Tugas 1 Kayu

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 35

Struktur Kayu

DOSEN PENGAMPU : Drs. Arief Saefudin, M.Pd

Pengeringan dan Pengawetan Kayu

Disusun oleh :

NOVIANI MASSAYU AFIANA – 1506518056

D3 TEKNIK SIPIL A 2018

Sumber :
a. http://rimbakita.blogspot.com/2013/01/kayu-keruing.html
b. https://id.wikihow.com/Mengawetkan-Kayu
c. https://asyraafahmadi.com/en/knowledge/material-
knowledge/alami/non-tambang/kayu/perawatan-furniture-kayu/
d. http://www.mediakayu.com/2012/11/pengeringan-kayu.html
e. http://arafuru.com/m/sipil/bagaimana-cara-mengeringkan-
kayu- secara-alami.html
f. https://hargacat.com/mengenal-jenis-kayu-kruing.html
g. https://www.bioindustries.co.id/kayu-untuk-decking-outdoor-
7482.html
h. http://bisniskayuindonesia.blogspot.com/2017/01/mengenal-
kayu-keruing-dipterocarpus-spp.html
Tambahan sumber :

i. .https://scholar.google.co.id/scholar?q=pengeringan+kayu+krui
ng&hl=en&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart
j. .https://www.antijamur.net/cara-meningkatkan-kualitas-mebel-
dengan-pengawet-kayu-anti-jamur-2044.html
k. https://www.academia.edu/9967781/STRUKTUR_KAYU
l. http://uli-adriani.blogspot.com/2010/04/pengeringan-kayu.html
m. https://www.academia.edu/15702266/MAKALAH_TEKNOLOG
I_HASIL_HUTAN_PENGAWETAN_KAYU
n. http://johnkelik.blogspot.com/2009/08/pengeringan-kayu.html
o. https://www.builder.id/sistem-dan-metode-pengeringan-kayu-
secara-alami-dan-oven/
p. https://www.forda-mof.org/files/Pengeringan-Kayu-Efrida-
Basri.pdf
q. http://uli-adriani.blogspot.com/2010/04/pengawetan-kayu.html
Daftar Isi

ABSTRAK ....................................................................................................

BAB I ......................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ............................................................................... 4

BAB II ......................................................................................................... 8

ISI .................................................................................................... 8

BAB III…………………………….……………………………………..………34

PENUTUP………………………………………………………………34
BAB I

Pendahuluan

Pengeringan kayu adalah proses penurunan kadar air kayu sampai


mencapai kadar air lingkungan tertentu atau kadar air yang sesuai dengan
kondisi udara di mana kayu tersebut ditempatkan . Pengeringan kayu
dibagi menjadi dua kelompok, yang meliputi pengeningan secara alami
(natural drying) dan pengeringan secara buatan (artificial drying).
Pengeringan alami adalah suatu metode pengeringan dimana unsur unsur
alam mernegang peranan yang penting. Unsur unsur tersebut meliputi
panas yang berasal darl matahari, peredaran udara karena adanya
hembusan angin, dan kelembaban relatif udara yang ada. Pengeringan
buatan adalah suatu metode pengeringan dimana unsur unsur yang
berupa hasil budidaya manusia memegang peranan yang terbesar dalam
proses pengeringan yang bersangkutan (Yudodibroto, 1982).

Pengeringan kayu dilakukan karena penggunaan. Kayu secara komersial


selalu menghendaki pengurangan kadar air yang terdapat di dalam kayu,
sedangkan tinggi rendahnya kadar air atau tujuan kadar air tergantung
dengan penggunaan kayu tersebut, umur pakai dan kekuatan kayu akan
bertambah bila kayu dikeringkan terlebih dahulu, bahkan bila kadar air
kayu dibawah 20%, mikrobia pembusuk dan penyebab noda akan sulit
hidup pada kayu tersebut. Untuk kayu bangunan pada umumnya
pengeringan kayu cukup hanya sampai kering udara saja dengan kadar
air 12 19% untuk perkakas interior seperti meubel dan barang kerajinan
yang memerlukan kadar air rendah dari kering udara, pengeringan secara
alarni efektif untuk mengeringkan kayu sampai kadar air kering udara
untuk kayu perkakas interior harus dikeringkan dengan menggunakan
tanur pengering.
Pada umumnya dalam penggunaannya, kayu harus dikeringkan terlebih
dahulu. Alasan dilakukannya pengeringan kayu antara lain :
1) Penyusutan pada produk yang menggunakan kayu yang dikeringkan
akan berkurang, pembengkokan dan belah ujung dapat dihindarkan
2) Kayu terlindung dari serangan jamur pembusuk dan jamur pewarna,
sehingga kayu akan lebih awet. Tingginya temperatur pada
pengeringan tanur membunuh jamur dan insekta yang hidup dalam
kayu
3) Pengeringan pada kayu menghasilkan kekuatan pada kayu yang lebih
tinggi, dengan asumsi tidak terjadi cacat khususnya belah ujung.
Selain itu, kuat pegang paku terhadap kayu akan semakin meningkat.
4) Meningkatkan kualitas hasil pengecatan dan proses pengerjaan akhir.
5) Berat kayu berkurang sehingga biaya transportasi bisa lebih rendah.

PENGAWETAN KAYU
Keawetan kayu berhubungan erat dengan pemakaiannya. Kayu dikatakan
awet bila mempunyai umur pakai lama. Kayu berumur pakai lama bila
mampu menahan bermacam-macam factor perusak kayu. Dengan kata
lain: keawetan kayu ialah daya tahan suatu jenis kayu terhadap factor-
faktor perusak yang datang dari luar tubuh kayu itu sendiri. Kayu diselidiki
keawetannya pada bagian kayu terasnya, sedangkan kayu gubalnya
kurang diperhatikan. Pemakaian kayu menentukan pula umur
keawetannya. Kayu, yang awet dipakai dalam konstruksi atap, belum pasti
dapat bertahan lama bila digunakan di laut, ataupun tempat lain yang
berhubungan langsung dengan tanah. Demikian pula kayu yang dianggap
awet bila dipakai di Indonesia. Serangga perusak kayu juga berpengaruh
besar. Kayu yang mampu menahan serangga rayap tanah, belum tentu
mampu menahan serangan bubuk. Oleh karena itu tiap-tiap jenis kayu
mempunyai keawetan yang berbeda pula. Misalnya keawetan kayu
meranti tidak akan sama dengan keawetan kayu jati. Ada kalanya pada
satu jenis kayu terdapat keawetan yang berbeda, disebabkan oleh
perbedaan ekologi tumbuh dari pohon tersebut.
Alasan melakukan pengawetan kayu karena :

 Kayu yang memiliki kelas keawetan alami tinggi sangat sedikit, dan
sulit didapat dalam jumlah banyak, selain itu harganya cukup
mahal.
 Kayu berkelas keawetan III sampai dengan V cukup banyak dan
mudah didapat dalam jumlah banyak dan cara pengerjaannya pun
lebih mudah. Selain itu segi keindahannya cukup tinggi, hanya
faktor keawetannya saja yang kurang. Sehingga lebih efisien bila
diawetkan terlebih dahulu.
 Di lain pihak dengan pengawetan kayu orang berusaha
mendapatkan keuntungan financial.

Tujuan pengawetan kayu:

 Untuk memperbesar keawetan kayu sehingga kayu yang mulanya


memiliki umur pakai tidak panjang menjadi lebih panjang dalam
pemakaian.
 Memanfaatkan pemakaian jenis-jenis kayu yang berkelas keawetan
rendah dan sebelumnya belum pernah digunakan dalam
pemakaian, mengingat sumber kayu di Indonesia memiliki potensi
hutan yang cukup luas dan banyak dengan aneka jenis kayunya.
 Adanya industri pengawetan kayu akan memberi lapangan
pekerjaan, sehingga pengangguran dapat diatasi.
PRINSIP-PRINSIP DALAM PENGAWETAN KAYU

Untuk pengawetan yang baik perlu diperhatikan prinsip prinsip di bawah


ini:

 Pengawetan kayu harus merata pada seluruh bidang kayu.


 Penetrasi dan retensi bahan pengawet diusahakan masuk sedalam
dan sebanyak mungkin di dalam kayu.
 Dalam pengawetan kayu bahan pengawet harus tahan terhadap
pelunturan (faktor bahan pengawetnya).
 Faktor waktu yang digunakan.
 Metode pengawetan yang digunakan.
 Faktor kayu sebelum diawetkan, meliputi jenis kayu, kadar air
kayu, zat ekstraktif yang dikandung oleh kayu serta sifat-sifat
lainnya.
 Faktor perlatan yang dipakai serta manusia yang
melaksanakannya.
BAB II
ISI

Pengawetan Kayu

a. Perawatan Rutin

Hal hal yang bisa dilakukan :

 Kayu yang sering kena debu setiap hari harus di bersihkan. Dapat
dilakukan dengan air pel kemudian langsung dikeringkan. Dalam hal
ini mungkin tidak memerlukan biaya dan tenaga yang cukup besar.
Anda mungkin bisa melakukan sendiri untuk mengepel lantai, melap
dinding dan menyapu plafoon rumah anda yang terbuat dari kayu.
 Untuk bahan pengepelan lantai, dan dinding anda bisa menggunakan
ramuan tradisional supaya kayu tetap awet dan bercahaya. Gunakan
ramuan tradisional yang menggunakan air pelepah pohon pisang
dan tembakau dan ada juga yang menggunakan air rendaman
cengkeh. Dari pengalaman , cara ini menyebabkan kayu pada rumah
tradisional tetap tahan dan awet hingga beratus tahun.
 Dalam kegiatan sehari hari harus diperhatikan pemakaian dan
penggunaan peralatan atau barang barang di dalam rumah, hindari
gesekan langsung setiap permukaan kayu dengan barang barang
tajam. Jika misalnya anda akan memindahkan perabot besar
misalnya kursi atau meja jangan dilakukan dengan cara menggeser
tetapi dipindahkan dengan cara mengangkat.
 Rawatlah tanaman disekitar rumah anda, jangan biarkan dinding
rumah anda tertutupi oleh pohon yang berada didekat rumah, jika
diperlukan lakukan pemangkasan terhadap pohon tersebut supaya
dinding dan ruangan dalam rumah mendapatkan sinar matahari
sehingga kayu tidak lembab dan kayu tidak cepat berjamur.
 Juga harus diperhatikan asap dari ruang masak jangan sering masuk
ke ruangan yang terbuat dari bahan kayu, karena hal ini akan
menyebabkan kayu akan cepat kusam.
 Jika rumah anda menggunakan lantai kayu, jangan biarkan beban
berat yang tidak terpakai terlalu lama di dalam rumah.

b. Perawatan Berkala.

Perawatan berkala dapat anda lakukan terhadap bagian bagian rumah


untuk menghindari kerusakan besar, perawatan berkala ini mungkin akan
memerlukan biaya yang cukup besar, tapi hal ini diperlukan untuk
merawat bangunan supaya tetap awet dan tahan lama. Jika anda tidak
cukup ahli dan tidak mempunyai cukup waktu, anda dapat menunjuk tim
profesional yang sudah ahli dalam mengerjakannya. Perawatan
perawatan yang dilakukan adalah :

 Pemusnahan dan Pencegahan Rayap. Saat ini teknologi tentang


pemusanahan dan pencegahan rayap sudah semakin
berkembang. Jika bagian kayu di rumah anda sudah diserang rayap,
lakukan segera pemusnahan rayap tersebut. Pemusanahan rayap
dapat dilakukan dengan meberikan obat anti rayap pada bagian yang
sudah terserang, seblumnya kayu terlebih dahulu harus dibor supaya
obat anti rayap bisa membasmi rayap didalamnya. Jika pemberian
obat sudah selesai, kayu kemudian harus ditutup kembali misalnya
pemberian dempul kayu. Pastikan kondisi kayu masih kuat, jika
memang harus diganti segera dilakukan . Jika kayu yang sudah
diserang rayap sudah cukup parah disamping kekuatannya tidak
bagus lagi, juga dikhawatirkan rayap tidak bisa dibasmi total sehingga
akan tetap mengundang rayap lainnya datang ditempat yang sudah
terserang. Jika rumah anda belum terserang rayap lakukan
pencegahan rayap. Saat ini tehnlogi untuk mengumpulkan rayap
sudah ada, sehingga rayap bisa dikumpulkan jika sudah mulai
mendekati bagian rumah anda. Lakukan konsulatasi dan pencegahan
dengan pihak pihak yang betul ahli untuk melakukannya.
 Pemberian Racun Tikus dan Perangkap Tikus. Jika anda merasa
ada tikus dirumah anda atau menemukan lubang gigitan tikus segera
buatkan racun tikus dan membuat perangkap dekat lubang . Biasanya
tikus akan melalui sudut rumah yang agak tertutup. Penempatan
racun tikus harus jauh dari tempat anak anak biasa bermain. Lakuan
perbaikan kayu yang sudah digigit supaya tikus tidak leluasa
berkeliaran lagi.
 Pencucian dinding luar. Pencucian dinding kayu anda dapat
dilakukan tergantung tingkat kekotoran udara yang ada
disekelilingnya. Jika rumah anda berada disekitar lingkungan dengan
pohon yang banyak mungkin pencucian dinding dapat dilakukan
sekali dalam 3 tahun. Jika kondisi rumah anda berada didaerah yang
banyak debu, anda dapat memebrsihkannya dengan cara kering
dengan menggunakan lap basah , supaya debu tidak sempat lengket
dan merusak kayu. Pencucian basah terhadap dinding kayu jika
terlalu sering dilakukan juga dapat menyebabkan cat akan cepat
pudar atau terkelupas, dan juga memungkinkan kayu akan menyerap
air sehingga bisa cepat lunak. Ada beberapa cara yang berbeda
yang dapat dilakukan untuk membersihkan dinding kayu. Dapat
dilakukan dengan sitim penguapan (steam) atau system pressure ,
dapat juga dilakukan dengan alat power washer (penyemprotan air
dengan tekanan tertentu) . Jika anda menggunakan alat mesin
pembersih kayu anda harus hati-hati . Jika tekanan terlampau besar
terhadap permukaann kayu dapat menyebabkan kayu
menjadi hancur atau bisa juga merusak cat kayunya, hal itu akan
menyebabkan anda perlu mengecat kembali kayu anda. Mintalah
petunjuk k tekanan yang dianjurkan jika anda menggunakan mesin
pencuci kayu.

 Jika langkah pencucian dinding kayu anda tidak menghasilkan yang


menggembirakan, anda mungkin perlu menggunakan sikat dengan
bahan bulu lembut dan kemudain anda mencampur air
dengan sabun pencuci yang mengandung mild. Jika banyak terdapat
lumut , anda dapat menggunakan campuran 3 bagian air dicampur
dengan 1 bagian cuka. Beberapa campuran pembersih mungkin
banyak dijumpai di toko toko tetapi penggunaan cuka adalah paling
ekonomis. ! Ketika anda membersihkan dinding rumah anda, lakukan
pembersihan dari atas kemudian ke bawah. Hal ini untuk
menjaga supaya air tidak mengotori kembali area yang sudah
dibersihkan.

 Pengecatan Ulang. Secara umum waktu pemeliharaan yang


direkomendasikan untuk dinding kayu adalah pengecatan kembali
minimum setiap lima tahun dan merawatnya dengan pemberian zat
warna setiap 3 tahun sekali. Khusus untuk daerah curah hujan tinggi
dan kelembabaman tinggi , anda mungkin perlu mengganti cat rumah
anda jika sebelumnya belum menngunakannya dengan memakai
jenis cat terbuat dari bahan latex.
 Pemeriksaan Struktur. Anda perlu melakukan pemeriksaan struktur
kayu anda secara berkala. Terutama jika anda menggunakan rangka
atap dan plafoon dari kayu . Struktur iniadalah tempat yang
tersembunyi sehingga tidak terklampau sering kelihatan. Kita kadang
tidak menyadari adanya kerusakan rangka atap oleh serangan
kumbang penyengat, sehingga rangka atap kita sudah banyak
lobang. Lakukan pembasmian dengan cara menyemprotkan anti
serangga. Lakukan penutupan lobang dengan dempul kayu kemudian
cat kembali dengan oli. Anda juga perlu memeriksa struktur
bangunan anda baik tiang , balok dan lantai. Bilamana anda
menemukan kayu yang melengkung , lakukan perbaikan misalnya
memberikan kayu penyokong, hal ini dilakukan supaya kayu jangan
sampai patah. Jika lengkungan kayu sudah cukup parah perhatikan
apakah ada pembebanan yang lebih, pindahkan beban yang lebih
atau tambahkan kayu supaya bisa menahan beban.

1. Melindungi Kayu dengan Minyak


2. Bersihkan debu dan kotoran. Siapkan kayu dengan cara
membersihkan kotoran atau serpihan. Gunakan handuk atau lap
bersih dan kering untuk menyeka kayu. Perhatikan dan perbaiki
cacat atau noda pada kayu.
3. Gosoklah minyak pelan-pelan. Gunakan kain untuk mengelap
minyak pada kayu, dengan menutupi semua permukaannya.
Untuk hasil yang lebih rata, oleskan minyak dalam satu olesan
saja, dan digosokkan pada kayu sedikit demi sedikit.
4. Sekalah minyak yang berlebihan. Semua minyak yang
berlebihan harus diseka dari permukaan kayu dalam waktu
beberapa menit, kecuali label produk tersebut menyatakan hal
lain. Minyak yang masuk ke dalam kayu akan memberikan
perlindungan
5. Aplikasikan lebih banyak lapisan dengan melakukan
pengampelasan di sela-sela pemberian setiap
lapisan. Setidaknya dua atau tiga lapisan minyak
direkomendasikan untuk pengawetan jangka panjang.
 Menggunakan Perlindungan Tambahan dan Meminimalkan
Kerusakan

1. Pertimbangkan untuk mengaplikasikan produk


perlindungan tambahan. Ketika lapisan minyak terakhir telah
mengering, kayu akan jauh lebih tahan terhadap pelapukan
dan kerapuhan.
2. bisa menggunakan “ pengawet kayu” sebagai pembasmi
hama dan jamur. Sebagian produk ini kemungkinan tidak
aman jika digunakan di sekitar anak-anak.[11]
 Pengawet tahan air akan memberikan pelindung tambahan
terhadap air, yang mungkin berguna jika kayu akan
terekspos dengan kelembapan serius.
 Lapisan cat memberikan perlindungan tambahan,
tergantung pada jenis cat.
 Untuk melindungi kayu dari goresan, gunakan poliuretan
atau pelapis akhir kayu yang lain.
3. Minimalkan paparan kelembapan dan cahaya matahari
pada kayu. Hal ini akan membantu kayu agar tahan lama.
Bersihkan cairan air dari furnitur kayu segera. Lapisi furnitur
kayu dengan tarpaulin atau kain atau kanvas kedap air karena
disalut ter yang kuat dan tahan air selama masa-masa cuaca
panas, dingin, dan basah yang ekstrem.
4. Sering-seringlah menyeka kotoran. Sapulah dek kayu secara
teratur karena kotoran dan serat tanaman mengandung
kelembapan dan jamur. Menyapu lebih disukai daripada
menyiramkan air, karena menyapu bisa menghilangkan butiran
pasir yang kasar dan tidak menimbulkan kelembapan yang
merusak
5. Catlah secara teratur. Aplikasikan cat pilihan untuk kayu
tanpa menghilangkan pelapis akhir yang ada. Gunakan cat
dengan tingkat eksterior yang kuat ketika mengaplikasikan cat
dasar dan mengecat furnitur.
6. Periksa semua sisi kayu tiap tahun untuk melihat tanda-tanda
kerusakan. Sisi-sisi yang terekspos angin kencang dan hujan
perlu dicat segera daripada bagian lainnya.
7. Jagalah aliran udara yang baik. Ventilasi membantu
mengatasi kelembapan, jadi jagalah agar kayu bebas dari daun
kering, daun gugur, dan kotoran. Jika Anda memiliki struktur kayu
di kebun, pertimbangkan untuk membuat terali untuk tanaman di
dekatnya, sehingga tanaman tersebut bisa tumbuh di sekitar
struktur tersebut tanpa menimbulkan masalah.

8. Menggunakan Kuas atau Sikat

Fungsi kuas atau sikat yaitu membersihkan bagian-bagian yang


sulit dibersihkan jika menggunakan kemoceng ataupun lap. Hal ini
karena banyak furniture yang memiliki sudut sempit ataupun celah
ukir-ukiran yang hanya bisa dibersihkan menggunakan kuas.
Membersihkan furniture menggunakan kuas memang tidak mudah
karena membutuhkan ketekunan, terutama pada furniture yang
banyak memiliki celah-celah sempit dengan ukiran kayu ataupun
hiasan lainnya.

Cara Mengawetkan Kayu Secara Alami

 Merendam Kayu di Sungai

kalau merendam balok-balok kayu di sungai atau air yang mengalir dapat
memperbaiki kualitasnya. Pada saat direndam di sungai, kayu akan
menyerap air sehingga menyebabkan keluarnya zat ekstratif yang larut air
seperti beberapa senyawa nitrogen, glukosida, tanin, dan zat pewarna
kayu. Sedangkan zat ekstratif yang tidak larut air seperti pati akan tetap
berada di dalam pori-pori kayu.
Larutnya sejumlah zat ekstratif di atas mengakibatkan perubahan pada
kondisi air di sekitar kayu. Hal ini memicu perkembangan mikroba seperti
Bacillus subtilis, Bacillus masentriricus, Lactobacillus sp, dan
Staphylococcus sp. Mikroba-mikroba ini lah yang selanjutnya akan
menguraikan zat ekstratif pada kayu yang tak larut di dalam air sehingga
lambat laun bakal terlarut pula dalam air. Proses ini sering dinamakan
fermentasi berantai.

 Merendam Kayu di Kolam

Kayu juga bisa diawetkan melalui perendaman di kolam. Kemudian


tambahkan bahan-bahan alami ke dalam air kolam seperti pelepah pisang,
daun tembakau , merang padi, atau bunga cengkih dalam jumlah
secukupnya. Proses perendaman tersebut dapat dilaksanakan selama 2-3
bulan.

Sebelum tahap perendaman dimulai, kayu harus dicuci terlebih dahulu


selama 7 hari berturut-turut. Cairan yang dipakai untuk mencuci kayu
terbuat dari 1 liter air, 10 gram tembakau, 10 gram cengkih, dan 10 gram
pelepah pisang yang dicampur secara merata. Setelah itu, cairan ini
digosokkan ke seluruh permukaan kayu, lalu keringkan kembali kayu
tersebut menggunakan kain lap.

 Merendam Kayu di Oli

Upaya yang bisa dilakukan untuk memperpanjang usia pakai kayu pun
dapat melalui perendaman di oli. Agar lebih hemat, sebaiknya manfaatkan
lah oli bekas yang banyak tersedia di bengkel-bengkel kendaraan
bermotor. Harga oli bekas ini umumnya sekitar Rp 1.000/liter.

Adapun caranya ialah buat cairan pengawet terlebih dahulu dengan


mencampurkan oli bekas dan solar dengan perbandingan 1:1. Kemudian
cairan tersebut dioleskan ke seluruh permukaan kayu menggunakan kuas.
Pastikan setiap jengkal kayu tertutupi oleh cairan pengawet. Setelah itu,
diamkan selama beberapa hari agar kayu mengering sempurna.

 Mengasapi Kayu
Saat ini, metode pengasapan belum terlalu banyak diaplikasikan
guna mengawetkan kayu. Padahal asap mengandung bahan kimia fenol,
asam organik, aldehid, alkohol, keton, hidrokarbon, ester, serta bahan
heterosiklis lainnya. Perlu diketahui, zat phenol dan turunannya bersifat
racun bagi bakteri, rayap, dan jamur.
Proses pengasapan kayu dengan tujuan untuk menaikkan kualitas
idealnya dilakukan selama 3 hari. Proses ini akan membuat kayu yang
semula bermutu rendah menjadi tahan terhadap serangan rayap.
Contohnya kayu sengon, pulai, dan sugi yang telah diasapi memakai
bahan bakar kayu mangiun, mutunya akan meningkat menjadi setara
dengan kayu kelas pertama.
PENGERINGAN KAYU

Pengeringan kayu adalah proses untuk mengeluarkan air yang terdapat di


dalam kayu. Telah diutarakan di muka, bahwa kadar air kayu memberikan
pengaruh yang sangat besar dalam pemakaian kayu. Untuk berbagai
macam kegunaan dengan kondisi udara tertentu kayu memerlukan batas
kandungan kadar air. Oleh karena itu masalah pengeringan merupakan
factor yang penting pada kayu. Dengan adanya pengeringan akan
diperoleh keuntungan-keuntungan sebagai berikut:

 Menjamin kestabilan dimensi kayu. Sebab di bawah titik jenuh


serat, perubahan kadar air dapat mengakibatkan kembang susut
pada kayu. Sebaliknya bila kayu dikeringkan sampai mendekati
kadar air lingkungan, maka sifat kembang susut ini akan dapat
teratasi, bahkan dapat diabaikan
 Menambah kekuatan kayu. Makin rendah kadar air kayu yang
dikandung, akan semakin kuat kayu tersebut.
 Membuat kayu menjadi ringan. Dengan demikian ongkos angkutan
berkurang.
 Mencegah serangan jamur dan bubuk kayu. Sebab umumnya jasad
renik perusak kayu atau jamur tak dapat hidup di bawah persentase
kadar air + 20%.
 Memudahkan pengerjaan selanjutnya, antara lain: pengetaman,
perekatan, finishing, pengawetan serta proses-proses kelanjutan
lainnya.
PROSES PENGERINGAN KAYU

Pergerakan air di dalam kayu terjadi dari daerah berkelembapan tinggi ke


daerah yang berkelembapan lebih rendah. Kayu akan mongering dan
bagian luar ke dalam kayu. Dengan kata lain permukaan kayu lebih cepat
mengering daripada bagian dalamnya. Proses keluarnya air dalam proses
pengeringan disebut proses evaporasi. Evaporasi akan terjadi bila kadar
air di dalam kayu lebih besar dari kadar air keseimbangan (EMC). Selama
proses pengeringan kayu berlangsung, yang terlebih dahulu keluar adalah
air bebas yang terdapat dalam rongga sel. Setelah itu menyusul air yang
terikat pada dinding-dinding sel. Keadaan titik air bebas telah habis keluar,
tetapi air terikat masih dalam keadaan jenuh, dinamakan keadaan pada
titik jenuh serat (FSP=Fiber Saturation Point). Perubahan kadar air yang
dialami kayu pada keadaan di atas titik jenuh serat ini tidak mempengaruhi
bentuk dan ukuran kayu. Tetapi segala perubahan bentuk dan ukuran
kayu. Oleh sebab itu perubahan-perubahan kadar air di bawah titik ini
sangat mempengaruhi sifat-sifat fisik dan mekanik kayu. Pada setiap
usaha pengeringan kayu hal ini harus mendapat perhatian yang khusus.

Macam-Macam Pengeringan
Kita mengenal dua cara pengeringan yang umum dipergunakan yaitu:

 Pengeringan alam-udara
 Pengeringan buatan
1. Pengeringan Kayu dengan Alam atau Udara

Keuntungan :
- biaya relative murah, tanpa peralatan yang mahal
- pelaksanaannya lebih mudah, tanpa memerlukan tenaga ahli
- pengeringan dengan tenaga alam / udara (matahari)
- kapasitas dan sortimen kayu tidak terbatas

Kerugian:
- waktu yang dipergunakan cukup lama (tergantung cuaca)
- memerlukan areal / lapangan yang cukup luas
- memerlukan persediaan kayu lebih banyak
- cacat – cacat yang timbul sulit diperbaiki kembali
- kadar air akhir umumnya masih cukup tinggi

Cepat atau lambatnya kayu mengering tergantung dari beberapa faktor


yaitu :

1. Iklim: yaitu besar/kecilnya curah hujan, intensitas penyinaran


matahari
2. Suhu: makin tinggi suhu, makin cepat kayu mengering.
3. Kelembaban udara: makin rendah kelembaban udara, makin cepat
proses pengeringan.
4. Peredaran udara : Berfungsi mengganti udara yang basah dengan
udara yang kering sehingga pengeringan dipercepat.
5. Kadar air awal : Makin basah kayu itu pada awalnya, makin lama
pula proses pengeringannya.
6. Jenis kayu
7. Letak kayu : Umumnya kayu gubal lebih cepat mengering daripada
kayu teras.
8. Ukuran kayu : Tebal tipisnya kayu yang akan dikeringkan.
9. Cara penyusunannya dengan menggunakan ganjal/sticker
2. Pengeringan Kayu dengan Cara Buatan (Kiln Drying)
Pengeringan ini merupakan lanjutan hasil perkembangan pengeringan
udara. Dengan kemajuan dan perkembangan teknologi modern,
meningkatkan permintaan akan kayu berkualitas tinggi, maka timbul usaha
pengeringan buatan yang lebih efektif dan lebih efisien daripada
pengeringan buatan yang lebih efektif dan lebih efisien daripada
pengeringan udara.

Keuntungan:

 Waktu pengeringan sangat singkat


 Kadar air akhir dapat diatur sesuai dengan keinginan, disesuaikan
dengan tujuan penggunaan
 Kelembaban udara (RH), temperature dan sirkulasi udara dapat
diatur sesuai dengan jadwal pengeringan
 Terjadinya cacat kayu dapat dihindari dan beberapa jenis kayu
dapat diperbaiki
 Kontinuitas produksi tidak terganggu dan tidak diperlukan
persediaan kayu yang banyak
 Tidak membutuhkan tempat yang luas
 Kualitas hasil jauh lebih baik

Kerugian:

 Memerlukan investasi/modal yang besar


 Memerlukan tenaga ahli pengalaman
 Sortimen kayu yang akan dikeringkan tertentu

Jenis Dry Klin


a. Compartment Kiln
b. Progessive Kiln
PELAKSANAAN PENGERINGAN KAYU

Seperti disebutkan pada artikel sebelumnya bahwa dalam pekerjaan


pengeringan kayu dengan kiln dibagi menjadi 4 tahap yaitu :

1. Tahap penyediaan alat – alat


2. Tahap penumpukan/penyusunan kayu
3. Tahap pengambilan contoh – contoh kayu pengamatan
4. Tahap pekerjaan selama pengeringan berlangsung yang mencakup
penggunaan jadwal pengeringan, pengaturan dan pengawasan
suhu serta kelembaban udara di dalam kiln.

KERUSAKAN KAYU AKIBAT PROSES PENGERINGAN


Dalam garis besar kerusakan yang timbul disebabkan oleh 3 hal :

 Akibat penyusutan kayu


 Serangan jamur pembusuk
 Bahan kimia di dalam kayu (zat ekstraktif)

Kerusakan Akibat Penyusutan Kayu


Terjadi pada saat kayu mengering. Umumnya pada pengeringan dengan
kiln atau secara alami dapat timbul kerusakan akibat penyusutan ini,
disebabkan kurang hati-hati dalam pelaksanaan.
Cacat-cacat serupa yang diakibatkan penyusutan antara lain adalah :

 Pecah ujung (end checks) dan pecah permukaan (surface checks)


 Pecah dimulai pada bagian ujung kayu dan menjalar sepanjang
papan
 Retak di bagian dalam kayu (honeycombing)
 Casehardening
 Bentuk mangkok (cupping) : perubahan bentuk melengkung pada
arah lebar kayu
 Bentuk busur (bowing) : perubahan bentuk melengkung pada arah
memanjang kayu
 Menggelinjang (twist)
 Perubahan bentuk penampang kayu (diamonding)

Kerusakan Akibat Serangan Jamur Pembusuk


Kerusakan ini terjadi pada permulaan pengeringan. Jamur itu sendiri
sebenarnya telah melekat sebelum kayu tersebut dikeringkan dalam kiln.
Yang banyak diserang umumnya adalah bagian kayu gubal. Karena jamur
dapat tumbuh subur pada suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi,

Kerusakan Akibat Bahan Kimia Di Dalam Kayu


Kayu memiliki kandungan beberapa zat, diantaranya adalah zat ekstraktif.
Melalui reaksi kimia zat ini dapat mengakibatkan perubahan warna atau
noda kimia pada kayu.

Pengeringan Kayu dibagi menjadi 2 :

1. Alami

Umumnya, kayu sangat mudah diserang oleh jamur blue stain. Oleh
karena itu, kayu harus segera dikerjakan atau diberi perlakuan
pengeringan dalam waktu 48 jam di udara terbuka atau Pengeringan
dibawah sinar matahari langsung. Kayu termasuk jenis kayu yang mudah
dikeringkan dan dikerjakan, tetapi dengan sedikit cacat berupa pecah dan
retak ujung serta sedikit mencekung. Dengan pengeringan alami, untuk
menurunkan kadar air kayu dari 82% menjadi 14% kayu dengan ketebalan
papan 2,5 cm membutuhkan 38 hari.
Cara lain, metode pengasapan yang ramah lingkungan. Caranya, kayu
dimasukkan dalam ruangan tertutup yang dialiri asap sisa pembakaran
arang selama 1 – 3 minggu. ‘Asap mengandung fenol yang mampu
mengawetkan kayu.

2. Buatan

pengeringan yang dilakukan di dalam dapur pengering dianjurkan


mengatur suhunya pada 57-76,5oC dengan kelembapan nisbi 70-30%.
Hasil pengujian sifat pemesinan menunjukan bahwa kayu akan
memberikan hasil yang terbaik saat di bentuk, dibuat lubang persegi, dan
diamplas. Sementara akan memberikan hasil yang sedang bila diserut,
dibor, atau dibubut.

a. Kimia

Proses lain dengan pengawetan kayu jabon secara kimia dengan


mereaksikan acetic anhydride (CH3CO)2O pada selulosa kayu. Teknologi
ini ramah lingkungan karena pascareaksi, (CH3CO)2O akan terikat oleh
selulosa dan tak akan luntur jika kayu dipegang atau tercuci oleh air.

Pengeringan kayu adalah suatu proses pengeluaran air dari dalam


kayu hingga mencapai kadar air yang seimbang dengan lingkungan
dimana kayu akan digunakan tanpa menurunkan kualitas kayu tersebut.
Keuntungan utama mengeringkan kayu sebelum dijadikan produk, antara
lain : 1. Membebaskan kayu dari serangan jamur. 2. Menstabilkan dimensi
kayu, sehingga kayu tidak akan lagi mengalami perubahan bentuk, retak
maupun pecah. 3. Menjadikan warna kayu lebih cerah/terang. 4.
Rendemen produk berkualitas baik meningkat. 5. Memudahkan kayu
untuk dicat dan dipelitur (finishing).
JENIS PENGAWETAN KAYU

 Pengawetan permanen atau sementara (prophylactis treatment)


bertujuan menghindari serangan perusak kayu pada kayu basah
(baru ditebang) antara lain blue stain, bubuk kayu basah dan
serangga lainnya. Bahan pengawet yang dipakai antara lain
NaPCP (Natrium Penthaclor Phenol), Gammexane, Borax, baik
untuk dolok maupun kayu gergajian basah.
 Pengawetan permanent bertujuan menahan semua faktor perusak
kayu dalam waktu selama mungkin. Yang perlu diperhatikan dalam
pengawetan, kayu tidak boleh diproses lagi (diketam ataupun
digergaji, dibor, dan lain-lain), sehingga terbukanya permukaan
kayuu yang sudah diawetkan. Bila terpaksa harus diolah, maka
bekas pemotongan harus diberi bahan pengawet lagi. Adapun
bahan pengawet yang dapat dipakai untuk pengawetan remanen
(sementara). Pengawetan remanen umumnya hanya menggunakan
metode pelaburan dan penyemprotan, sedangkan pengawetan
tetap dapat menggunakan semua metode, tergantung bahan
pengawet yang dipakai serta penetrasi dan retensi yang diinginkan.
Sehingga pengawetan dapat lebih efektif dan waktu pemakaiannya
dapat selama mungkin.

Ada 2 macam metode pengawetan yang pokok:


A. Pengawetan metode sederhana :

1. metode rendaman
2. metode pencelupan
3. metode pemulasan
4. metode penyemprotan
5. metode pembalutan
B. Pengawetan metode khusus :

1. metode proses sel penuh


2. metode proses sel kosong

BAHAN PENGAWET KAYU

Bahan pengawet kayu ialah bahan-bahan kimia yang telah diketemukan


dan sangat beracun terhadap makhluk perusak kayu, antara
lain: arsen(As), tembaga(Cu), seng(Zn), fluor(F), chroom(Cr), dan lain-lain.
Tidak semua bahan pengawet akan baik digunakan dalam pengawetan
kayu. Dalam penggunaan harus diperhatikan, sifat-sifat bahan pengawet
agar sesuai dengan tujuan pemakaian. Faktor-faktor sebagai syarat bahan
pengawet yang baik:

 Bersifat racun terhadap makhluk perusak kayu.


 Mudah masuk dan tetap tinggal di dalam kayu.
 Bersifat permanent tidak mudah luntur atau menguap.
 Bersifat toleran terhadap bahan-bahan lain, misalnya: logam,
perekat, dan cat/finishing.
 Tidak mempengaruhi kembang susut kayu.
 Tidak merusak sifat-sifat kayu: sifat fisik, mekanik, dan kimia.
 Tidak mudah terbakar maupun mempertinggi bahaya kebakaran.
 Tidak berbahaya bagi manusia dan hewan peliharaan.
 Mudah dikerjakan, diangkut, serta mudah didapat, dan murah.

Tentunya tidak semua sifat-sifat di atas dimiliki oleh sesuatu jenis bahan
pengawet. Dalam praktek biasanya diperhatikan sifat-sifat mana yang
perlu tergantung pada tujuan pemakaian kayu itu nantinya. Pada waktu
memilih bahan pengawet kayu harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
 Di mana kayu itu akan dipakai setelah diawetkan.
 Makhluk perusak kayu apa yang terdapat di tempat tersebut.
 Syarat-syarat kesehatan.

Pada kayu yang akan digunakan di tempat yang lembab dengan resiko
serangan perusak kayu yang hebat, perlu diambil bahan pengawet yang
tidak mudah luntur dan cukup beracun bagi jamur. Bagi kayu untuk
bangunan di bawah atap, perlu adanya bahan pengawet yang tidak
mengganggu kesehatan manusia, tidak mempengaruhi cat, politur, dan
lain-lain. Untuk kayu yang dipakai di luar ruangan, digunakan tipe bahan
pengawet larut air tapi tidak mudah mengubah warna kayu tersebut.
Bahan pengawet yang mengandung garam arsen umumnya digenakan
untuk serangan serangga yang hebat. Kayu yang akan digunakan di
tempat yang berhubungan dengan air laut umumnya diawetkan dengan
penggunaan tipe CCA (tembaga-chroom-arsen) atau dengan creosot,
carbolineum, yang memiliki kadar racun yang tinggi.

Macam-macam bahan pengawet kayu menurut bahan pelarut yang


digunakan:

1. Bahan pengawet yang larut dalam air, menggunakan air biasa


sebagai bahan pengencer.
2. Bahan pengawet yang larut dalam minyak, menggunakan minyak
sebagai bahan pengencer.
3. Bahan pengawet yang berupa minyak, tapi masih dapat diencerkan
dengan bermacam-macam minyak.

1. Bahan pengawet larut air:


Tipe bahan pengawet ini memiliki sifat-sifat umum sebagai berikut:

 Dijual dalam perdagangan berbentuk garam, larutan pekat, dan


tepung.
 Tidak mengotori kayu.
 Kayu yang sudah diawetkan masih dapat di-finishing (politur atau
cat) setelah kayu tersebut dikeringkan terlebih dahulu.
 Penetrasi dan retensi bahan pengawet cukup tinggi masuk ke
dalam kayu.
 Mudah luntur.

Jenis ini baik digunakan untuk mengawetkan kayu yang akan digunakan di
dalam rumah (perabot, dan lain-lain) yang umumnya terletak di bawah
atap. Dianjurkan, setelah kayu perabot tersebut diawetkan dan
dikeringkan, selanjutnya di-finishing. Gunanya untuk menutup permukaan
kayu agar bahan pengawet tidak terpengaruh oleh udara lembab, sebab
kayu cenderung untuk membasah (sifat higroskopis). Nama-nama bahan
pengawet dalam perdagangan antara lain: Tanalith C, Celcure, Boliden,
Greensalt, Superwolman C, Borax, Asam Borat, dan lain-lain. Konsentrasi
larutan dapat berbeda-beda tergantung tujuan pemakaian kayu setelah
diawetkan (rata-rata 5-10%).

2. Bahan pengawet larut minyak:


Sifat-sifat umum yang dimiliki sebagai berikut:

 Dijual dalam perdagangan berbentuk cairan agak pekat, bubuk


(tepung). Pada waktu akan digunakan, dilarutkan lebih dahulu
dalam pelarut-pelarut antara lain: solar, minyak disel, residu, dan
lain-lain.
 Bersifat menolak air, daya pelunturannya rendah, sebab minyak
tidak dapat bertoleransi dengan air.
 Daya cegah terhadap makhluk perusak kayu cukup baik.
 Memiliki bau tidak enak dan dapat merangsang kulit (alergis).
 Warnanya gelap dan kayu yang diawetkan menjadi kotor.
 Sulit di-finishing karena lapisan minyak yang pekat pada
permukaan kayu.
 Penetrasi dan retensi agak kurang, disebabkan tidak adanya
toleransi antara minyak dan kandungan air pada kayu.
 Mudah terbakar.
 Tidak mudah luntur.

Nama-nama perdagangan bahan pengawet larut minyak antara lain: PCP


(Pentha Chlor Phenol), Rentokil, Cu-Napthenate, Tributyltin-oxide,
Dowicide, Restol, Anticelbor, Cuprinol, Solignum, Xylamon, Brunophen,
Pendrex, Dieldrien, dan Aldrin.

3. Bahan pengawet berupa minyak:


Sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan pengawet berupa minyak sama dengan
sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan pengawet larut minyak. Penggunaannya
diusahakan dijauhkan dari hubungan manusia, karena baunya tidak enak
dan mengotori tempat. Penggunaannya dengan metode tertentu. Nama-
nama perdagangan yang terkenal antara lain: Creosot, Carbolineum,
Napthaline, dan lain-lain. Umumnya penggunaan bahan pengawet larut
minyak dan berupa minyak tidak begitu luas dalam penggunaan, orang
lebih cenderung menggunakan bahan pengawet yang lain dalam arti
mudah dan praktis.

TEKNIK PENGAWETAN KAYU

Teknik atau cara pengawetan yang digunakan akan berpengaruh terhadap


hasil atau umur pemakaian kayu. Pemilihan cara pengawetan selain
tergantung dari faktor tempat kayu nantinya akan digunakan/dipasang,
perlu juga dipertimbangkan faktor ekonomisnya. Banyak cara pengawetan
yang dapat dilaksanakan, mulai cara sederhana sampai kepada cara yang
relative sukar dengan peralatan yang mahal (modern).
Menyiapkan kayu yang akan diawetkan :

1. Kayu harus cukup kering sebelum diawetkan, terutama bila


menggunakan bahan pengawet berupa minyak atau larut minyak
dengan cara tekanan/vakum (kadar air yang dikandung sekitar 20-
25%).
2. Kayu harus bebas kulit dan kotoran. Kecuali cara pengawetan
khusus, kayu tidak perlu dikuliti.
3. Sortimen kayu atau bentuk kayunya (kayu gergajian atau dolok).
4. Kayu dianjurkan dalam bentuk siap pakai, tidak diperkenankan
dipotong, dibelah, diserut, ataupun pengerjaan lain setelah
diawetkan, sebab akan membuka permukaan kayu yang telah
terlapisi bahan pengawet. Bila pengerjaan lanjutan terpaksa harus
dilakukan maka bagian yang terbuka dan tidak tembus bahan
pengawet perlu dilabur bahan pengawet secara merata.
5. Bahan peengawet, metode serta alat untuk pelaksanaan
pengawetan.
6. Faktor perusak kayu, tempat kayu akan digunakan kemudian.

URUTAN KERJA DALAM PENGAWETAN

Ada dua macam urutan kerja pada proses pengawetan kayu :

1. Urutan kerja pada proses pengawetan sel penuh :

 Kayu dimasukkan ke dalam tangki pengawet, tangki ditutup rapat


agar jangan terjadi kebocoran.
 Dilakukan pengisapan udara (vakum) dalam tangki sampai 60
cm/Hg, selama kira-kira 90 menit, agar udara dapat keluar dari
dalam kayu.
 Sambil vakum dipertahankan, larutan pengawet kayu dimasukkan
ke dalam tangki pengawet hingga penuh.
 Setelah penuh, proses vakum dihentikan kemudian diganti dengan
proses tekanan sampai sekitar 8 – 15 atmosfer selama kurang lebih
2 jam.
 Proses penekanan dihentikan dan bahan pengawet kayu
dikeluarkan dari tangki kembali ke tangki persediaan.
 Dilakukan vakum terakhir sampai 40 cm/Hg, selama 10 – 15 menit,
dengan maksud untuk membersihkan permukaan kayu dari bahan
pengawet.

2. Urutan kerja pada proses pengawetan sel kosong :

 Kayu dimasukkan ke dalam tangki pengawet, tangki ditutup rapat.


 Tanpa vakum, langsung pemberian tekanan udara sampai 4
atmosfer, selama 10 – 20 menit.
 Sementara tekanan udara dipertahankan, larutan bahan pengawet
dimasukkan ke dalam tangki pengawet hingga penuh.
 Kemudian tekanan ditingkatkan sampai 7 – 8 atmosfer selama
beberapa jam
 Tekanan dihentikan dan bahan pengawet dikeluarkan.
 Dilakukan vakum 60 cm/Hg, selama 10 menit untuk membersihkan
permukaan kayu dari kelebihan bahan pengawet.

Perbedaan proses sel penuh dan sel kosong ialah sebagai berikut : pada
proses sel penuh bahan pengawet dapat mengisi seluruh lumen sel,
sedangkan pada sel kosong hanya mengisi ruang antar sel.
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN METODE PENGAWETAN KAYU

1. Metode Rendaman

Keuntungan :

 Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih banyak


 Kayu dalam jumlah banyak dapat diawetkan bersama
 Larutan dapat digunakan berulang kali (dengan menambah
konsentrasi bila berkurang)

Kerugian :

 Waktu agak lama, terlebih dengan rendaman dingin


 Peralatan mudah terkena karat
 Pada proses panas, bila tidak hati - hati kayu bisa terbakar
 Kayu basah agak sulit diawetkan

2. Metode Pencelupan

Keuntungan :

 Proses sangat cepat


 Bahan pengawet dapat dipakai berulang kali (hemat)
 Peralatan cukup sederhana

Kerugian :

 Penetrasi dan retensi kecil sekali, terlebih pada kayu basah


 Mudah luntur, karena bahan pengawet melapisi permukaan kayu
sangat tipis
3. Metode Pelaburan dan Penyemprotan

Keuntungan :

 Alat sederhana, mudah penggunaannya


 Biaya relatif murah

Kerugian :

 Penetrasi dan retensi bahan pengawet kecil


 Mudah luntur

4. Metode Pembalutan

Keuntungan :

 Peralatan sederhana
 Penetrasi lebih baik, hanya waktu agak lama
 Digunakan untuk tiang-tiang kering ataupun basah

Kerugian :

 Pemakaian bahan pengawet boros


 Jumlah kayu yang diawetkan terbatas, waktu membalut lama
 Membahayakan mahluk hidup sekitarnya (hewan dan tanaman)

5. Metode Vakum dan Tekanan

Keuntungan :

 Penetrasi dan retensi tinggi sekali (memuaskan)


 Waktunya relatif singkat sekali
 Dapat mengawetkan kayu basah dan kering
Kerugian :

 Modal yang diperlukan besar


 Perlu ketelitian dan pengerjaan yang tinggi
 Cara ini hanya sesuai untuk perusahaan yang komersial

PROSES AKHIR PENGAWETAN KAYU

Ada 3 hal yang perlu diperhatikan pada akhir proses pengawetan kayu :

1. Pembongkaran kayu dari tumpukan dalam bak celup (rendaman)


harus dilakukan dengan hati-hati, jangan sampai terjadi kerusakan
kayu yang mengakibatkan tergoresnya permukaan yang telah
terlapiskan bahan pengawet.
2. Untuk pengeringan kayu setelah diawetkan, dapat digunakan
pengeringan secara alami atau buatan. Hanya perlu diperhatikan,
tidak semua bahan pengawet dapat dikeringkan secara
pengeringan buatan (dry kiln). Sebab dengan pengeringan yang
mendadak, bahan pengawet akan menguap dari dalam kayu, yang
berarti pelunturan bahan pengawet. Biasanya bahan pengawet larut
minyak dan berupa minyak mengijinkan pengeringan akhir dengan
kiln. Setelah kayu benar-benar kering, penggunaan dapat
dilakukan.
3. Penyimpanan sementara sebelum kayu dipakai harus dilakukan di
tempat terlindung dan terbuka bagi sirkulasi udara. caranya seperti
penyusunan kayu gergajian dengan menggunakan sticker.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengawetan kayu sudah sejak lama mendapat perhatian dari pemerintah


terbukti dengan keluarnya berbagai peraturan, namun kesadaran
masyarakat dalam hal ini masih rendah, dimana salah satu penyebabnya
adalah kurangnya minat konsumen untuk memakai kayu awetan. Upaya
pengawetan kayu memeberikan keuntungan secara ekonomi. Disadari
atau tidak munculnya ilmu pengawetan kayu merupakan suatu terobosan
penting untuk menyelamatkan hutan dari eksploitasi tanpa henti dan
menjadi solusi menipisnya hutan.

Pengeringan kayu itu ada dua macam alam dan buatan,dengan alam itu
relatif lama cacat kayu tidak dapat dikendalikan sepenuhnya tergantung
pada alam sedangkan buatan cepat, cacat kayu dapat dikendalikan
karena suhu panas yang diterima kayu sepenuhnya diatur oleh manusia.
 Kerusakan kayu akibat proses pengeringan secara garis besar
kerusakan yang timbul disebabkan oleh 3 hal : Akibat penyusutan
kayu, Serangan jamur pembusuk, Bahan kimia di dalam kayu (zat
ekstraktif).
 Dalam pekerjaan pengeringan kayu dengan kiln dibagi menjadi 4
tahap yaitu : Tahap penyediaan alat – alat, Tahap
penumpukan/penyusunan kayu, Tahap pengambilan contoh –
contoh kayu pengamatan, Tahap pekerjaan selama pengeringan
berlangsung yang mencakup : penggunaan jadwal pengeringan,
pengaturan dan pengawasan suhu serta kelembaban udara di
dalam kiln..

Anda mungkin juga menyukai