Puskesmas

2.1 Kegiatan Permintaan Obat, narkotika, psikotropika


 Petugas puskesmas membuat permintaan obat menggunakan
form LPLPO
 Semua kolom dalam LPLPO diisi lengkap
 Puskesmas menetapkan stok optimum untuk setiap item obat
 PLPO ditandatangani kepala puskesmas, petugas puskesmas,
kepala GFK Kab/kota dan Kepala Dinas Kesehatan Kab/kota
 LPLPO diarsipkan minimal 1 (satu) tahun terakhir
Nilai :
 10 = Ada, 5 Item
 8 = Ada, 4 Item
 6 = Ada, 3 Item
 4 = Ada, 2 Item
 2 = Ada, 1 Item
 0 = tidak ada

2.2 Penerimaan Obat, narkotika dan psikotropika


 Ada petugas khusus di puskesmas yang bertugas menerima
obat
 Petugas selalu memeriksa kemasan dan bentuk fisik obat pada
saat penerimaan obat
 Petugas memeriksa kesesuaian antara obat yang diterima
dengan item obat yang dikirim dan yang tercatat dalam LPLPO
 Petugas memeriksa dan mencatat tanggal kadaluarsa obat
 Petugas penerima mencatat dokumen penyerahan obat dalam
buku penerimaan obat, serta mencatat obat narkotika dan
psikotropika dalam buku khusus
Nilai :
 10 = Ada, 5 Item

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 149


 8 = Ada, 4 Item
 6 = Ada, 3 Item
 4 = Ada, 2 Item
 2 = Ada, 1 Item
 0 = tidak ada

2.3 Pemeriksaan terhadap obat yang diragukan kualitasnya


 Petugas menolak/tidak menerima obat yang kadaluarsa atau
obat rusak
 Petugas menyimpan secara terpisah obat rusak/kadaluarsa
 Terdapat buku catatan obat rusak dan kadaluarsa
 Terdapat Berita Acara Pemusnahan obat rusak/kadaluarsa
 Terdapat kesesuaian antara obat rusak/ kadaluarsa dengan
buku catatan
Nilai :
 10 = Ada, 5 Item
 8 = Ada, 4 Item
 6 = Ada, 3 Item
 4 = Ada, 2 Item
 2 = Ada, 1 Item
 0 = Tidak ada

2.4 Lokasi dan kelengkapan penyimpanan obat di gudang


 Gudang obat terpisah dari ruang pelayanan
 Tersedia kartu stok minimal minimal 50% dari jumlah item obat
yang ada
 Tersedia buku penerimaan obat
 Tersedia rak penyimpanan atau pallet
 Gudang penyimpanan cukup ventilasi, sirkulasi udara dan
penerangan
Nilai :
 10 = Ada, 5 Item
 8 = Ada, 4 Item

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 150


 6 = Ada, 3 Item
 4 = Ada, 2 Item
 2 = Ada, 1 Item
 0 = Tidak ada

2.5 Sarana / gudang obat Puskesmas


 Jumlah obat sesuai dengan kapasitas gudang / tersedia ruang
yang cukup untuk bergerak
 Bersih, tidak berdebu, atap gudang obat dalam keadaan baik
dan tidak ada yang bocor
 Jendela mempunyai teralis
 Sarana / Gudang Obat selalu terkunciKunci dipegang oleh satu
orang petugas
 Bebas dari tikus, kecoa, dan tanda-tanda yang menunjukkan
tikus hidup di dalamnya
Nilai :
 10 = Ada, 5 Item
 8 = Ada, 4 Item
 6 = Ada, 3 Item
 4 = Ada, 2 Item
 2 = Ada, 1 Item
 0 = Tidak ada

2.6 Fasilitas penyimpanan


 Tersedia lemari khusus untuk narkotika dan psikotropika
 Tersedia lemari es khusus untuk produk tertentu
 Obat dikelompokkan dalam jumlah yang mudah dihitung
 Obat dengan kadaluarsa lebih pendek disimpan lebih depan
dibandingkan dengan obat yang mempunyai masa kadaluarsa
lebih panjang ( First Expire First Out )
 Untuk obat yang tidak mempunyai masa kadaluarsa,
penyimpanan berdasarkan kedatangannya. Yang lebih dahulu

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 151


datang disimpan lebih depan dibandingkan dengan yang datang
belakangan (First In First Out)
Nilai :
 10 = Ada, 5 Item
 8 = Ada, 4 Item
 6 = Ada, 3 Item
 4 = Ada, 2 Item
 2 = Ada, 1 Item
 0 = Tidak ada

2.7 Proses distribusi


 Tersedia rencana dan jadwal distribusi obat ke sub unit
 Tersedia permohonan permintaan dari masing-masing sub unit
 Tersedia catatan pengiriman, penerimaan, pemerikasaan
barang oleh sub unit
 Tersedia laporan distribusi kepada Kepala Puskesmas dari sub
unit dengan menggunakan LPLPO sub unit
 Tersedia sarana repacking
Nilai :
 10 = Ada, 5 Item
 8 = Ada, 4 Item
 6 = Ada, 3 Item
 4 = Ada, 2 Item
 2 = Ada, 1 Item
 0 = Tidak ada

Kegiatan Pengelolaan Obat di Kamar Obat (Apotik) Puskesmas

2.8 Kegiatan pelayanan obat


 Adanya buku pencatatan harian pemakaian obat
 Resep yang telah dilayani dicatat dan disimpan sesuai dengan
masing-masing kelompok pasien (umum, gakin/gratis, askes dll)

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 152


 Arsip resep disimpan di tempat khusus sekurang-kurangnya
selama 3 (tiga) tahun
Nilai :
 10 = Ada, 3 Item
 8 = Ada, 2 Item
 6 = Ada, 1 Item
 0 = Tidak ada

2.9 Kelengkapan resep obat


 Setiap resep diberi nomor urut tiap harinya
 Mencantumkan: nama penulis resep
 Mencantumkan: SIP
 Mencantumkan: alamat puskesmas
 Mencantumkan: tanggal resep
 Mencantumkan: nama obat
 Mencantumkan: cara pakai
 Mencantumkan: tanda tangan/ paraf
 Mencantumkan: nama pasien
 Mencantumkan: alamat pasien
 Mencantumkan: jenis kelamin
 Mencantumkan: umur/berat badan
Nilai :
 10 = Ada, ≥ 10
 8 = Ada, 8-9 Item
 6 = Ada, 6-7 Item
 4 = Ada, 4-5 Item
 2 = Ada, 1-3 Item
 0 = Tidak ada

2.10 Proses pelayanan obat


 Tidak terdapat obat yang telah disimpan/dikemas dalam wadah
yang siap diberikan kepada pasien

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 153


 Tidak mengambil obat dalam bentuk tablet/ kapsul/ kaplet
secara langsung, tapi menggunakan sendok/ spatula
 Tidak terdapat obat berlebih di luar wadah obat (petugas kamar
obat mengembalikan kelebihan tablet/kapsul ke dalam wadah
dan ditutup sebelum membuka yang lain )
 Tidak terdapat obat puyer yang dikemas sebelum ada
permintaan resep
 Tidak menyediakan obat antibiotika yang telah dioplos sebelum
ada permintaan
 Jumlah obat yang diberikan sesuai dengan jumlah yang tertulis
pada resep
Nilai :
 10 = Ada, ≥ 5 Item
 8 = Ada, 4 Item
 6 = Ada, 3 Item
 4 = Ada, 2 Item
 2 = Ada, 1 Item
 0 = Tidak ada

2.11 Cara penyerahan dan pemberian informasi


 Petugas kamar obat memanggil pasien dan menanyakan
kembali nama pasien setelah dipanggil
 Petugas kamar obat memberikan informasi nama obat, cara
pemakaian, manfaat obat, apa yang dilakukan bila terdapat efek
samping obat
 Petugas kamar obat meminta pasien untuk mengulang petunjuk
yang telah diberikan kepada pasien
 Petugas memisahkan setiap jenis obat dalam kemasan yang
berbeda
 Petugas kamar obat memberi etiket dan label pada kemasan
dengan nama pasien, tanggal, cara pemakaian
Nilai :
 10 = Ada, 5 Item

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 154


 8 = Ada, 4 Item
 6 = Ada, 3 Item
 4 = Ada, 2 Item
 2 = Ada, 1 Item
 0 = Tidak ada

2.12 Puskesmas selalu membuat PWS indikator peresepan


 Presentase penggunaan antibiotika untuk kasus ISPA tidak lebih
dari 20 %
 Presentase penggunaan antibiotika untuk kasus diare tidak
lebih dari 20 %
 Presentase penggunaan injeksi untuk kasus mialgia tidak lebih
dari 20 %
 Rata-rata jumlah obat yang diresepkan tidak lebih dari 3 jenis
 Penggunaan injeksi tidak lebih dari 10 %
Nilai :
 10 = Ada, 5 Item
 8 = Ada, 4 Item
 6 = Ada, 3 Item
 4 = Ada, 2 Item
 2 = Ada, 1 Item
 0 = Tidak ada

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 155


Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 156
Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 157
III. MANAJEMEN KEUANGAN

3.1 Puskesmas mempunyai buku/catatan administrasi keuangan


 Dokumen lengkap (buku kas berisi: uang masuk & uang keluar)
berdasarkan kegiatan dan sumber anggaran
 Dokumen lengkap (buku kas berisi: uang masuk & uang keluar)
berdasarkan sumber anggaran
 Dokumen lengkap (buku kas berisi: uang masuk & uang keluar)
berdasarkan kegiatan
 Dokumen retribusi yang lengkap tetapi dokumen keuangan
lainnya tidak lengkap
 Ada dokumen tetapi tidak lengkap
Nilai :
 10 = Item no. 1
 8 = Item no. 2
 6 = Item no. 3
 4 = Item no. 4
 2 = Item no. 5
 0 = Tidak ada Dokumen Keuangan

3.2 Membuat catatan bulanan uang masuk-keluar dalam buku kas


Nilai :
 10 = Ya, setiap bulan
 8 = Ya, setiap 3 (tiga) bulan
 6 = Ya, setiap 6 (enam) bulan
 4 = Ya, 1 (satu) tahun sekali
 2 = Ya, Tidak Tentu
 0 = Tidak Pernah

3.3 Kepala Puskesmas melakukan pemeriksaan keuangan secara


berkala
Nilai :
 10 = Ya, setiap bulan

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 158


 8 = Ya, setiap 3 (tiga) bulan
 6 = Ya, setiap 6 (enam) bulan
 4 = Ya, 1 (satu) tahun sekali
 2 = Ya, Tidak Tentu
 0 = Tidak Pernah

3.4 Laporan pertanggungjawaban keuangan program Jamkesmas


meliputi :
 Sisa dana tahun lalu
 Total dana Yankes tahun berjalan
 Biaya Pelayanan kesehatan yg dikeluarkan bulan ini (Yandas &
persalinan)
 Biaya Pelayanan kesehatan yang telah dikeluarkan sampai
denganbulan ini (untuk Yandas & persalinan)
Nilai :
 10 = Membuat laporan dan Mengisi format laporan keuangan
dengan lengkap
 8 = Membuat laporan keuangan dan mengisi Format
pelaporan (Tidak lengkap salah satunya)
 6 = Membuat laporan keuangan dan mengisi format
pelaporan (Tidak lengkap dua-duanya)
 4 = Tidak membuat laporan keuangan dan mengisi format
pelaporan
 2 = Membuat laporan keuangan tetapi tdk mengisi format
laporan
 0 = Tidak membuat laporan keuangan dan tidak mengisi
format laporan

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 159


IV. MANAJEMEN KETENAGAAN

IV.1 Membuat daftar / catatan kepegawaian petugas / Daftar


Urutan Kepangkatan (DUK) setiap kolom berisi : (dibuktikan
dengan bukti fisik)
 Seluruh Petugas
 Nomor, Nama, dan NIP
 Pendidikan Terakhir
 Umur
 Pangkat / Golongan
 TMT Pangkat / Golongan
 Jabatan
 Status Perkawinan
Nilai :
 10 = Ada, 8 item (no. 1–8)
 8 = Ada, 6– 7 item (no. 1– 6/7)
 6 = Ada, 4–5 item(no1–4/5)
 4 = Ada, 2– 3 item (no 1 –2/3)
 2 = Ada, 1 item (no 1)
 0 = Tidak ada

IV.2 Puskesmas mempunyai arsip kepegawaian petugas (semua


item dibuktikan dengan arsip) :
 Seluruh Petugas
 FC SK Calon Pegawai
 FC SK PNS
 FC SK Terakhir
 FC Ijazah Pendidikan Terakhir
 FC SK Penugasan
 DP3
 Kenaikan Gaji Berkala
 Surat Keterangan Cuti
Nilai :

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 160


 10 = Ada, 9 item (no. 1 – 9)
 8 = Ada, 7– 8 item (no. 1–7/8)
 6 = Ada, 5– 6 item (no.1-5/6)
 4 = Ada, 3– 4 item (no.1-3/4)
 2 = Ada, 1– 2 item (no.1-1/2)
 0 = Tidak ada

IV.3 Puskesmas membuat Struktur Organisasi beserta uraian


tugas dan tanggung jawab setiap petugas :
 Adanya Struktur Organisasi yang jelas
 Adanya uraian tugas dan tanggung jawab yang jelas untuk
seluruh petugas
 Jabatan jelas sesuai dengan pendidikan dan jenjang karier
yang ditetapkan
 Uraian tugas harus realistik dari aspek teknik
 Uraian tugas harus realistik dari aspek keterjangkauan
sumber daya
Nilai :
 10 = Ada, 5 item (no. 1 – 5)
 8 = Ada, 4 item (no. 1 – 4)
 6 = Ada, 3 item (no. 1 – 3)
 4 = Ada, 2 item (no. 1 – 2)
 2 = Ada, 1 item (no. 1)
 0 = Tidak ada

IV.4 Puskesmas membuat rencana kerja bulanan dan tahunan


bagi setiap petugas sesuai dengan tugas, wewenang, dan
tanggung jawab :
 Rencana kerja bulanan ada bagi seluruh petugas
 Rencana kerja tahunan bagi seluruh petugas
 Rencana kerja bulanan ada bagi 50% - <100% petugas
 Rencana kerja tahunan ada untuk 50% - <100 % petugas

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 161


 Rencana kerja bulanan dan atau tahunan hanya ada di
sebagian kecil petugas (< 50 %)
Nilai :
 10= ada, 2 item (no.1 &2)
 8= Ada, 2 item (no. 1 & 4)
 6= Ada, 3 item (no. 2, 3 & 5)
 4= Ada, 2 item (no. 3 & 4)
 2= Ada, 1 item
 0= Tidak ada

IV.5 Puskesmas melakukan pembinaan kepada petugas dengan


cara
 penilaian DP3,
 pemberian penghargaan,
 kesejahteraan petugas,
 pemberian sanksi
Nilai :
 10= memenuhi ke-4 aspek tersebut dan tepat waktu
 8= memenuhi ke-4 aspek tersebut dan tidak tepat waktu
 6= memenuhi hanya 3 aspek tersebut dan tepat waktu
 4= memenuhi 2 aspek tersebut dan tepat waktu
 2= memenuhi hanya 1 aspek tersebut dan tepat waktu
 0= tidak ada

IV.6 Puskesmas mempunyai data keadaan, kebutuhan, Nakes,


Non Nakes, PNS, Non PNS, dan sesuai PP 32 Tahun1996 / sesuai
format rutin Jawa Barat
Nilai :
 10= data lengkap memenuhi ke-7 aspek
 8= hanya memenuhi 5-6 aspek
 6= hanya memenuhi 3-4 aspek
 4= hanya memenuhi 1-2 aspek
 2= tidak sesuai dengan PP 3 tahun 1996

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 162


 0= tidak ada
IV.7 Puskesmas mempunyai data keadaan dan kebutuhan Bidan
di Desa (data bidan desa sesuai format yang telah disepakati di
tingkat Provinsi
Nilai :
 10= Ada dan lengkap dengan data kepegawaian
 6= Ada tetapi tidak lengkap dengan data kepegawaian

IV.8 Puskesmas mempunyai daftar pejabat fungsional yang


disusun
 per jenis tenaga,
 membuat tugas pokok dan fungsi sesuai dengan profesi,
 membuat catatan kegiatan harian, membuat DUPAK per
semester,
 DUPAK ditandatangani oleh Kepala Puskesmas.
Nilai :
 10= memenuhi 5 aspek
 8= memenuhi 4 aspek
 6= memenuhi 3 aspek
 4= memenuhi 2 aspek
 2= memenuhi 1 aspek

IV.9 Puskesmas mempunyai data sarana pelayanan kesehatan


yang ada di wilayah kerjanya
Nilai :
 10= Ada
 0= tidak ada

IV.10 Puskesmas mempunyai daftar Institusi Pendidikan Kesehatan


yang ada di wilayah kerjanya
Nilai :
 10= Ada
 0= tidak ada

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 163


Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 164
V. PROGRAM PENGAMATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT

5.1 Membuat PWS per desa / per wilayah :


 DPT – HB 1
 Polio 4
 Hepatitis B1 < 7 hari
 Campak
 DO DPT-HB1 – Campak
Nilai :
 10= 5 jenis PWS
 8= 4 jenis PWS
 6= 3 jenis PWS
 4= 2 jenis PWS
 2= 1 jenis PWS
 0= tidak ada PWS
5.2 Menyampaikan hasil analisis dan rencana tindak lanjut PWS
dalam rapat koordinasi tingkat kecamatan
Nilai :
 10= 12 kali dalam se-tahun
 8= 8 kali dalam se-tahun
 6= 6 kali dalam se-tahun
 4= 4 kali dalam se-tahun
 2= 2 kali dalam se-tahun
 0= tidak/ belum pernah
5.3 Menjalin kemitraan dengan :
 Program terkait (KIA, Promkes, SE)
 Instansi terkait (Diknas, Depag)
 Kepala Desa
 Tokoh masyarakat
Nilai :
 10= lengkap
 8= 3 mitra
 6= 2 mitra

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 165


 4= 1 mitra instansi terkait
 2= 1 mitra program terkait
 0= tidak/ belum terjalin kemitraan
5.4 Kewaspadaan Dini KLB penyakit potensial wabah melalui :
 membuat grafik mingguan.
 melakukan analisis.
 membuat rencana berdasarkan no.1-2.
 melaksanakan rencana yag dibuat
Nilai :
 10= lengkap
 8= item 1 s.d 3 SKD
 6= item 1 dan 2 SKD
 4= item 1
 2= laporan W2 tanpa grafik
 0= tidak ada W2
5.5 Menjalankan Sistem Kewaspadaan Dini faktor risiko (pilih 1 atau
lebih penyakit potensial KLB di Wil. Kerja Puskesmas) melalui :
 Pemetaan faktor risiko
 Dokumentasi faktor risiko penyakit
 Rencana intervensi faktor risiko
 Dokumentasi intervensi faktor risiko
Nilai :
 10= lengkap
 8= item 1 s.d. 3
 6= item 1 dan 2
 4= item 1
 2= hanya dokumentasi
 0= tidak ada

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 166


VI. PROGRAM JPKM (JAMKESMAS)

6.1 Dokumen JAMKESMAS :


 Pengorganisasisan
 Data Kepesertaan Program Jamkesmas
 Data Keuangan Program Jamkesmas
 Laporan bulanan Program Jamkesmas
 Data rujukan Program Jamkesmas
 Rencana bulanan / POA Program Jamkesmas
Nilai :
 10= Ada, 5-6 Item
 8= Ada, 4 Item
 6= Ada, 3 Item
 4= Ada, 2 Item
 2= Ada, 1 Item
6.2 Data Distribusi Kartu Program Jamkesmas :
 100 %
 80 – 99 %
 60 – 79 %
 40 – 59 %
 < 40 %
Nilai :
 10= item 1
 8= item 2
 6= item 3
 4= item 4
 2= item 5
 0= tidak ada data
6.3 Tim Pengelola Program Jamkesmas : (dibuktikan dengan arsip)
 Ada Tim Pengelola
 Ada, SK Tim Pengelola
 Melibatkan lintas sektor
 Melaksanakan Pertemuan Rutin

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 167


 Ada Notulen Pertemuan
Nilai :
 10= Ada, 5 Item
 8= Ada, 4 Item
 6= Ada, 3 Item
 4= Ada, 2 Item
 2= Ada, 1 Item
 0= Tidak Ada
6.4 Pelayanan Kesehatan di Puskesmas :
 Utilisasi 15 %
 Konsultasi Medis
 Tindakan Medis Kecil
 Posyandu
 PHBS
Nilai :
 10= Ada, 5 Item
 8= Ada, 4 Item
 6= Ada, 3 Item
 4= Ada, 2 Item
 2= Ada, 1 Item
 0= Tidak Ada
6.5 Kegiatan Pembinaan dan Pengawasan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota :
 Ada pembinaan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
 Ada, Rencana Kegiatan Pembinaan
 Ada, Laporan Kegiatan Pembinaan
 Ada, Arsip Kegiatan Pembinaan
 Ada Laporan Evaluasi Kegiatan
Nilai :
 10= Ada, 5 Item
 8= Ada, 4 Item
 6= Ada, 3 Item
 4= Ada, 2 Item

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 168


 2= Ada, 1 Item
 0= Tidak Ada

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 169


BAB IV MUTU PELAYANAN

1. Drop out pelayanan ANC (K1-K4)


Nilai :
 10 = 0 - 2,4%
 8 = 2,5 – 4,9%
 6 = 5 – 7,4%
 4 = 7,5 – 10%
 2 = > 10%
 0 = tidak ada data

2. Persalinan oleh tenaga kesehatan


Nilai :
 10 = 100%
 8 = 81 – 99%
 6 = 71 – 80%
 4 = 61 – 70%
 2 = 51 – 60%
 0 = < 50%

3. Kepatuhan terhadap standar ANC


Nilai :
 10 = 91 – 100%
 8 = 81 – 90%
 6 = 71 – 80%
 4 = 61 – 70%
 2 = 51 – 60%
 0 = <50%

4. Akseptor KB MJP Aktif dengan Komplikasi


Nilai :
 10 = 0-0,7%
 8 = >0,7-1,4%

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 170


 6 = >1,4-2,1%
 4 = >2,1-2,8%
 2 = >2,8-<3,5%
 0 = > 3,5%

5. Akseptor KB MJP Aktif dengan Kegagalan


Nilai :
 10 = 0-0,04%
 8 = >0,04-0,08%
 6 = >0,08-0,12%
 4 = >0,12-0,16%
 2 = >0,16-<0,2%
 0 = >0,02%

6. Error rate pemeriksaan BTA


Nilai :
 10 = <5%
 8 = 2,5% - 4,9%
 6 = 5 – 7,4%
 4 = 7,5% - 10%
 2 = > 10%
 0 = tidak ada data

7. Kepatuhan terhadap standar pemeriksaan TB Paru


Nilai :
 10 = 91 – 100%
 8 = 81 – 90%
 6 = 71 – 80%
 4 = 61 – 70%
 2 = 51 – 60%
 0 = <50%

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 171


8. Suhu lemari es memenuhi syarat (2-8 0C) dan dicatat 2 kali
dalam sehari (Pencatatan suhu lemari es yang dapat diketahui
dari grafik/ buku suhu lemari es pada program immunisasi)
Nilai :
 10 = suhu memenuhi syarat, dicatat 2 kali
 8 = suhu memenuhi syarat, suhu dicatat sehari 1 kali
 6 = suhu memenuhi syarat, suhu dicatat sehari 2 kali,
tetapi tidak lengkap
 4 = suhu memenuhi syarat, suhu dicatat sehari 1 kali,
tetapi tidak lengkap
 2 = suhu memenuhi syarat, tetapi catatan tidak lengkap
 0 = tidak ada catatan suhu

9. DO DPTHB1 – Campak

Cara Penghitungan :
DO DPTHB1 – Cakupan DPTHB1-Campak
= x 100%
Campak Cakupan DPTHB1

Nilai :
 10 = ≤ 8%
 0 = > 8%

10. DO DPTHB1-DPTHB3

Cara Penghitungan :

DO DPTHB1- Cakupan DPTHB1-Cakupan DPTHB3


= Cakupan DPTHB1 x 100%
DPTHB3

Nilai :

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 172


 10 = ≤ 8%
 0 = > 8%

11. DO DPTHB1-POLIO4

Cara Penghitungan :

DO DPTHB1- Cakupan DPTHB1-Cakupan POLIO4


= Cakupan DPTHB1 x 100%
DPTHB3

Nilai :
 10 = ≤ 8%
 0 = > 8%

12. Peralatan dan kelengkapan di ruang rawat jalan/ BP dan BP Gigi


 Tersedianya peralatan poliklinik set
 Peralatan Non Medis
 Peralatan gawat darurat
 Sterillisator, korentang dan tempatnya
 Tempat cuci tangan dan tempat
Nilai :
 10 = Ada, 5 Item
 8 = Ada, 4 Item
 6 = Ada, 3 Item
 4 = Ada, 2 Item
 2 = Ada, 1 Item
 0 = Tidak Ada

13. Sistem pencatatan dan pelaporan di ruang rawat jalan BP dan


BP Gigi
 Tersedia kartu rawat jalan
 Sensus harian penyakit

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 173


 Laporan bulanan penyakit
 Kartu inventaris ruangan
 Formulir resep
Nilai :
 10 = Ada, 5 Item
 8 = Ada, 4 Item
 6 = Ada, 3 Item
 4 = Ada, 2 Item
 2 = Ada, 1 Item
 0 = Tidak Ada

14. Pelayanan Petugas di ruang rawat jalan BP dan BP Gigi


 Pembagian jadwal petugas pelayanan
 Tupoksi petugas
 Uraian tugas masing-masing petugas
 Protap pelayanan
 10 besar penyakit
Nilai :
 10 = Ada, 5 Item
 8 = Ada, 4 Item
 6 = Ada, 3 Item
 4 = Ada, 2 Item
 2 = Ada, 1 Item
 0 = Tidak Ada

15. Penanggulangan Syok Anaphylaktik di ruang rawat jalan BP dan


BP Gigi
 Ada obat-obatan syok anaphylaktik
 Ada tempat khusus obat
 Obat terinci berdasarkan jenis/ macam dan jumlah obat
 Penempatannya mudah untuk dipergunakan
 Ada protap syok anaphylaktik
Nilai :

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 174


 10 = Ada, 5 Item
 8 = Ada, 4 Item
 6 = Ada, 3 Item
 4 = Ada, 2 Item
 2 = Ada, 1 Item
 0 = Tidak Ada

16. Ratio Penambalan dan Pencabutan Gigi


Nilai :
 10 = >1:1
 0 = <1:1

17. Prosedur petugas pada saat memberikan pelayanan


 Petugas melakukan anamnesa
 Petugas melakukan pemeriksaan fisik/ penunjang
 Penempatan diagnosa
 Terapi
 Konseling & rujukan bila diperlukan
Nilai :
 10 = Ada, 5 Item
 8 = Ada, 4 Item
 6 = Ada, 3 Item
 4 = Ada, 2 Item
 2 = Ada, 1 Item
 0 = Tidak Ada

18. Pelaksanaan penyuluhan dalam gedung Puskesmas di bagian


 Tempat pendaftaran
 Klinik umum
 Klinik KIA/ KB
 Ruang rawat inap
 Laboratorium
 Kamar Obat

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 175


 Tempat bayar
Nilai :
 10 = ≥ 5 tempat
 8 = 4 tempat
 6 = 3 tempat
 4 = 2 tempat
 2 = 1 tempat
 0 = tidak melaksanakan penyuluhan/ tidak ada data

19. Media yang dipergunakan untuk penyuluhan


 Leaflet
 Poster
 Booklet
 Lembar balik
 Flashcard
 TV
 Radio kaset
Nilai :
 10 = ≥ 5 jenis media
 8 = 4 jenis media
 6 = 3 jenis media
 4 = 2 jenis media
 2 = 1 jenis media
 0 = tidak menggunakan media penyuluhan/tidak ada
data

20. Prosentase Balita yang naik berat badannya (%N/D).

Cara Penghitungan :

Prosentase rata-rata Balita yang naik (N) BB/bulan


Balita yang = x 100%
naik BB-nya rata-rata Balita ditimbang (D)/bulan

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 176


N adalah jumlah N selama 12 bulan (Januari s.d Desember)
dibagi 12
D adalah jumlah D selama 12 bulan (Januari s.d Desember)
dibagi 12

Nilai :
 10 = ≥ 75%
 8 = 70-74,9%
 6 = 65-69,9%
 4 = 60-64,9%
 2 = < 60%
 0 = tidak ada data

21. Prosentase Balita BGM ditangani Puskesmas (%BGM) tiap bulan

Cara Penghitungan :

Prosentase Jumlah Balita BGM yang ditangani


Balita BGM Puskesmas
ditangani = x 100%
Puskesmas (% Jumlah Balita BGM di wilayah kerja
BGM) tiap bulan Puskesmas

Nilai :
 10 = 90-100%
 8 = 70-89%
 6 = 50-69%
 4 = 30-49%
 2 = 0-29%
 0 = tidak ada data

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 177


22. Rata – Rata Lamanya Dirawat (Average Length of Stay=ALOS)
Puskesmas Dengan Tempat Perawatan (DTP)

Cara Penghitungan :
Jumlah hari perawatan pasien rawat
Rata-rata inap (hidup dan mati) di Puskesmas
Lamanya = DTP x 100%
Dirawat (ALOS) Jumlah pasien rawat inap yang keluar
(hidup dan mati) di Puskesmas DTP

Nilai :
 10 = 1:3 hari
 8 = 4-5 hari
 0 = >5

23. Angka Penggunaan Tempat Tidur (BED Accupancy Rate = BOR)


Puskesmas Dengan Tempat Perawatan (DTP)
Nilai :
 10 = 80%
 8 = 70%-79% atau 81%-90%
 6 = 60%-69% atau 91%-100%
 4 = 41-59%
 2 = 10-40%
 0 = 0-10%

24. Survey Kepuasan Pelanggan

Nilai :
 10 = 100%
 8 = 81 – 99 %
 6 = 71 – 80 %
 4 = 61 – 70 %
 2 = 51 – 60 %
 0 = 0-51%

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 178


BAB V CARA PENGHITUNGAN

I. KRITERIA PENGELOMPOKAN

Penilaian Kinerja ditetapkan menggunakan nilai ambang untuk


tingkat kelompok Puskesmas, yaitu :

Cakupan Pelayanan
1. Kelompok I : tingkat pencapaian hasil ≥ 91%
2. Kelompok II : tingkat pencapaian hasil = 81-90%
3. Kelompok III : tingkat pencapaian hasil ≤ 80%

Mutu Pelayanan Kesehatan dan Manajemen


1. Kelompok I : Nilai rata-rata ≥ 8,5
2. Kelompok II : Nilai rata-rata 5,5-8,4
3. Kelompok III : Nilai rata-rata < 5,5

Nilai Akhir
1. Kelompok I : Nilai rata-rata ≥ 85%
2. Kelompok II : Nilai rata-rata 55%-84%
3. Kelompok III : Nilai rata-rata < 55%

II. PENGHITUNGAN CAKUPAN PELAYANAN

Tahap Penghitungan Cakupan Pelayanan :

1. Cakupan Pelayanan dihitung dengan membagi capaian dengan


target sasaran dan dikalikan 100% sesuai yang tercantum pada
bab 2 buku ini.
2. Jumlah Nilai Cakupan Pelayanan masing sub kegiatan dibagi
dengan jumlah sub-sub kegiatan dalam sub kegiatan tersebut
yang kemudian menjadi nilai rata-rata cakupan pelayanan sub
kegiatan.

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 179


4. Jumlah Nilai rata-rata masing-masing sub kegiatan dibagi
jumlah sub kegiatan dalam kegiatan tersebut, yang kemudian
menjadi nilai rata-rata kegiatan.
5. Dari item 1 s.d 3 dihasilkan 2 nilai rata-rata kegiatan yaitu nilai
cakupan upaya kesehatan wajib dan nilai cakupan upaya
kesehatan pilihan.
6. Dengan pembobotan 70 pada cakupan upaya kesehatan wajib
dan 30 pada cakupan upaya kesehatan pilihan, hasil jumlah nilai
keduanya dibagi 2.
7. Memasukkan hasil cakupan pelayanan dalam kriteria kelompok
yang sesuai.

Tahap Penghitungan Kinerja :

1. Kinerja dihitung dengan mengalikan cakupan pelayanan dengan


target.
2. Jumlah nilai kinerja Pelayanan masing sub kegiatan dibagi
dengan jumlah sub-sub kegiatan dalam sub kegiatan tersebut
yang kemudian menjadi nilai rata-rata kinerja pelayanan sub
kegiatan.
3. Jumlah Nilai rata-rata masing-masing sub kegiatan dibagi
jumlah sub kegiatan dalam kegiatan tersebut, yang kemudian
menjadi nilai rata-rata kegiatan.
4. Dari item 1 s.d 3 dihasilkan 2 nilai rata-rata kegiatan yaitu nilai
kinerja upaya kesehatan wajib dan nilai kinerja upaya
kesehatan pilihan.
5. Dengan pembobotan 70 pada kinerja upaya kesehatan wajib
dan 30 pada kinerja upaya kesehatan pilihan, hasil jumlah nilai
keduanya dibagi 2.
6. Memasukkan hasil kinerja pelayanan dalam kriteria kelompok
yang sesuai.

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 180


III. PENGHITUNGAN MUTU PELAYANAN
KESEHATAN DAN MANAJEMEN

Tahap Penghitungan Mutu Pelayanan Kesehatan dan Manajemen :


1. Nilai mutu pelayanan kesehatan dan manajemen dihitung
sesuai yang tercantum pada bab III dan bab IV buku ini.
2. Jumlah nilai dari sub-sub kegiatan dibagi dengan jumlah sub-
sub kegiatan dalam sub kegiatan tersebut yang kemudian
menjadi nilai rata-rata sub kegiatan.
3. Jumlah Nilai rata-rata masing-masing sub kegiatan dibagi
jumlah sub kegiatan dalam kegiatan tersebut, yang kemudian
menjadi nilai rata-rata kegiatan.
4. Dari item 1 s.d 3 dihasilkan nilai mutu pelayanan dan nilai
manajemen.
5. Memasukkan nilai mutu pelayanan dan manajemen dalam
kriteria kelompok yang sesuai.

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 181


IV. KRITERIA PENGELOMPOKAN AKHIR

Dari uraian di atas diperoleh hasil 3 nilai, yaitu :


1. Nilai Cakupan Pelayanan, berbentuk persen
2. Nilai Mutu Pelayanan, berbentuk nilai mutlak
3. Nilai Manajemen, berbentuk nilai mutlak.

Tahap penentuan akhir kelompok Puskesmas :


1. Mangubah nilai mutu pelayanan dan nilai manajemen dari nilai
mutlak ke persen dengan mengalikannya dengan 100%.
2. Mengalikan nilai cakupan pelayanan dengan bobot 1,5
3. Menjumlah nilai cakupan pelayanan, nilai mutu pelayanan, nilai
manajemen
4. Hasil dibagi 3.
5. Memasukkan nilai akhir dalam kriteria pengelompokan nilai
akhir.

Contoh Kasus :

Puskesmas A memiliki nilai :


 Cakupan Upaya Kesehatan Wajib = 61,83
 Cakupan Upaya Kesehatan Pilihan = 46,80
 Manajemen Puskesmas = 8,37
 Mutu Pelayanan = 6,50

Jawab :
1. Menghitung Cakupan Pelayanan
 Nilai Cakupan Upaya Kesehatan Wajib x bobot (70)
61,83 x 70 = 4314,1
 Nilai Cakupan Upaya Kesehatan Pilihan x bobot (30)
46,80 x 30 = 1404
 Jumlah Nilai : 100
(4314,1 + 1404) : 100 = 5718,1 : 100 = 57,81
 Jadi Cakupan Pelayanan Puskesmas A = Kelompok III

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 182


2. Mengubah Nilai Mutu Pelayanan dan Manajemen ke dalam
bentuk persen
 Nilai Mutu Pelayanan x 100% = 6,50 x 100%= 65%
10 10
 Nilai Manajemen x 100% = 8,37x 100%= 83,7%
10 10

3. Menghitung Nilai Akhir

 Nilai Cakupan Pelayanan x bobot (1,5)


57,81% x 1,5 = 85,77%
 (Nilai Cakupan Pelayanan + Nilai Mutu Pelayanan + Nilai Manajemen)
3
85,77 %+ 65% + 83,7%% = 78,16%
3
 Puskesmas A masuk dalam kriteria Kelompok II

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 183


DRAF PEDOMAN INSTRUMEN PKP......................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................1
BAB I PENDAHULUAN........................................................................4
I. LATAR BELAKANG......................................................................4
II. PENGERTIAN PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS.......................5
III. TUJUAN DAN MANFAAT..........................................................6
IV. RUANG LINGKUP PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS...............7
BAB II CAKUPAN KEGIATAN...............................................................9
I. UPAYA KESEHATAN WAJIB........................................................9
II.UPAYA KESEHATAN PENGEMBANGAN...................................99
2.I. UPAYA KESEHATAN TRADISIONAL....................................136
BAB III MANAJEMEN PUSKESMAS................................................141
I. MANAJEMEN OPERASIONAL PUSKESMAS.........................141
II. MANAJEMEN ALAT DAN OBAT...........................................149
III. MANAJEMEN KEUANGAN.................................................158
IV. MANAJEMEN KETENAGAAN..............................................160
V. PROGRAM PENGAMATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT.164
VI. PROGRAM JPKM (JAMKESMAS).......................................166
BAB IV MUTU PELAYANAN............................................................169
BAB V CARA PENGHITUNGAN.......................................................178
I. KRITERIA PENGELOMPOKAN................................................178
II. PENGHITUNGAN CAKUPAN PELAYANAN.............................178
III. PENGHITUNGAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN DAN
MANAJEMEN...........................................................................179
IV. KRITERIA PENGELOMPOKAN AKHIR...................................179

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 184

Anda mungkin juga menyukai